Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MODUL FCP KELOMPOK D

KEJANG DEMAM, ENCEPHALITIS, MENINGITIS BAKTERIALIS,


MENINGITIS TUBERKULOSIS, ENSEFALITIS & TUMOR OTAK

Oleh :

AGNES DANIELLA FAA 114 047


DIAN TRI YENI ASI FAA 113 016
SATRIYANDI MAHMUD FAA 114 012
ALLYCIA MAHARATTI ZEN FAA 114 030
NUURIKA AHSANA FAA 114 033

Pembimbing :

dr. ARIETA R. KAWENGIAN, Sp. A

SMF ILMU KESEHATAN ANAK DAN REMAJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKARAYA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKARAYA
2018
A. KEJANG DEMAM
I. DEFINISI
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu rektal > 38o C) akibat dari suatu proses ekstra kranial.

Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung dari 15 menit,


bersifat umum serta tidak berulang dalam 24 jam.

Kejang demam kompleks adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit,
bersifat fokal atau parsial, 1 sisi kejang umum di dahului kejang fokal dan
berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

II. FAKTOR RESIKO


A. Demam
Demam yang berperan pada Kejang Demam, akibat :
- Infeksi saluran pernafasan
- Infeksi saluran pencernaan
- Infeksi saluran kemih
- Pasca imunisasi
B. Usia
- Umumnya terjadi pada usia 6 bulan – 6 tahun
- Kejang demam sebelum 5 – 6 bulan mungkin disebabkan oleh infeksi SSP
- Kejang demam diatas umur 6 tahun, perlu dipertimbangkan Febrile seizure
plus (FS+)
C. Gen
Riwayat perkembangan, riwayat kejang dan epilepsi dalam keluarga

III. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien :
- Nama
- Umur/tgl lahir
- Jenis Kelamin
- Tinggi Badan
- Berat Badan
- Alamat
2. Identitas Orangtua
- Ibu :
- Nama
- Umur
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Alamat
- Ayah :
- Nama
- Umur
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Alamat

3. Keluhan Utama : Keluhan yang mendorong orangtua membawa anaknya ke


dokter atau ke Rumah Sakit.

4. Riwayat Penyakit Sekarang :


- Kejangnya sejak kapan ?
- Berapa lama kejang berlangsung ?
- Bentuk serangan kejangnya seperti apa ?
- Serangan kejangnya yang ke berapa ?
- Sebelum terjadinya kejang apakah pasien sadar atau tidak ?
- Sesudah kejang apakah pasien sadar atau tidak ?
- Apakah ada keluhan penyerta / keluhan lainnya seperti kesadaran menurun,
muntah, demam, diare ?

5. Riwayat Penyakit Dahulu :


- Apakah kejang sering berulang / kambuh ?
- apakah sebelumnya pernah mengalami hal seperti ini ?
- Apakah ada riwayat trauma kepala?
- Apakah ada riwayat keluarga yang mengalami hal yang sama ?
IV. PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan Umum : apakah tampak sakit ringan/ sedang/ berat ?
- Kesadaran : apakah terdapat penurunan kesadaran ? Suhu tubuh : apakah
terdapat demam ?
- Tanda rangsangan meningeal : Kaku kuduk, Brunzinski I dan II, Kernique,
Laseque.
- Pemeriksaan nervus kranial.
- Tanda peningkatan tekanan intrakranial : ubun – ubun besar (UUB)
membonjol, papil edema.
- Tanda infeksi di luar SSP : ISPA, OMA, ISK, dll.
- Pemeriksaan neurologi : tonus, motorik, reflex fisiologis, reflex patologis.

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab
demam atau kejang. Pemeriksaan dapat meliputi kadar gula darah,
elektrolit dan hitung jenis.
- Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan /
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil seringkali sulit
untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena
manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika yakin bukan meningitis secara klinis
tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Pungsi lumbal dianjurkan pada :
o Bayi usia < 12 bulan : sangat dianjurkan
o Bayi usia 12 – 18 bulan : dianjurkan
o Bayi usia > 18 bulan tidak rutin dilakukan
- Pemeriksaan elekroesenfalografi (EEG) tidak direkomendasikan EEG
masih dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas, misalnya :
kejang demam kompleks pada anak berusia lebih dari 6 tahun atau kejang
demam fokal.
- Pencitraan (CT-Scan atau MRI kepala) dilakukan hanya jika ada indikasi,
misalnya :
o Kelainan neurologi fokal yang menetap (hemiparesis) atau
kemungkinan adanya lesi struktural di otak (mikrosefali,
spastisitas)
o Terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran
menurun, muntah berulang, UUB membonjol, paresis nervus VI,
edema papil.

B. ENCEPHALITIS
I. DEFINISI
Adalah infeksi jaringan otak yang dapat disebabkan oleh berbagai macam
mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, protozoa).

II. TANDA GEJALA


- Demam tinggi mendadak, sering ditemukan hiperpireksia.
- Penurunan kesadaran
- Anak agak besar sering mengeluh nyeri kepala
- Ensefalopati
- Kejang bersifat fokal

III. PEMERIKSAAN FISIK


- Hiperpireksia
- Kesadaran bisa menurun sampai koma
- Kejang
- Peningkatan intrakranial
- Kelumpuhan tipe upper motor neuron (spastis, hiperrefleks, refleks,
patologis dan klonus).
-
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Darah Perifer Lengkap
- Gula darah
- Elektrolit
- Pungsi lumbal : cairan serebrospinal (CSS)
- Peningkatan jumlah sel 50-200 mm3
- hitung jenis didominasi sel limfosit
- protein meningkat tapi tidak melebihi 200 mg/dl
- CT Scan atau MRI (untuk menunjukan gambaran edema otak baik umum
maupun fokal)
- Elektroensefalografi

C. MENINGITIS BAKTERIALIS
I. DEFINISI :
Suatu peradangan selaput jaringan otak dan medulla spinalis yang disebabkan oleh
bakteri patogen. Paeradangan tersebut mengenai arakhnoid, piameter, dan cairan
serebrospinalis.

II. TANDA GEJALA :


- Biasanya didahului infeksi saluran napas atau saluran cerna, seperti
demam, batuk, pilek, diare dan muntah.
- Demam
- Nyeri kepala
- Meningismus dengan atau tanpa penurunan kesdaran
- Letargi
- Malaise
- Kejang
- Muntah

III. PEMERIKSAAN FISIK :


- GCS
- Dapat ditemukan ubun-ubun besar yang membonjol
- Kaku kuduk
- Bruzinski I dan II
- Kernig
- Kejang
- Defisit neurologis fokal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Darah perifer lengkap dan kultur darah
- Pemeriksaan gula darah dan elektrolit
- Pungsi lumbal untuk dapat menentukan diagnosis dan menentukan
etiologi:
o Didapatkan cairan keruh atau opalesence dengan Nonne (-)/(+) dan
Pandy (+)/(++).
o Jumlah sel 100 – 10.000/mm3 dengan hitung jenis predominan
polimorfonuklear, protein 200 – 500 mg/dL, glukosa < 40 mg/dL,
pewarnaan gram, biakan dan uji resistensi. Pada stadium ini jumlah
sel dapat normal dengan predominan limfosit.
o Apabila telah mendapat antibiotik sebelumnya, gambaran LCS
dapat tidak spesifik.
- Pemeriksaan CT Scan dengan kontras atau MRI kepala (pada kasus berat
atau curiga ada komplikasi seperti empiema subdural, hidrosefalus dan
abses otak).
- Pada pemeriksaan elektroensefalografi dapat ditemukan perlambatan
umum.

D. MENINGITIS TUBERKULOSIS
I. DEFINISI :
Meningitis tuberkulosis adalah radang selaput otak yang disebabkan oleh
Mycobacterium Tuberculosis.Biasanya jaringan otak ikut terkena sehingga disebut
sebagai meningeosenfalitis tuberkulosis.

II. TANDA GEJALA


- Demam yang lama/kronis, dapat pula berlangsung akut
- Kejang
- Penurunan kesadaran
- Penurunan berat badan
- Anoreksia
- Muntah
- Sering batuk

III. PEMERIKSAAN FISIK :


Manifestasi klinis dibagi menjadi 3 stadium :
- Stadium I (Inisial)
Pasien tampak apatis, iritabel, nyeri kepala, demam, malaise, anoreksia,
mual dan muntah. Belum tampak manifestasi kelainan neurologi.
- Stadium II
Pasien tampak mengantuk, disorientasi, ditemukan tanda rangsang
meningeal, kejang, defisit neurologis fokal, paresis nervus kranial, dan
gerakan involunter (tremor, koreatetosis, hemibalismus)
- Stadium III
Stadium II disertai dengan kesadaran se4makin menurun sampai koma,
ditemukan tanda – tanda peningkatan intrakranial, pupil terfiksasi,
pernapasan ireguler disertai peningkatan suhu tubuh, dan ekstremitas
spastis.
Pada funduskopi dapat ditemukan papil yang pucat, tuberkel pada retina,
dan adanya nodul pada koroid. Lakukan pemeriksaan parut BCG dan tanda
– tanda infeksi tuberkulosis di tempat lain.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Pemeriksaan meliputi darah perifer lengkap, laju endap darah, dan gula
darah. Lekosit darah tepi sering meningkat (10.000 – 20.000 sel/mm3)
sering ditemukan hiponatremia dan hipokloremia karena sekresi
antidiuretik hormon yang tidak adekuat,’
- Pungsi lumbal :
o Liquor serebrospinal (LCS) jernih, cloudy atau santokrum.
o Jumlah sel meningkat antara 10 – 250 sel/mm3, hitung jenis
predominan sel limfosit walaupun pada stadium awal dapat
dominan polimofornuklear.
o Protein meningkat di atas 100 mg/dL sedangkan glukosa menurun
di bawah 35 mg/dL, rasio glukosa LCS dan darah di bawah normal.
o Pemeriksaan BTA dan kultur M.Tbc tetap dilakukan.
o Jika hasil pemeriksaan LCS yang pertama meragukan, pungsi
lumbal ulangan dapat memperkuat diagnosis dengan interval 2
minggu.
- Pemeriksaan PCR, ELISA dan latex particle agglutination dapat
mendeteksi kuman Mycobacterium di cairan serebrospinal (bila
memungkinkan).
- Pemeriksaan CT Scan/MRI kepala dengan kontras.
- Foto rontgen dada.
- Uji tuberkulin.
- Elektroensefalografi (EEG).

E. TUMOR OTAK
I. DEFINISI
- Suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna)
membentuk massa dalam ruaang intrkaranial atau di medulla spinalis.

II. TANDA GEJALA


- Nyeri kepala, khasnya nyeri frontal bilateral yang berdenyut dan timbul
dini hari, berhubungan dengan mual, muntah, dan kemudian edema papil
serta diperberat bila membungkuk.
- Perubahan status mental
- Muntah
- Epilepsi, terjadi pada 30 % tumor khususnya tumor pada lobus frontalis
atau temporalis.
- Tanda fokal progresif (tergantung letak tumor)

III. PEMERIKSAAN FISIK


- Status generalis dan status lokalis.
- Pemeriksaan Nerurooftalmologi.
- Pemeriksaan fungsi luhur.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


- CT SCAN atau MRI dengan kontras.
- Pungsi lumbal (bisa jadi berbahaya karena adanya risiko herniasi),
arteriografi dan pneumoensefalografi.
- Tomografi, dapat memberikan gambaran yang lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pudjiadi, Antonius [et.al] . IDAI - Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1. Edisi 2, Jakarta.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011; 150;67;189;193.
http://www.idai.or.id/downloads/PPM/Buku-PPM.pdf . Diakses pada : Senin, 10
desember 2018.
2. Tanto, Chris [et.al] . Kapita Selekta Kedokteran, Ed IV. Jakarta Aesculapius. 2014

Anda mungkin juga menyukai