Anda di halaman 1dari 94

Bukan hanya sekedar kata yang tersirat, dengan silaturahmi, hidup

menjadi lebih berwarna. Memiliki banyak saudara, teman dan


sahabat merupakan salah satu di antaranya. Banyak rezeki dan
panjang umur
adalah buah dari silaturahmi.

--Ayu Andriya--
Diany - Yogiantoro
Copyright @ Ayu Andriya

Penulis : Ayu Andriya, Edwien Mahessa


Chief Editor : Edy Wienarno
Script Editor : Ny. Yasmina Rahmawati Ahmad Yani
Ny. Siti Musbadiaty
Layout : Faris Rasyadi,
Copywriter : Ayu Agustin RA
Foto : Edy Wienarno
dok. Keluarga Prof. dr. Siti Musbadiany S.Yogiantoro, SpM (K)
Cover & Artistik : Queen’s Media Nusantara
Program Director: Edy Wienarno

ISBN: 976-602-1010-76-2
Cetakan 1 – 2015
Cetakan 2 – 2017
Cetakan 3 – 2018 (Revisi)

Diterbitkan oleh:

Jalan Mojopahit Gang Sidowayah 1, Sidoarjo


Telp. 0888-0328-0919 Fax. 031-895-7445
Call Centre: 0856-0772-1782, 0828-9540-6681
SMS Centre: 0882-1700-8253
E-mail: cybermedia69@gmail.com

Hak cipta dilindungi undang – undang.


Mengutip bagian dari isi buku ini tanpa seijin dari penerbit adalah pelanggaran, demikian pula
dengan memperbanyak. Kecuali untuk kepentingan resensi, terbatas tidak lebih dari satu
halaman isi buku ini
Jadi Dokter,
Cita – Citanya Sejak Kecil
PROFESOR Dokter Diany Yogiantoro, Sp.M (K) merupakan salah
satu figur dokter spesialis yang memiliki jiwa sosial tinggi. Dimana
figur tersebut jarang sekali kita jumpai, dimana kehidupan yang
semakin modern dan masyarakatnya lebih mementingkan diri
sendiri. Tidak salah jika pasien – pasiennya selalu merasa nyaman
untuk memeriksakan keluhan kesehatannya. Bahkan karena
saking nyamannya itu pula, seolah berada di rumah sendiri.

Pemilik nama asli Siti


Musbadiany Soebadi ini terlahir
di Denpasar – Bali,
16 Mei, 70 tahun lalu dari
pasangan suami isteri dr. R.
Mohammad Soebadi
Hardjodarsono dan RA.
Moesdiati Soerohadikoesoemo.
Pasangan suami isteri ini
merupakan orang Jawa tulen
yang melakukan hijrah ke pulau
dewata Bali demi sebuah tugas
kedinasan. Dimana Mohammad
Soebadi Hardjodarsono adalah
pria asli Magelang Jawa Tengah
yang mempersunting seorang
perempuan asli Kota Brem,
Madiun, Jawa Timur yaitu
Moesdiati.
Mensyukuri Makna Silaturahmi 1
Mohammad Soebadi Hardjodarsono yang
berprofesi sebagai dokter pada saat itu tidak
lama setelah pernikahannya,
diipindahtugaskan ke Pulau Dewata, Bali.
Pasangan suami isteri ini pun menetap di
Denpasar, menciptakan keluarga kecil
harmonis dan bahagia hingga akhirnya Allah
SWT memberikan momongan untuk yang kali
pertamanya seorang bayi cantik pada 16 Mei
1945 yang kemudian diberi nama Siti
Musbadiany Soebadi.
“Mami saya asli Madiun dan Papi asal
Magelang. Mami itu orang jawa tulen. Kami
sekeluarga pindah ke Bali karena mengikuti
papi yang bertugas di sana sebagai dokter,”
jelas Prof. dr. Siti Musbadiany Soebadi
Yogiantoro, Sp.M (K)., di sela – sela
kesibukannya praktik di Siloam Hospital
Surabaya.
Diany, itulah sapaan keseharian bayi imut nan cantik itu. Ia pun
tumbuh dan berkembang dengan kepandaiannya seorang bocah yang
memiliki serba keingintahuan dengan segala hal. Cerdas seperti
layaknya anak – anak yang selalu ingin dan ingin terus belajar serta
mengenal sesuatu yang tidak diketahui.
Hidup di lingkungan keluarga dokter, membuat Diany kecil
memiliki rasa iba, welas asih terhadap sesama. Apalagi kerap kali
dirinya melihat papinya yang sedang memeriksa pasien dan
mengobatinya dengan memberikan resep – resep obat. Kebahagiaan
dan rasa syukur luar biasa kepada Tuhan pun timbul ketika seseorang
yang sakit tersebut dapat sembuh
Diany yang pada saat itu menempuh pendidikan di bangku
Sekolah Rakyat (saat ini Sekolah Dasar, Red) melihat semua itu tidak
hanya sekali, hampir setiap hari dia melihat dan selalu terulang. Dari
situ pula keinginan hatinya untuk meneruskan cita – cita papinya
sebagai dokter semakin bulat.

2 Ayu Andriya
“Kami tertarik, kami melihat saat itu papi sangat dihargai
orang. Beliau membantu masyarakat, mengobati, dan
memberikan pertolongan. Jasa dokter itu sangat besar,”

Dengan tekadnya, Diany kecil makin giat belajar guna meraih


prestasi di bangku sekolah. Hal ini terbukti dari hasil nilai raport yang
selalu bagus tidak pernah merah.
Keluarga dr. R. Mohammad Soebadi Hardjodarsono dan RA.
Moesdiati Soerohadikoesoemo ini pun semakin harmonis, setelah
puteri pertamanya lahir Siti Musdiany Soebadi (Diany), selanjutnya di
susul empat adik – adiknya. Antara lain: Siti Musbadiaty (Didy),
Doddy Musbadianto Soebadi, Siti Musbadiana (Diana/ Diajeng) dan
yang paling bungsu adalah Bagus Musbadiono Soebadi yang biasa
lebih akrab dengan sapaan Bagus atau Alit.
Diany dan keempat adik - adiknya selalu hidup rukun
berdampingan, dari lima bersaudara ini empat diantaranya mengikuti
jejak papinya, dr. R. Mohammad Soebadi Hardjodarsono menjadi
dokter.
Diany kecil dan keempat kakaknya tertarik mengikuti jejak sang
papi karena mereka sering melihat ketika melayani masyarakat. Di kala
itu masih jaman penjajahan menjelang kemerdekaan. “Kami tertarik,
kami melihat saat itu papi sangat dihargai orang. Beliau membantu
masyarakat, mengobati, dan memberikan pertolongan. Jasa dokter itu
sangat besar,” ungkapnya dan dari situ pula keinginan unttuk menjadi
dokter semakin besar.(*)

Mensyukuri Makna Silaturahmi 3


Jadi Dokternya Presiden Soekarno

DIKALA Proklamasi Kemerdekaan RI berkumandang hingga ke seluruh


pelosok negeri oleh Bapak Proklamator Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta
pada 17 Agustus 1945, merupakan salah satu titik awal kehidupan bangsa
ini menuju lebih baik. Dan di saat itu pula, roda pemerintahan mulai
dibentuk dengan menetapkan Ir. Soekarno sebagai Presiden RI pertama
dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil presidennya.

Dr. Soebadi begitu lebih


akrab masyarakat
Denpasar memanggilnya
pada saat itu. Dokter
yang dikenal ramah ini
pun bersama isteri RA.
Moesdiati
Soerohadikoesoemo
hijrah dari Jawa ke Pulau
Dewata, Bali demi
sebuah tugas yang
diembannya sebagai
seorang dokter. Tugas ini
pun dengan sabar dan
telaten dijalaninya selama
kurang lebih 12 tahun.

Sebagai seorang isteri dokter, Moesdiati dengan setianya mendampingi


suami selama menjalankan tugas - tugasnya. Begitu pula ketika
menghadapi pasien, tidak jarang pula Ny. Moesdiati turut serta
membantu dengan penuh kesabaran.
4 Ayu Andriya
"Papi bertugas selama 12 tahun di Bali. Tentu saja, mami, Moesdiati, ikut
mendampingi selama papi bertugas itu," ujar drg Diana, panggilan anak
keempat Soebadi.
Tepatnya di tahun 1944 dr. Soebadi bertugas di Nusa Penida. Beliau
juga sempat dinas di Rumah Sakit Wangaya, yang kemudian diberikan
kepercayaan untuk memimpin Rumah Sakit Tabanan.
Keramahtamahan dan menjaga sikap toleransi antar sesama, sebagai seorang
dokter membuat dr. Soebadi dihormati oleh masyarakat Denpasar pada saat
itu. Selain itu ketelitian dalam melakukan diagnosa terhadap setiap pasien -
pasiennya membuat kariernya semakin meningkat.
Apalagi ketika dr. Soebadi yang dikeruniai lima anak dari
pernikahannya dengan seorang gadis asli Madiun tersebut diberikan sebuah
amanah untuk menjadi dokter kepresidenan ketika presiden RI pertama
Soekarno sedang berada di Bali. Sungguh amanah yang luar biasa bagi
keluarga ini pada saat itu. Rasa syukur pun tiada henti – hentinya dipanjatkan
kehadirat Allah SWT atas kepercayaan yang diberikan dari orang nomor satu
di negeri ini kala itu.
Siapa yang menyangka, jika dr. Soebadi akhirnya menjadi dokter
pribadi Presiden RI pertama, Ir. Soekarno. Di setiap kali presiden Soekarno
singgah di Bali, dr. Soebadi –lah yang selalu memberikan perawatan untuk
kesehatannya serta melakukan check up secara berkala. Ini merupakan sebuah
kehormatan luar biasa yang diberikan oleh keluarga Soebadi.
Hingga akhirnya, orang nomer satu di Indonesia itu pun memberikan
kenang – kenangan berupa foto Ir. Soekarno dengan tulisan asli tangannya.
Dan hingga kini hadiah itu pun masih ada dan tetap terawat dengan baik oleh
anak – anak dan cucu keluarga besar Soebadi.
Memiliki papi seorang dokter yang merupakan dokter pribadi Ir.
Soekarno, adalah kebanggaan bagi Diany kecil. Dari sosok seorang ayah yang
pernah menempuh pendidikan ilmu kedokteran di Nederlandsch Indische
Artsen School dan lulus pada tahun 1941 bagi Diany adalah sebuah panutan
yang patut jadi suri tauladhan anak – anak dan cucunya kelak.(*)

Hingga akhirnya, orang nomer satu di Indonesia itu pun


memberikan kenang – kenangan berupa bingkai foto Ir. Soekarno
dengan tulisan asli tangannya. Dan hingga kini hadiah itu pun
masih ada dan tetap terawat dengan baik oleh anak – anak dan
cucu keluarga besar Soebadi.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 5


Antara Demokrasi dan Doa Ibu

BUKAN hanya sekedar sosok ayah yang baik untuk anak -


anaknya, Soebadi juga mengajarkan tentang pentingnya
tenggang rasa dan rasa sosial terhadap sesama tanpa
memandang adanya perbedaan. Dari situ banyak pelajaran
yang dipetik untuk diterapkan dalam kehidupan masa kini.
Tidak heran jika kelima anaknya berhasil dan beberapa
orang diantaranya mengikuti jejak ayahnya menjadi dokter,
salah satunya adalah Siti Moesbadiany Soebadi.

Ketiga anak – anak dr. Soebadi yang juga mengikuti jejak papinya
sebagai dokter, selain Siti Musbadiany Soebadi (Diany Yogiantoro)
adalah Prof Dr dr Doddy Musbadianto Soebadi, Drg. Siti Musbadiana
(Diana) dan Drg. Bagus Musbadiono Soebadi.
Kehidupan yang demokratis dalam keluarga harmonis ini dan
dirasakan oleh Diany keempat saudaranya. Senantiasa memberikan
kebebasan dan tiada adanya tekanan turut dirasakan dalam kehidupan
sehari – hari dalam keluarga ini yang hingga kemudian dari Denpasar
pindah ke Tabanan, Bali karena pada saat itu dr. Soebadi diberikan
kepercayaan untuk memimpin Rumah Sakit Tabanan.
Kendati demikian bebas bukan berarti dapat melakukan segala
sesuatu semaunya sendiri tanpa mempedulikan kepentingan orang dan
serta etika atau tata krama. Tidak salah jika demikian ini disebut
sebagai ‘Rumahku Surgaku’, dimana rumah tempat kita berlindung dan
beristirahat terdapat sejuta kebahagiaan di dalamnya.

6 Ayu Andriya
Mensyukuri Makna Silaturahmi 7
Kebebasan dalam memilih cita - cita dan profesi sebagai bekal
di masa depan itulah yang turut dirasakan oleh Diany dan ke empat
saudara kandungnya. Yang kini ada beberapa yang mengikuti jejak
sang papi untuk menjadi dokter ahli, bahkan dua diantaranya mencapai
gelar profesor Yaitu Prof. Dr. dr. Doddy Musbadianto Soebadi yang
merupakan ahli urologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

Ini merupakan bagian dari doa seorang ibu yang


tiada henti – hentinya dipanjatkan hingga akhirnya anak –
anaknya berhasil di dalam karier dan keluarga
Dan satu lagi adalah Prof. dr. Siti Musbadiany Soebadi, Sp.M
(K)., atau yang lebih akrab dengan panggilan Diany Yogiantoro ini
merupakan dokter spesialis mata. Tidak hanya mencapai gelar profesor,
perempuan yang kini telah dikaruniai 3 anak dan 6 cucu dari buah
pernikahannya dengan Prof. dr. Mohammad Yogiantoro, SpPD-KGH,
FINASIM ini juga sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya. Ini merupakan bagian dari doa
seorang ibu yang tiada henti – hentinya dipanjatkan hingga anak –
anaknya berhasil di dalam karier dan keluarga.
Namun tidak hanya sekedar doa seorang ibu yang terus
bersenandung di setiap malam, tetapi kelima anak – anaknya dr. R.
Mohammad Soebadi Hardjodarsono dan RA. Moesdiati
Soerohadikoesoemo yang selalu berbakti kepada kedua orangtuanya
juga merupakan salah satu kunci sukses mereka di masa depan. Dan ini
patutlah menjadi contoh dan suri tauladan bagi generasi muda saat
ini.(*)

8 Ayu Andriya
Mensyukuri Makna Silaturahmi 9
10 Ayu Andriya
“Aku Anak Indonesia . . .”

HIDUP dilingkungan keluarga dokter kepresidenan, bagi


Diany merupakan suatu kebanggan yang luar biasa. Kendati
demikian bukan berarti dirinya harus bersenang – senang
dan selalu bergantung kepada orang lain atas dasar profesi
orangtua tersebut. Untuk masa depan harus diraihnya agar
dapat hidup
lebih baik, sejahtera dan bahagia bersama anak – anak cucu
kelak

Menempuh pendidikan dasar di bangku Sekolah Rakyat, yang saat ini


bernama Sekolah Dasar, bagi Diany merupakan salah satu jalan untuk
meraih cita – cita di masa depan. Perempuan pemilik nama Siti
Musbadiany Soebadi ini ketika ditemui di ruang prakteknya, di Siloam
Hospital, Surabaya menceritakan bahwa pada masa kemerdekaan
Republik Indonesia dulu, semua rakyat bersekolah di Sekolah Rakyat
(SR) secara gratis untuk mengenyam pendidikan dasar.Maklum, di era
kepemimpinan Presiden RI pertama Ir. Soekarno pada waktu itu masih
belum ada sekolah dasar (SD) seperti saat ini, dan jumlahnya sangat
terbatas.
Mensyukuri Makna Silaturahmi 11
Selama menempuh pendidikan dasar di Sekolah Rakyat (SR)
Tabanan, Bali, prestasi Diany di sekolah dalam mata pelajaran tidak
pernah mengecewakan kedua orangtuanya. Nilai terbaik senantiasa
diraih di setiap kali ujian di sekolah.
Nilai raport yang tidak pernah terbakar tinta merah lantaran
nilai yang dibawah rata – rata ini membuat banyak teman – teman
sebayanya ingin selalu dekat dan berteman dengan Diany. Bukan hanya
sekedar berteman, tetapi juga untuk belajar kelompok bersama. Sikap
toleransi dan suka berbagi inilah yang menonjol dari Siti Musbadiany
Soebadi sejak kecil.
Sikap toleransi itu hingga kini telah dikaruniai 3 anak dan 6
cucu tetap tertanam di sanubarinya. Kata ‘Bhineka Tunggal Ika’ yang
memiliki makna berbeda – beda tetap satu jua, kerap kali di ucapkan
saat berbincang – bincang di salah satu cafe di Siloam Hospital –
Surabaya, saat kami menemuinya.
Prof. Diany, begitulah kami biasa memanggilnya agar terkesan
lebih akrab dengan dokter spesialis mata tersebut. Terdapat alasan yang
mendasar kenapa beliau kerap kali menyebut kata Bhineka Tunggal Ika
di sela – sela obrolan tentang perjalanan hidupnya tersebut. Yaitu
lantaran mami dan papi Prof. Diany yang merupakan asli orang Jawa
tulen bersuku jawa dan menetap lama di Bali.

Aku Anak Indonesia, jiwa nasionalisme yang telah tertanam


dalam sanubari Diany sejak kecil itu membuat dirinya gemar
berbagi tanpa memandang siapa kamu siapa aku, tiada
mengenal adanya perbedaan.

Di Pulau Dewata inilah memiliki sahabat – sahabat dekat asli


Bali yang sudah seperti saudara sendiri. Di masa sekolah pun, juga
memiliki banyak teman dari berbagai daerah.
Ada yang seru ketika Diany masih penempuh pendidikan dasar
di Sekolah Rakyat Tabanan, Bali. Ketika waktu itu guru yang menjadi
wali kelasnya sedang meminta seluruh muridnya untuk berkumpul.

12 Ayu Andriya
Guru : “Anak – anak, yang anak Bali supaya berdiri di sebelah kanan,
dan yang anak Jawa berdiri di sebelah kiri”,

Kemudian murid – murid pun pun berpindah tempat sesuai


dengan asal daerahnya masing – masing, yaitu untuk anak Bali
berkumpul di sebelah kanan dan anak asli Jawa di sebelah kiri.
Tetapi ada keanehan pada pagi hari itu di SR Tabanan Bali.
Pasalnya, Diany tetap berada di tempat semula tanpa berpindah seperti
yang diperintahkan oleh guru wali kelas. Dengan keheranan, guru wali
kelas itu pun bertanya pada Diany.

Guru : “Diany, kamu kan harus bergabung dengan anaka – anak


Jawa...?”
Diany : “Saya anak Indonesia bu...”

Aku Anak Indonesia, jiwa nasionalisme yang telah tertanam


dalam sanubari Diany sejak kecil itu membuat dirinya gemar berbagi
tanpa memandang siapa kamu siapa aku, tiada mengenal adanya
perbedaan.
Prestasi dan nilai terbaik yang di dapat Diany selama
menempuh pendidikan dasar di Sekolah Rakyat Tabanan Bali itupun
terulang lagi ketika dirinya melanjutkan pendidikannya di SMP.
Namun ketika hendak melanjutkan jenjang pendidikannya ke tingkat
SMP, Diany pun harus meninggalkan Pulau Dewata yang kemudian
bersekolah di SMP Katholik Santa Maria, Surabaya. Dia pun juga harus
meninggalkan sahabat – sahabat kecilnya di Bali.
Sebelum Diany menyelesaikan pendidikan dasarnya di SR
Tabanan Bali, sekitar di tahun 1957 mami harus meninggalkan Bali
terlebih dahulu yang kemudian menetap di Surabaya, tepatnya di Jalan
Raya Dr. Soetomo 83, Surabaya. Dimana rumah tersebut menjadi
rumah keluarga hingga saat ini. Maka Diany pun harus menuntaskan
pendidikan dasarnya terlebih dahulu dengan dititipkan pada keluarga
Kuna. (*)

Mensyukuri Makna Silaturahmi 13


Tri Tunggal,
Persahabatan Turun Termurun Keluarga DKS

TIDAK berbeda jauh dengan anak – anak yang berusia


sebayanya, puteri pertama keluarga Soebadi gemar
bermain – main dengan teman sebayanya.
Kendati demikian, Siti Musbadiany Soebadi tidak pernah
lupa akan waktu untuk belajar guna mewujudkan cita –
citanya sebagai dokter.

Selama tinggal di Bali, keluarga Soebadi memiliki sahabat karib yang


hubungan diantara mereka sudah seperti layaknya keluarga sendiri.
Tanpa ada jarak ruang dan waktu, hingga saat ini hubungan silaturahmi
antara mereka tetap terjalin.
Jalinan persahabatan ini bisa disebut dengan istilah Tri
Tunggal. Pasalnya, persahabatan ini terjalin dari hubungan silaturahmi
yang begitu dekat antar tiga keluarga. Yaitu dari keluarga Anak Agung
Ketut Djelantik, I Gusti Made Kuna dan keluarga Mohammad Soebadi,
kemudian disebut sebagai keluarga DKS yang artinya keluarga
Djelantik Kuna Soebadi.

14 Ayu Andriya
Persahabatan keluarga DKS hingga kini terjalin selama tiga
generasi. Ketiga sahabat tersebut pada jamannya merupakan tokoh –
tokoh hebat. Djelantik adalah Bupati Karangasem, Kuna seorang hakim
ternama di daerah Tabanan dan Soebadi adalah dokter asal Magelang,
Jawa Tengah yang memimpin Rumah Sakit Umum Tabanan. Ketiganya
dipertemukan di Pulau Dewata Bali.
Selama bertugas di Bali itulah, Soebadi mengenal dekat dengan
Bupati Karangasem kala itu Anak Agung Ketut Djelantik. Dua sahabat
itu kemudian juga menjalin persahabatan yang kental dengan seorang
hakim di Tabanan bernama I Gusti Made Kuna.
Ternyata tidak sampai di situ, ketika itu Soebadi menginginkan
anak laki – laki setelah Tuhan memberikan buah hati anak perempuan,
sedangkan Djelantik menginginkan anak perempuan setelah dikaruniai
lima anak laki – laki.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 15


Kedua keluarga ini pun melakukan kesepakatan untuk bertukar stagen
(pengikat perut yang terbuat dari kain, Red). Stagen Moesdiati --istri
Soebadi-- ditukar dengan stagen istri Djelantik. Atas ijin Allah SWT,
keluarga Soebadi akhirnya dikaruniai anak laki – laki yang kemudian
diberi nama Doddy Musbadianto Soebadi dan biasa di panggil dengan
sebutan Doddy. Dan keluarga Djelantik mendapatkan seorang anak
perempuan yang mereka beri nama Sudewi.
Dari kejadian tukar menukar stagen itulah, anak ketiga keluarga
Soebadi, Drg. Siti Musbadiana (Diana/ Diajeng) menyebut kakak laki –
lakinya Doddy sebagai anak stagennya Bu Djelantik. “Dari peristiwa
tersebut, akhirnya Doddy kerap kali disebut sebagai anak stagennya Bu
Djelantik,” tandasnya.
Di usia 39 tahun, dr. R. Mohammad Soebadi Hardjodarsono,
pria asli Magelang, Jawa Tengah yang di masa hidupnya pernah
menjadi dokter Presiden RI pertama Ir. Soekarno tersebut berpulang ke
Rahmatullah pada 31 Juli 1956. Jejak dokter yang bijaksana di masa
proklamasi kemerdekaan RI tersebut pun diikuti oleh anak – anaknya,
dimana empat anaknya juga mengikuti jejak papinya sebagai dokter.
Pada tahun 1957, keluarga Soebadi meninggalkan Bali dan
memutuskan untuk kembali ke Jawa. Keluarga ini pun menempati
rumah di Jalan Raya Dr. Soetomo 83 Surabaya yang hingga kini rumah
tersebut masih berdiri kokoh sebagai rumah keluarga.
Prof. Diany mengatakan keberatan ketika harus meninggalkan
Bali, dimana daerah itu merupakan tempat dirinya dilahirkan. Tetapi
,takdir berkata lain, semua itu memang harus dilakukan. “Setelah papi
meninggal dunia karena terserang penyakit jantung sekitar 1956, mami
memutuskan untuk kembali ke Jawa,” katanya.
Meski keluarga besar Soebadi harus meninggalkan Bali dan
menetap di Kota Surabaya, hubungan silaturahmi keluarga DKS tetap
terjalin hingga saat ini.

16 Ayu Andriya
Persahabatan yang telah terjalin sejak tahun 1944 dan bisa bertahan
hingga saat ini, merupakan sesuatu yang ditemukan dalam kehidupan yang
serba modern seperti sekarang ini. Namun, hal itu tidak bagi keluarga DKS,
hubungan silaturahmi masih tetap terjalin dengan baik hingga anak cucu.
Memang, tiga sahabat DKS itu kini telah beranak - pinak menjadi
lebih dari 60 orang. Begitu kuatnya hubungan persahabatan tersebut, mereka
lalu bersepakat untuk mengikat tali persaudaraan sampai kapan pun. Bahkan
meski keluarga Soebadi kemudian pindah ke Surabaya. Kini Djelantik yang
memiliki sembilan anak. Yakni Sudewa, Sudira, Susila, Subagia, Sudewi,
Kartini, Sutresni, Sudiksa, dan Putra. Sementara itu, Kuna mempunyai lima
anak perempuan yang akrab disebut "Panca Pendawi". Yaitu Kuntiadi, Kunti
Putri, Kunti Jayaningsih, Kunti Oka Kartaningsih, dan Sri Kunti Panca Dewi.
"Hubungan keluarga kita ini jangan sampai putus, bahkan sampai
anak - cucu kita nanti. Karena itu, reuni dan silaturahmi diantara kami harus
terus diadakan. Kalau sekarang di Bali, besok ganti di Surabaya," ungkap
wakil keluarga Djelantik, Prof dr Sudewa Djelantik.
Sementara itu, menurut Prof. dr. Siti Musbadiany Soebadi
Yogiantoro, Sp.M (K)., pada dasarnya dari silaturahmi dan reuni yang
diadakan setiap dua tahun tersebut bukan hanya sekedar mempererat
hubungan kekeluargaan, tetapi juga mengingatkan kalau memiliki saudara di
Bali. Dan hubungan kekeluargaan ini tidak boleh putus.
Sudah menjadi ciri khas dari setiap kali reuni keluarga DKS diadakan,
dimana mereka saling tukar menukar souvenir. Selain itu juga penampilan
kreasi seni dari masing – masing keluarga
Cerita kedekatan mereka dalam keluarga DKS, misalnya, terjadi
ketika keluarga Soebadi harus pindah ke Surabaya. Salah seorang anaknya,
Diany, dititipkan di keluarga Kuna untuk menuntaskan sekolahnya yang
waktu itu masih kelas 6 bersekolah di Sekolah Rakyat Tabanan Bali.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 17


Tiga Sahabat di Bali Reuni Turun-temurun hingga Cucu-Cicit
Begitu juga bila ada keluarga Djelantik atau Kuna ke Surabaya,
mereka tinggal juga di rumah keluarga yang terdapat di Jalan Raya Dr.
Soetomo 83 Surabaya. Kedekatan mereka juga sangat terasa ketika salah satu
keluarga menggelar upacara. Saat upacara ngaben, keluarga Soebadi
diposisikan sebagai keluarga dekat Djelantik atau Kuna.
Dari hubungan persaudaraan yang sangat akrab itulah, keluarga DKS
bersepakat untuk menggelar pertemuan rutin secara bersama - sama. Dimulai
tahun 2002 di rumah keluarga dr Sudewa (putra sulung Djelantik). Lalu
diteruskan di Taman Ujung, Denpasar pada 2004, di Bendega Denpasar
(2006), di Bedugul (2009), dan terakhir di Warung Mina Renon Denpasar
(2013).
drg. Siti Musbadiana, puteri ketiga keluarga Soebadi mengatakan,
lantaran hubungan yang dekat antarkeluarga DKS tersebut, sampai-sampai
terjadi pernikahan antara anak keluarga Djelantik dengan anak keluarga Kuna.
Sudira, putra Djelantik menikah dengan Kuntiadi, putri Kuna. "Ceritanya,
dulu, Sudira tinggal di rumah Kuna saat sekolah. Dari situlah Sudira tertambat
hatinya pada putri Pak Kuna, Kuntiadi," ujarnya. (*)

18 Ayu Andriya
SMP – SMA Katolik Santa Maria Surabaya
Di sekolah ini, Siti Musbadiany Soebadi melanjutkan pendidikannya

Santa Maria,
Tempat Melanjutkan Pendidikannya
MEMASUKI jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu ketika lulus
dari Sekolah Rakyat (SR) di Tabanan Bali, yang kemudian harus
melanjutkan pendidikan ke sekolah lanjutan, merupakan hal tersulit
bagi Siti Musbadiany Soebadi. Pasalnya, Diany harus meninggalkan
pulau dewata, Bali yang merupakan tempat dia pertama kali
menginjakkan kakinya di muka bumi, tempat dilahirkannya.

Tidak hanya itu, Diany pun harus meninggalkan sahabat –


sahabat kecilnya. Namun semua itu harus tetap dilakukannya, guna
mewujudkan cita – cita yang telah menjadi impiannya, yaitu menjadi
dokter. Selain itu juga rasa tanggungjawab yang dimilikinya sebagai
puteri pertama keluarga Soebadi terhadap 4 adik – adiknya.
Meninggalkan tanah kelahirannya yang menyimpan banyak kenangan
itu pun harus dilakoninya.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 19


Hijrah ke Kota Surabaya untuk melanjutkan pendidikan guna
meraih cita - cita, puteri pertama keluarga Soebadi ini berubah menjadi
gadis remaja yang cantik jelita.
Puteri pertama keluarga Soebadi ini tidak hanya cantik, paras
wajahnya, namun dia patut menjadi contoh adik – adiknya. Bukan
hanya sekedar kepandaiannya, tetapi Diany merupakan salah satu
perempuan yang menjaga etika dan tingkah laku terhadap kedua
orangtuanya. Sehingga apa yang menjadi keinginan orang tua, dia pun
menurutinya.
Setiap orang tua pasti memiliki alasan tersendiri untuk
menjadikan anaknya lebih baik bagi masa depannya kelak. Pun dengan
Ny. Moesdiati, ibunda Diany dalam hal memilihkan sekolah unttuk
meneruskan pendidikan ke jenjang berikutnya lebih memilih sekolah
katolik yang dikelolah oleh swasta ketimbang sekolah negeri.
Hal ini dikarenakan sekolah swasta salah satunya SMP Katolik
Santa Maria Surabaya lebih mengedepankan kedisiplinan yang tinggi
terhadap siswanya, sehingga siswa – siswa yang lulus pun benar –
benar menjadi generasi penerus yang dapat memajukan negeri ini.

20 Ayu Andriya
Diany sangat patuh pada kedua orangtuanya dan ia percaya apa
yang diberikan orangtua adalah yang terbaik untuk anaknya kelak.
Meski harus bersekolah di sekolah katolik sesuai dengan pilihan mami,
bagi Diany sekolah dimana pun adalah sama saja dan tidak menjadi
penghalang baginya untuk meraih prestasi.
Di SMP Katolik Santa Maria Surabaya, Siti Musbadiany
Soebadi ini dikenal sebagai salah satu siswa yang pandai. Tidak hanya
itu, mudah bergaul kepada siapa pun membuat perempuan ini memiliki
banyak teman. Tidak heran, jika seluruh siswa di sekolah ini rata – rata
mengenalnya. Bahkan, tidak segan – segan kalau bertemu dengan
seseorang yang dikenalnya, disapanya terlebih dahulu.
Belajar dan belajar merupakan salah satu aktifitas untuk mengisi
– harinya. Tidak salah jika prestasinya pun selalu menjadi yang terbaik
dikelasnya. Selama menempuh pendidikan di tingkat lanjutan tersebut,
masih teringat jelas dibenaknya ketika dr. Soebadi, papinya
memberikan pertolongan kepada orang yang sakit agar diberikan
kesembuhan oleh Allah SWT dari penyakitnyakitnya.
Untuk itu pula semakin giat dalam belajar pun harus dilakukan,
agar cita – cita menjadi dokter yang telah menjadi mimpinya di masa
kecil dapat diwujudkannya dengan mudah.(*)

Mensyukuri Makna Silaturahmi 21


Multi Talen,
Pandai Menari dan Mahir Memainkan Alat Musik

SETELAH lulus menempuh pendidikan dasar di Sekolah


Rakyat (SR) Tabanan Bali, perempuan yang memiliki nama
Siti Musbadiany Soebadi ini harus meninggalkan tanah
kelahirannya pulau dewata Bali. Yang kemudian menetap di
Surabaya dan melenjutkan pendidikannya di SMP Katolik
Santa Maria Surabaya, sesuai dengan pilihan maminya.

Sebagai anak yang berbakti kepada orangtua, Diany selalu patuh


terhadap perintah maminya. Begitu pula sdalam hal memilih sekolah
yang telah ditentukan oleh maminya di SMP Katolik Santa Maria
Surabaya. Meski begitu, dirinya pun tetap menjalaninya dengan senang
hati, tentunya guna meraih cita – citanya sebagai dokter.
Santa Maria merupakan sekolah Katolik yang semua siswanya
adalah perempuan. Semacam asrama yang dipisahkan antara laki – laki
dan perempuan, begitu pula dengan sekolah yang lebih mengedepankan
kedisiplinan dalam mendidik siswanya ini.

Bagaimana dengan siswa laki – laki?........


Untuk siswa laki – laki sekolahnya di Santa Louis.

22 Ayu Andriya
Dengan latar belakang tersebut, Diany tidak memiliki teman
laki –laki. Semua temannya perempuan dan karena itu pula perempuan
yang baru beranjak usia remaja ini pun mendirikan group band yang
kemudian band tersebut diberkan nama ‘Putri’. Diany pun memegang
posisi ditaris.
Siapa yang menyangka kalau sosok remaja yang kini telah
menjadi dokter spesialis mata terkenal di Kota Surabaya ini, pada masa
sekolahnya dulu mahir memainkan alat musik bass. Selain piawai
memainkan bass, Diany juga pandai memainkan alat musik piano
klasik. Tidak salah jika di setiap kali penampilan Band Putri selalu
mendapatkan applous luar biasa dari penonton.
Bukan sekedar mahir dalam memainkan alat musik, seperti gitar
dan piano klasik. Selain itu, kebisaan lain yang dimiliki Diany adalah
menari. Apalagi kalau tarian tradisional dari Sumatera, Tari Srampang
12, dia sangat menghayati setiap gerak gemulai tubuhnya dengan
alunan musik pengiringnya.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 23


Dikatakannya saat ditemui di salah satu rumah sakit tempat
prakteknya, darah seni yang dimilikinya merupakan turun temurun dari
eyang dan maminya yang merupakan guru tari Srampang 12.
Terlepas dari berbagai kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti
Diany di sekolah, puteri pertama keluarga Soebadi ini dikenal sebagai
siswa yang pandai. Di semua mata pelajaran, nilainya selalu sempurna.
Saat di sekolah, perempuan ini tidak sekedar dikenal sebagai salah satu
siswa yang pandai, aktif di kelas dan bagus dalam akademis. Kegiatan
ekstra kurikuler yang sangat menyita waktunya, bagi Diany tetap tidak
melupakan untuk megikuti berbagai organisasi yang ada di sekolahnya
tersebut.
“Dengan berorganisasi, saya jadi punya banyak teman, dan tahu
segala informasi. Informasi kan bisa didapat darimana saja, tidak harus
dari pelajaran di sekolah,” tuturnya.
Dengan banyak kegiatan yang diikutinya, sebagai seorang
pelajar dirinya tidak pernah melupakan tugas dan tanggung jawabnya
untuk belajar. Diany dapat membuktikan bahwa aktif berorganisasi dan
berbagai macam kegiatan tetap dapat meraih prestasi.
Saat usia remaja, puteri pertama keluarga Soebadi ini tumbuh
dengan kemandiriannya dan berbagai kegiatan berorganisasi yang
menjadikan dia memiliki banyak teman. Dengan banyak teman, dia jadi
bisa bersosialisasi dengan banyak orang yang memiliki berbagai
macam karakter.
“Kan kalau ikut organisasi bisa kumpul dengan teman - teman.
Saya ini orang yang suka kumpul-kumpul,” jelasnya. Dari kumpul -
kumpul bersama teman – temannya itulah Diany mengetahui makna
silaturami yang diajarkan oleh kedua orantuanya sejak kecil.

24 Ayu Andriya
“Kumpul - kumpul bisa membuat hati senang, karena bisa
bertemu banyak teman, ngobrol dan bercanda. Maka dari itu saya
senang silaturahmi karena bikin happy,” tuturnya.
Prestasi yang di raih semakin gemilang dan tidak pernah sama
sekali membuat maminya kecewa lantaran nilai raport yang terbakar.
Inilah salah satu pelajar yang patut menjadi contoh untuk generasi
muda masa kini untuk belajar, belajar dan belajar, meski memiliki
banyak organisasi dan ekstra kurikuler yang di ikuti di sekolah.
Setelah lulus menempuh pendidikannya di SMP, Siti
Musbadiany Soebadi pun melanjutkan ke SMA Katolik Santa Maria
Surabaya. Hingga waktu 3 tahun berlalu, prestasi Diany pun tetap yang
terbaik di sekolah dengan berbagai kegiatan yang diikutinya.(*)

Mensyukuri Makna Silaturahmi 25


Mami Mengajarkan Kreatif dan Tetap Optimis
Sosok Diany yang sejak kecil
selalu patuh dan taat bterhadap
perintah – perintah kedua
orangtuanya inilah menjadi yang
menjadi contoh buat adik –
adiknyaTidak salah jika lima
bersaudara anak – anak keluarga
Soebadi ini pun menjadi orang
sukses.
Selain karena berbakti
terhadap kedua orang tua, Ny.
RA. Musdiati
Soerohadikoesoemo, sang ibunda
lima bersaudara ini tiada pernah
berhenti untuk mendoakan anak -
anaknya agar diberikan
keberhasilan dalam menggapai
cita – citanya oleh Allah SWT
dalam kehidupan di masa
mendatang.

Tuhan pun mendengar dan mengabulkan doa seorang ibu tersebut.


Lima bersaudara anak – anak keluarga Soebadi tersebut kini menjadi orang
sukses dibidangnya masing – masing. Empat diantaranya mengikuti jejak
papinya sebagai dokter, hanya Siti Musbadiaty puteri keluarga Soebadi nomer
dua yang memilih wiraswasta.
Putera paling buncit keluarga Soebadi, drg. Bagus Musbadiono
Soebadi saat ditemui di rumah keluarga Soebadi, Jalan Raya Dr. Soetomo 83
Surabaya menceritakan bahwa, ketika mami harus menjaga anak – anaknya
sendirian, beliau merupakan sosok ibu yang tegar dalam menghadapi apapun.
“Setelah papi tidak ada, mami menjadi single parent, beliau memberikan
pendidikan kepada kami anak – anaknya dengan telaten dan penuh
kesabaran,” katanya.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 27


Putera paling buncit keluarga Soebadi, drg. Bagus Musbadiono
Soebadi saat ditemui di rumah keluarga Soebadi, Jalan Raya Dr.
Soetomo 83 Surabaya menceritakan bahwa, ketika mami harus menjaga
anak – anaknya sendirian, beliau merupakan sosok ibu yang tegar
dalam menghadapi apapun. “Setelah papi tidak ada, mami menjadi
single parent, beliau memberikan pendidikan kepada kami anak –
anaknya dengan telaten dan penuh kesabaran,” katanya.
Sepeninggal suami tercinta dr. R. Mohammad Soebadi
Hardjodarsono di usia 39 tahun disebabkan penyakit jantung, sebagai
seorang isteri RA. Moesdiati Soerohadikoesoemo memiliki tanggung
jawab untuk memberikan pendidikan serta memberikan bimbingan
untuk anak – anaknya. rena bagaimana pun juga hidup harus terus
berjalan meski kepala keluarga telah tiada.

“Beliau selalu mengajarkan kami agar selalu optimis dan


jangan mudah putus asa dalam menghadapi persoalan
apapun”.
Untuk itu pula Ny. Moesdiati mengisi waktu luangnya dengan
berbagai macam kegiatan yang menjadi kegemarannya. Seperti:
karawitan, melatih tari tradisional, berbagai kegiatan tersebut pun
dilakukan di rumahnya yang terdapat di Jalan Raya Dr. Soetomo 83
Surabaya. Menurut puteri kedua keluarga Soebadi, Siti Musbadiaty,
Ny. Moesdiati adalah sosok seorang ibu yang memberikan banyak
pelajaran kepada anak – anaknya tentang optimisme dan tidak mudah
putus asa di dalam menghadapi setiap masalah.
“Beliau selalu mengajarkan kami agar selalu optimis dan jangan
mudah putus asa dalam menghadapi persoalan apapun,” tuturnya.
Tidak hanya itu, berbagai bahasa juga dikuasai oleh Ny.
Moesdiati. Antara lain: Bahasa Inggris, Belanda, Perancis, Jerman dan
Esperanto. “”Jadi dalam hal ini, bila saya ada kesulitan dikelas dalam
bahasa Inggris, saya selalu mendapatkan bantuan mami,” katanya,
mengenang sang mami.
Dalam membesarkan anak – anaknya, isteri dr. Soebadi ini
harus berjuang sendirian. Namun karena memiliki keuletan dalam
menjalani suatu pekerjaan,
28 Ayu Andriya
maka jalan pun semakin memudahkannya untuk mendapatkan
penghasilan guna kebutuhan keluarga. alah satu usahanya adalah
dengan mendirikan salon kecantikan, membuka persewaan baju yang
diberi nama ‘Bhineka Tunggal Ika’, usaha merangkai bunga, dan
membuka kursus tari Srampang 12 merupakan rangkaian usaha Ny.
Moesdiati untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan membesarkan
kelima anaknya. Selain itu juga membentuk kelompok Pengajian
Wanita Surabaya Dr Soetomo yang hingga kini kelompok pengajian
tersebut masih tetap ada, dan rutinitasnya di adakan setiap hari rabu.
Bagi Siti Musbadiany Soebadi, Ny. Moesdiati merupakan figur
mami yang tidak hanya memberikan pelajaran tentang pentingnya
memiliki rasa optimisme kepada anak – anaknya. Tetapi juga salah satu
figur yangmenginspirasi untuk anak – anaknya agar selalu kreatif.
Perempuan asli Madiun yang telah dipersunting oleh dr. R.
Mohammad Soebadi Hardjodarsono ini telah wafat pada 1 Januari
1987. Bukan hanya pelajaran yang berharga, tetapi juga kenangan yang
masih tersimpan hingga kini bersama mami tercinta. Kegigihannya
dalam berjuang dalam memenuhi kebutuhan keluarga dengan berbagai
peluang usaha yang dilakukan Ny. Moesdiati tersebut perlu menjadi
contoh untuk kita semua.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 29


Rumah keluarga Soebadi yang berada di Jalan Raya Dr.
Soetomo 83 Surabaya tersebut menyimpan banyak kenangan, dan
hingga kini rumah tersebut masih berdiri denghan kokohnya. Di rumah
inilah, menjadi tempat berkumpulnya seluruh keluarga besar Soebadi
termasuk anak – anak dan cucu. Terutama di hari – hari tertentu, seperti
setiap tanggal 17 Agustus untuk mengenang hari kelahiran ibunda, Hari
Raya Idul Adha, tanggal 1 Januari yang bertepatan dengan tahun baru
dan Hari Raya Idul Fitri.
Tidak hanya itu, dua anak dari keluarga Soebadi yang menjadi
dokter juga berpraktek di rumah ini di sore hari. Mereka adalah Prof.
dr. Siti Musbadiany Soebadi Yogiantoro, Sp.M (K)., dan drg. Bagus
Musbadiono Soebadi. (*)

Lima bersaudara keluarga besar dr. Soebadi.


30 Ayu Andriya
“Orang Jenaka Ini Enak Juga Diajak Curhat”

MENGABDIKAN dirinya menjadi seorang dokter merupakan


cita – cita yang telah di idam – idamkannya sejak kecil. Setelah
tamat dari pendidikan di SMA Katolik Santa Maria Surabaya,
Siti Musbadiany Soebadi semakin kuat tekadnya untuk
mewujudkan cita – citanya tersebut dengan mendaftar sebagai
mahasiswa di fakultas kedokteran.

Ya . . . Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya,


merupakan kampus ternama dan satu – satunya terbesar di Jawa Timur
kala itu. Dan fakultas kedokteran itulah menjadi jujugan Diany untuk
melanjutkan jenjang pendidikannya di bangku kuliah.
Dengan berbagai macam tes harus dia lalui untuk dapat masuk
di fakultas kedokteran yang dia inginkan tersebut. Selain karena
kecerdasannya dan adanya persiapan, semua rangkaian tes masuk pun
dapat dilaluinya dengan mulus. Dan puteri pertama keluarga Soebadi
ini pun diterima menjadi bagian dari keluarga besar Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
Sudah menjadi rutinitas di setiap kali ajaran baru, dimana setiap
perguruan tinggi selalu mengadakan ospek.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 31


Sosok senior yang kerap kali membuat Diany menangis karena
tugas – tugas yang diberika dirasakan tidak masuk di akal adalah
Mohammad Yogiantoro. etiap kali kegiatan ospek pun dilalui oleh
Diany meski di saat itu selalu bertemu dengan laki – laki menyebalkan.
Meskipun seringkali digoda dengan sifat – sifat jahilnya, remaja
yang masih polos ini pun tidak pernah marah pada pria yang biasa
dipanggil Yogi tersebut. Bahkan dia menganggap semua itu adalah
bagian dari berntuk perhatian dari Yogi kepadanya dan pertemuan
antara keduanya pun usai seiring berakhirnya ospek.
Fakultas kedokteran yang memiliki seabreg kegiatan di dalam
kampus, tetap dilakoni Diany dengan enjoy. Perempuan ini pun sangat
bersyukur kepada Allah SWT karena telah diberikan kesempatan untuk
mengenyam bangku kuliah di perguruan tinggi ternama di Kota
Surabaya. Dengan menjadi mahasisa di kampus ini pula semakin
memuluskan jalannya untuk menuju cita – citanya sebagai seorang
dokter. Apalagi nilai akademisnya selalu bagus.
Tidak sedikit teman – teman kuliahnya kagum padanya. Diany
yang dikenal di kampusnya sebagai mahasisa yang cerdas, cantik,
ramah dan memiliki jiwa sosial yang tinggi ini menemukan banyak
sahabat – sahabat baru, karena kepribadiannya yang menarik tersebut.
“Saya paling menikmati saat belajar dan guyon - guyon dengan
teman - teman di kelas, curhat dengan teman yang saya anggap enak
diajak curhat,” terangnya.
Dan ternyata yang dimaksud dengan teman curhat itu tak lain
adalah Mohammad Yogiantoro yang kemudian berhasil mempersunting
Diany untuk dijadikan permaisuri hatinya. “Orang menyebalkan ini
ternyata enak juga kalau di ajak curhat,” celotehnya genit sembari
mengenang masa – masa kuliah dulu.(*).

Mensyukuri Makna Silaturahmi 33


Cinta Mulai Bersemi Antara Yogi - Diany
WITING tresno jalaran soko kulino,
Sepenggal kalimat dengan bahasa Jawa tersebut sangat pas
untuk hubungan antara dua insan Siti Musbadiany Soebadi
dan Mohammad Yogiantoro, dua mahasiswa fakultas
kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

PERTEMUAN di saat ospek antara Diany dan Yogi pun berlanjut


setelahnya, dimana sosok pria ini selalu ada di saat Diany sedang
membutuhkan teman curhat. Dan Diany yang waktu itu merupakan
mahasiswa baru di perguruan tinggi ternama di Kota Surabaya tersebut
merasakan adanya kenyamanan dengan hadirnya senior yang
sebelumnya menyebalkan tingkah lakunya saat ospek.
Diany pun kerap kali bercerita segala sesuatu tentang dirinya,
hobi dan kebiasaan, hingga cerita tentang keluarganya kepada
Yogiantoro. Meski usia di antara keduanya tak sebaya, tak membuat
keduanya ada batasan dalam bercerita tentang segala sesuatu antara
mereka.
Dari perkenalannya dengan Mohammad Yogiantoro sejak masa
ospek itulah Diany merasa nyaman. Dan ternyata di antara keduanya
memiliki banyak kesamaan. Berbagai kesamaan tersebut meliputi: sama
– sama anak pertama dari lima bersaudara, memiliki hobi yang sama
yaitu pandai memainkan alat musik dan sama – sama mencintai karya
seni seperti batik.
34 Ayu Andriya
Sama – sama cinta batik.
Prof. dr. Siti Musbadiany Soebadi Yogiantoro, SpM
(K) dan Prof. dr. Mohammad Yogiantoro,
SpPD.KGH-FINASIM., selalu menyempatkan
membeli batik saat ada kesempatan.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 35


Seringnya bertemu di antara keduanya untuk curhat, benih –
benih cinta pun mulai bersemi. Hingga akhirnya rasa kangen pun sering
menghinggapi, tidak bertemu sehari saja merasa ada yang kurang.
Yogi yang sudah mulai tertarik dengan mahasiswa baru
bernama Diany ini merasa malu untuk mengungkapkan cintanya kala
itu. Dia lebih memilih menuangkan kasih sayangnya dalam bentuk
perhatian diam - diam.
Bagaimana tidak diam - diam, di setiap kali mengikuti kegiatan
kampus, yang menjadi alasannya hanya karena ada Diany. Dengan
begitu, Yogi lebih sering bertemu dengan perempuan pujaannya
tersebut. “Jadi tujuannya bukan ikut organisasi untuk berpolitik, tapi
lebih sebagai sarana pedekate alias pendekatan,” ujarnya.
Berbagai cara dilakukan agar bisa terus dekat dengan
perempuan pujaannya dan senantiasa mendapatkan perhatian dari
Diany. Yogi pun memberanikan diri untuk bersilaturahmi kepada Ny.
Moesdiati mami Diany di kediamannya. Ny. Moesdiaty pun terkesan
dengan teman pria puteri pertamanya yang saat itu bersilaturahmi ke
rumah. Tidak hanya pada penampilannya yang menarik perhatian,
perilaku dan kepribadian Yogiantoro juga menarik perhatian Ny.
Moesdiati. Hingga akhirnya dia pun mendapatkan lampu hijau untuk
bisa berteman dengan perempuan yang pandai menari Tari Srampang
12 tersebut.
“Di antara para pemuda yang mencoba mendekati Diany,
ibundanya lebih memilih saya,” katanya sembari tersenyum bangga.
Dari situ jalinan silaturahmi antara antara Mohammad
Yogiantoro dan Siti Musbadiany Soebadi semakin dekat. Yogi yang
setiap harinya tinggal di Jalan Diponegoro 121 – 123 Surabaya ini pun
setiap pagi menjelang ketika berangkat menuju kampus selalu mampir
ke rumah Diany yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya untuk
di ajak berangkat kuliah bersama – sama.(*)
\

36 Ayu Andriya
Mensyukuri Makna Silaturahmi 37
Sepeda Kumbang,
Kenangan Terindah Saat Merajut Cinta

SEJAK awal Mohammad Yogiantoro bersilaturahmi ke


rumah Siti Musbadiany Soebadi dan bertemu dengan
maminya, Ny. Moesdiati, pria yang merupakan teman satu
kampus Diany ini menarik perhatian mami Diany. Dari situ
hubungan dua insan antara Mohammad Yogiantoro dan Siti
Musbadiany Soebadi pun semakin dekat. Dengan sepeda
kumbang milik Yogiantoro, Diany sering di jemput untuk
berangkat bersama – sama menuju kampus,
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Dengan sepeda kumbang miliknya, Yogi menjemput Diany dan


memboncengnya menuju kampus. Sepasang muda - mudi yang sedang
memadu kasih ini pun sepanjang perjalanan tak hanya diam seribu
bahasa. Dengan suka cita mereka pun ngobrol kesana kemari hingga
tak di sangka kalau sepeda kumbang yang mereka naiki sudah berada
tepat di dalam area kampus.
Bagi keduanya, sepeda kumbang tersebut merupakan kenangan
terindah saat awal berseminya benih – benih cinta mereka. Dan dari situ
pula yang membuat pasangan ini selalu tampak romantis. Meski jarak
yang cukup jauh, dengan mengayuh sepeda semua itu terasa tidak
melelahkan, karena ada gadis cantik yang disayanginya tengah duduk
manis diboncengan.
38 Ayu Andriya
Prof. dr. Mohammad
Yogiantoro, SpPD.KGH-
FINASIM, saat ditemui
di ruang prakteknya
menceritakan bahwa
sejak mengenal
perempuan yang bernama
Siti Musbadiany Soebadi,
secara pribadi dirinya
merasa sangat di ‘openi’
oleh Ny. Moesdiati
maminya Diany. Bahkan
sudah seperti antara anak
dengan orangtuanya
sendiri.

“Pengalaman unik
ketika makan nasi
dicampur jagung buatan
mami, kira – kira waktu
itu tahun 1965 – 1966
tapi rasanya enak juga. Selain itu juga belajar mengemudikan mobil
sampai dapat SIM (surat ijin mengemudi, Red) bersama Diany, Dimas,
Sudewa dan Putra,” jelas dokter spesialis penyakit dalam ini.
Masa kuliah, sosok Diany dikenal sebagai salah satu mahasiswa
yang aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan. Tidak heran jika dia
memiliki banyak teman dan sahabat – sahabat baru. Selain itu juga
merupakan salah satu mahasiswa yang di idolakan laki – laki di kampus
kala itu. Hal ini dikarenakan kepandaiannya dalam bergaul dan cerdas
dalam mata kuliah. Tidak heran jika banyak teman laki – laki yang
mendekatinya. Namun dari sekian banyak lelaki yang mendekatinya,
hanya Mohammad Yogiantoro yang dapat meluluhkan hati Diany.
Semenjak menjalin kasih, pasangan ini selalu nampak romantis.
Seolah tak dapat dipisahkan antara keduanya, pasalnya dimana ada
Yogi di situ pasti terdapat Diany, begitu pula sebaliknya.
Mensyukuri Makna Silaturahmi 39
Mengikuti berbagai kegiatan kampus berdua, melakukan hobi
yang menjadi kegemarannya pun juga berdua. Sampai akhirnya teman
dan sahabat mereka pun menjuluki ‘Bagai Amplop dan Prangko’,
nempel terus susah untuk dilepaskan.
Pasangan muda – mudi ini memang persis amplop dan prangko.
Kalau jaman dulu berkirim surat menggunakan perangko yang
fungsinya pengganti biaya kirim surat. Kalau tidak ada prangko di surat
yang dikirim, surat tersebut tidak bakal sampai pada alamat tujuan dan
serasa masih ada yang kurang. Begitu pula dengan pasangan ini, kalau
salah satu di anatara mereka tidak ada, semua terasa hambar.
“Kalau dibilang romantis, saya ini bukan tipe romantis. Karena
romantis itu gombal. Jadi saya hanya melakukan saja dengan hati tanpa
perlu memberikan janji - janji manis. Lah mosok yo arep diwenehi janji
tok?,” begitu jelas Prof. dr. Mohammad Yogiantoto, SpPD-KGH,
FINASIM.,

40 Ayu Andriya
saat berbincang – bincang di Coffee Shop Elmi Hotel Surabaya tentang
masa pacarannya dulu dengan perempuan yang kini telah menjadi
isterinya, Prof. dr. Siti Musbadiany Soebadi Yogiantoro, SpM (K)
Jalinan cinta antara Mohammad Yogiantoro dan Siti
Musbadiany Soebadi bukan menjadi hambatan saat kuliah. Bahkan
menjadi penyemangat keduanya dalam belajar dan meraih prestasi
hingga keduanya sama – sama mendapatkan gelar dokter dari hasil
pendidikan yang ditempuhnya pada tahun 1970.
Hingga kemudian Siti Musbadiany Soebadi pendidikan
spesialisnya di Brevet Spesialis Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya lulus empat tahun kemudian.Setelah itu,
Mohammad Yogiantoro pun membuktikan kalau dirinya benar – benar
mencintai gadis pujaannya Siti Musbadiany Soebadi dengan
mempersuntingnya pada 11 Juni 1970. Dari pernikahannya, pasangan
ini di anugerahi 3 anak, 2 perempuan dan 1 laki - laki. Yaitu: Ardiany
Amelia, SE., Yasmina Rahmawati, SE., dan dr. Ardityo Rahmat
Ardhany.(*)

Mensyukuri Makna Silaturahmi 41


Bagai Amplop & Prangko

AKHIRNYA Mohammad
Yogiantoro mempersunting
kekasihnya, Siti Musbadiany
Soebadi pada 11 Juni 1970.
Sejak saat itu pasangan ini
tiada pernah terpisahkan. Di
mana ada Yogi, di situ pula
pasti ada Diany. Hingga
akhirnya treman – teman dekat
mereka selalu menggoda
dengan
istilah ‘Amplop dan Prangko’.
Sebagai seorang isteri, Diany
menanggapinya dengan senyuman
godaan tersebut. Tak salah jika banyak
orang yang merasa iri melihat begitu
harmonis dan mesranya hubungan suami isteri ini, di manapun dan dalam
keadaan apa pun senantiasa berdua.
“Bila sepasang manusia sudah memutuskan untuk menikah,
maka segala macam bentuk perbedaan sudah tidak ada lagi. Setiap
masalah yang datang, bukanlah merupakan sebuah perbedaan dan
membuat perpecahan, namun sebagai proses untuk mencari sebuah
solusi yang terbaik,” terang pria kelahiran Tulungagung, 21 Maret 1942
itu serius.
42 Ayu Andriya
Lantas apa rahasianya? . . . . . .
“Bila keduanya sudah memutuskan untuk menikah, maka segala macam
bentuk perbedaan sudah tidak ada lagi.Setiap masalah yang datang, bukanlah
merupakan sebuah perbedaan dan membuat perpecahan, namun sebagai
proses untuk mencari sebuah solusi yang terbaik,” terang Pria kelahiran
Tulungagung, 21 Maret 1942 itu serius.
Dokter spesialis penyakit dalam ini merupakan sosok suami yang
bijaksana bagi Diany di dalam setiap menghadapi permasalahan hidup antara
keduanya. Hal ini merupakan salah satunya membuat Diany bangga terhadap
sosok Yogi. Ketika ditemui di salah satu cafe yang terdapat di dalam Siloam
Hospital Surabaya, salah satu tempat prakteknya, lebih lanjut Prof. dr. Moh.
Yogiantoro, SpPD.KGH-FINASIM menjelaskan bahwa di dalam setiap
menghadapi permasalahan rumah tangga,
Mensyukuri Makna Silaturahmi 43
kita tidak diperkenankan untuk mengumbar kemarahan kecuali untuk
alasan yang berkaitan dengan akidah. “Suami yang merupakan imam di
dalam rumah tangga harus bertanggungjawab menjaga biduk rumah
tanggayang sakinah, mawaddah, warrohmah,” jelasnya.
Dalam setiap perbedaan pendapat, Yogi dan Diany senantiasa
menyediakan waktu untuk bicara hati ke hati. Begitu pula jika terdapat
masalah, entah itu di lingkungan prakteknya sebagai dokter atau
lainnya.Pasangan ini pun selalu terbuka. Dengan keterbukaan tersebut,
kehidupan rumah tangga akan berjalan lancar dan aman, meski sesekali
terdapat konflik.
Komitmen berumah tangga yang di dasari pendidikan agama
dirasakan sebagai hal yang ideal bagi pasangan yang dikaruniai tiga
buah hati ini. Saling menghormati perbedaan berpendapat dan salaing
menyayangi merupakan salah satu kunci untuk terbinanya keluarga.

Tidak sekedar di rumah pasangan ini terlihat mesra, pasangan


suami isteri yang sama – sama Guru Besar Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya ini senantiasa berdua dimana pun.
Kalau orang Jaa mengatakan ‘kayak Mimi lan Mintuno’.

44 Ayu Andriya
Pasalnya, Mohammad
Yogiantoro dan Siti
Musbadiany Soebadi juga
sama – sama berpraktek
kedokterannya di tempat
yang sama.
Prof. Diany,
begitulah pasien – pasien
memanggil perempuan
kelahiran Bali yang
memilih profesi sebagai
dokter spesialis mata
tersebut. Perempuan yang
memiliki dedikasi cukup
membanggakan bagi
masyarakat dan Pemerintah
Provinsi Jawa Timur tersebut memiliki beberapa tempat praktek.
Di antara tempat – tempat praktek kedokterannya tersebut
meliputi: Jalan Raya Dr. Soetomo 83 Surabaya yang merupakan rumah
keluarga Soebadi, Surabaya Eye Clinic (SEC) yang beralamatkan di
Jalan Jemursari Surabaya dan di Siloam Hospital Surabaya. Nah di
rumah sakit yang ada di Jalan Irian Barat, Surabaya inilah Diany dan
Yogi berpraktek di tempat yang sama.
Usai berperan sebagai dokter yang memeriksa banyak pasien di
ruang prakteknya, baik itu Siti Musbadiany Soebadi maupun
Mohammad Yogiantoro selalu bertemu di salah satu cafe yang terdapat
di rumah sakit tersebut.
Melepas penat sejenak setelah menghadapi banyhak pasien
dengan beda – beda keluhan dan diagnosa, sembari makan – makan dan
bercengkeramah bersama sahabat – sahabat dan rekan rekan seprofesi
merupakan kebiasaan yang dilakukan pasangan ini. Sesekali ada saja
yang menghampiri hanya sekedar mengajak ngobrol dari teman –
teman detailer (konsultan farmasi, Red).

Mensyukuri Makna Silaturahmi 45


Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1435 Hijriyah
Masjid Diponegoro Surabaya, 23 Januari 2014

Tidak hanya itu, di saat mereka berdua sedang asik ngobrol atau
pun bersenda gurau bersama sahabat – sahabatnya, selalu ada saja
seseorang yang menyapa.
“Selamat siang Prof”
“Apa kabar Prof?”
Begitulah, sapaan hangat jika Diany dan Yogi tengah bersantai
untuk menghilangkan penat usai praktek. Entah siapa saja yang
menyapa itu, Diany mengaku tidak menghafal satu persatu. Namun
yang jelas sikap keramahtamahan Diany dan Yogi terhadap setiap
orang, pasien – pasiennya sekalipun membuat semua orang yang
mengenalnya menjadi merasa lebih akrab dengan sosok duo profesor
ini. Yang tiada pernah terlupa dan seringkali diucapkan oleh Diany,
“Banyak teman banyak rezeki kita bisa berbagi apapun dan yang
penting semua itu barokah”. (*)

46 Ayu Andriya
Berkarier
Tanpa Melupakan Kodratnya
Setelah berhasil menamatkan pendidikannya di bangku kuliah di
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 1970,
perempuan kelahiran Denpasar Bali, 16 Mei 1945 ini terus belajar
untuk menempuh jenjang pendidikan berikutnya. Hal itu dilakukan
guna meraih cita – cita yang di idam-idamkannya sejak kecil.
Melanjutkan pendidikan spesialisnya di Brevet Spesialis Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya lulus tahun 1974.
Inilah pentingnya pendidikan guna meraih cita – cita dan impian yang
begitu mudah. Siti Musbadiany Soebadi pun dalam hal pendidikan
tidak hanya di Indonesia, tetapi dia pun juga di luar negeri. Kendati
demikian Diany tidak pernah mengalami masalah dalam hal mata
kuliah.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 47


Saat di temui di Coffee Shop Elmi
Hotel Surabaya, isteri Moh.
Yogiantoro ini mengatakan
mengatakan bahwa setelah menikah
dirinya memutuskan untuk
meneruskan kariernya sebagai dokter
spesialis mata. Ketika ditanya
mengapa dirinya lebih memilih
spesialis mata daripada spesialis
lainnya, Diany menuturkan: ““Mami
pernah berkata, jangan memilih
spesialis yang menyita waktu lebih
banyak meninggalkan keluarga”.
Pesan mami tersebut tersirat
makna yang mendalam bagi seorang
perempuan dan peranannya yang
kodratnya sebagai ibu rumah tangga.
Diany yang senantiasa patuh dan taat
terhadap perintah orangtua, dia pun
mengikuti saran Ny. Moesdiati
tersebut. Memilih pendidikan
spesialis mata dan berkarier sebagai
dokter sepsialis mata.
Karena kepatuhannya terhadap orangtua itulah banyak
kemudahan diraih Diany dalam hal profesinya sebagai dokter. Bukan
hanya sekedar prestasi yang telah dicapai sebagai dokter spesialis mata
ternama di Kota Surabaya, Prof. dr. Siti Musbadiany Soebadi
Yogiantoro, SpM (K) ini kariernya semakin gemilang.
Berangkat dari pendidikannya di Amsterdam, Diany kembali ke
tanah air dengan menerapkan ilmu yang didapatnya selama menempuh
pendidikan disana. Diaplikasikan dengan teknologi dan perkembangan
ilmu pengobatan medis di Indonesia. Dari situ karier Diany semakin
berkembang sebagai dokter spesialis mata seperti kenginannya.
Sebagai Ketua Bagian/ SMF Ilmu Penyakit Mata di tahun 2001
hingga sekarang, Kepala seksi neuro-oftalmologi di tahun 1980 hingga
saat ini, Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Mata tajun 1990 – 2001.
48 Ayu Andriya
Ketua Ikatan Orangtua Mahasiswa (Ikoma) 1998 – 2002 merupakan
sederet kesibukan Diany sejak aal berkarier sebagai dokter spesialis
mata. Kendati demikian sederet kesibukan tersebut masih belum semua,
masih banyak kegiatan dan jabatan yang di sandangnya hingga saat ini.
Bahkan yang terakhir, puteri pertama keluarga Soebadi tersebut
mendapatkan amanah sebagai Direktur Utama Surabaya Eye Clinic.

Meski memiliki
banyak
kesibukan, ibu 3
anak dan 6 cucu
ini tidak pernah
melupakan
sedikit pun
tentang
kodratnya
sebagai seorang
perempuan.
“Jadi seorang ibu
itu tidak hanya
mengurusi
rumah tangga
saja, tetapi juga
harus sukses
dialam karier,”
katanya ramah.

Memberikan kebahagiaan kepada suami dan keluarga tetap jadi


yang utama, di samping itu karier dan kesibukan lainnya. Kendati
demikian, dalam kondisi lengang, liburan panjang ataupun long
weekend, Diany senantiasa menyempatkan untuk berkumpul bersama
anak – anak dan cucu. “Nyambung silaturahmi antar keluarga itu
bagaimana pun juga penting. Selain rezeki bertambah, juga
memperpanjang umur,” ujarnya.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 49


Siti Musbadiany Soebadi, ibu riumah tangga yang juga
berkarier sebagai dokter spesialis mata yang lebih akrab dengan sapaan
Prof. Diany ini figurnya patut menjadi contoh semua perempuan –
perempuan di seluruh pelosok negeri. Pasalnya, Kartini masa kini ini
tidak hanya sukses dalam rumah tangga sebagai seorang isteri dokter
spesialis penyakit dalam, tetapi juga sukses di karier dan berbagai
organisasi yang di ikutinya.
Dalam sebuah obrolan, Diany pernah mengatakan bahwa
sebuah karier yang telah jadi profesi keseharian mesthi dijalani dengan
profesional pula. Dalam hal ini dia telah membuktikannya sejak profesi
dokter dilakoninya mulai tahun 1974 hingga saat ini.
Rasa cinta terimakasihnya kepada almamater, membuat Diany
terpanggil hatinya untuk merepresentasikan apa yang telah dicapainya
kepada almamater. Sebagai seorang dosen di perguruan tinggi ternama
di Kota Surabaya, Diany tak segan – segan berbagi ilmu kepada siapa
pun, khususnya kepada para mahasiswanya. Sementara untuk perannya
sebagai dokter spesialis mata, Diany sangat bahagia karena bisa
membantu meringankan penderitaan sesama. “Saya sangat menikmati
profesi dokter, karena dapat mengurangi angka kebutaan di Indonesia,”
katanya.

50 Ayu Andriya
Dokter yang juga praktek
di Siloam Hospital Surabaya ini
senantiasa menerapkan ilmu yang
di dapatnya selama menempuh di
bangku kuliah kepada setiap
pasien – pasiennya. Tidak hanya
berperan sebagai dokter yang
tugasnya memeriksa dan
menyembuhkan pasien, dia juga
memberikan edukasi terhadap
pasiennya, bahkan tak jarang
membagikan buku dan cd yang
berisikan lagu – lagu karya Prof.
dr. Moh. Yogiantoro, SpPD.KGH-
FINASIM.. “Kalau pasiennya
nyaman, proses pengobatan juga
akan jadi lebih mudah dan efektig
karena hati pasiennya sudah
tenang,” tuturnya.
Tidak hanya itu, bentuk
edukasi kepada pasien – pasiennya
juga dalam bentuk memberikan
bahan bacaan literatur atau kliping
kesehatan yang pernah dimuat media massa. “Hal itu merupakan salah
satu cara meng-edukasi masyarakat untuk mengenal lebih dalam
tentang dunia kesehatan,” lanjutnya.
Sementara itu, Prof. dr. Moh. Yogiantoro, SpPD.KGH-
FINASIM., saat ditanya tentang berbagai kesibukan isterinya di karier
sebagai dokter dan berbagai organisasi yang diikutinya, dokter spesialis
penyakit dalam ini hanya berkomentar kalau tidak ada masalah yang
terpenting bisa mengatur waktu mana untuk keluarga dan untuk
kepentingan lainnya. Sebagai suami pun dirinya terlalu memberikan
batasan kepada isterinya untuk berekspresi di berbagai bidang.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 51


“Yang terpenting bisa mengatur waktu mana untuk keluarga dan mana untuk
kepentingan lainnya. Dan semua itu yang dilakukan tidak melanggar norma
dan aqidah Islam,” terangnya.
Terlepas dari perjalanan karier Diany, sang suami Mohammad Yogiantoro
juga memiliki perjalanan karier yang tidak kalah menarik. Bermula dari nasib
yang membawanya
memasuki Fakultas
Kodekteran Universitas
Airlangga Surabaya sebagai
awal untuk menempuh
pendidikannya sebagai
dokter.
Setelah lulus dari
Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga
Surabaya, Yogi mengabdi
dalam masa keprofesiannya
atau biasa disebut co ass.
Dalam masa co ass-nya
tersebut, Yogi yang saat itu masih bingung akan menempuh spesialis apa
setelah lulus hingga akhirnya pada suatu ketika dia berjalan di sekitar
fakultasnya, dan ada seorang dosen memanggilnya. Perbincangan pun terjadi
beberapa menit lamanya, dan mahasiswa kelahiran Kota Sumpil Tulungagung
tersebut menyetujui dengan apa yang diperintahkan dosennya.
Bagi Yogi semua itu seperti kebetulan dan juga rezeki bagi Yogi.
“Wong ya pas bingung tiba - tiba dipangil dosen saya disuruh menggantikan
orang di bagian Nefrology karena orang tersebut sudah pensiun. Ya tanpa
mikir panjang, saya iyakan saja,” ujarnya. Kembali nasib yang membawa
Yogi menjadi seorang ahli nefrology.
Pun demikian dengan sang suami yang berpraktek di tempat yang
sama dalam menerapkan ilmu kedokterannya kepada setiap pasien. Di dalam
menghadapi pasien – pasiennya, dokter spesialis penyakit dalam ini lebih
memilih cara Tuhan ikut andil dalam proses penyembuhan. “Dokter kan
hanya sebagai mediasi saja. Sepenuhnya hanya Allah SWT yang berkuasa
memberikan kesembuhan,” ujarnya.(*)

52 Ayu Andriya
Dokter Hanya Perantara Saja
SUKSES dalam karier sebagai dokter spesialis mata dan Guru Besar
Fakultas Kedokteran salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Kota
Surabaya, bagi Siti Musbadiany Soebadi tak terlepas dari peran serta
sang suami Mohammad Yogiantoro yang selalu memberikan support dan
motivasi.

Terlepas dari itu


semua tak kalah
menariknya pula
perjalanan karier
Mohammad
Yogiantoro sejak awal
menginjakkan kakinya
di Ibukota Provinsi
Jawa Timur, Surabaya
untuk menempuh
pendidikan di Fakultas
Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 53


Mohammad Yogiantoro merupakan pria kelahiran Tulungagung, 21
Maret 1942. Adalah diantara salah satu pria yang mencoba mendekati
Diany ketika masa – masa kuliah yang akhirnya berhasil untuk
mempersuntingnya. Kini, telah 45 tahun sudah perjalanan panjang
rumah tangga antara Mohammad Yogiantoro dan Siti Musbadiany
Soebadi. Berbagai suka duka telah dihadapi bersama – sama. Dari
perniokahan mereka, Allah SWT telah menganugerahkan 3 anak dan 6
cucu.
Sama – sama berprofesi sebagai dokter spesialis, Yogi dan
Diany memiliki cara masing – masing yang berbeda di dalam
menghadapi pasien – pasiennya. Jika Diany lebih banyak memberikan
edukasi dengan bahan bacaan – bacaan atau kliping tentang kesehatan
yang pernah di muat berbagai surat kabar atau membagikan buku dan
CD, beda halnya dengan Yogi.
Dokter spesialis penyakit dalam pemilik nama lengkap Prof. dr.
Moh. Yogiantoro, SpPD.KGH-FINASIM., ini lebih memilih cara –
cara spiritual. Saat ditemui di Coffee Shop Elmi Hotel Surabaya,
dikatakannya bahwa seorang dokter hanyalah profesinya saja, ketika
ada seseorang yang sakit dan butuh pertolongan, maka hendaknya
diberikan pertolongan. Namun untuk proses kesembuhannya harusnya
dikembalikan lagi kepada Allah SWT yang memiliki kuasa untuk
memberikan kesembuhan tiap penyakit.

54 Ayu Andriya
“Dokter kan hanya sebagai mediasi saja. Sepenuhnya hanya
Allah SWT yang berkuasa memberikan kesembuhan,” ujarnya. Karena
itulah dia lebih memilih cara – cara spiritual dalam memberikan
motivasi kepada setiap pasien – pasien yang berobat kepadanya.
Dikatakanya, melalui metode dzikir dan meditasi tidak hanya
sekedar mendatangkan ketenangan jiwa, tetapi juga menjauhkan
berbagai penyakit. Kendati demikian, untuk mendapatkan kesehatan
jangan hanya melalui minum beberapa butir obat dan menjaga pola
makan.
Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah menjaga kesehatan
‘rohani’. Sebab, tak jarang penyakit datang dari kondisi pikiran atau
emosi seseorang. Karena itu, ‘obat’ yang digunakan pun berbeda, yakni
dengan cara ibadah sholat dan doa.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 55


“Karena saya muslim, jadi saya memraktikkan sholat. Dan untuk
dzikir juga tak hanya setelah selesai sholat saja, harus dilakukan setiap
saat,” ujar suami dari Prof. dr. Siti Musbadiany Soebadi Yogiantoro,
SpM (K) ini dengan semangat.
Ketenangan batin terlihat pada pria kelahiran Tulungagung, 21
Maret 1942 ini. Baginya, manfat melakukan dzikir secara rutin bukan
hanya mendapatkan pahala, tetapi juga membawa ketenangan
tersendiri. Menurutnya dengan selalu berdzikir, Tuhan Yang Maha Esa
akan memberikan ketenangan batin pada kita. “Harus diketahui bahwa
Tuhan itu bukanlah teori. Tuhan itu nyata. Bahkan Dia lebih dekat dari
urat leher kita,” jelasnya.
Selain itu kesibukan dan tekanan hidup dijaman yang serba
modern seperti sekarang ini tak jarang membuat orang lupa bersyukur.
Boleh jadi kita lupa bahwa ada banyak hal berupa kemudahan dan
anugrah luar biasa dari Sang Maha Pencipta yang kita terima setiap
hari.
Bila kita banyak bersyukur atas semua anugrah tersebut, tentu
akan membawa berjuta manfaat dan menjadikan hidup ini sangat
menyenangkan.
Efek psikologisnya, batin dan emosi yang tenang juga bisa
menjauhkan dari segala penyakit. Pemahaman inilah yang benar-benar
diterapkan Yogi. Baginya, merasa cukup itu perlu, agar kita tidak
terdorong menjadi orang yang tamak atau serakah. Sebaliknya, dengan
merasa cukup kita akan mudah bersyukur kepada Sang Pencipta.
“Saya selalu berdoa kepada Allah agar Dia menjaga agamaku,
menjaga hartaku dari harta yang tidak berkah, karena disitulah sumber
kehidupan kami,” ungkapnya dengan tersenyum.
Menurut kakek dari 6 cucu ini, syukur itu tidak cukup dengan
membaca Hamdalah dan berdoa. Namun harus dengan diwujudkan
dengan perbuatan. “Syukur itu tidak hanya dengan doa saja, jika hanya
berdoa, bisa - bisa orang - orang yang ada di pesantren sehat semua,”
ucapnya bernada humor. Wujud dari rasa bersyukur itu bisa
diimplementasikan dalam bentuk perbuatan. Salah satu yang ia lakukan
yakni dengan istirahat yang cukup. Untuk yang satu ini ukuran untuk
setiap orang memang tidak sama.

56 Ayu Andriya
Dan sebagai wujud syukurnya kehadirat Allah SWT yang telah
diberikan anugerah luar biasa dengan kesehatan dan keharmonisan
rumah tangga yang terjalin, pria yang pandi menciptakan lagu ini turut
andil dalam pembangunan Masjid Diponegoro. Tempat ibadah umat
Islam tersebut berada di Jalan Diponegoro Surabaya.
Terlepas dari bakatnya menyanyi, suami Diany ini telah tiga
kali merekam suaranya dalam CD Audio. Yang kemudian dari hasil
rekaman tersebut, cd dibagikan secara cuma – cuma kepada pasien –
pasiennya. Allah memang memberikan kelebihan kepada setiap orang
secara berbeda – beda, dan sebagai manusia harus pandai – pandai
mensyukuri hal tersebut.(*)

Mensyukuri Makna Silaturahmi 57


Figur Kartini Masa Kini

DARI pernikahannya, Prof. dr. Siti Musbadiany Soebadi,


SpM (K) dan Prof. dr. Mohammad Yogiantoro, SpPD.KGH-FINASIM
telah dikaruniai tiga anak. Yaitu: Ardiany Amelia, SE., Yasmina
Rahmawati, SE., dr. Ardityo Rahmat Ardhany. Pasangan suami
isteri Yogi – Diany ini semakin harmonis hingga saat ini dimana
usia pernikahan mencapai 45 tahun.

Selain berkarier
dibidang kesehatan
sebagai dokter spesialis
mata yang harus
mendengar keluhan
pasien, nenek yang
memiliki 6 cucu ini
juga berperan di
berbagai organisasi
sosial. Dimana
berbagai organisasi
tersebut, figurnya
sangat dibutuhkan.

58 Ayu Andriya
Temu Kangen, Alumni SMA Santa Maria Surabaya Angkatan 1963 –
1966
Rumah Makan Adem Ayem – Surabaya, 18 September 2014

Diantara organisasi sosial kemanusiaan yang diikuti oleh Diany meliputi:


Forum Alumni Korps HMI Wati atau Forhati Majelis Daerah Surabaya.
Dalam organisasi tersebut, Diany berperan sebagai penasehat. Dimana
kepedulian terhadap sesama diwujudkan dengan berbagai macam kegiatan –
kegiatan hari – hari besar Islam.
“Salah satunya dengan melakukan silaturahmi ke kawasan pemulung
yang berjumlah kurang lebih 150 KK di kawasan stren kali Baratajaya
Surabaya. Atau dengan melakukan kegiatan sosial seperti operasi mata
katarak gratis, bantuan pendidikan hingga pembangunan mushola,” jelasnya.
Bagi Diany, rasa belas kasih yang tumbuh dalam diri seolah sudah
tertanam sejak kecil. Dengan demikian membuat dirinya merasa iba jika
terdapat orang lain yang membutuhkan pertolongan. Begitu pula jika melihat
seseorang yang diberikan kekurangan dalam indera penglihatannya oleh Allah
SWT.

Tidak salah jika orang lain memandang sosok Siti Musbadiany


Soebadi sebagai figur Kartini masa kini yang mampu memberikan
motivasi sekaligus inspirasi bagi seluruh kaum perempuan di
Indonesia.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 59


Namun dibalik itu terdapat kelebihan yang tiada dimiliki oleh
orang normal kebanyakan. Hal ini membuat dokter kelahiran Denpasar
Bali inimenjadi penyantun tetap di Perhimpunan Tuna Netra Indonesia
(Pertuni) Cabang Surabaya.
Tidak sampai di situ saja, masih banyak berbagai organisasi
sosial kemanusiaan yang diikuti oleh Diany. Mulai dari Pengajian
Wanita Surabaya Dr. Soetomo 83 yang merupakan kelompok pengajian
yang didirikan oleh Ny. Moesdiati, Dewan Pembina Masjid
Diponegoro, dan masih banyak lagi lainnya.
Memiliki seabreg kesibukan, Guru Besar Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya yang juga sebagai Direktur Utama
Surabaya Eye Clinic ini ternyata pandai dalam mengatur waktu.
Dimana waktu untuk keluarga, karier sebagai dokter dan waktu untuk
berorganisasi. Meski memiliki seabreg kegiatan di dalam karier dan
organisasi, perempuan tetaplah perempuan yang tidak boleh melupakan
kodratnya sebagai seorang perempuan yang senantiasa berbakti pada
suami, berbakti kepada keluarga dan berbakti pada agama.

60 Ayu Andriya
Di jaman serba modern seperti sekarang ini, sangat jarang kita
jumpai seseorang yang memiliki sebreg kesibukan di kariernya, tetapi
juga memiliki kepedulian yang sangat besar terhadap sesama. Tidak
salah jika orang lain memandang sosok Siti Musbadiany Soebadi
sebagai figur Kartini masa kini yang mampu memberikan motivasi
sekaligus inspirasi bagi seluruh kaum perempuan di Indonesia.
Dalam perbincangan, dokter spesialis mata ini pun berbagi tips
hidup sehat agar tetap fit hingga usia lanjut. Diantaranya atur waktu,
konsumsi vitamin yang sesuai dengan usia, makan makanan yang sehat
dan bergizi tidak terlalu manis asam dan berlemak.(*)

Mensyukuri Makna Silaturahmi 61


Musik,
Sebagai Obat Lelah

MEMILIKI banyak kesibukan sebagai dokter spesialis dan


Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya, sudah pasti Yogi dan Diany seringkali dilanda
kelelahan dan rasa jenuh. Apakah yang mampu
menghilangkan ketegangan diantara mereka berdua akibat
seharian berkutat di dalam ruang praktek dan lingkungan
kampus?

Siti Musbadiany Soebadi Yogiantoro pantas kalo mendapat julukan


sebagai Kartini Masa Kini. Pasalnya, sebagai seorang perempuan,
perempuan yang kerap kali dipanggil dengan sebutan Prof Diany ini
memiliki kesibukan yang luar biasa.
Bukan hanya sekedar sibuk berkarier sebagai dokter spesialis
mata yang memiliki beberapa tempat praktek. Sebagai Guru Besar di
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya dan banyak
organisasi sosial diikutinya. Dengan latar belakang itulah tidak salah
jika salah satu media terbitan Surabaya menjadikan Diany sebagai salah
satu nominasi program penganugerahan ‘Wanita Pilihan Jawa Timur’
Kirana Award 2009.
Dedikasinya terhadap dunia kesehatan sudah tidak diragukan
lagi. Dan karena perjuangan nenek yang memiliki 6 cucu inilah tingkat
kebutaan di Indonesia pun mengalami penurunan.

62 Ayu Andriya
“Bagaimana pun juga mata sebagai indera penglihatan yang
diberikan Allah SWT sangat penting dan memberikan banyak peran
dalam kehidupan. Karena itu kita harus bisa menjaga anugerah Tuhan
itu. Mata sebagai jendela dunia, jendela hati dan jendela penyakit,”
jelasnya sesaat ditemui usai menjadi narasumber sebuah seminar.
Dengan kesibukan yang cukup padat cukup padat di setiap
harinya, kerap kali dilanda rasa jenuh dan lelah yang teramat sangat.
Begitu juga dengan suaminya, Mohammad Yogiantoro. Namun mereka
berdua selalu memiliki cara untuk bisa meredakan tingkat kejenuhan
tersebut.
Bagi Yogi dan Diany, musik adalah satu – satunya obat yang
paling manjur untuk menghilangkan stres akibat kelelahan dalam
beraktifitas seharian. Selain itu juga untuk menjaga keharmonisan
diantara mereka berdua.
Yogi yang pandai dalam memainkan gitar dan menciptakan
lagu, dengan petikan gitarnya itulah Yogi menembangkan lagu khusus
dihadiahkan untuk perempuan pujaannya yang kini telah menjadi
isterinya. “Lagunya khusus karena karangan saya sendiri,” kata pria
yang dikenal humoris tersebut.
Mensyukuri Makna Silaturahmi 63
Uniknya selain pandai bermain alat musik, mereka berdua juga
suka menari. Yogi juga sering ‘menculik’ sang isteri untuk diajak
makan bersama, atau pergi ke suatu tempat di waktu luang untuk
melepas penat dari berbagai kesibukan. “Pernah tiba – tiba saya diajak
ke Bali untuk refreshing,” tutur Diany.
Dengan berdua di saat mereka berdua melepas penat karena
lelah atau jenuh setelah beraktifitas seharian itulah, hubungan keduanya
terlihat semakin romantis. Selain itu keharmonisan hubungan suami
isteri tetap terjalin. Kini keluarga yang dibina Yogi Diany telah terjalin
45 tahun lamanya, tepatnya pada 19 Agustus 2015 kemarin.(*)

64 Ayu Andriya
Tak Pernah Pandang Status Sosial

MENGOLEKSI miniatur gajah merupakan salah satu


kebiasaan dari Siti Musbadiany Soebadi Yogiantoro.
Pemandangan apik dengan barisan banyak gajah terpajang
di rumahnya yang berada di Jalan Citandui No. 3 Surabaya.
Bukan berarti tanpa alasan, dokter spesialis mata yang
berpraktek di Jalan Dr. Soetomo 83 Surabaya ini mengoleksi
miniatur binatang yang memiliki perawakan besar tersebut.

Binatang gajah yang merupakan lambang kebijaksanaan, keabadian


dan belas kasih ini tercermin dalam keseharian isteri Mohammad
Yogiantoro ini. Bijaksana dalam setiap menghadapi setiap
permasalahan dalam kehidupan. Hal tersebut sangat perlu dilakukan,
dan bagi Diany semua itu sudah diterapkan dalam keluarganya.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 65


Memiliki rasa belas kasih kepada semua mankhuk Tuhan,
merupakan salah satu kewajiban manusia yang diciptakan Allah SWT
sebagai salah satu makhluk-Nya yang paling sempurna. Tidak salah
jika puteri pertama keluarga Soebadi ini memiliki rasa kepedulian yang
sangat besar kepada siapapun yang sedang membutuhkan bantuan.
Kepedulian yang tulus itu tidak hanya kepada pasien –
pasiennya, tetapi juga diwujudkan dalam berorganisasi. Berbagai
organisasi yang bergerak dalam bidang sosial banyak diikutinya. Mulai
dari Forum Alumni Korps HMI Wati atau Forhati Majelis Daerah
Surabaya, Perhimpuanan Tuna Netra Cabang Surabaya, Dewan
Pembina Masjid Diponegoro, kelompok Pengajian Wanita Surabaya
(Pengawas) Jalan Dr. Soetomo 83, dan masih banyak berbagai
organisasi keprofesian yang diikutinya.
Telah kita singgung di awal, nenek yang kini telah memiliki 6
cucu ini merupakan sosok perempuan yang aktif sdalam berorganisasi.
Hal ini telah dilakoninya sejak masih duduk di bangku SMP.

Halal Bi Halal 1 Syawal 1436 Hijriyah


Keluarga Besar Pengajian Ibu –Ibu Jalan Raya Dr. Soetomo 83
Surabaya

66 Ayu Andriya
Pekan Ilmiah Riset Seni & Humaniora
Surabaya, 12 Juni 2015

Dari situlah, cara Dioany memiliki banyak teman dan sahabat


baru, dimana jalinan silaturahmi antar sahabat tersebiut masih tetap
terjalin dengan baik hingga kini.
Bagi ibu tiga anak ini, jalinan silaturahmi memiliki peranan
yang sangat penting dalam kehidupan ini. ‘Selain menambah saudara,
dari silaturahmi itu juga menambah rezeki, dan yang pasti
memperpanjang usia juga. Namun semua itu merupakan salah satu
anugerah Allah SWT yang harus tetap disyukuri,” katanya.
Bertemu dengan teman, sahabat atau kerabat hanya sekedar
ngobrol – ngobrol atau bersenda gurau, merupakan salah satu cara yang
dilakukannya. Bukan hanya sekedar merileksasikan ketegangan setelah
beraktifitas, dari sekedar pertemuan itu dapat juga berbagi apapun.
Semakin banyak teman semakin banyak silaturahmi yang dilakukan,
dengan begitu Tuhan memberikan anugerah semakin bertambah pula
usia. Maka dari itu tidak salah jika direktur utama Surabaya Eye Clinic
ini tetap kelihatan awet muda.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 67


Memegang teguh prinsip habluh minnallah wa habluh
minnanaas dalam hidupnya. Pasangan suami istri ini menerapkan hal
tersebut dalam kehidupannya. Selain melakukan hubungan baik dengan
sesama, dengan sang pencipta juga harus tetap dijaga.
Bukan hanya sekedar bersilaturahmi bagi Diany, tetapi
memiliki sahabat – sahabat baik merupakan sesuatu yang berharga bagi
Diany. Hal ini dikarenakan, melalui persahabatan itu pula tali
persaudaraan dapat terjalin dengan baik. Jika hubungan persahabatan
tersebut dapat terjalin dengan dengan baik dan langgeng, maka
hubungan persahabatan
tersebut layaknya seperti
hubungan dengan saudara.
Dengan demikian
melalui persahabatan itu pula
tali silaturahmi pun juga dapat
terjalin dengan baik antar
keduanya. Sikap
keramahtamahan terhadap
siapa pun dan supel dalam
bergaul membuat Diany
memiliki banyak sahabat dari
berbagai kalangan. Perempuan
yang berprofesi sebagai dokter
spesialis mata ini pun tak
pernah memandang status
sosial seseorang.
Salah satu sahabatnya
adalah Hj. Nana Fauzanah
Masdjedi. Ketika ditemui,
perempuan yang mahir dalam
melukis ini mengatakan
kebanggaannya karena memiliki sahabat karib seperti Siti Musbadiany
Soebadi.

68 Ayu Andriya
Syukuran ulang tahun bersama Ibu Endang, Anggie,
Ibu Diana, Ibu Diany dan Ibu Edith di Bangi Kapitiam
Surabaya 16 Mei 2015.
Pasalnya selain baik terhadap siapa pun, direktur Surabaya Eye Clinic
tersebut juga tidak segan – segan dalam berbagi apapun kepada sahabat
– sahabatnya. Tidak hanya itu, hanya kepada sahabat – sahabatnya pula
Diany mencurahkan keluh kesahnya yang telah di alami.
“Prof Diany itu orangnya baik tidak pernah membeda – bedakan
antara satu dengan lainnya,” jelas Hj. Nana Fauzanah Masdjedi.yang
mengaku mengenal sosok Diany sejak usia remaja.
Lama mengenal puteri pertama keluarga Soebadi, baginya
terdapat banyak kesan yang masih diingatnya hingga saat ini. Dimana
ketika mereka berdua bersama – sama saling berbagi isi hati dan
bersenda gurau.
Kedekatan antara Siti Musbadiany Soebadi dan Hj. Nana
Fauzanah Masdjedi.terlihat jelas bukan lagi seperti layaknya hubungan
teman, tetapi sudah seperti saudara sendiri.
Di akui juga oleh Dra. Ninik Siti Mardikaningsih, sepupu Moh.
Yogiantoro ini saat ditemui dikediamannya yang berada di Medokan
Asri Timur – Surabaya ini mengatakan bahwa Diany bukan hanya
sekedar perempuan yang memiliki figur Kartini masa kini. Dengan jiwa
sosial yang yang dimilikinya tersebut diharapkan dapat memberikan
inspirasi bagi perempuan – perempuan Indonesia.
Dengan begitu, seorang perempuan yang pada koratnya sebagai
ibu rumah tangga tersebut tidak selalu bergantung pada suami. Dan
dengan memiliki karir yang bagus dan menanamkan jiwa sosial untuk
berbagi kepada sesama, maka seorang perempuan mampu untuk
mandiri.
Mensyukuri Makna Silaturahmi 69
Sama halnya dengan Ny. Umi Buchori, ketua Forum HMI Wati
(Forhati) Cabang Surabaya ini telah lama mengenal figur Diany sebagai
perempuan yang memiliki jiwa sosial yang tinggi dan kepedulian
dengan siapapun tanpa memandang status sosial.
“Beliau itu adalah sosok sahabat yang baik dan memiliki
kepedulian sosial yang cukup besar terhadap siapapun tanpa
memandang status sosial seseorang,” tuturnya.
Namun bukan hanya itu, sebagai seorang perempuan yang
berkarier sebagai dokter spesialis mata, Siti Musbadiany Soebadi
Yogiantoro atau yang lebih akrab disapa Prof. Diany tak pernah
meninggalkan perannya dalam keluarga, yaitu sebagai isteri yang
sholekhah untuk suaminya dan ibu yang baik untuk anak – anaknya.
Dikatakannya, gemar berbagi terhadap sesama merupakan salah
satu bentuk kepedulian terhadap sesama. Hal itu terlihat dari banyak
aktifitas yang diikuti dari berbagai organissasi sosial. Itulah yang
senantiasa dilakukan secara istiqomah dalam setiap kegiatan yang
jalankannya.

70 Ayu Andriya
Ibu dan Sahabat Bagi Anak – Anaknya,
Serta Peran Silaturahmi

MEMILIKI seabreg kesibukan di berbagai organisasi


dan juga berperan sebagai dokter yang menjadi
profesinya tidak membuat Siti Musbadiany Soebadi
melupakan tugas – tugasnya sebagai seorang ibu bagi
anak – anaknya.

Merupakan peran serta doa ibu dan bimbingannya pula menjadi dasar
kunci sukses seorang anak di masa depannya. Karena itu pula peran
seorang ibu tidak boleh dipandang sebelah mata. Tugasnya yang amat
berat memberikan bimbingan kepada anaknya sejak masih di dalam
kandungan hingga usia dewasa. Karena – jasa – jasa yang tak dapat di
hitung tersebut itulah tidak salah jika di dalam kitab suci Alqur’an
dikatakan bahwa ‘Surga Ada di Telapak Kaki Ibu’.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 71


Begitu pula dengan peran
Diany terhadap ketiga anak –
anaknya yang tidak pernah
membedakan antara satu
dengan lainnya. Semua sama –
sama diberikan kasih sayang
layaknya seorang ibu kepada
anaknya. Bahkan ketiga
anaknya: Ardiany Amelia,
SE., Yasmina Rachmawati,
SE., dan dr. Ardityo Rahmat
Ardhany hubungannya sangat
dekat dengan ibunya, yaitu
Prof. dr. Siti Musbadiany
Soebadi Yogiantoro, SpM (K).

Saking dekatnya hubungan antara ibu dan ketiga anaknya itu,


terkesan seperti layaknya dengan seorang sahabat yang senantiasa
berbagi dan mencurahkan isi hati masing – masing kepada ibunya.
Kendati demikian, Diany yang kesehariannya berprofesi sebagai
dokter tersebut harus pandai – pandai menngatur waktu. Hal ini
dilakukan agar bisa lebih dekat dengan ketiga anaknya dan dapat
memantau di setiap aktifitas mereka.

“Saya salut dengan mama yang hingga saat ini masih aktif
dan semangat dalam berbagi ilmu. Selain itu juga senantiasa
semangat beliau yang tiada pernah habis,” jelas perempuan
yang telah merilis buku ‘Aku dan Hijab’ bersama dua
sahabatnya Ulia Dwilaga dan Dhenoqie tersebut.

72 Ayu Andriya
Berdoa dan berusaha
senantiasa dilakukan oleh
Diany demi keberhasilan di
masa depan anak – anaknya.
Dan doa itu pun diijabahi
oleh Allah SWT, dimana
ketiga anaknya sukses dalam
karier dan cita – citanya.
Dari ketiga anak pasangan
Prof. dr. Moh. Yogiantoro,
SpPD.KGH-FINASIM dan
Prof. dr. Siti Musbadiany
Soebadi Yogiantoro, SpM
(K)., adalah putera ketiganya
dr. Ardityo Rahmat Ardhany
menngikuti jejak kedua
orangtuanya sebagai dokter.

Rasa kagum dari


anak kepada ibunya dilontarkan oleh puteri pertama Diany, Ardiany
Amelia, SE. Pasalnya, sebagai seorang dokter spesialis yang berpraktek
di banyak tempat, Diany tak segan – segan dalam berbagi ilmu kepada
siapapun. Di sisi lain juga aktif di berbagai organisasi sosial dan
organisasi keprofesian.
“Saya salut dengan mama yang hingga saat ini masih aktif dan
semangat dalam berbagi ilmu. Selain itu juga senantiasa semangat
beliau yang tiada pernah habis,” jelas perempuan yang telah merilis
buku ‘Aku dan Hijab’ bersama dua sahabatnya Ulia Dwilaga dan
Dhenoqie tersebut.
Lanjutnya, sebagai seorang ibu dan juga dokter, Diany
merupakan sosok ibu yang aktif di luar rumah. Dengan berbagai
macam kesibukan di luar rumah, Diany tetap memperhatikan urusan
‘dalam negeri’ keluarga. “Dibalik ketegasan sikapnya, ada kelembutan
dan kasih sayang yang tiada batas terutama untuk anak – anaknya,”
katanya.
Mensyukuri Makna Silaturahmi 73
Pengalaman merupakan guru yang sangat berharga, dan dari
sebuah pengalaman yang banyak dijalani sepanjang hidupnya Diany,
Ardiany Amelia pun mengikuti saran – saran mamanya untuk rajin
menjalin silaturahmi, serta selalu berbagi kebaikan kepada siapa pun
yang ditemui.
Mahasiswi Universitas Airlangga Surabaya Fakultas Ekonomi
angkatan 1989 ini pun menceritakan banyak hal tentang mamanya.
Bahkan ada beberapa peristiwa yang hingga kini masih teringat dengan
jelas. Yaitu ketika dirinya hendak menyelesaikan skripsi S1, mama
selalu rajin mengingatkan untuk segera menyelesaikan skripsi tersebut,
agar dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu.
“Tanpa support yang luar biasa dari mama waktu itu mungkin
saya malas – malasan dalam mengerjakannya, dan tidak lulus tepat
waktu. Alhamdulillah berkat dukungan mama yang tiada henti
membuat saya selalu semangat,” kenangnya.
Ibu adalah seorang perempuan yang memiliki kasih sayang
lebih untuk anak – anaknya. Dengan caranya, seorang ibu memberikan
belas kasihnya untuk mendidik dan membesarkan sejak masih di
kandungan hingga usia dewasa.
Sementara itu menurut puteri kedua Siti Musbadiany Soebadi,
Yasmina Rachmawati ketika ditanya tentang figur mamanya
dikatakannya, Diany adalah seorang figur ibu dan wanita karir, gemar
menuntut ilmu, senang berorganisasi, gemar menolong sesama dan
sangat menghargai makna silaturahmi.
“Mama itu orangnya sangat menghargai makna silaturahmi.
Silaturahmi dengan siapapun, keluarga, saudara, kerabat, atau dengan
siapa pun yang dikenalnya,” katanya.
Lanjutnya, bahkan yang membuat makin simpati kepadanya
ketika ada keluarga, saudara atau teman yang sedang kesusahan,
semampu mungkin Diany menyempatkan waktunya hanya sekedar
untuk berkunjung atau mengirimkan bingkisan parsel sebagai wujud
perhatian.

74 Ayu Andriya
Waktu yang lebih banyak dihabiskan di luar rumah, bagi Diany
bukanlah sebuah alasan untuk tidak memberikan perhatian kepada anak
–anak dan cucunya. Puteri kedua dokter spesialis mata yang pernah
menjabat sebagai Ketua Ikatan Isteri Dokter Indonesia (IIDI) Cabang
Surabaya periode 2012 – 2015 ini menuturkan bahwa sebagai seorang
ibu, Diany senantiasa menanyakan kabar anak dan cucunya.
“Hampir setiap pagi mama selalu menelepon ke rumah,
menanyakan kabar anak – anak dan mama selalu mengatakan kalau ada
waktu luang mengajak untuk berkumpul bersama keluarga atau sekedar
jalan – jalan bersama. Dan itu merupakan salah satu bentuk kasih
sayang mama kepada keluarganya,” jelasnya.
Kendati demikian, bagi isteri dr. Achmad Yani, SpM., ini
merasa bersalah jika tidak bisa menyetujui ajakan mamanya untuk
ketemuan. “Padahal itu adalah keinginan sederhana tetapi dapat
membahagiakan beliau,” tuturnya.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 75


Perjalanan Karier
Prof. dr. Siti Musbadiany Soebadi Yogiantoro, SpM (K)
(Curicullum Vittae)

Perempuan yang lebih dikenal sebagai dokter spesialis mata


ini dalam perjalanan kariernya sangat membanggakan.
Bukan hanya membuat bangga keluarga, suami, anak – anak
dan cucunya. Tetapi siapapun yang mengenal beliau pasti
merasakan hal yang sama terhadap prestasi dan kariernya
sebagai dokter yang cukup handal ini.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 81


Curicullum Vittae

Nama : Prof. dr. Siti Musbadiany Soebadi


Yogiantoro, SpM (K)
NIP : 130355349/B.191548
Tempat/ Tanggal Lahir : Denpasar, 16 Mei 1945
Agama : Islam
Pekerjaan : Dosen Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya
Jabatan : Guru Besar Fakultas Kedokteran
Pangkat/ Golongan : Pembina Utama Muda/ Gol. IVD
Alamat Pekerjaan : Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Mata
RSUD
Dr. Soetomo, Jalan Mayjend Prof. Dr.
Moestopo 6 – 8, Surabaya
Alamat Rumah : Jalan Citandui 3 Surabaya
Status Perkawinan : Menikah
Nama Suami : Prof. dr. Mohammad Yogiantoro,
SpPD-
KGH (FINASIM)
Anak : 1. Ardiany Amelia, SE
2. Yasmina Rahmawati, SE
3. dr. ArdityoRahmat Ardhany
Menantu : 1. Drs. Nanang Erlangga Gani
2. dr. Dwi Ahmad Yani, SpM
3. Mira Kusumawardhani, SE
Cucu : 1. Ahsan Nardian
2. Azka Naufal
3. Nadhifa Salma
4. Alya Azzahra
5. Muhammad Rafli Nasywan Ardhany
6. Fauzan Ahmad Azzaki

82 Ayu Andriya
RIWAYAT PENDIDIKAN
1957 : Tamat sekolah Rakyat Negeri Tabanan, Bali
1960 : Tamat SMP Santa Maria Surabaya
1963 : Tamat SMA Santa Maria Surabaya
1970 : Lulus Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya
1974: Brevet Spesialis Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya
1994 : Konsultan di bidang Neuro-Oftalmologi

PENDIDIKAN LUAR NEGERI


1979 – 1980 :Neuro-opthalmology, Amsterdam (WilhelminaGaasthuis)
1992 : Workshop on Intra ocular lens implantation,
International
Congress Opthalmology, Singapore
1998 : Neuro Oftalmologi Workshop, Perth, Western
Australia
University

RIWAYAT PEKERJAAN
Jenjang Kepegawaian
Gol. IIIA (Capeg) : 1 Agustus 1971
Gol. IIIA : 1 Agustus 1973
Gol. IIIB : 1 April 1974
Gol. IIIC : 1 April 1976
Gol. IIID : 1 April 1978
Gol. IVA : 1 April 1980
Gol. IVB : 1 Oktober 1985
Gol. IVC : 1 Oktober 1992
Gol. IVD : 30 Juni 2005

KEGIATAN JABATAN
1. Ketua Bagian/ SMF Ilmu Penyakit Mata (2001 – sekarang),
2. Sepala Seksi Neuro-ofthalmologi (1980 – sekarang),
3. Ketua Program Studi Ilmu Penyakit Mata (1990 – 2001),
4. Ketua Ikatan Orang Tua Mahasiswa –IKOMA, Red—(1998 – 2002),

Mensyukuri Makna Silaturahmi 83


5. Sekretasis Sub Program V Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya,
6. Ketua TKP PPDS 1 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya ( 2002 – sekarang),
7. Anggota Penilai Angka Kredit Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya,
8. Ketua Panitia KredensialRSUD Dr. Soetomo Surabaya (1998 –
sekarang)

KEANGGOTAAN PERKUMPULAN PROFESI


1. IDI (Ikatan Dokter Indonesia) 1972 – sekarang,
2. IIDI (Ikatan Isteri Dokter Indonesia) 1973 – sekarang,
3. PERDAMI (Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia) !974 –
sekarang,
4. Perkumpulan Penyantun Mata Tuna Netra Surabaya, 1979 –
sekarang

KARYA ILMIAH
Nasional>
Penelitian
1. Pengaruh pengobatan Pilokarpin 2% pada hifema akibat trauma
tumpul
mata di RSUD Dr. Dr. Soetomo Surabaya,
2. Komparasi efektivitas airmata buatan denga
preservatifBenzalkonium
Khlorid 0,1% pada sindroma mata kering,
3. Hubungan Hygiene Sanitasi dari trachoma pada masyarakat Pantai
Kenjeran Kota Surabaya,
4. Perbandingan efektivitas terapitopical natrium diklofenak 0,1%
terhadap
tingkat kesembuhan inflamasi Pterigium

84 Ayu Andriya
*Kado Spesial Untuk Bunda

Surga ada ditelapak kaki Ibu, pengorbanan seorang ibu dalam


mendidik anak – anakanya sejak berada di dalam kandungan
hingga tumbuh dewasa yang luar biasa Bukan hanya sekedar
memberikan pendidikan moral dan materiil, seorang ibu telah
berkorban jiwa dan raganya demi masa depan anak – anaknya.
Kasihnya sepanjang jalan, tiada seorang anak pun yang mampu
membalas kasih sayang ibu

Sebagai wujud ungkapan tanda kasih untuk bunda,


ketiga anak Siti Musbadiany Soebadi Yogiantoro memberikan
sajak indah untuk mama, doa dan harapan.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 85


Cinta seorang ibu
tak pernah bersyarat..
Kalaupun sesekali tercetus,
pasti selalu diralat...
---
Kasih ibu sepanjang masa,
tak pernah pudar oleh waktu..
Segetir apapun hatinya,
akan selalu ada segudang maaf..
---
Baginya anak2 adalah amanah,
yang pertanggungjawabannya langsung ke Allah..
yang kan diasuh sepenuh hati,
karena dari rahimnya lah, lahir sang buah hati.
---
I love you Mama Diany Yogiantoro..
Ana uhibukum fillah Ahsan & Naufal
---
30 Ags 2015, Ardiany Amelia, SE
Puteri pertama Prof. dr. Siti Musbadiany Soebadi Yogiantoro,
SpM (K)

Mama memang lebih banyak meluangkan waktu diluar rumah. Namun


di sela kesibukannya yang tinggi, mama selalu berusaha untuk
menanyakan kabar anak dan cucunya. Hampir setiap pagi ada telepon
dari mama, hanya sekedar bertanya tentang kabar dan kapan bisa
bertemu untuk ngumpul bersama keluarga.
I Love You Mama Diany dan Papa Yogi, semoga Allah SWT
senantiasa memberikan kalian kesehatan, panjang umur dan
perlindungan dari mara bahaya, serta keselamatan di dunia dan akherat.
Amin!
Yasmina Rahmawati, SE., puteri kedua.

86 Ayu Andriya
Apa Kata Mereka . . . ??

Sebagai seorang kakak, mbak Diany merupakan kakak yang baik hati,
dermawan, ramah, care terhadap adik-adiknya. Tidak hanya itu, sebagai
seorang dokter, Prof. Diany gemar menolong orang lain tanpa
memandang status sosial, rajin ke salon untuk menata rambut agar
selalu nampak rapi.
Memiliki mobilitas yang cukup tinggi, namun tidak mengenal
rasa lelah sedikit pun itulah sosok guru besar Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya yang gemar dengan makanan favorit
tahu telor dan nasi goreng tersebut.
“Setelah ibu kami wafat, saya menganggap mbak Diany sebagai
pengganti beliau,” ujar adik Diany nomer empat, Siti Musbadiana
Soebadi Hanindio.
(drg. Siti Musbadiana Soebadi Hanindio)

Mbak Diany adalah kakak tertua kami yang paling aktif, memiliki
energi lebih dan sehat diantara adik – adiknya. Di masa pensiunnya
kegiatan mbak Diany malah bertambah, sebagai dokter dan juga di
bidang organisasi sosialnya.
Memiliki jiwa sosial yang tinggi itulah patut dicontoh darinya,
bisa dibilang mbak Diany itu adalah Super Woman. Sebagai adik, kami
senantiasa mendoakan mbak Diany agar dirahmati dalam kesejahteraan
dan kesehatan oleh Allah SWT. Amin!
(Siti Musbadiaty, adik nomer dua)

Mensyukuri Makna Silaturahmi 87


Sebagai seorang dokter, Prof. Diany senantiasa ramah dengan siapapun
dan selalu saja ada bahan obrolan di setiap kali bertemu. Selain itu
sebagai seorang kakak, mbak Diany tidak pernah melewatkan
memberikan perhatian untuk adik – adiknya. Esteh adalah minuman
kegemaran bagi perempuan yang selalu menjaga tali silaturahmi antar
keluarga tersebut.
(drg. Bagus Musbadiono Soebadi, adik nomer lima)

88 Ayu Andriya
Penutup

PROF. dr. Siti Musbadiany Soebadi Yogiantoro, SpM (K) lebih akrab
dengan sapaan Prof Diany merupakan figur perempuan yang patut
menjadi suri tauladan bagi kaum Hawa lainnya di negeri ini.
Pasalnya, bukan hanya sebagai wanita karier, dokter spesialis
mata ternama di Kota Surabaya ini senantiasa mengedepankan
profesionalisme dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Baik itu
dalam perannya sebagai dokter maupun aktifitas di organisasi.
“Melakukan silaturahmi itu bukan sekedar menambah rezeki,
tetapi banyak nikmat dan barokah yang dapat kita temukan”. Puteri
pertama keluarga dr. Soebadi ini memang gemar bersilaturahmi sejak
kecil, dan hal tersebut telah diajarkan oleh kedua orangtuanya.
Kebiasaan itu pun berlanjut hingga kini, begitu pula dengan
anak - anak dan cucunya. Sikap yang supel dengan siapa pun membuat
setiap orang yang baru mengenalnya mudah akrab dengan beliau.
Bukan hanya bisa langsung akrab, tetapi sudah seperti di dalam
lingkungan keluarga sendiri, semua terasa di ayomi.
Hal yang sama juga dapat kita rasakan ketika di tengah –
tengah keluarga besar Diany – Yogiantoro. Dimana semua anak – anak,
menantu dan cucu berkumpul. Tiada kesan mereka membedakan, meski
di tengah – tengah mereka hadir orang lain bukan anggota keluarga.
Tetap ramah, kekeluargaan, itulah yang kita rasakan.
Figur Prof. Diany memang tepat dijadikan contoh untuk
perempuan – perempuan lain di negeri ini. Begitu pula dengan
keramahtamahan keluarga besarnya terhadap siapa pun. Semoga buku
ini dapat menginspirasi kita semua bukan hanya kaum Hawa, tetapi
seluruh umat manusia di muka bumi ini.

Mensyukuri Makna Silaturahmi 89


Daftar Pustaka

1. Majalah Kirana, edisi 78 – Tahun VII/ Maret 2013 Halaman 11,


2. Majalah Kirana, edisi 79 – Tahun VII/ April 2013 Halaman 25,
3. Majalah Kirana, edisi 91 – Tahun VIII/ April 2014 Halaman 12,
4. Tabloid Kesehatan ‘Global Sehat’
5. Majalah Alia,
6. Bunga Rampai Biografi – Wanita Pilihan Jawa Timur 2010,
7. Majalah Dokter, edisi 01/2015 Halaman 40 – 41,
8. Harian Jawa Pos Radar Bali,
9. Harian Sore Surabaya Post,
10. Harian Kabar Madura,
11. Harian Surabaya Pagi,
12. Majalah Top Wanita Pengusaha, Judul; Segala bidang perlu
semangat –
Halaman 40,
13. Harian Pagi Surya,
14. BeritaLima dot com,
15. Kliping tentang Prof. dr. Diany Yogiantoro, SpM (K).,
16. Kliping tentang Prof. dr. Mohammad Yogiantoro, SpPD.KGH-
FINASIM.
17. Album Tempo Doeloe Bersama Ibu RA.Moesdiati Soebadi
Soerohadikoesoemo

Penerbit:
Queen’s Media Nusantara
ID Line: ayuandriya

Anda mungkin juga menyukai