Rithya Mahendra
8. Tortora GJ, Derrickson B. PRINCIPLES OF ANATOMY AND PHYSIOLOGY 2014 - Tortora - 14th Ed. 2014.
10. Sherwood L. Sherwood. 9th ed. Dalgleish T, Williams JMG., Golden A-MJ, Perkins N, Barrett LF, Barnard PJ, et al., editors. Cengage Learning. 2007.
z
Fisiologi Hepar
Metabolisme karbohidrat, lipid, protein, obat-obatan, dan hormon.
Ekskresi bilirubin
Sintesis cairan empedu
Penyimpanan vitamin dan mineral
Imunologi
Detoksifikasi
Fagositosis
z
EPIDEMOLOGI
Sirosis meruapakan faktor penting dalam pembentukan menjadi
hepatoselular karsinoma. Didunia sirosis memiliki prevalensi 2,8
juta orang dan menyebabkan 1,3 juta orang tersebut
meningggal. Penyebab terbanyak sirosis hati di Indonesia
adalah disebabkan oleh Hepatitis B (40-50%) dan Hepatitis C
(30-40%).
Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki
jika dibandingkandengan kaum wanita sekitar 2-4: 1 dengan
umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30 ± 59 tahun
dengan puncaknya sekitar 40 ± 49 tahun
z
Sirosis Hepatis
Sirosis merupakan kondisi dari hati yang
tidak bekerja secara normal akibat
kerusakan yang berlangsung secara
lama. Kerusakan ini menyebabkan
jaringan normal hati digantikan oleh
jaringan parut secara kronik bertahun-
tahun. Proses kerusakan yang terjadi
secara difus ini merubah struktur liver
menjadi nodul-nodul abnormal.
z
PATOFISIOLOGI SIROSIS HEPATIS
z
Manifestasi Klinis
Anamnesis
Sirosis umumnya tidak terdeteksi hingga terjadi dekompensasi.
perasaan mudah lelah dan lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat badan
menurun, pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil dan dada membesar, serta hilangnya
dorongan seksualitas. Bila sudah lanjut, (berkembang menjadi sirosis dekompensata) gejala-gejala
akan menjadi lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta,
meliputi kerontokan rambut badan, gangguan tidur, dan demam yang tidak begitu tinggi. Selain itu,
dapat pula disertai dengan gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus
haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, hematemesis, melena, serta perubahan
mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi, sampai koma.
Penting ditanyakan faktor predisposisi seperti penggunaan alkohol dan obat-obat terlarang, riwayat
seksual, riwayat transfusi, dan riwayat keluarga untuk menyingkirkan penyebab dari sirosis.
z
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Fisik
Jaundice : Diskolorasi kulit akibat penumpukan bilirubin di jaringan.
Spider naevus = Lesi bentuk pusat kemerahan dengan perluasan seperti gambaran jaring
laba-laba berdiameter 1-10 mm.
Splenomegali = Pembesaran limfa akibat kongesti limfa & hiperaktivasi makrofag limfa.
Derajat 3 beberapa liter cairan di rongga periotenum, berikan gambaran grossly distended.
White nails = Gambaran ground glass like opacity pada hampir seluruh nail bed kuku.
Finger clubbing = Pembesaran bulbus fokal dari segmen terminal jari tangan / kaki
Cruveilhier Baumgarten syndrome = Murmur di epigastric akibat dilatasi vena umbilical &
paraumbilical.
Hypogonadism = Atrofi testis, impotensi, rambut rontok, mengecilnya ukuran prostat,
gynecomastia, disfungsi ereksi.
Asterixis = Tremor menyerupai “flap” pada pergelangan tangan.
Trombosit Trombositopenia
Natrium Hiponatremia
Albumin Hipoalbuminemia
Parasentesis
Indikasi = Cari penyebab asites onset baru, singkirkan diagnosa SBP, & meringankan gejala
gangguan pernafasan.
Pilihan terapi untuk asites derajat 3 atau asites refrakter
Berikan albumin 8 gram/liter cairan asites yang dikeluarkan
Berikan diuretik dosis rendah
z Paracentesis
Cara melakukan Lakukan dalam kondisi steril
Pasien posisi terlentang dengan elevasi kepala.
Tandai tempat pungsi, sterilisasi & berikan anestesi lokal pada area insersi kateter.
Tusuk tegak lurus dengan kulit dengan syringe 50 cc. Lakukan penusukan secara perlahan,
sambil lakukan aspirasi dan berikan traksi pada kulit.
Arahkan jarum hingga terasa kehilangan resistensi secara tiba-tiba / cairan asites mengisi
syringe Penanda bahwa jarum telah berada di rongga peritoneal.
Ambil cairan sesuai kebutuhan
Lakukan pencabutan kateter sambil melakukan aspirasi dan balut lokasi tusukan dengan perban.
z
TIPS
Translokasi bakteri.
Diagnostik = Paracentesis
Tx = Antibiotik empiris
Albumin 1,5 gram/kg saat diagnosis dan 1 gram/kg pada hari ke-3.
z
Hiponatremia
Simptomatik bila kadar serum < 100 mmol/L / terjadi secara drastis.
Tatalaksana Tergantung tipe hiponatremia.
Hipovolemik hiponatremia = berikan saline solution.
Tatalaksana : Transplan hati merupakan terapi definit bagi HRS. Meski begitu resiko gangguan
fungsi ginjal setelah transplantasi hati masih tetap ada terutama dengan adanya penggunaan obat-
obatan nefrotoksik dan imunosupresan seperti takrolimus, siklosporin.
Beberapa tatalaksana dalam menunggu proses transplantasi, pasien dapat diberikan albumin
intravena, vasopresin sebagai splachnic vasokonstriktor, dan TIPS untuk mengurangi tekanan intra
porta. Sealin itu juga dapat dilakukan dialisis.
z
Koagulopati
Def = Komplikasi dari insufisiensi hepar dan portosystemic shunting Gejala neurologis
& psikiatri non-spesifik.
Terapi
Nutrisi Anjuran untuk makan dalam porsi kecil
Nilai 1 2 3
C 10-15
Albumin (g/dL) < 3.5 2.8-3.5 < 2.8
Sirosis hepatis = Penyakit kronis ditandai dengan fibrosis & fungsi hepar
Transplantasi hati adalah tatalaksana definitif untuk atasi komplikasi yang terjadi.
Thank you!!!