Anda di halaman 1dari 29

TIK 8

ASUHAN
KEPERAWATA
N
PADA PASIEN
MENINGITIS
DEFINISI
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau mikroorganisme jamur.
( Smeltzer & Bare, 2001)

Meningitis adalah peradangan selubung meningeal otak dan sumsum tulang


belakang, paling sering disebabkan oleh bakteri atau penyebab virus, meskipun
dapat juga disebabkan oleh jamur, protozoa, atau paparan racun.
(DiGiulo et al,2007)
Meningitis
KLASIFIKASI

Meningitis Meningitis
purulenta Tuberkulosa
Generalisata

ASEPSIS SEPSIS

( Smeltzer & Bare, 2001)


ETIOLOGI
Implantasi
Faktor Kuman Langsung
Predisposisi

Aspirasi dari
Komplikasi
cairan amnion dan
Faktor Imunologi penyebaran
infeksi kuman tuberculosis primer
secara
transplasental
pada neonatus (Kemenkes RI, 2016)
Bakteri:
PATOFISIOLOGI Faktor pemicu:
-Straptococcus pneumoniae Virus: -usia
-Naisseria -Virus herpes simplex -Kehamilan
-Moningitidis -Virus HIV -Lingkungan

Organisme masuk ke aliran darah

Reaksi radang dalam meningen bawah corteks

MENINGITIS

-Perubahan aliran Trombus,aliran darah cerebral


darah
-Kerusakan Eksudat purulen menyebar ke dasar otak di medula spinalis
permukaan endotel
pembuluh Kerusakan neurologis Kaki kuduk,brudanski
-Perubahan komposisi (+),refleks fisiologi
pembuluh darah hiperaktif,delirium,halusinasi.
Kerusakan Neurologis
Aktivitas makrofag di virus Co2 meningkat
Mengikuti cairan darah sistemik
Pelepasan zat vpirogen endogen Permeabilitas vaskular
Penyebaran infeksi sistemik pada serebri
Merangsan kerja berlebihan dari
PG E2 hipotalamus Sepsis Transudasi cairan

Instabil termoregulasi Edema serebri


Risiko tinggi infeksi
Suhu tubuh sistemik Volume tekanan otak
Kejang Vasospasme
pembuluh darah
Hipertermia serebri TIK meningkat
Risiko tinggi cedera (N)=0-15 mmHg

Berkurangnya koordinasi Sirkulasi berhenti


Nyeri

Gangguan
Gangguan mobilitas fisik perfusi jaringan

Smeltzer & Bare,2013


MANIFESTASI KLINIS
Menurut Ignatavicius & Workman (2006) tanda dan
gejala meningitis pada orang dewasa adalah:

Sakit kepala Disfungsi saraf kranial


Demam secara tiba-tiba dan bisa disertai dengan Penurunan status mental
kejang
Nyeri pada otot dan persendian
Mual dan muntah
Perubahan tingkat kesadaran Kulit pucat atau muncul bintik-bintik merah yang
Kaku kuduk positif, tanda kernig positif dan tanda brudzinski
tersebar
positif
Bibir terlihat biru
Peningkatan takanan intra kranial
Pemeriksaan Fisik

Tanda
Brudzinki +

Tanda
Kernig +
KOMPLIKASI
 Efusi subdural
 Ventrikulitis
 Hidrosephalus
 Abses otak
 Epilepsi VENUS
 Retardasi mental
 Serangan meningitis berulang

(Potter & Perry, 2005)


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
 Pemeriksaan darah (Hb, leukosit, laju endap darah, trombosit,
retikulosit, glukosa, elektrolit, ureum)

 Pemeriksaan cairan serebrospinal


VENUS
 CT-scan kepala

 Rontgen paru

(Kemenkes RI, 2016)


PENATALAKSANAAN

- Antibiotik(Penisilin, ampisilia, khloramfenikol, atau sefalosporins)

- Pemberian tambahan volume cairan

- Diazepam atau fenitoin

- Diuretik osmotik (seperti manitol)

(Smeltzer & Bare, 2002)


ASUHAN
KEPERAWAT
AN
PENGKAJIAN
1. Anamnesa
2. Identitas pasien
3. Keluhan utama : sakit kepala dan demam
4. Riwayat penyakit
5. Riwayat Penyakit sekarang
6. sakit kepala, demam, dan keluhan kejang.
7. Riwayat penyakit dahulu
8. sakit TB paru, infeksi jalan napas bagian atas
9. Riwayat psikososial
10. Mudah marah dan menanggis
11. Pemeriksaan Fisik
NOV
2020
Ibu N berusia 29 tahun dibawa keluarga ke rumah sakit dengan
keluhan penurunan kesadaran sejak 1 hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit. Hasil anamnesa pasien mengatakan bahwa ia
merasakan sakit kepala yang disertai dengan demam tinggi, sesak
nafas, dan pasien pun mengalami kaku Kuduk. Pemeriksaan fisik
didapatkan lemah kesadaran Delirium (GCS =E3V2M5), kejang,
bunyi nafas whezing, serta terdapat sekret kental di saluran
pernafasan. TD = 110/80 mmHg, RR= 27 ×/menit, HR= 110×/menit, KASUS
Suhu= 38,9c serta tanda burdzinki (+) dan tanda kernig (+) Hasil
lab Hb = 10 gr/dl, Ht=43%, leukosit 18.000
Analisa Data

No Symptom Etiologi Masalah

1 DS : - Proses inflamasi di Resiko ketidakefektifan


selaput otak perfusi jaringan serebral
DO :
- TD = 110/80 mmHg
- Tanda burdzinki (+) dan Tanda kernig (+)
- GCS =E3V2M5
- kejang
Analisa Data
No Symptom Etiologi Masalah

1 DS : “pasien mengatakan bahwa ia sakit Peningkatan laju Hipertermia


kepala yang disertai dengan demam tinggi” metabolisme

DO :
- Pasien tampak lemah
- RR= 27 ×/menit, Suhu= 38,9c
- Leukosit 18.000
Analisa Data
No Symptom Etiologi Masalah

1 DS : “pasien mengatakan sesak nafas” Penumpukan sekret di Ketidakefektifan


jalan nafas bersihan jalan nafas
DO :
- Bunyi nafas Whezing serta terdapat
sekret kental disaluran pernafasan
- RR= 27 ×/menit
DIAGNOSA

1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d


proses inflamasi di selaput otak
2.Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan
sekret di jalan nafas
4. Risiko cedera
INTERVENSI
Dx : Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d
No
proses
Noc
inflamasi di selaputNic
otak
1 Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan selama 1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK
(mis: edema serebral)
3x24 jam, diharapkan
2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
klien mempunyai perfusi (mis: td meningkat, bradikardia,
jaringan adekuat dengan kesadran menurun)
kriteria hasil: 3. Monitor status pernafasan
a. Tingkat kesadaran 4. Monitor intake dan output cairan
normal
(composmentis) Terapeutik
5. Minimalkan stimulus dengan
b. TTV normal
menyediakan lingkungan yang tenang
6. Berikan posisi semi fowler
7. Cegah terjadinya kejang
8. Pertahankan suhu tubuh normal
Dx : Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme

No Noc Nic

1 Setelah dilakukan asuhan Observasi


keperawatan selama 1. Identifikasi penyebab hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
3x24 jam, diharapkan
3. Monitor haluaran urine
terjadi penurunan suhu Terapeutik
tubuh dengan kriteria 4. Longgarkan atau lepaskan pakaian
hasil: 5. Berikan cairan oral
a. Suhu dalam batas 6. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
normal Edukasi
b. TTV normal 7. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
Dx : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan
sekret di jalan nafas
No Noc Nic

1 Setelah dilakukan asuhan Observasi


keperawatan selama 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
kedalaman, usaha napas)
3x24 jam, diharapkan
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis:
klien dapat wheezing)
mempertahankan patensi 3. Monitor sputum (jumlah, warna,
napas dengan kriteria aroma)
hasil: Terapeutik
a. Bunyi napas 4. Posisikan semi-fowler atau fowler
vesikuler. 5. Berikan minum hangat
6. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
b. Tidak ada sputum.
7. Berikan oksigen, jika perlu
c. Masukan cairan Edukasi
adekuat. 8. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika
perlu
EVALUASI
Masalah Keperawatan Evaluasi

1. Resiko ketidakefektifan S:-


perfusi jaringan serebral b.d O : - GCS E4V5M6
proses inflamasi di selaput - kesadaran compos mentis
otak - kejang
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi : cegah terjadinya kejang, berikan posisi
semifowler, dan pastikan kenyamanan dan keamanan klien untuk
mencegah terjadinya cedera
I : lanjutkan intervensi : mencegah terjadinya kejang, dan memastikan
kenyamanan dan keamanan untuk mecegah terjadinya cedera, dan
memberikan posisi semifowler
E : kesadaran composmentis dan nilai GCS dalam batas normal
R : intervensi resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dilanjutkan
Masalah Keperawatan Evaluasi

2. Hipertermi b.d S : “ pasien mengatakan demam nya sudah turun


peningkatan laju O :- pasien tidak lemah
metabolisme - T : 36,5 C
A : masalah hipertermi teratasi
P : berhenti memberikan cairan elektrolit IV
I : tetap memberikan cairan oral ketika demam nya muncul lagi dan
anjurkan tirah baring
E : T : 36 C
TD : 120/80
HR : 80x/menit
R : intervensi terhadap masalah hipertermi dihentikan
Masalah Keperawatan Evaluasi

3. Ketidakefektifan bersihan S : “ pasien mengatakan nafasnya masih sedikit sesak ”


jalan nafas b.d penumpukan O : - suara nafas abnormal
sekret di jalan nafas - RR : 27x/menit
- masih ada sisa sekret di saluran pernafasan
A : masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan : ajarkan teknik batuk efektif, berikan posisi
semifowler, berikan oksigen jika perlu
I : mengajarkan teknik batuk efektif, memberikan posisi semifowler,
memberikan oksigen jika perlu
E : suara nafas pasien masih terdengar abnormal, RR : 27x/menit
R : intervensi terhadap ketidakefektifan bersihan jalan nafas dilanjutkan
dengan lakukan fisioterapi dada jika perlu
RESUME JURNAL

Judul : The attitudes, behaviors, and knowledge of healthcare


professionals towards the diagnosis, treatment, and prevention of
bacterial meningitis in Turkey

Tujuan : tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi sikap,


perilaku, dan pengetahuan profesional kesehatan di Turki mengenai
diagnosis, pengobatan dan pencegahan meningitis bakterial, terutama
meningitis pneumokokus dan meningokokus.
Hasil :  
 72,9% responden mengikuti pasien meningitis dalam setahun terakhir
 49,5% peserta memilih untuk melakukan computerized cranial tomography (CCT) untuk kasus
meningitis yang dicurigai sebelum lumbal pungsi (LP) pada frekuensi 75-100%. 
 27,1% responden melaporkan menggunakan steroid rutin sebagai pengobatan tambahan. 
 72,5% peserta lebih suka menggunakan sefalosporin generasi ketiga, Untuk meningitis
meningokokus,
 50% dari peserta lebih suka menggunakan sefalosporin generasi ketiga plus glikopeptida, untuk
meningitis pneumokokus
 32,7% sampel lebih suka memberikan antibiotik selama 7 hari untuk meningitis meningokokus
 40,9% memilih pengobatan selama 14 hari atau lebih. 
 Untuk meningitis pneumokokus, 88,4% sampel memilih antibiotik selama 10-14 hari. 
 67% dari kelompok PAS dan dari kelompok APS berpikir bahwa vaksin meningokokus
terkonjugasi harus menjadi bagian dari Program Imunisasi Nasional. 
 Lima kelompok teratas yang direkomendasikan untuk imunisasi rutin meliputi semua anak, pasien
asplenia / splenektomi, pasien imunodefisiensi, mereka yang berencana bepergian ke daerah
endemis, termasuk haji, dan personel militer.
Kesimpulan :
Dalam sampel besar menunjukkan bahwa ada pendekatan heterogen
untuk diagnosis dan pengobatan meningitis bakterial, juga perbedaan
antara dokter anak dan bukan dokter anak mengenai keyakinan dan
sikap mereka, yang mungkin disebabkan oleh perbedaan dalam
epidemiologi dan presentasi klinis antara anak-anak dan orang
dewasa. Peneliti mengamati program antibiotik yang tepat tetapi tidak
perlu untuk meningitis. Sebagian besar peserta berpendapat bahwa
anak-anak adalah kelompok risiko yang rentan yang berpotensi
diimunisasi dan vaksin meningokokus harus dimasukkan dalam
Program Imunisasi Nasional. Hasil kami menyiratkan bahwa diperlukan
lebih banyak kesadaran tentang diagnosis, pengobatan, dan
rekomendasi lebih lanjut untuk meningitis di tingkat negara di Turki.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai