Anda di halaman 1dari 17

NAMA : SRI MELATI N

NIM :1914301022
D4 REG 1 KEP. TK 2

LOGBOOK GANGGUAN HEPATOBILIER

SIROSIS HEPATIS

Kasus 4

Seorang laki-laki didiagnosa menderita Sirosis Hepatis. Keluhan yang dirasakan perut makin
membesar, mual, tidak nafsu makan, badan lemas, dan kadang – kadang nafas terasa agak
sesak. Hasil pemeriksaan diperoleh sklera ikterik, kulit jaundice, spider nevi pada daerah
leher dan dada, kaki odem, shifting dullness (+), fluid wave (+), eritema palmaris (+)
ginekomastia (-),caput medusae (-). Hasil lab. kadar albumin serum 1,5 gr/dl

1. Gambarkan anatomi dari organ tubuh yang berhubungan dengan penyakit sirosis
hepatis dan sebutkan bagian-bagiannya
2. Identifikasi istilah yang belum anda ketahui, dan jelaskan definisinya!

a. Jaundice: Penyakit kuning atau sakit kuning


b. Spider nevi adalah suatu kondisi yang menyebabkan kumpulan pembuluh darah

kecil yang menyerupai sarang laba-laba terlihat pada permukaan kulit. 

c. Edema adalah pembengkakan pada anggota tubuh yang terjadi karena penimbunan


cairan di dalam jaringan. Beberapa area tubuh yang mudah dikenali saat
mengalami edema adalah tangan, lengan, kaki dan pergelangan kaki

d. eritema palmaris,kuku berwarna lebih gelap tanda dari penyakit hati, yakni sirosis

atau peradangan hati.


e. Ginekomastia adalah pembesaran jaringan kelenjar payudara yang terjadi pada pria.

3. Apakah yang dimaksud dengan sirosis hepatis ? (tuliskan referensi yang anda
gunakan)
Sirosis hepatis merupakan penyakit pada hepar yang merupakan bentuk
lanjutan dari fibrosis hepar berupa konversi jaringan hepar normal menjadi nodul
abnormal. Sirosis yang tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan penyakit
hepar stadium akhir (end stage liver disease)

Referensi : https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-hepatologi/sirosis-hepatis

4. Sebutkan dan jelaskan proses terjadinya sirosis hepatis!

Penyalahgunaan alkohol dengan kejadian sirosis hati sangat erat hubungannya.


Etanol merupakan hepatotoksin yang mengarah pada perkembangan fatty liver,
hepatitis alkoholik dan pada akhirnya dapat menimbulkan sirosis. Patogenesis yang
terjadi mungkin berbeda tergantung pada penyebab dari penyakit hati. Secara umum,
ada peradangan kronis baik karena racun (alkohol dan obat), infeksi (virus hepatitis,
parasit), autoimun (hepatitis kronis aktif, sirosis bilier primer), atau obstruksi bilier
(batu saluran empedu), kemudian akan berkembang menjadi fibrosis difus dan sirosis.

5. Sebutkan dan jelaskan tanda/ gejala untuk mendiagnosis sirosis hepatis !

Tanda dan gejala yang dialami pasien sirosis hepatis adalah sebagai berikut
(Price & Wilson, 2006; Smeltzer & Bare, 2002).

a. Perasaan mudah lelah dan lemas, selera makan kurang, perasaan perut
kembung/begah, dan berat badan menurun.
b. Bila sudah timbul komplikasi kegagalan hati: gangguan tidur, demam
yang tidak terlalu tinggi, gangguan pembekuan darah (perdarahan
gusi, epistaksis), ikterus dengan urin berwarna pekat seperti teh,
hematemesis, melena, perut membesar dan terjadi asites, kaki bengkak,
nyeri pada perut, sampai dengan penurunan kesadaran.

6. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi dari sirosis hepatis !

1) Sirosis Laennec

Sirosis Laennec disebut juga sirosis alkoholik, yaitu sirosis yang terjadi
akibat konsumsi alkohol yang berlebihan dalam jangka waktu yang lama,
yang menimbulkan efek toksik langsung pada hati.

2) Sirosis Postnekrotik

Sirosis postnekrotik merupakan akibat lanjut dari hepatitis virus yang terjadi
sebelumnya, biasanya hepatitis B dan hepatitis C (Black &Hawks, 2009).

3) sirosis biller
Sirosis bilier kebanyakan disebabkan oleh obstruksi bilier posthepatik. Stasis empedu
menyebabkan penumpukan empedu di dalam hati, mengakibatkan kerusakan sel-sel
hati, dan terbentuk jaringan parut (fibrosa) di tepi lobulus.

7. Sebutkan komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit sirosis hepatis!

Komplikasi sirosis hepatis menurut Tarigan (2001) adalah:


a. Hipertensi portal,

b. coma/ ensefalopaty hepatikum,

c. hepatoma,

d. asites,

e. peritonitis bakterial spontan,

f. kegagalan hati (hepatoselular),

g. sindrom hepatorena

8. Sebutkan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis sirosis hepatis dan jelaskan


hasilnya!

a. Pemeriksaan laboratorium fungsi hati, yang biasanya ditemukan adalah kadar


albumin serum yang cenderung menurun, kadar serum glutamik oksaloaseik
transaminase (SGOT) dan serum glutamik piruvik transaminase (SGPT) yang
meningkat, dan kadar bilirubin yang cenderung meningkat pula.
b. USG abdomen untuk melihat densitas sel-sel parenkim hati dan jaringan
parut
c. MRI dan CT scan abdomen untuk mengetahui besar hati dan aliran darah
hepatik, serta adanya obstruksi pada aliran tersebut.

9. Jelaskan penatalaksanaan pada pasien sirosis hepatis !

Penatalaksaan sirosis disesuaikan dengan tanda dan gejala yang ada.

a. Pemberian antasida untuk mengurangi distres lambung dan


meminimalkan kemungkinan perdarahan.
b. Vitamin dan suplemen nutrisi untuk memperbaiki nutrisi pasien
c. Pemberian preparat diuretik (furosemide dan spironolactone) untuk mengurangi
asites.
d. Asupan kalori dan protein yang adekuat
e. Pungsi asites bila asites menyebabkan gangguan pernapasan ataupun pasien tidak
berespon dengan pemberian diuretik. Tindakan ini juga untuk tujuan diagnostik.
f. Pengobatan berdasarkan etiologi, misalnya sirosis hepatis akibat infeksi virus
hepatitis C/B diberikan terapi kombinasi interferon dan ribavirin, terapi induksi
interferon, atau terapi dosis interferon setiap hari. Dasar pemberian interferon 3 juta
sampai 5 juta unit tiap hari sampai HCV- RNA/HBV DNA negatif di serum dan
jaringan hati. (Sudoyo, 2009; Sutadi, 2003).
g. Ligasi varises, biasanya di esofagus.

10. Rumuskan diagnosis keperawatan pada pasien sirosis hepatis!

a. Risiko cedera b.d profil darah abnormal (gangguan faktor pembekuan, gangguan
absorpsi vitamin K), hipertensi portal
b. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan
natrium/masukan cairan.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake adekuat.

11. Tuliskan tujuan dan intervensi keperawatan untuk diagnosis keperawatan pasien
dengan sirosis hepatis !

1) Risiko cedera b.d profil darah abnormal (gangguan faktor pembekuan,


gangguan absorpsi vitamin K), hipertensi portal
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan cedera tidak
bertambah parah.

Kriteria hasil:

1. Tidak terjadi perdarahan saluran cerna (tidak ada hematemesis, melena, ataupun
darah samar dalam feses),
2. Tidak terjadi penambahan hematom di area tubuh lain.
3. Pasien dan keluarga melakukan tindakan untuk mencegah trauma (menggunakan sikat
gigi yang halus, tidak mengorek hidung dengan kasar, hindari benturan/terjatuh, tidak
membuang ingus dengan kasar, dan tidak mengejan saat buang air besar).
4. Tidak ada tanda-tanda ensefalopati hepatikum (klien sadar penuh, bicara koheren,
orientasi tepat terhadap waktu, tempat, dan orang dan tidak ada
5. flapping tremor).

6. Klien buang air besar (BAB) lancar, 1-3× /hari dengan konsistensi lunak

Intervensi:
1. Monitor dan tanyakan karakteristik feses (warna, konsistensi, dan jumlah). Pastikan
2. Monitor manifestasi hemoragik: hematom, epistaksis, hematemesis, dan perdarahan
gusi.
3. Kaji status kognitif: tentukan orientasi pasien terhadap waktu, tempat, dan orang;
observasi adanya gelisah dan tingkat kesadaran pasien, dan kaji kesadaran pasien
terhadap alasan untuk menjalani perawatan di RS dan perawatan selanjutnya di
rumah.
4. Informasikan pasien untuk banyak istirahat dan membatasi aktivitasnya.
5. Lakukan tindakan untuk mencegah trauma:
a. Pertahankan lingkungan yang aman.
b. Informasikan pasien untuk tidak mengorek hidungnya atau bila pilek mengeluarkan
ingus secara perlahan, hindari benturan/terjatuh.
c. Menggunakan sikat gigi dengan bulu halus, menghindari penggunaan tusuk gigi
d. Gunakan jarum kecil saat penyuntikan.

Kolaborasi:

a. Cek adanya darah samar dalam feses (feses benzidine)

b. Cek kadar amonia


c. Cek hemostase.
d. Beri vitamin K 3×10 mg iv
e. Beri lactulax 3×15 cc p.o
f. Beri cefotaxime 3×1gr iv
g. Beri propanolol 2×10 mg p.o
h. Lapor ke dokter bila terjadi perubahan status kognitif/neurologi (bicara kacau,
gelisah, cenderung tidur, flapping tremor)

2) Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi (penurunan


protein plasma)
Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan


volume cairan adekuat, Kriteria hasil:

1. Target balance cairan – 512-00 sampai -1000cc/hari


2. Ukuran lingkar perut tetap atau berkurang setiap harinya
3. Edema tidak ada
4. TTV dalam rentang normal ( TD 100/60- 140/90 mmHg, nadi 60-110x/menit RR
12-20×/menit)
5. Ronchi pada kedua lapang paru berkurang sampai dengan hilang.
6. Distensi vena jugularis tidak ada.

Intervensi:
1. Monitoring TTV (TD dan nadi) dan
2. jugularis vena pressure (JVP)

3. Monitor adanya kemungkinan edema

4. Auskultasi paru, catat adanya bunyi tambahan (misalnya ronchi) dan catat RR.

5. Ukur lingkar perut dan berat badan setiap hari.

6. Ukur balance cairan/hari

Kolaborasi:
a. Beri lasix 2×40 mg iv
b. Beri spironolactone 2×100mg po

c. Beri albumin/plasma ekspander sesuai program

d. Cek albumin dan serum elektrolit sesuai program

e. Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi


f. Persiapkan prosedur pungsi asites.

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake adekuat.


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan status
nutrisi adekuat.

Kriteria hasil:

a. Pasien melaporkan makan habis 1 porsi dengan makan porsi kecil tapi sering
b. Pasien melaporkan ada peningkatan selera makan dan rasa segar pada badan.
c. Pasien melaporkan perut terasa nyaman dengan defekasi teratur
d. Ukuran lingkar lengan atas (LILA) tetap atau bertambah.

Intervensi:
1. Monitor porsi makan yang dihabiskan setiap hari.
2. Informasikan dan motivasi untuk makan porsi kecil tapi sering.
3. Motivasi pasien dan keluarga untuk melakukan oral higiene sebelum makan.
4. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang pentingnya mengkonsumsi putih
telur 4-6 butir/hari.
5. Ukur LILA.

Kolaborasi:

1. Beri inpepsa (sucralfate) 4x10 cc po

2. Beri diet hati IV 2100 kalori dengan ekstra putih telur (kaya AARC) 4-6 butir/hari.
3. Monitor nilai albumin
12. Identifikasi pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien sirosis hepatis !
Memberikan informasi pada pasien dan keluarga tentang pentingnya diet tinggi
protein khususnya yang banyak mengandung asam amino rantai cabang ( AARC ),
dan merubah gaya hidup yang tidak sehat contohnya : seperti tidur larut malam,
mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan.
LOGBOOK OBSTRUKSI SISTEM PENCERNAAN

KOLELITIASIS-KOLESISTITIS

Kasus 5

Seorang wanita dirawat dengan Kolelitiasis. Keluhan yang dirasakan kadang-kadang timbul
nyeri secara mendadak di daerah perut sebelah kanan atas yang berangsur hilang ketika
klien merubah posisi tubuhnya. Hasil pemeriksaan terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan
atas dan sklera ikterus

1. Gambarkan anatomi dari organ tubuh yang berhubungan dengan kolelitiasis dan
sebutkan bagian-bagiannya
2. Jelaskan yang dimaksud dengan kolelitiasis ? (tuliskan referensi yang anda gunakan)
Penyakit batu empedu atau cholelithiasis adalah kondisi yang ditandai dengan sakit perut
mendadak akibat terbentuknya batu di dalam kantung empedu. Penyakit batu empedu juga
bisa terjadi di saluran empedu.

Referensi : https://www.alodokter.com/batu-empedu

3. Sebutkan penyebab kolelitiasis dan jelaskan proses terjadinya!

Batu empedu diduga muncul akibat endapan kolesterol dan bilirubin yang menumpuk


di dalam kantung empedu. Penumpukan terjadi ketika cairan empedu tidak mampu
melarutkan kolesterol dan bilirubin berlebih yang dihasilkan hati. Tiga hal yang
memudahkan terjadinya batu kolesterol di kandung empedu yaitu supersaturasi
kolesterol, pembetukan inti kolesterol dan disfungsi kandung empedu.

Batu empedu diduga muncul akibat endapan kolesterol dan bilirubin yang menumpuk


di dalam kantung empedu. Penumpukan terjadi ketika cairan empedu tidak mampu
melarutkan kolesterol dan bilirubin berlebih yang dihasilkan hati.

4. Sebutkan dan jelaskan tanda/ gejala untuk mendiagnosis kolelitiasis!


a. Sakit perut yang terus-menerus atau hilang timbul, terutama beberapa saat
setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak (kolik bilier).

b. Sakit kuning detak jantung yang cepat.

c. Timbul demam jika ada infeksi saluran empedu. Jika saluran tersumbat karena
batu tanpa infeksi, demam tidak akan terjadi.

d. Gatal-gatal pada kulit.

e. Kehilangan nafsu makan.

f. Mual dan muntah.

5. Sebutkan pemeriksaan penunjang untuk kolelitiasis !


Pemeriksaan radiologi :

a. Ultrasonograpi ( USG )
b. CT-scan
c. ERCP ( endoscopie retrograde cholangio pancreatography

6. Sebutkan komplikasi yang dapat timbul dari kolelitiasis!

a. Obstruksi duktus sistikus.

b. Kolik bilier.

c. Kolestisis akut.

d. Perikolestitis.

e. Peradangan pancreas (pankreatitis)

f. Parforasi.

g. Kolesistisis Kronis

h. Hydrops (oedema) kandung empedu.


i. Empiema kandung empedu.

j. Fistel kolesistoenterik

7. Jelaskan penatalaksanaan pada pasien dengan kolelitiasis!

Penatalaksanaan Medik

a. Terapi Nutrisi

Diet segera setelah operasi biasanya berupa cairan rendah lemak dengan protein dan
karbohidrat tinggi dilanjutkan denngan makanan padat yang lembut, hindari 20 telur,
krim, babi, maknan gorengan, keju, sayuran pembentukan gas, dan alkohol.

b. Terapi Farmakologi

1. Untuk menghancurkan batu : ursodiol/aktigal.

2. Efek samping : diare, bersifat hepatotoksik, pada fetus sehingga kontraindikasi


pada ibu hamil.

3. Mengurangi konten kolesterol dalam batu empedu : chenodiol/chenix.

4. Untuk mengurangi gatal-gatal : cholestyramine (Questran)

5. Menurunkan rasa nyeri : analgesik.

6. Mengobati infeksi : antibiotik.

Penatalaksanaan Bedah

a. Kolesistektommi laparaskopi : dilakukan melalui insiasi atau tusukan kecil yang


dibuat menembus dinding abdomen di umbilikus. Rongga abdomen ditiup dengan gas
karbon monoksid untuk membantu pemasangan endoskopi.

b. Kolesisitektomi : kantung empedu diangkat setelah asteri dan duktus sistikus


diligasi. Sebuah drain (penrose) ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan
menjulur ke luar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus
dan getah empedu ke dalam kasa absorben.
c. Minikolesistektomi : kantung empedu dikeluarkan melalui sebuah insiasi kecil
selebar 4cm.

d. Kolesistostomi (bedah atau perkutan) : kantung empedu dibuka, dan batu, empedu,
atau drainase purulent dikeluarkan

e. Koledokostomi Inisiasi dilakukan pada duktus koledokus untuk mengeluarkan batu.


Setelah batu dikeluarkan biasanya dipasang sebuah kateter ke dalam duktus tersebut
untuk drainase getah empedu sampai edema mereda. Kateter ini dihubungkan dengan
selang drainase.

8. Rumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan kolelitiasis !

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakadekuatan


sekresi empedu.

b. Ansietas b.d prognosis penyakit, prosedur pembedahan.

c. Defisit pengetahuan b.d kurangnya informasi yang didapatkan tentang penyakit.

9. Tuliskan tujuan dan intervensi keperawatan untuk diagnosis keperawatan pasien


dengan kolelitiasis!

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakadekuat an sekresi empedu

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan


pemenuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil :
1. Berat badan psien dengan rentan normal menurut IMT.
2. Pasien menghabiskan porsi makan yang diberikan rumah sakit
Intervensi:
1. Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, berat badan dan kemampuan menelan serta
mual dan muntah pasien.
2. Pantau asupan dan output makanan dan timbang berat badan secara periodik (sekali
seminggu).
3. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut
4. Jelaskan pentingnya nutrisi untuk tubuh dan berikan multivitamin
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat.

b. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit, prosedur pembedahan

tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan cemas dapat
teratasi. Dengan kriteria hasil :
1. Pasien mampu mengungkapk an ketakutan/kek uatirannya.
2. Respon pasien tampak tersenyum.
3. Pasien tidak cemas lagi. Dengan skala 0 (1-5)
Intervensi:
1. Kaji tingkat cemas pasien, bagaimana pasien memecahkan masalah dan koping apa
yang digunakan.
2. Ajarkan paien teknik nafas dalam.
3. Berikan informasi akurat dan jawab setiap pertanyaan pasien.
4. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresik an prasaannya.
5. Anjurkan pasien untuk berdoa.

c. Defisiansi pengetahuan b.d kurangnya informasi yang didapatkan tentang penyakit

Tujuan: Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan


pasien mengetahui tentang penyakit yang dideritaya dengan kriteria hasil :
1. Pasien mengathui tentang deifinisi tanda-gejala, dan penyebab

Intervensi:
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit.
2. Identifikasi kemugkinan penyebab, dengan cara yang tepat.
3. Jelaskan pengertian penyakit yang diderita pasien.
10. Identifikasi pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada pasien dengan
kolelitiasis!
Anjurkan pasien berprilaku hidup sehat dengan tidak mengkonsumsi makanan yang
mengandung kolestrol dan lemak yang tinggi dan informasi kesehatan dalam bentuk
promotif dan preventif.

Anda mungkin juga menyukai