INFEKSI SSP
Emergensi evaluasi kejang !
Pertama : apakah kejadian ini
memang benar kejang.
– Penderita epilepsi dapat
mendapat serangan non epilepsi
seperti sinkop.
Kedua : identifikasi kemungkinan
presipitasi kejang.
2
Bagaimana mendiagnosis kejang ?
Tidak ada tes diagnostik untuk
kejang.
Diagnosis hanya dari interpretasi
dokter yang diperoleh dari
anamnesa dan atau melihat
Satu-satu cara untuk mendiagnosis
kejang adalah anamnesa yang teliti
dan atau melihat keadaan
tersebut.
E E G preiktal (tidak dalam keadaan
kejang)
kejang
Suportif
• Periode kritis pengobatan meningitis bakterialis adalah
hari ke-3 dan ke-4. Tanda vital dan evaluasi neurologis
harus dilakukan secara teratur. Guna mencegah
muntah dan aspirasi sebaiknya pasien dipuasakan
dahulu pada awal sakit.
• Lingkar kepala harus dimonitor setiap hari pada anak
dengan ubun-ubun terbuka.
• Peningkatan tekanan inrakranial, SIADH, kejang dan
deman harus dikontrol dengan baik. Restriksi cairan
atau posisi kepala lebih tinggi tidak selalu dikerjakan
pada setiap anak dengan meningitis bakterial.
Pemantauan
Terapi
• Untuk memantau efek samping
penggunaan antibiotik dosis tinggi,
dilakukan pemeriksaan darah perifer
secara serial, uji fungsi hati, dan uji
fungsi ginjal bila ada indikasi.
Tumbuh kembang
• Insidens sekuele meningitis bakterialis
9-38%, karena itu pemeriksaan uji
pendengaran harus segera dikerjakan
setelah pulang, selain pemeriksaan klinis
neurologis.
Meningitis TB
Meningitis TB
• Meningitis tuberkulosis adalah radang
selaput otak yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis
• Angka kejadian jarang di bawah usia 3
bulan dan mulai meningkat dalam usia
5 tahun pertama
• Angka kematian berkisar antara 10-
20%
• Sebagian besar memberikan gejala sisa,
hanya 18% pasien yang normal secara
neurologis dan intelektual
Langkah
promotif/preventif
• Angka kejadian meningkat dengan
meningkatnya jumlah pasien
tuberkulosis dewasa
• Imunisasi BCG dapat mencegah
meningitis tuberkulosis yang berat
• Faktor risiko adalah malnutrisi, peminum
alkohol, penyalah gunaan obat/zat
adiktif, diabetes melitus, penggunaan
kortikosteroid, keganasan, trauma
kepala, dan infeksi HIV.
Diagnosis
Anamnesis
• Anamnesis adanya riwayat demam kronis.
(dapat pula berlangsung akut)
• kejang, jenis kejang, penurunan kesadaran,
lamanya kejang, suhu sebelum/saat kejang,
frekuensi kejang, interval antara kejang,
pasca kejang
• Riwayat penurunan berat badan
• imunisasi BCG
• kontak dengan pasien tuberkulosis dewasa
Diagnosis
Pemeriksaan fisis, dibagi menjadi 3 stadium:
1. Stadium I (inisial)
• Predominan gejala gastrointestinal, tanpa
manifestasi kelainan neurologis. Pasien tampak
apatis atau iritabel, disertai nyeri kepala
intermiten.
2. Stadium II
• Pasien tampak mengantuk, disorientasi, disertai
tanda rangsang meningeal.
• Refleks tendon meningkat, reflex abdomen
menghilang, disertai klonus patela dan
pergelangan kaki
• Parsesi Nervi kranialis VII, IV, VI dan III
• Dapat ditemukan tuberkel pada koroid
3. Stadium III
• Pasien koma, pupil terfiksasi, spasme
klonik, pernapasan iregular disertai
peningkatan suhu tubuh
• Hidrosefalus terdapat pada dua pertiga
kasus dengan lama sakit >3 minggu.
• Lakukan pemeriksaan parut BCG,
limfadenopati, dan tanda meningismus.
• Pada funduskopi dapat ditemukan papil
pucat, tuberkuloma pada retina, dengan
adanya nodul pada koroid
• Umumnya didapatkan tremor, dapat pula
ditemukan koreoatetosis atau hemibalismus
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan meliputi darah perifer lengkap, gula
darah, elektrolit, serum kalsium, natrium, dan
kalium
• Pungsi lumbal:
– cairan serebrospinal jernih atau santokrom
– sel meningkat sampai 500 sel/mm3, dominan
limfosit
– protein meningkat sampai 500mg/dl
– glukosa di bawah normal
• Polymerase chain reaction (PCR), enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA) dan latex particle
agglutination dapat mendeteksi kuman
Mycobacterium di cairan serebrospinalis
Pemeriksaan penunjang
Tumbuh kembang
• Umumnya angka kematian berkisar antara 10-20%
kasus
• Gejala sisa dapat berupa gangguan fungsi mata dan
pendengaran. Dapat dijumpai hemiparesis, retardasi
mental, dan kejang
• Keterlibatan hipotalamus dan sisterna basalis dapat
menyebabkan gejala endokrin
ENSEFALITIS
ENSEFALITIS.pptx
Abses Otak
Definisi
• Proses pernanahan yang
terlokalisir diantara jaringan
otak, baik disertai
pembentukan kapsul atau
tidak
Etiologi
• Bakteri anaerobik (70%)
• Streptococcus sp
• Staphylococcus sp,
Bacteriodes fragilis.
• Neonatus: Proteus sp, E coli,
Group B Streptococcus.
patofisiologi
• Penyebaran langsung dari fokus
infeksi yang berdekatan dengan
otak, misalnya infeksi telinga
tengah, sinusitis paranasalis dan
mastoiditis
• Penyebaran dari fokus infeksi yang
jauh secara hematogen
• Infeksi akibat trauma tembus
kepala
• Infeksi pasca operasi kepala
…Patofisiologi
• Stadium serebritis dini (hari ke
1 – 3)
• Stadium serebritis lambat
(hari ke 4 – 9)
• Stadium pembentukan kapsul
dini (hari ke 10–14)
• Stadium pembentukan kapsul
lambat (setelah hari ke 14)
Early Abscess (Cerebritis) – Poorly
localized area of discoloration and
softening.
Later Cerebritic / Early Abscess Stage –
increasing necrosis of center with
beginnings of capsule formation
Mature abscess (Late Stage) - dense
fibro-gliotic capsular wall and purulent
center
Diagnosis
Anamnesis:
• Sakit kepala merupakan keluhan
dini yang paling sering dijumpai
(70 – 90%)
• Mual, muntah dan kaku kuduk
(25%)
• Demam tidak terlalu tinggi
• Kejang
…Diagnosis
Pemeriksaan fisik:
• Panas subfebris
• Defisit neurologis fokal
menunjukkan adanya edema di
sekitar abses
• Kejang biasanya bersifat fokal
• Gangguan kesadaran
• Papil edema menunjukkan proses
berjalan lanjut
• Hemiparese dan disfagia
…Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium:
– Darah:
biasanya lekosit sedikit meningkat
Laju endap darah meningkat pada
60% kasus
– Cairan Serebro Spinal (CSS): dilakukan
bila tidak ada tanda-tanda peningkatan
tekanan intra kranial (TIK) oleh
karena dikhawatirkan terjadi herniasi
…Diagnosis
Pemeriksaan radiologi (CT Scan):
• CT scan kepala dengan kontras dapat
dipakai untuk memastikan diagnosis
• Pada stadium awal (1 dan 2) hanya
didapatkan daerah hipodens dan
daerah irreguler yang tidak menyerap
kontras
• Pada stadium lanjut (3 dan 4)
didapatkan daerah hipodens dikelilingi
cincin yang menyerap kontras
Intraparenchymal abscess
Multiple abscesses in a 6 year old
Cerebellar Abscess from open skull
fracture.
Diagnosis banding
• Tumor intrakranial
• Abses ekstradural
• Empiema subdural
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan medikamentosa dengan atau
tanpa aspirasi dilakukan pada stadium serebritis,
abses multipel dan abses yang didapatkan pada
daerah kritis
Penatalaksanaan medikamentosa:
• Cefotaxime 200-300 mg/KgBB/hari IV dibagi
dalam 4 dosis selama 6 minggu atau
• Kombinasi Ampicillin 200 mg/KgBB/hari IV
dibagi dalam 6 dosis + Chloramphenicol 100
mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis
• Metronidazole 15 mg/KgBB/dosis IV kemudian
dilanjutkan dengan 7,5 mg/KgBB/dosis IV/PO
setiap 6 jam selama 7 hari (maksimal 4 g/hari)
…Penatalaksanaan
Apabila didapatkan peningkatan TIK dapat
diberikan:
• Mannitol dosis awal 0,5-1 mg/KgBB IV kemudian
dilanjutkan 0,25-0,5 mg/KgBB IV setiap 4-6 jam
• Dexamethasone dosis awal 0,5 mg/KgBB IV
dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,5
mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 3 dosis
• Methylprednisolone dosis awal 1-2 mg/KgBB IV
dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,5
mg/KgBB/dosis setiap 6 jam, tappering off
dimulai pada hari ke 5
Diazepam
Kejang (-) Kejang (+)
0,3 mg/kg IV, maks 10 mg
Diazepam 0,5-0,75
0,3 mg/kg IV, mg/kg
maks 10 mgPR
Ulangi dengan dosis dan cara yang sama
0,5-0,75 mg/kg PR
Midazolam 0,2 mg/kg IM
Midazolam 0,2 mg/kg IM
15-35 menit
Kejang (-) Kejang (+)
Status epileptikus
Kejang (-) Kejang (+)
Fenitoin IV rumatan 5-7 mg/kBB /hari Fenobarbital 20 mg/kgBB iv, bolus 5-10
terbagi 2 dosis, diberikan 12 jam menit ( infus 1 mg/kgBB/menit)
kemudian Hati-hati depresi pernapasan
5-10 menit
5-10 menit Kejang
Ulangi
Diazepam dengan
0,3 mg/kg IV,dosismaks 10dan
Ulangi dengan dosis dan cara yang sama
mg cara
yang sama 0,5-0,75 mg/kg PR
Midazolam 0,2 mg/kg IM
Diazepam:
15-35 menit
Kejang (-) 0,3 mg/kg IV, maks 10 m
Kejang (+)
0,5-0,75 mg/kg
Fenitoin 20 mg/kgBB maksimal 1 PR
gram, iv drip
20 menit dalam 50 ml NaCl 0,9% (infus 1
Midazolam: 0,2 mg/kg IM
mg/kgBB/menit)
Status epileptikus
Kejang (-) Kejang (+)
Fenitoin IV rumatan 5-7 mg/kBB /hari Fenobarbital 20 mg/kgBB iv, bolus 5-10
terbagi 2 dosis, diberikan 12 jam menit ( infus 1 mg/kgBB/menit)
kemudian Hati-hati depresi pernapasan
5-10 menit Kejang
15-35 menit
Kejang (-) Kejang (+)
Kejang (-) Kejang (+)
Fenitoin 20 mg/kgBB
Fenitoin 20 mg/kgBB maksimal 1 gram, iv drip 20
menit dalam 50 ml NaCl 0,9% (infus 1
mg/kgBB/menit)
maksimal 1 gram, iv
Kejang (-) drip
Kejang (+) 20 menit dalam 50
Status epileptikus
EPILEPTIKUS
Fenitoin 20 mg/kgBB maksimal 1 gram, iv drip 20
menit dalam 50 ml NaCl 0,9% (infus 1
mg/kgBB/menit)
Fenobarbital 20 mg/kgBB
iv, bolusStatus 5-10 menit ( infus
Fenitoin IV Kejangrumatan
Kejang (-) (-) Kejang
5-7 Kejang (+) (+)
1 mg/kgBB/menit)
epileptikus
Status epileptikus
Kejang (-) Kejang (+)