Anda di halaman 1dari 4

Jenis Porfiria

1. Porphyria Cutanea Tarda (PCT)


2. Hepatoerythropoietic Porphyria
3. Congenital Erythropoetic
4. Protoporphyria
5. Acute Hepatic Porphyrias
Etiologi
1. Porphyria Cutanea Tarda (PCT)
 Akibat inhibisi uroporphyrinogen decarboxylase (UROD) di liver sehingga terjadi
peningkatan highly carboxylated porphyrins di liver, plasma, urin dan feses

2. Hepatoerythropoietic Porphyria
 Mutasi UROD dari kedua orang tua → UROD berfungsi normal hanya 5-30%
 Porifirin yang dihasilkan oleh liver meningkat → akumulasi di sumsum tulang →
meningkat dalam sel darah merah

3. Congenital Erythropoetic
 Hasil dari mutasi kedua uroporphyrinogen III sintase (UROS) yang mengakibatkan
kehilangan yang berat dari aktivitas UROS dan peningkatan uroporfirin I dan
coproporphyrin I

4. Protoporphyria
 Disebabkan oleh Loss-of-function mutation pada ferrochelatase (FECH)
 X-linked protoporphyria (XLP) → gain-of-function mutation ALAS2
 Jarang terjadi yang diakibatkan oleh aktivitas enzim biosintesis heme yang sangat
kurang, tetapi bukan berarti tidak ada

5. Acute Hepatic Porphyrias


 Progesteron, progestin sintetik, metabolit testosterone → penginduksi ALAS1, CYP
 Peningkatan progesteron pada fase luteal siklus menstruasi → serangan siklik AIP,
HCP, VP
Faktor Predisposisi
1. Porphyria Cutanea Tarda (PCT)
 Genetik
 Mutasi heterozigot UROD (20%)
 Hemokromatosis

2. Hepatoerythropoietic Porphyria
 Paparan sinar matahari berlebih

3. Congenital Erythropoetic

4. Protoporphyria
 Pajanan sinar matahari berlebih

5. Acute Hepatic Porphyrias


 Paparan sinar matahari
 Memiliki kerabat dengan gejala serupa
Pada Populasi Apa
1. Porphyria Cutanea Tarda (PCT)
 Kronik, terutama pada usia lanjut
 Lebih sering pada laki-laki

2. Hepatoerythropoietic Porphyria

3. Congenital Erythropoetic

4. Protoporphyria
 Paling sering pada anak-anak

5. Acute Hepatic Porphyrias


 Lebih sering terjadi pada wanita
 Umumnya terjadi pada usia antara 14 dan 45 tahun
 Memiliki kerabat dengan gejala serupa
Manifestasi Klinis
1. Porphyria Cutanea Tarda (PCT)
 Vesikel dan bula yang rapuh → mudah pecah, meninggalkan erosi, membentuk
krusta dan kemudian menyembuh
 Predileksi: punggung tangan, bagian tubuh yang terpajan sinar matahari, daerah
bekas trauma
 Erosi → predileksi terjadinya infeksi sekunder
 Skar menjadi hiperpigmentasi atau hipopigmentasi pasca inflamasi Setelah lesi
vesikel muncul → berkembang menjadi lesi berbentuk milia

2. Hepatoerythropoietic Porphyria
 Blister
 Hipertrikosis
 Skar
 Anemia hemolitik
 Urin kemerahan

3. Congenital Erythropoetic
 Lesi bulosa subepidermal yang mempengaruhi area yang terpapar cahaya seperti
punggung tangan, jari, dan wajah yang sering kali menyebabkan jaringan parut dan
area hiper dan hipopigmentasi.
 Lesi kulit menyerupai lesi yang ditemukan pada PCT, tetapi dengan kadar porfirin
yang jauh lebih tinggi sehingga menyebabkan hiperpigmentasi, jaringan parut,
kontraksi, dan hilangnya jari-jari tangan dan wajah yang lebih menonjol.
 Eritrodontia (pewarnaan coklat pada gigi) disebabkan oleh pengendapan porfirin
pada gigi yang sedang berkembang di dalam rahim.
 Anemia yang diakibatkan oleh hemolisis intravaskular dan eritropoiesis yang tidak
efektif dapat menjadi parah dan memerlukan transfusi sel darah merah berulang.
 Perifer apusan darah menunjukkan polikromasia, poikilositosis, anisositosis, dan
stippling basofilik eritrosit dan peningkatan retikulosit dan darah merah berinti sel.
4. Protoporphyria
 Fotosensitivitas kulit akut → rasa perih dan terbakar dalam beberapa menit setelah
terpajan sinar matahari → eritema dan edema (urtikaria solaris)
 Manifestasi kulit kronis: hiperkeratosis pada dorsum manus dan sendi jari, jaringan
parut, alur labial, onikolisis
 Bula, hipertrikosis, fragilitas kulit, hiperpigmentasi, mutilasi → jarang ditemui
 Neuropati motorik, keratoderma palmoplantar, dan batu empedu

5. Acute Hepatic Porphyrias


 Nyeri neurovisceral akut
 Nyeri perut yang disertai mual, muntah, dan disertai kelemahan. Nyeri cenderung
terlokalisasi di perut bagian bawah dan sering digambarkan sebagai kolik. Umumnya
berlangsung berjam-jam hingga berhari-hari dan kurang responsif terhadap obat
pereda nyeri.
 Tanda-tanda yang sering muncul pada saat presentasi termasuk takikardia, hipertensi,
dan urin berwarna gelap
Penunjang Secara Garis Besar
1. Porphyria Cutanea Tarda (PCT)
 Tes skrining, dengan lampu Wood
 Metode HPLC (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi)
 Kuantifikasi porfirin urin
 Porfirin plasma utama adalah uropofirin, yang dapat diukur dalam tes kualitatif,
dengan pengenceran plasma dalam larutan garam penyangga fosfat dan dibaca dalam
spektrofotometer
 Perubahan biokimia lainnya

2. Hepatoerythropoietic Porphyria
 Didiagnosis dengan menemukan kadar prekursor porfirin ALA dan porphobilinogen
yang meningkat secara signifikan dalam urin.

3. Congenital Erythropoetic
 Diagnosis ditegakkan dengan peningkatan uroporfirin I dan korpoporfirin I dalam
urin, feses, plasma serta identifikasi mutasi penyebab

4. Protoporphyria
 Protoporfirin eritrosit total
 Peningkatan protoporfirin eritrosit
 Peningkatan porfirin plasma
 Porfirin tinja (protoporfirin) normal atau sedikit meningkat
 Porfirin urin normal (kecuali pada hepatopati protoporphyric)

5. Acute Hepatic Porphyrias


 Skrining urin acak tunggal untuk ALA, PBG, dan kreatinin
 Pengujian genetik, dengan mengurutkan empat gen yang rusak pada porfiria akut
(yaitu, ALAD, HMBS, CPOX, dan PPOX)
 Fluoresensi serum yang diencerkan pada pH fisiologis
Tatalaksana Secara Garis Besar
1. Porphyria Cutanea Tarda (PCT)
 Penekanan faktor pemicu penyakit, terutama alkohol dan estrogen
 Flebotomi
 Antimalaria, Klorokuin difosfat dosis rendah (aminoquinolona) digunakan
 Interferon-alpha (IFN-á)
 Penggunaan eritropoietin rekombinan manusia dapat mengurangi kelebihan zat besi
 Pemberian deferoksamin subkutan secara perlahan (zat penambah zat besi)

2. Hepatoerythropoietic Porphyria
 Hindari pajanan sinar matahari
 Charcoal oral → menangkap porfirin di usus → mencegah sirkulasi enterohepatik
 Gene replacement → diharapkan dapat dilakukan

3. Congenital Erythropoetic
 Menghindari paparan sinar matahari, trauma dan penyebab infeksi
 Penggunaan tabir surya topikal yang menyerap UVA dan UVB.
 Mengatasi anemia dengan transfusi eritrosit. Splenektomi mungkin bermanfaat jika
hipersplenisme berkontribusi terhadap anemia yang signifikan, leukopenia atau
trombositopenia.
 Hidroksiurea untuk mengurangi eritropoiesis dan produksi porfirin
 Transplantasi sel punca hematopoietik bersifat kuratif dan merupakan pengobatan
pilihan untuk pasien usia muda dengan penyakit yang kronis
 Terapi gen sedang dieksplorasi dengan menggunakan vektor retroviral dan lentiviral
dan hematopoietic sel punca pada pasien dengan CEP

4. Protoporphyria
 Photoprotection
 Betacaroten oral
 Sistein
 Afamelanotide
 Suplementasi zat besi
 Vitamin D
 Kalsium

5. Acute Hepatic Porphyrias


 Terapi simptomatik
 Hindari pencetus
 Hemin IV→ Terapi paling efektif pada porfiria hepatik akut
 Terapi glukosa
 AIP dengan gagal ginjal dengan manifestasi kulit dapat dipertimbangkan untuk
transplantasi ginjal atau transplantasi hati dan ginjal.
 Rawat inap → serangan akut dengan gejala berat

Anda mungkin juga menyukai