TAHUN 2020
APENDICITIS (ICD X : K35.0)
Apendicitis Akut
5. Diagnosis
TAHUN 2020
IKTERUS OBSTRUKSI
a. Pemeriksaan fisik :
3. Pemeriksaan Pemeriksaan fisik meliputi perabaan hati, kandung
empedu, tanda acites, kandung empedu yang
membesar menunjukan ada sumbatan pada saluran
empedu bagian distal yang disebabkan oleh tumor
( sindrom courvoisier )
b. Pemeriksaan laboratorik
1) Alkali fosfate dan gamma – GT akan
meningkat
2) Bilirubin irek serum meningkat lebih tinggi dari
bilirubin indirek
3) Enzim SGOT/SGPT biasanya tidak
4) Kadar serum CA 19-9 Dan CEA Meningkat
pada mayoritas kasus keganasan
c. Pemeriksaan imaging
1) Ultrasonografi merupakan pemeriksaan
pertama yang dilakukan untuk melihat
sumbatan saluran empedu , dapat mendeteksi
pelebaran saluran empedu intra dan ekstra
hepatal, dan melihat penyebab obstruksi.
2) ERCP ( Endocospic retrograde
Cholangio – pancreatography ) : berfungsi
sebagai sarana diagnostik ( memerikan
gambaran anatomik saluran bilier , biopsi
tumor ) , sekaligus dapat berfungsi sebagai
sarana terapeutik ( singterotomi dan ekstraksi
batu atau pemasangan sten )
3) MRCP ( Magnetic resonance cholangio –
pancreatography ) : sarana on invasive batu
atau pemasangan sten
4) PTC ( Percutaneous transhepatic
cholangiography ) : memberikan gambaran
anatomi saluran empedu, terutama untuk
obstruksi di bagian proksimal saluran empedu.
4. Kriteria Diagnosis
Ikterus Obstruksi
5. Diagnosis
6. Diagnosis Banding
9. Edukasi -
Baik
10. Prognosis
A
12. Tingkat
Rekomendasi
TAHUN 2020
CHOLELITHIASIS
ICD K 80
Cholelithiasis
5. Diagnosis
1. Hepatitis
6. Diagnosis Banding 2. Abses Hepar
3. Pankreatitis
4. Cholangitis
5. Ulkus Peptikum
1. Masuk RS.
9. Edukasi 2. Puasa minimal 6 jam sebelum dilakukan
OPERASI
3. Kontrol 1 minggu setelah KRS.
C
12. Tingkat
Rekomendasi
TAHUN 2020
ANAL FISTULA (K60.3)
1. Fisura ani
6. Diagnosis Banding 2. Hidradenitis supurativa
3. Periurethral fistula
4. Sinus pilonidalis
7. Pemeriksaan 1. Proctoscopy
penunjang 2. fistulografi
3. bivalve opening speculum
4. irigasi dengan hydrogen peroxida
5. endoanal ultrasonografi
6. CT scan
7. MRI
1. Fistulotomy
8. Penatalaksanaan 2. Fistulectomy
3. pemasangan seton
1. Mobilisasi aktif
9. Edukasi 2. Diet bebas 1800 kcal
3. Perawatan luka
4. Rendam duduk dengan kalium permanganan
5. Kemungkinan kambuh setelah pembedahan
Ad vitam : dubia ad bonam
10. Prognosis
Ad sanationam : dubia ad bonam
TAHUN 2020
HEMOROID
ICD I 84
Hemoroid
5. Diagnosis
1. Karsinoma recti
6. Diagnosis Banding 2. Prolaps recti
3. Polip recti
4. Keradangan tractus Gastrointestinal (Proktitis)
8. Pemeriksaan 1. Laboratorium DL
penunjang 2. Colok dubur, Proktoscopi, anoscopi
1. Tranfusi darah bila anemia
8. Penatalaksanaan 2. Medikamentosa/ konservatif untuk Grade I-II
3. Operatif pada Grade III-IV
1. Masuk RS.
9. Edukasi 2. Puasa minimal 6 jam sebelum dilakukan
OPERASI
3. Kontrol 1 minggu setelah KRS.
C
12. Tingkat
Rekomendasi
KSM Bedah Digestif
13. Penelaah Kritis
TAHUN 2020
Peritonitis ( ICD 10: K 65)
1. Nausea,
2. Anamnesis 2. Vomiting,
3. Anoreksia
4. Demam
5. Nyeri seluruh lapang perut
6. Tidak bisa BAB dan flatus
1. Nyeri seluruh lapang perut
3. Pemeriksaan 2. Defans muskuler
3. Pekak hepar menghilang
4. Bising usus menurun atau menghilang
5. Nyeri pada pemeriksaan colok dubur
1. Anamnesis
4. Kriteria Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang: laboratorium dan
radiology
Peritonitis
5. Diagnosis
1. Peritonitis bakterial
6. Diagnosis Banding 2. Peritonitis tuberculosis
3. Peritonismus
9. Pemeriksaan 1. Laboratorium: didapatkan lekositosis,
penunjang peningkatan CRP
2. Foto abdomen 3 posisi untuk mengetahui
gambaran udara bebas subdiafragma
3. USG abdomen untuk mengetahui adanya
cairan bebas dengan internal echo
4. CT abdomen untuk diagnostik dan identifikasi
organ retroperitoneal
1. Non Operasi
8. Penatalaksanaan 2. Operasi merupakan pilihan utama terapi.
Abdomenocentesis bila didapatkan ACS
Peritoneal drainage bila tindakan source
control definitif tidak tercapai toleransi
pembiusan
Eksplorasi laparotomy
1. Penyakit, penanganan dan komplikasis serta
9. Edukasi prognosisnya
2. Diet tinggi protein untuk mempercepat
penyembuhan
3. Kontrol poli bedah anak untuk follow up
Ad vitam : dubia ad bonam,
10. Prognosis
Ad sanationam : dubia ad bonam,
C
12. Tingkat
Rekomendasi
1. Nyeri berkurang
14. Indikator Medis 2. Anoreksia, nausea dan vomiting teratasi
3. Tidak terjadi komplikasi
4. Infeksi teratasi
1. De Jong W, Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu
15. Kepustakaan Bedah ed. 2nd ed. EGC. 2005.
2. Michael J. Zinner. Maingot’s Abdominal
Operations, 11th ed, ed., Mc Graw Hill 2007.
3. Herbert , Chen , Illustrative Handbook of
General Surgery, Berlin : Springer, P.217. ISBN
1-84882-088-7, 2010.
4. Greg, M; et al. Oxford Handbook of Clinical
Surgery, Hartlepool: Oxford University Press. P
272, 2007
5. Holcomb, George W, and J Patrick Murphy.
Ashcraft’s Pediatric Surgery 5th Edition.
Philadelphia. Saunder Elsevier.2010
6. Puri P and M. E Hollwarth. Pediatric Surgery.
Newyork. Springer. 2006
Ketua Komite Medik Ketua SMF Bedah Umum
TAHUN 2020
ILEUS OBSTRUKTIF
4. Distensi abdomen.
5. BAB darah dan lendir tapi tidak ada feces dan flatus
1. Inspeksi
3. Pemeriksaan Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata
dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor kulit
maupun mulut dan lidah kering.
2. Palpasi dan perkusi
Pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan
perkusi tympani yang menandakan adanya
obstruksi.
3. Auskultasi
Terdengar kehadiran episodik gemerincing logam
bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa
tenang.
4. Rectal Toucher
Isi rektum menyemprot: Hirschprung disease
Adanya darah dapat menyokong adanya
strangulasi, neoplasma Feses yang mengeras:
skibala Feses negatif: obstruksi usus letak tinggi.
1. Adhesi,
4. Kriteria Diagnosis 2. hernia inkarserata
3. keganasan usus besar
4. massa cacing
5. tumor primer maupun metastase
6. peradangan, divertikulum Meckel, invaginasi,
volvulus, atau obstruksi makanan
5. Diagnosis
1. Obstruksi Sederhana
2. Obstruksi dengan Strangulasi
3. Obstruksi jenis gelung tertutup
6. Diagnosis Banding
Ileus paralitik
7. Pemeriksaan 1. Laboratorium( darah lengkap,elektrolit)
penunjang 2. Radiologi (foto polos abdomen 3 posisi)
3. Radiogram.
1. Vital sign
8. Penatalaksanaan 2. Pemasangan nasogastric tube bertujuan untuk
mengosongkan lambung, mengurangi resiko
terjadinya aspirasi pulmonal karena muntah dan
meminimalkan terjadinya distensi abdomen.
3. Pasien dengan obstruksi intestinal biasanya
mengalami dehidrasi dan kekurangan Natrium,
Khlorida dan Kalium yang membutuhkan
penggantian cairan intravena dengan cairan salin
isotonic seperti Ringer Laktat.
4. Urin harus di monitor dengan pemasangan Foley
Kateter.
Operatif
1. Koreksi sederhana (simple correction).
Tindakan bedah sederhana untuk
membebaskan usus dari jepitan, misalnya
pada hernia incarcerata non-strangulasi,
jepitan oleh streng/adhesi atau pada
volvulus ringan.
2. Tindakan operatif by-pass. Membuat
saluran usus baru yang "melewati" bagian
usus yang tersumbat, misalnya pada tumor
intralurninal, Crohn disease, dan
sebagainya.
3. Membuat fistula entero-cutaneus pada
bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
4. Melakukan reseksi usus yang tersumbat
dan membuat anastomosis ujung-ujung
usus untuk mempertahankan kontinuitas
lumen usus, misalnya pada
carcinomacolon, invaginasi strangulata,
dan sebagainya.
9. Edukasi
12. Tingkat
Rekomendasi
KSM Bedah Digestif
13. Penelaah Kritis