Oleh :
B. Etiologi
Menurut Diyono dan Mulyanti (2013), etiologi dibagi 2 yaitu:
1. Etiologi yang diketahui penyebabnya, yaitu :
a. Hepatitis Virus B dan C
b. Alkohol
c. Metabolik
d. Kolestasis kronik/ sirosis siliar sekunder intra dan ekstra hepatic
e. Gangguan Imunologis seperti : hepatitis lupoid
f. Toksik dan obat, Seperti : Metildopa
g. Operasi pintas usus halus pada obesitas
h. Malnutrisi, infeksi malaria
2. Etiologi tanpa diketahui penyebabnya:
Sirosis ini dinamakan sirosis kriptogenik dari heterogenous.
C. Klasifikasi
D. Manifestasi Klinis
Gejala sirosis hepatis ini mirip dengan penyakit hepatitis, karena terjadinya
kerusakan fungsi pada bagian hati atau liver dimana gejala yang ditimbulkan
seperti: kelelahan, hilang nafsu makan, mual- mual, badan lemah dan kehilangan
berat badan (Nurdana, 2014).
Menurut Batticaca (2009) tanda dan gejala klinis yang di timbulkan yaitu:
Menurut Nuarif & Kusuma (2015) tanda klinis dan gejala nya :
- Telapak tangan merah.
- Pelebaran pembuluhan darah
- Ginekomastia bukan tanda yang khas.
- Ensefelopati hepatitis dengan fulminan akut
- Onset enselopati hepatitis dengan gagal hati kronik lebih lambat dan
lemah.
E. PATOFISIOLOGI
F. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah
2. Albumin
Kemampuan sel hati yang berkurang mengakibatkan kadar albumin rendah serta
peningkatan globulin.
Penting dalam penggunaan dalam diuretik dan pembatasan garam dalam diet.
Peningkatan kadar gula darah pada sirosis hati fase lanjut disebabkan kurangnya
kemampuan sel hati membentuk glokogen.
3. CT Scan menentukan ukuran hepar dan nodus permukaan yang tidak teratur
5. USG badomen untuk melihat densitas sel-sel parenkim hati dan jaringan
parut.
G. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi (Mutaqqin, 2013)
Tidak ada obat yang begitu spesifik untuk penyakit sirosis hepatis. Namun, ada
beberapa obat yang digunakan untuk hanya mengobati tanda gejala dan
komplikasi seperti analgetik yaitu katerolac.
2. Non Farmakologi (Sudoyo, 2009)
1. Bed Rest
Pasien dengan penyakit serosis hati umumnya mengalami keletihan, sehingga
perlu banyak istirahat untuk dapat mengembalikan energy dalam tubuh.
2. Posotioning
Pasien biasanya sering mengalami nyeri hebat, sehingga perlu diberikan
intervensi untuk meminimalkan rasa nyeri pada pasien teknik relaksasi seperti
tarik nafas dalam.
3. Membantu pasien mobilisasi
Pasien dengan sirosis hati umumnya yang mengalami kelemahan tidak
mampu berpindah dari tempat tidur kekursi, atau pun jika pasien ingin 29
kekamar mandi, jadi, sebagai perawat perlu membantu pasien untuk
mobilisasi.
4. Terapi Nutrisi
Pasien dengan sirosis hati umumnya mengalami mual dan muntah hingga
menyebabkan turunnya berat badan hingga anoreksia, oleh Karena itu
perawat perlu memberikan terapi nutrisi yang adekuat kepada pasien, diet
yang biasanya diberikan adalah diet tinggi kalori hingga 3000kkl/hari.
5. Parasentesis
Parasentesis adalah tindakan untuk melakukan pengambilan cairan di dalam
rongga tubuh untuk mengatasi penimbunan cairan secara tidak 31 normal di
rongga peritoneum. Parasentesis dilakukan untuk alasan diagnostic dan bila
asites menyebabkan kesulitan bernafas yang berat akibat volume cairan yang
besar. Parasentesis cairan asites dapat dilakukan 5-10 ltr/hr, dengan catatan
harus dilakukan infuse albumin sebanyak 6-8 gr/L cairan asites yang
dikeluarkan. Efek dari parasentesis adalah hipovolemia, hipokalemia,
hiponatremia, ensefalopati hepatica dan gagal ginjal. Cairan asites dapat
mengandung 10-30 gr protein/L, sehingga albumin serum kemudian
mengalami deplesi, mencetuskan hipotensi dan tertimbunnya kembali cairan
asites.
6. Balon Tamponade
Prosedur ini kadang-kadang digunakan untuk menghentikan pendarahan
parah sambil menunggu prosedur yang lebih permanen. Tabung A
dimasukkan melalui hidung dan ke dalam perut dan 32 kemudian meningkat.
Tekanan terhadap pembuluh darah sementara dapat menghentikan
pendarahan.
7. Membantu pasien perawatan mulut
Pasien dengan sirosis hati biasanya mengalami mulut dan nafas yang berbau
menyengat dan pasien seringkali mengalami mual dan muntah.
H. Komplikasi
a. Hipertensi portal adalah peningkatan hepatic venous pressure gradient (HVPG) lebih
dari 5 mmhg. Hipertensi portal merupakan sindroma klinis yang sering terjadi. Bila
gradient tekanan portal (perbedaan tekanan antara vena portal dan vena cava inferior)
diatas 10-20 mmHg, komplikasi hipertensi portal dapat terjadi.
b. Varises gastrosofagus merupakan kolateral portosis yang paling sering pecahnya
varises esofagus (VE) mengakibatkan perdarahan varieses yang berakibat fatal.
c. Peritonitis bakterial spontan adalah komplikasi berat dan sering terjadi pada asites
yang ditandai dengan infeksi spontan cairan asites tanpa adanya fokus infeksi intra
abdominalis.
d. Enselopati hepatikum (EH) adalah akibat hipermonia, terjadi penurunan hepatic
uptake sebagai akibat dari intrahepatic portalsystemic shunts dan atau penurunan
sintesis urea dan glutamik.
e. Sindroma hepatorenal merupakan gangguan fungsi ginjal tanpa kelain organik ginjal,
yang ditemukan pada sirosis hepatis lanjut. Sindroma ini dapat ditemukan pada
penderita sirosis hepatis dengan asites refrakter (Nurdjana, 2014).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SIROSIS HEPATIS
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
Beberapa hal yang harus dikaji dalam riwayat kesehatan pada gangguan sistem
gastrointestinal diantaranya adalah data umum pasien, keluhan utama pasien,
riwayat penyakit yang lalu dan riwayat kesehatan keluarga.
b. Data umum pasien
Data umum pasien yang perlu dikaji diantaranya :
3. Intervensi Keperawatan
Edukasi:
Anjurkan asupan cairan
2000 ml/ hari
2 Ketidakseim Setelah dilakukan Observasi :
bangan pengkajian - Identifikasi status nutrisi
nutrisi selama 1x24 - Identifikasi alergi dan
kurang dari jam didapatkan intoleransi makanan
kebutuhan hasil: - Monitor berat badan
tubuh - Nutritional - Identifikasi kebutuhan
status (porsi kalori dan jenis nutrien
makan Terapeutik :
meningkat - Lakukan oral hyigen
dihabiskan) sebelum makan, jika
- Nutritional perlu
status : food - Sajikan makanan secara
dan fluid menarik dan suhu yang
sesuai
- Intake
- Berikan makanan tinggi
- Weight Control serat untuk mencegah
Kriteria hasil: konstipasi
- Adanya - Berikan makanan tinggi
peningkatan kalori dan tinggi protein
berat badan - Berikan suplemen
sesuai makanan, jika perlu
- Mampu Edukasi :
mengidentifika - Ajarkan posisi duduk,
si kebutuhan jika mampu
nutrisi - Ajarkan diet yang
- Tidak terjadi diprogramkan
penurunan Kolaborasi :
kesadaran - Pemberian medikasi
sebelum makan (obat
pereda nyeri)
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
3 Nyeri Setelah dilakukan Observasi:
kronis pengkajian 1x24 - Identifikasi lokasi,
berhubun jam di dapatkan karakteristik, durasi,
gan hasil: frekuensi, kualitas,
dengan - Keluhan nyeri intensitas nyeri
penekana menurun - Identifikasi skala
n saraf - Meringis nyeri
menurun - Idenfitikasi respon
nyeri non verbal
- Gelisah - Identifikasi faktor
menurun yang memperberat
- Perasaan dan memperingan
depresi nyeri
menurun Terapeutik:
- Berikan Teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri (mis: TENS,
hypnosis, akupresur,
terapi music,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis: suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat
dan tidur
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri.
Edukasi:
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
- Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
Analgetik, jika perlu
Daftar Pustaka
1. Stiphany, dkk. 2010-2011. Karakteristik Penderita Sirosis Hati Yang Rawat Inap di
RSUD. DR. Pirngadi Medan. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Suatera
Utara.
2. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed
8). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
3. Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume
2. Jakarta EGC
4. Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2015). Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC
5. Diyono, Mulyanti, 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan, Dilengkapi
Contoh Studi Kasus Dengan Aplikasi Nanda Nic Noc
6. Smeltzer, C. Susan. 2013. Kperawatan Medikal Bedah (Handbook for Brunner &
Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nurshing) Ed. 12. Jakarta : EGC
7. Batticaca, F.B. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika