Anda di halaman 1dari 15

A.

KONSEP MENINGITIS
1. Definisi Meningitis
Meningitis adalah inflamasi akut pada meninges. Organisme penyebab
meningitis bakterial memasuki area secara langsung sebagai akibat cedera
traumatik atau secara tidak langsung bila dipindahkan dari tempat lain di
dalam tubuh ke dalam cairan serebrospinal (CSS). Berbagai agens dapat
menimbulkan inflamasi pada meninges termasuk bakteri, virus, jamur, dan
zat kimia (Betz, 2009).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat (Suriadi, 2006)
2. Etiologi
Penyebab dari meningitis meliputi :
1. Bakteri piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus,
terutama meningokokus, pneumokokus, dan basil influenza.
2. Virus yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat
bervariasi.
3. Organisme jamur (Muttaqin, 2008)
3. Klasifikasi
Menurut Muttaqin (2008) mengatakan Meningitis
diklasifikasikan sesuai dengan faktor penyebabnya :
a. Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus
atau menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses
otak,ensefalitis, limfoma, leukimia, atau darah di ruang
subarakhnoid.
Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak
terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme
pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh korteks
serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respons dari jaringan
otak terhadap virus bervariasi bergantung pada jenis sel yang
terlibat.
b. epsis
Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang
disebabkan oleh organisme bakteri seperti meningokokus,
stafilokokus, atau basilus influenza. Bakteri paling sering
dijumpai pada meningitis bakteri akut, yaitu Neiserria
meningitdis (meningitis meningokokus), Streptococcus
pneumoniae (pada dewasa), dan Haemophilus influenzae (pada
anakanak dan dewasa muda). Bentuk penularannya melalui
kontak langsung, yang mencakup droplet dan sekret dari hidung
dan tenggorok yang membawa kuman (paling sering) atau
infeksi dari orang lain. Akibatnya, banyak yang tidak
berkembang menjadi infeksi tetapi menjadi pembawa (carrier).
Insiden tertinggi pada meningitis disebabkan oleh bakteri gram
negatif yang terjadi pada lansia sama seperti pada seseorang
yang menjalani bedah saraf atau seseorang yang mengalami
gangguan respons imun.
c. Tuberkulosa
Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.
Infeksi meningen umumnya dihubungkan dengan satu atau dua
jalan, yaitu melalui salah satu aliran darah sebagai konsekuensi
dari infeksi-infeksi bagian lain, seperti selulitis, atau melalui
penekanan langsung seperti didapat setelah cedera traumatik
tulang wajah. Dalam jumlah kecil pada beberapa kasus
merupakan iatrogenik atau hasil sekunder prosedur invasif
seperti lumbal pungsi) atau alat-alat invasif (seperti alat
pemantau TIK).
Menurut Satyanegara (2010) mengatakan Meningitis dibagi menjadi
2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak,
yaitu :
d. Meningitis Serosa Adalah radang selaput otak araknoid dan
piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab
terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab
lainnya virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
e. Meningitis Purulenta Adalah radang bernanah arakhnoid dan
piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya
antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokokus), Neisseria
meningitis (meningokokus), Streptococcus haemolyticuss,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia
coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonasaeruginosa.
4. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan
diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan
medula spinalis bagian atas.Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan
nafas bagian atas, otitismedia, mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, prosedurbedah saraf baru, trauma kepala dan
pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior,
telinga bagian tengah dan saluran mastoidmenuju otak dan dekat
saluran vena-vena meningen; semuanya inipenghubung yang
menyokong perkembangan bakteri.Organisme masuk ke dalam aliran
darah dan menyebabkan reaksiradang di dalam meningen dan di bawah
korteks yang dapat menyebabkantrombus dan penurunan aliran darah
serebral. Jaringan serebral mengalamigangguan metabolisme akibat
eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi.Eksudat purulen dapat
menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis.Radang juga
menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitisbakteri
dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiridari
peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak
(barierotak), edema serebral dan peningkatan TIK.Pada infeksi akut
pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelumterjadi meningitis.
Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal,kolaps
sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi
(padasindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya
kerusakanendotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh
meningokokus (Corwin, 2009).
5. Pathways
Bakteri, virus, jamur, protozoa Masuk kensofaring Menyerang pembuluh darah
(mikroorgnisme)

Masuk melalui luka terbuka Masuk kepembuluh darah Masuk keselebral melalui
pembulu darah

tromboemboli Menyebar kke CSS Peningkatan TIK

Kolaps pembuluh darah Kerusakan adrenal Meningitis Reaksi lokal pada meningen

hiperperfusi Reaksi inflmasi Akumulasi sekret Metabolism bakteri

Vasodiltasi pembuluh darah Peningkatan komponen Peningkatan permeabilitas


Resiko ketidakefektifan perfusi
darah difaskuler selebral kapiler
Jaringan otak

Kebocoran cairan dari


Penurunan perfusi
intravaskuer
Peningkatan permeabilitas Peningkatan aliran darah jaringan serebral
kapiler
Penigkatan volume ciran
Color/ panas Resiko ketidakefektifan diinterstitial
Sel drah merah perfusi jaringan
keintestinl

Bakteri masuk Edema serebral


kemeningen Ketidakseimbangan ion
Rubor/ kemerahan
Menekan saraf Ketidakeimbangan asam basa Kelainan depolarisasi neuron Postulat klien monroe
v

Gangguan hemostatis neuron Hiperaktifitas neuron desensepsion


dolor/ nyeri
Peningkatan kebutuhan energi
kejang Penekanan pada hipotalamus
Metabolisme bakteri
Peningkatan komponen Peningkatan listrik pada sel-
Akumulasi sekret darah diserebral sel saraf motorik
Peningkatan rangsangan pada
hipofise posterior
demam

sumber : Nurarif dan kusuma (2013)


6. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif (2013) manifestasi meningitis dibagi menjadi beberapa bagian
yaiu :
1. Neonatus : menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah,diare,
tonus otot melemah, menangis lemah.
2. Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah,
perubahansensori, kejang, mudah terstimulasi, foto pobia, delirium,
halusinasi,maniak, stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan brudinzinski
positif, ptechial (menunjukkan infeksi meningococal).
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan pungsi lumbal Dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan
protein cairan cerebrospinal,dengan syarat tidak ditemukan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
a. Pada meningitis serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih,sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
b. Pada meningitis purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan
keruh,jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa
menurun,kultur (+) beberapa jenis bakteri.
2) Pemeriksaan darah Dilakukan pemeriksaan kadar Hb, jumlah leukosit, Laju
Endap Darah(LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
a. Pada Meningitis Serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping
itu, pada Meningitis Tuberkulosa didapatkan jugapeningkatan LED.
b. Pada Meningitis Purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
3) Pemeriksaan Radiologis
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila
mungkindilakukan CT Scan.
b. Pada Meningitis Purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,sinus
paranasal, gigi geligi) dan foto dada (Smeltzer, 2002).
8. Penatalaksanaan
Penatalaksaan medis meningitis yaitu :
1) Antibiotik sesuai jenis agen penyebab
2) Steroid untuk mengatasi inflamasi
3) Antipiretik untuk mengatasi demam
4) Antikonvulsant untuk mencegah kejang
5) Neuroprotector untuk menyelamatkan sel-sel otak yang masih
bisadipertahankan
6) Pembedahan : seperti dilakukan VP Shunt (Ventrikel Peritoneal
Shunt)Ventriculoperitoneal Shunt adalah prosedur pembedahan yang
dilakukanuntuk membebaskan tekanan intrakranial yang diakibatkan oleh
terlalubanyaknya cairan serbrospinal. Cairan dialirkan dari ventrikel di
otakmenuju rongga peritoneum. Prosedur pembedahan ini dilakukan di
dalamkamar operasi dengan anastesi umum selama sekitar 90 menit. Rambut
dibelakang telinga dicukur, lalu dibuat insisi tapal kuda di belakang telingadan
insisi kecil lainnya di dinding abdomen. Lubang kecil dibuat padatulang
kepala, lalu selang kateter dimasukkan ke dalam ventrikel otak.Kateter lain
dimasukkan ke bawah kulit melalui insisi di belakang telinga, menuju ke
rongga peritoneum. Sebuah katup diletakkan di bawah kulit dibelakang telinga
yang menempel pada kedua kateter. Bila terdapat tekananintrakranial
meningkat, maka CSS akan mengalir melalui katup menujurongga peritoneum
(Jeferson, 2004).
Terapi bedah merupakan pilihan yang lebih baik. Alternatif lain
selainpemasangan shunt antara lain:
a. Choroid pleksotomi atau koagulasi pleksus Choroid
b. Membuka stenosis akuaduktus
c. Eksisi tumord.Fenestrasi endoskopi
9. Penatalaksanaan di Rumah
a. Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu
panas dan tidak terlalu lembab. Sirkulasi udara yang baik berfungsi
mensupport penyediaan oksigen lingkungan yang cukup karena anak yang
menderita demam terjadi peningkatan metabolisme aerobik yang praktis
membutuhkan masukan oksigen yang cukup. Selain itu ruangan yang
cukup oksigen juga berfungsi menjaga fungsi saluran pernafasan dapat
berfungsi dengan baik. Adapun lingkunganyang panas selain mempersulit
perpindahan panas anak ke lingkungan juga dapat terjadi sebaliknya
kadang anak yang justru menerima paparan sinar dari lingkungan.
b. Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi
kepala miring hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari
tertekuknya jalan nafas sehingga mengganggu masuknya oksigen ke
saluran pernafasan.
c. Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan demam.
Kompres ini berfungsi memindahan panas anak melalui proses konduksi.
Perpindahan panas anak supaya dapat lebih efektif dipadukan dengan
pemberian pakaian yang tipis sehingga panas tubuh anak mudah berpindah
ke lingkungan.
d. Berikan anak obat turun panas (dosis disesuaikan dengan umur anak).
Untuk patokan umum dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai 1
tahun 60 – 120 mg, 1-5 tahun 120-150 mg, 5 tahun ke atas 250-500 mg
yang diberikan rata-rata 3 kali sehari.
e. Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata
kebutuhan 30-40 cc/KgBB/hari. Cairan ini selain secara volume untuk
mengganti cairan yang hilang karena peningkatan suhu tubuh juga
berfungsi untuk menjaga kelangsungan fungsi sel tubuhyang sebagian
besar komposisinya adalah unsur cairan. Sedangkan minuman hangat
dapat membantu mengencerkan sekret yang kental pada saluran pernafasan
(Jeferson, 2004).
B. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan : riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma riwayat
pembedahan pada otak, cedera kepala
 Pada neonatus : kaji adanya perilaku menolak untuk makan, refleks menghisap
kurang, muntah dan diare, tonus otot kurang, kurang gerak dan menagis lemah
 Pada anak-anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi, sakit kepala, muntah yang
diikuti dengan perubahan sensori, kejang mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia,
deliritun, halusinasi, perilaku agresif atau maniak, penurunan kesadaran, kaku kuduk,
opistotonus, tanda kernig dan Brudzinsky positif, reflex fisiologis hiperaktif, petchiae
atau pruritus.
 Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun) : kaji adanya demam, malas makan,
muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dangan merintih, ubun-ubun menonjol,
kaku kuduk, dan tanda kernig dan Brudzinsky positif.
2. Riwayat kesehatan sekarang
1) Aktivitas
a. Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan
involunter.
2) Sirkulasi
a. Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda :
tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi,
disritmia.
3) Eliminasi
a. Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
4) Makanan/cairan
a. Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah,
turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
5) Higiene
a. Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
6) Neurosensori
a. Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan
halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga
koma, delusi dan halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor,
nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif
dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal
menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
7) Nyeri/keamanan
a. Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis.
8) Pernafasan
a. Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja
pernafasan.

3. Pemeriksaan Penunjang
 Lumbal fungsi:
 Lumbal fungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa hitung jenis sel dan
protein. cairan serebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan
TIK.
 Meningitis bacterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, leukosit dan
protein meningkat, glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis
bakteri.
 Glukosa & dan LDH : meningkat.
 LED/ESRD: meningkat.
 CT Scan/MRI: melihat lokasi lesi, ukuran ventrikel, hematom, hemoragik.
 Rontgent kepala: mengindikasikan infeksi intrakranial.
 Kultur Darah

 Kultur swab Hidung dan Tenggorokan


4. Diagnosa
Menurut SDKI (2017), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
Meningitis adalah:
1. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
2. pola nafas tidak efektif Berhubungan Dengan perubahan tingkat kesadaran
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif Berhubungan Dengan peradangan dan edema
pada otak dan selaput otak

5. Rencana Tindakan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Hipertermi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
keperawatan selama 1x24 jam Observasi
peningkatan laju metabolisme.
diharapkan Hipertermi membaik  Identifikasi penyebab
dengan kriteria:
hipertermia ( mis, dehidrasi,
 Menggigil menurun
terpapar lingkungan panas,
penggunaan incubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Moitor keluar urine
Teraupetik
 Sediakan lingkungan yang
dingin
 Longgrkan atau lepaskan
pakaianbasahi dan kipasi
permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti line setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebihan)
 Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada
dahi,leher,dada,abdomen,da
n aksila
 Hindari pemberian atipireik
atau aspirin
 Berikan oksigen
Edukasi
 Anjuran tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena

bersihan jalan nafas tidakefektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
keperawatan selama 1x24 jam a) Observasi
b.d sekresi yang tertahan
diharapkan bersihan jalan nafas 1. Monitor pola napas (frekuensi,
tidakefektif menurun dengan kedalaman, usaha napas)
kriteria: 2. Monitor bunyi napas tambahan
- Produksi sputum menurun
(ms. Gurgling, mengi,
- Mengi menurun
wheezing, ronkhi kering)
- Wheezing menurun 3. Monitor sputum
- Mekonium (pada neonates ) (jumlah,warna,aroma)
meurun b) Teraupetik
1. Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan gead- tilt dan
chin-lift (jaw-trust jik curiga
trauma servikal)
2. Posisikan semi fowler atau
fowler
3. Berikan minuman hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
5. Lakukan penghisapan lender
kurag dari 15 deti
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endorakeal
7. Keluarkan sumbatan benda
padat dengn forsep McGill
8. Berikan oksigen
c) Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan
2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
d) Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik.
Risiko perfusi serebral tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1x24 jam  identifikasi penyabab
Berhubungan Dengan peradangan
diharapkan Risiko perfusi Jserebral peningkatan TIK (Mis. Lesi
dan edema pada otak dan selaput tidak efektif meningkat dengan
menempati ruang, gangguan
kriteria:
otak metabolisme, edema sarebral,
- Tingkat kesadara meningkat
- Tekanan intrakarnial peningkatan takanan vena,
menurun obstruksi aliran cairan
- Sakit kepala menurun serebrospinal, hipertensi
- Gelisah menurun intrakranial idiopatik)
- Nilai rata-rata tekanan darah  monitor peningkatan TD
membaik  monitor pelebaran tekanan
- Kesadaran membaik nadi (selisih TDS dan TDD)
 penurunan frekuensi jantung
 Monitor ireguleritas irama
napas
 penurunan tingkat kosadaran
 monitor perlambatan atau
ketidaksimetrisan respon pupil
 monitor kadar CO2, dan
pertanankan dalam rentang
yang diindikasikan
 Monitor tekanan perfusi
serebral
 Monitor jumlah, kecepatan,
dan katakteristik drainese
cairan serebrospinal
 Monitor efek stimulus
Iingkungan terhadap TIK
Teraupetik
- Ambil sampel drainase cairan
serebrospinai
 kalibrasi transduser
 Pertahankan sterilitas
pemantauan
 Pertahankan posisi kepala dan
leher netral
 Bilas sistemm pemantauan
 Atur intervensi pemantauan
sesuai kkondisi pasien
 Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauann
 Informasikan hasil
pemantauan
DAFTAR PUSTAKA

Betz & Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri,edisi 5. Jakarta : EGC
Corwin. (2009).Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: AdityaMedia
Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-
NOC. Mediaction Publishing.
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Imunologi. Jakarta: Salemba Medika.
Satyanegara., 2010. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Suriadi & Yuliana, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : Sagung seto.
Smeltzer & Bare .(2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart (Alih
bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2019). Standar Luara Keperawatan
Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Anda mungkin juga menyukai