Anda di halaman 1dari 3

BENIGN PROSTAT HIPERPLASIA

No. Dok. : Revisi Ke : Halaman :


PPK.PWDC......... 00 1/1
Ditetapkan,
PANDUAN PRAKTEK Tgl. Terbit: Direktur
KLINIS (PPK)
....................................
dr. Daniel Budi Wibowo, M.Kes
1. Pengertian
Adalah pembesaran kelenjar prostat yang dapat menyumbat uretra
pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urin keluar
dari buli — buli.
2. Anamnesis Gejala Obstruktif yaitu:
1. Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistency)
2. Pancaran miksi yang lemah (Poor stream)
3. Miksi terputus (/ntermittency)
4. Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling)
5. Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete
bladder emptying).

Gejala Iritatif yaitu:

6. Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency)


7. Sering miksi pada malam hari (Nokturia)
8. Miksi sulit ditahan (Urgency)
9. Nyeri pada waktu miksi (Disuria) (P/U)
3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan abdomen
Kadang ditemukan kandung kencing yang terisi penuh dan
kadang terdapat nyeri tekan suprasimfisis.
2. Pemeriksan Colok dubur atau digital rectal examination
(DRE) untuk melihat pembesaran prostat, konsistensi prostat
dan adanya nodul yang merupakan salah satu tanda keganasan
prostat, dapat juga digunakan untuk memeriksa tonus sfingter
ani dan reflex bulbocavernosus.
Pada perabaan prostat, yang harus diperhatikan adalah
konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya
kenyal, simetris/asimetris, batas/pool atas dapat diraba dan
perabaan sulcus medianus).
4. Kriteria Diagnosis 1. International Prostate Symptom Score (IPSS)
 Skor 0-7 : bergejala ringan
 Skor 8-19 : bergejala sedang
 Skor 20-35 : bergejala berat
5. Diagnosis Kerja Benign Hiperplasia Prostat

6. Diagnosis Banding 1. Prostatitis


2. Carcinoma prostat

F.YANMED.01.R.00.T.02.05.18
7. Pemeriksaan  Laboratorium PDL, CT, BT, HbSAg
Penunjang  GDS dan EKG apabila pasien berusia > 40 tahun
 Urinalisis
 Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan Creatinin)
 Pemeriksaan PSA (Prostate Spesific Antigen)
 USG prostat

8. Tata laksana 1. Medikamentosa :

Bila skoring IPSS >7, memerlukan terapi medikamentosa :

1. Antagonis adrenergik reseptor a yang dapat berupa:

a. preparat non selektif: fenoksibenzamin


b. preparat selektif masa kerja pendek: prazosin, afluzosin,
dan indoramin
c. preparat selektif dengan masa kerja lama: doksazosin,
terazosin, dan tamsulosin

2. Inhibitor 5 a redukstase, yaitu finasteride dan dutasteride

2. Fitofarmaka

2. Terapi Intevensi

Terapi intervensi dibagi dalam 2 golongan, yakni teknik ablasi


jaringan prostat atau pembedahan dan_ teknik instrumentasi
alternatif. Termasuk ablasi jaringan prostat adalah:
pembedahan_terbuka, TURP, TUIP, TUVP, laser prostatektomi.
Sedangkan teknik ins- trumentasi alternatif adalah interstitial laser
coagulation, TUNA, TUMT, dilatasi balon, dan stent uretra

9. Edukasi (Hospital a. Menghindari konsumsi obat-obatan yang dapat


Health Promotion) menimbulkan retensi urin, seperti anti-histamin dan
dekongestan, kecuali atas anjuran dokter. Pasien harus selalu
memberitahukan adanya riwayat benign prostatic hyperplasia
sebelum dokter memberikan obat tertentu.

b. Mengurangi konsumsi cairan, terutama beberapa jam


sebelum tidur.

c. Mengurangi konsumsi minuman yang dapat memicu


diuresis seperti kafein dan alkohol.

d. Membiasakan diri untuk miksi ganda, yaitu menunggu


beberapa saat setelah berkemih dan mencoba mulai berkemih
kembali.

e. Menghindari kebiasaan mengejan saat miksi.

10. Prognosis Ad vitam : bonam


Ad sanationam : bonam

F.YANMED.01.R.00.T.02.05.18
Ad fungsionam : dubia
11. Tingkat Evidens II

12. Tingkat Rekomendasi B

13. Penelaah Kritis SMF Urologi

14. Indikator Medis Setelah dirawat, 80 % pasien keadaan baik.


15. Kepustakaan 1. Roehrborn CG, McConnell JD. Etiology, pathophysiology,
epidemiology and natural history of benign prostatic hyperplasia. In:
Campbell's Urology. 9" ed. Volume 1. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2007. p. C38.

2. Kaplan SA. AUA Guidelines and Their Impact on the


Management of BPH: Reviews in Urology 2004: 6(9). S46-52.

3. Basuki B. Purnomo, editors. Batu Saluran Kemih. In: Dasar-dasar


Urologi. 3" ed; Jakarta: Sagung Seto; 2012: p.93-101.

3. J. de la Rosette, G Alivizatos, S Madersbacher, C Rioja


Sanz, J Nordling, M. Emberton, et al. Guidelines on Benign
Prostatic

F.YANMED.01.R.00.T.02.05.18

Anda mungkin juga menyukai