Anda di halaman 1dari 6

KEJANG DEMAM SEDERHANA

No. Dok. : Revisi Ke : Halaman :


PPK.PWDC......... 00 1/1
Ditetapkan,
PANDUAN PRAKTEK Tgl. Terbit: Direktur
KLINIS (PPK)
....................................
dr. Daniel Budi Wibowo, M.Kes
1. Pengertian
Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak
berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu
tubuh (suhu di atas 38°C, dengan metode pengukuran suhu
apapun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial.
Kejang Demam Sederhana adalah kejang demam yang
berlangsung singkat (kurang dari 15 menit), bentuk kejang umum
(tonik dan atau klonik), serta tidak berulang dalam waktu 24 jam.
2. Anamnesis Pada anamnesis didapatkan gejala dan tanda klinis :
 Kejang umum sering di deskripsikan sebagai “kelojotan” (tonik-
klonik)
 Kejang Fokal : kejang pada satu sisi tangan/kaki atau satu sisi
tubuh atau bagian tubuh tertentu.
 Durasi kejang kurang dari 15 menit.
 Jumlah kejang atau kejang berulang
 Tanda-tanda neurologis sebelum, saat dan setelah kejang.
 Ada tidanya gejala demam sebelum kejang.
 Sumber infeksi yang dapat menyebabkan demam.
3. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
 Pemeriksaan fisik anak dengan kejang demam, selain
peningkatan suhu, biasanya ditemukan normal, atau sesuai
dengan penyebab demam (contoh: ronki pada paru anak
dengan bronkopneumonia yang disertai demam).
 Penting untuk melihat tanda dari meningitis dan ensefalitis untuk
menyingkirkan diagnosis banding.

 Meningitis: kaku kuduk, tanda Kernig dan Brudzinski yang


positif dengan atau tanpa gejala neurologis fokal.[5]

 Pada bayi baru lahir, tanda-tanda ini jarang terlihat pada


meningitis.

F.YANMED.01.R.00.T.02.05.18
 Ensefalitis: beberapa gangguan kesadaran, perubahan tingkah
laku, penemuan neurologis fokal (contoh: hemiparesis, kejang
fokal dan disfungsi otonom), gangguan motorik, ataksia,
gangguan pada saraf kranial, disfagia, meningismus, atau
disfungsi sensorimotor unilateral.
4. Kriteria Diagnosis  Kejang Demam terjadi pada 2-5% anak berumur 6 bulan-5
tahun.
 Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh
kejang demam.
 Sebagian besar kejang demam sederhana berlangsung kurang
dari 5 menit dan berhenti sendiri.
 Kejang didahului oleh demam.
 Pasca kejang anak sadar kecuali kejang lebih dari 15 menit.
 Pemeriksaan pungsi lumbal normal.
 Pemeriksaan neurologis normal.
5. Diagnosis Kerja Kejang Demam Sederhana

6. Diagnosis Banding Beberapa diagnosis banding dari kejang demam adalah :

 Meningitis bakterial akut

 Pasien tampak lebih letargis dan gelisah, gangguan


kesadaran setelah kejang, ruam kulit, fontanel membonjol
dan kaku kuduk.

 Pemeriksaan pungsi lumbal tidak normal dan kultur liquor


cerebrospinalis (LCS) tumbuh bakteri.

 Meningitis viral

 Kaku kuduk positif.

 Pemeriksaan pungsi lumbal tidak normal, kultur bakteri LCS


negatif, tetapi polymerase chain reaction (PCR)
kemungkinan positif.
 Ensefalitis viral

 Gejala prodromal meliputi gejala infeksi saluran napas atas


akut, diikuti nyeri kepala, kaku kuduk dan kejang. Ruam kulit
mungkin timbul.

 Pemeriksaan pungsi lumbal dan kultur bakteri LCS tidak


spesifik karena dapat menunjukkan hasil yang normal.

 Pemeriksaan virus dapat ditemukan positif (contoh: herpes

F.YANMED.01.R.00.T.02.05.18
simpleks)

 Ensefalopati akut

 Gejala prodromal seperti gejala pada infeksi virus, diikuti


dengan gangguan kesadaran dan kejang dan dapat
disebabkan oleh zat beracun (pada Sindroma Reye)

 Pemeriksaan pungsi lumbal dapat menunjukkan:

 peningkatan tekanan LCS, hitung sel dan protein meningkat,


dengan penurunan glukosa

 Peningkatan rasio albumin LCS / serum mengindikasikan


adanya gangguan sawar otak dan menjadi tanda awal dari
ensefalopati akibat virus yang akut.

 Peningkatan enzim liver dan kadar amonia di dalam darah.

 Gula darah dapat menurun.

 Dapat ditemukan gangguan pada hasil EEG.

 Dapat ditemukan hasil MRI yang normal dan tidak normal


(contoh: nekrosis talamus bilateral dan edema otak)

 Pemeriksaan virus dapat ditemukan positif (contoh: influenza


A)

 Epilepsi

 Kejang tidak disertai dengan demam

 Pemeriksaan EEG dapat menunjukkan adanya gelombang


epileptiform (contoh: gelombang spike and slow)
 Generalized epilepsy with febrile seizure plus (GEFS+), adalah
sebuah penyakit akibat gangguan genetik autosomal dominan
 Riwayat kejang demam yang terjadi lebih dari 5 tahun dan
riwayat bangkitan kejang tanpa demam

 Kejang yang berakhir pada masa anak-anak tengah (median:


11 tahun)

 Hot water epilepsy


 Breath-holding spells
 Bayi afebris yang apneu, sianosis dan terdapat gerakan
menghentak-hentak pada ekstremitas setelah menangis, atau
setelah stimulasi vagal yang tidak disengaja

 Onset usia 6 – 18 bulan

F.YANMED.01.R.00.T.02.05.18
 Sindroma Drevet: severe myocloninc epilepsy of
infancy (SMEI), merupakan penyakit mutasi genetik
 Epilepsi yang tidak kunjung membaik, tampak seperti kejang
demam pada tahun pertama

 Kejang onset dini, berulang dan tipe kejang yang sering


terjadi adalah kejang fokal dan klonik.
7. Pemeriksaan  Pemeriksaan Laboratorium
Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada
kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi
sumber infeksi penyebab demam. Pemeriksaan laboratorium
dapat dikerjakan atas indikasi misalnya darah perifer, elektrolit
dan gula darah.
 Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan
atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Berdasarkan bukti-
bukti terbaru saat ini pemeriksaan pungsi lumbal tidak dilakukan
secara rutin pada anak berusia < 12 bulan yang mengalami
kejang demam sederhana dengan keadaan umum baik. Indikasi
pungsi lumbal apabila :
 Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal.
 Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan klinis.
 Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam
yang sebelumnya telah mendapat antibiotik dan pemberian
antibiotik tersebut dapat mengaburkan tanda dan gejala
meningitis.
 Elektroensefalografi
Indikasi pemeriksaan EEG :
Pemeriksaan EEG tidak diperlukan untuk kejang demam,
kecuali apabila bangkitan bersifat fokal.
 Pencitraan
Pemeriksaan neuroimaging (CT Scan atau MRI Kepala) tidak
rutin dilakukan pada anak dengan kejang demam sederhana.
8. Tata laksana  Tata laksana saat kejang
 Diazepam intravena: 0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan
kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan
dosis maksimal 10 mg.
 Diazepam rektal: 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg
untuk anak dengan berat badan kurang dari 12 kg dan 10 mg
untuk berat badan lebih dari 12 kg. Bila stelah pemberian

F.YANMED.01.R.00.T.02.05.18
diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi
dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5
menit. Bila setelah 2x pemberian diazepam rektal masih tetap
kejang, dianjurkan ke rumah sakit.
 Pemberian obat saat demam
 Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaaan antipiretik
mengurangi resiko terjadinya kejang demam. Dosis
paracetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali
diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4
kali sehari.
 Anti konvulsan
 Pemberian obat anti konvulsan intermitten
Yang dimaksud dengan obat anti konvulsan intermitten
adalah obat anti konvulsan yang diberikan hanya pada
saat demam. Obat yang digunakan adalah diazepam oral
0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5 mg/kg/kali ( 5 mg
untuk berat badan < 12 kg dan 10 mg untuk berat badan ≥
12 kg ), sebanyak 3x sehari, dengan dosis maksimum 7,5
mg/kali. Diazepam intermitten diberikan selama 48 jam
pertama demam.
 Pemberian obat anti konvulsan rumat
Obat pilihan saat ini adalah asam valproat, dosisnya: 15-
40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis dan fenobarbital 3-4
mg/kg/hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan diberikan selama
1 tahun.
9. Edukasi (Hospital Edukasi pada orang tua
Health Promotion)
Pada saat kejang sebagian orang tua beranggapan bahwa
anaknya akan meninggal. Kecemasan tersebut harus dikurangi
dengan cara diantaranya :
 Meyakinkan orang tua bahwa kejang demam umumnya
mempunyai prognosis baik.
 Memberitahukan cara penanganan kejang.
 Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang
kembali.
 Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya
kejang memang efektif, tetapi harus diingat adanya efek
samping obat.
10. Prognosis Ad vitam : Bonam
Ad sanationam : Bonam

F.YANMED.01.R.00.T.02.05.18
Ad fungsionam : Bonam
11. Tingkat Evidens II

12. Tingkat Rekomendasi B

13. Penelaah Kritis SMF Anak

14. Indikator Medis 80% pasien yang dirawat dengan Kejang Demam Sederhana
sembuh.
15. Kepustakaan 1. Ismael S, Pusponegoro HD, dkk. Konsensus Penalaksanaan
Kejang Demam, Jakarta: IDAI, 2016.

2. Medscape. Pediatric Febrile Sezure. Cited: July 28, 2017.


Updated: Nov 17, 2016.

F.YANMED.01.R.00.T.02.05.18

Anda mungkin juga menyukai