Anda di halaman 1dari 58

DIAGNOSIS & TATALAKSANA

INFEKSI SSP
Emergensi evaluasi kejang !
 Pertama : apakah kejadian ini
memang benar kejang.
– Penderita epilepsi dapat
mendapat serangan non epilepsi
seperti sinkop.
 Kedua : identifikasi kemungkinan
presipitasi kejang.

2
Bagaimana mendiagnosis kejang ?
 Tidak ada tes diagnostik untuk
kejang.
 Diagnosis hanya dari interpretasi
dokter yang diperoleh dari
anamnesa dan atau melihat
 Satu-satu cara untuk mendiagnosis
kejang adalah anamnesa yang teliti
dan atau melihat keadaan
tersebut.
E E G preiktal (tidak dalam keadaan
kejang)

 Tidak mendiagnosis kejang atau


menyingkirkan kejang
Dokter harus dapat mengatakan satu dari
tiga hal berikut :

1. “kejadian ini memang benar kejang”


or
2. “Kejadian ini memang bukan kejang. Keadaan
ini tampaknya suatu serangan henti napas
sejenak (BHS)”
or
3. “Saya tidak yakin kejadian ini apa” ?. Let’s
wait and see if it recurs.
Kejang vs bukan kejang
Keadaan Kejang Bukan kejang
Onset tiba-tiba gradual
Ger abn mata selalu jarang
Gerakan ekstre sinkron asinkron
Sianosis sering jarang
Kesadaran terganggu tidak
Serangan khas sering jarang
Lama detik-menit beberapa menit
Dapat diprovokasi jarang hampir selalu
Ictal EEG abn selalu tidak pernah
Clue suatu kejang !
 Gangguan atau penurunan kesadaran !
 Tidak diprovokasi !
 Berhenti sendiri atau dengan obat !
 Gerakan sinkron!
 Berulang !
 Tidak berlangsung lama !
 EEG iktal (saat kejang) gold standard
ALUR DIAGNOSIS

kejang

Demam (+) Demam (-)

Ekstra intra Intra Ekstra


kranial kranial kranial kranial

Kejang Massa Gangguan


Meningitis Ensefalitis Epilepsi
demam intrakranial Metabolik
Meningitis Bakterial
Meningitis bakterial
• Peradangan selaput otak yang disebabkan oleh
bakteri patogen
• Penyakit ini menyebabkan angka kesakitan dan
kematian yang signifikan di seluruh dunia
• Kecurigaan klinis meningitis sangat dibutuhkan
untuk diagnosis. Bila tidak terdeteksi dan tidak
diobati, keadaan ini dapat mengakibatkan
kematian.
• Etiologi pada usia 2 bulan - 5 tahun adalah H.
influenza, S. pneumonia, dan N. meningitidis,
sedangkan pada usia > 5 tahun adalah S.
pneumonia, N. meningitidis, dan H. influenza.
Preventif
• Kemoprofilaksis pada anak yang
kontak erat dengan pasien
meningitis Hib (H. influenza tipe
B) atau meningitidis
• Akhir-akhir ini vaksinasi Hib,
pneumokokus dan meningokokus,
telah tersedia
Diagnosis
Anamnesis
• Seringkali didahului infeksi pada saluran
nafas atas atau saluran cerna, seperti
demam, batuk, pilek, diare dan muntah
• Demam, nyeri kepala, dan meningismus
dengan atau tanpa penurunan kesadaran
merupakan hal yang sangat sugestif
meningitis, tetapi tidak ada satu gejalapun
yang khas
• Banyak gejala meningitis yang berkaitan
dengan usia, misalnya anak kurang dari 3
tahun jarang mengeluh nyeri kepala
Diagnosis
Pemeriksaan fisis
• Gangguan kesadaran dapat berupa
penurunan kesadaran atau iritabilitas
• Dapat juga ditemukan ubun-ubun yang
menonjol, kaku kuduk atau tanda
rangsang meningeal lain, kejang, dan
defisit neurologik fokal
• Tanda rangsang meningeal mungkin
tidak ditemukan pada anak berusia
kurang dari 1 tahun
Pemeriksaan
penunjang
• Darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit darah,
biakan darah
• Lumbal pungsi (LP): jumlah sel 100-10.000/mm3,
dengan hitung jenis predominan sel polimorfonuklear,
protein 200-500 mg/dl, glukosa <40 mg/dl,
pewarnaan gram, biakan dan uji resistensi, identifikasi
antigen (aglutinasi lateks).
• Pada kasus berat, LP harus ditunda (penundaan 2-3
hari tidak mengubah nilai diagnostik kecuali untuk
identifikasi kuman, itu pun jika antibiotiknya sensitif)
• Pemeriksaan CT atau MRI kepala (pada kasus berat)
• Pemeriksaan elektroensefalografi bila ada indikasi
Terapi
• Medikamentosa diawali dengan terapi empiris,
kemudian disesuaikan dengan hasil biakan dan
uji resistensi.
• Terapi empirik antibiotik
– 1-3 bulan: ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari setiap
6 jam IV dan sefotaksim 200 mg/kg/hari setiap 6
jam IV atau seftriakson 100 mg/kg/hari setiap 12
jam IV.
– > 3 bulan: sefotaksim 200 mg/kg/hari setiap 6-8
jam IV atau seftriakson 100 mg/kg/hari setiap 12
jam IV atau ampisilin 200 mg/kg/hari setiap 6 jam
IV plus kloramfenikol 100 mg/kg/hari setiap 6 jam
• Deksametason 0,6 mg/kg/hari dibagi 4 dosis
untuk 2 hari pertama (rekomendasi American
Academy of Pediatrics).
• Lama pengobatan: tergantung dari kuman
penyebab, umumnya 10-14 hari
Terapi
Bedah
• Umumnya tidak diperlukan tindakan bedah, kecuali bila
ada komplikasi seperti empiema subdural, abses otak,
atau hidrosefalus.

Suportif
• Periode kritis pengobatan meningitis bakterialis adalah
hari ke-3 dan ke-4. Tanda vital dan evaluasi neurologis
harus dilakukan secara teratur. Guna mencegah
muntah dan aspirasi sebaiknya pasien dipuasakan
dahulu pada awal sakit.
• Lingkar kepala harus dimonitor setiap hari pada anak
dengan ubun-ubun terbuka.
• Peningkatan tekanan inrakranial, SIADH, kejang dan
deman harus dikontrol dengan baik. Restriksi cairan
atau posisi kepala lebih tinggi tidak selalu dikerjakan
pada setiap anak dengan meningitis bakterial.
Pemantauan
Terapi
• Untuk memantau efek samping
penggunaan antibiotik dosis tinggi,
dilakukan pemeriksaan darah perifer
secara serial, uji fungsi hati, dan uji
fungsi ginjal bila ada indikasi.

Tumbuh kembang
• Insidens sekuele meningitis bakterialis
9-38%, karena itu pemeriksaan uji
pendengaran harus segera dikerjakan
setelah pulang, selain pemeriksaan klinis
neurologis.
Meningitis TB
Meningitis TB
• Meningitis tuberkulosis adalah radang
selaput otak yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis
• Angka kejadian jarang di bawah usia 3
bulan dan mulai meningkat dalam usia
5 tahun pertama
• Angka kematian berkisar antara 10-
20%
• Sebagian besar memberikan gejala sisa,
hanya 18% pasien yang normal secara
neurologis dan intelektual
Langkah
promotif/preventif
• Angka kejadian meningkat dengan
meningkatnya jumlah pasien
tuberkulosis dewasa
• Imunisasi BCG dapat mencegah
meningitis tuberkulosis yang berat
• Faktor risiko adalah malnutrisi, peminum
alkohol, penyalah gunaan obat/zat
adiktif, diabetes melitus, penggunaan
kortikosteroid, keganasan, trauma
kepala, dan infeksi HIV.
Diagnosis
Anamnesis
• Anamnesis adanya riwayat demam kronis.
(dapat pula berlangsung akut)
• kejang, jenis kejang, penurunan kesadaran,
lamanya kejang, suhu sebelum/saat kejang,
frekuensi kejang, interval antara kejang,
pasca kejang
• Riwayat penurunan berat badan
• imunisasi BCG
• kontak dengan pasien tuberkulosis dewasa
Diagnosis
Pemeriksaan fisis, dibagi menjadi 3 stadium:
1. Stadium I (inisial)
• Predominan gejala gastrointestinal, tanpa
manifestasi kelainan neurologis. Pasien tampak
apatis atau iritabel, disertai nyeri kepala
intermiten.

2. Stadium II
• Pasien tampak mengantuk, disorientasi, disertai
tanda rangsang meningeal.
• Refleks tendon meningkat, reflex abdomen
menghilang, disertai klonus patela dan
pergelangan kaki
• Parsesi Nervi kranialis VII, IV, VI dan III
• Dapat ditemukan tuberkel pada koroid
3. Stadium III
• Pasien koma, pupil terfiksasi, spasme
klonik, pernapasan iregular disertai
peningkatan suhu tubuh
• Hidrosefalus terdapat pada dua pertiga
kasus dengan lama sakit >3 minggu.
• Lakukan pemeriksaan parut BCG,
limfadenopati, dan tanda meningismus.
• Pada funduskopi dapat ditemukan papil
pucat, tuberkuloma pada retina, dengan
adanya nodul pada koroid
• Umumnya didapatkan tremor, dapat pula
ditemukan koreoatetosis atau hemibalismus
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan meliputi darah perifer lengkap, gula
darah, elektrolit, serum kalsium, natrium, dan
kalium
• Pungsi lumbal:
– cairan serebrospinal jernih atau santokrom
– sel meningkat sampai 500 sel/mm3, dominan
limfosit
– protein meningkat sampai 500mg/dl
– glukosa di bawah normal
• Polymerase chain reaction (PCR), enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA) dan latex particle
agglutination dapat mendeteksi kuman
Mycobacterium di cairan serebrospinalis
Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan imaging (CT scan atau MRI)


menunjukkan lesi parenkim pada dasar otak,
infark, dan tuberkuloma selain hidrosefalus
• Foto Rontgen dada dapat menunjukkan
adanya penyakit tuberkulosis apabila terdapat
gambaran klinis
• Uji tuberkulin dapat mendukung diagnosis
• Elektroensefalografi dapat menunjukkan
perlambatan irama dasar, dapat disertai
gelombang epileptiform
Terapi
• Rekomendasi American Academic of Pediatrics 1994: 4 obat 2
bulan, INH dan Rifampisin selama 10 bulan.
Dosis obat antituberkulosis adalah sebagai berikut:
• Isoniazid (INH) 5-10 mg/kgBB/hari, dosis maksimum
300mg/hari
• Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hari, dengan maksimum dosis
600 mg/hari
• Pirazinamid 20-40 mg/kgBB/hari, dosis maksimum
2000mg/hari
• Etambutol 15-25 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2500mg/hari
• Prednison 1-2 mg/kgBB/hari, selama 2-3 minggu, dilanjutkan
dengan tapering-off
Bedah
• Bila didapatkan hidrosefalus, dapat dilakukan pemasangan
VP-shunt.
Suportif
• Pengobatan suportif meliputi restriksi cairan, posisi kepala
lebih tinggi, dan fisioterapi pasif
Pemantauan
Terapi
• Dilakukan pemantauan darah tepi dan pemantauan
fungsi hati setiap 3 – 6 bulan untuk mendeteksi adanya
komplikasi obat tuberkulostatik.

Tumbuh kembang
• Umumnya angka kematian berkisar antara 10-20%
kasus
• Gejala sisa dapat berupa gangguan fungsi mata dan
pendengaran. Dapat dijumpai hemiparesis, retardasi
mental, dan kejang
• Keterlibatan hipotalamus dan sisterna basalis dapat
menyebabkan gejala endokrin
ENSEFALITIS
ENSEFALITIS.pptx
Abses Otak
Definisi
• Proses pernanahan yang
terlokalisir diantara jaringan
otak, baik disertai
pembentukan kapsul atau
tidak
Etiologi
• Bakteri anaerobik (70%)
• Streptococcus sp
• Staphylococcus sp,
Bacteriodes fragilis.
• Neonatus: Proteus sp, E coli,
Group B Streptococcus.
patofisiologi
• Penyebaran langsung dari fokus
infeksi yang berdekatan dengan
otak, misalnya infeksi telinga
tengah, sinusitis paranasalis dan
mastoiditis
• Penyebaran dari fokus infeksi yang
jauh secara hematogen
• Infeksi akibat trauma tembus
kepala
• Infeksi pasca operasi kepala
…Patofisiologi
• Stadium serebritis dini (hari ke
1 – 3)
• Stadium serebritis lambat
(hari ke 4 – 9)
• Stadium pembentukan kapsul
dini (hari ke 10–14)
• Stadium pembentukan kapsul
lambat (setelah hari ke 14)
Early Abscess (Cerebritis) – Poorly
localized area of discoloration and
softening.
Later Cerebritic / Early Abscess Stage –
increasing necrosis of center with
beginnings of capsule formation
Mature abscess (Late Stage) - dense
fibro-gliotic capsular wall and purulent
center
Diagnosis
Anamnesis:
• Sakit kepala merupakan keluhan
dini yang paling sering dijumpai
(70 – 90%)
• Mual, muntah dan kaku kuduk
(25%)
• Demam tidak terlalu tinggi
• Kejang
…Diagnosis
Pemeriksaan fisik:
• Panas subfebris
• Defisit neurologis fokal
menunjukkan adanya edema di
sekitar abses
• Kejang biasanya bersifat fokal
• Gangguan kesadaran
• Papil edema menunjukkan proses
berjalan lanjut
• Hemiparese dan disfagia
…Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium:
– Darah:
biasanya lekosit sedikit meningkat
Laju endap darah meningkat pada
60% kasus
– Cairan Serebro Spinal (CSS): dilakukan
bila tidak ada tanda-tanda peningkatan
tekanan intra kranial (TIK) oleh
karena dikhawatirkan terjadi herniasi
…Diagnosis
Pemeriksaan radiologi (CT Scan):
• CT scan kepala dengan kontras dapat
dipakai untuk memastikan diagnosis
• Pada stadium awal (1 dan 2) hanya
didapatkan daerah hipodens dan
daerah irreguler yang tidak menyerap
kontras
• Pada stadium lanjut (3 dan 4)
didapatkan daerah hipodens dikelilingi
cincin yang menyerap kontras
Intraparenchymal abscess
Multiple abscesses in a 6 year old
Cerebellar Abscess from open skull
fracture.
Diagnosis banding
• Tumor intrakranial
• Abses ekstradural
• Empiema subdural
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan medikamentosa dengan atau
tanpa aspirasi dilakukan pada stadium serebritis,
abses multipel dan abses yang didapatkan pada
daerah kritis

Penatalaksanaan medikamentosa:
• Cefotaxime 200-300 mg/KgBB/hari IV dibagi
dalam 4 dosis selama 6 minggu atau
• Kombinasi Ampicillin 200 mg/KgBB/hari IV
dibagi dalam 6 dosis + Chloramphenicol 100
mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis
• Metronidazole 15 mg/KgBB/dosis IV kemudian
dilanjutkan dengan 7,5 mg/KgBB/dosis IV/PO
setiap 6 jam selama 7 hari (maksimal 4 g/hari)
…Penatalaksanaan
Apabila didapatkan peningkatan TIK dapat
diberikan:
• Mannitol dosis awal 0,5-1 mg/KgBB IV kemudian
dilanjutkan 0,25-0,5 mg/KgBB IV setiap 4-6 jam
• Dexamethasone dosis awal 0,5 mg/KgBB IV
dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,5
mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 3 dosis
• Methylprednisolone dosis awal 1-2 mg/KgBB IV
dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,5
mg/KgBB/dosis setiap 6 jam, tappering off
dimulai pada hari ke 5

Perhatian: Steroid dapat menghambat penetrasi


antibiotik pada abses dan menghambat
pembentukan dinding abses yang berakibat abses
mudah pecah dan terjadi meningitis
Komplikasi
• Herniasi karena kenaikan TIK
• Ventrikulitis karena pecahnya
abses di ventrikel
• Perdarahan abses
Prognosis
Prognosis baik:
• Usia muda
• Tidak didapatkan gangguan
neurologis berat
• Tidak ada penyakit yang
mendasari
TATA LAKSANA
SERANGAN KEJANG
5-10 menit
kejang Kejang

Pastikan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi


baik
Pastikan jalan napas,
Diazepam 0,3 mg/kg IV, maks 10 mg
pernapasan dan sirkulasi baik
Midazolam 0,2 mg/kg IM
0,5-0,75 mg/kg PR

Diazepam
Kejang (-) Kejang (+)
0,3 mg/kg IV, maks 10 mg
Diazepam 0,5-0,75
0,3 mg/kg IV, mg/kg
maks 10 mgPR
Ulangi dengan dosis dan cara yang sama

0,5-0,75 mg/kg PR
Midazolam 0,2 mg/kg IM
Midazolam 0,2 mg/kg IM

15-35 menit
Kejang (-) Kejang (+)

Fenitoin 20 mg/kgBB maksimal 1 gram, iv drip


20 menit dalam 50 ml NaCl 0,9% (infus 1
mg/kgBB/menit)

Status epileptikus
Kejang (-) Kejang (+)

Fenitoin IV rumatan 5-7 mg/kBB /hari Fenobarbital 20 mg/kgBB iv, bolus 5-10
terbagi 2 dosis, diberikan 12 jam menit ( infus 1 mg/kgBB/menit)
kemudian Hati-hati depresi pernapasan
5-10 menit
5-10 menit Kejang

Pastikan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi


baik
Diazepam 0,3 mg/kg IV, maks 10 mg
0,5-0,75 mg/kg PR
Midazolam 0,2 mg/kg IM

Kejang (-) Kejang (+)


Kejang (-) Kejang (+)

Ulangi
Diazepam dengan
0,3 mg/kg IV,dosismaks 10dan
Ulangi dengan dosis dan cara yang sama
mg cara
yang sama 0,5-0,75 mg/kg PR
Midazolam 0,2 mg/kg IM

Diazepam:
15-35 menit
Kejang (-) 0,3 mg/kg IV, maks 10 m
Kejang (+)

0,5-0,75 mg/kg
Fenitoin 20 mg/kgBB maksimal 1 PR
gram, iv drip
20 menit dalam 50 ml NaCl 0,9% (infus 1
Midazolam: 0,2 mg/kg IM
mg/kgBB/menit)

Status epileptikus
Kejang (-) Kejang (+)

Fenitoin IV rumatan 5-7 mg/kBB /hari Fenobarbital 20 mg/kgBB iv, bolus 5-10
terbagi 2 dosis, diberikan 12 jam menit ( infus 1 mg/kgBB/menit)
kemudian Hati-hati depresi pernapasan
5-10 menit Kejang

Pastikan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi baik


Diazepam 0,3 mg/kg IV, maks 10 mg
0,5-0,75 mg/kg PR
Midazolam 0,2 mg/kg IM

Kejang (-) Kejang (+)

Ulangi dengan dosis dan cara yang sama


Diazepam 0,3 mg/kg IV, maks 10 mg
0,5-0,75 mg/kg PR
Midazolam 0,2 mg/kg IM

15-35 menit
Kejang (-) Kejang (+)
Kejang (-) Kejang (+)

Fenitoin 20 mg/kgBB
Fenitoin 20 mg/kgBB maksimal 1 gram, iv drip 20
menit dalam 50 ml NaCl 0,9% (infus 1
mg/kgBB/menit)

maksimal 1 gram, iv
Kejang (-) drip
Kejang (+) 20 menit dalam 50
Status epileptikus

Fenitoin IV rumatan 5-7 mg/kBB /hari


ml NaCl 0,9% (infus 1
Fenobarbital 20 mg/kgBB iv, bolus 5-10 menit (
terbagi 2 dosis, diberikan 12 jam
kemudian mg/kgBB/menit)
infus 1 mg/kgBB/menit)
Hati-hati depresi pernapasan
5-10 menit Kejang

Pastikan jalan napas, pernapasan dan sirkulasi baik


Diazepam 0,3 mg/kg IV, maks 10 mg
0,5-0,75 mg/kg PR
Midazolam 0,2 mg/kg IM

Kejang (-) Kejang (+)

Ulangi dengan dosis dan cara yang sama


Diazepam 0,3 mg/kg IV, maks 10 mg
0,5-0,75 mg/kg PR
Midazolam 0,2 mg/kg IM

15-35 menit STATUS


15-35 menit
Kejang (-) Kejang (+)

EPILEPTIKUS
Fenitoin 20 mg/kgBB maksimal 1 gram, iv drip 20
menit dalam 50 ml NaCl 0,9% (infus 1
mg/kgBB/menit)
Fenobarbital 20 mg/kgBB
iv, bolusStatus 5-10 menit ( infus
Fenitoin IV Kejangrumatan
Kejang (-) (-) Kejang
5-7 Kejang (+) (+)
1 mg/kgBB/menit)
epileptikus

mg/kBB /hari terbagi 2


dosis, kemudian
diberikan 12 jam
Fenitoin IV rumatan 5-7 mg/kBB /hari Fenobarbital 20 mg/kgBB iv, bolus 5-10 menit (
terbagi 2 dosis, diberikan 12 jam Hati-hati depresi
infus 1 mg/kgBB/menit)
Hati-hati depresi pernapasan
kemudian pernapasan
15-35 menit
Kejang (-) Kejang (+)

Fenitoin 20 mg/kgBB maksimal 1 gram, iv drip 20 menit


dalam 50 ml NaCl 0,9% (infus 1 mg/kgBB/menit)

Status epileptikus
Kejang (-) Kejang (+)

Midazolam IV infus bolus


Fenitoin IV rumatan 5-7 mg/kBB /hari terbagi Fenobarbital 20 mg/kgBB iv, bolus 5-10 menit ( infus 1
2 dosis, diberikan 12 jam kemudian mg/kgBB/menit)
Hati-hati depresi pernapasan
0,2 mg/kg dilanjutkan drip
45-60 menit
0,02-0,4 mg/kg/jam
status
45-60 menit
Kejang
Kejang (-)
(-) Kejang (+)
•Pertimbangkan
Kejang (+)
tambahan
epileptikus
status epileptikus
refrakter
fenobarbital 10-15 mg/kg,
refrakter •Bila tidak kejang selama 24
Midazolam IV infus bolus 0,2 mg/kg dilanjutkan drip 0,02-0,4
mg/kg/jam Pertimbangkan tambahan fenobarbital 10-15
Fenobarbital IV/IM
Fenobarbital IV/IM rumatan 5-7 mg/kBB /hari mg/kg, Bila tidak kejang selama 24 jam Turunkan midazolam
jam Turunkan midazolam 1
1 ug/kg/menit setiap 15 menit.
rumatan 5-7 mg/kBB /hari
terbagi 2 dosis, diberikan 12 jam kemudian

ug/kg/menit setiap 15 menit.


+ konsul divisi Neurologi

terbagi 2 dosis, diberikan perawatan di ruang intensif


+ konsul divisi Neurologi
12 jam kemudian •perawatan di ruang intensif

Anda mungkin juga menyukai