Anda di halaman 1dari 19

PROFIL USAHA KEPERAWATAN DAN ANALISA SWOT

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VI
1. RACHMAWATI
2. WIWING OKTAVIA
3. YAYUK SUJEWI

STIKES PAYUNG NEGERI


PEKANBARU
2018

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta hidayah kepada seluruh mahluk-Nya. Karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya tersebut akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa pula
shalawat serta salam selalu kita limpahkan kepada junjungan kita yakni
Nabi Muhammad SAW.
Pembuatan makalah ini yaitu “Makalah Enterpreneurship : Profil
Usaha Keperawatan dan Analisa SWOT” merupakan salah satu prasyarat
penilaian untuk Mata Ajar Enterpreneurship pada Pendidikan Program
Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Payung Negeri
Pekanbaru. Pada penyusunan makalah ini kami mengakui mendapatkan
beberapa hambatan, namun kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari bahwa dalembuatan makalah ini masih
membutuhkan masukkan dari berbagai pihak yang bersifat membangun,
oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan sehingga menjadi
lebih baik di waktu mendatang.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan
yang lebih, baik bagi pembaca maupun bagi penulis sendiri.

Duri, 23 mei 2018

Kelompok VI

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar .........................................................................................i

Daftar isi ...................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………... .........................1
B. Tujuan Penulisan ....................................................................2
C. Metode Penulisan....................................................................2
D. Sistematika Penulisan .............................................................3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Analisa SWOT..……..………..……………………..4
B. Profil Usaha Keperawatan di
Indonesia………….…...…...……………...……….………...8

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan .............................................................................15
B. Saran ......................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Analisa SWOT (singkatan bahasa Inggris dari kekuatan/strengths,
kelemahan/weaknesses, kesempatan/opportunitis, dan ancaman/threats)
adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau
suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang
spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor
internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai
tujuan tersebut.
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek
riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an
dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500an.
Dilihat dari sejarahnya dan penggunaannya saat ini, metode SWOT
banyak dipakai di dunia bisnis dalam menetapkan suatu perencanaan
strategi perusahaan(strategic planning) sehingga literatur mengenai metode
ini banyak berkaitan denganaspek penerapan di dunia bisnis meskipun
pada beberapa analisa ditemukan pulapenggunaan SWOT untuk
kepentingan public policy. Metode SWOT pertama kalidigunakan oleh
Albert Humphrey yang melakukan penelitian di Stamford Universitypada
tahun 1960-1970 dengan analisa perusahaan yang bersumber dalam
Fortune 500. Meskipun demikian, jika ditarik lebih ke belakang analisa ini
telah ada sejak tahun1920-an sebagai bagian dari Harvard Policy Model
yang dikembangkan di HarvardBusiness School. Namun pada saat
pertama kali digunakan terdapat beberapakelemahan utama di antaranya
analisa yang dibuat masih bersifat deskripstif danbelum/tidak
menghubungkan dengan strategi-strategi yang mungkin
bisa dikembangkan dari analisa kekuatan-kelemahan yang telah dilakukan.

4
Analisa SWOT merupakan bagian dari proses perencanaan. Hal
utama yangditekankan adalah bahwa dalam proses perencanaan tersebut,
suatu institusimembutuhkan penilaian mengenai kondisi saat ini dan
gambaran ke depan yang mempengaruhi proses pencapaian tujuan
institusi. Dengan analisa SWOT akandidapatkan karakteristik dari
kekuatan utama, kekuatan tambahan, faktor netral, kelemahan utama dan
kelemahan tambahan berdasarkan analisa lingkungan internal dan
eksternal yang dilakukan.

B. Tujuan

1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penyusunan makalah enterpreneurship ini
adalah untuk menganalisis suatu wirausaha menggunakan SWOT.
2. Tujuan khusus
Makalah ini disusun sebagai tugas mata ajar Enterpreneurship. Setelah
menyusun atau mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa
mampu :
a. Menjelaskan tentang Konsep Analisa SWOT
b. Menjelaskan tentang Profil Usaha Keperawatan di Indonesia

C. Metode penulisan
Metode penulisan dalam penyusunan makalah ini menggunakan
metode deskriftif yaitu dengan menjelaskan analisis suatu wirausaha
menggunakan SWOT.

5
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 5 bab yang disusun dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,


metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan teoritis yang terdiri dari Konsep Analisa SWOT dan
Profil Usaha Keperawatan di Indonesia
Bab III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Analisa SWOT


1. Pengertian
Analisa SWOT (SWOT Analysis) adalah suatu metode perencanaan
strategis yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menjadi
kekuatan (Strengths),Kelemahan (Weaknesses), Peluang (Opportunities), dan
Ancaman (Threats) yangmungkin terjadi dalam mencapai suatu tujuan dari
kegiatan proyek/kegiatan usaha atau institusi/lembaga dalam skala yang lebih
luas. Untuk keperluan tersebut diperlukan kajian dari aspek lingkungan baik
yang berasal dari lingkungan internal maupun eskternal yang mempengaruhi
pola strategi institusi/lembaga dalam mencapai tujuan.
Analisa SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan
kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang
berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths,
Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering digunakan
dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan.
Analisa SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai
pemecah masalah.
2. Faktor-faktor Analisa SWOT
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
a. Strengths (kekuatan)
Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi,
proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan
faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu
sendiri.
b. Weakness (kelemahan)
Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi,
proyek atau konsep bisnis yang ada.Kelemahan yang dianalisis merupakan

7
faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu
sendiri.
c. Opportunities (peluang)
Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang
terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi,
proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan
pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.
d. Threats (ancaman)
Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat
mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Setelah itu dibuat pemetaan analisis SWOT maka dibuatlah tabel
matriks dan ditentukan sebagai tabel informasi SWOT. Kemudian
dilakukan pembandingan antara faktor internal yang meliputi Strength
dan Weakness dengan faktor luar Opportunity dan threat. Setelah itu kita
bisa melakukan strategi alternatif untuk dilaksanakan. Strategi yang
dipilih merupakan strategi yang paling menguntungkan dengan resiko dan
ancaman yang paling kecil.
Selain pemilihan alternatif analisis Swot juga bisa digunakan untuk
melakukan perbaikan dan improvisasi. dengan mengetahui kelebihan
(Strength dan opportunity) dan kelemahan kita (weakness dan threat),
maka kita melakukan strategi untuk melakukan perbaikan diri. Mungkin
salah satu strateginya dengan meningkatkan Strength dan opportunity
atau melakukan strategi yang lain yaitu mengurangi weakness dan threat.
3. Jenis Pendekatan Analisa SWOT
Adapun jenis pendekatan Analisa SWOT yaitu:
a. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan
oleh Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah
kotak faktor eksternal(Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak
sebelah kiri adalah faktor internal(Kekuatan dan Kelamahan). Empat

8
kotak lainnya merupakan kotak isu-isustrategis yang timbul sebagai hasil
titik pertemua antara faktor-faktor internal daneksternal.
b. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT
Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif
melaluiperhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan
Robinson(1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang
sesungguhnya. Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1) Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor setta
jumlahtotal perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-
W-O-T. Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan
secara saling bebas(penilaian terhadap sebuah point faktor tidak
boleh dipengaruhi ataumempengeruhi penilaian terhadap point faktor
lainnya. Pilihan rentang besaranskor sangat menentukan akurasi
penilaian namun yang lazim digunakan adalahdari 1 sampai 10,
dengan asumsi nilai 1 berarti skor yang paling rendah dan 10berarti
skor yang peling tinggi.
Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan
secarasaling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point
faktor adalah denganmembandingkan tingkat kepentingannya dengan
point faktor lainnya. Sehinggaformulasi perhitungannya adalah nilai
yang telah didapat (rentang nilainya samadengan banyaknya point
faktor) dibagi dengan banyaknya jumlah point faktor).
2) Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d)
danfaktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya
menjadi nilai atau titikpada sumbu X, sementara perolehan angka (e
= y) selanjutnya menjadi nilai atautitik pada sumbu Y;
3) Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada
kuadranSWOT.
4. Langkah-Langkah Penerapan Analisa SWOT
Adapun langkah-langkah penerapan analisa SWOT yaitu:

9
a. Langkah 1: Menyiapkan sesi SWOT
- SWOT kemungkinan akan menghabiskan waktu 50 - 60
menit. komponen pelayanan yang akan dianalisa matriks SWOT.
b. Langkah 2: Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
- Semua kekuatan di dalam organisasi (internal).
- Kekuatan bisa berupa, tenaga trampil, gaji, sarana. Setelah selesai
menyusun kekuatan internal, daftarkan kelemahan di dalam organisasi
(internal).
c. Langkah 3: Mengidentifikasi kesempatan dan ancaman
- Semua kesempatan di luar organisasi (kesempatan ekstern) yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan atau atasi sebuah
masalah. Ini bisa berupa latihan, tenaga baru, peraturan baru dan
seterusnya.
- buatlah daftar ancaman di luar organisasi (ancaman ekstern) yang dapat
menghalangi pemecahan masalah.
d. Langkah 4: Melakukan ranking terhadap kekuatan, kelemahan, ancaman
dan peluang
- Daftarkan dalam kolom masing-masing: kekuatan, kelemahan, ancaman
dan peluang.
- Buatlah ranking setiap kolom. Yang perlu dipikirkan adalah pentingnya
kesempatan / ancaman dan berapa besar kemungkinan kesempatan /
ancaman tersebut memang akan ada. Begitu juga dengan ancaman dan
peluang.
e. Langkah 5: Menganalisis kekuatan dan kelemahan
- Masukan kekuatan dan kelemahan masuk matriks SWOT.
- Kekuatan diisi sesuai ranking , kekuatan yang paling besar di atas, yang
kurang besar di bawah disusul dengan kelemahan.
- Masukan kesempatan dan ancaman di dalam kolom.
- Hubungkan kekuatan dan kelemahan dengan kesempatan dan ancaman.

10
- Kombinasi di mana kekuatan bertemu dengan kesempatan adalah
keadaan yang paling positif. Keadaan ini harus dipelihara dengan baik
supaya tetap ada.
- Kombinasi kelemahan dan ancaman adalah keadaan yang paling negatif
dan harus dihindari.
- Setiap kombinasi diperiksa ulang kalau memang merupakan jalan
keluar untuk mengurangi kelemahan atau ancaman.

B. Profil Usaha Keperawatan di Indonesia


1. Latar Belakang
PT. Kalbe didirikan pada pertengahan tahun 1960 oleh Dr.
Boenjamin Setiawan, Ph.D dan Franciscus Bing Aryanto yang bertujuan
untuk membantu meningkatkan kesadaran kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat. Kemudian mereka memutuskan untuk mendirikan Kalbe yang
berfokus pada bisnis farmasi.
2. Profil Perusahaan
PT. Kalbe Farma Tbk. adalah salah satu perusahaan farmasi
terbesar di Indonesia yang sudah berdiri sejak tahun 1966. Visi Kalbe
adalah menjadi dominan dalam bisnis kesehatan di Indonesia dan menjadi
pemain dalam pasar global dengan brand yang kuat, peningkatan melalui
manajemen yang bagus dan teknologi canggih. Misi Kalbe adalah
meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik. Nilai utama
dari Kalbe adalah integritas, kerjasama yang kuat, inovasi, agility dan
memberikan yang terbaik untuk konsumen.
Ada banyak faktor yang mendukung, menstimulasi dan
mempercepat kemajuan Kalbe. Pada dasarnya ada 4 kunci sukses yang
membuat Kalbe mampu berprestasi, yaitu (1) produk inovator yang
bervariasi, (2) strategi marketing yang solid, (3) komitmen yang tinggi
pada Research and Development dan (4) sumber daya manusia yang
reliabel.

11
3. Analisis SWOT Kalbe Farma
a. Strength/ Kekuatan swot kalbe
Pada tanggal 16 Desember 2005, Manajemen Kalbe telah
berhasil melakukan penggabungan usaha dengan Dankos dan PT
Enseval (”Enseval”) menjadi satu perusahaan dalam rangka
menciptakan satu perusahaan farmasi tercatat dan terbesar di kawasan
Asia Tenggara. Penggabungan usaha ini akan memberikan peluang
bagi masa depan Kalbe dalam meningkatkan efisiensi serta efektivitas.
Merger yang melibatkan PT Enseval sebagai superholding dan tiga
anak perusahaan yang terdaftar di BEJ tersebut — Kalbe Farma,
Dankos Laboratories (DNKS), Enseval Putera Megatrading (EPMS)
— sekaligus membentuk perusahaan yang betul-betul terintegrasi.
Secara horisontal, Kalbe “baru” menawarkan rentang produk yang
jauh lebih luas, mulai dari berbagai bentuk obat dan makanan
kesehatan sampai suplemen dan minuman berenergi. Secara vertikal,
mereka melakukan kegiatan dari pengadaan bahan baku,
manufakturing produk jadi, pemasaran, sampai penjualan dan
distribusi.
Kalbe memiliki pengalaman yang cukup panjang dan dari segi
finansial, pendapatan kalbe meningkat sekitar 18% per tahun.
Manajemen Kalbe memiliki personel yang berpengalaman, termasuk
di dalamnya mantan dirjen BPOM dalam mengembangkan,
memproduksi, pemasaran dan menjual produk-produk kesehataan dan
farmasi. Dilengkapi dengan tim yang solid dan kerja sama yang baik
antardepartemen internal dan hubungan yang erat dengan mitra , PT.
Kalbe Farma Tbk. semakin mengukuhkan diri dalam jajaran
perusahaan besar di Indonesia.
Pada bagian produksi, Kalbe memiliki 7 GMP (Good
Manufacturing Practice) yang telah berstandar international dengan 2
GMP tambahan yang masih dibangun. Komitmen Kalbe dalam hal ini
telah diakui melalui serangkaian hasil pengujian badan sertifikasi.

12
Semua fasilitas produksi milik Kalbe dan Anak perusahaan telah
mendapatkan sertifikasi ISO 9001, sementara Kalbe, PT Dankos
Laboratories Tbk. (”Dankos”) dan PT Bintang Toedjoe juga telah
meraih sertifikasi ISO14001 serta OHSAS 18001/SMK3 (Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Kalbe dan Dankos
secara konsisten berhasil mempertahankan pencapaian yang amat
memuaskan dalam penerapan prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan
yang Baik, yaitu nomor lima dan nomor dua diantara semua
perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2005.
Pada bagian distribusi, Kalbe memiliki tenaga pemasaran
sebanyak 6000 personil dengan 1 juta outlet di seluruh Indonesia.
Ditopang struktur bisnis yang cukup lengkap, yakni memiliki
perusahaan distribusi dan jaringan rumah sakit yang mengusung merek
Mitra Keluarga dan Mitra International, termasuk sekolah perawat.
b. Weakness/ Kelemahan
Ekspansinya ke noncore-business, seperti ke bisnis property (PT
Kalbe Land) dan pendidikan (STIE Kalbe). Ekspansi ini dapat
mengakibatkan kurang fokusnya perusahaan dalam pengembangan
bisnis farmasi.
Penjualan ekspor sampai dengan September 2005 bertumbuh
sebesar 127,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun
lalu. Sedangkan penjualan lokal bertumbuh dengan 28,6 persen.
Meskipun ekspor tumbuh sangat besar, namun melemahnya nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS tidak dapat membawa keuntungan yang
besar juga. Pasalnya, sekitar 90 persen bahan baku masih impor
sehingga harganya juga melonjak. Akibatnya, persentase laba kotor
(gross margin) hanya mencapai 54,3 persen. Hal ini disebabkan karena
Komponen impor dari obat masih sangat tinggi, yaitu sebesar 90% dari
bahan baku yang digunakan (bahan aktif dan bahan pembantu) serta
sekitar 50% dari bahan pengemas yang digunakan.
Bahan aktif yang sudah bisa diproduksi di dalam negeri jumlahnya

13
tidak berarti dan belum bisa diperoleh dengan harga yang bersaing
dibandingkan dengan sumber dari luar negeri. Upaya-upaya untuk
meningkatkan self sufficiency di bidang pengadaan bahan baku sering
terbentur pada permasalahan :
1) Banyaknya jenis bahan baku yang digunakan oleh industri farmasi
(hingga 6.000 items) sehingga banyak pemakaian per item yang
tidak memenuhi skala produksi ekonomis.
2) Kurang berkembangnya industri kimia hulu yang bisa menopang
pengadaan intermediates untuk bahan dasar pembuatan obat.
Ketergantungan pada intermediates dari luar negeri hingga tingkat
tertentu bisa mengurangi manfaat yang diperoleh dari sintesis
lokal.
3) Kurang adanya koordinasi antara industri terkait misalnya industri
petrokimia dan industri farmasi. Sering terjadi industri farmasi
mengalami kesulitan karena intermediate-nya tidak bisa dibuat
lokal.
4) Kelemahan pada dasarnya industri farmasi memang merupakan
industri yang knowledge intensive dan highly regulated tetapi
aspek regulasi industri farmasi di Indonesia dirasa cukup berat
5) Pelaksanaan yang terasa lamban karena ketidak seimbangan antra
jumlah pengawas dari pemerintah dengan pihak swasta yang harus
dilayani.
6) Mata rantai lain yang merupakan bagian dari aspek pemasaran dan
distribusi hasil produksi industri farmasi masih belum seimbang
baik secara kualitatif dan kuantitatif.
7) Ratio dokter perpopulasi di Indonesia sekitar 140 dokter untuk 1
juta penduduk.
8) Jumlah apotik (drug store) saat ini berjumlah sekitar 6.000 buah
yang terkonstrasi di kota-kota untuk melayani rakyat Indonesia
yang lebih dari 200 juta penduduk. Program pharmaceutical care

14
juga belum berjalan dengan baik sehingga mengurangan
pemanfaatan obat secara optimal di masyarakat.
9) Distributor yang jumlahnya cukup banyak tetapi tidak mempunyai
jangkauan yang luas dan network yang efisien sehingga biaya
distribusi relatif mahal.
c. Opportunity/ Peluang
1) Besarnya penduduk Indonesia dan masih rendahnya konsumsi
obat perkapita menyebabkan pasar potensial yang bisa
dikembangkan. Peluang untuk masuk ke 6 pasar utama di Asia
Tenggara dengan populasi mencapai 500 juta atau kira-kira 8%
dari populasi dunia. Total pasar ini lebih dari $890 milyar pada
GDP dan kemungkinan akan tumbuh 5% per tahun selama 5 tahun
ke depan. Konsumsi produk farmasi termasuk resep dan OTC
diperkirakan 7 milyar dan berkembang menjadi 13% dari 2005
sampai 2010. Serta terbukanya peluang ekspor sebagai akibat dari
penurunan nilai rupiah dan pelaksanaan Good Manufacturing
Practice yang baik di Indonesia.
Tahun 2000, Kalbe mulai memberi perhatian lebih besar
pada pasar internasional. Awalnya, perusahaan melempar produk
ke pasar ASEAN, seperti Malaysia dan Singapura. Kemudian,
sayap bisnis ekspornya pun melebar ke Afrika Selatan. Hal ini
dibuktikan Kalbe dengan menerapkan strategi-strategi. Strategi
pertama, trading based, yakni pihak Kalbe menunjuk distributor
lokal di negara-negara tujuan ekspor. Kerja sama ini sangat simpel
karena sebatas aktivitas jual-beli saja. Namun, lewat jaringan para
trader ini produk-produk Kalbe ada di banyak negara, seperti
Pakistan dan Iran, padahal Kalbe belum memiliki mitra distribusi
di negara-negara tersebut. Strategi kedua, marketing based.
Kalbe membangun kantor perwakilan di setiap negara
tujuan yang dari hasil survei internal berpotensi bagi
pengembangan produk ekspornya. Saat ini ada 8 kantor

15
perwakilan Kalbe di beberapa negara, seperti Malaysia (untuk
pasar Singapura dan Malaysia), Myanmar, Kamboja, Vietnam,
Filipina, Sri Lanka dan Thailand. Mereka bertugas melakukan
aktivitas pemasaran, memonitor pasar dan melakukan survei. PT
Kalbe Farma berencana membangun pabrik Orange Kalbe
Limited di Nigeria. Pembangunan pabrik ini untuk memperkuat
pangsa pasar di Afrika Barat. “Nigeria akan dijadikan sebagai
basis dari pemasaran produk-produk Kalbe Farma,” kata Dirut PT
Kalbe Farma Johannes Setijono. Rencananya pabrik itu akan
digunakan untuk memproduksi obat-obat OTC (obat tanpa resep)
dan minuman energi.
2) Kecenderungan berkembangnya Sistem Penanganan Kesehatan
yang wajar yang dapat menyalurkan tenaga dokter termasuk
dokter spesialis yang dibutuhkan.
d. Threat/ Ancaman
1) Adanya kompetisi internal yang cukup keras. Sesuatu yang
diistilahkannya “perang saudara” terutama terjadi di jalur
pemasaran. Lebih spesifik lagi, di produk-produk farmasi yang
berada di kategori yang sama. Di obat flu, misalnya, Kalbe
memiliki Procold sementara Dankos Laboratories punya andalan
yang cukup ampuh, Mixagrip. Lantaran Kalbe dan Dankos bisa
saling melihat data masing-masing, mereka bisa saling
menjatuhkan.
2) Adanya krisis ekonomi telah membuat daya beli obat rakyat
Indonesia menurun sehingga mengancam kelangsungan hidup
industri farmasi nasional terutama untuk pasar okal.
3) Diberlakukannya Undang-Undang Paten 1997 dan direvisi tahun
2001, industri farmasi Kalbe Farma, yang terbiasa mengandalkan
pengembangan produk-produknya pada strategi copy cat produk-
produk baru yang masih dilindungi paten, menjadi sulit untuk
mengembangkan produk-produknya.

16
4) Legal sistem belum dapat menanggulangi obat palsu secara efektif
sehingga harga obat menjadi lebih sulit dikontrol.
5) Semakin luasnya pasar yang ingin dicapai, yaitu menembus pasar
internasional akan semakin meningkat pula pesaing-pesaing bisnis
farmasi. Kalbe mengakui jika produknya masih belum mampu
bersaing dengan produk dari Amerika Serikat.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Analisa SWOT merupakan bagian dari proses perencanaan. Hal
utama yangditekankan adalah bahwa dalam proses perencanaan tersebut,
suatu institusimembutuhkan penilaian mengenai kondisi saat ini dan
gambaran ke depan yang mempengaruhi proses pencapaian tujuan
institusi. Dengan analisa SWOT akandidapatkan karakteristik dari
kekuatan utama, kekuatan tambahan, faktor netral, kelemahan utama dan
kelemahan tambahan berdasarkan analisa lingkungan internal dan
eksternal yang dilakukanIntrapreneurship adalah konsep kewirausahaan
yang ada di dalam perusahaan sehingga dalam menjalankan
kewirausahaan ia tidak harus keluar dari dalam perusahannya.
Adapun factor-faktor anlalisa SWOT yaitu Strengths (kekuatan),
Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa


saran. Saran-saran yang diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan dapat memahami tentang konsep analisa SWOT beserta
profil usaha keperawatan di Indonesia
2. Diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang dapat menambah
wawasan untuk kedepannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Akdon. 2007. Strategic Management For Educational


Management ( Manajemen Strategik untuk Manajemen Pendidikan
). Bandung : Alfabeta.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/05/. Diakses tanggal 31
maret 2010.

19

Anda mungkin juga menyukai