GANGGUAN HIPOFOSFATEMIK
1
Peningkatan ekskresi fosfat urin
Ekspansi volume
Sindrom Fanconi
Hiperparatiroidisme
Acetazolamide dan diuretik lainnya yang bekerja pada tubulus
proksimal
Gagal ginjal akut dan pemulihan dari nekrosis tubular akut
Kortikosteroid
Osteomalasia yang diinduksi tumor
Cacat diwariskan
Defisiensi vitamin D (atau resistensi)
Transplantasi pasca-ginjal
Hematologik
2
Predisposisi hemolisis
Penurunan kadar 2,3-difosfogliserat eritrosit, yang meningkatkan
afinitas hemoglobin-oksigen
Fagositosis sel darah putih berkurang
Muskuloskeletal
3
kromosom manusia 9q34 yang mengandung Slc34A3 gen yang
mengkodekan co-transporter tipe llc Na/Pi. Mutasi diprediksi untuk
memotong protein tipe llc di domain transmembran pertama dan
mengakibatkan hilangnya fungsi pada individu homozigot. Senyawa
heterozigot sama-sama mendukung kesimpulan bahwa penyakit ini
disebabkan oleh mutasi Slc34A3 yang mempengaruhi kedua alel. Faktor
fosfaturik FGF-23 berada pada kadar serum normal atau rendah pada
pasien dengan HHRH. lebih lanjut mendukung kelainan ginjal primer
sebagai penyebab penyakit.
Tidak sepenuhnya jelas hilangnya fungsi dari kurangnya ko-
transporter jenis Ilc Na/Pi menyebabkan rakhitis dan osteomalasia pada
manusia dimana mutasi pada ko-transporter IIa Na/Pi tidak menunjukan cirri
rakhitis dan osteomalasia pada tikus. Kemungkinan ko-transporter jenis Ilc
sangat penting untuk regulator homeostasis Pi pada manusia daripada
tikus.
Pengobatan: Pasien dengan HHRH sering disertai batu ginjal sebagai
akibat peningkatan ekskresi urin kalsium dan fosfat. Suplementasi fosfat
jangka panjang sebagai terapi tunggal dengan pengecualian TmP/CPR
yang terus menurun. Fosfor elemental (seperti Neutra-Phos atau Neutra-
Phos K) diberikan beberapa kali setiap hari. Penambahan 1,25(OH)2D3
berisiko terjadi nefrokalsinosis dan nefrolitiasis. Tujuan terapi adalah untuk
meningkatkan mineralisasi osteoid dan menurunkan tingkat sirkulasi 1,25
(OH) 2D3 dengan demikian mengurangi penyerapan kalsium usus.
4
dalam kaitannya dengan kondisi ini. FGF-23 pertama kali diidentifikasi di
TIO oleh Shimada dkk. biasanya diproduksi di tulang dan nyata meningkat
pada tumor dan serum pasien dengan TlO. Sebagai akibat dari peningkatan
FGF-23, ekspresi ginjal Nptla dan Npt2c menurun dan menurunkan
reabsorpsi ginjal dari Pi (dengan penurunan resultan pada serum Pi: Tabel
4). FGF-23 menurunkan regulasi konversi 25(OH)D3 menjadi 1,25(OH)2D3
(dengan rickets dan osteomalasia). penyembuhan penyakit dan penurunan
konsentrasi serum FGF-23 setelah pengangkatan tumor pada pasien
dengan TIO mendukung peran FGF-23 dalam patogenesis ini.
Pengobatan: Lokasi tumor di TIO sering sulit dan mungkin
memerlukan pengamatan yang luas dan berulang dengan teknik pencitraan
konvensional Magnetic resonance skeletal dapat ditingkatkan dengan
menggunakan magnetic resonance gradient recall echo imaging. Selain itu,
molecular imaging scintigraphies berbasis sst telah dikembangkan,
berdasarkan kemungkinan bahwa tumor ini adalah somatostatin reseptor
positif (sst1 sst5). Lokalisasi tumor mungkin lebih tepat ditentukan ketika
menggabungkan PET dan CT menggunakan octopus kopel kombinasi
radiofarmasi, dota chelator dan 68 gallium. Kecuali lokasi tumor telah
ditemukan dan ukurannya memungkinkan operasi pengangkatan biasanya
terdiri dari pengobatan oral kronis dengan fosfat dan kalsitriol. Ada laporan
awal bahwa Cinacalcet mungkin juga bermanfaat bagi individu dengan
kondisi ini.
5
peningkatan konsentrasi serum 1,25(OH)2D3 pada hipofosfatemia, dan
tidak adanya reabsorpsi kalsium usus dan hiperkalsiuria (Tabel 4).
ADHR ditandai dengan hipofosfatemia karena kekurangan fosfat
ginjal. Anak dengan ADHR tampak dengan defek skeletal termasuk tulang
panjang yang membungkuk dan pelebaran daerah metafisis tulang paling
sering pada sendi costochondral.
ADHR disebabkan oleh mutasi heterozigot pada gen yang
mengkodekan FGF-23. Mutasi yang diidentifikasi dalam ADHR adalah
mutasi yang mengubah residu arginin pada posisi 176 atau 179. Mutasi
yang melibatkan pembelahan proprotein convertase (furin), mencegah
pemrosesan proteolitik FGF-23 ke peptida N-dan C-terminal yang tidak
aktif. Protein Mutan FGF-23 menunjukkan peningkatan stabilitas. Pada
pasien-pasien ini, FGF-23 bertindak dengan tidak hanya menekan
reabsorpsi fosfat dalam tubulus proksimal, tetapi juga biosintesis
1,25(OH)2D3.
Mutasi gen Phosphate regulating Fibroblast - Type IIc Na/Pi Dentrin matrix
gene with homologies growth factor transporter proten I (DMP
to endopeptidases 23 (FGF-23) SLC34A3 I)
pada kromosom X
(PHEX)
6
Serum Pi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
7
dan Npt2c co-transporter. Selain itu, regulasi Pi dari enzim ginjal pada
mutan tikus yang terlibat dalam sintesis dan katabolisme 1,25 (OH) 2D3
adalah abnormal. Temuan ini konsisten dengan aksi fosfatonin.
Analisis hubungan genetik telah mengungkapkan menginaktivasi
mutasi di PHEX, gen yang terletak di Xp22. PHEX protein diekspresikan di
berbagai jaringan, termasuk ginjal, tetapi paling banyak pada osteoblas
matur dan odontoblas. Ada urutan signifikan homologi antara PHEX dan
M13 family dari zink metalopeptidase, yang merupakan glikoprotein
membran integral yang menunjukkan aktivitas proteolitik di luar sel. Karena
tidak beredar, menunjukan bahwa PHEX memediasi inaktivasi oleh
pembelahan proteolitik dari FGF-23. Konsentrasi serum FGF-23 meningkat
pada sekitar dua pertiga pasien dengan XLH dan pada semua tikus Hyp.
Hyp fenotip bergantung pada FGF-23. Tikus Hyp yang telah disuntik
dengan antibodi yang menginaktivasi FGF-23, menormalkan konsentrasi
fosfor darah mereka dan menyembuhkan rakhitis, juga mendukung
kesimpulan bahwa PHEX secara langsung atau tidak langsung terlibat
dalam metabolisme FGF-23. Namun, belum ditunjukkan secara in vivo dan
data terbatas secara in vitro yang mendukung kemungkinan ini.
ARHP: Studi kelainan klinis dan biokimia dari individu dengan ARHP
menunjukkan banyak kesamaan dengan ADHR dan XLH. Gambaran klinis
termasuk rakhitis, kelainan bentuk tulang, defek gigi, dan individu yang
terkena mengalami osteosklerotik dan enthesopathies di kemudian hari.
Hipofosfatemia yang dihasilkan dari kurangnya fosfat ginjal disertai dengan
kadar 1,25(OH)2D3 normal dan rendah dan tingkat alkalin fosfatase tinggi.
PTH dan ekskresi kalsium urin normal. Tingkat FGF-23 tampaknya
meningkat atau normal dalam ARHP, tidak sesuai dengan kadar fosfor
serum yang rendah. Keluarga dari pasien-pasien ini menunjukkan tidak
adanya mutasi pada FGF-23 (menyebabkan resistansi terhadap degradasi)
atau gen PHEX yang terkait dengan jalur degradasi FGF-23. Mutasi
pada protein matriks dentin l (DMP-I) diidentifikasikan. DMP-l diekspresikan
secara luas di tulang di mana ia disintesis oleh osteoblas. Ia terlibat dalam
8
pengaturan transkripsi dalam osteoblas yang tidak berdiferensiasi. DMP-1
termasuk family protein SIBLING, yang termasuk osteopontin, matriks
ekstraseluler fosfoglikoprotein (MEPE), bone sialoprotein II, dentin
sialoprotein, dan gen di kromosom 4q2l. DMP-1 mengalami fosforilasi
selama fase awal pematangan osteoblas dan kemudian diekstraksi ke
dalam matriks ekstraseluler di mana ia mengatur nukleasi hydroxyapatit.
Dari beberapa mutasi DMP1 yang teridentifikasi, satu mutasi
mengubah kodon translasi (MHV). dua mutasi terletak di intron-ekson yang
berbeda, dan tiga mutasi frameshift dalam ekson 6. Semua mutasi ini
muncul saat diinaktifasi.
Studi menggunakan model tikus knockout DMP-1 menunjukkan
tingkat FGF-23 yang tinggi pada tulang dan serum. Selain itu, tikus defisien
DMP-1 menunjukkan maturasi abnormal osteoblas ke ostcocytes dan
perubahan struktur tulang, dentin, dan kartilago, serta hipofosfatemia dan
osteomalasia. Dengan demikian DMP-1 dapat memainkan peran ganda
dalam homeostasis fosfat. Mungkin bertindak sebagai regulator negatif
FGF-23. Selain itu, karena DMP-1 memiliki peran penting dalam fungsi
osteoblas, hilangnya fungsi DMP-1 dalam osteoblas dan matriks
ekstraseluler juga dapat berkontribusi pada kelainan tulang ARHP.
Strategi pengobatan XLH, ADHR, ARHP: Pengobatan untuk kondisi
hipofosfatemik di atas tergantung pada cacat genetik yang mendasarinya.
Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh mutasi genetik yang terkait
dengan rendan atau normal 1,25(OH)2D3 normal yang rendah atau tidak
sesuai (sebagai akibat dari peningkatan FGF-23 yang menekan aktivitas
25-hidroksivitamin D 1α-hidroksilase) umumnya diobati dengan fosfat dan
1,25(OH)2D3 oral. Fosfor unsur (seperti Neutra-phos atau Neutra-phos K)
diberikan beberapa kali setiap hari. Karena fosfat oral dapat menyebabkan
hiperparatiroidisme sekunder, 1,25(OH)2D3 (tersedia sebagai calcitriol
dalam bentuk kapsul atau cair) juga diberikan. Terapi dengan 1,25(OH)2D3
disesuaikan untuk menghindari perkembangan hiperkalsemia dan
hiperkalsiuria, belum maksimal dalam menekan sintesis dan sekresi PTH.
9
Tujuan terapeutik adalah untuk menjaga kadar kalsium serum dan PTH
dalam kisaran normal, untuk meningkatkan aktivitas alkalin fosfatase, dan
untuk mencegah perkembangan peningkatan ekskresi kalsium. Terapi
fosfat dalam beberapa kasus dibatasi oleh perkembangan diare dan
abdominal discomfort. USG renal harus dilakukan sebelum pengobatan dan
setelah interval 1-2 tahun. Radiografi lutut dan siku harus dilakukan
sebelum pengobatan dan selanjutnya.
10
reabsorpsi tubular fosfat di HBD tetapi cacat tidak berat dan jelas berbeda
dari yang dijelaskan dalam XLH. Manifestasi klinis dari HBD muncul di masa
bayi, tetapi perawakan pendek dan perubahan tulang tidak berat dibanding
XLH, pada konsentrasi serum fosfor sebanding dalam dua penyakit ini.
Sementara dalam kedua kondisi ini terdapat osteomalasia trabecular
endostal tulang, hanya pada XLH ada florid rickets, mempengaruhi epifise
dan mempengaruhi pertumbuhan linear. Respon fosfaturik terhadap infus
PTH adalah abnormal, tetapi ada di HBD dan ini berbeda dari yang
dijelaskan di XLH. Pengobatan: Pengobatan dengan fosfat oral dan
1,25(OH)2D3 pada pasien dengan HBD disertai dengan peningkatan fosfor
serum, dengan peningkatan reabsorpsi tubular fosfat dan penyembuhan
tulang. kombinasi respon ini tidak ada di XLH.
Linear nevus sebaceous syndrome (LNSS) / sindrom nevus epidermal
(ENS) atau sindrom Schimmelpenning-Feuerstein-Mims adalah kondisi
langka lainnya dengan hipofosfatemia yang dapat mengarah pada
pengembangan rakhitis. Dua laporan kasus baru-baru ini menggambarkan
peningkatan kadar FGF-23 pada dua pasien. Sedangkan lesi kulit tampak
menjadi sumber FGF-23 pada satu pasien. Lesi tulang diduga
mengeluarkan FGF-23 pada pasien lain.
11
diamati pada kelompok pasien ini. Diagnosis dan follow-up pasien harus
secara hati-hati karena TIO adalah tumor kecil dan sulit untuk ditemukan
pada pemeriksaan klinis awal. Mekanisme untuk peningkatan FGF-23 pada
kondisi ini tidak jelas. Pengobatan: Terapi obat didasarkan pada suplemen
fosfat bersama dengan dosis besar 1,25(OH)2D3.
12
terhadap pengobatan vitamin D (dengan 1,25(OH)2D3 atau 1(OH)D3)
dengan kadar 1,25(OH)2D3 yang meningkat, sehingga membedakannya
dari rakhitis dependen vitamin D, tipe I. Alopecia pada kulit kepala atau
tubuh terlihat pada sekitar 50% keluarga dengan kondisi ini. Dalam keluarga
yang terkena penyakit ini ditemukan karena mutasi pada gen reseptor
vitamin D. Dalam satu keluarga, mutasi mengkodekan prematur stop codon
di ekson 7, gen yang diidentifikasi mengkodekan reseptor vitamin D,
mengakibatkan tidak adanya ligan-binding domain. Pada pasien lain
dengan tipe ll rakhitis resisten vitamin D dengan fungsi reseptor normal,
Kegagalan 1,25(OH)2D3 untuk merangsang enzim 1,25(OH)2D3 -24-
hydroxylase ditunjukkan. Yang terakhir ini dapat mewakili langkah dalam
aksi fisiologis 1,25(OH)2D3 yang kurang pada beberapa pasien dengan
rakhitis dependent vitamin D tipe II.
13
dikatalisis oleh 25-hydroxyvitamin D3 -1α-hydroxylase (1a-hydroxylase).
Enzim P450 mitokondria cytochrome adalah kompleks regulasi oleh
hormon paratiroid, kalsium, fosfor dan 1,25-hidroksilvitamin D3 (1,25 (OH)
2D3) itu sendiri. Rakhitis dependent vitamin D tipe 2 atau rakhitis herediter
1,25(OH) 2D3–resisten banyak kasus terjadi mutasi pada gen reseptor
vitamin D. (dari Bonnardcaux dan Bichct)
14
1.7. Hipofosfatemia pasca transplantasi ginjal
2. GANGGUAN HIPERFOSFATEMIK
15
seperti halnya pemberian diuretik seperti acetazolamide. Redistribusi fosfor
dari intraseluler ke ruang ekstraseluler kadang-kadang dapat dengan cepat
diperbaiki dengan pemberian glukosa dan insulin.
Kondisi lain yang menjadi dasar penyakit yang jelas adalah tumor
kalsinosis. Pasien dengan kondisi ini menunjukkan hyperfosfatemia,
hiperkalsemia ringan, penurunan ekskresi fosfat ginjal, dan peningkatan
konsentrasi 1,25(OH)2D3. Produk kimia fisik kalsium x fosfor lebih besar dari
70 dan tampak kalsifikasi jaringan lunak. Kalsifikasi ekstraskeletal termasuk
periarticular, vascular, dan deposit kalsium jaringan lunak lainnya tampak
pada pasien dengan sindrom ini. Individu yang terinfeksi melaporkan
berulangnya massa subkutan yang sering menyebabkan ulserasi yang
mengarah ke infeksi saluran sinus. Massa seberat 1 kg dilaporkan. Tiga
jenis mutasi yang berbeda telah dilaporkan pada kondisi ini. Yaitu terjadi
pada gen yang mengkodekan UDP-N-acetyl-α-D-galactosamine:
polypeptide N-acetylgalactosaminyltransferase 3 (GalNAc transferase 3;
GALNT3; pada 2q24-q3l). GalNAc transferase 3 adalah enzim biosintesis
Golgi, yang mengawali protein O-glikosilasi mucin-tipe. O-glikosilasi FGF-
23 oleh GalNAc transferase 3 sangat penting untuk sekresi FGF-23 karena
glikosilasi pada subtilisin seperti proprotein konversi yang mencegah
pembelahan FGF-23. Beberapa pasien dengan sindrom ini memiliki
konsentrasi rendah FGF-23, tetapi konsentrasi tinggi fragmen FGF-23.
Sehingga dipikirkan bahwa fragmen kurang aktivitas biologisnya, tetapi
dalam penelitian in vivo telah menunjukkan bagaimana fragmen terminal
karboksil mempertahankan aktivitas biologisnya sehingga GalNAc
transferase 3 mutasi menyebabkan sindrom tersebut.
Gen kedua yaitu FTC, mengkode FGF-23 juga telah ditemukan.
Sebuah mutasi pada gen FGF-23 mengurangi fungsi FGF 23 oleh sekresi
FGF-23 yang tidak ada atau sangat berkurang. Kelompok ketiga dari mutasi
menghasilkan FTC terjadi pada gen untuk Klotho, yang mengkode co-
16
receptor untuk FGF-23. Hal ini menyebabkan berkurangnya kemampuan
FGF-23 menjadi sinyal melalui reseptor FGF.
Pengobatan : Pengobatan FTC belum terlalu berhasil. Selain
operasi, tidak ada modalitas yang terbukti cukup efektif dalam mengelola
endapan kalsium pada kondisi ini. Diet rendah fosfat, fosfat-binding
antasida, dan terapi radiasi telah dicoba. Sebuah laporan baru-baru ini
menunjukkan bahwa agen fosfat-binding sevelamer dikombinasi dengan
karbonat anhidrase inhibitor acetazolamide mungkin bermanfaat.
Hipoparatiroidisme, pseudohipoparathiroidisme
Hormon paratiroid yang beredar abnormal
Akromegali (terkait dengan kelebihan hormon pertumbuhan)
Bifosfonat
Penyakit ginjal kronis
Kalsinosis tumor familial
Hiperostosis hiperfosfatemia syndrome
Redistribusi fosfat
17
Pemberian farmakologis metabolit vitamin D
Pseudohiperfosfatemia
Multiple myeloma
Waldenstrom makroglobulinemia
Hiperparatiroidisme sekunder
Hipokalsemia sekunder
Dari presipitasi kalsium
Menurunnya produksi 1,25 (0H) 2D3
Penurunan reabsorpsi kalsium usus
Kalsifikasi ektopik (kulit, pembuluh darah, kornea, dan sendi) risiko
yang signifikan ketika produk kalsium serum dan fosfor serum (dalam
mg/dL) melebihi 70
18
transferase 1 (GALNT3), yang mengkodeUDP-N-acetyl-α-D-
galactosamine: polipeptida N-acetylgalaetosaminyltransferase 3. Mutasi
inaktivasi dan tingkat FGF-23 yang rendah yang ditemukan di HHS adalah
sama seperti yang terlihat di FTC, memberikan bukti bahwa HHS dan FTC
adalah dua manifestasi fenotipik yang berbeda dari gangguan yang sama.
Manifestasi fenotipik yang berbeda dalam gangguan ini dianggap hasil dari
mutasi GALNT3 dalam lingkungan yang berbeda atau latar belakang
genetik.
19
dan lanjut, masih belum jelas. Mekanisme regulasi normal tidak dapat
mengkompensasi retensi fosfor setelah laju filtrasi glomerulus turun sekitar
50-30 mL/min. Pada titik ini terjadi peningkatan fosfor serum. Frank
hiperfosfatemia menjadi nyata setelah penyakit ginjal kronis pasien
mencapai kebutuhan untuk dialisis di mana kurangnya fungsi ginjal yang
signifikan dikombinasikan dengan inefisiensi dari terapi dialisis dalam
memfasilitasi pembersihan fosfor menghasilkan keseimbangan fosfat positif
kecuali jumlah fosfor yang diserap berkurang melalui diet serta penggunaan
pengikat fosfat. Hiperparatiroidisme sekunder menyebabkan terjadinya
osteitis fibrosis kistika yang secara radiografi menunjukan resorpsi tulang
subperiosteal. Lesi ini paling sering terlihat di phalanges tangan tengah,
ujung distal klavikula, dan ujung proksimal tibia. Peran FGF-23 dalam
osteitis fibrosis cystica belum diketahui. Gagal ginjal menyebabkan
hiperfosfatemia mengasumsikan peran utama hipetparatiroidisme
sekunder. Kadar serum 1,25(OH)2D3 menurun dan penyerapan kalsium
usus rendah. Pada banyak pasien dengan gagal ginjal lanjut, kelenjar
paratiroid hiperplastik dan mulai tidak merespon regulasi fisiologis dan
menjadi refrakter terhadap pengobatan. Kelenjar paratiroid dapat menjadi
otonom yang mungkin memerlukan operasi pengangkatan jaringan
paratiroid.
Pengobatan: Strategi untuk menurunkan fosfor plasma pada
penyakit ginjal kronis termasuk diet pembatasan fosfat (diet protein) dan
penggunaan obat-obatan (pengikat fosfat) yang menghambat penyerapan
fosfor usus. Agen-agen ini merupakan kompleks yang larut dengan fosfor
dalam lumen usus. Paling efektif bila diberikan bersamaan dengan
makanan. Obat-obatan yang menghambat penyerapan fosfor termasuk
kalsium, magnesium, besi dan garam lanthanum, dan sevelamer
hidroklorida. Penggunaan jangka panjang dari pengikat aluminium telah
dikaitkan dengan demensia, anemia refrakter, dan osteomalasia. Jika
digunakan durasi terapi harus dibatasi hingga 2-3 bulan. Penggunaan
bersamaan senyawa sitrat harus dihindari karena sitrat meningkatkan
20
absorpsi aluminium di usus. Jaringan lunak dan kalsifikasi vaskular telah
ditemukan berhubungan dengan kadar kalsium serum dan asupan kalsium
yang tinggi. Pemberian bersamaan vitamin D sterol meningkatkan risiko ini.
Sehingga membatasi penggunaan pengikat yang mengandung kalsium
hingga 1500-2000 mg/hari dari sumber makanan dan obat-obatan.
21
tidak termasuk ARHR karena kondisi ini bersifat resesif autosom. Temuan
laboratorium, meskipun, tidak membedakan antara XLH, ADHR, dan TIO.
FGF-23 adalah faktor fosfaturik yang beredar di XLH, ADHR, dan TIO. Di
XLH kadar FGF-23 ditentukan pembelahan proteolitik oleh PHEX protease,
sementara di ADHR nampak mengalami kenaikan dalam mutasi fungsi di
FGF 23 dan di TIO terjadi kelebihan produksi FGF 23. TIO adalah bentuk
rakitis hipofosfatemik yang disebabkan oleh berbagai tumor mesenkim jinak
yang mensekresi FGF-23, diagnosis ini sangat tidak mungkin dalam
skenario ini. Level FGF-23 tidak membantu membedakan antara XLH dan
ADHR meskipun tersedia. Riwayat keluarga membantu membedakan
keduanya, karena XLH adalah kondisi dominan X-linked. Analisis sekuens
untuk kedua kondisi ini, meskipun mutasi dalam kondisi ini telah
diidentifikasi dan akan membedakan antara keduanya ketika riwayat
keluarga tidak cukup untuk mendiagnosis.
Pengobatan yaitu kombinasi fosfor oral dan 1,25(OH)2D3. Kebutuhan
harian untuk suplementasi fosfor adalah 1-3 g fosfor dibagi menjadi empat
hingga lima dosis. Dosis yang sering membantu menjaga kadar fosfor
serum sepanjang hari, tetapi juga menurunkan kejadian diare. Caicitriol
diberikan dengan dosis 30-70 ng/kg/hari dibagi menjadi dua dosis.
Komplikasi pengobatan terjadi ketika tidak ada keseimbangan yang cukup
antara suplementasi fosfor dan calcitriol. Kelebihan fosfor dengan
mengurangi absorpsi kalsium enteral, dapat menyebabkan
hiperparatiroidisme sekunder dan memburuk penyakit tulang. Kelebihan
kalsitriol menyebabkan hiperkalsiuria dan nefrokalsinosis dan bahkan dapat
menyebabkan hiperkalsemia. Pemantauan laboratorium serta USG renal
periodik untuk memeriksa nefrokalsinosis sangat penting. Normalisasi
alkalin fosfatase adalah cara yang baik untuk memantau respons terapeutik
daripada serum fosfor. Untuk anak-anak dengan perawakan pendek yang
signifikan. hormon pertumbuhan merupakan pilihan pengobatan yang
efektif.
22
2.5. Skenario Kasus 2
23
secara luas. Sevelamer adalah polimer sintetis yang mengikat fosfor dalam
lumen saluran pencernaan dan mengurangi penyerapannya. Calcitriol dosis
kecil berguna untuk meningkatkan penyerapan kalsium usus dengan
mengoreksi hipokalsemia. Terapi kalsitriol menurunkan kadar PTH plasma
pada pasien hiperparatiroidisme sekunder. Konsentrasi kalsium perlu
diukur secara teratur untuk menghindari komplikasi hiperkalsemia.
24