Pengkajian
Pengkajian pada pasien sirosis hepatis menurut Doenges (2000) sebagai berikut:
1. Demografi
2. Riwayat Kesehatan
e. Penyakit autoimun
3. Pola Fungsional
a. Aktivitas/ istirahat
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat Gagal Jantung Kongestif (GJK) kronis, perikarditis, penyakit jantung
rematik, kanker (malfungsi hati menimbulkan gagal hati), disritmia, bunyi jantung
ekstra, DVJ; vena abdomen distensi.
c. Eliminasi
Gejala : Flatus.
d. Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/ tak dapat mencerna, mual/ muntah.
Tanda : Penurunan berat badan/ peningkatan (cairan), kulit kering, turgor buruk, ikterik
: angioma spider, napas berbau/ fetor hepatikus, perdarahan gusi.
e. Neurosensori
Tanda : Perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara lambat/ tak jelas.
f. Nyeri/ kenyamanan
g. Pernapasan
Gejala : Dispnea.
Tanda : Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, ekspansi paru terbatas
(asites), hipoksia.
h. Keamanan
Gejala : Pruritus.
Tanda : Demam (lebih umum pada sirosis alkohlik), ikterik, ekimosis, petekie.
i. Seksualitas
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tampak lemah
e. Dada :
g. Urogenital :
1. Atropi testis
2. Hemoroid (pelebaran vena sekitar rektum)
a. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium Menurut Smeltzer & Bare (2001) yaitu:
1. Darah lengkap
Hb/ Ht dan SDM mungkin menurun karena perdarahan. Kerusakan SDM dan anemia
terlihat dengan hipersplenisme dan defisiensi besi. Leukopenia mungkin ada sebagai akibat
hiperplenisme.
2. Kenaikan kadar SGOT, SGPT
3. Albumin serum menurun
4. Pemeriksaan kadar elektrolit : hipokalemia
5. Pemanjangan masa protombin
6. Glukosa serum : hipoglikemi
7. Fibrinogen menurun
8. BUN meningkat
Pemeriksaan diagnostic Menurut smeltzer & Bare (2001) yaitu:
1) Radiologi Dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi hipertensi portal.
2) EsofagoskopiDapat menunjukkan adanya varises esofagus.
3) USG
4) Angiografi Untuk mengukur tekanan vena porta.
5) Skan/ biopsi hati Mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis, kerusakan jaringan hati.
6) Partografi transhepatik perkutaneus Memperlihatkan sirkulasi sistem vena portal.
5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien sirosis hepatis menurut Doenges
(2000) antara lain:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, asites.
5. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu pada kulit.
Menurut Doenges (2000) pada klien sirosis hepatis ditemukan diagnosa keperawatan dengan
intervensi dan rasional sebagai berikut:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, asites.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pola nafas menjadi
efektif.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional : Pernapasan dangkal cepat/ dispnea mungkin ada hubungan dengan akumulasi
cairan dalam abdomen.
3) Ubah posisi dengan sering, dorong latihan nafas dalam, dan batuk.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi tubuh
terpenuhi.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional : Klien cenderung mengalami luka dan perdarahan gusi dan rasa tidak enak pada
mulut dimana menambah anoreksia.
Rasional : Mungkin sulit untuk menggunakan berat badan sebagai indikator langsung
status nutrisi karena ada gambaran edema/ asites.
5) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh glukosa serum, albumin, total protein dan
amonia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam terjadi balance cairan.
Kriteria hasil :
Intervensi :
2) Auskultasi paru, catat penurunan/ tidak adanya bunyi napas dan terjadinya bunyi tambahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam klien toleran terhadap aktivitas.
Kriteria hasil :
a. Melaporkan peningkatan kekuatan dan kesehatan klien.
Intervensi :
Rasional : Memberikan kalori bagi tenaga dan protein bagi proses penyembuhan.
Rasional : Menghemat tenaga klien sambil mendorong klien untuk melakukan latihan
dalam batas toleransi klien.
4) Motivasi dan bantu klien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang
ditingkatkan secara bertahap.
5. Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu pada kulit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam integritas kulit terjaga.
Kriteria hasil :
a. Memperlihatkan turgor kulit yang normal pada ekstremitas dan batang tubuh.
c. Memperlihatkan jaringan yang normal tanpa gejala eritema, perubahan warna atau
peningkatan suhu didaerah tonjolan tulang.
Intervensi :
1) Batasi natrium seperti yang diresepkan.
Rasional : Jaringan dan kulit yang edematous mengganggu suplai nutrien dan sangat
rentan terhadap tekanan serta trauma.
5) Letakkan bantalan busa yang kecil dibawah tumit, dan tonjolan tulang lain.
Rasional : Melindungi tonjolan tulang dan meminimalkan trauma jika dilakukan dengan
benar.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam tidak terjadi
perdarahan.
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional : Traktus GI paling bisa untuk sumber perdarahan sehubungan dengan mukosa
yang mudah rusak dan gangguan dalam homeostasis karena sirosis.
2) Observasi adanya ptekie, ekimosis, perdarahan dari satu atau lebih sumber.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil :
b. Menunjukkan teknik melakukan perubahan pola hidup untuk menghindari infeksi ulang.
Intervensi :
Rasional : Klien terpajan terhadap proses infeksi potensial resiko komplikasi sekunder.
4) Berikan obat sesuai indikasi : antibiotik.
8. Resiko perubahan proses pikir berhubungan dengan peningkatan amonia dalam darah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam tidak terjadi perubahan
proses pikir.
Kriteria hasil :
Intervensi :
2) Konsul pada orang terdekat tentang perilaku umum dan mental klien.
4) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh : amonia, elektrolit, pH, BUN, glukosa dan
darah lengkap.Rasional : Peningkatan kadar amonia, hipokalemia, alkalosis metabolik,
hipoglikemia, anemia, dan infeksi dapat mencetuskan terjadinya koma hepatik.