Anda di halaman 1dari 26

SIROSIS HEPATIS

MEDICAL SURGICAL NURSING


What is nursing diagnosis?(rika)
http://askep.club/askep-sirosis-hepatis-aplik
No. Analisa data Etiologi Problem
asi-nanda-nic-noc/
DS: Pasien mengeluh nyeri ulu
hati skala nyeri 5
1. DO: - nyeri tekan di area Nyeri kronis
epigastrium
- omeprazol inj 2 x 40 mg

DO:
2. DS: asites, terdapat shifting
dullness, N: 110 x/mnt,

http://askep.club/askep-sirosis-hepatis-aplikasi-nanda-nic-noc/
NANDA 2015
Obat apa yang harus dikonsumsi? (wahfi)
1. Katuki/ garam katuki: adalah sebuah obat herbal
yang dipercaya mampu mengatasi sirosis hati
secara efektif.
2. Obat Antivirus
3. Obat Kortikosteroid
4. Herbal Licorice: untuk meningkatkan fungsi hati
yang sudah terancam kehilangan fungsinya karena
rusak. Hanya saja, untuk orang-orang yang
memiliki tekanan darah tinggi obat ini justru perlu
dihindari dan tidak begitu dianjurkan.

http://www.autoimuncare.com/obat-buat-penyakit-sirosis-hati/
Patofisiologi dari sirosis hepatis (molisa)
Sirosis terjadi dengan frekuensi paling tinggi pada peminum
minuman keras. Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan
protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan
alkohol yang berlebihan merupakan faktor penyebab yang utama pada
perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya.
Sirosis alkoholik atau secara historis disebut sirosis Laennec
ditandai oleh pembentukan jaringan parut yang difus, kehilangan sel-
sel hati yang uniform, dan sedikit nodul regeneratif. Sehingga kadang-
kadang disebut sirosis mikronodular. Sirosis mikronodular dapat pula
diakibatkan oleh cedera hati lainnya. Tiga lesi utama akibat induksi
alkohol adalah perlemakan hati alkoholik, hepatitis alkoholik, dan
sirosis alkoholik (Tarigan, 2001).
Pengkajian nutrisi pasien sirosis hepatis (taufik)
Apa saja pengkajian keperawatan dari sirosis hepatis
(mira)
Pengkajian pada pasien sirosis hepatis menurut Doenges (2000)
sebagai berikut:
1. Demografi
a. Usia : diatas 30 tahun
b. Laki-laki beresiko lebih besar daripada perempuan
c. Pekerjaan : riwayat terpapar toksin
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat hepatitis kronis
b. Penyakit gangguan metabolisme : DM
c. Obstruksi kronis ductus coleducus
d. Gagal jantung kongestif berat dan kronis
e. Penyakit autoimun
f. Riwayat malnutrisi kronis terutama KEP
3. Pola Fungsional
Aktivitas/ istirahat: Gejala : Kelemahan, kelelahan.
Tanda : Letargi, penurunan massa otot/ tonus.
Sirkulasi : Gejala : Riwayat Gagal Jantung Kongestif (GJK) kronis,
perikarditis, penyakit jantung rematik, kanker (malfungsi hati
menimbulkan gagal hati), disritmia, bunyi jantung ekstra, DVJ;
vena abdomen distensi.
Eliminasi: Gejala : Flatus. Tanda : Distensi abdomen (hepatomegali,
splenomegali, asites), penurunan/ tak adanya bising usus, feses
warna tanah liat, melena, urine gelap, pekat.
Makanan/ cairan: Gejala : Anoreksia, tidak toleran
terhadap makanan/ tak dapat mencerna, mual/ muntah.
Tanda : Penurunan berat badan/ peningkatan (cairan),
kulit kering, turgor buruk, ikterik : angioma spider, napas
berbau/fetor hepatikus, perdarahan gusi.
Neurosensori: Gejala : Orang terdekat dapat melaporkan
perubahan kepribadian, penurunan mental. Tanda :
Perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara
lambat/ tak jelas.
Nyeri/ kenyamanan: Gejala : Nyeri tekan abdomen/ nyeri kuadran
kanan atas. Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, fokus pada diri
sendiri.
Pernapasan: Gejala : Dispnea. Tanda : Takipnea, pernapasan
dangkal, bunyi napas tambahan, ekspansi paru terbatas (asites),
hipoksia.
Keamanan: Gejala : Pruritus. Tanda : Demam (lebih umum pada
sirosis alkohlik), ikterik, ekimosis, petekie.
Seksualitas: Gejala : Gangguan menstruasi, impoten. Tanda : Atrofi
testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah lengan,
pubis)
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tampak lemah
b. Peningkatan suhu, peningkatan tekanan darah (bila
ada kelebihan cairan)
c. Sclera ikterik, konjungtiva anemis
d. Distensi vena jugularis dileher
Dada :
a. Ginekomastia (pembesaran payudara pada laki-laki)
b. Penurunan ekspansi paru
c. Penggunaan otot-otot asesoris pernapasan
d. Disritmia, gallop
e. Suara abnormal paru (rales)
Abdomen :
a. Perut membuncit, peningkatan lingkar abdomen
b. Penurunan bunyi usus
c. Ascites/ tegang pada perut kanan atas, hati teraba keras
d. Nyeri tekan ulu hati
Urogenital :
a. Atropi testis
b. Hemoroid (pelebaran vena sekitar rektum)
Integumen :
a. Ikterus, palmar eritema, spider naevi, alopesia, ekimosis
Ekstremitas : Edema, penurunan kekuatan otot
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium Menurut Smeltzer & Bare (2001)
yaitu:
a. Darah lengkap: Hb/ Ht dan SDM mungkin menurun
karena perdarahan. Kerusakan SDM dan anemia terlihat
dengan hipersplenisme dan defisiensi besi. Leukopenia
mungkin ada sebagai akibat hiperplenisme.
b. Kenaikan kadar SGOT, SGPT
c. Albumin serum menurun
d. Pemeriksaan kadar elektrolit : hipokalemia
e. Pemanjangan masa protombin
f. Glukosa serum : hipoglikemi
g. Fibrinogen menurun
h. BUN meningkat
Pemeriksaan diagnostik
Menurut smeltzer & Bare (2001) yaitu:
a. Radiologi: Dapat dilihat adanya varises esofagus untuk
konfirmasi hipertensi portal.
b. Esofagoskopi: Dapat menunjukkan adanya varises
esofagus.
c. USG
d. Angiografi: Untuk mengukur tekanan vena porta.
e. Skan/ biopsi hati: Mendeteksi infiltrat lemak, fibrosis,
kerusakan jaringan haati.
f. Partografi transhepatik perkutaneus: Memperlihatkan
sirkulasi sistem vena portal
How the fisiologi system hepatobilier (elsa)

Empedu disekresikan oleh sel-sel hepar,


disimpan dan dipekatkan di dalam vesika
biliaris, kemudian dikeluarkan ke dalam
duodenum. Ductus biliaris hepatis terdiri
atas ductus hepatis dekstra dan sinistra,
ductus hepatis comunis, ductus
choledochus, vesica biliaris dan ductus
cysticus.
Apa saja penatalaksanaan medis sirosis
hepatis(elta)
Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan
kontrol yang teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori
dan protein, lemak secukupnya.
Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui seperti:
1. Alkohol dan obat-obat lain dianjutkan menghentikan
penggunaannya: Alkohol akan mengurangi pemasukan protein
kedalam tubuh. Dengan diet tinggi kalori (300 kalori), kandungan
protein makanan sekitar 70-90 gr sehari untuk menghambat
perkembangan kolagenik dapat dicoba dengan pemberian D.
Penicilamine dan Colchicine.
2. Hemokromatosis: Dihentikan pemakaian preparat yang
mengandung besi/terapi kelasi (desferioxamine). Dilakukan vena
seksi 2x seminggu sebanyak 500 cc selama setahun.
• Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid
Therapi terhadap komplikasi yang timbul
1. Untuk asites: Diberikan diet rendah garam 0,5 gr/hari + total cairan 1,5
lt/hari. Spironolakton (diuretik bekerja pada tubulus distal) dimulai dengan
dosis awal 4 x 25 mg/hari, dinaikkan sampai total dosis 800 mg sehari, efek
optimal terjadi setelah pemberian 3 hari. Idealnya pengurangan berat badan
dengan pemberian diuretik ini adalah 1 kg/hari. Bila perlu dikombinasikan
dengan furosemid (bekerja pada tubulus proksimal).
2. Perdarahan varises esofagus (hematemesis, hematemesis dengan
melena atau melena saja): Lakukan pemasangan UB tube untuk
mengetahui apakah perdarahan berasal dari saluran sama, disamping
melakukan aspirasi cairan lambung yang berisi darah, untuk mengetahui
apakah perdarahan sudah berhenti/masih berlangsung. Bila perdarahan
banyak, tekanan sistolik dibawah 100 mmHg, nadi diatas 100 x/menit atau
Hb dibawah 99% dilakukan pemberian IVFD dengan pemberian
dextrosa/salin dan transfusi darah secukupnya. Diberikan vasopresin 2 amp
0,1 gr dalam 500 cc cairan DS % atau salin pemberian selama 4 jam dapat
diulang 3x. Dilakukan pemasangan SB tube untuk menghentikan
perdarahan serius. Dapat dilakukan skleroterapi sesudah dilakukan
endoskopi kalau ternyata perdarahan berasal dari pecahnya varises. Untuk
mencegah rebleeding dapat diberikan propranolol.
1. Untuk ensefalopati: Dilakukan koreksi faktor pencetus
seperti pemberian KCL pada hypokalemia. Mengurangi
pemasukan protein makanan dengan memberi diet
sesuai. Aspirasi cairan lambung bagi pasien yang
mengalami perdarahan pada varises. Klisma untuk
mengurangi absorbsi bahan nitrogen. Pemberian : –
duphalac 2 x 2 sendok makan. neomisin per oral untuk
sterilisasi usus. antibiotik campisilin/sefalosporin pada
keadaan infeksi sistemik. Transplantasi hati.
2. Peritonitis bakterial spontan: Diberikan antibiotik
pilihan seperti sefotaksim 29/85 IV amoksisilin,
aminoglikosida.
3. Sindrom hepatorenal: Keseimbangan cairan dan
garam diatur dengan ketat, Atasi infeksi dengan
pemberian antibiotic.
http://www.autoimuncare.com/penatalaksanaan-penyakit-sirosis-hati/
What is clasification sirosis hepatis(ubaid)
• Sirosis pascahepatits: yang dapat terjadi akibat
infeksi virus hepatitis B, hepatitis C atau hepatitis
kronis aktif tipe autoimun.
• Sirosis alkoholik: yang dapat terjadi akibat minum
alkohol berlebihan. Penghentian minum alkohol
dapat memulihkan penyakit ini.
• Sirosis biliaris primer: ditandai oleh peradangan
kronis dan obliterasi fibros saluran empedu
intrahepatik yang diperkirakan bersifat autoimun.

http://health.liputan6.com/read/621180/sirosis-perjalanan-panjang-sakit-hati-yang-mematikan
1. Sirosis Laennec (alkoholik, nutrisional), dimana jaringan
parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sering
disebabkan oleh alkoholis kronis.
2. Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut
yang lebar sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang
terjadi sebelumnya.
3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi
dalam hati disekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi
bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).

https://www.academia.edu/18365057/SIROSIS_HEPATIS_PPT
How the link between icterus and serosis
hepatis(elsa)
Penyakit kuning adalah kondisi yang ditandai dengan
menguningnya kulit, sklera , serta membran mukosa hidung
dan mulut akibat penumpukan bilirubin didalam darah.
Bilirubin terbentuk ketika hb terurai akibat proses pembaruan
SDM yg sudah tua/ rusak. Setelah bilirubin terbentuk,
kemudian masuk ke pembuluh darah untuk dibawa ke hati.
Didalam organ ini, bilirubin kemudian bercampur dengan
empedu, lalu dipindahkan ke saluran pencernaan melalui
saluran empedu sebelum akhirnya dibuang keluar bersama
feses dan urine. Jika proses diatas mengalami gangguan dan
bilirubin terlambat masuk ke hati atau saluran empedu, maka
zat ini akan bertumpuk didalam darah dan mengendap di kulit
sehingga terlihat gejala penyakit kuning.
http://formulaherbal.id/penyakit-kuning-dan-sirosis-hati/
Sirosis hepatis: penyakit kronis hati karena kematian sel hati
dalam jumlah banyak, pembentukan nodulus regeneratif
sel hati, proliferasi jaringan ikat dan pembentukan jaringan
fibrosa. Seiring dengan perjalanan penyakit, gejala-
gejalanya menjadi lebih parah dan dapat mencakup
jaundice/ikterus. Penyakit kuning atau ikterus akan terus
terjadi bila liver Anda sudah tidak bisa lagi memecah
bilirubin dengan baik. Penyakit kuning muncul karena salah
satu alasan berikut:
1. Fungsi Hati terganggu dan tidak bisa memecah bilirubin.
2. Bilirubin tidak bisa diproses ke saluran pencernaan untuk
dibuang bersama tinja.
3. Mungkin ada terlalu banyak bilirubin yang mencoba masuk
ke hati sekaligus.
4. Terlalu banyak sel darah merah yang rusak.
https://bidanlusiana.com/sirosis-hepatis/ciri-ciri-fisik-sirosis-hepatis/
https://www.scribd.com/doc/134160312/Pathways-Sirosis

Hepatitis virus B & C Alkohol Metabolik: DM Kolestatik kronik Toksis dari obat: INH Malnutrisi

SIROSIS HEPATIS

Kelainan
jaringan Fungsi hati teganggu Inflamasi akut
parenkim hati
Kecemasan
klien
Nyeri
Kronis

Gangg. Meta.
Gangg. Met. Gangg. Met. Gangg.
bilirubin Gangg. Met. vit
Hipertensi Protein Zat besi Pembentuk
Portal an empedu

As. Amino relatif Sint. Vit A, B Gangg. As.


Bilirubin tak (albumin, complex, B12 folat Lemak tidak
Asites terkonjugasi globulin) mlli hati dapat
menurun diemulsikan
dan tidak
Feces Urin dapat diserap
ikterik Gangg. oleh usus
Ekspansi paru oucat gelap
Sintesis vit.K Prod. SDMer
terganggu Gangguan
nutrisi kurang
Penumpukan dari keb.
Gangg. peristaltik
garam -fakt. Pembekuan
Pola nafas tidak Body
empedu darah terganggu Anemia
efektif image
dibawah kulit -- sintesi prosumber
terganggu
Diare
Kelemahan
Pruritus

Resti Intoleransi Gangguan


Perdarahan aktivitas keseimbangan
Resti
cairan dan
kerusakan
elektrolit
integritas kulit
NIC Dan NOC Dari Sirosis Hepatis!

NOC: setelah diberikan perawatan selama 2 x 24 jam


diharapkan nyeri pasien segera berkurang
NIC:
• Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi
lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasinya
• Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya
pada mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif
• Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi,
distraksi, terapi)
• Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.
Jelaskan mekanisme terjadinya hematemesis dan
melena!
1. Perdarahan tersamar intermiten (hanya terdeteksi dalam
feces atau adanya anemia defisiensi Fe+
2. Perdarahan masif dengan renjatan. Untuk mencari
penyebab perdarahan saluran cerna dapat dikembalikan
pada faktor-faktor penyebab perdarahan, yaitu :
a. Faktor pembuluh darah (vasculopathy) seperti pada tukak
peptik, pecahnya varises esophagus
b. Faktor trombosit (trombopathy) seperti pada Idiopathic
Thrombocytopenia Purpura (ITP)
c. Faktor kekurangan zat pembekuan darah (coagulopathy)
seperti pada hemophilia, sirosis hati, dan lain-lain
Pada sirosis kemungkinan terjadi ketiga hal di atas :
vasculopathy (pecahnya varises esophagus);
trombopathy (pengurangan trombosit di tekanan
perifer akibat hipersplenisme); coagulopathy
(kegagalan sel-sel hati)
Khusus pada pecahnya varises esophagus ada 2 teori :
1. Teori erosi : pecahnya pembuluh darah karena erosi
dari makanan kasar (berserat tinggi dan kasar) atau
konsumsi NSAID2.
2. Teori erupsi : karena tekanan vena porta terlalu
tinggi, atau peningkatan tekanan intra abdomen
yang tiba-tiba karena mengedan, mengangkat
barang berat, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai