Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

MENINGITIS
DI RUANGAN PICU RSUD S.K LERIK KOTA KUPANG

NAMA: CITRA PILI MANGNGI, S. Kep

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
TAHUN AJARAN 2023/2024
A. Konsep Dasar Teori
1. Pengertian
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang
disebut menigen. Peradangan pada menigen khususnya pada bagian araknoid
dan piamater (leptomeningens). Meningitis dapat disebabkan karena bakteri,
virus, jamur atau karena tpksin. Namun demikian sebagian besar meningitis
disebabkan bakteri. Meningitis adalah peradangan pada menigen yaitu
membrane yang melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto,2013).
Battticaca (2011) menjelaskan bahwa meningitis atau radang selaput
otak merupakan infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang pada
pia dan araknoid,ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla
sipinalis. Kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid
dengan cepat sekali menyebar ke bagian lain, sehingga leptomening medulla
spinali terkena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu
merupakan suatu proses screbrospinal. Jadi, meningitis adalah suatu reaksi
peradangan seluruh selaput otak (menigen) yang ditandai adanya sel darah
putih dalam cairan serebrospinalis, yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan
jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan
otak.
2. Etiologi
Widagdo et al, (2013), mengatakan meni gotos dapat disebabkan oleh
berbagai macam organisme: Hacmophilus influenza,neisseria meningitis
(Meningococus), diplococus pneumonia, streptococcus group a,
pseudomonas, staphylococcus aureus, escherichia coli, klebsiella, proteus.
Paling sering klien memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak,
infeksi, pembedahan otak atau spinal, dimana akan meningkatkan terjadinya
meningitis.
a. Meningitis bakteri
Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah:
Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria
meningitides, dan Staphylococcus aureus. Protein di dalam bakteri
sebagai benda asing dan dapat menimbulkan respon peradangan.
Neutropil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan sel-sel sebagai
respon peradangan. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang
dibentuk di ruang subaraknoid. Penumpukan didalam cairan
serebrospinal akan menyebabkan cairan menjadi kental sehingga dapat
menggangu aliran serebrospinal di sekitar otak dan medulla spinalis.
Sebagian akan menganggu absorbsi akibat granulasi arakhnoid dan dapat
menimbulkan hidrosefalus. Penambahan eksudat di dalam ruang
subaraknoid dapat menimbulkan peradangan lebih lanjut dan peningkatan
tekanan intrakranial. Eksudat akan mengendap di otak dan saraf-saraf
kranial dan spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi edema, membran sel
tidak dapat lebih panjang mengatur aliran cairan yang menujuh atau
keluar dari sel.
b. Meningitis virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis. Meningitis
ini terjadi sebagai akibat dari berbagai macam penyakit virus yang
meliputi measles, mumps, herpes simplex dan herpes zoster.
Pembentukan eskudat pada umumnya terjadi diatas korteks serebral,
substansi putih dan meningens.Kerentanan jaringan otak terhadap
berbagai macam virus tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi.Virus
herpes simplex merubah metabolisme sel, yang mana secara cepat
menyebabkan perubahan produksi enzim atau neurotransmitter yang
menyebabkan disfungsi dari sel dan kemungkinan kelainan neurologi.
Nurarif dan Kusuma (2016), mengatakan penyebab meningitisada 2
yaitu:
1) Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Dipiococus
pneumonia dan Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram
negative.
2) Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza,
Neiseria meningitidis dan diplococcus pneumonia.
3. Penyebab
Terdapat beberapa penyebab yang terjadi pada masalah meningitis yaitu
bakteri, faktor predisposisi, faktor maternal, dan faktor imunologi.
Menurut (Suriadi & Rita Yuliani 2006) penyebab meningitis antara lain.
a. Bakteri : Haemophilus influenza (tipe B), streptococcus pneumonia,
Neisseria meningitis, hemolytic streptococcus, staphylococcus aureu,
e. coli
b. Faktor predisposisi: jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan
dengan wanita
c. Faktor maternal: ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada
minggu terakhir kehamilan
d. Faktor imunologi: defisiensi mekanisme imun, defisiensi
immunoglobulin, anak yang mendapat obat obat imunosupresi
e. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury
yang berhubungan dengan sistem persarafan
4. Patofisiologi
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada
bagian paling luar adalah duramater, bagian tengah araknoid dan bagian
dalam piamater. Cairan serebrospinalis merupakan bagian dari otak yang
berada dalam ruang subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus choroid yang
kemudian dialirkan melalui system ventrikal. Mikroorganisme dapat masuk
ke dalam sistem saraf pusat melalui beberapa cara misalnya hematogen
(paling banyak), trauma kepala yang dapat tembus pada CSF dan arena
lingkungan. Invasi bakteri pada meningen mengakibatkan respon peradangan.
Netropil bergerak ke ruang subaraknoid untuk memfagosit bakteri
menghasilkan eksudat dalam ruang subaraknoid. Eksudat ini yang dapat
menimbulkan bendungan pada ruang subaraknoid yang pada akhirnya dapat
menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang terkumpul juga akan berpengaruh
terhadap saraf-saraf kranial dan perifer. Makin bertambahnya eksudat dapat
meningkatkan tekanan intracranial (Tarwoto, 2013).
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapis meningitis: dura mater,
araknoid dan piamater. CSF diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel
yang mengalir melalui ruang subaraknoid di dalam system ventrikel dan
sekitar otak dan medulla spinalis. CSF diabsobsi melalui araknoid pada
lapisan araknoid dari meningintis. Organisme penyebab meningitis masuk
melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Cara masuknya dapat
terjadi akibat trauma penetrasi, prosedur pembedahan atau pecahnya abses
serebral. Meningitis juga dapat terjadi bila adanya hubungan antara cairan
serebrospinal dan dunia luar. Masuknya mikroorganisme menuju ke susunan
saraf pusat melalui ruang subarakhoid dapat menimbulkan respon peradangan
pada pia, araknoid, cairan
serebrospinal dan ventrikel. Eksudat yang dihasilkan dapat menyebar melalui
saraf kranial dan spinal sehingga menimbulkan masalah neurologi. Eksudat
dapat menyumbat aliran normal cairan serebropinal dan menimbulkan
hidrosefalus (Widagdo et al,2013).
5. WOC

Bakteri: haemophilus influenzoe Virus: echovirus, coxsackie virus, Faktor maternal: ruptur membran Faktor immunologi:
dan streptococcus pneumoniae, virus gondongan fetal & infeksi maternal pada defesiensi imunoglobin
mycobacterium, tuberculosa minggu terakhir & anak
dan escherichia colli.

Organisme masuk ke aliran darah

Pelepasan zat Aktivitas makrofag dan virus Reaksi radang pada menigen Menekan saraf Sakit kepala Nyeri
virogen endogen Akut
Meningitis
Merangsang kerja obstuksi pada Peningkatan CSS Hidrosefalus
hipotalamus saluran ventrikel
Thrombus aliran darah
serebral Tik
Instabil thermoregulasi Co2
Eksudet purulen menyebar
Suhu tubuh ke dasar otak dan medula
Permeabilitas vaskuler
pada serebri
Hipertermia Kerusakan neurologis
Transudat cairan
Kebocoran cairan
dari intravaskuler Edema serebral
Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan Volume cairan Kebocoran cairan Volume tekanan otak
asam basa ion intersitial dari intravaskuler
TIK Vasospasme pembuluh
Gangguan darah serebri
hemostatis neuron Kebutuhan energi
Risiko perfusi serebral
tidak efektif Sirkulasi di serebral
Kelainan depolarisasi neuron kejang

Edema
Hiperaktivitas neuron Resiko cedera
Mesenpalon
desensepalo

Tik Kerusakan pada fugsional


Penekanan pd farmasi kerja RAS
hipotalamus
- Penurunan Merangsang Menekan saraf
kesadaran saraf simpatis di servikal kesadaran
Evavorasi
- TD Ransangan pd
hipofise anterior
Mual dan muntah Ransangan otot di Penurunan refleks batuk
Keringat
Penekanan pada pusat sekitar servikal
berlebihan demam
pernapasan
Resiko aspirasi Otot Penumpukan sekret
Diaphoresis Penekanan pd dijalan napas
Upaya bernapas berkontraksi
pusat pernapasan

Otot pada tengkuk Kekurangan volume Bersihan jalan


Pola napas tidak efektif Kaku kuduk Sesak nafas Pola napas
meregang cairan napas tidak
tidak efektif
efektif
6. Manifestasi Klinis
Tarwoto (2013) mengatakan manifestasi klinik pada meningitis bakteri
diantaranya:
a. Demam, merupakan gejala awal
b. Nyeri kepala
c. Mual dan muntah
d. Kejang umum
e. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran
sampai dengan koma.
Sedangkan menurut (Widago et all, 2013) manifestasi klinis klien
meningitis meliputi:
a. Sakit kepala
b. Mual muntah
c. Demam
d. Sakit dan nyeri secara umum
e. Perubahan tingkat kesadaran
f. Bingung
g. Perubahan pola nafas
h. Ataksia adalah gangguan neurologis yang disebabkan oleh masalah
pada otak dan sistem keseimbangan dan koordinasi. Kondisi ini akan
membuat seseorang kesulitan untuk mengendalikan gerakan tubuhnya,
baik saat berbicara, gerakan mata, kemampuan menelan, berjalan,
mengambil benda, dan gerakan sadar lainnya.
i. Kaku kuduk
j. Ptechialrash/petekie adalah kondisi kulit yang ditandai dengan
munculnya bintik-bintik kecil berwarna merah atau ungu pada kulit,
terutama di lengan, kaki, perut, dan bokong.
k. Kejang (fokal, umum)
l. Opistotonus adalah suatu sikap pada tubuh abnormal ketika posisi
tubuh mengalami kaku dan melengkung ke belakang, kemudian dengan
kepala tertekuk ke belakang.
m. Nistagmus adalah kondisi ketika bola mata membuat gerakan yang
cepat dan berulang tanpa disengaja.
n. Ptosis (kelopak mata turun)
o. Gangguan pendengaran
p. Tanda brundzinki’s dan kerniq’s positif
q. Fotophobia
7. Komplikasi
Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) komplikasi yang dapat muncul
pada anak dengan meningitis antara lain:
a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini
muncul karena adanya desakan pada intrakranial yang meningkat
sehingga memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan otak ke daerah
subdural.
b. Peradangan pada daerah ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses pada
meningen dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui
perembetan langsung maupun hematogen termasuk ke ventrikuler.
c. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan
produksi Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis
lebih kental sehingga memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran
LCS yang menuju medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya banyak
tertahan di intracranial.
d. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak
karena meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan
yang tepat.
e. Epilepsi.
f. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang sudah
menyebar ke serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai
tempat menyimpan memori.
g. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan
yang tidak tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap
antibiotik yang digunakan untuk pengobatan.
8. Penatalaksana
Tarwoto (2013), mengatakan penatalakasanaan dibagi 2 yaitu:
1) Penatalaksanaan umum
a. Pasien diisolasi
b. Pasien diistirahatkan/ bedrest
c. Kontrol hipertermi dengan kompres
d. Kontrol kejang
e. Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi
2) Pemberian antibiotik
f. Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebas panas
g. Antibiotik yang umum diberikan: Ampisilin,
Gentamisin, Kloromfenikol, Sefalosporin.
h. Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis diberikan obat-
obatan TBC.
9. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Hudak dan Gallo, (2012)
1. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat,
kadar glukosa darah mrenurun, protein meningkat, glukosa serum
meningkat
2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3. Kultur urim, untuk menetapkan organisme penyebab
4. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K +
turun
5. MRI, CT-scan/ angiorafi
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Biodata : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku
bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor rekam medik, dianosa
medis.
b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh
klien pada saat perawat mengkaji, mengandung unsur PQRST
(Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
c. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan pasien misalnya: apakah ada anggota
keluarga yang mengalami masalah/penyakit yang sama.
d. Riwayat sosial : merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan,
faktor-faktor alergen.
e. Riwayat psikologis
1) Perilaku/tanggapan pasien terhadap masalahnya/penyakitnya
2) Pengaruh sakit terhadap cara hidup
3) Perasaan pasien terhadap sakit dan therapi
4) Perilaku/tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi
f. Pemeriksaan fisik
1) Hidung dan sinus
a) Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa
(warna, bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
b) Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
2) Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
3) Trakhea
a) Palpasi : dengan cara berdiri dibelakang pasien, letakkan jari
tengah pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke
bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat
diketahui.
4) Thoraks
a) Inspeksi : Postur, bentuk dada, pigeon chest (sternum menonjol ke
depan), funnel chest (sternum ke dalam), barrel chest, kiposis atau
bungkuk, lordosis atau membusung ke depan, skoliosis : ke salah satu
sisi.
Pola napas : kecepatan/frekuensi : eupnea (normal : 16 - 24
x/mnt), tachipnea (lebih dari 24 x/mnt), bradipnea ( kurang dari 16
x/mnt), apnea (henti napas). hiperventilasi (pernapasan dalam dan
panjang), hipoventilasi ( pernapasan lambat). Pernapasan dada yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah
pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan
pengembangan perut.
Ritme/irama pernapasan yaitu reguler atau irreguler, cheyne
stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan
kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu pernapasan
yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang
ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
b) Auskultasi:
Bunyi napas : stridor/mendengkur yang terjadi karena adanya
obstruksi jalan napas bagian atas, atau stridor (bunyi kering dan
nyaring, didengar saat inspirasi), wheezing yaitu bunyi napas (seperti
bersiul), rales (mendesak atau bergelembung dan didengar saat
inspirasi), ronchi (bunyi napas kasar dan kering saat ekspirasi). Batuk
produktif, batuk non produktif, hemoptue. Oksigenasi : anoxia,
hipoxemia, hipoxia, cianosis.
c) Palpasi
Untuk mengkaji pada dinding dada, nyeri tekan, massa,
peradangan, taktil vremitus. Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat
dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal selama seseorang
berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan
dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria
lebih mudah terasa karena suara pria besar.
d) Perkusi
Suara perkusi normal : sonor ( dug-dug)
Tidak normal : redup pekak, hipersonor,timpani.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cedera (peradangan bantalan selaput otak)
2. Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi)
3. Risiko perfusi serebral tidak efektif d.d neoplasma otak
4. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (kelemahan otot
pernapasan)
5. Risiko cedera d.d kejang
6. Risiko aspirasi d.d penurunan refleks muntah
7. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
8. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
3. Interveni keperawatan

Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan


Nyeri akut b.d agen cedera Tujuan Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238)
(peradangan bantalan selaput keperawatan selama 3x24 jam, Nyeri Observasi
berkurang dengan ,
otak) 1. Identifikasi lokasi, karkteristik, durasi, frekuensi,
kriteria hasil : tingkat nyeri (L.08066)
1. Keluhan nyeri menurun (5) kualitas, intensitas nyeri
2. Meringis menurun (5) 2. Identifikasi respon nyeri non verbal
3. Gelisah menurun (5)
Terapeutik
4. Kesulitan tidur menurun (5)
5. Frekuensi nadi membaik(5) 3.Berikan terapi nonfarmakologis untuk mengurangi
6. Tekanan darah membaik (5) rasa nyeri (terapi musik, teknik imajinasi terbimbing)
4.Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
( suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
5. Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi
6. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
7. Jelaskan strategi meredakan nyeri
8. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
9. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri (napas dalam)
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian analgetik
Hipertermia b.d proses Tujuan Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipertermia (I.15506)
penyakit (infeksi) keperawatan selama 3x24 jam, suhu tubuh Observasi
membaik dengan , 1. Identifikasi penyebab hipertermia (dehidrasi)
kriteria hasil : Termoregulasi (L.14134) 2. Monitor suhu tubuh
1. Kejang meningkat (5) Terapeutik
2. Suhu tubuh membaik (5) 3. Lakukan pendinginan oksternal (kompres dingin pada
3. Suhu kulit membaik (5) dahi)
Edukasi
4. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
Risiko perfusi serebral tidak Tujuan Setelah dilakukan intervensi Manajemen peningkatan tekanan intrakranial
efektif d.d neoplasma otak keperawatan selama 3x24 jam, perfusi (I.09325)
serebral membaik dengan ,
Observasi
kriteria hasil : perfusi serebral (L.02014)
1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK (edema
1. Tingkat kesadaran meningkat (5) serebral)
2. Tekanan intra kranial menurun (5) 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (Tekanan darah
3. Sakit kepala menurun (5) meningkat, kesadaran menurun)
3. Monitor intake dan output cairan
4. Gelisah menurun (5)
Terapeutik
5. Nilai rata-rata tekanan darah membaik (5) 4. Minimalkan stimulus dengan menyediakan
6. Kesadaran membaik (5) lingkungan yang tenang
5. Berikan posisi semi fowler
7. Tekanan darah sistolik membaik (5)
6. Cegah terjadinya kejang
8. Takan darah diastolik membaik (5) Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian terapi
Risiko cedera d.d kejang Tujuan Setelah dilakukan intervensi Manajemen kejang (I.06193)
keperawatan selama 3x24 jam, tingkat cedera Observasi
menurun dengan ,
1. Monitor terjadinya kejang berulang
kriteria hasil : tingkat cedera (L.14136)
2. Monitor tanda-tanda vital
1. Kejadian cedera menurun (5)
Terapeutik
2. Ketegangan otot menurun (5)
3. Baringkan pasien agar tidak terjatuh
3. Tekanan darah membaik (5)
4. Berikan alas empuk dibawah kepala
4. Frekuensi nadi membaik (5)
5. Pertahankan kepatenan jalan napas
5. Pola istirahat/tidur membaik (5)
6. Dampingi selama periode kejang
7. Catat durasi kejang
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
9. Anjurkan keluarga menghindari memasukkan apapun
kedalam mulut pasien saat periode kejang
Kolaborasi
10. Kolaborasi pemberian terapi
Risiko aspirasi d.d penurunan Tujuan Setelah dilakukan intervensi Manajemen muntah (I.03118)
refleks muntah dan/atau batuk keperawatan selama 3x24 jam, tingkat Observasi
aspirasi menurun dengan ,
1. Identifikasi karakteristik muntah (warna, frekuensi dan
kriteria hasil : Tingkat aspirasi (L.01006)
durasi)
1. Kemampuan menelan meningka (5)
2. Periksa volume muntah
2. Kebersihan mulut meningkat (5)
3. Identifikasi faktor penyebab muntah
3. Batuk menurun (5)
4. Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
Terapeutik
5. Kontrol lingkungan penyebab muntah (bau tak sedap)
6. Atur posisi untuk mengurangi aspirasi
7. Bersihkan mulut dan hidung
8. Berikan dukungan fisik saat muntah
Edukasi
9. Anjurkan membawa kantong plastik untuk
menampung muntah
10. Anjurkan memperbanyak istirahat
11. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk
mengelola muntah (relaksasi, terapi musik)
Kolaborasi
12. Koaborasi pemberian analgetik
Pola napas tidak efekif b.d Tujuan Setelah dilakukan intervensi Dukungan ventilasi (I.01002)
hambatan upaya napas keperawatan selama 3x24 jam, pola napas Observasi
membaik dengan ,
1. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas
kriteria hasil : Pola Napas (L.01004)
2. Monitor status respirasi dan oksigenasi (frekuensi
1. Dispnea menurun (5)
dan kedalaman napas, penggunaan otot bantu napas,
2. Penggunaan otot bantu napas (5)
bunyi napas tambahan, saturasi oksigen)
3. Frekuensi napas menurun (5)
Terapeutik
4. Kedalaman napas membaik (5)
3. Berikan posisi semi fowler
4. Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
5. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (nasal kanul,
masker wajah)
Edukasi
6. Ajarakan melakukan teknik relaksasi napas dalam
Bersihan jalan napas tidak Tujuan Setelah dilakukan intervensi Manajemen jalan napas (I.01011)
efektif b.d sekresi yang keperawatan selama 3x24 jam, jalan napas Observasi
meningkat dengan ,
tertahan 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman)
kriteria hasil : Bersihan Jalan Napas
(L.01001) 2. Monitor bunyi napas tambahan ronkhi
1. Batuk efektif meningkat (5) 3. Monitor sputum (jumlah, warna)
2. Produksi sputum menurun (5) Terapeutik
4. Posisikan semi fowler
5. Berikan minum hangat
6. Berikan oksigen
Edukasi
7. Ajarkan teknik batuk efektif
Daftar pustaka

Batticaca, F. B. (2011). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. (A. Novianty, Ed.). jakarta: Salemba Medika.

Hudak & Gallo (2010). Keperawatan Kritis Edisi 6. Jakarta; EGC

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid III .
Yogyakarta:
Penerbit Mediaction

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Riyadi, S., & Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak. In dr. Sumitro
(Ed.) (Pertama, p. 147). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suriadi & Rita Yuliani (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak. In S. K. Ns.
Haryanto (Ed.) (2nd ed., p. 184). Jakarta: PT. Percetakan Penebar
Swadaya

Tarwoto. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan


Edisi II. Jakarta : CV. Sagung Seto

Widagdo, dkk. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta : Penerbit Buku Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai