Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di


negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Diantaranya adalah meningitis purulenta
yang juga merupakan penyakit infeksi yang perlu kita perhatikan.
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter,
arakhnoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis
yang superfisial. Sedangkan yang dimaksud meningitis purulenta adalah infeksi akut
selaput otak yang disebabkan oleh bakteri dan menimbulkan reaksi purulen pada cairan
otak.
Penyakit ini lebih sering terdapat pada anak dibanding dengan orang dewasa. Untuk
itu, dalam kesempatan ini saya akan membuat makalah yang berjudul “ Meningitis”.

B. TUJUAN

Penulisan makalah ini memiliki beberapa tujuan, antara lain:


1. Mengetahui konsep dari penyakit meningitis yang merupakan penyakit infeksi.
2. Mempelajari patofisiologi gambaran penyakit meningitis secara menyeluruh.
3. Mengetahui implikasi patofisiologi penyakit meningitis dalam bidang
keperawatan dan peranan keperawatan terhadap penyakit tersebut.

C. MANFAAT
1. Dapat memahami konsep meningitis yang merupakan penyakit infeksi.
2. Dapat memahami patofisiologi gambaran penyakit meningitis secara menyeluruh.
3. Dapat menjalankan implikasi patofisiologi penyakit meningitis dalam bidang
keperawatan dan peranan keperawatan terhadap penyakit tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

I. DEFENISI
Meningitis adalah suatu peradangan pada selaput meningen yang disebabkan oleh
bakteri dan visrus, tergantung pada penyebab meningitis yang dibagi dalam type
meningococcus, pneumococcus dan stapylococcus.

II. ETIOLOGI
1. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah diplococcus pneumonia
dan neiseria meningitides, stafilokokus, dan gram negative
2. Pada anak-anak bakteri tersering adalah hemophylus influenza, neiseria
meningitides dan diplococcus pneumonia

III. PATOFISIOLOGI
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikimia, yang menyebar kemeningen otak dan medulla spinalis bagian atas. Factor
predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, maastoiditis,
anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala
dan pengaruh imunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran
mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen. Semuanya ini
penghubung yang menyokong perkembangan bakteri. Organisme masuk kedalam
aliran darah dan menyebabkan reaksi radang dalam meningen dan dibawah korteks,
yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan
serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan
hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medulla spinalis.
Radang juga menyebar kedinding membrane ventrikel serebral. Meningitis bakteri
dihubungkan dengan perubahan fisiologis intracranial, yang terdiri dari peningkatan
permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak, edema serebral dan peningkatan
TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis.
Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan
dihubungkan dengan meluasnya hemoragi sebagai akibat terjadinya kerusakan
endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

IV. MANIFESTASI KLINIS


1. Neonatus : menolak untuk makan, reflex menghisap kurang, muntah, diare, tonus
otot melemah, menangis lemah
2. Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan sensori,
kejang, mudah terstimulasi, foto pobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor,
koma, kaku kuduk, tanda kernig dan brudzinski positif, ptechial (menunjukkan
infeksi meningococcal)
Pemeriksaan penunjang
1. Pungsi lumbal dan kultur CSS
 jumlah leukosit (CBC) meningkat
 kadar glukosa darah menurun
 protein meningkat
 tekanan cairan meningkat
 asam laktat meningkat
 glukosa serum meningkat
 identifikasi organisme penyebab
2. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
3. Kultur urine, umtuk menetapkan organisme penyebab
4. Kultur nasofaring, untuk menetapkan organisme penyebab
5. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi; Na+ naik dan K+ turun
V. PATHWAY

Bakteri, virus, Resiko


jamur, protozoa Penurunan perfusi ketidakefektifan
(mikroorganisme) jaringan serebral perfusi jaringan otak

Masuk kenasofaring Masuk melalui lika


Peningkatan Peningkatan
terbuka vaskoliti darah permeabilitas kapiler

Menyerang Masuk ke pembuluh


pembuluh darah darah
Peningkatan Kebocoran cairan
kompenen darah dari intravaskuler
difaskuler serebral
Masuk keserebral
melalui pembuluh
darah

Peningkatan volume
Akumulasi sekret cairan diinterstitial
tromboemboli Menyebar ke CSS

Reaksi local pada Ketidakseimbangan Edema serrebral


meningen Peningkatan TIK Metabolisme bakteri ion

meningitis Ketidakseimbangan Postulat klien


asam basa monroe

Reaksi inflamasi Kerusakan adrrenal


Gangguan
hemostatis neuron
Vasodilatasi Kolaps pembuluh
pembuluh darah darah
Kelainan
depolarisasi neuron
Peningkatan hiperperfusi
permeabilitas Peningkatan aliran
kapiler darah

Resiko ketidak
Color/panas Hiperaktivitas
efektifan perfusi
jaringan otak neuron

Sel darah merah


Bakteri masuk
keintestinal
kemeningen Kejang Peningkatan keb.
energi

Rubor/kemerahan Metabolism bakteri Peningkatan muatan


listrik pada sel-sel mesenpalon desensepalon
saraf motorik

Menekan syaraf Akumulasi sekret


Peningkatan Sel neuron pd RAS Penekanan pada
kontraksi otot tdk dpt melepaskan hipotalamus
ketokolamin
Peningkatan
Dolor/nyeri komponen darah Peningkatan
diserebral rangsangan pd
Resiko cidera Penurunan tingkat hipofise
kesadaran posterior

Peningkatan Bakteri masuk


vikositas darah kealiran balik vena Aliran darah ke otak
kejantung meningkat
demam
Ketidakefektifan
pola nafas
Hambatan
penyerapan CSS Darah diedarkan Peningkatan TIK hipertermi
oleh ventrikel keseluruh tubuh
Penurunan reflek
batuk

Peningkatan CSS Resiko infeksi perforasi→kerin


hidrosefalus gat berlebih
Penumpukan secret
pd sal nafas
Merangsang syaraf Aliran darah keotot Menekan saraf di diaphoresis
simpatik menurun servikal

Ketidakefektifan Kekurangan vol


Mual dan muntah brshan jalan nafas cairan
Peningkatan tekanan Rangsangan otot
darah sistemik disekitar servikal

Penurunan intake
makanan Otot pd tengkuk gg. persepsi
Bradikardi dan Otot berkontraksi menegang→kaku
pernapasan menjadi kuduk
lambat →
vasodilatasi otak
Ketidakseimbangan Menurunkan aliran Pembesaran
nutrisi kurang dari balik vena Pembengkakan dan bintik
kebutuhan tubuh kejantung→statis pembesaran diskus kuning→enurunn
vena optikus→papil ya ketajaman
edema penglihatan
VI. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Data Subjektif
- Apakah ada riwayat :
 Fraktur pada tulang tengkorak.
 Kecelakaan otak dan sumsum tulang belakang.
- Pengetahuan keluarga tentang penyakit / perawatan.
- Pasien mengatakan sesak napas.
- Pasien / keluarga mengatakan badan panas.
- Pasien / keluarga mengatakan nyeri kepala.
- Keluarga mengatakan anak tidak mau makan / minum.
- Keluarga mengatakan anaknya tidak sadar.
- Keluarga mengatakan cemas.
- Keluarga gelisah.
b.Data Objektif
- Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
- Pernah infeksi seperti endocarditis dan penyakit yang disebabkan virus
- Penurunan kesadaran yang cepat
- Nafsu makan kurang
- Dyspnoe
- Suhu meningkat : > 40 C
- Kejang
- Anak gelisah
- Turgor kulit jelek
- Berat bada menurun, kesadaran menurun
- Ekstremitas kaku dan dingin
- Mulut dan bibir kering
- Pasien tidak dapat melakukan aktivitas
- Sukar diajak berkomunikasi
- Pasien tidak bergairah, lesu dan tidak lincah
- Pasien rewel
c. Data Laboratorium
- Hemoglobin menurun ( normal 0,7 – 14,2 gr % )
- Pemeriksaan faeses : Erytrocyt jika penyebab infeksi
- Cairan cerebro spinal :
 Tekanan meningkat ( normal 80-200 )
 Jumlah protein meningkat sampai 45 mg/dl
 Konsentrasi gula menurun kurang dari 40 mg/dl
- Leukosit darah meningkat.
d.Penunjang Diagnostik
- Foto thorak
- Foto kepala
- Lumbal fungsi

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d edema serebral/penyumbatan
aliran darah
2. Nyeri akut b.d proses infeksi
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler
4. Resiko cedera b.d kejang
5. Resiko infeksi b.d daya tahan tubuh berkurang
VIII. PERENCANAAN
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
Definisi : beresiko mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat mengganggu kesehatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Resiko ketidakefektifan perfusi NOC NIC
jaringan otak b.d edema  Circulation status  Monitor adanya daerah tertentu yang
serebral/penyumbatan aliran  Tissue prefusion hanya peka terhadap
darah panas/dingin/tajam/tumpul
Batasan karakteristik Criteria hasil :  Monitor adanya parastese
 Massa tromboplastin  mendemonstrasikan status sirkulasi  Instruksikan keluarga untuk
parsial abnormal yang ditandai dengan : mengobservasi kulit jika ada isi atau
 Massa protrombin  Tekanan systole dan diastole dalam laserasi
abnormal rentang yang diharapkan  Gunakan sarung tangan untuk
 Sekmen ventrikel kiri  Tidak ada ortostatikhipertensi proteksi
akinetik  Tidak ada tanda-tanda peningkatan  Batasi gerakan pada kepala, leher,
 Aterosklerosis aerotik tekanan intracranial dan punggung
 Diseksi arteri  Mendemonstrasikan kemampuan  Monitor kemampuan bab
 Fibrilasi atrium kognitif yang ditandai dengan :  Kolaborasi pemberian analgetik
 Miksoma atrium  Berkomunikasi dengan jelas dan  Monitor adanya trombopleibitis
 Tumor otak sesuai dengan kemampuan  Diskusikan mengenai penyebab
 Stenosis karotid  Menunjukkan perhatian, konsentrasi perubahan sensasi
 Aneurisme serebri dan orientasi
 Koagulopati  Memproses informasi
 Kardiomiopati dilatasi  Membuat keputusan dengan benar
 Embolisme  Menunjukkan fungsi sensori motori
 Trauma kepala cranial yang utuh : tingkat kesadaran
 Hipertensi membaik, tidak ada gerakan-gerakan
 Endokarditis infeksi involunter
 Katup prostetik mekanis
 Stenosis mitral
 Neoplasma otak
 Baru terjadi infark
miokardium
 Syndrome sick sinus
 Penyalahgunaan zat
 Terapi trobolitik
 Efek samping terkait
terapi

2. Nyeri akut
Definisi : Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan
atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan
sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
2 Nyeri akut b.d proses infeksi NOC : NIC :
Batasan karakteristik :  Pain Level, Pain Management
 Laporan secara verbal atau  Pain control,  Lakukan pengkajian nyeri secara
non verbal  Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
 Fakta dari observasi Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
 Posisi antalgic untuk  Mampu mengontrol nyeri (tahu dan faktor presipitasi
menghindari nyeri penyebab nyeri, mampu menggunakan  Observasi reaksi nonverbal dari
 Gerakan melindungi tehnik nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan
mengurangi nyeri, mencari bantuan)  Gunakan teknik komunikasi terapeutik
 Tingkah laku berhati-hati  Melaporkan bahwa nyeri berkurang untuk mengetahui pengalaman nyeri
 Muka topeng dengan menggunakan manajemen pasien
 Gangguan tidur (mata sayu, nyeri  Kaji kultur yang mempengaruhi respon
tampak capek, sulit atau  Mampu mengenali nyeri (skala, nyeri
gerakan kacau, menyeringai) intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)  Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
 Terfokus pada diri sendiri  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri  Evaluasi bersama pasien dan tim
 Fokus menyempit (penurunan berkurang kesehatan lain tentang ketidakefektifan
persepsi waktu, kerusakan  Tanda vital dalam rentang normal kontrol nyeri masa lampau
proses berpikir, penurunan  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
interaksi dengan orang dan dan menemukan dukungan
lingkungan)  Kontrol lingkungan yang dapat
 Tingkah laku distraksi, mempengaruhi nyeri seperti suhu
contoh : jalan-jalan, menemui ruangan, pencahayaan dan kebisingan
orang lain dan/atau aktivitas,  Kurangi faktor presipitasi nyeri
aktivitas berulang-ulang)  Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
 Respon autonom (seperti
personal)
diaphoresis, perubahan
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
tekanan darah, perubahan
menentukan intervensi
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi
 Perubahan autonomic dalam
 Berikan analgetik untuk mengurangi
tonus otot (mungkin dalam
nyeri
rentang dari lemah ke kaku)
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkah laku ekspresif
 Tingkatkan istirahat
(contoh : gelisah, merintih,
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada
menangis, waspada, iritabel,
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
nafas panjang/berkeluh
 Monitor penerimaan pasien tentang
kesah)
 Perubahan dalam nafsu manajemen nyeri
makan dan minum
Analgesic Administration
Faktor yang berhubungan :  Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, dan derajat nyeri sebelum pemberian
psikologis) obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
 Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

3. Hambatan mobilitas fisik


Definisi : keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
3 Hambatan mobilitas fisik b.d NOC NIC
kerusakan neuromuskuler  joint movement : active Exercise therapy : ambulation
Batasan karakteristik  mobility level  monitoring vital signsebelum/sesudah
 Penurunan waktu reaksi  self care : ADLs latihan dan lihat respon pasien saat
 Kesulitan membolak-balik  transfer performance latihan
posisi criteria hasil :  konsultasikan dengan terapi fisik
 Melakukan aktivitas lai  klien meningkat dalam aktivitas fisik tentang rencana ambulasi sesuai
sebagai pengganti  mengerti tujuan dari peningkatan dengan kebutuhan
pergerakan mobilitas  bantu klien untuk menggunakan
 Dispnea setelah  memverbalisasikan perasaan dalam tongkat saat berjalan dan cegah
beraktivitas meningkatkan kekuatan dan terhadap cedera
 Perubahan cara berjalan kemampuan berpindah  ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
 Gerakan bergetar  memperagakan penggunaan alat lain tentang tekhnik ambulasi
 Keterbatasan kemampuan bantu untuk mobilisasi (wolker)  kaji kemampuan pasien dalam
melakukan kterampilan mobilisasi
motorik halus  latih pasien dalam pemenuhan
 Keterbatasan kemampuan kebutuhan ADLs secara mandiri
keterampilan motorik sesuai kemampuan
kasar  damping dan bantu pasien saat
 Keterbatasan rentang mobilisasi dan bantu penuhi
pergerakan sendi kebutuhan ADLs ps
 Tremor akibat pergerakan  berikan alat bantu jika klien
 Ketidakstabilan postur memerlukan
 Pergerakan lambat  ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
 Pergerakan tidak diperlukan
terkoordinasi
Factor yang berhubungan :
 Intoleransi aktivitas
 Perubahan metabolisme
seluler
 Ansietas
 Indeks masa tubuh diatas
parental ke 75 sesuai usia
 Gangguan kognitif
 Konstraktur
 Kepercayaan budaya
tentang aktivitas sesuai
usia
 Fisik tidak bugar
 Penurunan ketahanan
tubuh
 Penurunan kendali otot
 Penurunan massa otot
 Malnutrisi
 Gangguan
muskuluskeletal
 Gangguan neuromuskuler,
nyeri
 Agens obat
 Penurunan kekuatan otot
 Gaya hidup monoton
 Gangguan sensori
perseptual

4. Resiko cedera
Ddefinisi : beresiko mengalami cidera sebagai akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber
defensive individu
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
4. Resiko cidera b.d kejang NOC NIC
Factor resiko :  Risk Kontrol Environment Management (Manajemen
 Eksternal Kriteria Hasil : lingkungan)
 Biologis (mis, tingkat  Klien terbebas dari cedera  Sediakan lingkungan yang aman untuk
imunisasi, komunitas,  Klien mampu menjelaskan cara/metode pasien
mikroorganisme) untukmencegah injury/cedera  Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,
 Zat kimia (mis, racun,  Klien mampu menjelaskan factor resiko sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
polutan, obat, agens dari lingkungan/perilaku personal kognitif pasien dan riwayat penyakit
farmasi, alcohol,  Mampumemodifikasi gaya hidup terdahulu pasien
nikotin, untukmencegah injury  Menghindarkan lingkungan yang
pengawet,kosmetik,  Menggunakan fasilitas kesehatan yang berbahaya (misalnya memindahkan
pewarna) ada perabotan)
 Manusia (mis, agens  Mampu mengenali perubahan status  Memasang side rail tempat tidur
nosokomial, pola kesehatan  Menyediakan tempat tidur yang nyaman
ketegangan, atau dan bersih
factor kognitif,  Menempatkan saklar lampu ditempat
afektif, dan yang mudah dijangkau pasien.
psikomotor)  Membatasi pengunjung
 Cara  Memberikan penerangan yang cukup
pemindahan/transport  Menganjurkan keluarga untuk menemani
 Nutrisi (mis, design, pasien.
struktur dan  Mengontrol lingkungan dari kebisingan
pengaturan  Memindahkan barang-barang yang dapat
komunitas, bangunan membahayakan
dan/atau peralatan)  Berikan penjelasan pada pasien dan
 Internal keluarga atau pengunjung adanya
 Profl darah yang perubahan status kesehatan dan penyebab
abnormal penyakit.
 Disfungsi biokimia
 Usia perkembangan
 Disfungsi efektor
 Disfungsi imun-
autoimun
 Disfungsi integrative
 Malnutrisi
 Fisik
 Psikologis
 Disfungsi sensorik
 Hipoksia jaringan

5. Resiko infeksi
Definisi : mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
5 Resiko infeksi b.d daya tahan NOC NIC :
tubuh berkurang  Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
Faktor-faktor resiko :  Knowledge : Infection control  Bersihkan lingkungan setelah dipakai
 Prosedur Infasif  Risk control pasien lain
 Ketidakcukupan pengetahuan Kriteria Hasil :  Pertahankan teknik isolasi
untuk menghindari paparan  Klien bebas dari tanda dan gejala  Batasi pengunjung bila perlu
patogen infeksi  Instruksikan pada pengunjung untuk
 Trauma  Mendeskripsikan proses penularan mencuci tangan saat berkunjung dan
 Kerusakan jaringan dan penyakit, factor yang mempengaruhi setelah berkunjung meninggalkan pasien
peningkatan paparan penularan serta penatalaksanaannya,  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
lingkungan  Menunjukkan kemampuan untuk tangan
 Ruptur membran amnion mencegah timbulnya infeksi  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
 Agen farmasi  Jumlah leukosit dalam batas normal tindakan kperawtan
(imunosupresan)  Menunjukkan perilaku hidup sehat  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
 Malnutrisi pelindung
 Peningkatan paparan  Pertahankan lingkungan aseptik selama
lingkungan patogen pemasangan alat
 Imonusupresi  Ganti letak IV perifer dan line central
 Ketidakadekuatan imum dan dressing sesuai dengan petunjuk
buatan umum
 Tidak adekuat pertahanan  Gunakan kateter intermiten untuk
sekunder (penurunan Hb, menurunkan infeksi kandung kencing
Leukopenia, penekanan  Tingktkan intake nutrisi
respon inflamasi)  Berikan terapi antibiotik bila perlu
 Tidak adekuat pertahanan
tubuh primer (kulit tidak Infection Protection (proteksi terhadap
utuh, trauma jaringan, infeksi)
penurunan kerja silia, cairan  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
tubuh statis, perubahan
sekresi pH, perubahan dan lokal
peristaltik)  Monitor hitung granulosit, WBC
 Penyakit kronik  Monitor kerentanan terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
 Partahankan teknik aspesis pada pasien
yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
 Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua apisan selaput yang membungkus jaringan otak dan
sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa. Disebabkan oleh bakteri spesifik atau nonspesifik atau
virus.
Kasus meningitis harus ditangani secepatnya karena dianggap sebagai kondisi medis darurat. Meningitis bisa menyebabkan septikema
dan ini bisa berujung pada kematian. Gejala yang biasanya di tampakkan oleh penderita Meningitis adalah sakit kepala, demam, sakit
otot-otot, dan lain-lain.
untuk mencegah agar tidak terjangkit penyakit meningitis yaitu dengan mencuci tangan, berlatih hidup higienis, pola hidup sehat,
menutup mulut saat bersin atau batuk, jika sedang hamil berhati-hatilah dalam memilih makanan.
Banyak kasus meningitis virus dan bakteri bisa dicegah dengan berbagai macam vaksin. Bicarakan dengan dokter jika Anda tidak
yakin apakah vaksinasi Anda yang terbaru atau tidak.

B. SARAN
Dengan terselesaikannya makalah ini diharapkan mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso dapat
memahami konsep patofisiologis Meningitis dengan baik serta hubungannya dengan ilmu keperawatan yang tengah ditekuni. Hal
tersebut ditujukan agar mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso dapat memiliki kompetensi yang tinggi
dalam perawatan terhadap Meningitis. Serta mampu untuk menjalankan peranan keperawatan baik untuk sasaran perorangan ataupun
komunitas.

Anda mungkin juga menyukai