Abstract
Renal tubular acidosis (RTA) is a condition caused by the inability of the kidneys to maintain norma l pH
differences between the blood and tubules lumen of the kidney. Renal tubular acidosis is a rare kidney
tubulopathy. In this condition, urine acidification is caused by bicarbonate reabsorption, disruption of
hydrogen ion excretion, or both, resulting in metabolic acidosis. RTA is characterized by metabolic
acidosis with normal plasma anion, hyperchloremic gaps and normal glomerular filtration rates. RTA is
divided into 3 main types, namely type 1 RTA (distal RTA), type-2 (proximal RTA), and type 4
(hyperkalemia RTA). Distal RTA caused by defects in the distal tubules of the kidney, where these defects
cause interference with the hydrogen ion secretion. Several studies have shown that type 1 RTA is
associated with genetic mutations. Hereditary genetic mutations can be autosomal dominant or
autosomal recessive. Clinical features can include bone growth disorders, muscle weakness or paralysis,
calcium deposits in the kidneys, anorexia, vomiting, constipation, diarrhea, dehydration, and polyuria.
There has been a reported case of a 19-year-old female patient with a chief complaint weakness in both
hands and feet. From clinical and laboratory investigations, it was found that hypopotassium and based
on the hypokalemia approach with low HCO3- and urine pH >5,5, the diagnosis in this patient was
established as a distal renal tubular acidosis (RTAd)
Keywords: RTA, RTAd ,metabolic acidosis, hypopotassium, hiperchloremic
265
e-ISSN:2528-665X;Volume 5;No.1(February,2020): 265-269 Jurnal Human Care
266
e-ISSN:2528-665X;Volume 5;No.1(February,2020): 265-269 Jurnal Human Care
pengasaman urin distal sehingga penderita Pada umumnya diagnosis baru dapat
tidak mampu menurunkan pH urin < 6,0 ditegakkan pada saat anak berumur 2 tahun
selama beban asam dan < 5,5 selama tapi pada beberapa kasus juga ditemukan
asidosis sistemik berat. Reabsorbsi HCO3- pada usia dewasa. Diagnosis ATRd
umumnya normal tapi karena pH urin tinggi, ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit,
maka HCO3- lolos dari reabsorpsi gejala klinik, dan laboratorik. Diagnosis
proksimal. Pembuangan Na+ di urin bersama dikonfirmasi dengan uji NH4Cl 100 mg / kg
dengan HCO3- menyebabkan hipokalemia.5 BB /oral yaitu bila sesudah 3-6 jam
pemberian NH4Cl oral, pH urin < 5,2 berarti
Gejala klinik ATRd umumnya tidak orang nomal sedangkan pH urin tetap > 5,5
spesifik. Gejala klinis umumnya muncul berarti ATRd.6
berkaitan dengan kondisi asidosis metabolik,
hiperkloremia, hipokalemia. Hipokalemia
pada ATRd biasanya lebih ringan pada LAPORAN KASUS
ATRp karena pembuangan HCO3- dan Na+
pada ATRd lebih sedikit dari pada ATRp.4 Pasien perempuan usia 19 tahun datang
ke IGD RSUP dr. M. Djamil dengan
Gejala umumnya yang terjadi berupa keluhan lemah pada kedua tangan dan kaki
muntah, dehidrasi, konstipasi, poliuria, sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
retardasi pertumbuhan. Gejala lain yang dengan kelemahan yang lebih berat pada
berkaitan dengan hipokalemia seperti tungkai bawah. Pasien juga mengeluhkan
kelemahan otot atau parese cukup sering sering buang air kecil yang dirasakan sejak 1
ditemukan. Nefrokalsinosis dapat tahun sebelumnya. Sesak nafas, muntah,
merupakan komplikasi bila terlambat diobati demam, rasa keram atau kesemutan pada
dan potensial menyebabkan gagal ginjal kedua tangan dan kaki disangkal. Riwayat
kronik. Saat ini kondisi nefrokalsinosis trauma, kejang-kejang riwayat konstipasi
jarang ditemukan karena diagnosis dini dan tidak ada. Tidak ada riwayat minum obat-
pengobatan adekuat. Rikets dan obatan sebelum keluhan kelemahan anggota
osteomalasia juga jarang ditemukan kecuali badan timbul pertama kali. Tidak ada bukti
bila tidak diobati. Kehilangan K+ bersama adanya penyakit gondok. Pasien memiliki
urin menyebabkan hipokalemia ringan adik kandung yang memiliki riwayat
sampai berat dengan kelumpuhan berkala keluhan yang sama akibat kekurangan
bahkan dapat terjadi kegawatan akut dengan kalium. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
gejala muntah, dehidrasi, kolaps sirkulasi, penurunan kekuatan motorik otot
aritmia jantung, lumpuh layu, distres ekstremitas atas dan bawah dengan
pernapasan, dan mengantuk sampai koma pemeriksaan sensorik normal. Pada
yang membahayakan jiwa.4 pemeriksaan ekg didapatkan gambaran PR
Nefrokalsinosis dapat terjadi dengan interval memanjang dan gelombang U d i
gambaran sinar X tampak paling cepat pada seluruh lead.
umur 1 bulan. Kalsifikasi medula ginjal Pemeriksaan laboratorium darah rutin
berkembang progresif bila terlambat atau dalam batas normal dan kadar ureum 30
tidak diobati. Pengobatan adekuat sejak dini mg/dl dan kreatinin 0,8 mg/dl . Elektrolit
dapat menghentikan progresifitas kalsifikasi serum Na 136, Kalium 1.7 dan Cl 112.
pada bayi. Histologi ginjal umumnya Pemeriksan analisa gas darah menunjukkan
normal pada stadium awal penyakit dan asidosis metabolik dengan nilai HCO3- =
gambaran nefrokalsinosis paling cepat 13,1 mmol/L, pH urine didapatkan normal
terlihat pada bayi umur 1 bulan.4 yaitu 6,5 sedangkan kalium urin meningkat
267
e-ISSN:2528-665X;Volume 5;No.1(February,2020): 265-269 Jurnal Human Care
yaitu 31 mmol/hari (K+ urin normal < 15 ekg, ditemukan gambaran PR interval
mEq/L), osmolalitas urin 287 mOsm/kgH2O, memanjang dan gelombang u di seluruh lead
dengan TTKG = 19,11 yang yang mengindikasikan sebuah hipokalemia.
mengindikasikan bahwa hipokalemia terjadi
akibat adanya kebocoran kalium pada ginjal. Pemeriksaan laboratorium serum
Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) didapatkan kesan adanya kalium 1,7 mEq/L,
ginjal didapatkan kesan lobulated kidney klorida 112 mEq/L, ureum 20 mg/dl,
Tatalaksana hipokalemia secara kreatinin 0,8 mg/dl dengan kesan
umum adalah pemberian kalium oral hipokalemia, hiperkloremia dengan fungsi
ataupun intravena. Pada pasien ini diberikan ginjal normal. Pemeriksan analisa gas darah
koreksi secara intravena dengan indikasi menunjukkan asidosis metabolik dengan
hipokalemia berat (<2mmol/L) dan pasien nilai HCO3- = 13,1 mmol/L. Pada
mengalami perbaikan bermakna secara pemeriksaan urine didapatkan pH urine
klinis, ekg dan laboratorium setelah normal , kalium urin meningkat yaitu 31
pemberian KCl intravena. Pilihan terapi mmol/hari (K+> 15 mEq/L), osmolalitas urin
pada pasien ATRd, berupa terapi substitusi 287 mOsm/kgH2O, dengan TTKG = 19,11
berupa suplemen KCl (1 mmol/kg/day), dan yang mengindikasikan bahwa hipokalemia
suplementasi bikarbonat dengan dosis 10- terjadi akibat adanya kebocoran kalium pada
15meq/kgbb/hari. ginjal.
Berdasarkan pendekatan alur
PEMBAHASAN
hipokalemia dengan HCO3- yang rendah,pH
Pasien perempuan usia 19 tahun dirawat urine >5,5 maka ditegakkan pasien ini
di bangsal penyakit dalam RSUP dr. M. merupakan sebuah ATR distal. Setelah
Djamil dengan diagnosis akhir paralisis hipokalemi terkoreksi kelemahan keempat
periodik ec hipokalemia ec Asidosis Tubular anggota gerak membaik, HCO3- mengalami
Renal distal. Diagnosis Asidosis Tubular sedikit peningkatan dengan hasil analisa gas
Renal distal pada pasien ini ditegakkan darah asidosis metabolik terkompensasi
berdasarkan klinis dan pemeriksaan penuh. Penderita lalu diperbolehkan pulang
laboratorium. pada hari perawatan ke-8 dengan perbaikan
klinis, laboratorium dan ekg.
Pasien ini datang dengan keluhan utama
kelemahan kedua tangan dan kaki dengan Tatalaksana secara umum pada pasien
kelemahan yang lebih berat pada tungkai ini adalah dengan mengatasi hipokalemia
bawah. Hal ini mengarahkan terdapatnya dengan pemberian kalium oral ataupun
hipokalemia yang merupakan kondisi yang intravena. Pada pasien ini diberikan koreksi
paling sering dengan manifestasi kelemahan secara intravena dengan indikasi
otot. hipokalemia berat (<2mmol/L) dan pasien
mengalami perbaikan bermakna secara
Tidak ada riwayat minum obat-obatan klinis, ekg dan laboratorium setelah
sebelum keluhan kelemahan anggota badan pemberian KCl intravena. Pilihan terapi
timbul pertama kali. Tidak ada bukti adanya pada pasien ATR distal berupa terapi
penyakit gondok. Pasien memiliki adik substitusi berupa suplemen KCl (1
kandung yang juga memiliki riwayat mmol/kg/day), dan suplementasi bikarbonat
keluhan yang sama akibat kekurangan dengan dosis 10-15meq/kgbb/hari.
kalium. Hal ini mendukung suatu kondisi
primer dengan dugaan adanya kelainan
herediter hipokalemia. Pada pemeriksaan
268
e-ISSN:2528-665X;Volume 5;No.1(February,2020): 265-269 Jurnal Human Care
SIMPULAN
Asidosis tubular renal distal merupakan
tubulopati ginjal yang jarang terjadi dengan
klinis yang lebih ringan dibanding dengan
ATR tipe lainnya. Umumnya pasien datang
dengan keluhan yang berhubungan dengan
kondisi asidosis metabolik, hipokalemia, dan
hiperkloremik yang sering terjadi pada
pasien ATR. Tatalaksana pasien ATR secara
umum adalah mengatasi kondisi yang terjadi
berupa koreksi asidosis dengan pemberian
suplemen bikarbonat, koreksi hipokalemia
dengan pemberian suplemen kalium.
Prognosis pada ATR distal umumnya baik
selama dilakukan kontrol dan pemberian
pengobatan rutin pada kondisi pasien yang
berkaitan dengan ATR itu sendiri.
REFERENSI
1. Basu, G., Sudhakar, G. and Mohapatra,
A. (2013). Renal tubular acidosis.
2. Sundung et al.(2003). Gambaran Klinis
Asidosis Tubulus Renalis pada Anak.
Sari Pediatri,4(4).
269