Disusun oleh :
NAMA : Elta Ayu Mugny Astuti
NIM : 30901602040
2018/2019
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan sarana kesehatan dan salah satu bentuk organisasi
pelayanan kesehatan, khususnya terkait dengan upaya kesehatan rujukan. Tujuan
program kesehatan rujukan antara lain adalah: peningkatan mutu, cakupan dan
efesiensi rumah sakit, melalui penerapan dan penyempurnaan standar pelayanan
tenaga, standar peralatan, profesi dan manajemen rumah sakit (Aditama, 2003).
Saat ini keberhasilan rumah sakit sangat ditentukan oleh pengetahuan,
keterampilan, kreativitas dan motivasi staf dan karyawannya. Kebutuhan tenaga-
tenaga terampil didalam berbagai bidang dalam sebuah rumah sakit sudah
merupakantuntutan dunia global yang tidak bisa ditunda. Kehadiran teknologi dan
sumber daya lain hanyalah alat atau bahan pendukung, karena pada akhirnya SDM-
lah yang menentukan (Danim, 2004).
Rumah sakit merupakan industri jasa yang memiliki ciri bentuk produknya
tidak dapat disimpan dan diberikan dalam bentuk individual, serta pemasaran yang
menyatu dengan pemberian pelayanan, sehingga diperlukan sikap dan perilaku khusus
dalam menghadapi konsumen. Tenaga perawat yang merupakan “the caring
profession” mempunyai kedudukan yang penting dalam menghasilkan kualitas
pelayanan kesehatan dirumah sakit, karena pelayanan yang diberikannya berdasarkan
pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual. Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan
yang unik dilaksanakan selama 24 jam dan berkesinambungan merupakan kelebihan
tersendiri dibanding pelayanan lainnya.
Pelayanan dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien merupakan
bentuk pelayanan keperawatan profesional, yang bertujuan unuk membantu pasien
dalam pemulihan san peningkatan kemampuan dirinya, melalui tindakan pemenuhan
kebutuhan pasien secara komprehensif dan berkesinambungan sampai pasien mampu
untuk melakukan kegiatan rutinitasnya tanpa bantuan. Bentuk pelayanan ini
seyogyanya diberikan oleh perawat yang memiliki kemampuan serta sikap dan
kepribadian yang sesuai dengan tuntutan profesi keperawatan dan untuk itu tenaga
keperawatan ini harus dipersiapkan dan ditingkatkan secara teratur, terencana dan
kontinyu (Dermawan, 2008).
Pelayanan keperawatan yang dilakukan di rumah sakit merupakan sistem
pengelolaan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien agar menjadi berdaya
guna dan berhasil guna. Sistem pengelolaan ini akan berhasil apabila seorang perawat
yang memiliki tanggung jawab mengelola mempunyai pengetahaun tentang
manajemen keperawatan dan kemampuan memimpin orang lain disamping
pengetahuan dan keterampilan klinis yang harus dikuasainya pula (Nurachmah,
2004).
Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai visi dan
misi Rumah Sakit tidak terlepas dari proses manajemen. Manajemen merupakan suatu
pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan organisasi.
Dalam organisasi keperawatan, pelaksanaan manajemen dikenal sebagai manajemen
keperawatan (Ritonga, 2014).
Teori manajemen modern berasal dari Henry Fayol, yang telah
memperkenalkan fungsi-fungsi atau aktivitas-aktivitas administrator seperti : planning
(perencanaan), organizing (pengorganisasian), coordinating (pengkoordinasian) dan
controlling (pengendalian) (Potter dan Perry, 2005).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses kerja yang dilakukan oleh
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Dalam hal ini seorang manajer keperawatan dituntut untuk melakukan suatu proses
yang meliputi lima fungsi utama yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan,
pengarahan, dan kontrol agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif
dan seefisien mungkin bagi pasien dan keluarganya (Nursalam, 2004). Proses
manajemen keperawatan dilaksanakan melalui tahap-tahap yaitu pengkajian (kajian
situasional), perencanaan (strategi dan operasional), implementasi dan evaluasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek keperawatan manajemen mahasiswa mampu
melakukan pengelolaan unit pelayanan di ruangan sesuai dengan konsep dan
langkah-langkah manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek keperawatan manajemen mahasiswa diharapkan
mampu :
1.) Melakukan kajian situasi di ruangan sebagai dasar untuk menyusun rencana
strategi dan operasional unit.
2.) Menyusun rencana strategis dan operasional unit pelayanan keperawatan
tertentu berdasarkan hasil kajian.
3.) Melaksanakan rencana strategis dan operasional unit pelayanan keperawatan
di ruangan.
4.) Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan manajemen keperawatan.
A. Gambaran Umum Rumah Sakit
1. Deskripsi Rumah Sakit
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang (selanjutnya disebut RSI Sultan
Agung Semarang) adalah lembaga pelayanan kesehatan masyarakat di bawah
naungan Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (selanjutnya disebut YBWSA). RSI
Sultan Agung Semarang didirikan pada tanggal 17 Agustus 1971, dan diresmikan
sebagai rumah sakit umum tanggal 23 Oktober 1973 dengan Surat Keputusan
(selanjutnya disebut SK) dari Menteri Kesehatan Nomor: 1024/Yan.Kes/1.0./75
tertanggal 23 Oktober 1975, dan diresmikan sebagai Rumah Sakit Tipe C (RS Tipe
Madya). RSI Sultan Agung Semarang pada mulanya merupakan health center atau
pusat kesehatan masyarakat, layanan yang ada meliputi poliklinik umum, poliklinik
kesehatan ibu dan anak, dan poliklinik keluarga berencana. Tahun 1973 health
center berkembang menjadi rumah sakit atau medical center Sultan Agung dengan
mendapatkan dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak (RSI Sultan Agung
Semarang, 2011: 9-11).
Rumah Sakit Sultan Agung berganti nama menjadi Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang (RSI Sultan Agung Semarang) pada tanggal 8 Januari 1992. RSI
Sultan Agung Semarang adalah sebuah rumah sakit yang memiliki status Badan
Layanan Umum (selanjutnya disebut BLU). Sejak tanggal 21 Februari 2011, RSI
Sultan Agung Semarang ditetapkan menjadi rumah sakit bertipe B melalui surat
keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: H. K. 03.05/1/513/2011
yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Penetapan
sebagai rumah sakit tipe B mengandung arti bahwa secara fisik, peralatan, dan
sumber daya, serta prosedur pelayanan telah memenuhi standar rumah sakit bertipe
B. Tahun yang sama, secara resmi Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor: H. K. 03.05/III/1299/11 tertanggal 1 Mei 2011 menetapkan RSI
Sultan Agung Semarang sebagai rumah sakit pendidikan (hospital teaching), dan
merupakan tempat utama mendidik calon dokter umum mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung (RSI Sultan Agung Semarang,
http://www.rsisultanagung.co.id, diakses tanggal 11 Maret 2017).
Seiring dengan kebutuhan pelayanan kesehatan saat ini, RSI Sultan Agung
Semarang telah memperluas pelayanan dengan pelayanan unggulan Semarang Eye
Center (selanjutnya disebut SEC). SEC merupakan pusat pelayanan kesehatan mata
terlengkap di Jawa Tengah. SEC dibuka pada tanggal 21 Mei 2005 yang diresmikan
oleh Gubernur Jawa Tengah bapak H. Mardiyanto. Didukung peralatan-peralatan
canggih dengan menggunakan teknologi terkini serta tindakan operasi
subspesialistik oleh dokter-dokter spesialis mata yang berkualitas.
(http://www.rsisultanagung.co.id., diakses pada tanggal 18 Februari 2017).
2. Visi dan Misi
Visi dan Misi dari Rumah Sakit Islam Sultan Agung yaitu :
1) Visi
Rumah Sakit Islam terkemuka dalam pelayanan kesehatan, pendidikan dan
pembangunan peradaban Islam menuju masyarakat sehat sejahtera yang dirahmati
Allah S.W.T.
2) Misi
1.) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang selamat menyelamatkan dijiwai
semangat mencintai Allah menyayangi sesama.
2.) Menyelenggarakan pelayanan pendidikan dalam rangka membangun generasi khaira
ummah.
3.) Membangun peradaban Islam menuju masyarakat sehat sejahtera yang dirahmati
Allah S.W.T.
3. Tujuan
Dilihat dari motto yang diutamakan yaitu mencintai Allah dan menyayangi
sesama, serta RSI-SA ingin membagi keteladanan sebagai Rumah Sakit dakwah,
pelayanan dan pendidikan terdepan. Selain itu RSI-SA mempunyai tujuan untuk
tidak membeda-bedakan semua kalangan masyarakat sehingga diperlakukan sama
dengan memberikan pelayanan yang terbaik.
4. Strategi
Letak Geografis RSI Sultan Agung Semarang merupakan salah satu rumah sakit
yang strategis. Terletak di Jalan Raya Kaligawe KM. 4 Semarang, dan berada di
kelurahan Genuk. Lingkungan RSI Sultan Agung Semarang berdekatan dengan
Universitas Islam Sultan Agung, terminal Terboyo, dan dikelilingi pertumbuhan
industri, namun suasana tetap tenang dan tidak bising. RSI Sultan Agung Semarang
memiliki luas wilayah 29.900 meter persegi, dan luas tanah pengembangan 40.200
meter persegi. Apotek RSI Sultan Agung Semarang berada dalam lingkungan rumah
sakit. Komplek RSI Sultan Agung Semarang terdapat masjid dan mushala untuk
umum sebagai sarana melengkapi kebutuhan masyarakat. Jenis pelayanan yang
tersedia di RSI Sultan Agung Semarang adalah umum, spesialistik, dan
subspesialistik.
B. Gambaran Umum Ruang Perawatan
Ruang baitul izzah 2 merupakan ruang perawatan umum yang terletak di lantai 4.
Ruang baitul izzah 2 termasuk dalam bangsal umum untuk pasien rawat inap. Di ruang
ini menangani berbagai macam penyakit. Ruang baitul izzah 2 disebut sebagai ruang
multi kasus. Karena menangani pasien bedah maupun non bedah. Terdapat pasien yang
total care, intermediet care, dan minimal care. Ruang perawatan di baitul izzah 2
terdapat kelas 3 dan kelas 2 yang berisikan perempuan tersendiri dan laki-laki tersendiri
jadi tidak digabung menjadi satu. Kamar kelas 3 yang berisikan pasien laki-laki terdapat
2 kamar yaitu kamar L dan M. Sedangkan kelas 3 yang berisikan pasien perempuan
mempunyai 1 kamar yaitu kamar A. Selain itu terdapat ruang isolasi bertekanan negatif
teruntuk pasien yang mempunyai penyakit yang menular seperti TBC, HIV, dll. Di
dalam ruang perawatan baitul izzah 2 terdapat standar infus di masing-masing bed, selain
itu terdapat macam nurse call yang digunakan saat membutuhkan bantuan perawat. Di
dalam kamar mandi juga terdapat alat penampung urin dan feses untuk pasien yang total
care.
C. Pengkajian
M1 (Manusia/Ketenagaan)
1. Bagaimana struktur organisasi ruangan? Apakah anda merasa puas dan sesuai dengan
kemampuan perawat? Direktur Pelayanan
Jawaban :
Manajer Keperawatan
Penanggung Jawab
CI
PP PP
P P P P P P P P P P P P P P
Dengan struktur organisasi ini menggunakan metode TIM dan MAKP, sehingga
lebih merasa puas karena perawat lebih mengerti apa yang harus dikerjakkan dan
mengerti tentang tindakan yang harus diberikan. Dengan adanya PP dan PA atau biasa
yang disebut kashif dan pelaksana sehingga berpengaruh pada kinerja perawat lebih
terstruktur.
Jumlah perawat yang ada di Baitul izzah 2 sebanyak 22 orang.
Dengan latar belakang pendidikan :
S1 Ners = 6 Orang
S1 = 1 Orang
D3 = 15 Orang
Dengan beranggotakan sebagai berikut :
Kepala Ruang : Dina Kristina Wati S.Kep
Kepala Tim A : 1. Siti Ubudiyah.Amk
Kepala Shift : 1. Rachma Fajar.Amk
2. Istiqomah.Amk
3. Dian Ningsih.Amk
4. Dinar Ayu Amk
5. Winda Rusdiana S.Kep Ns
PA : 1. Ani Rahayu.Amk
2. Henis Listyorini.Amk
3. Dian Mawar. Amk
Kepala Tim B : 1. Agiel Torani.Amk
Kepala Shift : 1. Embarwati.Amk
2. Eko Kurniawan S.Kep Ns
3. Ulil Absor S.Kep Ns
4. Adip Hanafi.Amk
5. Adik Tri.Amk
6. Zamziah Martiasih S.Kep Ns
7. Alif Tanziah.Amk
PA : 1. Dewi Marliyana Sari S.Kep Ns
2. Misbhanul Munir.Amk
3. Asyifatul Mahmudah S.Kep Ns
4. Putri Diana.Amk
Teori : Menurut Sitorus, 2002 menetapkan model sistem modifikasi : MAKP Tim-Primer
didasarkan pada beberapa alasan berikut :
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murn, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang S1 Keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan
dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat primer, karena saat ini perawat yang
ada di RS sebagai besar adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan
diberikan oleh perawat primer/ketua tim.
2. Bagaimanakah pembagian tugas di ruangan? Apakah sesuai dengan struktur organisasi di
ruangan?
Jawaban : Iya, pembagian tugas sudah sesuai dengan struktur organisasi di ruangan,
tugas PP dan PA sudah di laksanakan masing-masing dan memiliki tanggung jawab
sendiri- sendiri.
Teori : Kelebihan MAKP tim :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi
kepuasan kepada anggota tim (Nursalam, 2017).
3. Apakah kepala ruang sudah melaksanakan tugas sesuai dengan optimal?
Jawaban : Kepala ruang dalam melaksanakan tugasnya sudah sesuai dan sudah optimal,
karena telah mendapatkan job sudah sesuai dengan struktur organisasi.
Teori : Menurut Nursalam, 2017 menjelaskan tentang tanggungjawab karu sebagai
berikut :
a. Perencanaan
1. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing.
2. Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya.
3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien : gawat, transisi, dan persiapan
pulang, bersama ketua tim.
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan.
5. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
6. Mengikuti visit dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis
yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan proses
keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk
pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau keluarga
yang baru masuk.
8. Membantu menggembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
9. Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
10. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan Rumah Sakit.
b. Pengorganisasian
1. Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
2. Merumuskan tujuan metode penugasan.
3. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
4. Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim, dan ketua
tim membawahi 2-3 perawat.
5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain.
5. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.
6. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
7. Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada ketua
tim.
6. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien.
7. Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya.
8. Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
c. Pengarahan
1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan
3. baik
4. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
5. Sikap
6. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
7. dengan asuhan keperawatan pada pasien
8. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
9. Membimbing bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
10. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d. Pengawasan
1. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim
maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
2. Melalui supervisi :
1) Pengawasan lagsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati sendiri,
atau melalui laporan langsung secara lisan, dan memperbaiki/mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga
2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas
3) Evaluasi
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim Audit keperawatan
4. Bagaimna kinerja ketua tim /PP? apakah sudah sesuai dengan tugas –tugasnya?
Jawaban : Dalam kinerja perawat di ruangan, sudah mempunyai kegiatan masing-
masing. contohnya PA melakukan tugas sebagai PA dan begitu juga PP sudah sesuai
dengan tugas PP.
Teori : Menurut Nursalam, 2017 menjelaskan tentang tanggungjawab ketua tim yaitu
membuat perencanaan, membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi,
mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien,
mengembangkan kemampuan anggotaMenyelenggarakan konferensi.
5. Apakah anda memerlukan pelatihan / pendidikan tambahan untuk melaksanakan
pelajaran di ruangan? Berikan alasan?
Jawaban : Di ruangan Baitul Izza ini sendiri tidak begitu memerlukan
pelatihan/pendidikan karena di sini adalah bangasal umum, tetapi apabila ada pelatihan
tetap di ikuti agar menambah ilmu dan pengetahuan baru.
Teori : Menurut Nursalam (2017) apabila ditinjau dari perkembang iptek keperawatan
serta dari etika keprofesian dan sosial, terdapat 4 faktor yang terkait erat dengan profesi
profesionalisasi yaitu :
a. Pengembangan pendidikan tinggi keperawatan
b. Pengembangan pusat riset keperawatan
c. Penataan standar praktik keperawatan profesional melalui undang-undang praktik
keperawatan
d. Pendayagunaan organisasi keperawatan-pokja keperawatan
6. Bagaimanakah kebijakan rumah sakit terkait pelatihan/ pendidikan ? apakah anda merasa
puas?
Jawaban : Iya , Rumah sakit mendukung adanya pelatihan untuk tenaga medis seperti
perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.
Teori : Menurut Nursalam, 2017 tentang kebijaksanaan pemerintah (DEPKES) tentang
profesionalisme keperawatan menjelaskan bahwa pada masa mendatang, perlu
diupayakan agar semua kebijakan pemerintah selalu berwawasan kesehatan, dengan
moto “pembangunan berwawasan kesehatan”. Sebagai profesi, keperawatan dituntut
untuk memiliki kemampuan intelektual, interpersonal kemampuan teknis, dan oral. Hal
ini bisa ditempuh dengan meningkatkan kualitas perawat melalui pendidikan lanjutan
pada program pendidikan perawat. Pendidikan tinggi keperawatan tersebut dilaksanakan
dengan memperhatikan perkembangan pelayanan dan program pembangunan kesehatan
seiring dengan perkembangan iptek bidang kesehatan.Selain itu, diperlukan juga proses
pembelajaran, baik di institusi pendidikan maupun pengalaman belajar klinik di rumah
sakit dan komunitas.
7. Apakah jumlah pendapatan yang di terima sesuai dengan latar belakang pendidikan?
Apakah anda merasa puas?
Jawaban : Untuk pendapatan yang sesuai latar belakang pendidikan itu belum sesuai.
Karena di dalam setiap Rumah Sakit pasti mempunyai kebijakan masing-masing.
Semisal pendidikannya D3 maka pendapatannya disesuaikan dengan D3 apabila S1
pendapatan sesuai dengan S1. Jika puas atau tidaknya, tergantung diri masing-masing
bagaimana mensyukurinya.
Teori : Menurut Robbins, 2002 menjelaskan tentang program penilaian karyawan yang
dianut oleh perusahaan, dapat menimbulkan kepercayaan moral yang baik dari karyawan
terhadap perusahaan. Adanya kepercayaan dikalangan karyawan bahwa mereka akan
menerima imbalan sesuai dengan prestasi yang dicapainya, akan merupakan rangsangan
bagi karyawan untuk memperbaiki prestasinya.
8. Berapa rata-rata jam kerja anda dalam sebulan? Apakah anda merasa puas dengan
penjadwalan di ruangan ?
Jawaban : Rata-rata jam kerja perawat sudah sesuai. Shift pagi = 7 jam, shift siang 7 jam
dan shift malamnya 10 jam. Dalam sebulan rata-rata jam kerja perawat ada 160
jam/bulan. Jika perminggunya 40jam/minggu. Untuk kepuasan, perawat merasa puas
karna sudah kebijakan dari Rumah Sakit dan pastinya sudah setara dengan jam kerja
perawat di Indonesia.
Shift pagi = 7 jam x 26 hari = 172 jam
Shift siang = 7 jam x 26 hari = 172 jam
Shift malam = 10 jam x 26 hari = 260 jam
Teori : Menurut Nursalam, 2017 menjelaskan bahwa jam kerja perawat perminggu
adalah 7 jam/shift dengan 6 hari kerja adalah 40 jam. Jika 8 jam/shift dengan 5 hari kerja
adalah 40 jam/minggu, dan jika 10 jam/shift dengan 4 hari kerja adalah 40 jam/minggu.
Tetapi untuk 10 jam/shift kurang populer di Indonesia karena negara tropis kurang
efektif.
9. Apakah ada kesempatan untuk mengambil cuti?
Jawaban : Ada, kesempatan mengambil cuti yaitu 12 bulan, dari 12 bulan cuti itu
terdapat 3 bulan untuk cuti hamil, cuti jika keluarga sakit dan cuti apabila ada keluarga
yang meninggal.
Teori : Menurut Nursalam, 2017 menjelaskan bahwa terdapat cuti atau hari tak
kerja/tahun. yaitu hari minggu (52 hari) + cuti tahunan (12 hari) + hari besar (12 hari) +
cuti sakit/izin (10 hari) = 86 hari. Selain itu ada cuit hamil = 12 x 6 = 72 hari.
10. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien, bagaimanakah tingkat beban kerja di
ruangan?
Jawaban : Tingkat beban kerja perawat sepenuhya tidak tergantung pada kepuasan
pasien. Karena tergantung pada kondisi pasien, tidak semua pasien total care. Terkadang
ada pasien yang intermediate care, dan minimal care. Jadi beban kerja perawat di
ruangan tidak ada.
Teori : Menurut Nursalam, 2017 hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan
beban kerja perawat antara lain :
a. Jumlah pasien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan pasien
c. Rata-rata hari perawatan
d. Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung dan pendidikan
kesehatan
e. Frekuensi tindakan perawatan yang dibutuhkan pasien
f. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung dan pendidikan kesehatan.
616
= x 100 %=73 %
27 x 31
616
¿
140
= 4,4
Rata-rata pasien/hari 3
Senin : 13 pasien
Selasa : 12 pasien
Rabu :10 pasien
Total : 13 + 12 + 10 x 3 = 105
Jumlah bed = 27
Rata−rata jumlah pasien/hari
BOR= x 100 %
jumlah tempat tidur
105
= x 100 %=38,8 % → 39 %
27
Teori : BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Nilai
parameter BOR yang ideal dalam satu bulan adalah antara 75-85 %.
ALOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari
(Depkes, 2005).
M2 (Material/Sarana dan Prasarana)
1. Jelaskan gambar denah ruangan?
Jawaban :
Denah ruangan di ruang baitul izzah 2 yaitu berda di lantai 4 dan jika berada
dilantai 1, harus naik ke lantai 4 menggunakan lift ataupun tangga. Didalam lift terdapat
tulisan lift khusus pasien dan khusus pengunjung, setelah sampai di lantai 4 dan keluar
lift, pertama kali yang dijumpai adalah ruang tunggu dan disebelah ruang tunggu terapat
mushola. Kemudian disebelah kanan ada konter perawat. Di dalam konter perawat
terdapat ruang diskusi dan terdapat lemari penyimpanan alat-alat kesehatan. disebelah
konter perawat terdapat ruang penanggungjawab, kamar coas putri, kamar coas laki-laki.
Kemudian dibelakang lift terdapat tempat pencucian dan spool hok. Jika lurus, terdapat
lorong pada sebelah kanan lorong tepat di depan konter perawat terdapat kelas 3 khusus
perempuan. Sedangkan di sebelah kiri terdapat ruang isolasi yang bertekanan negatif,
kemudian ada kelas 2, setelah itu ada kelas 3 khusus laki-laki.
Untuk ruangannya terdapat ruang Isolasi bertekanan negatif, L, M, N, O, P dan A.
Ruangan Isolasi bernomor 413, ruangan L bernomor 412, ruangan M bernomor 413,
ruangan N bernomor 414, ruangan O bernomor 415, Ruangan P bernomor 416, dan
ruangan A bernomor 401. Di dalam ruangan pasien terdapat kamar mandi, dan juga bed
pasien yang memiliki nomor sendiri-sendiri.
KELAS NOMOR JUMLAH BED
RUANGAN
3 (laki-laki) L 6 bed
3 (laki-laki) M 6 bed
2 (laki-laki) N 2 bed
2 (laki-laki) O 2 bed
2 (laki-laki) P 2 bed
Q (Ruang 1 bed
Isolasi
bertekanan
negatif)
3 (perempuan) A 8 bed
Jumlah linen yang ada di ruangan baitul izzah 2 ada 100 buah/hari.
Administrasi penunjang :
a. Buku observasi
b. Lembar dokumentasi
c. SOP
d. SAK
3. Sebutkan jenis kelas perawatan di ruangan dan fasilitas masing-masing kelas, serta
kondisinya?
Jawaban : Di ruang baitul izah 2 terdapat kelas 2, 3, serta ruang Isolasi. Di kelas 3 ada
kelas khusus perempuan dan khusus laki-laki. Ruangan tersebut terpisah, tidak digabung.
Kelas 3 perempuan terdapat fasilitas sebagai berikut :
1. 2 AC 7. 1 lemari dan meja perbed
2. 8 tempat tidur 8. 1 standar infus
3. 1 bantal setiap bed 9. 1 Tayamum ped
4. Nurse call disetiap bed 10. 1 Al-Qur’an
5. Skate tirai per bed 11. Mukena dan sajadah
6. Penandaan gender di depan pintu 12. 1 kamar mandi
Di ruang kelas 3 perempuan ini, kondisi semua pasien yang berada diruangan ini adalah
perempuan, dengan berbagai macam penyakit tetapi tidak menular. Pada ruangan ini
lebih ramai karena terdapat 8 bed untuk pasien, berbeda dengan kelas 3 laki-laki yang
hanya mempunyai 6 bed.
Kelas 3 laki-laki terdapat fasilitas sebagai berikut :
1. 6 bed +bantal 7. Skate tirai perbed
2. 2 AC 8. Penandaan gender didepan pintu
3. 1 kamar mandi 9. 1 standar infus perbed
4. Nurse call setiap bed 10. 1 meja lemari perbed
5. 1 Al-Qur’an 11. Panduan tayamum
6. 1 Tayamum ped 12. Sarung dan sajadah
Di ruang ini kondisinya tidak begitu ramai seperti kelas 3 perempuan karena hanya 6 bed
dan ditempati 6 pasien. Pada ruang ini untuk perawatan umum dan pasien yang
mempunyai penyakit berbeda-beda tetapi tidak menular.
Kelas 2 terdapat fasilitas sebagai berikut :
1. 1 AC 6. Skate perbed
2. 2 bed + bantal 7. 1 Tayamum ped
3. 1 kamar mandi 8. 1 Al-Qur’an
4. Nurse call perbed 9. 1 meja lemari per bed
5. Sarung, Mukena, Sajadah 10. 1 standar infus
Di ruang kelas 2 ini kondisinya lebih tenang, karena hanya ada 2 bed dan 2 pasien, selain
itu terdapat 1 meja dan 1 kursi terpisah berbeda dengan kelas 3 yang menjadi satu kursi
dan mejanya.
Kelas isolasi terdapat fasilitas sebagai berikut :
1. 1 AC 8. 1 kursi
2. 1 bed 9. Mukena, Sarung dan sajadah
3. 1 kamar mandi 10. 1 Tayamum ped
4. Nurse call 11. Anterum
5. 1 meja 12. Alat untuk TTV pribadi
6. Pengukur suhu 13. Pengukur tekanan negatif
7. APD
Kondisi di ruang isolasi ini sangat tertutup, selain itu saat memasuki ruangan ini harus
menggunakan APD yang lengkap, karena pasien yang berada di ruangan ini adalah
pasien yang mempunyai penyakit menular.
4. Apakah lokasi dan denah ruangan sudah baik menurut anda?
Jawaban : Lokasi dan denah ruangan perawatan maupun perawat sudah baik. karena
sudah sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan oleh perawat. Akan tetapi apabila ada
pasien yang berkebutuhan khusus atau harus selalu dipantau oleh perawat ruangan
tersebut letaknya kurang baik, semisal ada pasien yang jatuh maka ruangan pasien
tersebut harus didekatkan dengan ruang perawat.
5. Apakah ada rencana merenovasi ruangan? Jika iya, ruangan apa?
Jawaban : Untuk merenovasi tidak ada. Tetapi jika dari direktur akan mengadakan
perubahan pada ruangan, akan disambut baik oleh semua perawat. Jikapun tidak
direnovasi, sampai saat ini sudah nyaman untuk melakukan tindakan dan perawatan.
6. Apakah peralatan kesehatan di ruangan sudah sesuai dan lengkap untuk merawat pasien?
Jawaban : Semua peralatan kesehatan yang ada diruang baitul izzah 2 sudah sesuai untuk
merawat pasien. Sehingga mempermudah dalam melakukan tindakan dan pelayanan ke
pasien. Selain itu ruang baitul izzah 2 memiliki lemari emegency yang berisikan
peralatan kesehatan pasien lebih lengkap.
7. Apakah ada rencana penambahan peralatan keperawatan?
Jawaban : Rencana penambahan peralatan di ruangan saat ini yang masih diajukan
adalah monitor. Untuk memonitor keadaan pasien supaya lebih mudah dalam
memberikan pelayanan.
8. Apakah jumlah alat sudah sesuai dengan rasio pasien?
Jawaban : Jumlah alat yang digunakan untuk memberikan pelayanan ke pasien sudah
sesuai dengan jumlah pasien.
9. Apakah fasilitas di ruangan sudah lengkap untuk merawat pasien di ruangan?
Jawaban : Fasilitas yang digunakan untuk merawat pasien semuanya sudah lengkap,
sehingga pasien dapat diberikan pelayanan dengan baik.
10. Apakah semua perawat mampu menggunakan semua peralatan dengan baik ?
Jawaban : Semua perawat di baitul izzah 2 mampu menggunakan peralatan yang ada di
ruangan dengan baik. Sehingga pelayanan menjadi lebih baik.
11. Apakah administrasi penunjang yang di miliki ruangan sudah memadai ?
Jawaban : Sebenarnya sudah memadai, namun masih ada yang kurang yaitu monitor.
Karena pasien yang ada di izzah 2 terkadang ada yang mengalami penurunan kesadaran,
sehingga membutuhkan alat tersebut.
M3 (Metode)
A. MAKP
Model asuhan keperawatan yang digunakan
1. Apa model asuhan keperawatan yang digunakan diruangan ini?
Jawaban : Model asuhan keperawatan yang ada di Baitul izzah 2 adalah
menggunakan tim. Metode dengan menggunakan tim A dan tim B, tim A
untukpasien perempuan dan tim B untuk laki-laki.
Teori : Jenis Model Asuhan Keperawatan Menurut Grant dan Massey (1997)
dan Marquis dan Huston (1998)
M5 (Market, Mutu)
TOTAL 1 4
2 Weakness (Kelemahan)
.
a. Masih banyak perawat yang
berlatar belakang
1 2 2
pendidikan D3
Keperawatan 1 2
TOTAL
3 Opportunity O-T = 3,5-2 =
. 1,5
e. Adanya kesempatan 0,5 3 1,5
melanjutkan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi
f. Kesempatan mengikuti 0,5 4 2
pelatihan tambahan
TOTAL 1 3,5
4 Threatened
.
a. Pendapatan sesuai latar 1 2 2
belakang pendidikan
TOTAL
1 2
TOTAL 1 3
2 Weakness (Kelemahan)
. a. Kurangnya monitor untuk 1 2 2
memonitor keadaan pasien
TOTAL
1 2
3 Opportunity O-T = 4-3 = 1
.
a. Adanya kesempatan untuk 0,5 4 2
meningkatkan sarana dan
prasarana yang ada
diruangan baitul Izzah 2
b. Anggaran dari RS untuk
sarana dan prasarana yang
0,5 4 2
baik.
TOTAL
1 4
4 Threatened
.
a. Tuntutan tinggi dari 0,5 3 1,5
masyarakat untuk
pelayanan kesehatan yang
lebih profesional
b. Tuntutan masyarakat untuk 0,5 3 1,5
mendapatkan sarana dan
prasarana lebih baik
1 3
TOTAL
1 M3 (Metode)
.
Strenght (kekuatan) S-W = 3,5-2 =
1,5
a. Sudah terdapat model 0,5 4 2
MAKP yang digunakan
yaitu model TIM
b. Mendapatkan
ilmu/bimbingan dari yang 0,5 3 1,5
lebih berpengalaman
TOTAL
1 3,5
2 Weakness (Kelemahan)
.
a. Pasien lama menunggu obat 0,5 2 1
untuk pulang
b. Setelah tindakan tidak
langsung dicatat di buku 0,5 2 1
asuhan keperawatan
TOTAL 1 2
3 Opportunity O-T = 4-2 = 2
.
a. Adanya mahasiswa 1 4 4
keperawatan yang sedang
praktik
1 4
TOTAL
4 Threatened
.
a. Tidak berjalannya ronde 1 2 2
keperawatan
TOTAL
1 2
1 M5 (Market)
.
Strenght (kekuatan) S-W = 4-0 = 4
TOTAL 1 4
2 Weakness (Kelemahan)
.
- - - -
TOTAL
3 Opportunity O-T = 3-0 = 3
.
a. Kerjasama yang baik antara 1 3 3
mahasiswa dengan perawat
ruangan
1 3
TOTAL
4 Threatened
.
- - - -
TOTAL
E. Diagram Layang
F. Identifikasi Masalah Manajemen Keperawatan
1. M1 = Untuk perawat di Baitul Izzah 2 jenjang pendidikannya masih banyak
lulusan D3.
2. M2 = Ruang Baitul Izzah 2 masih sangat perlu mengajukan kembali alat dan
fasilitas pendukung (monitor) ke bagian manajemen RISA.
3. M3 = Diperlukannya peningkatan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang
bermutu diruang Baitul Izzah 2, dan meningkatkan pendokumentasian setelah
tindakan
G. Plan Of Action