Anda di halaman 1dari 11

A.

Pengkajian

Pengkajian pada pasien sirosis hepatis menurut Doenges (2000) sebagai berikut:
1. Demografi

a. Usia : diatas 30 tahun

b. Laki-laki beresiko lebih besar daripada perempuan

c. Pekerjaan : riwayat terpapar toksin

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat hepatitis kronis

b. Penyakit gangguan metabolisme : DM

c. Obstruksi kronis ductus coleducus

d. Gagal jantung kongestif berat dan kronis

e. Penyakit autoimun

f. Riwayat malnutrisi kronis terutama KEP

3. Pola Fungsional

a. Aktivitas/ istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan.

Tanda : Letargi, penurunan massa otot/ tonus.

b. Sirkulasi

Gejala : Riwayat Gagal Jantung Kongestif (GJK) kronis, perikarditis, penyakit jantung
rematik, kanker (malfungsi hati menimbulkan gagal hati), disritmia, bunyi jantung
ekstra, DVJ; vena abdomen distensi.

c. Eliminasi
Gejala : Flatus.

Tanda : Distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites), penurunan/ tak adanya


bising usus, feses warna tanah liat, melena, urine gelap, pekat.

d. Makanan/ cairan

Gejala : Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/ tak dapat mencerna, mual/ muntah.

Tanda : Penurunan berat badan/ peningkatan (cairan), kulit kering, turgor buruk, ikterik
: angioma spider, napas berbau/ fetor hepatikus, perdarahan gusi.

e. Neurosensori

Gejala : Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian, penurunan mental.

Tanda : Perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara lambat/ tak jelas.

f. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Nyeri tekan abdomen/ nyeri kuadran kanan atas.

Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, fokus pada diri sendiri.

g. Pernapasan

Gejala : Dispnea.

Tanda : Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, ekspansi paru terbatas
(asites), hipoksia.

h. Keamanan

Gejala : Pruritus.

Tanda : Demam (lebih umum pada sirosis alkohlik), ikterik, ekimosis, petekie.

i. Seksualitas

Gejala : Gangguan menstruasi, impoten.


Tanda : Atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah lengan, pubis)

4. Pemeriksaan Fisik

a. Tampak lemah

b. Peningkatan suhu, peningkatan tekanan darah (bila ada kelebihan cairan)

c. Sclera ikterik, konjungtiva anemis

d. Distensi vena jugularis dileher

e. Dada :

1. Ginekomastia (pembesaran payudara pada laki-laki)


2. Penurunan ekspansi paru
3. Penggunaan otot-otot asesoris pernapasan
4. Disritmia, gallop
5. Suara abnormal paru (rales)
f. Abdomen :
1. Perut membuncit, peningkatan lingkar abdomen
2. Penurunan bunyi usus
3. Ascites/ tegang pada perut kanan atas, hati teraba keras
4. Nyeri tekan ulu hati

g. Urogenital :

1. Atropi testis
2. Hemoroid (pelebaran vena sekitar rektum)

h. Integumen :Ikterus, palmar eritema, spider naevi, alopesia, ekimosis


i. Ekstremitas :Edema, penurunan kekuatan otot

a. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium Menurut Smeltzer & Bare (2001) yaitu:
1. Darah lengkap
Hb/ Ht dan SDM mungkin menurun karena perdarahan. Kerusakan SDM dan anemia
terlihat dengan hipersplenisme dan defisiensi besi. Leukopenia mungkin ada sebagai akibat
hiperplenisme.
2. Kenaikan kadar SGOT, SGPT
3. Albumin serum menurun
4. Pemeriksaan kadar elektrolit : hipokalemia
5. Pemanjangan masa protombin
6. Glukosa serum : hipoglikemi
7. Fibrinogen menurun
8. BUN meningkat
Pemeriksaan diagnostic Menurut smeltzer & Bare (2001) yaitu:
1) Radiologi Dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi hipertensi portal.
2) EsofagoskopiDapat menunjukkan adanya varises esofagus.
3) USG
4) Angiografi Untuk mengukur tekanan vena porta.
5) Skan/ biopsi hati Mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis, kerusakan jaringan hati.
6) Partografi transhepatik perkutaneus Memperlihatkan sirkulasi sistem vena portal.

5. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien sirosis hepatis menurut Doenges
(2000) antara lain:

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, asites.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ascites, edema.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

5. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu pada kulit.

6. Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan metabolisme protein.

7. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan tubuh.


8. Resiko perubahan proses pikir berhubungan dengan peningkatan amonia dalam darah.

6. Intervensi dan Rasional

Menurut Doenges (2000) pada klien sirosis hepatis ditemukan diagnosa keperawatan dengan
intervensi dan rasional sebagai berikut:

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, asites.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pola nafas menjadi
efektif.

Kriteria hasil :

a. Melaporkan pengurangan gejala sesak nafas.

b. Memperlihatkan frekuensi respirasi yang normal (12-18 x/ menit) tanpa terdengarnya


suara pernapasan tambahan.

c. Memperlihatkan pengembangan toraks yang penuh tanpa gejala pernapasan dangkal.

d. Tidak mengalami gejala sianosis.

Intervensi :

1) Awasi frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan.

Rasional : Pernapasan dangkal cepat/ dispnea mungkin ada hubungan dengan akumulasi
cairan dalam abdomen.

2) Pertahankan kepala tempat tidur tinggi, posisi miring.

Rasional : Memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma.

3) Ubah posisi dengan sering, dorong latihan nafas dalam, dan batuk.

Rasional : Membantu ekspansi paru dan memobilisasi sekret.

4) Berikan tambahan oksigen sesuai indikasi.


Rasional : Untuk mencegah hipoksia.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake inadekuat.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi tubuh
terpenuhi.
Kriteria hasil :

a. Menunjukkan peningkatan berat badan secara progresif.

b. Tidak mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut.

Intervensi :

1) Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.

Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan.

2) Berikan makan sedikit tapi sering.

Rasional : Buruknya toleransi terhadap makanan banyak mungkin berhubungan dengan


peningkatan tekanan intraabdomen/ asites.

3) Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan.

Rasional : Klien cenderung mengalami luka dan perdarahan gusi dan rasa tidak enak pada
mulut dimana menambah anoreksia.

4) Timbang berat badan sesuai indikasi.

Rasional : Mungkin sulit untuk menggunakan berat badan sebagai indikator langsung
status nutrisi karena ada gambaran edema/ asites.

5) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh glukosa serum, albumin, total protein dan
amonia.

Rasional : Glukosa menurun karena gangguan glukogenesis, penurunan simpanan


glikogen, atau masukan tidak adekuat.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan ascites, edema.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam terjadi balance cairan.

Kriteria hasil :

a. Menunjukkan volume cairan stabil dengan keseimbangan pemasukan dan pengeluaran.

b. Berat badan stabil.

c. Tanda vital dalam rentang normal dan tidak ada edema.

Intervensi :

1) Ukur masukan dan haluaran, catat keseimbangan positif.

Rasional : Menunjukkan status volume sirkulasi.

2) Auskultasi paru, catat penurunan/ tidak adanya bunyi napas dan terjadinya bunyi tambahan.

Rasional : Peningkatan kongesti pulmonal dapat mengakibatkan konsolidasi, gangguan


pertukaran gas, dan komplikasi.

3) Dorong untuk tirah baring bila ada asites.

Rasional : Dapat meningkatkan posisi rekumben untuk diuresis.

4) Awasi TD dan CVP

Rasional : Peningkatan TD biasanya berhubungan dengan kelebihan volume cairan.

5) Awasi albumin serum dan elektrolit.

Rasional : Penurunan albumin serum mempengaruhi tekanan osmotik koloid plasma,


mengakibatkan edema.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam klien toleran terhadap aktivitas.

Kriteria hasil :
a. Melaporkan peningkatan kekuatan dan kesehatan klien.

b. Merencanakan aktivitas untuk memberikan kesempatan istirahat yang cukup.

c. Meningkatkan aktivitas dan latihan bersamaan dengan bertambahnya kekuatan.

Intervensi :

1) Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi protein (TKTP).

Rasional : Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses penyembuhan.

2) Berikan suplemen vitamin (A, B kompleks, C dan K)

Rasional : Memberikan nutrien tambahan.

3) Motivasi klien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat.

Rasional : Menghemat tenaga klien sambil mendorong klien untuk melakukan latihan
dalam batas toleransi klien.

4) Motivasi dan bantu klien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang
ditingkatkan secara bertahap.

Rasional : Memperbaiki perasaan sehat secara umum dan percaya diri

5. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu pada kulit.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam integritas kulit terjaga.

Kriteria hasil :

a. Memperlihatkan turgor kulit yang normal pada ekstremitas dan batang tubuh.

b. Tidak memperlihatkan luka pada tubuh.

c. Memperlihatkan jaringan yang normal tanpa gejala eritema, perubahan warna atau
peningkatan suhu didaerah tonjolan tulang.

Intervensi :
1) Batasi natrium seperti yang diresepkan.

Rasional : Meminimalkan pembentukan edema.

2) Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit.

Rasional : Jaringan dan kulit yang edematous mengganggu suplai nutrien dan sangat
rentan terhadap tekanan serta trauma.

3) Balik dan ubah posisi klien dengan sering.

Rasional : Meminimalkan tekanan yang lama dan meningkatkan mobilisasi edema.

4) Lakukan latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas edematous.

Rasional : Meningkatkan mobilisasi edema.

5) Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, dan tonjolan tulang lain.

Rasional : Melindungi tonjolan tulang dan meminimalkan trauma jika dilakukan dengan
benar.

6. Resiko perdarahan berhubungan dengan gangguan metabolisme protein.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam tidak terjadi
perdarahan.

Kriteria hasil :

a. Mempertahankan homeostasis dengan tanpa perdarahan.

b. Menunjukkan perilaku penurunan resiko perdarahan.

Intervensi :

1) Kaji adanya tanda-tanda dan gejala perdarahan gastrointestinal.

Rasional : Traktus GI paling bisa untuk sumber perdarahan sehubungan dengan mukosa
yang mudah rusak dan gangguan dalam homeostasis karena sirosis.
2) Observasi adanya ptekie, ekimosis, perdarahan dari satu atau lebih sumber.

Rasional : Adanya gangguan faktor pembekuan.

3) Awasi nadi, TD, dan CVP bila ada.

Rasional : Peningkatan nadi dengan penurunan TD dan CVP dapat menunjukkan


kehilangan volume darah sirkulasi, memerlukan evaluasi lanjut.

4) Awasi Hb/ Ht dan faktor pembekuan.

Rasional : Indikator anemia, perdarahan aktif.

5) Catat perubahan mental/ tingkat kesadaran.

Rasional : Perubahan dapat menunjukkan penurunan perfusi jaringan serebral sekunder


terhadap hipovolemia, hipoksemia.

7. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan tubuh.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam tidak terjadi infeksi.

Kriteria hasil :

a. Tanda-tanda vital dalam batas normal.

b. Menunjukkan teknik melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang.

Intervensi :

1) Kaji tanda vital dengan sering.

Rasional : Tanda adanya syok septik.

2) Lakukan teknik isolasi untuk infeksi, terutama cuci tangan efektif.

Rasional : Mencegah transmisi penyakit virus ke orang lain.

3) Awasi/ batasi pengunjung sesuai indikasi.

Rasional : Klien terpajan terhadap proses infeksi potensial resiko komplikasi sekunder.
4) Berikan obat sesuai indikasi : antibiotik.

Rasional : Pengobatan untuk mencegah/ membatasi infeksi sekunder.

8. Resiko perubahan proses pikir berhubungan dengan peningkatan amonia dalam darah.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam tidak terjadi perubahan
proses pikir.

Kriteria hasil :

a. Mempertahankan tingkat mental/ orientasi kenyataan.

b. Menunjukkan perilaku/ pola hidup untuk mencegah/ meminimalkan perubahan mental.

Intervensi :

1) Observasi perubahan perilaku dan mental.

Rasional : Karena merupakan fluktuasi alami dari koma hepatik.

2) Konsul pada orang terdekat tentang perilaku umum dan mental klien.

Rasional : Memberikan dasar untuk perbandingan dengan status saat ini

3) Pertahankan tirah baring, bantu aktivitas perawatan diri.Rasional : Mencegah kelelahan,


meningkatkan penyembuhan, menurunkan kebutuhan metabolik hati.

4) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh : amonia, elektrolit, pH, BUN, glukosa dan
darah lengkap.Rasional : Peningkatan kadar amonia, hipokalemia, alkalosis metabolik,
hipoglikemia, anemia, dan infeksi dapat mencetuskan terjadinya koma hepatik.

Anda mungkin juga menyukai