Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN PRAKTIK

KSM BEDAH
KLINIS (PPK)

RUMAH SAKIT LAWANG MEDIKA


ACUTE APPENDICITIS OTHER AND UNSPECIFIED
(ICD 10: )
1. Pengertian (Definisi) Peradangan akut pada Appendik
2. Anamnesis Nyeri perut kanan bawah, disertai demam, mual
dan muntah
3. Pemeriksaan fisik 1. Defance muscular dinding perut kanan
bawah.
2. Psoas Sign.
3. Obturator Sign
4. Roving Sign
5. Colok dubur.
4. Kriteria Diagnosis Gejala Klinis dan beberapa tanda klinis, hati hati
pada wanita Usia subur yg mengalami gejala
sama, perlu test kehamilan
5. Diagnosis Kerja Appendisitis akuta non komplikata
6. Diagnosis Banding  KET pada wanita Usia Subur.
 Endomitriosis pada wanita.
 Kyste terpuntir pada wanita.
 Hernia Inguinalis dektra
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap ; Masa perdarahan, ; Masa
pembekuan.
2. Fungsi ginjal ; urem, kreatinin
3. GDS.
4. Foto Thorak, usia > 40 tahun.
5. USG atas indikasi.
6. EKG , usia > 40 tahun.
7. Test kehamilan pada wanita jk diperlukan.
8. Konsultasi 1. Dokter Bedah Umum/KBD.
2. Dokter Anestesi.
3. Dokter Penyakit dalam (jika ada indikasi)
9. Edukasi Penjelasan Diagnosis, rencana tindakan, tata
cara pelaksanaan, tujuan terapi, resiko terapi,
komplikasi dan prognosa
10. Pengisian form Lembar edukasi dan lembar inform consent;
ditanda tangani oleh pasien atau keluarga, DPJP
dan saksi
11. Tatalaksana  Surat pengantar tindakan operasi, jadwal
rencana operasi, golongan operasi, jenis
anestesi, perkiraan biaya.
 Prosedur administrasi dan keuangan.
12. Persiapan Operasi Standing order.
13. Perawat  Persiapan puasa (6-12 jam pre operasi).
 Mencukur rambut daerah operasi (sesuai
SPO).
 Pemasangan IV Line (sesuai SPO).
 Pemberian cairan IVFD (order DPJP).
 Pemasangan dower cateter (atas indikasi)
14. Anestesi  Visite Pra Operasi utk assessment pasien.
 Pemberian obat obat premedikasi jika
diperlukan.
 Pemeriksaan tanda tanda vital ;
T/N/S/RR/TB/BB (sesuai SPO).
 Memeriksa kelengkapan surat ; edukasi,
informed consent, hasil penunjang medis ;
lab, Foto Thorak, EKG
15. Terapi Medikamentosa  Antibiotik ; Sefalosforin generasi III 1 gram
 Analgetik ; novalgin 1 amp IV atau tramadol
100 mg t.i.d atau metamizole 1-2 mg/KgBB iv
t.i.d
 Anti mual/muntah ; Ranitidin 2x1 atau
Odansentron 4 mg/amp 2x1
16. Diet Diet makanan lunak
17. Komplikasi  Infeksi luka operasi
 Faecal fistel
 Residual absces
 Thrombophlebitis (jarang)
18. Edukasi perawatan luka di rumah
19. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
20. Tingkat Evidens I
21. Tingkat Rekomendasi C (consensus)
22. Penelaah Kritis KSM Bedah
23. Indikator Medis 95% kasus appendisitia akut tanpa komplikasi
dapat teratasi dalam 4 hari perawatan
24. Kepustakaan Pedoman IKABI
PANDUAN PRAKTIK
KSM BEDAH
KLINIS (PPK)

RUMAH SAKIT LAWANG MEDIKA


UNILATERAL OR UNSPECIFIED INGUINAL HERNIA WITHOUT OBSTRUCTION OR GANGRENE
(ICD 10 : K40. )
1. Pengertian (Definisi) Protrusi atau penonjolan isi rongga abdomen melalui defek
pada annulus inguinalis internus dan masuk ke canalis
inguinalis
2. Anamnesis 1. Riwayat benjolan pada lipat paha yang hilang timbul
2. Massa di daerah lipat paha yang dapat dimasukkan
kembali ke dalam rongga perut
3. Pemeriksaan fisik Anulus inguinalis externus yang melebar, impuls pada jari bila
OS mengedan (Valsava manuver)
4. Kriteria Diagnosis Riwayat benjolan pada lipat paha yang hilang timbul Valsava
maneuver Klinis bisa reponibel / ireponibel tanpa inkarserata /
strangulata
5. Diagnosis Kerja Hernia Inguinalis lateralis non inkarserata
6. Diagnosis Banding  Hidrokel
 Varikokel
 Pembesaran kelenjar limfe
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap ; Masa perdarahan ; Masa pembekuan
2. Fungsi ginjal : ureum, kreatinin
3. GDS
4. Foto Thorak, usia > 40 tahun
5. EKG, usia > 40 tahun
8. Konsultasi 1. Dokter Bedah Umum / Bedah Digestif
2. Dokter Anestesi
3. Dokter Penyakit dalam (jika ada indikasi)
4. Dokter Urologi : bila ada tanda-tanda LUTS
9. Edukasi Pre-op Penjelasan Diagnosis, rencana tindakan, tata cara pelaksanaan,
tujuan terapi, resiko terapi, komplikasi dan prognosa
10. Pengisian form Lembar edukasi dan lembar inform consent; ditanda tangani
oleh pasien atau keluarga, DPJP dan saksi
11. Tatalaksana  Surat pengantar tindakan operasi (Herniorraphy dengan
atau tanpa mesh), jadwal rencana operasi, golongan
operasi, jenis anestesi, perkiraan biaya.
 Prosedur administrasi dan keuangan.
12. Persiapan Operasi Standing order.
13. Perawat  Persiapan puasa (6-12 jam pre operasi).
 Mencukur rambut daerah operasi (sesuai SPO).
 Pemasangan IV Line (sesuai SPO).
 Pemberian cairan IVFD (order DPJP).
 Pemasangan dower cateter (atas indikasi)
14. Anestesi  Visite Pra Operasi utk assessment pasien.
 Pemberian obat obat premedikasi jika diperlukan.
 Pemeriksaan tanda tanda vital ; T/N/S/RR/TB/BB (sesuai
SPO).
 Memeriksa kelengkapan surat ; edukasi, informed consent,
hasil penunjang medis ; lab, Foto Thorak, EKG
15. Bedah  Assesment pre-operasi
 Penandaan (marker) daerah operasi
16. Prosedur Tindakan  Tindakan aseptik dan antiseptik
 Insisi sejajar lig.inguinale, 2cm di atasnya
 Fascia dibuka
 Identifikasi spermatic cord dan kantung hernia
 Dilakukan herniotomy
 Herniorraphy (bisa dengan hernia mesh)
 Luka operasi ditutup lapis demi lapis
17. Terapi Medikamentosa 1. Antibiotik ; Ceftriakson 2x1 gr
2. Analgetik ; Novalgin 1 amp IV / Ketorolac 1 amp IV atau
tramadol 100 mg IV t.i.d, atau metamizole 1 mg/KgBB IV
t.i.d
3. Anti mual/muntah : Ranitidin 2x1 atau Odansentron 4
mg/amp 2x1
18. Diet Diet makanan lunak
19. Komplikasi Hematom
20. Edukasi  Perawatan luka di rumah
 Tidak boleh mengangkat beban berat
 Tidak boleh mengedan
21. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
22. Tingkat Evidens II
23. Tingkat Rekomendasi B
24. Penelaah Kritis KSM Bedah
25. Indikator Medis
26. Kepustakaan 1. Brunicardi, FC. et al, Schwartz’s Principles of Surgery 9th
ed., 2010
2. Debas, HT., Gastrointestinal Surgery, Pathophysiology and
Management, 2004
PANDUAN PRAKTIK
KSM BEDAH
KLINIS (PPK)

RUMAH SAKIT LAWANG MEDIKA


BATU BULI-BULI
(ICD 10 : N21.0)
1. Pengertian (Definisi) Batu yang berada di dalam buli-buli
2. Anamnesis 1. Riwayat hesitensi
2. BAK tersendat
3. BAK batu atau berpasir
4. BAK keruh
5. BAK merah
3. Pemeriksaan fisik Nyeri tekan supra pubik (bila batu cukup besar)
4. Kriteria Diagnosis  Riwayat hesitensi
 BAK tersendat
 BAK batu/berpasir/keruh/merah
 Nyeri tekan supra pubik (bila batu cukup besar)
5. Diagnosis Kerja Batu buli-bulli
6. Diagnosis Banding  Striktur urethra
 BPH
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap ; Masa perdarahan ; Masa pembekuan
2. Fungsi ginjal : ureum, kreatinin, asam urat
3. Urinalisis
4. GDS
5. USG vesica urinaria
6. Foto Thorak, usia > 40 tahun
7. EKG, usia > 40 tahun
8. Konsultasi 1. Dokter Bedah Umum/Urologi
2. Dokter Anestesi
3. Dokter Penyakit dalam (jk ada indikasi)
9. Edukasi Pre-op Penjelasan Diagnosis, rencana tindakan, tata cara pelaksanaan,
tujuan terapi, resiko terapi, komplikasi dan prognosa
10. Pengisian form Lembar edukasi dan lembar inform consent; ditanda tangani oleh
pasien atau keluarga, DPJP dan saksi
11. Tatalaksana  Surat pengantar tindakan operasi (Lithotripsi/Vesicolithotomi),
jadwal rencana operasi, golongan operasi, jenis anestesi,
perkiraan biaya.
 Prosedur administrasi dan keuangan
12. Persiapan Operasi Standing order.
13. Perawat  Persiapan puasa (6-12 jam pre operasi).
 Mencukur rambut daerah operasi (sesuai SPO).
 Pemasangan IV Line (sesuai SPO).
 Pemberian cairan IVFD (order DPJP).
 Pemasangan dower cateter (atas indikasi)
14. Anestesi  Visite Pra Operasi utk assessment pasien.
 Pemberian obat obat premedikasi jika diperlukan.
 Pemeriksaan tanda tanda vital ; T/N/S/RR/TB/BB (sesuai SPO).
 Memeriksa kelengkapan surat ; edukasi, informed consent,
hasil penunjang medis ; lab, USG, Foto Thorak, EKG
15. Bedah Assesment pre-operasi
16. Prosedur Tindakan  Tindakan aseptik dan antiseptik
 Insisi mediana di supra pubis (sectio alta)  teknik open
 Peritoneum didorong ke arah cranial
 Identifikasi buli
 Buli dibuka dengan cauter
 Dilakukan vesicolithotomi
 Pasang DC
 Buli ditutup 2 lapis
 Pasang drain di luar buli (di bawah otot)
 Fascia ditutup
 Subkutis dan kutis dijahit lapis demi lapis
17. Terapi Medikamentosa 1. Antibiotik ; Sefalosforin generasi III 1x2 gr
2. Analgetik ; Novalgin 3x1 amp IV / Ketorolac 3x1 amp IV
3. Anti mual/muntah : Ranitidin 2x1 atau Ondansentron 4
mg/amp 2x1
18. Diet Biasa
19. Komplikasi  Fistel buli-buli
 Batu residif
20. Edukasi Post-op Perawatan luka di rumah
21. Prognosis Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
22. Tingkat Evidens II
23. Tingkat Rekomendasi C
24. Penelaah Kritis KSM Bedah
25. Indikator Medis
26. Kepustakaan 1. Wein, AJ. et al, Campbell-Walsh Urology 10 th ed., 2011
2. Tanagho, EA. et al, Smith’s General Urology 17 th ed., 2007
PANDUAN PRAKTIK
KSM BEDAH
KLINIS (PPK)

RUMAH SAKIT LAWANG MEDIKA


HIPERTROFI PROSTAT BENIGNA (BPH)
(ICD 10 : N40)
1. Pengertian (Definisi) Pembesaran prostat jinak
2. Anamnesis 1. BAK tidak lampias
2. BAK sering
3. BAK mengejan
4. Sulit menahan BAK
5. BAK pancaran lemah, menetes
6. Menunggu lama untuk memulai BAK
7. Nokturia
3. Pemeriksaan fisik Colok dubur : Teraba pembesaran prostat
4. Kriteria Diagnosis  Prostatitis
 Karsinoma prostat
 Meatal Stenosis
 Bladder neck stenosis
5. Diagnosis Kerja BPH
6. Diagnosis Banding  Prostatitis
 Karsinoma prostat
 Meatal Stenosis
 Bladder neck stenosis
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap ; Masa perdarahan ; Masa pembekuan
2. Fungsi ginjal : ureum, kreatinin, asam urat
3. Urinalisis
4. GDS
5. Elektrolit : Na, K
6. PSA
7. USG transabdominal / USG Prostat Transrektal & biopsi
prostat ( atas indikasi)
8. Foto Thorak, usia > 40 tahun
9. EKG, usia > 40 tahun
8. Konsultasi 1. Dokter Bedah Umum/Urologi
2. Dokter Anestesi
9. Edukasi Pre-op Penjelasan Diagnosis, rencana tindakan, tata cara pelaksanaan,
tujuan terapi, resiko terapi, komplikasi dan prognosa
10. Pengisian form Lembar edukasi dan lembar inform consent; ditanda tangani oleh
pasien atau keluarga, DPJP dan saksi
11. Tatalaksana  Surat pengantar tindakan operasi, jadwal rencana operasi,
golongan operasi, jenis anestesi, perkiraan biaya.
 Prosedur administrasi dan keuangan
12. Persiapan Operasi Standing order.
13. Perawat  Persiapan puasa (6-12 jam pre operasi).
 Mencukur rambut daerah operasi (sesuai SPO).
 Pemasangan IV Line (sesuai SPO).
 Pemberian cairan IVFD (order DPJP).
 Pemasangan dower cateter (atas indikasi)
14. Anestesi  Visite Pra Operasi utk assessment pasien.
 Pemberian obat obat premedikasi jika diperlukan.
 Pemeriksaan tanda tanda vital ; T/N/S/RR/TB/BB (sesuai SPO).
 Memeriksa kelengkapan surat ; edukasi, informed consent,
hasil penunjang medis ; lab, USG, Foto Thorak, EKG
15. Bedah Assesment pre-operasi
16. Prosedur Tindakan  Tindakan aseptik dan antiseptik
 Uretrocystoscopy
 Dilakukan TUR-Prostat
 Pasang DC
17. Terapi Medikamentosa 1. Antibiotik; Ceftriakson 1x2 gr
2. Analgetik; Novalgin 3x1 amp IV / Ketorolac 3x1 amp IV
3. Anti mual/muntah: Ranitidin 2x1 atau Ondansentron 4
mg/amp 2x1.
18. Diet Biasa
19. Komplikasi  Infeksi
 Perdarahan
 Inkontinensia urin
 Striktur uretra
20. Edukasi Post-op Segera berobat bila ada gejala LUTS
21. Prognosis Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
22. Tingkat Evidens II
23. Tingkat Rekomendasi C
24. Penelaah Kritis KSM Bedah
25. Indikator Medis
26. Kepustakaan 1. Wein, AJ. et al, Campbell-Walsh Urology 10 th ed., 2011
2. Tanagho, EA. et al, Smith’s General Urology 17 th ed., 2007
PANDUAN PRAKTIK
KSM BEDAH
KLINIS (PPK)

RUMAH SAKIT LAWANG MEDIKA


TUMOR GANAS PAYUDARA / KANKER PAYUDARA
(ICD 10 : C50. )
1. Pengertian (Definisi) Suatu keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan
payudara, komponen kelenjar (epitel saluran maupun lobulusnya),
maupun komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak,
pembuluh darah dan persarafan jaringan payudara.
2. Anamnesis Benjolan pada payudara yang cepat membesar, batas tidak tegas,
keras, permukaan tidak rata, discharge (+) warna kemerahan, bisa
disertai dengan luka borok di atas benjolan
3. Pemeriksaan fisik 1. Benjolan pada payudara yang keras, batas tidak tegas,
permukaan tidak rata, terfiksir
2. Kelainan pada kulit payudara di sekitar benjolan
(dimpling/ulkus/gambaran kulit jeruk)
3. Retraksi puting (+)
4. Kriteria Diagnosis 1. Benjolan pada payudara yang keras, batas tidak tegas,
permukaan tidak rata, terfiksir
2. Kelainan pada kulit payudara di sekitar benjolan
(dimpling/ulkus/gambaran kulit jeruk)
3. Retraksi puting (+)
5. Diagnosis Kerja Tumor Ganas Payudara
6. Diagnosis Banding Fibrokistik payudara
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap
2. Foto thorak
3. USG hepar
4. Mammografi
5. Bone Scan (pada stadium lanjut)
8. Konsultasi 1. Dokter Bedah Umum / Bedah Onkologi
2. Dokter Anestesi
9. Edukasi Pre-op Penjelasan Diagnosis, rencana tindakan, tata cara pelaksanaan,
tujuan terapi, resiko terapi, komplikasi dan prognosa
10. Pengisian form Lembar edukasi dan lembar inform consent; ditanda tangani oleh
pasien atau keluarga, DPJP dan saksi
11. Tatalaksana  Surat pengantar tindakan operasi, jadwal rencana operasi,
golongan operasi, jenis anestesi, perkiraan biaya.
 Prosedur administrasi dan keuangan
12. Persiapan Operasi Standing order.
13. Perawat  Persiapan puasa (6-12 jam pre operasi).
 Mencukur rambut daerah operasi (sesuai SPO).
 Pemasangan IV Line (sesuai SPO).
 Pemberian cairan IVFD (order DPJP).
 Pemasangan dower cateter (atas indikasi)
14. Anestesi  Visite Pra Operasi utk assessment pasien.
 Pemberian obat-obat premedikasi jika diperlukan.
 Pemeriksaan tanda tanda vital ; T/N/S/RR/TB/BB (sesuai SPO).
 Memeriksa kelengkapan surat ; edukasi, informed consent,
hasil penunjang medis ; lab, foto, hasil PA
15. Bedah  Assesment pre-operasi
 Penandaan (marker) daerah operasi
16. Prosedur Tindakan  Tindakan aseptik dan antiseptik
 Insisi tergantung letak tumor payudara
 Dilakukan mastektomi dengan membuat flap ke arah cranial-
caudal, medial-lateral sampai batas2 payudara
 Bisa dilakukan diseksi KGB axilla (opsional)
 Luka ditutup secara interrupted dengan meninggalkan vaccum
drain
17. Terapi Medikamentosa 1. Antibiotik; Ceftriakson 1x2 gr
2. Analgetik; Novalgin 3x1 amp IV / Ketorolac 3x1 amp IV
3. Anti mual/muntah: Ranitidin 2x1 atau Ondansentron 4
mg/amp 2x1.
18. Diet Biasa
19. Komplikasi 1. Seroma
2. Flap yang nekrosis
3. Limfedema
4. Gangguan gerakan sendi bahu pada sisi yang dioperasi
20. Edukasi Post-op Perawatan luka di rumah
21. Prognosis Ad vitam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : ad malam
22. Tingkat Evidens II
23. Tingkat Rekomendasi B
24. Penelaah Kritis KSM Bedah
25. Indikator Medis
26. Kepustakaan 1. Brunicardi, FC. et al, Schwartz’s Principles of Surgery 9thed.,
2010
2. Protokol PERABOI, 2010
3. DeVita, VT. et al, Cancer : Principles & Practice of Oncology
8thed., 2008
PANDUAN PRAKTIK
KSM BEDAH
KLINIS (PPK)

RUMAH SAKIT LAWANG MEDIKA


TUMOR JINAK PAYUDARA
(ICD 10 : D24)
1. Pengertian (Definisi) Suatu tumor/benjolan pada jaringan payudara yang bersifat jinak,
tidak bersifat invasif ke jaringan sekitar dan tidak bermetastasis
jauh
2. Anamnesis Benjolan pada payudara yang lambat membesar, batas tegas,
kenyal/kistik, permukaan rata yang sering didapatkan pada wanita
usia muda (> 30 tahun)
3. Pemeriksaan fisik 1. Benjolan pada payudara yang kenyal/kistik, batas tegas, mobile,
permukaan rata
2. Tidak didapatkan kelainan pada kulit payudara
4. Kriteria Diagnosis 1. Benjolan pada payudara wanita usia muda
2. Benjolan teraba kenyal/kistik, batas tegas, mobile, permukaan
rata
3. Tidak didapatkan kelainan pada kulit payudara
5. Diagnosis Kerja Tumor Jinak Payudara
6. Diagnosis Banding 1. Fibroadenoma mammae (FAM)
2. Kista payudara (Fibrocystic disease)
3. Papiloma payudara
4. Keganasan payudara (pada wanita > 40 th)
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap
2. USG payudara
8. Konsultasi 1. Dokter Bedah Umum / Bedah Onkologi
2. Dokter Anestesi
9. Edukasi Pre-op Penjelasan Diagnosis, rencana tindakan, tata cara pelaksanaan,
tujuan terapi, resiko terapi, komplikasi dan prognosa
10. Pengisian form Lembar edukasi dan lembar inform consent; ditanda tangani oleh
pasien atau keluarga, DPJP dan saksi
11. Tatalaksana  Surat pengantar tindakan operasi (Biopsi Eksisi), jadwal rencana
operasi, golongan operasi, jenis anestesi, perkiraan biaya.
 Prosedur administrasi dan keuangan.
12. Persiapan Operasi Standing order.
13. Perawat  Persiapan puasa (6-12 jam pre operasi).
 Pemasangan IV Line (sesuai SPO).
 Pemberian cairan IVFD (order DPJP).
 Pemberian antibiotik (order DPJP)
14. Anestesi  Visite Pra Operasi utk assessment pasien.
 Pemberian obat-obat premedikasi jika diperlukan.
 Pemeriksaan tanda tanda vital ; T/N/S/RR/TB/BB (sesuai SPO).
 Memeriksa kelengkapan surat ; edukasi, informed consent,
hasil penunjang medis ; lab, USG
15. Bedah  Assesment pre-operasi
 Penandaan (marker) daerah operasi
16. Prosedur Tindakan  Tindakan aseptik dan antiseptik
 Insisi di atas massa tumor
 Identifikasi massa tumor
 Dilakukan biopsi eksisi/ekstirpasi
 Perdarahan dirawat
 Luka ditutup lapis demi lapis
17. Terapi Medikamentosa 1. Antibiotik; Ceftriakson 1x2 gr
2. Analgetik; Novalgin 3x1 amp IV / Ketorolac 3x1 amp IV
3. Anti mual/muntah: Ranitidin 2x1 atau Ondansentron 4
mg/amp 2x1.
18. Diet Biasa
19. Komplikasi Hematoma
20. Edukasi Post-op Perawatan luka di rumah
21. Prognosis Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
22. Tingkat Evidens II
23. Tingkat Rekomendasi B
24. Penelaah Kritis KSM Bedah
25. Indikator Medis
26. Kepustakaan Brunicardi, FC. et al, Schwartz’s Principles of Surgery 9 th ed., 2010
PANDUAN PRAKTIK
KSM BEDAH
KLINIS (PPK)

RUMAH SAKIT LAWANG MEDIKA


HEMOROID
(ICD 10 : I84. )
1. Pengertian (Definisi) Pembengkakan vena di dalam anus atau rektum bawah
2. Anamnesis 1. BAB disertai dengan darah segar menetes
2. Adanya tonjolan seperti usus yang keluar dari lubang anus, yang
bisa masuk sendiri atau dimasukkan secara manual
3. Pemeriksaan fisik 1. Tampak bantalan hemoroid di lubang anus pada arah jam
3/7/11 yang dapat dimasukkan secara manual
2. RT : tidak terdapat adanya kelainan
4. Kriteria Diagnosis 1. BAB disertai dengan darah segar menetes
2. Adanya tonjolan seperti usus yang keluar dari lubang anus, yang
bisa masuk sendiri atau dimasukkan secara manual
3. Tampak bantalan hemoroid di lubang anus pada arah jam
3/7/11 yang dapat dimasukkan secara manual
4. RT : tidak terdapat adanya kelainan
5. Diagnosis Kerja Hemoroid
6. Diagnosis Banding 5. Karsinoma rekti
6. Polip rekti
7. Prolaps ani
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap
2. Anoskopi / Proktoskopi
8. Konsultasi 1. Dokter Bedah Umum / Bedah Digestif
2. Dokter Anestesi
9. Edukasi Pre-op Penjelasan Diagnosis, rencana tindakan, tata cara pelaksanaan,
tujuan terapi, resiko terapi, komplikasi dan prognosa
10. Pengisian form Lembar edukasi dan lembar inform consent; ditanda tangani oleh
pasien atau keluarga, DPJP dan saksi
11. Tatalaksana  Surat pengantar tindakan operasi, jadwal rencana operasi,
golongan operasi, jenis anestesi, perkiraan biaya.
 Prosedur administrasi dan keuangan
12. Persiapan Operasi Standing order.
13. Perawat  Persiapan puasa (6-12 jam pre operasi).
 Mencukur rambut daerah operasi (sesuai SPO).
 Pemasangan IV Line (sesuai SPO).
 Pemberian cairan IVFD (order DPJP).
 Pemasangan dower cateter (atas indikasi)
14. Anestesi  Visite Pra Operasi utk assessment pasien.
 Pemberian obat-obat premedikasi jika diperlukan.
 Pemeriksaan tanda tanda vital ; T/N/S/RR/TB/BB (sesuai SPO).
 Memeriksa kelengkapan surat ; edukasi, informed consent,
hasil penunjang medis ; lab, foto, hasil PA
15. Bedah Assesment pre-operasi
16. Prosedur Tindakan  Tindakan aseptik dan antiseptik
 Insisi daerah anokutan di arah hemorrhoid
 Dilakukan hemorrhoidektomi
 Perdarahan dirawat
 Luka dijahit
17. Terapi Medikamentosa 1. Antibiotik; Ceftriakson 1x2 gr
2. Analgetik; Novalgin 3x1 amp IV / Ketorolac 3x1 amp IV
3. Anti mual/muntah: Ranitidin 2x1 atau Ondansentron 4
mg/amp 2x1.
18. Diet Tinggi serat
19. Komplikasi 1. Perdarahan
2. Infeksi
3. Fisura ani atau stenosis ani
20. Edukasi Post-op Sitz bath (dgn lar. Kalium Permanganat)
Hindari makanan yang pedas dan asam
21. Prognosis Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
22. Tingkat Evidens II
23. Tingkat Rekomendasi C
24. Penelaah Kritis KSM Bedah
25. Indikator Medis Hemoroid gr. I & II dapat diberikan terapi konservatif
Hemoroidektomi dianjurkan pada hemoroid gr. III & IV
26. Kepustakaan 1. Brunicardi, FC. et al, Schwartz’s Principles of Surgery 9 th ed.,
2010
2. Debas, HT., Gastrointestinal Surgery, Pathophysiology and
Management, 2004
PANDUAN PRAKTIK
KSM BEDAH
KLINIS (PPK)

RUMAH SAKIT LAWANG MEDIKA


HEMOTORAKS
(ICD 10 : S27.1)
1. Pengertian (Definisi) Terkumpulnya darah dalam rongga pleura
2. Anamnesis 1. Sesak nafas
2. Riwayat trauma tajam/tumpul di daerah dada
(tertusuk/terbentur/terlindas)
3. Pemeriksaan fisik 1. Sesak nafas : RR > 24x/mnt
2. Bentuk dan pergerakan dada yang sakit tertinggal
3. Perkusi pekak (dull)
4. Suara pernafasan menurun/menghilang
4. Kriteria Diagnosis 1. Sesak nafas
2. Riwayat trauma tajam/tumpul di daerah dada
3. Bentuk dan pergerakan dada yang sakit tertinggal
4. Perkusi pekak (dull)
5. Suara pernafasan menurun/menghilang
5. Diagnosis Kerja Hemotoraks
6. Diagnosis Banding Efusi pleura
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap
2. Foto toraks tegak
8. Konsultasi Dokter Bedah Umum
9. Edukasi Pre-op Penjelasan Diagnosis, rencana tindakan, tata cara pelaksanaan,
tujuan terapi, resiko terapi, komplikasi dan prognosa
10. Pengisian form Lembar edukasi dan lembar inform consent; ditanda tangani oleh
pasien atau keluarga, DPJP dan saksi
11. Tatalaksana  Surat pengantar tindakan operasi, jadwal rencana operasi,
golongan operasi, jenis anestesi, perkiraan biaya.
 Prosedur administrasi dan keuangan
12. Persiapan Operasi Standing order.
13. Perawat  Pemasangan O2 (sesuai SPO)
 Pemasangan IV Line (sesuai SPO).
 Pemberian cairan IVFD (order DPJP).
14. Anestesi Lokal dengan teknik infiltrasi menggunakan Lidocain 2% ampul
15. Bedah  Assesment pre-operasi
 Penandaan (marker) daerah operasi
16. Prosedur Tindakan  Tindakan aseptik dan antiseptik
 Anestesi lokal dengan Lidocain 2% pada daerah insisi
 Insisi pada costa 6
 Insersi chest tube pada ICS 5
 Fiksasi chest tube
 Chest tube dihubungkan dengan botol WSD
17. Terapi Medikamentosa 1. Antibiotik ; Ceftriakson 2x1 gr IV
2. Analgetik : Ketorolac 3x1 amp IV
18. Diet Biasa
19. Komplikasi 1. Perdarahan
2. Infeksi luka operasi
3. Empiema akut dan kronik
20. Edukasi Post-op Perawatan luka di rumah
21. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
22. Tingkat Evidens II
23. Tingkat Rekomendasi B
24. Penelaah Kritis KSM Bedah
25. Indikator Medis Indikasi untuk dilakukan Thoracotomy segera :
4. Bila inisial > 1000 cc
5. Bila setelah pasang WSD, produksi > 5cc/kgBB/jam
26. Kepustakaan Feliciano, DV. et al, Trauma 6th ed. 2008
PANDUAN PRAKTIK
KSM BEDAH
KLINIS (PPK)

RUMAH SAKIT LAWANG MEDIKA


LUKA BAKAR
(ICD 10 : T20-T25)
1. Pengertian (Definisi) Kerusakan sistemik yang kompleks yang terjadi karena adanya
paparan terhadap kulit sebagai akibat dari kontak tubuh dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi
2. Anamnesis Riwayat persentuhan dengan benda padat/cair yang panas, listrik,
bahan kimia dan radiasi
3. Pemeriksaan fisik Luas luka bakar dihitung berdasarkan “Rule of Nine”
Derajat kedalaman luka bakar :
 Tingkat I berupa eritema
 Tingkat II berupa bulla kulit (superficial / deep)
 Tingkat III berupa nekrosis, seluruh tebal kulit
4. Kriteria Diagnosis 1. Riwayat persentuhan dengan benda padat/cair yang panas,
listrik, bahan kimia dan radiasi
2. Luas luka bakar dihitung berdasarkan “Rule of Nine”
3. Derajat kedalaman luka bakar :
 Tingkat I berupa eritema
 Tingkat II berupa bulla kulit (superficial / deep)
 Tingkat III berupa nekrosis, seluruh tebal kulit
5. Diagnosis Kerja Luka Bakar
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap
2. Albumin
8. Konsultasi 1. Dokter Bedah Umum / Bedah Plastik
2. Dokter Anestesi
9. Edukasi Pre-op Penjelasan Diagnosis, rencana tindakan, tata cara pelaksanaan,
tujuan terapi, risiko terapi, komplikasi dan prognosis
10. Pengisian form Lembar edukasi dan lembar inform consent; ditanda tangani oleh
pasien atau keluarga, DPJP dan saksi
11. Tatalaksana  Surat pengantar tindakan operasi, jadwal rencana operasi,
golongan operasi, jenis anestesi, perkiraan biaya.
 Prosedur administrasi dan keuangan
12. Persiapan Operasi Standing order.
13. Perawat  Persiapan puasa (6-12 jam pre operasi).
 Pemasangan O2 (sesuai SPO).
 Pemasangan IV Line (sesuai SPO).
 Pemberian cairan IVFD (order DPJP)
14. Anestesi  Visite Pra Operasi utk assessment pasien.
 Pemberian obat-obat premedikasi jika diperlukan.
 Pemeriksaan tanda tanda vital ; T/N/S/RR/TB/BB (sesuai SPO).
 Memeriksa kelengkapan surat ; edukasi, informed consent,
hasil penunjang medis ; lab, Foto Thorak, EKG
15. Bedah Assesment pre-operasi
16. Prosedur Tindakan  Tindakan aseptik dan antiseptik
 Dilakukan necrotomy debridement dengan cairan antiseptik
(contoh : cetrimide, clorhexidine)
 Luka dibersihkan dengan NaCl
 Luka dirawat dengan salep luka bakar (contoh :
silversulfadiazine)
 Luka ditutup dengan kassa lembab NaCl dan kassa kering
17. Terapi Medikamentosa 1. Antibiotik ; Ceftriakson 1x2 gr IV
2. Analgetik : Ketorolac 3x1 amp IV
3. ATS
18. Diet Tinggi kalori Tinggi protein
19. Komplikasi 1. Perdarahan intestinal
2. Sepsis
3. Gagal ginjal akut
4. Keloid
5. Kontraktur
20. Edukasi Post-op Perawatan luka di rumah
Mobilisasi dini untuk mencegah kontraktur
21. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
22. Tingkat Evidens II
23. Tingkat Rekomendasi B
24. Penelaah Kritis KSM Bedah
25. Indikator Medis Direncanakan untuk tandur kulit (skin graft) pada luka bakar gr. IIB
dan gr. III X
26. Kepustakaan  Brunicardi, FC. et al, Schwartz’s Principles of Surgery 9 th ed.,
2010
 Thorne, CH. et al. Grabb & Smith’s Plastic Surgery 6 th ed., 2007
PANDUAN PRAKTIK
KSM BEDAH
KLINIS (PPK)

RUMAH SAKIT LAWANG MEDIKA


STRUMA
(ICD 10 : D34)
1. Pengertian (Definisi) Pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid
akibat kelainan glandula tiroid, dapat berupa gangguan fungsi atau
perubahan susunan kelenjar dan morfologinya.
2. Anamnesis 1. Benjolan pada leher depan yang ikut bergerak saat menelan
2. Curiga ganas bila ada keluhan sesak / suara menjadi serak /
gangguan menelan
3. Riwayat badan bertambah kurus, gelisah, berdebar, keringatan,
sulit tidur, diare atau sebaliknya
3. Pemeriksaan fisik 1. Benjolan pada leher depan yang ikut bergerak saat menelan
2. Benjolan kenyal/kistik, tidak terdapat nodul keras, permukaan
bisa rata/berbenjol-benjol (multinodosa)
3. Tidak teraba KGB di daerah leher
4. Kriteria Diagnosis 1. Benjolan pada leher depan yang ikut bergerak saat menelan
2. Benjolan teraba kenyal/kistik, tidak terdapat nodul keras,
permukaan bisa rata / berbenjol-benjol (multinodosa)
3. Tidak teraba KGB di daerah leher
5. Diagnosis Kerja Struma
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap
2. T3, T4, TSH
3. FNAB untuk struma uninodosa/curiga keganasan
4. USG tiroid
5. Foto STL
8. Konsultasi 1. Dokter Bedah Umum / Bedah Plastik
2. Dokter Anestesi
9. Edukasi Pre-op Penjelasan Diagnosis, rencana tindakan, tata cara pelaksanaan,
tujuan terapi, risiko terapi, komplikasi dan prognosis
10. Pengisian form Lembar edukasi dan lembar inform consent; ditanda tangani oleh
pasien atau keluarga, DPJP dan saksi
11. Tatalaksana  Surat pengantar tindakan operasi, jadwal rencana operasi,
golongan operasi, jenis anestesi, perkiraan biaya.
 Prosedur administrasi dan keuangan
12. Persiapan Operasi Standing order.
13. Perawat  Persiapan puasa (6-12 jam pre operasi).
 Pemasangan O2 (sesuai SPO).
 Pemasangan IV Line (sesuai SPO).
 Pemberian cairan IVFD (order DPJP)
14. Anestesi  Visite Pra Operasi utk assessment pasien.
 Pemberian obat-obat premedikasi jika diperlukan.
 Pemeriksaan tanda tanda vital ; T/N/S/RR/TB/BB (sesuai SPO).
 Memeriksa kelengkapan surat ; edukasi, informed consent,
hasil penunjang medis ; lab, USG, PA, Foto Thorak, EKG
15. Bedah Assesment pre-operasi
16. Prosedur Tindakan  Tindakan aseptik dan antiseptik
 Insisi tranversed 2 jari di atas sternal notch
 Dibuat flap ke arah cranial dan caudal
 Fascia diinsisi secara vertikal pd midline
 Strap muscle diretraksi ke kiri dan kanan
 Identifikasi gl.tiroid
 Dilakukan isthmolobektomi/subtotal tiroidektomi dengan
mempreservasi n. laryngeus rekurens dan gl. paratiroid
 Luka ditutup dengan meninggalkan drain
17. Terapi Medikamentosa 1. Antibiotik ; Ceftriakson 1x2 gr IV
2. Analgetik : Ketorolac 3x1 amp IV
18. Diet Biasa
19. Komplikasi 1. Lesi N. Laringeus rekurens
2. Hipoparatiroid
3. Hematoma
4. Tiroid krisis (M.Basedow)
5. Hipotiroid
20. Edukasi Post-op Perawatan luka di rumah
21. Prognosis Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
22. Tingkat Evidens II
23. Tingkat Rekomendasi C
24. Penelaah Kritis KSM Bedah
25. Indikator Medis Direncanakan untuk tandur kulit (skin graft) pada luka bakar gr. IIB
dan gr. III X
26. Kepustakaan  Brunicardi, FC. et al, Schwartz’s Principles of Surgery 9 th ed.,
2010
 Protokol PERABOI, 2010
 DeVita, VT. et al, Cancer : Principles & Practice of Oncology 8 th
ed., 2008
PANDUAN PRAKTIK
KSM BEDAH
KLINIS (PPK)

RUMAH SAKIT LAWANG MEDIKA


ILEUS OBSTRUKTIF
(ICD 10 : K56. )
1. Pengertian (Definisi) Suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan
penyumbatan yang sama sekali menutup atau mengganggu
jalannya isi usus
2. Anamnesis 1. Perut kembung disertai nyeri kolik
2. Tidak ada b.a.b dan flatus
3. Muntah
3. Pemeriksaan fisik 1. Abdomen cembung/distensi
2. darm contour & darm steifung
3. bising usus meningkat / metallic sound
4. RT : ampula kolaps
4. Kriteria Diagnosis 1. Perut kembung disertai nyeri kolik
2. Tidak ada b.a.b dan flatus
3. Abdomen cembung/distensi
4. darm contour & darm steifung
5. bising usus meningkat / metallic sound
5. Diagnosis Kerja Ileus obstruktif
6. Diagnosis Banding 1. Ileus paralitik
2. Peritonitis stadium terminal
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap ; Masa perdarahan ; Masa pembekuan
2. Fungsi ginjal : ureum, kreatinin
3. GDS
4. Elektrolit : Na, K
5. EKG, usia > 40 tahun
6. Foto abdomen 3 posisi
7. CT-Scan abdomen (jk ada indikasi)
8. Konsultasi 1. Dokter Bedah Umum / Bedah Digestif
2. Dokter Anestesi
3. Dokter Penyakit Dalam (jika ada indikasi)
9. Edukasi Pre-op Penjelasan Diagnosis, rencana tindakan, tata cara pelaksanaan,
tujuan terapi, risiko terapi, komplikasi dan prognosis
10. Pengisian form Lembar edukasi dan lembar inform consent; ditanda tangani oleh
pasien atau keluarga, DPJP dan saksi
11. Tatalaksana  Surat pengantar tindakan operasi (Laparotomi Eksplorasi),
jadwal rencana operasi, golongan operasi, jenis anestesi,
perkiraan biaya
 Prosedur administrasi dan keuangan
12. Persiapan Operasi Standing order.
13. Perawat  Persiapan puasa (6-12 jam pre operasi) .
 Pemasangan NGT (sesuai SPO).
 Pemasangan IV Line (sesuai SPO).
 Pemberian cairan IVFD (order DPJP).
 Pemasangan dower caterer (sesuai SPO)
14. Anestesi  Visite Pra Operasi untuk assessment pasien.
 Pemberian obat-obat premedikasi jika diperlukan.
 Pemeriksaan tanda-tanda vital ; T/N/S/RR/TB/BB (sesuai SPO).
 Memeriksa kelengkapan surat ; edukasi, informed, consent,
hasil penunjang medis ; Lab, Foto abdomen, EKG, CT-Scan
abdomen
15. Bedah Assesment pre-operasi
16. Prosedur Tindakan 1. Tindakan aseptik dan antiseptik
2. Insisi mediana sampai pascia
3. Peritoneum dibuka
4. Dilakukan eksplorasi
5. Dapat dilakukan pembuatan stoma atau reseksi anastomosis
(tergantung temuan intra op)
6. Pendarahan dirawat
7. Luka operasi ditutup dengan meninggalkan drain
17. Terapi Medikamentosa 1. Antibiotik ; Ceftriakson 1x2 gr, Metronidazole 3x500 mg
2. Analgetik ; Novalgin 3x1 amp IV / Ketorolac 2x1 amp IV
3. Anti mual/muntah ; Ranitidin 2x1 atau Ondansentron 4
mg/amp 2x1
18. Diet Puasa
19. Komplikasi 1. Sepsis
2. Infeksi luka operasi
3. Kobocoran anastomosis usus
20. Edukasi Post-op 1. Perawatan luka / stoma dirumah
2. Kontrol teratur
21. Prognosis Ad vitam : dubia
Ad sanationam : dubia
Ad fungsional : dubia
22. Tingkat Evidens II
23. Tingkat Rekomendasi C
24. Penelaah Kritis KSM Bedah
25. Indikator Medis Angka kematian pada pasien dengan obstruksi usus besar antara
20-15%. Jika stenting tersedia, maka angka kematian dapat
diturunkan secara signifikan
26. Kepustakaan  Brunicardi, FC. et al, Schwartz’s Principles of Surgery 9 th ed.,
2010
 Debas, HT., Gastrointestinal Surgery, Pathophysiology and
Management, 2014

Anda mungkin juga menyukai