--Ayu Andriya--
Diany - Yogiantoro
Copyright @ Ayu Andriya
ISBN: 976-602-1010-76-2
Cetakan 1 – 2015
Cetakan 2 – 2017
Cetakan 3 – 2018 (Revisi)
Diterbitkan oleh:
2 Ayu Andriya
“Kami tertarik, kami melihat saat itu papi sangat dihargai
orang. Beliau membantu masyarakat, mengobati, dan
memberikan pertolongan. Jasa dokter itu sangat besar,”
Ketiga anak – anak dr. Soebadi yang juga mengikuti jejak papinya
sebagai dokter, selain Siti Musbadiany Soebadi (Diany Yogiantoro)
adalah Prof Dr dr Doddy Musbadianto Soebadi, Drg. Siti Musbadiana
(Diana) dan Drg. Bagus Musbadiono Soebadi.
Kehidupan yang demokratis dalam keluarga harmonis ini dan
dirasakan oleh Diany keempat saudaranya. Senantiasa memberikan
kebebasan dan tiada adanya tekanan turut dirasakan dalam kehidupan
sehari – hari dalam keluarga ini yang hingga kemudian dari Denpasar
pindah ke Tabanan, Bali karena pada saat itu dr. Soebadi diberikan
kepercayaan untuk memimpin Rumah Sakit Tabanan.
Kendati demikian bebas bukan berarti dapat melakukan segala
sesuatu semaunya sendiri tanpa mempedulikan kepentingan orang dan
serta etika atau tata krama. Tidak salah jika demikian ini disebut
sebagai ‘Rumahku Surgaku’, dimana rumah tempat kita berlindung dan
beristirahat terdapat sejuta kebahagiaan di dalamnya.
6 Ayu Andriya
Mensyukuri Makna Silaturahmi 7
Kebebasan dalam memilih cita - cita dan profesi sebagai bekal
di masa depan itulah yang turut dirasakan oleh Diany dan ke empat
saudara kandungnya. Yang kini ada beberapa yang mengikuti jejak
sang papi untuk menjadi dokter ahli, bahkan dua diantaranya mencapai
gelar profesor Yaitu Prof. Dr. dr. Doddy Musbadianto Soebadi yang
merupakan ahli urologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
8 Ayu Andriya
Mensyukuri Makna Silaturahmi 9
10 Ayu Andriya
“Aku Anak Indonesia . . .”
12 Ayu Andriya
Guru : “Anak – anak, yang anak Bali supaya berdiri di sebelah kanan,
dan yang anak Jawa berdiri di sebelah kiri”,
14 Ayu Andriya
Persahabatan keluarga DKS hingga kini terjalin selama tiga
generasi. Ketiga sahabat tersebut pada jamannya merupakan tokoh –
tokoh hebat. Djelantik adalah Bupati Karangasem, Kuna seorang hakim
ternama di daerah Tabanan dan Soebadi adalah dokter asal Magelang,
Jawa Tengah yang memimpin Rumah Sakit Umum Tabanan. Ketiganya
dipertemukan di Pulau Dewata Bali.
Selama bertugas di Bali itulah, Soebadi mengenal dekat dengan
Bupati Karangasem kala itu Anak Agung Ketut Djelantik. Dua sahabat
itu kemudian juga menjalin persahabatan yang kental dengan seorang
hakim di Tabanan bernama I Gusti Made Kuna.
Ternyata tidak sampai di situ, ketika itu Soebadi menginginkan
anak laki – laki setelah Tuhan memberikan buah hati anak perempuan,
sedangkan Djelantik menginginkan anak perempuan setelah dikaruniai
lima anak laki – laki.
16 Ayu Andriya
Persahabatan yang telah terjalin sejak tahun 1944 dan bisa bertahan
hingga saat ini, merupakan sesuatu yang ditemukan dalam kehidupan yang
serba modern seperti sekarang ini. Namun, hal itu tidak bagi keluarga DKS,
hubungan silaturahmi masih tetap terjalin dengan baik hingga anak cucu.
Memang, tiga sahabat DKS itu kini telah beranak - pinak menjadi
lebih dari 60 orang. Begitu kuatnya hubungan persahabatan tersebut, mereka
lalu bersepakat untuk mengikat tali persaudaraan sampai kapan pun. Bahkan
meski keluarga Soebadi kemudian pindah ke Surabaya. Kini Djelantik yang
memiliki sembilan anak. Yakni Sudewa, Sudira, Susila, Subagia, Sudewi,
Kartini, Sutresni, Sudiksa, dan Putra. Sementara itu, Kuna mempunyai lima
anak perempuan yang akrab disebut "Panca Pendawi". Yaitu Kuntiadi, Kunti
Putri, Kunti Jayaningsih, Kunti Oka Kartaningsih, dan Sri Kunti Panca Dewi.
"Hubungan keluarga kita ini jangan sampai putus, bahkan sampai
anak - cucu kita nanti. Karena itu, reuni dan silaturahmi diantara kami harus
terus diadakan. Kalau sekarang di Bali, besok ganti di Surabaya," ungkap
wakil keluarga Djelantik, Prof dr Sudewa Djelantik.
Sementara itu, menurut Prof. dr. Siti Musbadiany Soebadi
Yogiantoro, Sp.M (K)., pada dasarnya dari silaturahmi dan reuni yang
diadakan setiap dua tahun tersebut bukan hanya sekedar mempererat
hubungan kekeluargaan, tetapi juga mengingatkan kalau memiliki saudara di
Bali. Dan hubungan kekeluargaan ini tidak boleh putus.
Sudah menjadi ciri khas dari setiap kali reuni keluarga DKS diadakan,
dimana mereka saling tukar menukar souvenir. Selain itu juga penampilan
kreasi seni dari masing – masing keluarga
Cerita kedekatan mereka dalam keluarga DKS, misalnya, terjadi
ketika keluarga Soebadi harus pindah ke Surabaya. Salah seorang anaknya,
Diany, dititipkan di keluarga Kuna untuk menuntaskan sekolahnya yang
waktu itu masih kelas 6 bersekolah di Sekolah Rakyat Tabanan Bali.
18 Ayu Andriya
SMP – SMA Katolik Santa Maria Surabaya
Di sekolah ini, Siti Musbadiany Soebadi melanjutkan pendidikannya
Santa Maria,
Tempat Melanjutkan Pendidikannya
MEMASUKI jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu ketika lulus
dari Sekolah Rakyat (SR) di Tabanan Bali, yang kemudian harus
melanjutkan pendidikan ke sekolah lanjutan, merupakan hal tersulit
bagi Siti Musbadiany Soebadi. Pasalnya, Diany harus meninggalkan
pulau dewata, Bali yang merupakan tempat dia pertama kali
menginjakkan kakinya di muka bumi, tempat dilahirkannya.
20 Ayu Andriya
Diany sangat patuh pada kedua orangtuanya dan ia percaya apa
yang diberikan orangtua adalah yang terbaik untuk anaknya kelak.
Meski harus bersekolah di sekolah katolik sesuai dengan pilihan mami,
bagi Diany sekolah dimana pun adalah sama saja dan tidak menjadi
penghalang baginya untuk meraih prestasi.
Di SMP Katolik Santa Maria Surabaya, Siti Musbadiany
Soebadi ini dikenal sebagai salah satu siswa yang pandai. Tidak hanya
itu, mudah bergaul kepada siapa pun membuat perempuan ini memiliki
banyak teman. Tidak heran, jika seluruh siswa di sekolah ini rata – rata
mengenalnya. Bahkan, tidak segan – segan kalau bertemu dengan
seseorang yang dikenalnya, disapanya terlebih dahulu.
Belajar dan belajar merupakan salah satu aktifitas untuk mengisi
– harinya. Tidak salah jika prestasinya pun selalu menjadi yang terbaik
dikelasnya. Selama menempuh pendidikan di tingkat lanjutan tersebut,
masih teringat jelas dibenaknya ketika dr. Soebadi, papinya
memberikan pertolongan kepada orang yang sakit agar diberikan
kesembuhan oleh Allah SWT dari penyakitnyakitnya.
Untuk itu pula semakin giat dalam belajar pun harus dilakukan,
agar cita – cita menjadi dokter yang telah menjadi mimpinya di masa
kecil dapat diwujudkannya dengan mudah.(*)
22 Ayu Andriya
Dengan latar belakang tersebut, Diany tidak memiliki teman
laki –laki. Semua temannya perempuan dan karena itu pula perempuan
yang baru beranjak usia remaja ini pun mendirikan group band yang
kemudian band tersebut diberkan nama ‘Putri’. Diany pun memegang
posisi ditaris.
Siapa yang menyangka kalau sosok remaja yang kini telah
menjadi dokter spesialis mata terkenal di Kota Surabaya ini, pada masa
sekolahnya dulu mahir memainkan alat musik bass. Selain piawai
memainkan bass, Diany juga pandai memainkan alat musik piano
klasik. Tidak salah jika di setiap kali penampilan Band Putri selalu
mendapatkan applous luar biasa dari penonton.
Bukan sekedar mahir dalam memainkan alat musik, seperti gitar
dan piano klasik. Selain itu, kebisaan lain yang dimiliki Diany adalah
menari. Apalagi kalau tarian tradisional dari Sumatera, Tari Srampang
12, dia sangat menghayati setiap gerak gemulai tubuhnya dengan
alunan musik pengiringnya.
24 Ayu Andriya
“Kumpul - kumpul bisa membuat hati senang, karena bisa
bertemu banyak teman, ngobrol dan bercanda. Maka dari itu saya
senang silaturahmi karena bikin happy,” tuturnya.
Prestasi yang di raih semakin gemilang dan tidak pernah sama
sekali membuat maminya kecewa lantaran nilai raport yang terbakar.
Inilah salah satu pelajar yang patut menjadi contoh untuk generasi
muda masa kini untuk belajar, belajar dan belajar, meski memiliki
banyak organisasi dan ekstra kurikuler yang di ikuti di sekolah.
Setelah lulus menempuh pendidikannya di SMP, Siti
Musbadiany Soebadi pun melanjutkan ke SMA Katolik Santa Maria
Surabaya. Hingga waktu 3 tahun berlalu, prestasi Diany pun tetap yang
terbaik di sekolah dengan berbagai kegiatan yang diikutinya.(*)
36 Ayu Andriya
Mensyukuri Makna Silaturahmi 37
Sepeda Kumbang,
Kenangan Terindah Saat Merajut Cinta
“Pengalaman unik
ketika makan nasi
dicampur jagung buatan
mami, kira – kira waktu
itu tahun 1965 – 1966
tapi rasanya enak juga. Selain itu juga belajar mengemudikan mobil
sampai dapat SIM (surat ijin mengemudi, Red) bersama Diany, Dimas,
Sudewa dan Putra,” jelas dokter spesialis penyakit dalam ini.
Masa kuliah, sosok Diany dikenal sebagai salah satu mahasiswa
yang aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan. Tidak heran jika dia
memiliki banyak teman dan sahabat – sahabat baru. Selain itu juga
merupakan salah satu mahasiswa yang di idolakan laki – laki di kampus
kala itu. Hal ini dikarenakan kepandaiannya dalam bergaul dan cerdas
dalam mata kuliah. Tidak heran jika banyak teman laki – laki yang
mendekatinya. Namun dari sekian banyak lelaki yang mendekatinya,
hanya Mohammad Yogiantoro yang dapat meluluhkan hati Diany.
Semenjak menjalin kasih, pasangan ini selalu nampak romantis.
Seolah tak dapat dipisahkan antara keduanya, pasalnya dimana ada
Yogi di situ pasti terdapat Diany, begitu pula sebaliknya.
Mensyukuri Makna Silaturahmi 39
Mengikuti berbagai kegiatan kampus berdua, melakukan hobi
yang menjadi kegemarannya pun juga berdua. Sampai akhirnya teman
dan sahabat mereka pun menjuluki ‘Bagai Amplop dan Prangko’,
nempel terus susah untuk dilepaskan.
Pasangan muda – mudi ini memang persis amplop dan prangko.
Kalau jaman dulu berkirim surat menggunakan perangko yang
fungsinya pengganti biaya kirim surat. Kalau tidak ada prangko di surat
yang dikirim, surat tersebut tidak bakal sampai pada alamat tujuan dan
serasa masih ada yang kurang. Begitu pula dengan pasangan ini, kalau
salah satu di anatara mereka tidak ada, semua terasa hambar.
“Kalau dibilang romantis, saya ini bukan tipe romantis. Karena
romantis itu gombal. Jadi saya hanya melakukan saja dengan hati tanpa
perlu memberikan janji - janji manis. Lah mosok yo arep diwenehi janji
tok?,” begitu jelas Prof. dr. Mohammad Yogiantoto, SpPD-KGH,
FINASIM.,
40 Ayu Andriya
saat berbincang – bincang di Coffee Shop Elmi Hotel Surabaya tentang
masa pacarannya dulu dengan perempuan yang kini telah menjadi
isterinya, Prof. dr. Siti Musbadiany Soebadi Yogiantoro, SpM (K)
Jalinan cinta antara Mohammad Yogiantoro dan Siti
Musbadiany Soebadi bukan menjadi hambatan saat kuliah. Bahkan
menjadi penyemangat keduanya dalam belajar dan meraih prestasi
hingga keduanya sama – sama mendapatkan gelar dokter dari hasil
pendidikan yang ditempuhnya pada tahun 1970.
Hingga kemudian Siti Musbadiany Soebadi pendidikan
spesialisnya di Brevet Spesialis Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya lulus empat tahun kemudian.Setelah itu,
Mohammad Yogiantoro pun membuktikan kalau dirinya benar – benar
mencintai gadis pujaannya Siti Musbadiany Soebadi dengan
mempersuntingnya pada 11 Juni 1970. Dari pernikahannya, pasangan
ini di anugerahi 3 anak, 2 perempuan dan 1 laki - laki. Yaitu: Ardiany
Amelia, SE., Yasmina Rahmawati, SE., dan dr. Ardityo Rahmat
Ardhany.(*)
AKHIRNYA Mohammad
Yogiantoro mempersunting
kekasihnya, Siti Musbadiany
Soebadi pada 11 Juni 1970.
Sejak saat itu pasangan ini
tiada pernah terpisahkan. Di
mana ada Yogi, di situ pula
pasti ada Diany. Hingga
akhirnya treman – teman dekat
mereka selalu menggoda
dengan
istilah ‘Amplop dan Prangko’.
Sebagai seorang isteri, Diany
menanggapinya dengan senyuman
godaan tersebut. Tak salah jika banyak
orang yang merasa iri melihat begitu
harmonis dan mesranya hubungan suami isteri ini, di manapun dan dalam
keadaan apa pun senantiasa berdua.
“Bila sepasang manusia sudah memutuskan untuk menikah,
maka segala macam bentuk perbedaan sudah tidak ada lagi. Setiap
masalah yang datang, bukanlah merupakan sebuah perbedaan dan
membuat perpecahan, namun sebagai proses untuk mencari sebuah
solusi yang terbaik,” terang pria kelahiran Tulungagung, 21 Maret 1942
itu serius.
42 Ayu Andriya
Lantas apa rahasianya? . . . . . .
“Bila keduanya sudah memutuskan untuk menikah, maka segala macam
bentuk perbedaan sudah tidak ada lagi.Setiap masalah yang datang, bukanlah
merupakan sebuah perbedaan dan membuat perpecahan, namun sebagai
proses untuk mencari sebuah solusi yang terbaik,” terang Pria kelahiran
Tulungagung, 21 Maret 1942 itu serius.
Dokter spesialis penyakit dalam ini merupakan sosok suami yang
bijaksana bagi Diany di dalam setiap menghadapi permasalahan hidup antara
keduanya. Hal ini merupakan salah satunya membuat Diany bangga terhadap
sosok Yogi. Ketika ditemui di salah satu cafe yang terdapat di dalam Siloam
Hospital Surabaya, salah satu tempat prakteknya, lebih lanjut Prof. dr. Moh.
Yogiantoro, SpPD.KGH-FINASIM menjelaskan bahwa di dalam setiap
menghadapi permasalahan rumah tangga,
Mensyukuri Makna Silaturahmi 43
kita tidak diperkenankan untuk mengumbar kemarahan kecuali untuk
alasan yang berkaitan dengan akidah. “Suami yang merupakan imam di
dalam rumah tangga harus bertanggungjawab menjaga biduk rumah
tanggayang sakinah, mawaddah, warrohmah,” jelasnya.
Dalam setiap perbedaan pendapat, Yogi dan Diany senantiasa
menyediakan waktu untuk bicara hati ke hati. Begitu pula jika terdapat
masalah, entah itu di lingkungan prakteknya sebagai dokter atau
lainnya.Pasangan ini pun selalu terbuka. Dengan keterbukaan tersebut,
kehidupan rumah tangga akan berjalan lancar dan aman, meski sesekali
terdapat konflik.
Komitmen berumah tangga yang di dasari pendidikan agama
dirasakan sebagai hal yang ideal bagi pasangan yang dikaruniai tiga
buah hati ini. Saling menghormati perbedaan berpendapat dan salaing
menyayangi merupakan salah satu kunci untuk terbinanya keluarga.
44 Ayu Andriya
Pasalnya, Mohammad
Yogiantoro dan Siti
Musbadiany Soebadi juga
sama – sama berpraktek
kedokterannya di tempat
yang sama.
Prof. Diany,
begitulah pasien – pasien
memanggil perempuan
kelahiran Bali yang
memilih profesi sebagai
dokter spesialis mata
tersebut. Perempuan yang
memiliki dedikasi cukup
membanggakan bagi
masyarakat dan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur tersebut memiliki beberapa tempat praktek.
Di antara tempat – tempat praktek kedokterannya tersebut
meliputi: Jalan Raya Dr. Soetomo 83 Surabaya yang merupakan rumah
keluarga Soebadi, Surabaya Eye Clinic (SEC) yang beralamatkan di
Jalan Jemursari Surabaya dan di Siloam Hospital Surabaya. Nah di
rumah sakit yang ada di Jalan Irian Barat, Surabaya inilah Diany dan
Yogi berpraktek di tempat yang sama.
Usai berperan sebagai dokter yang memeriksa banyak pasien di
ruang prakteknya, baik itu Siti Musbadiany Soebadi maupun
Mohammad Yogiantoro selalu bertemu di salah satu cafe yang terdapat
di rumah sakit tersebut.
Melepas penat sejenak setelah menghadapi banyhak pasien
dengan beda – beda keluhan dan diagnosa, sembari makan – makan dan
bercengkeramah bersama sahabat – sahabat dan rekan rekan seprofesi
merupakan kebiasaan yang dilakukan pasangan ini. Sesekali ada saja
yang menghampiri hanya sekedar mengajak ngobrol dari teman –
teman detailer (konsultan farmasi, Red).
Tidak hanya itu, di saat mereka berdua sedang asik ngobrol atau
pun bersenda gurau bersama sahabat – sahabatnya, selalu ada saja
seseorang yang menyapa.
“Selamat siang Prof”
“Apa kabar Prof?”
Begitulah, sapaan hangat jika Diany dan Yogi tengah bersantai
untuk menghilangkan penat usai praktek. Entah siapa saja yang
menyapa itu, Diany mengaku tidak menghafal satu persatu. Namun
yang jelas sikap keramahtamahan Diany dan Yogi terhadap setiap
orang, pasien – pasiennya sekalipun membuat semua orang yang
mengenalnya menjadi merasa lebih akrab dengan sosok duo profesor
ini. Yang tiada pernah terlupa dan seringkali diucapkan oleh Diany,
“Banyak teman banyak rezeki kita bisa berbagi apapun dan yang
penting semua itu barokah”. (*)
46 Ayu Andriya
Berkarier
Tanpa Melupakan Kodratnya
Setelah berhasil menamatkan pendidikannya di bangku kuliah di
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 1970,
perempuan kelahiran Denpasar Bali, 16 Mei 1945 ini terus belajar
untuk menempuh jenjang pendidikan berikutnya. Hal itu dilakukan
guna meraih cita – cita yang di idam-idamkannya sejak kecil.
Melanjutkan pendidikan spesialisnya di Brevet Spesialis Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya lulus tahun 1974.
Inilah pentingnya pendidikan guna meraih cita – cita dan impian yang
begitu mudah. Siti Musbadiany Soebadi pun dalam hal pendidikan
tidak hanya di Indonesia, tetapi dia pun juga di luar negeri. Kendati
demikian Diany tidak pernah mengalami masalah dalam hal mata
kuliah.
Meski memiliki
banyak
kesibukan, ibu 3
anak dan 6 cucu
ini tidak pernah
melupakan
sedikit pun
tentang
kodratnya
sebagai seorang
perempuan.
“Jadi seorang ibu
itu tidak hanya
mengurusi
rumah tangga
saja, tetapi juga
harus sukses
dialam karier,”
katanya ramah.
50 Ayu Andriya
Dokter yang juga praktek
di Siloam Hospital Surabaya ini
senantiasa menerapkan ilmu yang
di dapatnya selama menempuh di
bangku kuliah kepada setiap
pasien – pasiennya. Tidak hanya
berperan sebagai dokter yang
tugasnya memeriksa dan
menyembuhkan pasien, dia juga
memberikan edukasi terhadap
pasiennya, bahkan tak jarang
membagikan buku dan cd yang
berisikan lagu – lagu karya Prof.
dr. Moh. Yogiantoro, SpPD.KGH-
FINASIM.. “Kalau pasiennya
nyaman, proses pengobatan juga
akan jadi lebih mudah dan efektig
karena hati pasiennya sudah
tenang,” tuturnya.
Tidak hanya itu, bentuk
edukasi kepada pasien – pasiennya
juga dalam bentuk memberikan
bahan bacaan literatur atau kliping
kesehatan yang pernah dimuat media massa. “Hal itu merupakan salah
satu cara meng-edukasi masyarakat untuk mengenal lebih dalam
tentang dunia kesehatan,” lanjutnya.
Sementara itu, Prof. dr. Moh. Yogiantoro, SpPD.KGH-
FINASIM., saat ditanya tentang berbagai kesibukan isterinya di karier
sebagai dokter dan berbagai organisasi yang diikutinya, dokter spesialis
penyakit dalam ini hanya berkomentar kalau tidak ada masalah yang
terpenting bisa mengatur waktu mana untuk keluarga dan untuk
kepentingan lainnya. Sebagai suami pun dirinya terlalu memberikan
batasan kepada isterinya untuk berekspresi di berbagai bidang.
52 Ayu Andriya
Dokter Hanya Perantara Saja
SUKSES dalam karier sebagai dokter spesialis mata dan Guru Besar
Fakultas Kedokteran salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Kota
Surabaya, bagi Siti Musbadiany Soebadi tak terlepas dari peran serta
sang suami Mohammad Yogiantoro yang selalu memberikan support dan
motivasi.
54 Ayu Andriya
“Dokter kan hanya sebagai mediasi saja. Sepenuhnya hanya
Allah SWT yang berkuasa memberikan kesembuhan,” ujarnya. Karena
itulah dia lebih memilih cara – cara spiritual dalam memberikan
motivasi kepada setiap pasien – pasien yang berobat kepadanya.
Dikatakanya, melalui metode dzikir dan meditasi tidak hanya
sekedar mendatangkan ketenangan jiwa, tetapi juga menjauhkan
berbagai penyakit. Kendati demikian, untuk mendapatkan kesehatan
jangan hanya melalui minum beberapa butir obat dan menjaga pola
makan.
Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah menjaga kesehatan
‘rohani’. Sebab, tak jarang penyakit datang dari kondisi pikiran atau
emosi seseorang. Karena itu, ‘obat’ yang digunakan pun berbeda, yakni
dengan cara ibadah sholat dan doa.
56 Ayu Andriya
Dan sebagai wujud syukurnya kehadirat Allah SWT yang telah
diberikan anugerah luar biasa dengan kesehatan dan keharmonisan
rumah tangga yang terjalin, pria yang pandi menciptakan lagu ini turut
andil dalam pembangunan Masjid Diponegoro. Tempat ibadah umat
Islam tersebut berada di Jalan Diponegoro Surabaya.
Terlepas dari bakatnya menyanyi, suami Diany ini telah tiga
kali merekam suaranya dalam CD Audio. Yang kemudian dari hasil
rekaman tersebut, cd dibagikan secara cuma – cuma kepada pasien –
pasiennya. Allah memang memberikan kelebihan kepada setiap orang
secara berbeda – beda, dan sebagai manusia harus pandai – pandai
mensyukuri hal tersebut.(*)
Selain berkarier
dibidang kesehatan
sebagai dokter spesialis
mata yang harus
mendengar keluhan
pasien, nenek yang
memiliki 6 cucu ini
juga berperan di
berbagai organisasi
sosial. Dimana
berbagai organisasi
tersebut, figurnya
sangat dibutuhkan.
58 Ayu Andriya
Temu Kangen, Alumni SMA Santa Maria Surabaya Angkatan 1963 –
1966
Rumah Makan Adem Ayem – Surabaya, 18 September 2014
60 Ayu Andriya
Di jaman serba modern seperti sekarang ini, sangat jarang kita
jumpai seseorang yang memiliki sebreg kesibukan di kariernya, tetapi
juga memiliki kepedulian yang sangat besar terhadap sesama. Tidak
salah jika orang lain memandang sosok Siti Musbadiany Soebadi
sebagai figur Kartini masa kini yang mampu memberikan motivasi
sekaligus inspirasi bagi seluruh kaum perempuan di Indonesia.
Dalam perbincangan, dokter spesialis mata ini pun berbagi tips
hidup sehat agar tetap fit hingga usia lanjut. Diantaranya atur waktu,
konsumsi vitamin yang sesuai dengan usia, makan makanan yang sehat
dan bergizi tidak terlalu manis asam dan berlemak.(*)
62 Ayu Andriya
“Bagaimana pun juga mata sebagai indera penglihatan yang
diberikan Allah SWT sangat penting dan memberikan banyak peran
dalam kehidupan. Karena itu kita harus bisa menjaga anugerah Tuhan
itu. Mata sebagai jendela dunia, jendela hati dan jendela penyakit,”
jelasnya sesaat ditemui usai menjadi narasumber sebuah seminar.
Dengan kesibukan yang cukup padat cukup padat di setiap
harinya, kerap kali dilanda rasa jenuh dan lelah yang teramat sangat.
Begitu juga dengan suaminya, Mohammad Yogiantoro. Namun mereka
berdua selalu memiliki cara untuk bisa meredakan tingkat kejenuhan
tersebut.
Bagi Yogi dan Diany, musik adalah satu – satunya obat yang
paling manjur untuk menghilangkan stres akibat kelelahan dalam
beraktifitas seharian. Selain itu juga untuk menjaga keharmonisan
diantara mereka berdua.
Yogi yang pandai dalam memainkan gitar dan menciptakan
lagu, dengan petikan gitarnya itulah Yogi menembangkan lagu khusus
dihadiahkan untuk perempuan pujaannya yang kini telah menjadi
isterinya. “Lagunya khusus karena karangan saya sendiri,” kata pria
yang dikenal humoris tersebut.
Mensyukuri Makna Silaturahmi 63
Uniknya selain pandai bermain alat musik, mereka berdua juga
suka menari. Yogi juga sering ‘menculik’ sang isteri untuk diajak
makan bersama, atau pergi ke suatu tempat di waktu luang untuk
melepas penat dari berbagai kesibukan. “Pernah tiba – tiba saya diajak
ke Bali untuk refreshing,” tutur Diany.
Dengan berdua di saat mereka berdua melepas penat karena
lelah atau jenuh setelah beraktifitas seharian itulah, hubungan keduanya
terlihat semakin romantis. Selain itu keharmonisan hubungan suami
isteri tetap terjalin. Kini keluarga yang dibina Yogi Diany telah terjalin
45 tahun lamanya, tepatnya pada 19 Agustus 2015 kemarin.(*)
64 Ayu Andriya
Tak Pernah Pandang Status Sosial
66 Ayu Andriya
Pekan Ilmiah Riset Seni & Humaniora
Surabaya, 12 Juni 2015
68 Ayu Andriya
Syukuran ulang tahun bersama Ibu Endang, Anggie,
Ibu Diana, Ibu Diany dan Ibu Edith di Bangi Kapitiam
Surabaya 16 Mei 2015.
Pasalnya selain baik terhadap siapa pun, direktur Surabaya Eye Clinic
tersebut juga tidak segan – segan dalam berbagi apapun kepada sahabat
– sahabatnya. Tidak hanya itu, hanya kepada sahabat – sahabatnya pula
Diany mencurahkan keluh kesahnya yang telah di alami.
“Prof Diany itu orangnya baik tidak pernah membeda – bedakan
antara satu dengan lainnya,” jelas Hj. Nana Fauzanah Masdjedi.yang
mengaku mengenal sosok Diany sejak usia remaja.
Lama mengenal puteri pertama keluarga Soebadi, baginya
terdapat banyak kesan yang masih diingatnya hingga saat ini. Dimana
ketika mereka berdua bersama – sama saling berbagi isi hati dan
bersenda gurau.
Kedekatan antara Siti Musbadiany Soebadi dan Hj. Nana
Fauzanah Masdjedi.terlihat jelas bukan lagi seperti layaknya hubungan
teman, tetapi sudah seperti saudara sendiri.
Di akui juga oleh Dra. Ninik Siti Mardikaningsih, sepupu Moh.
Yogiantoro ini saat ditemui dikediamannya yang berada di Medokan
Asri Timur – Surabaya ini mengatakan bahwa Diany bukan hanya
sekedar perempuan yang memiliki figur Kartini masa kini. Dengan jiwa
sosial yang yang dimilikinya tersebut diharapkan dapat memberikan
inspirasi bagi perempuan – perempuan Indonesia.
Dengan begitu, seorang perempuan yang pada koratnya sebagai
ibu rumah tangga tersebut tidak selalu bergantung pada suami. Dan
dengan memiliki karir yang bagus dan menanamkan jiwa sosial untuk
berbagi kepada sesama, maka seorang perempuan mampu untuk
mandiri.
Mensyukuri Makna Silaturahmi 69
Sama halnya dengan Ny. Umi Buchori, ketua Forum HMI Wati
(Forhati) Cabang Surabaya ini telah lama mengenal figur Diany sebagai
perempuan yang memiliki jiwa sosial yang tinggi dan kepedulian
dengan siapapun tanpa memandang status sosial.
“Beliau itu adalah sosok sahabat yang baik dan memiliki
kepedulian sosial yang cukup besar terhadap siapapun tanpa
memandang status sosial seseorang,” tuturnya.
Namun bukan hanya itu, sebagai seorang perempuan yang
berkarier sebagai dokter spesialis mata, Siti Musbadiany Soebadi
Yogiantoro atau yang lebih akrab disapa Prof. Diany tak pernah
meninggalkan perannya dalam keluarga, yaitu sebagai isteri yang
sholekhah untuk suaminya dan ibu yang baik untuk anak – anaknya.
Dikatakannya, gemar berbagi terhadap sesama merupakan salah
satu bentuk kepedulian terhadap sesama. Hal itu terlihat dari banyak
aktifitas yang diikuti dari berbagai organissasi sosial. Itulah yang
senantiasa dilakukan secara istiqomah dalam setiap kegiatan yang
jalankannya.
70 Ayu Andriya
Ibu dan Sahabat Bagi Anak – Anaknya,
Serta Peran Silaturahmi
Merupakan peran serta doa ibu dan bimbingannya pula menjadi dasar
kunci sukses seorang anak di masa depannya. Karena itu pula peran
seorang ibu tidak boleh dipandang sebelah mata. Tugasnya yang amat
berat memberikan bimbingan kepada anaknya sejak masih di dalam
kandungan hingga usia dewasa. Karena – jasa – jasa yang tak dapat di
hitung tersebut itulah tidak salah jika di dalam kitab suci Alqur’an
dikatakan bahwa ‘Surga Ada di Telapak Kaki Ibu’.
“Saya salut dengan mama yang hingga saat ini masih aktif
dan semangat dalam berbagi ilmu. Selain itu juga senantiasa
semangat beliau yang tiada pernah habis,” jelas perempuan
yang telah merilis buku ‘Aku dan Hijab’ bersama dua
sahabatnya Ulia Dwilaga dan Dhenoqie tersebut.
72 Ayu Andriya
Berdoa dan berusaha
senantiasa dilakukan oleh
Diany demi keberhasilan di
masa depan anak – anaknya.
Dan doa itu pun diijabahi
oleh Allah SWT, dimana
ketiga anaknya sukses dalam
karier dan cita – citanya.
Dari ketiga anak pasangan
Prof. dr. Moh. Yogiantoro,
SpPD.KGH-FINASIM dan
Prof. dr. Siti Musbadiany
Soebadi Yogiantoro, SpM
(K)., adalah putera ketiganya
dr. Ardityo Rahmat Ardhany
menngikuti jejak kedua
orangtuanya sebagai dokter.
74 Ayu Andriya
Waktu yang lebih banyak dihabiskan di luar rumah, bagi Diany
bukanlah sebuah alasan untuk tidak memberikan perhatian kepada anak
–anak dan cucunya. Puteri kedua dokter spesialis mata yang pernah
menjabat sebagai Ketua Ikatan Isteri Dokter Indonesia (IIDI) Cabang
Surabaya periode 2012 – 2015 ini menuturkan bahwa sebagai seorang
ibu, Diany senantiasa menanyakan kabar anak dan cucunya.
“Hampir setiap pagi mama selalu menelepon ke rumah,
menanyakan kabar anak – anak dan mama selalu mengatakan kalau ada
waktu luang mengajak untuk berkumpul bersama keluarga atau sekedar
jalan – jalan bersama. Dan itu merupakan salah satu bentuk kasih
sayang mama kepada keluarganya,” jelasnya.
Kendati demikian, bagi isteri dr. Achmad Yani, SpM., ini
merasa bersalah jika tidak bisa menyetujui ajakan mamanya untuk
ketemuan. “Padahal itu adalah keinginan sederhana tetapi dapat
membahagiakan beliau,” tuturnya.
82 Ayu Andriya
RIWAYAT PENDIDIKAN
1957 : Tamat sekolah Rakyat Negeri Tabanan, Bali
1960 : Tamat SMP Santa Maria Surabaya
1963 : Tamat SMA Santa Maria Surabaya
1970 : Lulus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya
1974: Brevet Spesialis Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya
1994 : Konsultan di bidang Neuro-Oftalmologi
RIWAYAT PEKERJAAN
Jenjang Kepegawaian
Gol. IIIA (Capeg) : 1 Agustus 1971
Gol. IIIA : 1 Agustus 1973
Gol. IIIB : 1 April 1974
Gol. IIIC : 1 April 1976
Gol. IIID : 1 April 1978
Gol. IVA : 1 April 1980
Gol. IVB : 1 Oktober 1985
Gol. IVC : 1 Oktober 1992
Gol. IVD : 30 Juni 2005
KEGIATAN JABATAN
1. Ketua Bagian/ SMF Ilmu Penyakit Mata (2001 – sekarang),
2. Sepala Seksi Neuro-ofthalmologi (1980 – sekarang),
3. Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Mata (1990 – 2001),
4. Ketua Ikatan Orang Tua Mahasiswa –IKOMA, Red—(1998 – 2002),
KARYA ILMIAH
Nasional>
Penelitian
1. Pengaruh pengobatan Pilokarpin 2% pada hifema akibat trauma
tumpul
mata di RSUD Dr. Dr. Soetomo Surabaya,
2. Komparasi efektivitas airmata buatan denga
preservatifBenzalkonium
Khlorid 0,1% pada sindroma mata kering,
3. Hubungan Hygiene Sanitasi dari trachoma pada masyarakat Pantai
Kenjeran Kota Surabaya,
4. Perbandingan efektivitas terapitopical natrium diklofenak 0,1%
terhadap
tingkat kesembuhan inflamasi Pterigium
84 Ayu Andriya
*Kado Spesial Untuk Bunda
86 Ayu Andriya
Apa Kata Mereka . . . ??
Sebagai seorang kakak, mbak Diany merupakan kakak yang baik hati,
dermawan, ramah, care terhadap adik-adiknya. Tidak hanya itu, sebagai
seorang dokter, Prof. Diany gemar menolong orang lain tanpa
memandang status sosial, rajin ke salon untuk menata rambut agar
selalu nampak rapi.
Memiliki mobilitas yang cukup tinggi, namun tidak mengenal
rasa lelah sedikit pun itulah sosok guru besar Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya yang gemar dengan makanan favorit
tahu telor dan nasi goreng tersebut.
“Setelah ibu kami wafat, saya menganggap mbak Diany sebagai
pengganti beliau,” ujar adik Diany nomer empat, Siti Musbadiana
Soebadi Hanindio.
(drg. Siti Musbadiana Soebadi Hanindio)
Mbak Diany adalah kakak tertua kami yang paling aktif, memiliki
energi lebih dan sehat diantara adik – adiknya. Di masa pensiunnya
kegiatan mbak Diany malah bertambah, sebagai dokter dan juga di
bidang organisasi sosialnya.
Memiliki jiwa sosial yang tinggi itulah patut dicontoh darinya,
bisa dibilang mbak Diany itu adalah Super Woman. Sebagai adik, kami
senantiasa mendoakan mbak Diany agar dirahmati dalam kesejahteraan
dan kesehatan oleh Allah SWT. Amin!
(Siti Musbadiaty, adik nomer dua)
88 Ayu Andriya
Penutup
PROF. dr. Siti Musbadiany Soebadi Yogiantoro, SpM (K) lebih akrab
dengan sapaan Prof Diany merupakan figur perempuan yang patut
menjadi suri tauladan bagi kaum Hawa lainnya di negeri ini.
Pasalnya, bukan hanya sebagai wanita karier, dokter spesialis
mata ternama di Kota Surabaya ini senantiasa mengedepankan
profesionalisme dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Baik itu
dalam perannya sebagai dokter maupun aktifitas di organisasi.
“Melakukan silaturahmi itu bukan sekedar menambah rezeki,
tetapi banyak nikmat dan barokah yang dapat kita temukan”. Puteri
pertama keluarga dr. Soebadi ini memang gemar bersilaturahmi sejak
kecil, dan hal tersebut telah diajarkan oleh kedua orangtuanya.
Kebiasaan itu pun berlanjut hingga kini, begitu pula dengan
anak - anak dan cucunya. Sikap yang supel dengan siapa pun membuat
setiap orang yang baru mengenalnya mudah akrab dengan beliau.
Bukan hanya bisa langsung akrab, tetapi sudah seperti di dalam
lingkungan keluarga sendiri, semua terasa di ayomi.
Hal yang sama juga dapat kita rasakan ketika di tengah –
tengah keluarga besar Diany – Yogiantoro. Dimana semua anak – anak,
menantu dan cucu berkumpul. Tiada kesan mereka membedakan, meski
di tengah – tengah mereka hadir orang lain bukan anggota keluarga.
Tetap ramah, kekeluargaan, itulah yang kita rasakan.
Figur Prof. Diany memang tepat dijadikan contoh untuk
perempuan – perempuan lain di negeri ini. Begitu pula dengan
keramahtamahan keluarga besarnya terhadap siapa pun. Semoga buku
ini dapat menginspirasi kita semua bukan hanya kaum Hawa, tetapi
seluruh umat manusia di muka bumi ini.
Penerbit:
Queen’s Media Nusantara
ID Line: ayuandriya