Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

MENINGOENSEFALITIS

OLEH MAHASISWA :
NAMA : TUTI NOVIANTI, S.Kep
NIM : N202101144
KELOMPOK : III (TIGA)

MENGETAHUI: MENGETAHUI:
CI INSTITUSI CI LAHAN

( ) ( )

PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2021
1. Definisi
Meningitis adalah infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang
menutupi otak dan medula spinalis). Encephalitis adalah peradangan jaringan
otak yang dapat mengenai  selaput pembungkus otak dan medula spinalis.
Meningoencepalitis adalah peradangan pada selaput meningen dan jaringan
otak. Meningoencephalitis adalah suatu kondisi pembengkakan (inflamasi)
dari selaput otak (meningen) dan meliputi bagian jaringan syaraf otak

2. Etiologi
a. Infeksi virus:
Dari orang ke orang: morbili, gondong, rubella, kelompok enterovirus,
kelompok herpes, kelompok pox, influenza A dan B.
Lewat arthropoda: Eastern equine, Western equine, Dengue, Colorado tick
fever.
b. Infeksi non virus:
- Ricketsia
- Mycoplasma pneumonia
- Bakterial: meningitis tuberkulosa dan bakterial sering mempunyai
komponen ensefalitis.
- Spirocheta: sifilis, leptospirosis.
- Cat-scratch fever.
- Jamur: kriptococus, histoplasmosis, aspergilosis, mukomikosis,
kandidosis, koksidiodomikosis.
- Protozoa: plasmodium, tripanosoma, toksoplasma.
- Metazoa: throchinosis, ekinokokosis, sistiserkosis, skistosomiasis.
c. Parainfeksi-postinfeksi, alergi:
- MMR, influenza, pertusis, ricketsia, influensa A, B, hepatitis. 
- Pasca vaksinasi MMR, influensa, vaksinasi, pertusis, yellow fever, tifoid.
d. Human Slow Virus:
- PE
- Jackop-Creutzfeldt disease
3. Tanda dan Gejala
a. Neonatus : menolak untuk makan, refleks menghisap kurang, muntah,
diare, tonus otot melemah, menangis lemah.
b. Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahan
sensori, kejang, mudah terstimulasi, foto pobia, delirium, halusinasi, maniak,
stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan brudzinski positif, ptechial
Secara umum tanda dan gejala adalah sebagai berikut:
- Panas tinggi
- Kesadaran menurun
- Kejang fokal maupun umun
- Nyeri kepala
- Mual, muntah
- Mengigau dan berteriak teriak.

4. Patofisiologi
Peradangan menyebabkan cairan cerebro spinal meningkat sehingga
terjadi obtruksi, selanjutnya terjadi hirocepalus dan peningkatan tekanan intra
kranial. Organisme masuk melalui sel darah merah  dapat melalui tarauma
penetrasi, prosedur pembedahan, atau kelainan sistem saraf pusat. Efek
patologis yang terjadi adalah hiperemia meningens, edema jaringan otak,
eksudasi.
Pathway
Penyebab (virus, toksik, racun)

Masuk melalui kulit, sel nafas, sel cerna

Infeksi yang menyebar Infeksi yang menyebar


melalui darah melalui system saraf

Peradangan susunan
saraf pusat Ggn Tumbang

Peningkatan TIK

Perubahan Ggn Disfungsi Nyeri kepala


perfusi pertukaran hipotalamus
jaringan gas Ggn rasa
Hipermetabolik nyaman nyeri

Mual muntah
Ggn Ggn perfusi
transmisi jaringan Ggn cairan Peningkatan
Impuls cerebral dan elektrolit suhu tubuh

Kejang

Kelemahan Ggn mobilitas


neurologis fisik
5. Pemeriksaan Fisik
- Kepala dan leher : Ubun-ubun  besar dan menonjol, strabismus dan
nistagmus (gerakan bola mata capat tanpa disengaja, diluar kemauan),
pada wajah ptiachiae, lesi purpura, bibir kering,sianosis serta kaku kuduk.
- Thorak / dada : Bentuk simetris, pernafasan tachipnea, bila koma
pernafasan cheyne stokes, adanya tarikan otot-otot pernafasan, jantung S1-
S2.
- Abdomen : Turgor kulit menurun, peristaltik usus menurun.
- Ekstremitas : pada kulit ptiachiae, lesi purpura dan ekimosis, reflek
Bruzinsky dan tanda Kernig positif, tanda hemiparesis.
- Genetalia : Inkontinensia uria pada stadium lanjut.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan neurologis: gangguan kesadaran, hemiparesis, tonus otot
meningkat, spastisitas, terdapat refleks patologis, refleks fisiologis
meningkat, klonus, gangguan nervus kranialis (buta, tuli), ataksia.
b.  Pemeriksaan laboratorium:
a)     Pungsi lumbal:

1)     LCS jernih

2)     Reaksi pandy/nonne-apelt (+)/(-)

3)     Jumlah sel: 0 sampai beberapa ribu, sel polimorfonuklet.

4)     Protein: normal sampai sedikit naik.

5)     Gula: normal

6)     Kultur: 70%-80% (+), untuk virus 80% (+)

b)     Darah:

1)     WBC normal/meninggi tergantung etiologi

2)     Hitung jenis: normal/dominasi sel polimorfonuklear.

3)     Kultur: 80-90% (+)

c. Pemeriksaan pelengkap:
a)     CRP darah dan LCS

b)     Serologi (Ig M. Ig G).

c)     EEG: multifokal pseudokompleks.

d)     CT Scan kepala: edema otak, tanpa bercak-bercak hipodens


tuberkulosis/tuberkel yang terfokus.

7. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan


a. Medis
- Perbaiki hemostasis: Infus D5-1/2 S atau D5-1/4S (tergantung umur),
dan pemberian oksigen.
- Deksamethason 0,5-1,0 mg/kgBB/hari, iv, dibagi 3 dosis.
- Manitol.
- Antibiotik
- Fisioterapi dan terapi bicara
b. Keperawatan
- Status klinis pasien dan tanda-tanda vital dikaji terus menerus sesuai
perubahan kesadaran yang dapat menimbulakn obstruksi jalan napas.
- Pantau tekanan arteri untuk mengkaji syok, yang mendahului gagal
jantung dan pernapasan. Catat adanya vasokontriksi, sianosis yang
menyebar, dan ekstremitas dingin. Demam yang tinggi diturunkan
untuk menurunkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen otak
- Penggantian cairan intravena dapat diberikan, tetapi perawatan tidak
dilakukan untuk melebihi hidrasi pasien karena risiko edema
sereberal.
- Berat badan, elektrolit serum, volume dan berat jenis urine, dan
osmolalitas urine dipantau secara ketat, dan khusunya bila dicurigai
hormon sekresi antidiuretik yng tidak tepat (ADH).
- Penatalaksanaan keperawatan berkelanjutan memerlukan pengkajian
yang terus menerus terhadap status klinis klien, pengkajian pada TTV
(Tanda-Tanda Vital), Perhatikan terhadap kebersihan kulit dan mulut,
serta peningkatan dan perlindungan selama kejang saat koma.

8. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Edema Perfusi jaringan
Pasien mengatakan nyeri berat pada bagian serebral/penyumbata serebral tidak
n aliran darah
kepala saat efektif
terbangun dari tidur, nyeri seperti tertindih
beban berat, bagian kepala, dan terasa terus
menerus.
DO:
Pasien terlihat meringis kesakitan menahan
nyeri kepala. Dari hasil pemeriksaan CT Scan
didapatkan edema serebri

2 DS: Proses infeksi Nyeri akut


Pasien mengatakan nyeri berat pada bagian
kepala saat
terbangun dari tidur, nyeri seperti tertindih
beban berat, bagian kepala, dan terasa terus
menerus.
DO:
-          Pasien terlihat meringis kesakitan
menahan nyeri kepala.

3 DS: Kelemahanan Gangguan mobilitas


Pasien mengatakan tubuhnya terasa lemah neurologis fisik

DO:
-          Keadaan umum lemah
ADL dibantu keluarga

9. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan edema serebral
b. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neurologis
10. Nursing Care Planning
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan Intrakranial Pressure (ICP)
serebral tidak keperawatan selama 1x24 jam Monitoring (Monitor tekanan
intrakranial)
efektif diharapkan pasien mampu:
berhubungan 1. mendemonstrasikan status sirkulasi 1. Berikan informasi kepada
2. mendemonstrasikan kemampuan keluarga
dengan edema
kognitif 2. Monitor tekanan perfusi
serebral serebral
3. menunjukkan fungsi sensori motori
cranial yang utuh 3. Catat respon pasien terhadap
Indikator IR ER stimuli
4. Monitor tekanan intrakranial
- Tekanan systole
pasien dan respon neurology
dan diastole
dalam rentang terhadap aktivitas
yang 5. Monitor jumlah drainage
diharapkan cairan serebrospinal
- Tidak ada 6. Monitor intake dan output
ortostatikhipert cairan
ensi 7. Kolaborasi pemberian
- Tidak ada tanda
antibiotic
tanda
peningkatan 8. Posisikan pasien pada posisi
tekanan semifowler
intrakranial 9. Minimalkan stimuli dari
- berkomunikasi lingkungan
dengan jelas
dan sesuai Peripheral Sensation
dengan Management (Manajemen sensasi
kemampuan perifer)
-  menunjukkan
perhatian, 1. Monitor adanya daerah
konsentrasi dan
tertentu yang hanya peka
orientasi
- memproses terhadap
informasi panas/dingin/tajam/tumpul
- membuat 2. Instruksikan keluarga untuk
keputusan mengobservasi kulit jika ada
dengan benar lesi atau laserasi
- tingkat 3. Batasi gerakan pada kepala,
kesadaran
membaik, leher dan punggung
- tidak ada 4. Monitor kemampuan BAB
gerakan 5. Kolaborasi pemberian
gerakan analgetik
involunter 6. Monitor adanya
tromboplebitis
7. Diskusikan mengenai
penyebab perubahan sensasi

2  Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain Management


berhubungan keperawatan selama 1x24 jam
1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan proses diharapkan nyeri teratasi secara komprehensif termasuk
infeksi Indikator IR ER lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
- Melaporkan
presipitasi
adanya nyeri 2. Observasi reaksi nonverbal dari
- Luas tubuh ketidaknyamanan
3.  Gunakan teknik komunikasi
terpengaruhi
terapeutik untuk mengetahui
- Frekuensi nyeri pengalaman nyeri pasien
- Pernyataan 4.  Kaji kultur yang
mempengaruhi respon nyeri
nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri
- Ekspresi nyeri masa lampau
pada wajah 6. Evaluasi bersama pasien dan
tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Tingkatkan istirahat
15. Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
16. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Exercise therapy : ambulation
mobilitas fisik keperawatan selama 1x24 jam
1. Monitoring vital sign
berhubungan diharapkan mobilitas fisik dalam sebelm/sesudah latihan dan
dengan rentan normal. lihat respon pasien saat
latihan
kelemahan
Indikator IR ER 2. Konsultasikan dengan terapi
neurologis fisik tentang rencana ambulasi
- Keseimbangan tubuh
sesuai dengan kebutuhan
- Posisi tubuh 3. Bantu klien untuk
- Gerakan otot menggunakan tongkat saat
berjalan dan cegah terhadap
- Gerakan sendi
cedera
- Kemampuan 4. Ajarkan pasien atau tenaga
berpindah kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
- Ambulasi: berjalan
5. Kaji kemampuan pasien
dalam mobilisasi
6. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan
7. Dampingi dan Bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

http://herodessolutiontheogeu.blogspot.co.id/2010/11/askep-
meningoensefalitis.html
http://nazwa-cyber.blogspot.co.id/2010/10/asuhan-keperawatan-
meningoencephalitis.html#.Wnhvb7yWZH2
http://nikobilly.blogspot.co.id/2013/11/lp-meningoencephalitis.html
http://nonamenino.blogspot.co.id/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-ny-
dengan.html
http://rafisha-elb.blogspot.co.id/2012/05/askep-pada-klien-dengan-
meningitis.html

Anda mungkin juga menyukai