Anda di halaman 1dari 104

PANDUAN PRAKTIS

KLINIS TINDAKAN

SMF UROLOGI
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

DAFTAR ISI

1.
2. CAPD 25. Orkidektomi orkidopeksi torsio testis
3. Transplantasi ginjal 26. Laparaskopik nefrektomi
4. Urethrotomy interna 27. ESWL
5. Radikal prostatektomi 28. Bivalve nephrolithotomi
6. Radikal sistektomi 29. Nefrektomi
7. Boari flap 30. Percutaneous nefrostomi
8. Penektomi 31. Open nefrostomi
9. TURP 32. Pyelolithotomi
10. Open prostatektomi millin 33. PNL
11. Radikal nefrektomi 34. Trokar vesikolithotripsi
12. Radikal orkidektomi 35. Vesikolitotomi
13. Neo implantasi ureter 36. Lithotripsi
14. Orkidopeksi 37. Laparaskopik ureterolithotomi
15. Hidrokelektomi 38. URS batu ureter
16. PER 39. Ureterolithotomi batu ureter
17. Repair buli proksimal
18. End to end anastomose 40. Ureterolithotomi batu ureter distal
19. Chordectomy 41. Meatotomi meatoplasti
20. Urethroplasty hipospadia 42. Lubrikasi anterior
21. Sirkumsisi 43. Lubrikasi posterior
22. Pyeloplasty 44. Urethrosistoscopy
23. Troichart sistostomi 45. Urethrotomi eksterna
24. Open sistostomi 46. urethroskopi
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Tindakan CAPD


1. Pengertian (Definisi) Tindakan operasi pemasangan CAPD dalam rongga peritoneum.
2. Indikasi Striktur urethra
3. Persiapan 1. Persiapan pasien
2. Persiapan alat dan bahan
4. Prosedur Tindakan 1. Posisi supinasi dalam anestesi lokal/regional/general.
2. Melakukan disinfeksi dengan menggunakan larutan povidon
iodin 10%
3. Tutup lapangan operasi dengan doek steril
4. Lakukan insisi pada paramedian sampai terlihat rectus sheath
posterior. Lakukan jahit matras pada rectus sheath posterior
untuk fiksasi dari cuff bagian dalam.
5. Insisi peritoneum.
6. Masukkan kateter melalui musculus rectus abdominis
sehingga ujung kateter masuk ke dalam cavum douglasi.
7. Tempatkan cuff bagian dalam di antara rectus sheath
anterior dan posterior. Jangan sampai masuk ke dalam
rongga peritoneum. Fiksasi cuff bagian dalam di rectus
sheath posterior. Tempatkan cuff superfisial di area subkutan
lateral dari cuff bagian dalam. Dan keluarkan ujung kateter di
bagian distal dari cuff bagian dalam.
8. Jahit fascia rectus abdominis. Jangan sampai kateter ikut
terjahit.
9. Irigasi dengan normal saline untuk melihat patensi dari
kateter.
10. Jahit kulit lapis demi lapis.
5. Pasca Prosedur Tindakan Evaluasi perdarahan dan patensi kateter.
6. Tingkat Evidens III
7. Tingkat Rekomendasi C
8. Penelaah Kritis 1. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
2. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
9. Indikator Prosedur Perawatan CAPD selama 3 hari
Tindakan
10. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 10thed
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

2. Smith’s General urology, edisi 17


3. Dasar-dasar Urologi, edisi ketiga

Prosedur Tindakan Transplantasi ginjal


1. Pengertian (Definisi) Tindakan operasi transplantasi ginjal dari donor ke resipien
2. Indikasi Gagal ginjal
3. Persiapan 1. Persiapan pasien
2. Persiapan alat dan bahan
4. Prosedur Tindakan Donor
1. Pasang foto-foto di light box
2. Setelah pasien dibius, paang kateter 16F dan urobag.
Perhatikan kesesuaian marker/lokasi yang akan dilakukan
tindakan operasi.
3. Letakkan pasien pada posisi lumbotomi
4. Disinfeksi lapangan operasi dengan povidone iodine 10%
(mulai pada lapanagan operasi sampai umbilikus bagian
depan, linea scapularis belakang dan papilla mamma).
5. Persempit lapangan operasi dengan doek steril
6. Insisi cevron, buka lapis demi lapis mulai dari kulit, lemak
subkutikuler, fasia, otot, sampai peritoneum
7. Buka peritoneum, sisihkan usus ke medial
8. Insisi peritoneum di tepi lateral kolon desenden (nefrektomi
ginjal kiri) atau kolon asenden (nefrektomi ginjal kanan)
9. Bebaskan fascia gerota dari lemak sekitar
10. Identifikasi pembuluh darah baik vena maupun arteri renalis
11. Masukan heparin
12. Klem dan ligasi ureter dan ditranseksi
13. Tiga menit kemudian klem dan ligasi pembuluh darah ginjal
dari arteri dan vena ginjal dan ditranseksi
14. Bebaskan ginjal beserta fascia gerota hingga terlepas dari
jaringan sekitar
15. Ginjal kemudian diberikan kepada tim yang akan
memasukkan cairan Collin pada suhu 4 derajat celsius.
16. Injeksikan protamin pada arteri renalis di badan donor.
Kontrol perdarahan, jahit peritoneum di daerah retro yang
telah diinsisi.
17. Jahit luka operasi lapis demi lapis

Resipien
1. Dilakukan insisi Gibson pada abdomen kanan bawah.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Tindakan Transplantasi ginjal


2. Singkirkan peritoneum ke arah medial sehingga terlihat
musculus psoas dan pembuluh darah iliaka eksterna,
interna dan communis.
3. Persiapkan pembuluh darah iliaka interna dengan cara
diklem dengan bulldog pada bagian proksimal dan bagian
distal diligasi dan ditranseksi.
4. Pembuluh darah ginjal donor kemudian dianastomosekan
ke arteri dan vena iliaka interna resipien dengan jahitan
continous menggunakan benang prolene 6-0.
5. Lepas klem buldog. Dan kontrol perdarahan.
6. Evaluasi keluarnya urine melalui ureter.
7. Jahit peritoneum di daerah retro yang telah diinsisi.
8. Jahit luka operasi lapis demi lapis
1. Pasca Prosedur Tindakan Evaluasi perdarahan dan produksi urin
2. Tingkat Evidens III
3. Tingkat Rekomendasi C
4. Penelaah Kritis 1. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
2. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
5. Indikator Prosedur Perawatan urethrotomy eksterna interna selama 3 hari
Tindakan
6. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 10thed
2. Smith’s General urology, edisi 17
3. Dasar-dasar Urologi, edisi ketiga
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Urethrotomi Interna


1. Pengertian (Definisi) Tindakan operasi eksisi dari striktur urethra yang posisinya di
urethra pars bulbosa atau pendulosa.
2. Indikasi Striktur urethra
3. Persiapan 1. Persiapan pasien
2. Persiapan alat dan bahan
4. Prosedur Tindakan 1. Pasien posisi litotomi dengan general, local anestesi
2. Disinfeksi lapangan operasi dengan povidon iodin 10%
3. Persempit lapangan operasi dengan doek steril.
4. Insisi kulit penis secara sirkumferensial dan retraksi sampai
terekspos bagian yang striktur (pada striktur di bagian
pendulosa). Jika striktur di bagian bulbosa, dilakukan
pendekatan melalui perineal.
5. Musculus bulbocavernosa diinsisi sehingga terlihat corpus
spongiosum.
6. Bagian corpus spongiosum yang striktur dan 1 cm
proksimal serta 1 cm distal dari striktur dibebaskan dari
corpus cavernosum.
7. Dilakukan eksisi pada bagian yang fibrotik.
8. Dilakukan spatulasi pada bagian urethra yang sehat.
Kemudian dilakukan anastomose dengan jahitan satu-satu
memakai benang absorbable.
5. Pasca Prosedur Tindakan Evaluasi perdarahan dan produksi urin
6. Tingkat Evidens III
7. Tingkat Rekomendasi C
8. Penelaah Kritis 1. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
2. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
9. Indikator Prosedur Perawatan urethrotomy eksterna interna selama 3 hari
Tindakan
10. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 10thed
2. Smith’s General urology, edisi 17
3. Dasar-dasar Urologi, edisi ketiga
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Radikal Prostatektomi


1. Pengertian (Definisi) Tindakan operasi pengambilan prostat, vesicula seminalis dan
vas deferen
2. Indikasi Ca prostat
3. Persiapan 1. Persiapan pasien
2. Persiapan alat dan bahan
4. Prosedur Tindakan 1. Posisi trendelenburg dalam anestesi local/regional/general.
2. Melakukan disinfeksi dengan menggunakan larutan povidon
iodin 10%
3. Tutup lapangan operasi dengan doek steril
4. Pasang kateter
5. Dilakukan insisi midline dari simfisis pubis sampai dengan 2
cm di atas umbilicus.
6. Identifikasi fascia endoopelvic dan diinsisi sehingga apex dari
prostat dapat terekspos.
7. Identifikasi dorsal venous complex dan diligasi dengan
benang silk 0 sedistal mungkin dan kompleks tersebut
dipotong proksimal dari ligasi.
8. Identifikasi bagian anterior dari urethra, kemudian
ditranseksi beserta dengan kateternya. Tarik kateter ke arah
cavum pelvis. Setelah itu, transeksi bagian posterior dari
urethra.
9. Apex dari prostat diretraksi ke arah superior dengan
menggunakan kateter. Transeksi midline dari musculus
rectourethralis.
10. Masukkan jari telunjuk dibelakang apex prostat kemudian
pisahkan fascia Denonvilliers dari rectum.
11. Pisahkan pembuluh darah dari prostat.
12. Lakukan diseksi pada buli tepat di atas bagian dari prostat.
Kemudian ujung dari kateter keluar melalui incisi ini dan
diklem dengan bagian distal kateter.
13. Pisahkan prostat, vesicula seminalis dan vas deferen dari buli.
14. Jahit lumen pada buli dari posterolateral margin sehingga
membentuk seperti raket tenis dengan.
15. Jahit pada pukul 2 dan 10 serta 4 dan 8 di bagian urethral
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Radikal Prostatektomi


stump.
16. Kemudian masukkan kateter 22 F dengan balon yang belum
dikembangkan. Dekatkan urethral stump ke buli, dan jahit
pada bagian posterior. Pastkan kateter masuk ke dalam buli
dan kembangkan balon. Kemudian bagian anterior di jahit.
17. Pasang drain di fossa obturatoria.
18. Pertahankan kateter 1 – 2 hari dan pertahankan drain selama
4 – 5 hari.
5. Pasca Prosedur Tindakan Evaluasi perdarahan dan produksi urin
6. Tingkat Evidens III
7. Tingkat Rekomendasi C
8. Penelaah Kritis 1. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
2. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
9. Indikator Prosedur Perawatan radikal rostatektomi selama 7 hari
Tindakan
10. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 10thed
2. Smith’s General urology, edisi 17
3. Dasar-dasar Urologi, edisi ketiga
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Radikal Sistektomi


1. Pengertian (Definisi) Tindakan operasi pengambilan buli, prostat dan vesicula
seminalis pada pria sedangkan pada wanita merupakan tindakan
pengambilan buli dan urethra dan biasanya disertai pengambilan
dinding anterior vagina, uterus, tuba falopi dan ovarium
2. Indikasi Ca bladder
3. Persiapan 1. Persiapan pasien
2. Persiapan alat dan bahan
4. Prosedur Tindakan 1. Posisi supinasi dalam anestesi local/regional/general.
2. Melakukan disinfeksi dengan menggunakan larutan
povidon iodin 10%
3. Tutup lapangan operasi dengan doek steril
4. Dilakukan insisi midline dari simfisis pubis sampai dengan 2
cm di atas umbilicus.
5. Setelah memisahkan fascia transversalis dan sebelum
masuk ke peritoneum, buli dibebaskan dari posterior
simfisis sampai pada level ligamen puboprostatika dan
pubocervical
6. Peritoneum dan buli ditarik ke arah medial untuk ekspos
dari pembuluh darah iliaka eksterna dan fossa obturatoria.
7. Pada laki-laki, 8 – 10 cm segmen dari vas deferen dieksisi
pada masing-masing sisi, dan pembuluh darah gonad
ditarik ke arah superior. Pada wanita, ligamen rotundum
dipisahkan dari annulus inguinalis internus
8. Masuk ke dalam cavum abdomen secara lateral dari
urachus di bawah umbilikus. Urachus diklem dan
ditranseksi. Bagian proksimal dijahit dengan benang non-
absorbable.
9. Retraksi buli dengan menggunakan klem yang besar.
Kemudian insisi peritoneum masing-masing sisi dari
ligamen umbilicalis
10. Buka peritoneum dan struktur di bawahnya hingga
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Radikal Sistektomi


terekspos ureter dan buli dengan baik.
11. Potong ureter setinggi 3 cm ke arah proksimal dari UVJ.
Kemudian ureter dimasukkan ke dalam retroperitoneal.
12. Pisahkan pembuluh darah dari fascia endopelvic.
13. Pisahkan bagian anterolateral prostat dari musculus
levator ani. Kemudian identifikasi urethra dan transeksi
pada bagian membranosa.
14. Pedikel pada bagian posterolateral diklem dan ditranseksi
dan dijahit dengan benang nonabsorbable. Kemudian buli,
prostat dan urethra diambil.
15. Rongga pelvis diirigasi dan kontrol perdarahan.
5. Pasca Prosedur Tindakan Evaluasi perdarahan
6. Tingkat Evidens III
7. Tingkat Rekomendasi C
8. Penelaah Kritis 1. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
2. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
9. Indikator Prosedur Perawatan radikal sistektomi selama 7 hari
Tindakan
10. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 10thed
2. Smith’s General urology, edisi 17
3. Dasar-dasar Urologi, edisi ketiga
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Boari Flap


1. Pengertian (Definisi) Tindakan operasi dimana sebagian jaringan buli digunakan
untuk menyambung ureter sepertiga distal
2. Indikasi Ca ureter
3. Persiapan 1. Persiapan pasien
2. Persiapan alat dan bahan
4. Prosedur Tindakan 1. Posisi supinasi dalam anestesi local/regional/general.
2. Melakukan disinfeksi dengan menggunakan larutan
povidon iodin 10%
3. Tutup lapangan operasi dengan doek steril
4. Dilakukan approach terhadap pelvis secara extraperitoneal
maupun intraperitoneal melalui insisi pada abdomen
bagian bawah
5. Buli dibebaskan dari symphisis pubis dan peritoneum.
Kemudian dikembangkan dengan saline dan peritoneum
dibebaskan dari dome buli
6. Bagian paling superior dari buli dijahit ke musculus psoas
dengan benang absorbable
7. Dibuat insisi berbentuk trapezoid pada buli dengan ujung-
ujungnya (4 cm di bagian apex dan 3 cm di bagian basal)
ditegel dengan benang.
8. Bagian pinggir dan apex dari flap diinsisi dan flap ditarik ke
arah superior mendekati ureter yang akan disambung. Dan
ujung ureter dimasukkan ke dalam otot buli.
9. Defek pada fundus buli dijahit dan flap dibentuk melingkar
dengan mendekatkan sisi lateral flap dan dijahit 2 lapis
dengan benang absorbable.
10. Ujung dari flap ditutup sehingga mencegah terjadinya
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

strangulasi ureter.
11. Pasang drain dan cystostomy.
12. Menutup fascia dan kulit.
13. Membuat laporan prosedur tindakan

5. Pasca Prosedur Tindakan 1. Evaluasi kualitas dan kuantitas produksi urin


2. Evaluasi produksi drain
6. Tingkat Evidens III
7. Tingkat Rekomendasi C
8. Penelaah Kritis 1. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
2. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
9. Indikator Prosedur Perawatan boari flap selama 5 hari
Tindakan
10. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 10thed
2. Smith’s General urology, edisi 17
3. Dasar-dasar Urologi, edisi ketiga
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Penektomi (Parsial dan Total)


1. Pengertian (Definisi) Tindakan operasi berupa pemotongan penis (penile amputation)
baik sebagian atau seluruhnya berdasarkan atas indikasi medis
tertentu
2. Indikasi Ca penis
3. Persiapan 1. Persiapan pasien
2. Persiapan alat dan bahan
4. Prosedur Tindakan Partial Penectomy
1. Posisi supinasi dalam anestesi local/regional/general.
2. Melakukan disinfeksi dengan menggunakan larutan
povidon iodin 10%
3. Menentukan batas tumor dan menutupnya dengan
menggunakan kondom kateter steril yang dijahit di tempat
tersebut.
4. Menggunakan kateter 14 F atau 0,25-in Penrose sebagai
tourniquet pada pangkal penis
5. Membuat insisi melingkar pada kulit 2 cm proksimal dari
tepi tumor
6. Vena superficial dan vena yang dalam dipisahkan dan
diligasi menggunakan benang ukuran 3-0
7. Kulit dan fascia Buck diinsisi sehingga mencapai tunika
albuginea dari corpora
8. Corpora cevernosa dipisahkan secara tajam dari urethra
dan arteri cavernosa sentral diligasi pada masing-masing
sisinya.
9. Urethra dibebaskan dari corpus spongiosum, kurang lebih
1 cm pembuatan stump distal dari corpora cavernosa yang
ditranseksi
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Penektomi (Parsial dan Total)


10. Stump urethra kemudian dipotong dari sisi bagian bawah
dan spesimen disingkirkan.
11. Ujung corporal ditutup dengan jahitan matras horizontal 2-
0 Vicryl menggabungkan fasia Buck, tunika albuginea dan
septum intercavernosum
12. Tourniquet kemudian dilepaskan dan semua pembuluh
darah kecil dibebaskan sampai hemostasis yang memadai
diperoleh
13. Urethra dipotong dan dijahit pada kulit menggunakan
vicryl 4-0
14. Kulit yang tersisa ditutup menggunakan vicryl 3-0
15. Pasang folley kateter 16 F
16. Membuat laporan prosedur tindakan

Total Penektomi
1. Posisi supinasi dalam anestesi local/regional/general.
2. Melakukan disinfeksi dengan menggunakan larutan povidon
iodin 10%
3. Menentukan batas tumor dan menutupnya dengan
menggunakan kondom kateter steril yang dijahit di tempat
tersebut.
4. Insisi berbentuk berlian dibuat di sekeliling dasar penis
5. Insisi diperluas hingga jaringan subkutis sehingga mebcapai
permukaan pubis
6. Seluruh pembuluh darah dan limfatik diligasi. Ligamentum
suspensorium diklem dan dipotong. Arteri dan vena dorsalis
penis diidentifikasi, diklem, diligasi dan dipotong.
7. Penis diangkat ke atas, fasia Buck dibuka secara ventral, dan
urethra dibebaskan dari corpora cavernosa. Tepat di bawah
regio bulbar, urethra dipotong sehingga meninggalkan bagian
yang cukup untuk mencapai perineum.
8. Pisahkan corpora cavernosa dari jaringan sekitarnya hingga
rami ischiopubic, lalu dijahit, dan diligasi menggunakan dexon
2-0 dan ditranseksi. Pisahkan spesimen tersebut dengan
batas 2 cm bebas tumor
9. Urethra diarahkan menuju diafragmma ureogenital untuk
mempertahankan posisi yang lurus pada tempat
urethrostomy perineal.
10. Urethra dispatulasi di bagian dorsal, kemudian kulit dibentuk
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Penektomi (Parsial dan Total)


model V inlay sehingga dapat dianastomosikan dengan
urethra menggunakan vicryl 3 atau 4 secara watertight untuk
menghindari kebocoran.
11. Foley kateter ukuran 16 F diinsersikan dan pasang 0,25 in
Perose drain di setiap sisi scrotum
12. Insisi pada scrotum ditutup secara trnsversal untuk
menjauhkan scrotum dari perineal urethrostomy
13. Bebat tekan dan penyokong scrotal dipertahankan selama 24
jam
14. Penrose drain dilepas setelah 48 jam dan foley kateter
dilepas setelah urethrostomy sembuh dengan baik
15. Membuat laporan prosedur tindakan
5. Pasca Prosedur Tindakan 1. Evaluasi kualitas dan kuantitas produksi urin
2. Evaluasi produksi drain
6. Tingkat Evidens III
7. Tingkat Rekomendasi C
8. Penelaah Kritis 1. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
2. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
9. Indikator Prosedur Perawatan penektomi selama 5 hari
Tindakan
10. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 10thed
2. Smith’s General urology, edisi 17
3. Dasar-dasar Urologi, edisi ketiga
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur TURP
1. Pengertian (Definisi) TURP merupakan adalah suatu tindakan pengambilan
(pembuangan) jaringan prostat secara endoskopi dengan
menggunakan alat pemotong (cutting loop) elektrik
2. Indikasi 1. Skor IPSS >8
2. Retensi urin berulang
3. Infeksi saluran kemih berulang
4. Gangguan fungsi ginjal
3. Kontra Indikasi 1. Gangguan pembekuan darah
2. Infeksi saluran kemih
4. Persiapan 1. Persiapan pasien
2. Persiapan alat dan bahan
5. Prosedur Tindakan 1. Setelah dilakukan anestesi regional pasien diletakkan dalam
posisi lithotomi
2. Apabila diperlukan dapat dilakukan Vasektomi tanpa Pisau
(VTP) sesaat sebelum operasi TURP untuk mencegah orkitis.
3. Dilakukan desinfeksi dengan povidone jodine didaerah penis
scrotum dan sebagian dari kedua paha dan perut sebatas
umbilikus
4. Persempit lapangan operasi dengan memasang sarung kaki
dan doek panjang berlubang untuk bagian perut keatas.
5. Dilatasi uretra dengan bougie roser 25 F sampai 29 F
6. Sheath 24F / 27F dengan obturator dimasukkan lewat uretra
sampai masuk buli-buli.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur TURP
7. Obturator dilepas, diganti optik 30° dan cutting loop sesuai
dengan ukuran sheatnya.
8. Evaluasi buli-buli apakah ada tumor, batu, trabekulasi dan
divertikel buli
9. Working element ditarik keluar untuk mengevaluasi prostat
(panjangnya prostat yang menutup uretra, leher buli dan
verumontanum )
10. Selanjutnya dilakukan reseksi prostat sambil merawat
perdarahan
11. Sebaiknya adenoma prostat dapat direseksi semuanya,
waktu reseksi paling lama 60 menit (bila menggunakan irigan
aquades) dan waktu bisa lebih lama bila mengguna-kan irigan
glisin. Hal ini untuk menghindari terjadinya Sindroma TUR.
12. Bila terjadi pembukaan sinus, operasi dihentikan, untuk
menghindari sindroma TUR
13. Chips prostat dikeluarkan dengan menggunakan ellik
evakuator sampai bersih, selanjutnya dilakukan perawatan
perdarahan.
14. Setelah selesai, dipasang three way kateter 22F - 24F dengan
balon 30-40 cc, dipasang Spoel PZ / Aquades, dan boleh
dilakukan traksi <24jam
6. Pasca Prosedur Tindakan Evaluasi kualitas dan kuantitas produksi urin
7. Tingkat Evidens I/II/III/IV
8. Tingkat Rekomendasi A/B/C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
10. Indikator Prosedur
Tindakan
11. Kepustakaan 1. Blandy J; Operative Urology. Blackwell Scientific Publications;
Oxford-London-Edinburgh-Melbourne, 1978, p. 202-223.
2. Devine CJ, Jordan. GH, Schlossberg SM, ; Surgery of the Penis
and Urethra, Cambell’s Urology, 6 th Ed WB Saunders Co.
Philladelphia-London-Toronto-Montreal-Sydney-Tokyo, 1992,
p. 2982 –3032.
3. Resnick M.I. Caldamone A.A. and Spirnak J.P. : Decision
Making In Urology. The C.V. Mosby Company : St. Louis-
Toronto-London 1985, p. 172-173.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Open Prostatektomi Millin’s


1. Pengertian (Definisi) Open Prostatektomi Millin's Procedure merupakan tindakan
operasi terbuka untuk mengambil kelenjar prostat pada kasus
BPH
2. Indikasi 1. Skor IPSS >8
2. Ukuran prostat > 80 gram
3. Kontra Indikasi 1. Ukuran prostat kurang dari 60 gram
2. Keganasan
3. Gangguan pembekuan darah
4. Infeksi daerah pelvis
4. Persiapan 1. Persiapan pasien
2. Persiapan alat dan bahan
3. Prosedur Tindakan 1. Setelah dilakukan anestesi baik regional ataupun general,
pasien diletakkan dalam posisi supinasi (telentang). Jika
operator tidak kidal maka operator berdiri di sisi kiri pasien
2. Dilakukan desinfeksi dengan larutan povidone iodine 10%
dari bawah os. xyphoid sampai pertengahan kedua paha
dan skrotum di sangga dengan doek steril kecil.
3. Lapangan operasi di persempit dengan doek steril
(lapangan operasi di mid line antara umbilikus dan os
pubis).
4. Insisi dua jari dibawah umbilikus ke arah simfisis sepanjang
kurang lebig 10 cm (midline) lapis demi lapis
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Open Prostatektomi Millin’s


5. Muskulus rektus abdominis dipisahkan ke lateral secara
tumpul (pada linea alba) sambil merawat perdarahan
6. Lemak perivesikal disisihkan ke kranial, identifikasi buli-buli
dan prostat selanjutnya dipasang spreader.
7. Pasang bantalan pada kiri dan kanan prostat (dengan kasa)
dengan tujuan : agar prostat lebih menonjol dan identifikasi
prostat lebih mudah
8. Jahit (hemostasis) kapsul prostat pada 4 tempat dengan
chromic catgut no. 3 yaitu lateral kanan dan kiri (arah
oblique) tengah atas dan bawah kira-kira 1 cm dan 2 cm
dari leher buli-buli.
9. Insisi kapsul prostat arahnya horisontal (diantara ke empat
jahitan tersebut) sampai nampak adenoma prostat.
10. Adenoma prostat dipisahkan dari kapsulnya dengan gunting
metzeubaum secara tajam dan tumpul.
11. Setelah ada ruang antara kapsul dengan adenoma prostat
enukleasi secara tumpul menggunakan jari telunjuk sampai
keluar semua adenomanya. Bekas enukleasi di tekan
dengan kassa sebanyak 4-5 lembar selama ± 5 menit untuk
menghentikan perdarahan.Mapping jumlah dan ukuran
adenoma prostat yang sudah dikeluarkan
12. Kasa diambil, sumber perdarahan dijahit dengan polyglactin
No. 2-0 pada jam 5 dan 7 secara figure of eight, rawat
perdarahan
13. Kemudian pasang kateter three way 22F atau 24F sampai
ke buli-buli (balon dikembangkan 30-40 cc)
14. Kapsul prostat dijahit dengan polyglactin No. 2-0 secara
simpul bedah sampai tidak ada kebocoran (water tight).
15. Isi buli-buli dengan PZ untuk melihat kebocoran buli.
16. Setelah tidak bocor, balon kateter diisi air 40 cc dan di traksi
dan dipasang spoel dengan PZ.
17. Rawat perdarahan dan pasang redon drain pada cavum
Retzii
18. Semua kasa yang ada didalam dikeluarkan dan dihitung
19. Luka operasi ditutup lapis demi lapis : Otot dan fascia dijahit
dengan chromic catgut, Lemak dijahit dengan plain catgut,
Kulit dijahit dengan benang Silk
20. Tutup luka operasi dengan tulle dan kassa steril
21. Kateter dipertahankan sampai hari ke 5 dan drain dilepas
bila produksi drain <20cc selama 24 jam setelah kateter
dilepas
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Open Prostatektomi Millin’s


4. Pasca Prosedur Tindakan 1. Evaluasi kualitas dan kuantitas produksi urin
2. Evaluasi produksi drain
5. Tingkat Evidens I/II/III/IV
6. Tingkat Rekomendasi A/B/C
7. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
8. Indikator Prosedur Tindakan
9. Kepustakaan 1. Blandy J; Operative Urology. Blackwell Scientific
Publications; Oxford-London-Edinburgh-Melbourne, 1978,
p. 202-223.
2. Devine CJ, Jordan. GH, Schlossberg SM, ; Surgery of the
Penis and Urethra, Cambell’s Urology, 6 th Ed WB Saunders
Co. Philladelphia-London-Toronto-Montreal-Sydney-Tokyo,
1992, p. 2982 –3032.
3. Resnick M.I. Caldamone A.A. and Spirnak J.P. : Decision
Making In Urology. The C.V. Mosby Company : St. Louis-
Toronto-London 1985, p. 172-173.

Prosedur Radikal Nefrektomi


1. Pengertian (Definisi) Tindakan bedah untuk mengangkat seluruh ginjal beserta
fascia gerota
2. Indikasi
3. Kontra Indikasi
4. Persiapan 1. Persiapan pasien
2. Persiapan alat dan bahan
5. Prosedur Tindakan 1. Pasang foto-foto di light box
2. Setelah pasien dibius, paang kateter 16F dan urobag.
Perhatikan kesesuaian marker/lokasi yang akan dilakukan
tindakan operasi.
3. Letakkan pasien pada posisi semi oblique kanan
4. Disinfeksi lapangan operasi dengan povidone iodine 10%
(mulai pada lapanagan operasi sampai umbilikus bagian
depan, linea scapularis belakang dan papilla mamma).
5. Persempit lapangan operasi dengan doek steril
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Radikal Nefrektomi


6. Insisi cevron, buka lapis demi lapis mulai dari kulit, lemak
subkutikuler, fasia, otot, sampai peritoneum
7. Buka peritoneum, sisihkan usus ke medial
8. Insisi peritoneum di tepi lateral kolon desenden (nefrektomi
ginjal kiri) atau kolon asenden (nefrektomi ginjal kanan)
9. Bebaskan fascia gerota dari lemak sekitar
10. Identifikasi pembuluh darah baik vena maupun arteri renalis
11. Klem dan ligasi pembuluh darah ginjal dari arteri dan vena
ginjal
12. Klem dan ligasi ureter
13. Bebaskan ginjal beserta fascia gerota hingga terlepas dari
jaringan sekitar
14. Kontrol perdarahan, jahit peritoneum di daerah retro yang
telah diinsisi.
15. Jahit luka operasi lapis demi lapis
16. Membuat laporan tindakan yang telah dilakukan.
6. Pasca Prosedur Tindakan 1. Evaluasi kualitas dan kuantitas produksi urin
2. Evaluasi produksi drain
7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
10. Indikator Prosedur Tindakan Pasien radikal nefrektomi dengan 7 hari perawatan

11. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 10th ed, section 3, chapter 6,Thn. 2011
2. Smith’s General Urology, edisi 17, tahun 2008, hal. 155-156
Dasar-dasar urologi, edisi ketiga
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Radikal Orkidektomi


1. Pengertian (Definisi) Tindakan bedah mengambil testis
2. Indikasi Tumor testis
3. Kontra Indikasi
4. Persiapan
5. Prosedur Tindakan 1. Pasien tidur terlentang di atas meja operasi dengan
anestesi baik general maupun regional
2. Cek kesesuaian marker operasi dengan diagnosis dan
rencana tindakan operasi
3. Disinfeksi lapangan operasi dengan povidone iodine 10%
4. Persempit lapangan operasi dengan doek steril
5. Insisi pada kulit 2 cm di atas ligamen inguinalis,
diperlebar ke arah tuberkulum pubikum sebesar 8 – 10
cm, perdalam sayatan lapis demi lapis hingga
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Radikal Orkidektomi


aponeurosis muskulus oblikus eksternus
6. Buat sayatan pada aponeurosis muskulus oblikus
eksternus di antara ostium inguinalis interna dan
eksterna, masukkan gunting Metzenbaum dalam sayatan
untuk membebaskan struktur-struktur di sekitar kanalis
inguinalis
7. Setelah terbuka, identifikasi funikulus spermatikus,
babaskan funikulus spermatikus darri jaringan sekitarnya
secara tumpul termasuk muskulus kremaster sampai
dengan muara kanalis ingunalis eksterna, hati-hati
dengan arteri hypogastrika dan hernia ingunalis medialis
8. Funikulus spermatikus diklem secara tumpul (bulldock
clamp atau Satensky), bebaskan funikulus spermatikus
dan testis dengan jaringan sekitar hingga testis dapat
dikeluarkan melalui luka operasi
9. Setelah dicurigai keganasan testis, klem funikulus di dua
tempat, potong di antara dua klem tersebut, kemudaian
ikat ujung proksimal funikulus spermatikus dengan silk 0
10. Inspeksi daerah operasi, terutama daerah kanalis
inguinalais, jika terdapat perdarahan, hentikan
perdarahan, bersihkan daerah perdarahan dengan PZ
11. Jahit lapis demi lapis lapangan operasi, tutup aponeurosis
muskulus oblikus eksternus dengan silk no. 2, jahit kulit
lapis demi lapis
12. Tutup luka dengan tulle dan kassa steril
13. Pasang skrotal support
6. Pasca Prosedur Tindakan Pertahankan skrotal support selama 3 hari
7. Tingkat Evidens I/II/III/IV
8. Tingkat Rekomendasi A/B/C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
10. Indikator Prosedur Tindakan
11. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 10th ed, Thn. 2011
2. Smith’s General Urology, edisi 17, tahun 2008, hal
3. Dasar-dasar urologi, edisi ketiga
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Neoimplantasi Ureter


1. Pengertian (Definisi) Tindakan operasi yang menggunakan sebagian jaringan buli
untuk menyambung ureter sepertiga distal
2. Indikasi Trauma ureter
3. Persiapan 1. Inform consent
2. Surat persetujuan tindakan medis
3. Persiapan operasi : Puasa
4. Persiapan alat dan bahan di kamar operasi
5. Marker lokasi operasi
4. Prosedur Tindakan 1. Posisi supinasi dalam anestesi local/regional/general.
2. Melakukan disinfeksi dengan menggunakan larutan
povidon iodin 10%
3. Tutup lapangan operasi dengan doek steril
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Neoimplantasi Ureter


4. Dilakukan approach terhadap pelvis secara extraperitoneal
maupun intraperitoneal melalui insisi pada abdomen
bagian bawah
5. Buli dibebaskan dari symphisis pubis dan peritoneum.
Kemudian dikembangkan dengan saline dan peritoneum
dibebaskan dari dome buli
6. Bagian paling superior dari buli dijahit ke musculus psoas
dengan benang absorbable
7. Dibuat insisi berbentuk trapezoid pada buli dengan ujung-
ujungnya (4 cm di bagian apex dan 3 cm di bagian basal)
ditegel dengan benang.
8. Bagian pinggir dan apex dari flap diinsisi dan flap ditarik ke
arah superior mendekati ureter yang akan disambung. Dan
ujung ureter dimasukkan ke dalam otot buli.
9. Defek pada fundus buli dijahit dan flap dibentuk melingkar
dengan mendekatkan sisi lateral flap dan dijahit 2 lapis
dengan benang absorbable.
10. Ujung dari flap ditutup sehingga mencegah terjadinya
strangulasi ureter.
11. Pasang drain dan cystostomy.
12. Menutup fascia dan kulit.
13. Membuat laporan prosedur tindakan
5. Pasca Prosedur Tindakan 1. Evaluasi kualitas dan kuantitas produksi urin
2. Evaluasi produksi drain
6. Tingkat Evidens III
7. Tingkat Rekomendasi C
8. Penelaah Kritis 1. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
2. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
9. Indikator Prosedur Perawatan neoimplantasi ureter selama 5 hari
Tindakan
10. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 10thed
2. Smith’s General urology, edisi 17
3. Dasar-dasar Urologi, edisi ketiga
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Orkidopeksi
1. Pengertian (Definisi) Tindakan bedah memfiksasi testis pada tunika dartos
2. Indikasi Undesensus testis
3. Kontra Indikasi
4. Persiapan 1. Inform consent
2. Surat persetujuan tindakan medis
3. Persiapan operasi : Puasa
4. Persiapan alat dan bahan di kamar operasi
5. Marker lokasi operasi
5. Prosedur Tindakan 1. Pasien tidur terlentang di atas meja operasi dengan anestesi
baik general maupun regional
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

2. Cek kesesuaian marker operasi dengan diagnosis dan


rencana tindakan operasi
3. Disinfeksi lapangan operasi dengan povidone iodine 10%
4. Persempit lapangan operasi dengan doek steril
5. Insisi pada daerah inguinal, dua jari di atas symphisis sampai
dengan dua jari medial SIAS mengikuti lipatan kulit terbawah,
lapis demi lapis hingga terlihat testis dan funikulus
spermatikus
6. Identifikasi testis
7. Testis dan funikulus spermatikus dibebaskan seproksimal
mungkin sehingga testis dapat diturunkan ke skrotum
8. Insisi skrotum untuk membuat dartos pouch
9. Fiksasi testis pada tiga tempat menggunakan benang non
absorbable (medial, lateral dan inferior) pada tunika
albuginea dan tunika dartos
10. Kulit skrotum dijahit satu-satu menggunakan benang
absorbable
11. Pasang skrotal support
6. Pasca Prosedur Tindakan Pertahankan skrotal support selama 3 hari
7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
10. Indikator Prosedur 80% pasien dengan orchidopexy dirawat 3 hari perawatan
Tindakan
11. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun
2007
2. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008,

Prosedur Hidrokelektomi
1. Pengertian (Definisi) Tindakan bedah yang bertujuan untuk mengangkat atau
menghilangkan kantung hidrokel baik dengan cara eksisi, eksisi
marsupiliasi maupun ekstirpasi in toto
2. Indikasi Hidrokel
3. Kontra Indikasi 1. Infeksi intrascrotal
2. Keganasan intrascrotal
4. Persiapan 1. Inform consent
2. Surat persetujuan tindakan medis
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Hidrokelektomi
3. Persiapan operasi : Puasa
4. Persiapan alat dan bahan di kamar operasi
5. Marker lokasi operasi
5. Prosedur Tindakan Pada hidrokel non komunikans
1. Pasien tidur terlentang di atas meja operasi dengan
anestesi baik general maupun regional
2. Cek kesesuaian marker operasi dengan diagnosis dan
rencana tindakan operasi
3. Disinfeksi lapangan operasi dengan povidone iodine 10%
4. Persempit lapangan operasi dengan doek steril
5. Insisi kulit pararaphe pada bagian skrotum yang paling
menonjol lapis demi lapis sampai tampak tunika vaginalis
6. Dilakukan preparasi tumpul untuk meluksir hidrokel
7. Pada hidrokel testis:
– bila besar sekali dapat dilakukan aspirasi isi kantong
hidrokel. Insisi bagian yang menonjol dari hidrokel
kemudian tunika vaginalis parietal di marsupialisasi,
bila diperlukan plikasi (teknik jaboulay) atau tunika
vaginalis parietal dieksisi dan tepinya diplikasi (teknik
Lord)
8. Pada hidrokel funikuli
– dilakukan preparasi tumpul untuk meluksir hidrokel
hingga terlepas dari jaringan sekitarnya (testis dan
funikulus) secara in toto
9. Inspeksi daerah operasi, jika terdapat perdarahan hentikan
perdarahan
10. Tutup lapis demi lapis dengan benang absorbable
11. Pasang skrotal support

Pada hidrokel komunikans


1. Pasien tidur terlentang di atas meja operasi dengan
anestesi baik regional maupun general. Cek kesesuaian
marker operasi dengan diagnosa dan rencana tindakan
operasi
2. Disinfeksi lapangan operasi dengan povidone iodine 10%
3. Persempit lapangan operasi dengan doek steril
4. Insisi pada kulit 2 cm di atas ligamen inguinalis, diperlebar
ke arah tuberkulum pubikum sebesar 8-10 cm, perdalam
sayatan lapis demi lapis hingga aponeurosis muskulus
oblikus eksternus.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Hidrokelektomi
5. Buat sayatan pada aponeurosis muskulus oblikus eksternus
di antara ostium inguinalis interna dan eksterna, masukkan
gunting Metzenbaum ke dalam sayatan tersebut untuk
membebaskan struktur-struktur di sekitar kanalis inguinalis
6. Setelah terbuka, identifikasi funikulus spermatikus,
identifikasi kantong hidrokel, perhatikan hubungan
kantong hidrokel dengan rongga intraabdomen

Pada hidrokel komunikans


1. Jika terdapat hubungan dengan rongga intra abdomen,
bebaskan kantong hidrokel dengan jaringan sekitar
seproksimal mungkin
2. Klem kantong hidrokel seproksimal mungkin, ikat dengan
benang non absorbable n0 1-0. Potong kantong hidrokel di
bagian distal dan diklem
3. Inspeksi daerah operasi. Jika terdapat perdarahan,
hentikan perdarahan. Jahit lapis demi lapis lapangan
operasi, tutup aponeurosis muskulus oblikus eksternus
dengan silk no. 2, jahit kulit lapis demi lapis
4. Tutup luka dengan tulle dan kassa steril
5. Pasang skrotal support
6. Pasca Prosedur Tindakan Pertahankan skrotal support selama 3 hari
7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
10. Indikator Prosedur 80% pasien dengan hidrocelectomy dirawat 3 hari perawatan
Tindakan
11. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun
2007
2. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008,
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007,

Prosedur Primary Endoscopic Realignment (PER)


1. Pengertian (Definisi) Tindakan bedah secara endoskopik untuk mengembalikan
alimentasi uretra dengan memasang kateter melalui sheath
per uretra
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

2. Indikasi Trauma uretra


3. Kontra Indikasi Terdapat kontra indikasi pembiusan
4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis
2. Persiapan operasi : Puasa
3. Antibiotik profilaksis
4. Uretrografi
5. Prosedur Tindakan 1. Setelah dilakukan anestesi regional pasien diletakkan dalam
posisi lithotomi
2. Dilakukan desinfeksi dengan povidone jodine didaerah penis
scrotum dan sebagian dari kedua paha dan perut sebatas
umbilikus
3. Persempit lapangan operasi dengan memasang sarung kaki
dan doek panjang berlubang
4. Kateter suprapubik diganti dengan cystoscope sampai
menuju bladder neck
5. Half Sheath dengan urethrotome 20 Fr dimasukkan lewat
uretra sampai bertemu dengan cystoscope dari suprapubik
6. urethrotome setelah berada di buli-buli, kateter foley
dimasukkan melalui half sheath, half sheath perlahan dilepas.
7. Kateter suprapubik dilepas
8. dipasang Spoel PZ / Aquades.

6. Pasca Prosedur Tindakan Evaluasi produksi urin


Pertahankan kateter selama 2 minggu
7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
10. Indikator Prosedur
Tindakan
11. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun
2007
2. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal. 155 –
156
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal. 227 –
229

Prosedur Repair Buli-buli


1. Pengertian (Definisi) Prosedur pembedahan terbuka untuk memperbaiki buli-buli
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

yang mengalami kebocoran


2. Indikasi Trauma buli intraperitoneal
3. Kontra Indikasi Tidak bisa dilakukan tindakan pembiusan
4. Persiapan 1. Inform consent
2. Surat persetujuan tindakan operasi
3. Persiapan pasien
4. Persiapan alat dan bahan
5. Prosedur Tindakan 1. Pasang kateter 16 Fr dan urobag
2. Pasang foto-foto (sistografi) di light Setelah dibius, pasien
diletakkan dalam posisi supine
3. Dilakukan desinfeksi dengan larutan Povidone Iodine 10 %
4. Persempit lapangan operasi dengan doek steril
5. Time out
6. Insisi midline lapis demi lapis dan rawat perdarahan.
7. Sisihkan peritoneum kearah medial
8. Identifikasi buli buli yang mengalami kebocoran
9. Jahit buli dengan jahitan 3 lapis menggunakan benang
vicryl 4-0 secara jelujur pada lapisan subepitel, interuptus
pada lapisan otot, interuptus pada lapisan peritoneum
10. Cuci lapangan operasi dengan PZ dan rawat perdarahan
11. Pasang redon drain di intraperitonial dan fiksasi di kulit
dengan zeyde 2-0
12. Tutup lapangan operasi lapis demi lapis.
13. Tutup luka operasi dengan tulle dan kassa steril  
6. Pasca Prosedur Tindakan 1. Evaluasi kualitas dan kuantitas produksi urin
2. Monitoring Keadaan umum
3. Monitor [perdarahan pasca operasi
4. Monitor produksi drain
7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
10. Indikator Prosedur 80% pasien dengan repair buli dirawat di RS dengan 7 hari
Tindakan perawatan
11. Kepustakaan 1. Blandy J; Operative Urology. Blackwell Scientific
Publications; Oxford-London-Edinburgh-Melbourne, 1978,
2. Devine CJ, Jordan. GH, Schlossberg SM, ;, Cambell’s
Urology, 6 th Ed WB Saunders Co. Philladelphia-London-
Toronto-Montreal-Sydney-Tokyo, 1992,
3. Resnick M.I. Caldamone A.A. and Spirnak J.P. : Decision
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Making In Urology. The C.V. Mosby Company : St. Louis-


Toronto-London 1985,

Prosedur End to end anastomose ureter


PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

1. Pengertian (Definisi) Suatu tindakan operasi terbuka untuk menyambung kembali


ureter
2. Indikasi Trauma ureter
3. Kontra Indikasi Terdapat kontra indikasi pembiusan
4. Persiapan 1. Inform consent
2. Surat persetujuan tindakan medis
3. Persiapan operasi : Puasa
4. Antibiotik profilaksis

5. Prosedur Tindakan 1. Pasang kateter 16 Fr dan urobag


2. Pasang foto-foto (BOF/IVP) di light box Setelah
dibius, pasien diletakkan dalam posisi supine
3. Dilakukan desinfeksi dengan larutan Povidone
Iodine 10 %
4. Persempit lapangan operasi dengan doek steril
5. Time out
6. Insisi dengan pendekatan flank atau midline sesuai
dengan lokasi ureter yang injury, lapis demi lapis
dan rawat perdarahan.
7. Sisihkan peritoneum kearah medial, pasang
spreader
8. Identifikasi ureter yang laserasi, dan atau ujung
ureter proksimal dan ujung distal
9. Teugel ureter proksimal dan distal
10. jika diperlukan dapat dilakukan pemasangan DJ
Stent
11. Jahit ureter proksimal dan distal dengan vicryl 4-0
secara jelujur
12. Cuci lapangan operasi dengan PZ dan rawat
perdarahan
13. Pasang redon drain di retroperitonial dan fiksasi di
kulit dengan zeyde 2-0
14. Tutup lapangan operasi lapis demi lapis.
15. Tutup luka operasi dengan tulle dan kassa steril  

6. Pasca Prosedur Tindakan 1. Monitoring produksi drain post op


2. Monitoring perdarahan post op
3. Monitoring produksi urin post op
7. Tingkat Evidens III
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
10. Indikator Prosedur
Tindakan 80% pasien dengan end to end anastomose dilakukan
perawatan selama 5 hari
11. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6,
Tahun 2007
2. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008,
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007,
4. Anderson E.E.; Ureterolithotomy, in Urologic
Surgery, 4th Edition, Edited by James F Glenn,
Chapter 24, p.276-268.
5. Greenstein A., Smith V., Koontz W.W. :
Ureterolithotomy in Surgery of the ureter,
Campbell’s Urology 6th Edition,.
6. Spirnac JP, Resnick M., Treatment of Ureteral Stones,
in Smith General Urology, 13th Edition, Edited by
Emil A. Tanagho, Jack W. Mc Aninch
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Chordectomy
1. Pengertian (Definisi) Tindakan pembedahan untuk membebaskan corde pada
kelainan kurvatur penis
2. Indikasi 1. Chordae
2. Hypospadia

3. Kontra Indikasi
4. Persiapan 1. Inform consent
2. Surat persetujuan tindakan medis
3. Persiapan operasi : Puasa
4. Persiapan alat dan bahan di kamar operasi
5. Marker lokasi operasi
5. Prosedur Tindakan 1. Letakkan pasien pada posisi litotomi
2. Desinfeksi  lapangan  operasi  dengan  Povidone 
Iodine 10%  Persempit lapangan operasi dengan doek
steril.
3. Dilakukan general anastesi
4. Pasang kateter dan urobag
5. Time out
6. Degloving kulit yang meliputi penis
7. Release jaringan fibrosa pada uretral plate dengan cara
diseksi jaringan fibrosa chordee pada uretral plate mulai
dari glands sampai meatus sampai ventral penis terbebas
sepenuhnya
8. Dilakukan hemostasis untuk rawat perdarahan
9. Fiksasi kulit sampai ke permukaan ventral penis pada
corpora cavernosa
10. Dilakukan dessing luka dengan bebat

6. Pasca Prosedur Tindakan Evaluasi perdarahan pasca operasi


7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
10. Indikator Prosedur 80% pasien dengan chordectomy dirawat dalam 7 hari
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Chordectomy
Tindakan perawatan
11. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun
2007
2. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008,
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Uretroplasty
1. Pengertian (Definisi) Tindakan pembedahan rekonstruksi untuk membuat uretra

2. Indikasi 1.Chordee
2.Hypospadia
3. Kontra Indikasi
4. Persiapan 1. Inform consent
2. Surat persetujuan tindakan medis
3. Persiapan operasi : Puasa
4. Persiapan alat dan bahan di kamar operasi
5. Marker lokasi operasi

5. Prosedur Tindakan 11. Letakkan pasien pada posisi litotomi


12. Desinfeksi  lapangan  operasi  dengan  Povidone 
Iodine 10%  Persempit lapangan operasi dengan
doek steril.
13. Dilakukan general anastesi
14. Pasang kateter dan urobag
15. Time out
16. insisi kulit dari ventral penis pada sisi-sisi lateral yang
meliputi penis
17. insisi uretral plate bagian midline
18. Letakkan kateter pada dasar uretral plate kemudian
dilakukan tubularisasi dan dijahit dengan jahitan 2
lapis.Lapisan pertama dengan menggunakan jahitan
interuptus, lapisan kedua dengan menggunakan
jahitan jelujur.
19. Dilakukan hemostasis untuk rawat perdarahan
20. Kulit ditutup dan dijahit dengan benang non
absorbable
21. Dilakukan dessing luka dengan bebat

6. Pasca Prosedur Tindakan Evaluasi perdarahan pasca operasi


7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU


10. Indikator Prosedur
Tindakan 80% pasien dengan tindakan uretroplasty dirawat dalam 7
hari perawatan
11. Kepustakaan 4. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun
2007
5. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008,
6. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007,
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Sirkumsisi
1. Pengertian (Definisi) Tindakan pembedahan untuk membuang preputium pada
penis sehingga gland penis menjadi terbuka

2. Indikasi 1.Sosial
2.Fimosis
3.Parafimosis
4.Balanopostitis
5. Condiloma akuminata
6. Karsinoma squamosa pada preputium
3. Kontra Indikasi 1.Terdapat kontra indikasi pembiusan
2. Hipospadia
3. Epispadia
4. korde
5. Megalouretra
6. Webbed penis
4. Persiapan 1. Inform consent
2. Surat persetujuan tindakan medis
3. Persiapan operasi : Puasa
4. Persiapan alat dan bahan di kamar operasi
5. Marker lokasi operasi

5. Prosedur Tindakan 22. Letakkan pasien pada posisi litotomi


23. Desinfeksi  lapangan  operasi  dengan  Povidone 
Iodine 10%  Persempit lapangan operasi dengan
doek steril.
24. Dilakukan blok infiltrasi lokal anastesi dengan
lidocain pada pangkal/basis penis
25. Preputium di klem pada arah jam 10 jam 2 dan jam 6
26. Arteri frenulum di ligasi dengan benang serap
27. Dilakukan dorsal insisi pada dorsal preputium sampai
dibawah gland gland, kemudian diteruskan insisi
melingkar pada preputium sepanjang sulcus
coronarius sampai kulit preputium terlepas
28. Dilakukan hemostasis untuk rawat perdarahan
29. Dilakukan jahitan terputus dengan benang serap
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

antara kulit proksimal dengan distal arah jam 3,


6,9,12
30. Dilakukan perawatan terbuka

6. Pasca Prosedur Tindakan Evaluasi perdarahan pasca operasi


7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
10. Indikator Prosedur
Tindakan 80% pasien yang disirkumsisi dirawat dalam 1 hari
perawatan
11. Kepustakaan 7. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun
2007
8. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal. 155
– 156
9. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal. 227
– 229
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Pyeloplasty
1. Pengertian (Definisi) Tindakan pembedahan rekonstruksi pelvis renalis pada
stenosis ureteropelvico junction

2. Indikasi Stenosis Uretero Pelvico Junction


3. Kontra Indikasi Terdapat kontra indikasi pembiusan
4. Persiapan 1. Inform consent
2. Surat persetujuan tindakan medis
3. Persiapan operasi : Puasa
4. Antibiotik profilaksis/terapeutik
5. Persiapan alat dan bahan di kamar operasi
6. Marker lokasi operasi

5. Prosedur Tindakan 31. Pasang foto-foto (BOF/IVP) di light box Setelah


dibius, Pasang kateter dengan ukuran sesuai usia
peasien dan urobag, perhatikan kesesuaian
marker/lokasi yang akan dilakukan tindakan operasi
32. Letakkan pasien pada posisi lumbotomi, tidur
miring  sesuai  dengan  letak  stenosis  pada sisi atas
33. Desinfeksi  lapangan  operasi  dengan  Povidone 
Iodine 10%  (mulai pada lapangan   operasi  sampai
umbilikus dibagian depan, linea skapularis belakang
dan papilla mama).
34. Persempit lapangan operasi dengan doek steril.
35. Insisi kulit dimulai  dari  tepi  bawah  arkus  kosta XI 
sampai  ke arah  umbilikus sepanjang lebih kurang 15
cm.  Insisi diperdalam lapis demi lapis dengan
memotong fascia eksterna, muskulus intercostalis
dibelakang dan muskulus oblikus abdominis di depan
sampai didapatkan fascia abdominis internus.
36. Fascia abdominis dibuka sedikit, kemudian 
peritoneum  dilepaskan dan disisihkan
penempelannya pada fascia seperlunya ( sampai ke
tepi luka insisi kulit ).
37. Dicari fascia gerota dan dibuka dengan dilakukan
kauterisasi terlebih dahulu. Fascia gerota dibuka
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

lebih kurang sepanjang tepi ginjal.


38. Dicari terlebih dahulu ureter pada kutub bawah
ginjal dan diteugel dengan kateter Nelaton.  Lemak
perirenal dibersihkan  dengan  menggunakan pinset
anatomis dan gunting Metzembaum bila perlu
dilakukan kauterisasi terlebih dahulu.
39. Setelah ginjal telah bebas dari lemak dilakukan
fiksasi ginjal pada kedua kutubnya  dengan kasa dan
di identifikasi pielum dengan mencari hubungannya
pada ureter.
40. Identifikasi pelvis renalis dan ureter proksimal dan
bagian yang mengalami stenosis, pasang jahitan
tegel pada bagian anterior pelvis renalis serta bagian
anterior ureter proksimal.
41. Dilakukan insisi pada pelvis renalis diatas bagian
yang mengalami stenosis. Insisi pada proksimal
ureter dibawah UPJ yang mengalami stenosis. Insisi
bagian posterior ureter sepanjang 2-3 cm untuk
dilakukan anastomose dengan bagian bawah pelvis
renalis yang telah dieksisi
42. Pasang feeding tube 3.5 atau 5.0 pada ureter sebagai
stent sementara
43. Dilakukan anastomose pada ureter dengan pelvis
renalis dengan benang absorbable monofilamen 6-0
atau 7-0 dengan jahitan jelujur
44. Sebelum jahitan anastomose selesai, stent dilepas,
kemudian jahitan anastomose dilanjutkan
45. Cuci lapangan operasi dengan larutan PZ

46. Pasang drain dan hitung jumlah kassa yang dipakai


sebelum menutup luka operasi
47. Luka operasi ditutup lapis demi lapis, muskulus
oblikus abdominis internus dan muskulus oblikus
abdominis transversus jahit satu lapis, muskulus
oblikus abdominis eksternus satu lapis dengan
menggunakan benang polyglactin 1.0 secara jelujur.
Lemak subkutan dengan plain catgut 3.0 dan kulit
dengan Silk 1.0
48. Tutup luka operasi dengan tulle dan kassa steril
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

6. Pasca Prosedur Tindakan Evaluasi produksi drain dan perdarahan pasca operasi
7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
10. Indikator Prosedur
Tindakan 80% pasien stenosis UPJ
11. Kepustakaan 10. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun
2007
11. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal. 155
– 156
12. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal. 227
– 229
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Trokar Sistostomi (ICOPIM: 5.572)


1. Pengertian (Definisi) Trokar Sistostomi adalah Suatu tindakan pembedahan
untuk mengalirkan kencing melalui lubang yang dibuat di
supra pubik untuk mengatasi retensi urin dan
menghindari komplikasi dengan menggunakan alat trokar.

2. Indikasi 1. retensio urin dimana:


a. kateterisasi gagal: striktura uretra, batu uretra
yang menancap (impacted)
b. kateterisasi tidak dibenarkan: ruptur uretra
2. Syarat pada sistostomi trokar:
a. buli-buli jelas penuh dan secara palpasi teraba
b. tidak ada sikatrik  bekas operasi didaerah
abdomen bawah
c. tidak dicurigai adanya perivesikal hematom,
seperti pada fraktur pelvis

3. Kontra Indikasi 1. Buli-buli tidak jelas penuh dan secara palpasi tidak
teraba
2. Terdapat sikatrik  bekas operasi didaerah abdomen
bawah
3. Dicurigai adanya perivesikal hematom, seperti pada
fraktur pelvis

4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis


2. Persiapan operasi
3. Antibiotik profilaksis
4. Membuat tanda / marker insisi yang akan dilakukan.

5. Prosedur Tindakan 1. Sebaiknya operator berdiri disebelah kiri pasien. Cek


ulang semua alat  dan siap pakai. Serta kecocokan
antara kateter dengan trokar
2. Semua alat yang diperlukan diatur ditempat khusus
dan diletakkan sehingga terjangkau oleh operator.
3. Operasi dikerjakan dengan teknik aseptik. Cukur
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

rambut pubis.
4. Daerah operasi desinfeksi dengan povidone iodine
dan ditutup dengan “doek” lubang steril.
5. Di daerah yang akan di insisi (2-3 jari) diatas simpisis,
dilakukan infiltrasi anastesi dengan larutan xylocain
linea alba. Kemudian lakukan insisi dengan pisau
6. Trokar set, dimana canulla dalam keadaan terkunci
pada “Sheath”  ditusukkan melalui insisi tadi ke arah 
buli-buli  dengan posisi telentang miring ke bawah.
7. Sebagai  pedoman arah trokar adalah tegak miring
ke arah kaudal sebesar 15-30%.
8.  Telah masuknya trokar ke dalam buli-buli akan
ditandai dengan : Hilangnya hambatan  pada trokar,
Keluarnya urin melalui lubang pada canulla
9. Trokar  terus dimasukkan sedikit lagi.
10. Secepatnya trokar dilepaskan dari  “Sheath”nya dan
secepatnya pula foley kateter, sesuai ukuran trokar,
dimasukkan dalam buli-buli melalui kanal dari 
“sheath” yang masih terpasang, kembangkan balon
kateter 10-15cc, tarik kateter untuk menilai apakah
balon sudah berfungsi
11. Pangkal kateter segera dihubungkan dengan “urin
bag” Sekarang  “sheath” dapat  dilepas dan kateter
ditarik keluar sampai balon menempel pada dinding
buli-buli.
12. Insisi ditutup dengan kasa steril dan di fiksasi ke kulit
dengan plester/hypafix.

6. Pasca Prosedur Tindakan 1. Pembuatan laporan operasi


2. Pelepasan benang jahitan keseluruhan 10 hari pasca
operasi.
3. Pelepasan kateter sesuai indikasi
7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU

10. Indikator Prosedur Pasien dapat pulang / KRS setelah tindakan


Tindakan
11. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6,
Tahun 2007
2. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal.
155 – 156
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal.
227 – 229
4. Blandy JP. Cystostomy in: Whitfield HN (ed). Rob &
Smith’s Operative Surgery: Genitourinary Surgery. 5th
ed. Oxford: Butterworth-Heinemann Ltd; 1993.
p.329-33.
5. Gardjito W. Retensi Urin Permasalahan dan
Penatalaksanaannya. Jurnal Urologi Indonesia. 1994;
4(2): 18-26.
6. McAninch JW. Injuries to the Genitourinary Tract in:
Tanagho EA, Mc Aninch JW (eds). Smith’s General
Urology. 16th ed. New York: Lange Medical
Books/McGraw-Hill; 2004, p.291-310.
7. McAninch JW, Santucci RA. Genitourinary Trauma in:
Walsh PC (ed). Campbell’s Urology. 8th ed.
Philadelphia: Elsevier; 2002. p.3707-44
8. Devine CJ, Jordan. GH, Schlossberg SM, ; Surgery of
the Penis and Urethra, Cambell’s Urology, 6 th Ed
WB Saunders Co. Philladelphia-London-Toronto-
Montreal-Sydney-Tokyo, 1992, p. 2982 –3032.
9. Resnick M.I. Caldamone A.A. and Spirnak J.P. :
Decision Making In Urology. The C.V. Mosby
Company : St. Louis-Toronto-London 1985, p. 172-
173
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Open sistostomi

1. Pengertian (Definisi) Sistostomi merupakan tindakan mengalirkan kencing


melalui
lubang yang dibuat pada supra pubik untuk mengatasi
retensi urin
dan menghindari komplikasi

2. Indikasi 1. Retensi urin pada kasus striktur uretra


2. Trauma uretra
3. Kontra Indikasi 1. Keganasan kandung kemih
2. Gangguan pembekuan darah
3. Infeksi daerah dinding abdomen
4. Adanya graft vaskuler subkutan di daerah suprapubik
4. Persiapan 1. Persiapan pasien
2. Persiapan alat dan bahan
3. …………………………………………………………………………………
…………………
4. …………………………………………………………………………………
………………..
5. …………………………………………………………………………….......
.................

5. Prosedur Tindakan 1. Pasien dibius dengan general anastesi, pada kondisi


tertentu dapat dilakukan lokal anastesi.
2. Pasien diletakkan dalam posisi terlentang biasa, kadang
diperlukan tambahan pengangkat sakrum.
3. Kulit perut bawah sampai dasar penis, pelipatan paha
kanan dan kiri di desinfeksi dengan larutan povidon
iodine 10%
4. Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

5. Irisan yang digunakan disini adalah digaris median tegak


lurus keatas sampai dibawah pusat..
6. Irisan ini mulai dari kulit diperdalam terus menembus
lapisan subcukan, fasia dari muskulus rektus yang digaris
tengah kita namakan linea alba.
7. Dilakukan penyisihan lipatan peritoneum diatas buli-buli
keatas. Dalam buli-buli penuh, lipatan peritoneum ini
dengan sendirinya sudah terdorong keatas. Kedudukan
ini dipertahankan dengan meletakkan kasa basah
diatasnya dan menariknya keatas (memakai retraktor).
8. Buli2 dikenal karena banyak pembuluh darah vena yang
berjalan sebagian besar vertikal
9. Dinding buli disangga dua jahitan yang diletakkan disisi
kanan – kiri dinding buli sebelah depan (dapat pula
digunakan klem dari Allis).
10.Untuk meyakinkan dapat dilakukan pungsi buli, dan bila
diperlukan tempat pungsi tersebut diperlebar dengan
menggunakan gunting metzemboum.
11.Dimasukkan kateter foley 20-24F, balon dikembangkan
20- 30cc
12.Luka buli-buli ditutup kembali dengan jahitan benang
chrom catgut No. 0-2, tidak dibenarkan menjahit dengan
benang yang tidak dapat diserap.
13.Bila diperlukan diversi suprapubik untuk jangka lama
maka dinding buli digantungkan di dinding perut dengan
jalan menjahit dinding buli-buli pada otot rektus kanan
dan kiri.
14.Luka operasi dijahit lapis demi lapis : Otot dengan catgut
chromic ; Fasia dengan catgut chromic ; Lemak dengan
catgut plain.Kulit dengan benang Silk
15.Untuk mencegah terlepasnya kateter maka selain balon
kateter dikembangkan juga dilakukan penjahitan fiksasi
kateter dengan kulit.
6. Pasca Prosedur Tindakan 1. Evaluasi kualitas dan kuantitas produksi urin
2. …………………………………………………………………………………
……………….
3. …………………………………………………………………………………
………………
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

7. Tingkat Evidens I/II/III/IV


8. Tingkat Rekomendasi A/B/C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU

10. Indikator Prosedur


Tindakan ……………………………………………………………………………………………
….…………..
11. Kepustakaan 1. Blandy J; Operative Urology. Blackwell Scientific
Publications ;Oxford-London-Edinburgh-Melbourne,
1978, p. 202-223.
2. Devine CJ, Jordan. GH, Schlossberg SM, ; Surgery of the
Penis and Urethra, Cambell’s Urology, 6 th Ed WB
Saunders Co. Philladelphia-London-Toronto-
Montreal-Sydney-Tokyo, 1992, p. 2982 –3032.
3. Resnick M.I. Caldamone A.A. and Spirnak J.P. : Decision
Making In Urology. The C.V. Mosby Company : St.
Louis- Toronto-London 1985, p. 172-173.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Orkidektomi dan Orkhidopeksi pada Torsio Testis (ICOPIM: 5.550)


1. Pengertian (Definisi) Orkidektomi merupakan operasi pengambilan testis
2. Indikasi 1. Pada saat melakukan orchidopexy tidak mungkin
didapatkan panjang funikulus spermatikus yang cukup
untuk meletakkan testis pada skrotum
2. Pada kelainan torsio testis, dimana jaringan testis
sudah mengalami nekrosis
3. Ruptur dari tunika vaginalis testis setelah trauma,
untuk mencegah ”sympathetic orchidopathia dari
kerusakan testis yang mengalami trauma
4. Timbulnya abses pada testis dan epididimis setelah
infeksi, yang refrakter terhadap terapi antimikrobial.
5. Keganasan pada testis (dilakukan dengan pendekatan
inguinal)

3. Kontra Indikasi 1. Terdapat kontra indikasi pembiusan


4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis
2. Persiapan operasi : Puasa
3. Antibiotik profilaksis
4. Membuat tanda / marker insisi yang akan dilakukan.

5. Prosedur Tindakan 1. Pasien diposisikan supine dengan anastesi regional


2. Disienfeksi lapangan operasi dengan povidone iodine
10%
3. Persempit lapangan operasi dengan doek steril.
4. Insisi para raphe skrotalis lapis demi lapis hingga
terlihat tunika vaginalis testis.
5. Identifikasi funikulus spermatikus, ada tidaknya
puntiran, arah serta derajat puntiran
6. Identifikasi testis, untuk menilai viabilitas, jika testis
sudah tidak viable (nekrosis) dilanjutkan dengan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

orkidektomi
7. Funikulus spermatikus dikeluarkan, kemudian
diklamp di 2 tempat menggunakan forseps kocher
dan diikat dengan benang non absorbable, funikulus
spermatikus dipotong pada ikatan yang distal.
8. Kulit skrotum dijahit satu-satu menggunakan benang
absorbable
9. Bila didapatkan adanya torsio, maka dilakukan
orkhidopeksi kontralateral dengan incisi yang
berbeda
10. Insisi pada pararaphe skrotalis lapis demi lapis
hingga terlihat tunika vaginalis testis
11. Identifikasi testis.
12. Fiksasi testis pada tiga tempat menggunakan benang
non absorbable (medial, lateral and inferior) antara
tunika albuginea dengan tunika dartos
13. Tunika dartos dijahit dengan benang absorbable
14. Kulit skrotum dijahit satu-satu menggunakan benang
absorbable
15. Pasang skrotal support

6. Pasca Prosedur Tindakan 1.Pembuatan laporan operasi secara detail


2.Memantau kondisi pasien.
3.Rawat luka hari ke 3
7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU

10. Indikator Prosedur Pasien dapat pulang / KRS setelah perawatan 3 hari
Tindakan
11. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6,
Tahun 2007
2. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal.
155 – 156
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

227 – 229
4. Donat,Sherri M.; Simple orchiectomy in: Graham,S.D.
(Ed) Glenn’s Urologic Surgery; 5th ed. Lippincott-
Raven Publisher; Philadelphia; 1998.p515-520
5. Whitfield HN. Orchidectomy in: Whitfield HN (ed).
Rob & Smith’s Operative Surgery: Genitourinary
Surgery. 5th ed. Oxford: Butterworth-Heinemann Ltd;
1993. p.620-9.
.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Laparoskopik Nefrektomi

1. Pengertian (Definisi) Tindakan bedah minimal invasif dengan tehnik laparaskopik


untuk mengangkat ginjal

2. Indikasi 1.Batu ginjal yang menimbulkan komplikasi


hidropionefrosis berat
2.Karsinoma ginjal

3. Kontra Indikasi 1. Tidak dapat dilakukan tindakan anastesi


2. Sepsis
3. Gangguan faktor pembekuan darah
4. Keganasan intra abdomen
4. Persiapan 1. Persetujuan tindakan medis
2. Rehidrasi cukup
3. Puasa 6 jam pre operasi
4. Alat laparoskopi
5. Antibiotik profilaksis
6. Pemberian marker/tanda daerah yang akan di incisi

5. Prosedur Tindakan 1. Pasang foto-foto di light box


2. Pasien di bius general anestesia
3. Pasien diposisikan lateral decubitus
4. Dilakukan disinfeksi lapangan operasi dengan
povidon iodin 10%
5. Demarkasi lapangan operasi dengan doek steril
6. Pembacaan Time out
7. Insisi supra umbilikal, diperdalam sampai membuka
peritoneum
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

8. Trokar I (10 mm) dimasukkan sambil mengangkat


dinding abdomen ke atas
9. Veress needle di insersi kemudian Gas CO2
dimasukan ke cavum abdomen, dipertahankan
tekanan 10-14 mmHg
10. Melalui trokar, kamera dimasukkan ke dalam
abdomen
11. Dengan tuntunan lampu kamera, trokar 2 dimasukan
ke cavum abdomen (sebelumnya dilakukan insisi di
kulit)
12. Mobilisasi colon secara hati hati
13. Identifikasi rongga retroperitoneal, incisi setinggi
ginjal yang akan di ambil.
14. Bebaskan ginjal dari jaringan sekitar secara hati-hati
dan kontrol perdarahan
15. Identifikasi ureter dan arteri renalis, pisahkan dari
jaringan sekitar
16. Ligasi arteri renalis kmudian dipotong
17. Ligasi dan potong ureter
18. Ginjal dibebaskan dan kemudian, dimasukkan
kedalam kantung dan dikeluarkan
19. Kontrol perdarahan
20. Trokar dikeluarkan
21. Jahit luka incisi kuit, kemudian ditutup dengan kasa
steril.

6. Pasca Prosedur Tindakan 1. Perawatan luka operasi secara umum


2. Diet bebas setelah bising usus positif
7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
10. Indikator Prosedur Pasien dengan batu ureter yang dilakukan laparoskopi
Tindakan ureterolitotomi dapat KRS setelah perawatan 3 hari.
11. Kepustakaan 1. Ashcraft, Keith W; Pediatric Surgery
2. Sabiston, David C; Sabiston’s Essentials surgery
1. Zollinger, Robert M; Zollinger’s Atlas of Surgical
Operations
2. Pierre Guillou, A Guide to Laparoscopic Surgery
3.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur ESWL
1. Pengertian (Definisi) ESWL adalah suatu tindakan untuk mengeluarkan batu saluran
kemih dengan cara memecahkannya (lithotripsy) menggunakan
mesin yang berada di luar tubuh (extracorporeal). Mesin
tersebut menghasilkan energi berupa gelombang kejut
(shockwave) yang diarahkan langsung ke lokasi batu.
2. Indikasi 1. Batu ginjal dengan ukuran < 2 cm
3. Kontra Indikasi -
4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis
2. Persiapan alat ESWL, C-arm, dan USG

5. Prosedur Tindakan 1. Pastikan posisi pasien dalam kondisi yang nyaman dan
stabil di atas meja
2. Oleskan jelly USG secara merata dan pastikan tidak ada
gelembung udara pada permukaan membran agar
membran menempel sempurna pada badan pasien
3. Geser therapy source pada posisi penembakan.
4. Kembungkan/kempiskan membran dengan
menggunakan tombol atau yang terletak pada
therapy source (penggembungan membran
menentukan kedalaman penetrasi dari fokus)
5. Geser posisi pasien pada meja dengan remote ke arah
horizontal dan vertikal untuk menempatkan target
tembakan/batu pada dalam tanda silang yang
tampak dimonitor USG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

6. Jika gambaran dari USG kurang jelas, maka tambahkan


jelly pada membran USG atau pasien (jika pasien
digerakkan maka hentikan tembakan dan posisikan
kembali sehingga target tembakan/batu tepat dalam
tanda silang dimonitor USG
7. Setelah 1000 tembakan pertahankan posisi USG
jangan sampai berubah dan jika perlu diposisikan
kembali pasien dengan mengeser meja agar target
tembakan/batu tepat dalam tanda silang dimonitor US

Jika diperlukan check keberadaan target tembakan/batu


dengan X-Ray
1. Posisikan X-ray C-arm pada posisi 0°
2. Geser therapy head ke posisi fluoroskopi supaya
tindakan fluoroskopi bisa dilakukan dengan baik

3. Lakukan fluoroskopi pada posisi AP


4. Posisikan pasien pada meja pada posisi horizontal
sambil melakukan fluoroskopi AP, geser target
penembakan ke posisi tanda silang pada gambar
X-ray.
5. Putar X-ray C-arm pada posisi 30°. Pastikan tidak
ada benda yang menghalangi, kemudian lakukan
fluoroskopi pada posisi 30°
6. Gerakkan meja pasien ke arah vertikal untuk
menempatkan target penembakan pada posisi
tanda silang pada gambar X-ray
7. Gerakkan X-ray C-arm pada posisi AP dan 30°
sambil lakukan fluoroskopi serta pastikan target
penembakkan tepat di tengah tanda silang pada
gambar X-ray

Proses penembakan batu ginjal dan saluran kemih


1. Hindari penggunaan X-ray secara berlebihan dan
gunakan pengamatan dengan monitor USG
selama penembakkan.
2. Selama penembakan mundurkan posisi probe
USG sejauh mungkin, supaya mengurangi
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

penyerapan energi gelombang kejut (shock


wave) pada dudukan probe USG.
3. Apabila gambar USG kurang baik, tambahkan
jelly ultrasound dan kembungkan sampai
membran menempel dengan sempurna pada
pasien

Mulai Penembakan
1. Turunkan energi penembakan pada posisi nol (zero
power) sebelum penembakan dimulai
2. Lakukan penembakan dengan kekuatan energi
paling rendah dan naikkan perlahan sambil
memperhatikan reaksi pasien.
3. Pilih frekuensi penembakan 1 Hz atau 2 Hz
4. Lakukan penembakan dengan menekan tombol
penembakan pada remote control
5. Hentikan penembakan bila pasien bergerak dan
target penembakan keluar dari titik fokus
pengamatan pada gambar USG atau X-ray
6. Apabila batu ukurannnya cukup besar, lakukan
penembakan pada beberapa titik yang berbeda.
Akhir proses penembakan
1. Hentikan penembakan dengan melepas tombol
penembakan pada remote control
2. Kempeskan membran dengan cara menekan
tombol untuk menurunkan tekanan membran
pasien pada papan kontrol
3. Geser pasien menjauhi therapy source dan
pasien bisa turun dari meja
4. Bersihkan jelly USG pada therapy source dengan
kain lap
5. Matikan mesin dengan menekan tombol ON/OFF
pada masing masing unit.

6. Pasca Prosedur Tindakan 1.Pembuatan laporan


2.Memantau kondisi pasien

7. Tingkat Evidens III


PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
10. Indikator Prosedur Pasien dapat pulang / KRS setelah tindakan ESWL
Tindakan
11. Kepustakaan 13. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun
2007
14. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal. 155
– 156
15. Instruction Manual Piezolith 3000, Richard Wolf,2008

Prosedur Bivalve Nefrolithotomi (ICOPIM: 5.550)


1. Pengertian (Definisi) Bivalve nefrolithotomi merupakan tindakan operasi terbuka
untuk mengambil batu staghorn
2. Indikasi 1. Batu staghorn
3. Kontra Indikasi 1. Terdapat kontra indikasi pembiusan
4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis
2. Persiapan operasi : Puasa
3. Antibiotik profilaksis
4. Membuat tanda / marker insisi yang akan dilakukan.

5. Prosedur Tindakan 1. Pasang foto-foto (BOF/IVP) di light box untuk kasus


batu opak
2. Setelah dibius, Pasang kateter 16 Fr dan urobag,
perhatikan kesesuaian marker/lokasi yang akan
dilakukan tindakan operasi
3. Letakkan pasien pada posisi lumbotomi, tidur
miring  sesuai  dengan  letak  batu  pada sisi atas
4. Desinfeksi  lapangan  operasi  dengan  Povidone 
Iodine 10%  (mulai pada lapangan   operasi  sampai
umbilikus dibagian depan, linea skapularis belakang
dan papilla mammae).
5. Persempit lapangan operasi dengan doek steril.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

6. Pembacaan Time Out (check list operasi)


7. Insisi kulit dimulai dari tepi bawah arkus kosta XI
sampai ke arah umbilikus sepanjang lebih kurang 15
cm.   Insisi  diperdalam  lapis  demi  lapis  dengan
memotong fascia eksterna, muskulus intercostalis
dibelakang  dan muskulus oblikus abdominis depan
sampai didapatkan fascia abdominis internus.  
8. Fascia  abdominis  dibuka  sedikit,  kemudian  
peritoneum  dilepaskan  dan     disisihkan
penempelannya  pada fascia seperlunya  ( sampai ke
tepi luka insisi kulit ).
9. Dicari  fascia  gerota dan  dibuka dengan  dilakukan 
kauterisasi  terlebih dahulu.  Fascia  gerota dibuka
sepanjang lebih kurang sepenjang tepi ginjal.
10. Dicari  terlebih  dahulu  ureter  pada  kutub  bawah 
ginjal  dan  diteugel  dengan   kateter   Nelaton.  
Lemak  perirenal   dibersihkan  dengan  
menggunakan   pinset  anatomis  dan  gunting
Metzembaum bila perlu dilakukan cauterisasi
terlebih dahulu.
11. Setelah  ginjal  telah  bebas  dari  lemak  dilakukan
fiksasi  ginjal  pada  kedua  kutubnya dengan kasa
basah/ roll tampon.
12. Dipisahkan pada daerah pedikel ginjal antara pedikel
dengan ureter/pielum
13. Pedikel ginjal (tidak termasuk ureter) di klem dengan
klem non  traumatis  menggunakan Satinsky klem. 
Kemudian ginjal  didinginkan dengan  memakai es PZ
secukupnya.  Klem Satinsky harus dibuka tiap 30
menit.
14. Kapsula renalis dibuka tepat pada tepi lateral ginjal.

15. Dilakukan   pengirisan  pada Broder’s  line 


sepanjang  tepi  ginjal  pada  daerah  korteks sampai
mencapai daerah sistema pelvio-caliceal.
16. Batu diambil dengan  menggunakan stein tang. 
Batu  sekunder  yang kemungkinan ada  juga dicari
dan diluksir keluar.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

17. Dilakukan sondage ureter kebawah  dengan


menggunakan  kateter  ureter dan dipompa- kan PZ
yang telah dicampur Povidone Iodine secukupnya,
jika diperlukan dapat dilakukan pemasangan DJ
Stent.
18. Dilakukan pula spoeling ginjal dengan PZ steril saja.
19. Sistem  pelviokaliseal    dijahit   dengan 
menggunakan   polyglactin 3.0   serapat  
mungkin, dengan menggunakan simpul terputus.
20. Korteks dijahit dengan khromik cat gut 2.0 dengan
jarum bulat, jahitan matras.
21. Cuci lapangan operasi dengan PZ
22. Pasang redon drain pada fosa renalis, hitung jumlah
kassa yang terpakai sebelum menutup luka
23. Luka operasi ditutup lapis demi lapis,muskulus
oblikus abdominis internus dan muskulus oblikus 
abdominis  transversus di jahit satu lapis, muskulus
oblikus abdominis  eksternus satu lapis  dengan
menggunakan benang polyglactin 1.0  secara 
jelujur.  Lemak sub- kutan dengan plain cat gut 3.0
dan kulit dengan silk 1.0.

24. Tutup luka operasi dengan tulle dan kassa steril


6. Pasca Prosedur Tindakan 1.Pembuatan laporan operasi secara detail
2.Memantau kondisi pasien.
7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU

10. Indikator Prosedur Pasien dapat pulang / KRS setelah perawatan 7 hari
Tindakan
11. Kepustakaan 10. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6,
Tahun 2007
11. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal.
155 – 156
12. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

227 – 229
13. Drach G.W.: Urinarylithiasis: Etiology ; Diagnosis and
Medical Management. Campbell’s Urology, Vol.III
6ed WB Saunders Co. Philladelphia - London -
Toronto - Montreal - Sidney - Tokyo, 1992, p. 2085 -
2156.
14. Roth R.A. ; Finlayson B. ; Clinical Management of 
Urolithiasis, Williams &    Wilkins Baltimore - London,
1983, p. 151 - 210.
15. Stroller. M.L. et al : Urinary Stone Disease. General
Urology 14th Ed. Lange Medical Publication Maruzen
Asia,1995, p. 276 - 304.

Prosedur Nefrektomi (ICOPIM. 5.554)


1. Pengertian (Definisi) Nefrektomi adalah Suatu tindakan pembedahan untuk
mengangkat ginjal dengan atau tanpa kelenjar getah
bening regional.
2. Indikasi 1.Batu ginjal yang menimbulkan komplikasi
hidropionefrosis berat
2.Karsinoma ginjal
3. Ruptur ginjal dimana didapatkan fragmentasi ginjal atau
ruptur pedikel dengan hemodinamik yang tidak
stabil.

4. Kontra Indikasi 1. Kontraindikasi anestesi dan pembedahan umum


5. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis
2. Persiapan operasi : puasa
3. Antibiotik profilaksis
4. Membuat tanda / marker insisi yang akan dilakukan.

6. Prosedur Tindakan Nefrektomi transabdominal


1. Dengan pembiusan umum.
2. Posisi supinasi. 
3. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

antiseptik.
4. Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen
steril.
5. Pembacaan time out (cek persiapan operasi)
6. Insisi kulit di garis tengah dimulai dari prosesus
xyphoideus ke arah simfisis pubis, diperdalam  lapis 
demi  lapis.
7. Pada nefrektomi elektif: garis putih (white line) dari
Told diinsisi untuk membebaskan kolon, kolon
disibakkan ke medial sampai tampak vasa renalis.
Ginjal yang masih diliputi lemak perinefrik dan fasia
Gerota dimobilisasi secara tumpul di sisi posterior
dan lateral pada daerah avaskuler antara fasia
Gerota dan otot kuadratus lumborum dan psoas.
Identifikasi ureter pada tepi inferior fasia Gerota saat
menyilang vasa iliaka. Ureter diligasi dengan benang
sutra 1-0 dan dipotong. Identifikasi vena renalis dan
diteugel. Vena spermatika dan vena adrenalis diligasi
dengan benang sutra 2-0 pada tempat keluarnya dari
vena renalis dan dipotong. Sisihkan vena renalis ke
anterior untuk menampakkan arteri renalis. Arteri
renalis diligasi ganda dengan sutra 2-0 di proksimal
dan dipotong. Vana renalis diligasi ganda dengan
sutra 2-0 dan dipotong. Tepi superior fasia Gerota
diatas kelenjar adrenal dibebaskan. Cabang vasa
adrenalis dari aorta diidentifikasi dan diligasi dengan
sutra 2-0 dan dipotong. Ginjal dikeluarkan dari
kavum abdomen.
8. Pada nefrektomi darurat (trauma): kontrol terhadap
pedikel ginjal dilakukan terlebih dahulu dengan
menyibakkan usus halus ke arah kanan dan
peritoneum posterior dipotong mulai dari
ligamentum Treitz ke arah sekum. Vasa renalis
diidentifikasi dan diligasi. Eksposur dan
pengangkatan ginjal selanjutnya sama dengan
nefrektomi elektif.
9. Cuci lapangan operasi dengan Povidone Iodine dan
PZ
10. Pasang drain redon pada fosa renalis.
11. Luka operasi ditutup lapis demi lapis.

7. Pasca Prosedur Tindakan 1. Pembuatan laporan operasi secara detail


2. Pelepasan kateter 24 jam setelah pasien siuman
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

3. Pelepasan redon drain bila dalam 2 hari berturut-


turut produksi < 20cc/24 jam.
4. Pelepasan benang jahitan keseluruhan 7 hari pasca
operasi
8. Tingkat Evidens III
9. Tingkat Rekomendasi C
10. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
11. Indikator Prosedur Pasien dapat pulang / KRS setelah perawatan 7 hari
Tindakan
12. Kepustakaan 16. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun
2007
17. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal. 155
– 156
18. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal. 227
– 229
19. Edson M. Renal Trauma in: Whitfield HN (ed). Rob &
Smith’s Operative Surgery: Genitourinary Surgery. 5 th
ed. Oxford: Butterworth-Heinemann Ltd; 1993. p.118-
24.
20. Kaplinsky RS, Fair WR. Radical Nephrectomy in:
Whitehead ED (ed). Atlas of Surgical Techniques in
Urology. Philadelphia: Lippinctt-Raven Publishers;
1998. p.125-9.
21. Chambers RJ, Champion HR, Edson M. Ureteric and
Renal Trauma in: Dudley H, Carter DC, Russell RCG
(ed). Rob & Smith’s Operative Surgery: Trauma
Surgery. 4th ed. Oxford: Butterworth-Heinemann Ltd;
1993. p.466-75.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Percutaneus Nefrostomi (ICOPIM. 5.550)


1. Pengertian (Definisi) Percutaneus nefrostomi adalah Suatu tindakan pembedahan
untuk menyalirkan urin atau nanah dari sistem pelvikaliseal
melalui insisi di kulit.
2. Indikasi 1.Uropati obstruktif
2.Pionefrosis
3. Kontra Indikasi 1. Hemodinamik tidak stabil
4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis
2. Persiapan operasi
3. Antibiotik profilaksis
4. Membuat tanda / marker insisi yang akan dilakukan.

5. Prosedur Tindakan 49. Dilakukan dengan alat fluoroskopi atau guiding USG
50. Dengan pembiusan umum, regional atau lokal.
51. Posisi pronasi, perut sisi yang sakit diganjal bantal
tipis.
52. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan
antiseptik.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

53. Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen


steril.
54. Dilakukan pungsi ke arah ginjal, bila yang keluar urin,
masukkan kontras secukupnya sehingga tampak
gambaran sistem kolekting di monitor. Bila perlu
lakukan pungsi kedua ke arah yang lebih tepat
(biasanya kaliks inferior atau medius).
55. Mandrin (isi jarum pungsi bagian dalam) dikeluarkan,
masukkan kawat penuntun (guide wire) ke dalam
bungkus (sheath) jarum pungsi.
56. Lakukan dilatasi dengan dilator khusus, masukkan
kateter Foley Ch 20 dengan tuntunan kanula khusus.
Kembangkan balon kateter dengan air 5-10 cc.
57. Fiksasi kateter dengan kulit.

6. Pasca Prosedur Tindakan 1.Pembuatan laporan operasi secara detail


2.Ukur jumlah urin dan produksi drain sebagai pedomen
terapi cairan dan elektrolit.
3.Kateter jangan sampai tertekuk, terjepit atau tertarik
sehingga mengganggu kelancaran aliran urin.
4.Pelepasan kateter sesuai indikasi.
5.Pelepasan drain bila dalam 2 hari berturut-turut setelah
pelepasan kateter produksinya < 20 cc/24 jam.
6.Pelepasan benang jahitan keseluruhan 10 hari pasca
operasi
7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
10. Indikator Prosedur Pasien dapat pulang / KRS setelah perawatan 5-7 hari
Tindakan
11. Kepustakaan 22. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun
2007
23. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal. 155
– 156
24. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal. 227
– 229
25. Drach G.W.: Urinarylithiasis: Etiology ; Diagnosis and
Medical Management. Campbell’s Urology, Vol.III 6ed
WB Saunders Co. Philladelphia - London - Toronto -
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Montreal - Sidney - Tokyo, 1992, p. 2085 - 2156.


26. Roth R.A. ; Finlayson B. ; Clinical Management of 
Urolithiasis, Williams &    Wilkins Baltimore - London,
1983, p. 151 - 210.
27. Soebadi DM. Uropati Obstruktif: Pedoman
Penatalaksanaan. Jurnal Urologi Indonesia. 1994; 4(2):
60-69
28. Stroller. M.L. et al : Urinary Stone Disease. General
Urology 14th Ed. Lange Medical Publication Maruzen
Asia,1995, p. 276 - 304.
29. Whitfield HN. Operation for Drainage: Nephrostomy in:
Whitfield HN (ed). Rob & Smith’s Operative Surgery:
Genitourinary Surgery. 5th ed. Oxford: Butterworth-
Heinemann Ltd; 1993. p.42-4.

Prosedur Open Nefrostomi (ICOPIM. 5.550)


1. Pengertian (Definisi) Open nefrostomi adalah Suatu tindakan pembedahan untuk
menyalirkan urin atau nanah dari sistem pelvikaliseal
melalui insisi di kulit.
2. Indikasi 1.Uropati obstruktif
2.Pionefrosis
3. Kontra Indikasi 1. Kontra indikasi umum anestesi dan pembedahan
4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis
2. Persiapan operasi : Puasa
3. Antibiotik profilaksis
4. Membuat tanda / marker insisi yang akan dilakukan.

5. Prosedur Tindakan 58. Pasang foto-foto (BOF/IVP) di light box


59. Dengan pembiusan umum, regional atau lokal.
60. Setelah dibius, Pasang kateter 16 Fr dan urobag,
perhatikan kesesuaian marker/lokasi yang akan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

dilakukan tindakan operasi


61. Letakkan pasien pada posisi lumbotomi
62. Desinfeksi  lapangan  operasi  dengan  Povidone 
Iodine 10% 
63. Pembacaan Time Out (check list operasi)
64. Insisi kulit dimulai dari tepi bawah arkus kosta XI
sampai ke arah umbilikus sepanjang 10-15 cm,
diperdalam  lapis  demi  lapis  dengan memotong
fasia eksterna, muskulus interkostalis di belakang 
dan muskulus oblikus abdominis di depan sampai
didapatkan fasia abdominis internus.
Fasia abdominis internus dibuka, kemudian
peritoneum disisihkan dari fasia.
65. Fasia gerota dibuka sepanjang tepi ginjal.
66. Bila korteks masih tebal: ginjal harus dibebaskan
sampai terlihat pelvis renalis. Pelvis renalis dibuka
dengan sayatan kecil 1-1,5 cm. Klem bengkok
dimasukkan melalui sayatan tersebut ke arah kaliks
inferior atau medius menembus korteks sampai
keluar ginjal, kemudian dimasukkan kateter Foley Ch
20 ke dalam pelvis dengan cara dijepitkan pada klem
tersebut. Isi balon kateter dengan air 3-5 cc. Jahit
pelvis renalis dengan jahitan satu-satu dengan
benang yang dapat diserap.
67. Bila korteks sudah sangat tipis: korteks langsung
dibuka dengan sayatan 1-1,5 cm dan langsung
dimasukkan kateter Foley Ch 20 atau 22. Sedapat
mungkin ujung kateter berada di dalam pyelum. Isi
balon kateter dengan air 3-5 cc.
68. Buat jahitan fiksasi matras atau kantong tembakau
pada tempat keluar kateter (pada dinding ginjal)
dengan benang yang dapat diserap.
69. Keluarkan pangkal kateter melalui insisi pada kulit,
terpisah dari luka operasi, dan difiksasi.
70. Pasang drain vakum perirenal.
71. Tutup  lapangan operasi lapis demi lapis dengan
jahitan situasi

6. Pasca Prosedur Tindakan 1.Pembuatan laporan operasi secara detail


2.Ukur jumlah urin dan produksi drain sebagai pedomen
terapi cairan dan elektrolit.
3.Kateter jangan sampai tertekuk, terjepit atau tertarik
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

sehingga mengganggu kelancaran aliran urin.


4.Pelepasan kateter sesuai indikasi.
5.Pelepasan drain bila dalam 2 hari berturut-turut setelah
pelepasan kateter produksinya < 20 cc/24 jam.
6.Pelepasan benang jahitan keseluruhan 10 hari pasca
operasi
7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
10. Indikator Prosedur Pasien dapat pulang / KRS setelah perawatan 5-7 hari
Tindakan
11. Kepustakaan 30. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun
2007
31. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal. 155
– 156
32. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal. 227
– 229
33. Drach G.W.: Urinarylithiasis: Etiology ; Diagnosis and
Medical Management. Campbell’s Urology, Vol.III 6ed
WB Saunders Co. Philladelphia - London - Toronto -
Montreal - Sidney - Tokyo, 1992, p. 2085 - 2156.
34. Roth R.A. ; Finlayson B. ; Clinical Management of 
Urolithiasis, Williams &    Wilkins Baltimore - London,
1983, p. 151 - 210.
35. Soebadi DM. Uropati Obstruktif: Pedoman
Penatalaksanaan. Jurnal Urologi Indonesia. 1994; 4(2):
60-69
36. Stroller. M.L. et al : Urinary Stone Disease. General
Urology 14th Ed. Lange Medical Publication Maruzen
Asia,1995, p. 276 - 304.
37. Whitfield HN. Operation for Drainage: Nephrostomy in:
Whitfield HN (ed). Rob & Smith’s Operative Surgery:
Genitourinary Surgery. 5th ed. Oxford: Butterworth-
Heinemann Ltd; 1993. p.42-4.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Pyelolithotomi
1. Pengertian (Definisi) Pyelolithotomi merupakan tindakan operasi terbuka untuk
mengambil batu pyelum.
2. Indikasi 1. Batu pyelum
3. Kontra Indikasi 1. Terdapat kontra indikasi pembiusan
4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis
2. Persiapan operasi : Puasa
3. Antibiotik profilaksis
4. Membuat tanda / marker insisi yang akan dilakukan.

5. Prosedur Tindakan 72. Pasang foto-foto (BOF/IVP) di light box untuk kasus
batu opak
73. Setelah dibius, Pasang kateter 16 Fr dan urobag,
perhatikan kesesuaian marker/lokasi yang akan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

dilakukan tindakan operasi


74. Letakkan pasien pada posisi lumbotomi, tidur
miring  sesuai  dengan  letak  batu  pada sisi atas
75. Desinfeksi  lapangan  operasi  dengan  Povidone 
Iodine 10%  (mulai pada lapangan   operasi  sampai
umbilikus dibagian depan, linea skapularis belakang
dan papilla mama).
76. Pembacaan Time Out (check list operasi)
77. Persempit lapangan operasi dengan doek steril.
78. Insisi kulit dimulai  dari  tepi  bawah  arkus  kosta XI 
sampai  ke arah  umbilikus sepanjang lebih kurang 15
cm.  Insisi diperdalam lapis demi lapis dengan
memotong fascia eksterna, muskulus intercostalis
dibelakang dan muskulus oblikus abdominis di depan
sampai didapatkan fascia abdominis internus.
79. Fascia abdominis dibuka sedikit, kemudian 
peritoneum  dilepaskan dan disisihkan
penempelannya pada fascia seperlunya ( sampai ke
tepi luka insisi kulit ).
80. Dicari fascia gerota dan dibuka dengan dilakukan
kauterisasi terlebih dahulu. Fascia gerota dibuka
lebih kurang sepanjang tepi ginjal.
81. Dicari terlebih dahulu ureter pada kutub bawah
ginjal dan diteugel dengan kateter Nelaton.  Lemak
perirenal dibersihkan  dengan  menggunakan pinset
anatomis dan gunting Metzembaum bila perlu
dilakukan kauterisasi terlebih dahulu.
82. Setelah ginjal telah bebas dari lemak dilakukan
fiksasi ginjal pada kedua kutubnya  dengan kasa dan
di identifikasi pielum dengan mencari hubungannya
pada ureter.
83. Pielum dibuka dengan insisi berbentuk huruf “V”
atau tergantung pada posisi dan bentuk batu,
kemudian  batu  diluksir  keluar dengan
menggunakan stein tang. Batu sekunder  yang 
kemungkinan  ada juga di cari dan diluksir keluar.
84. Dilakukan  sondage ureter  kebawah  dengan 
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

menggunakan  NGT no 6   dan dimasukkan PZ yang


telah dicampur povidone iodine 10% sampai dengan
pada selang urobag tampak cairan bercampur
dengan povidone iodine. jika diperlukan dapat
dilakukan pemasangan DJ Stent..
85. Dilakukan pula spoeling ginjal dengan PZ steril saja.
86. Penutupan pielum dijahit dengan polyglactin 3.0,
jahitan simpul terputus semua lapisan  sekaligus.
87. Cuci lapangan operasi dengan PZ
88. Pasang redon drain pada fosa renalis, dan hitung
jumlah kassa yang terpakai sebelum menutup luka
operasi
89. Luka operasi  ditutup lapis  demi lapis,  muskulus
oblikus  abdominis  internus dan muskulus  oblikus 
abdominis  transversus  jahit satu lapis, muskulus
oblikus abdominis eksternus satu lapis dengan
menggunakan benang polyglactin 1.0  secara jelujur. 
Lemak subkutan dengan plain catgut 3.0 dan kulit
dengan Silk 1.0
90. Tutup luka operasi dengan tulle dan kassa steril

6. Pasca Prosedur Tindakan 1.Pembuatan laporan operasi secara detail


2.Memantau kondisi pasien

7. Tingkat Evidens III


8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
10. Indikator Prosedur Pasien dapat pulang / KRS setelah perawatan 7 hari
Tindakan
11. Kepustakaan 38. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun
2007
39. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal. 155
– 156
40. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal. 227
– 229
41. Drach G.W.: Urinarylithiasis: Etiology ; Diagnosis and
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Medical Management. Campbell’s Urology, Vol.III 6ed


WB Saunders Co. Philladelphia - London - Toronto -
Montreal - Sidney - Tokyo, 1992, p. 2085 - 2156.
42. Roth R.A. ; Finlayson B. ; Clinical Management of 
Urolithiasis, Williams &    Wilkins Baltimore - London,
1983, p. 151 - 210.
43. Stroller. M.L. et al : Urinary Stone Disease. General
Urology 14th Ed. Lange Medical Publication Maruzen
Asia,1995, p. 276 - 304.

Prosedur Percutaneus Litholapaxy (PNL)


1. Pengertian (Definisi) Pyelolithotomi merupakan tindakan operasi terbuka untuk
mengambil batu Ginjal.
2. Indikasi 1. Batu pyelum
3. Kontra Indikasi 1. Terdapat kontra indikasi pembiusan
4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis
2. Persiapan operasi : Puasa
3. Antibiotik profilaksis
4. Membuat tanda / marker insisi yang akan dilakukan.

5. Prosedur Tindakan 1. Pasang foto-foto di light box


PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

2. Pasien diposisikan dorsal lithotomy dengan general


anastesi
3. Pembacaan Time Out (check list operasi)
4. Melakukan cystoscopy sesuai dengan SOP
5. Memasukkan kateter ureter sesuai ukuran ke orifisium
ureter,
6. Melakukan retrograde pyelografi melalui kateter ureter
untuk melihat anatomi dari ureter hingga collecting
system
7. Ureter kateter dimasukkan hingga pelvis renalis (bila
tidak didapatkan obtruksi di distal pelvis renalis), bila
didapatkan obstruksi di ureter dilakukan prosedur URS
8. Pasang kateter uretra 16 Fr, fiksasi ureter kateter pada
kateter uretra dan sambungkan dengan spuilt 50cc yang
berisi kontras
9. Pasien diposisikan telungkup dengan memberikan
bantalan pada sisi yang akan dilakukan tindakan ,lengan
membentuk sudut 90o atau kurang untuk mencegah
cedera plexus brachialis.
10. Masukkan jarum PNL 21 G di bawah costae 12 dengan
sasaran kaliks posterior dari pole bawah dengan arahan
dari C-arm ( dinyatakan masuk bila keluar urine) .
11. Guidewire dimasukkan melalui lubang jarum sampai
pelvis renalis.
12. Masukkan dilators melalui guidewire ke dalam sistem
kalises. sampai sekitar 26-30 F.
13. Masukkan Amplatz sheath melalui dilator
14. Masukkan 26 Fr nephroscope ke dalam ginjal melalui
Amplatz sheath hingga ke lokasi batu.
15. Ambil batu ukuran kecil dengan forsep atau pecah batu
besar menjadi fragmen-fragmen kecil dengan lithotripsy
(pneumatic, ultrasound atau laser),
16. Keluarkan nephroscope dan guide wire, masukkan
kateter percutaneous nephrostomy 20 Fr, masukkan
kontras untuk memastikan posisi kateter,
17. Keluarkan amplatz sheath, fiksasi kateter.
18. Buat laporan pelaksanaan prosedur tindakan.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

6. Pasca Prosedur Tindakan 1.Pembuatan laporan operasi secara detail


2. Memantau kondisi pasien

7. Tingkat Evidens III


8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
10. Indikator Prosedur
Tindakan Pasien dapat pulang / KRS setelah perawatan 3 hari
11. Kepustakaan 44. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun
2007
45. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal. 155
– 156
46. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal. 227
– 229

Prosedur Trokar Vesikolithotripsi


1. Pengertian (Definisi) Trokar vesikolithotripsi merupakan tindakan operasi
minimal invasif untuk mengambil batu buli yang berukuran
besar.
2. Indikasi 1. Batu Kandung Kemih
3. Kontra Indikasi 1. Terdapat kontra indikasi pembiusan
4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis
2. Persiapan operasi : Puasa
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

3. Antibiotik profilaksis
4. Membuat tanda / marker insisi yang akan dilakukan

5. Prosedur Tindakan 1. Letakkan pasien pada posisi supine dengan general


anastesi atau regional anastesi. Jika operator tidak
kidal maka operator berdiri di sisi kiri pasien
2. Lakukan desinfeksi dengan povidone iodine 10%
pada lapangan operasi dimulai dari paha atas,
genetalia eksterna dan processus xypoideus.
3. Persempit lapangan operasi dengan memasang
sarung kaki dan doek panjang berlubang untuk
bagian perut keatas
4. Pembacaan time out
5. Lakukan prosedur cystoscopy terlebih dahulu
6. Sambil berdiri pegang penis dengan jari I dan II
7. Tarik penis hingga lurus dan sedikit tegang
8. Sheath 17F dengan optik 0° yang sudah diolesi jelly
dimasukkan lewat meatus uretra externus sampai
masuk buli-buli. Evaluasi struktur dan kelainan yang
ada di uretra sampai dengan bladder neck.
Identifikasi batu bui-buli.
9. Isi buli-buli dengan normal saline sampai distended
melalui cystoscopy.
10. Insisi kulit sepanjang 1-2 cm pada dua jari di atas
simfisis.
11. Lakukan pungsi buli-buli melalui luka insisi
menggunakan jarum ukuran 18 G.
12. Masukkan guide wire ke dalam buli-buli melalui
lubang pungsi, kemudian jarum dilepas.
13. Lakukan dilatasi menggunakan amplast dilator
dengan bimbingan guide wire, sampai ukuran 30 Fr
sebagai jalur cystostomy, diamati lewat kamera
cystoscopy.
14. Pasang working sheath dan guide wire dilepas.
15. Masukkan supra pubik trokar atau trokar
laparoscopic melalui jalur cystostomy,
16. Batu dihancurkan dengan pneumatic lithoripter,
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

melalui nefroscope 26 F melalui jalur cystostomy.


17. Pecahan batu diambil dengan forceps melalui jalur
cystotomy atau dapat juga melalui irigasi cystoscopic
18. Pastikan batu buli-buli bersih secara endoscopik,
lepas working sheath.
19. Pasang kateter cystostomy no 18 F, dan passang
folley kateter urethra no 18 F.
20. Tutup luka dengan tulle dan kassa steril.

6. Pasca Prosedur Tindakan 1. Membuat laporan operasi


2. Pelepasan catheter cystostomy 1 hari setelah hari
operasi
3. Pelepasan kateter urethra 2 hari setelah operasi

7. Tingkat Evidens III


8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
10. Indikator Prosedur Pasien dengan Batu Kandung Kemih yang dilakukan Trokar
Tindakan vesicolithotripsi dapat KRS setelah perawatan selama 3 hari
11. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6,
Tahun 2007
2. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal.
155 – 156
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal.
227 – 229
4. Whitfield HN. Surgery for renal Stones in: Whitfield
HN (ed). Rob & Smith’s Operative Surgery:
Genitourinary Surgery 5" ed. Oxford : Butterworth-
Heinenmann Ltd; 1993.p.26-41
5. Margaret, Yair Lotan. Urinary Lithiasis: Etiologi,
Epidimiologi and Pathogenesis in : Walsh PC (ed)
Campbell's Urology 9"' ed. Saunders Elsevier,
2007. p 1363 – 1392.
6. Paul K Pietrow, Glenn M Preminger. Evaluation
and Medical Management of Urinary Lithiasis in
Walsh PC (ed) Campbell's Urology 9"' ed. Saunders
Elsevier, 2007. p 1393 - 1431.
7. Stroller ML. Urinary Stone Disease in : Tanagho EA,
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Mc Aninch JW (eds). Smith's General Urology. 16"'


ed. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill-,
2004, p.256-290

Prosedur Vesikolithotomi (ICOPIM:5.571)


1. Pengertian (Definisi) Vesikolithotomi merupakan tindakan operasi terbuka untuk
mengambil batu buli
2. Indikasi 1. Batu Kandung Kemih
3. Kontra Indikasi 1. Terdapat kontra indikasi pembiusan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis


2. Persiapan operasi : Puasa
3. Antibiotik profilaksis
4. Membuat tanda / marker insisi yang akan dilakukan

5. Prosedur Tindakan 1. Letakkan pasien pada posisi supine dengan general


anastesi atau regional anastesi. Jika operator tidak
kidal maka operator berdiri di sisi kiri pasien
2. Lakukan desinfeksi dengan povidone iodine 10%
pada lapangan operasi dimulai dari paha atas,
genetalia eksterna dan processus xypoideus.
3. Persempit lapangan operasi dengan memasang doek
sterille. 
4. Pembacaan Time Out
5. Insisi kulit pada midline mulai dua jari dibawah
umbilikus ke arah simfisis, dapat pula dilakukan insisi
pfannenstiel yaitu insisi supra pubik transvesal sesuai
dengan garis lipatan perut (semilunar) dengan
panjang 10 cm dengan pisau no 15, lapis demi lapis
sampai pada fasia muskulus rektus abdominis,
6. Lapangan operasi diperlebar dengan dua langenback
atau spreader. muskulus rektus abdominis
dipisahkan secara tumpul pada linea alba.
7. sisihkan lemak peri vesika ke arah kranial 
8. identifikasi buli (bewarna kebiruan, banyak terdapat
pembuluh darah dan dari pungsi keluar urine). 
9. Teugel buli dengan chromic catgut 1-0 pada sisi
kanan-kiri
10. Insisi buli dengan pisau dan perlebar secara tajam
dengan pisau atau gunting
11. Raba batu dengan jari, kemudian keluarkan batu
dengan stain tang (perhatikan jumlah, ukuran dan
warna)
12. Setelah batu keluar  spoelling buli dengan PZ (3x),
kemudian evaluasi mukosa buli (tumor, divertikel),
muara ureter kanan-kiri (batu dan ureteric jet),
evaluasi ukuran bladder neck,
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

13. Lakukan biopsi buli bila ukuran batu lebih dari 3 cm


14. Pasang kateter F 16 sampai  tampak ujung kateter di
buli-buli kemudian spoelling dengan PZ.
15. Jahit buli-buli 2 lapis, mukosa muskularis dengan
plain catgut 3-0 atraumatik jarum round secara
jelujur, tunika serosa dengan Polyglactin 3-0 satu
persatu.
16. Test buli-buli untuk evaluasi kebocoran dengan
memasukkan PZ 250 cc lewat kateter, bila tidak ada
kebocoran isi kateter dengan air steril 10 cc.
17. Cuci lapangan operasi  dengan PZ
18. Pasang redon drain paravesikal dan fiksasi pada kulit
19. Tutup  lapangan operasi lapis demi lapis, muskulus
rektus abdominis dengan Polyglactin 1-0, fascia
anterior muskulus rektus  abdominis dengan
Polyglactin 1-0, subkutan dengan plain catgut 3-0,
kulit dengan Silk 3-0 atau benang monofilament.
20. Tutup luka dengan tulle dan kassa steril.

6. Pasca Prosedur Tindakan 4. Membuat laporan operasi


5. Pelepasan catheter minimal 6 hari Setelah hari
operasi
6. Pelepasan redon drain bila dalam 2 hari berturut-
turut produksi < 20cc/24 jam
7. Pelepasan benang jahitan keseluruhan 7 hari pasca
operasi
7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
10. Indikator Prosedur Pasien dengan Batu Kandung Kemih yang dilakukan
Tindakan vesicolithotomi dapat KRS setelah perawatan selama 11 hari
11. Kepustakaan 8. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6,
Tahun 2007
9. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal.
155 – 156
10. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal.
227 – 229
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

11. Whitfield HN. Surgery for renal Stones in: Whitfield


HN (ed). Rob & Smith’s Operative Surgery:
Genitourinary Surgery 5" ed. Oxford : Butterworth-
Heinenmann Ltd; 1993.p.26-41
12. Margaret, Yair Lotan. Urinary Lithiasis: Etiologi,
Epidimiologi and Pathogenesis in : Walsh PC (ed)
Campbell's Urology 9"' ed. Saunders Elsevier,
2007. p 1363 – 1392.
13. Paul K Pietrow, Glenn M Preminger. Evaluation
and Medical Management of Urinary Lithiasis in
Walsh PC (ed) Campbell's Urology 9"' ed. Saunders
Elsevier, 2007. p 1393 - 1431.
14. Stroller ML. Urinary Stone Disease in : Tanagho EA,
Mc Aninch JW (eds). Smith's General Urology. 16"'
ed. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill-,
2004, p.256-290

Prosedur Lithotripsi (ICOPIM : 5.570)


PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

1. Pengertian (Definisi) Litotripsi merupakan tindakan endourologi untuk


mengambil dan atau menghancurkan batu buli
2. Indikasi 1. Batu Kandung Kemih
3. Kontra Indikasi 1. Terdapat kontra indikasi pembiusan
4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis
2. Persiapan operasi : Puasa
3. Antibiotik profilaksis
4. Membuat tanda / marker insisi yang akan dilakukan

5. Prosedur Tindakan Teknik operasi untuk batu < 1,5 cm :


1. Setelah dibius, pasien diletakkan pada posisii
lithotomi
2. Disinfeksi lapangan operasi dengan povidon iodine
10%
3. Persempit lapangan operasi dengan doek steril
4. Pembacaan Time Out
5. Kalibrasi atau dilatasi urethra dengan roser sampai 27
F
6. Panendoskopi kondisi uretra dan buli dengan sheath
no 25 F
7. Teleskop dan bridge dilepas
8. Buli diisi irigan sampai penuh, pasang Aligator
lithotrite dengan teleskop 30º mulai lithotripsi.
9. Lithotripsi dihentikan kalau ukuran fragmen sudah
dapat melewati sheath
10. Evakuasi fragmen dengan ellik evakuator
11. Sistoskopi untuk melihat apakah batu sudah keluar
semua  dan mengetahui adanya komplikasi tindakan.
12. Keluarkan lithotriptor dan keluarkan sheath dengan 
sebelumnya memasang obturator.
13. Pasang folley kateter F 16 dan dilepas setelah 24 jam

Teknik Operasi untuk batu < 2,5 cm :


1. Setelah dibius, pasien diletakkan pada posisii
lithotomi
2. Disinfeksi lapangan operasi dengan povidon iodine
10%
3. Persempit lapangan operasi dengan doek steril
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

4. Pembacaan Time Out


5. Kalibrasi atau dilatasi urethra dengan roser sampai
27 F
6. Panendoskopi untuk melihat kondisi uretra dan buli
7. Buli diisi irigan sampai penuh
8. Set panendoskopi dikeluarkan semuanya
9. Masukkan  lithotriptor type Hendrickson dengan
teleskop 70º, kemudian dilakukan lithotripsi
10. Lithotripsi dengan Hendrickson dihentikan kalau
ukuran fragmen batu mengecil <1,5cm, dan
lithotripsi dilanjutkan dengan aligator.
11. Evakuasi fragmen dengan ellik evakuator
12. Sistoskopi untuk melihat apakah batu sudah keluar
semua  dan mengetahui adanya komplikasi tindakan
13. Keluarkan lithotriptor dan keluarkan sheath dengan 
sebelumnya memasang obturator.
14. Pasang folley kateter F 16, dilepas setelah 24 jam

6. Pasca Prosedur Tindakan 1. Membuat laporan operasi


2. Pelepasan kateter 24 jam setelah pasien siuman

7. Tingkat Evidens III


8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
10. Indikator Prosedur Pasien dengan batu kandung kemih yang dilakukan
Tindakan lithotripsi dapat pulang setelah perawatan selama 3 hari
11. Kepustakaan 15. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6,
Tahun 2007
16. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal.
155 – 156
17. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal.
227 – 229
18. Whitfield HN. Surgery for renal Stones in: Whitfield
HN (ed). Rob & Smith’s Operative Surgery:
Genitourinary Surgery 5" ed. Oxford : Butterworth-
Heinenmann Ltd; 1993.p.26-41
19. Margaret, Yair Lotan. Urinary Lithiasis: Etiologi,
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Epidimiologi and Pathogenesis in : Walsh PC (ed)


Campbell's Urology 9"' ed. Saunders Elsevier,
2007. p 1363 – 1392.
20. Paul K Pietrow, Glenn M Preminger. Evaluation
and Medical Management of Urinary Lithiasis in
Walsh PC (ed) Campbell's Urology 9"' ed. Saunders
Elsevier, 2007. p 1393 - 1431.
21. Stroller ML. Urinary Stone Disease in : Tanagho EA,
Mc Aninch JW (eds). Smith's General Urology. 16"'
ed. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill-,
2004, p.256-290
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Laparoskopik Ureterolitotomi

1. Pengertian (Definisi) Tindakan bedah minimal invasif dengan tehnik laparaskopik


untuk mengeluarkan batu ureter

2. Indikasi 1. Batu ureter


3. Kontra Indikasi 1. Tidak dapat dilakukan tindakan anastesi
2. Sepsis
3. Gangguan faktor pembekuan darah
4. Keganasan intra abdomen
4. Persiapan 1. Persetujuan tindakan medis
2. Rehidrasi cukup
3. Puasa 6 jam pre operasi
4. Alat laparoskopi
5. Antibiotik profilaksis
6. Pemberian marker/tanda daerah yang akan di incisi

5. Prosedur Tindakan 22. BOF pre operatif pada batu opaq


23. Pasang foto-foto di light box
24. Pasien di bius general anestesia
25. Pasien diposisikan lateral decubitus
26. Dilakukan disinfeksi lapangan operasi dengan
povidon iodin 10%
27. Demarkasi lapangan operasi dengan doek steril
28. Pembacaan Time out
29. Insisi supra umbilikal, diperdalam sampai membuka
peritoneum
30. Trokar I (10 mm) dimasukkan sambil mengangkat
dinding abdomen ke atas
31. Veress needle di insersi kemudian Gas CO2
dimasukan ke cavum abdomen, dipertahankan
tekanan 10-14 mmHg
32. Melalui trokar, kamera dimasukkan ke dalam
abdomen
33. Dengan tuntunan lampu kamera, trokar 2 dimasukan
ke cavum abdomen (sebelumnya dilakukan insisi di
kulit)
34. Identifikasi ureter dan letak batu
35. Incisi ureter secara longitudinal menggunakan hook
tepat diatas batu
36. Ambil batu menggunakan grasping forceps,
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

keluarkan batu
37. Jahit ureter secara endoskopi
38. Kontrol perdarahan
39. Trokar dikeluarkan
40. Jahit luka incisi kuit, kemudian ditutup dengan kasa
steril.

6. Pasca Prosedur Tindakan 1. Perawatan luka operasi secara umum


2. Diet bebas setelah bising usus positif
7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
10. Indikator Prosedur Pasien dengan batu ureter yang dilakukan laparoskopi
Tindakan ureterolitotomi dapat KRS setelah perawatan 1 hari.
11. Kepustakaan 3. Ashcraft, Keith W; Pediatric Surgery
4. Sabiston, David C; Sabiston’s Essentials surgery
1. Zollinger, Robert M; Zollinger’s Atlas of Surgical
Operations
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Ureterorenoscopy (URS) ICOPIM : 5.631


1. Pengertian (Definisi) Ureterorenoscopy adalah tindakan memasukkan alat
ureteroskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter atau
sistem pielokaliseal ginjal.
2. Indikasi 1. Batu Ureter
3. Kontra Indikasi 1. Terdapat kontra indikasi pembiusan
4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis
2. Persiapan operasi : Puasa
3. Antibiotik profilaksis
4. Membuat tanda / marker insisi yang akan dilakukan

5. Prosedur Tindakan 1. BOF pre operatif pada batu opaq


2. Pasang foto-foto di light box
3. Pasien diposisikan dorsal lithotomy dengan anastesi baik
general maupun regional anastesi
4. Desinfeksi  lapangan  operasi  dengan  Povidone 
Iodine 10% 
5. Persempit lapangan operasi dengan doek steril.
6. Pembacaan Time Out (check list operasi)

7. Melakukan cystoscopy sesuai dengan SOP


8. Memasukkan kateter ureter sesuai ukuran ke orifisium
ureter,
9. Melakukan retrograde pyelografi melalui kateter ureter
untuk melihat anatomi dari ureter hingga collecting
system
10. Dengan fluoroscopic guidance, guide wire dilewatkan
melalui kateter ureter sesuai kebutuhan.
11. Melepas kateter ureter
12. Memasukkan ureteroscope dengan guidence guidewire
sampai ke pelvis renalis
13. Apabila dijumpai batu, dapat dilakukan prosedur lain
seperti lithotripsy (pneumatic, laser) stone basketting,
bila dijumpai tumor dilakukan biopsi
14. Setelah selesai, ureteroscope dapat dikeluarkan secara
perlahan dengan melihat anatomi ureter.
15. Safety wire masih berada di tempatnya dan dapat
digunakan sebagai guide pemasangan DJ stent jika
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

diperlukan. Jika tidak, wire tersebut dapat dikeluarkan.


16. Membuat laporan pelaksanaan prosedur tindakan.
6. Pasca Prosedur Tindakan 1. Pembuatan laporan operasi secara detail
2. Memantau kondisi pasien.
7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU

10. Indikator Prosedur Pasien batu ureter yang dilakukan URS dapat KRS setelah
Tindakan perawatan selama 3 hari
11. Kepustakaan 47. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun
2007
48. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal. 155
– 156
49. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal. 227
– 229
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Ureterolithotomi Batu Ureter Proksimal (ICOPIM 5.562)


1. Pengertian (Definisi) Ureterolithotomi merupakan tindakan operasi terbuka
untuk mengambil batu ureter
2. Indikasi 1. Batu Ureter Proksimal
3. Kontra Indikasi 1. Terdapat kontra indikasi pembiusan
4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis
2. Persiapan operasi : Puasa
3. Antibiotik profilaksis
4. Membuat tanda / marker insisi yang akan dilakukan

5. Prosedur Tindakan 1. BOF pre operatif pada batu opaq


2. Pasang foto-foto (BOF/IVP) di light box untuk kasus
batu opak
3. Setelah dibius, Pasang kateter 16 Fr dan urobag,
perhatikan kesesuaian marker/lokasi yang akan
dilakukan tindakan operasi
4. Pasien diletakkan dalam posisi lumbotomi sesuai
dengan lokasi batu
5. Dilakukan desinfeksi dengan larutan Povidone Iodine
10 % mulai dari papilla mammae- umbilikus-
collumna vertebra-simphisis pubis.
6. Persempit lapangan operasi dengan doek steril
7. Pembacaan Time Out (check list operasi)
8. Insisi kulit mulai ICS XI kearah umbilikus ± 10 cm lapis
demi lapis sambil merawat perdarahannya.
(Struktur  yang diinsisi : kulit, lemak subcutis,
muskulus oblikus eksternus, muskulus oblikus
internus dan muskulus transversus abdominis). Buka
fascia m. lumbo dorsalis ke arah posterior (di
posterior axillary line agar tidak merobek
peritoneum) sepanjang ± 1-2 cm, pisahkan
peritoneum dengan steel doppers kearah medial,
setelah peritoneum terpisahkan, perlebar insisi
sesuai dengan insisi  diatasnya.
9. Pasang  spreader
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

10. Cari ureter dengan  cara buka fascia gerota yang


terletak didepan muskulus  ileo psoas dengan ciri : 
a. berupa saluran warna putih
b. tidak berdenyut
c. berjalan bersama-sama dengan a. spermatika
interna pada laki-laki atau a. ovarica  pada
wanita.
11. Teugel ureter dengan  nelaton kateter no. 8 di
proksimal batu.
12. Raba batu dan bersihkan ureter
13. Insisi ureter dengan  mess No. 15 tepat didaerah
batu
14. Keluarkan batu dengan stein tang
15. Evaluasi cairan/urin yang keluar dari ureter
16. Lakukan sondage ke arah distal dan proksimal
17. Bila sondage lancar lakukan spoeling, jika diperlukan
dapat dilakukan pemasangan DJ Stent

18. Tutup ureter yang diinsisi dengan polyglactin 4-0


secara satu persatu
19. Cuci lapangan operasi dengan PZ
20. Evaluasi adanya perdarahan
21. Pasang redon drain di retro peritoneal, hitung
jumlah kassa yang terpakai
22. Tutup lapangan operasi lapis demi lapis

23. Tutup luka operasi dengan tulle dan kassa steril


6. Pasca Prosedur Tindakan 3. Membuat laporan operasi
4. Pelepasan kateter 24 jam setelah pasien siuman
5. Pelepasan redon drain bila dalam 2 hari berturut-
turut produksi < 20cc/24 jam.
6. Pelepasan benang jahitan keseluruhan 7 hari pasca
operasi
7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
10. Indikator Prosedur Pasien batu ureter yang dilakukan ueterolithotomi dapat
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Tindakan KRS setelah perawatan hari ke 5


11. Kepustakaan 7. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6,
Tahun 2007
8. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal.
155 – 156
9. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal.
227 – 229
10. Whitfield HN. Surgery for Renal Stones in: Whitfield
HN (ed). Rob & Smith’s Operative Surgery:
Genitourinary Surgery. 5th ed. Oxford: Butterworth-
Heinemann Ltd; 1993. p.26-41.
11. Menon M, Resnick MI. Urinary Lithiasis: Etiology,
Diagnosis and Medical Management in: Walsh PC
(ed). Campbell’s Urology. 8th ed. Philadelphia:
Elsevier; 2002. p. 3229-305.
12. Roth RA, Finlayson B. Clinical Management of 
Urolithiasis. Baltimore-London: Williams & Wilkins;
1983. p. 151-210.
13. Stroller ML. Urinary Stone Disease in: Tanagho EA,
Mc Aninch JW (eds). Smith’s General Urology. 16 th
ed. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill;
2004, p. 256- 290
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Ureterolithotomi Batu Ureter Distal (5.562)


1. Pengertian (Definisi) Ureterolithotomi merupakan tindakan operasi terbuka
untuk mengambil batu ureter
2. Indikasi 1. Batu Ureter Distal
3. Kontra Indikasi 1. Terdapat kontra indikasi pembiusan
4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis
2. Persiapan operasi : Puasa
3. Antibiotik profilaksis
4. Membuat tanda / marker insisi yang akan dilakukan

5. Prosedur Tindakan 1. BOF pre operatif pada batu opaq


2. Pasang foto-foto (BOF/IVP) di light box untuk kasus
batu opak
3. Setelah dibius, Pasang kateter 16 Fr dan urobag,
perhatikan marker/lokasi yang akan dilakukan
tindakan operasi
4. Setelah dibius, pasien diletakkan dalam posisi supine
5. Dilakukan desinfeksi dengan larutan Povidone Iodine
10 % dimulai dari processus xyphoideus – femur
proksimal
6. Persempit lapangan operasi dengan doek steril
7. Pembacaan Time Out
8. Insisi Gibson yaitu mulai 2 jari medial SIAS kearah
simphisis pubis ±  8-10 cm lapis demi lapis dan rawat
perdarahan. MOE, MOI di split sesuai seratnya
9. Sisihkan peritoneum kearah medial
10. Identifikasi ureter dan raba batu
11. Teugel ureter dengan Nelaton kateter di proksimal
batu
12. Bersihkan ureter dari jaringan peri ureter, insisi
ureter  di tempat batu, perhatikan urin yang keluar .
13. Keluarkan batu dengan stein tang
14. Sondage dan spoeling ureter distal dan proksimal
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

dengan PZ, jika diperlukan dapat dilakukan


pemasangan DJ Stent
15. Jahit ureter dengan polyglactin 4-0 secara satu
persatu
16. Cuci lapangan operasi dengan PZ dan rawat
perdarahan
17. Pasang redon drain di retroperitonial dan fiksasi di
kulit dengan Silk 2-0, hitung jumlah kassa yang
terpakai sebelum menutup luka operasi
18. Tutup lapangan operasi lapis demi lapis.

19. Tutup luka operasi dengan tulle dan kassa steril


6. Pasca Prosedur Tindakan 1. Membuat laporan operasi
2. Pelepasan kateter 24 jam setelah pasien siuman
3. Pelepasan redon drain bila dalam 2 hari berturut-
turut produksi < 20cc/24 jam.
4. Pelepasan benang jahitan keseluruhan 7 hari pasca
operasi
7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
10. Indikator Prosedur Pasien batu ureter yang dilakukan ueterolithotomi dapat
Tindakan KRS setelah perawatan hari ke 5
11. Kepustakaan 14. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6,
Tahun 2007
15. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal.
155 – 156
16. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal.
227 – 229
17. Whitfield HN. Surgery for Renal Stones in: Whitfield
HN (ed). Rob & Smith’s Operative Surgery:
Genitourinary Surgery. 5th ed. Oxford: Butterworth-
Heinemann Ltd; 1993. p.26-41.
18. Menon M, Resnick MI. Urinary Lithiasis: Etiology,
Diagnosis and Medical Management in: Walsh PC
(ed). Campbell’s Urology. 8th ed. Philadelphia:
Elsevier; 2002. p. 3229-305.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

19. Roth RA, Finlayson B. Clinical Management of 


Urolithiasis. Baltimore-London: Williams & Wilkins;
1983. p. 151-210.
20. Stroller ML. Urinary Stone Disease in: Tanagho EA,
Mc Aninch JW (eds). Smith’s General Urology. 16 th
ed. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill;
2004, p. 256- 290

Prosedur Meatotomi/Meatoplasti (ICOPIM: 5.581)


1. Pengertian (Definisi) Meatotomi adalah Suatu tindakan pembedahan untuk
mengeluarkan batu dari urethra dengan incisi bagian dorsal.
Meatoplasti adalah menjahit luka dari meatotomi
2. Indikasi 1. batu urethra dengan diameter > 2 cm
2. batu urethra yang tidak dapat dilakukan lubrikasi
posterior (impacted) dan tidak dapat dipecahkan
dengan litotriptor
3. batu urethra anterior (glans penis)
3. Kontra Indikasi 1. Batu urethra posterior

4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis


2. Persiapan operasi :
3. Antibiotik profilaksis
4. Membuat tanda / marker insisi yang akan dilakukan.

5. Prosedur Tindakan 1. Pasang foto-foto di light box untuk kasus batu opak
2. Dengan pembiusan umum atau lokal.
3. Posisi terlentang
4. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan
antiseptik (dengan batas umbilicus di bagian kranial,
pertengahan paha di bagian lateral, perineum di
bagian kaudal, dan genitalia eksterna).
5. Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen
steril.
6. Pembacaan Time Out
7. Insisi  kulit pada dorsal meatus urethra sekitar 1-
1,5cm secara longitudinal tepat pada posisi batu.
8. Batu dipegang dengan forcep dan dikeluarkan
9. Dilakukan meatoplasti : urethra dijahit dengan
jahitan interrupted menggunakan chromic catgut
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

4.0.
10. Pasang kateter urethra (ukuran sesuai dengan
pasien) sebagai splint.

6. Pasca Prosedur Tindakan 1.Pembuatan laporan operasi secara detail


2.Memantau kondisi pasien.
3.Pelepasan kateter setelah 3 hari

7. Tingkat Evidens III


8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU

10. Indikator Prosedur Pasien dapat pulang / KRS setelah perawatan 3 hari
Tindakan
11. Kepustakaan 16. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6,
Tahun 2007
17. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal.
155 – 156
18. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal.
227 – 229
19. Flocks,R.H. Surgery of the urethra;in A Handbook of
Operative Surgery ,Surgical Urology; Year Book
Medical Publisher Inc,Chicago,3rd Ed;p.370-372.
20. Mauermayer W. ; Transurethral  Surgery, Springer-
Verlag-Berlin Heidelberg, New York, 1983, p: 359 –
367.
21. Blandy JP ;  Vesical  lithotomy and Diverticulectomy in
Operation Surgery Urology, 4 th Ed; Butterworths-
London-Boston-Singapura-Toronto, p. 328 – 334.
22. Michell JP ; Litholapaxy ; lithotripty and evacuation of
foreign bodies from the Bladder in Operation Surgery
Urology, 4 th Ed ; Butterworths-London-Boston-
Singapura-Toronto, p. 744-750.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Lubrikasi Anterior


1. Pengertian (Definisi) Lubrikasi anterior adalah memberikan lubrikan lidocaine gel
melalui uretra anterior dengan tujuan agar batu bisa keluar
spontan melalui uretra anterior.
2. Indikasi 1. Batu urethra anterior
3. Kontra Indikasi 1. Terdapat kontra indikasi pembiusan
4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis
2. Persiapan operasi
3. Antibiotik profilaksis

5. Prosedur Tindakan 1. Menjelaskan semua prosedur lubrikasi anterior pada


pasien dan meyakinkan pasien sehingga benar-benar
mengerti serta mau memberikan persetujuan tindakan
medik
2. Mempersilahkan pasien untuk tidur terlentang dan
meluruskan kaki
3. Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun
4. Memakai sarung tangan steril
5. Membersihkan sekeliling penis dengan kasa steril yang
dibasahi dengan antiseptik (povidone iodine 10%)
6. Memasang kain steril sebagai pembatas tindakan.
7. Membuat campuran lidocaine 1 % (4 cc) dan K-Y gelly
(16 cc) dalam spuit 20 cc
8. Asisten melakukan penekanan pada proksimal dari
uretra pars bulbosa.
9. Larutan disemprotkan secara gentle dan konstan
kedalam urethra dengan menggunakan canule urethra.
10. Adanya turbulensi di dalam uretra pars bulbosa akan
mendorong batu ke distal.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

11. Membuat laporan pelaksanaan prosedur tindakan.

6. Pasca Prosedur Tindakan 1.Membuat laporan tindakan

7. Tingkat Evidens III


8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU

10. Indikator Prosedur Pasien setelah prosedur tindakan lubrikasi anterior dapat
Tindakan Keluar Rumah Sakit (KRS) 1 hari setelah selesai tindakan
11. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun
2007
2. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal. 155
– 156
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal. 227
– 229
4. Demetrius. H Bagley, et al : Transurethral uretroscopy.
Techniques in Endourology, 1984, p. 267 – 291.
5. Jeffry. L Huffman, MD : Uretroscopy, Champbell’s
Urology, 6th ed, 1992, p.2195-2230
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Lubrikasi Posterior


1. Pengertian (Definisi) Lubrikasi posterior adalah memberikan lubrikan lidocaine
gel melalui uretra anterior dengan tujuan agar batu
terdorong masuk buli untuk kemudian dilakukan prosedur
panghancuran batu buli (litotripsi) atau dipasang kateter
kemudian untuk segera dilakukan litotripsi
2. Indikasi 1. Batu urethra posterior
3. Kontra Indikasi 1. Terdapat kontra indikasi pembiusan
4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis
2. Persiapan operasi
3. Antibiotik profilaksis

5. Prosedur Tindakan 12. Menjelaskan semua prosedur lubrikasi posterior pada


pasien dan meyakinkan pasien sehingga benar-benar
mengerti serta mau memberikan persetujuan tindakan
medik
13. Mempersilahkan pasien untuk tidur terlentang dan
meluruskan kaki
14. Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun
15. Memakai sarung tangan steril
16. Membersihkan sekeliling penis dengan kasa steril yang
dibasahi dengan antiseptik (povidone iodine 10%)
17. Memasang kain steril sebagai pembatas tindakan.
18. Membuat campuran lidocaine 1 % (4 cc) dan K-Y gelly
(16 cc) dalam spuit 20 cc
19. Asisten melakukan penekanan pada distal dari uretra.
20. Larutan disemprotkan secara gentle dan konstan
kedalam urethra.
21. Adanya tekanan di dalam uretra akan mendorong batu
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

ke buli-buli.
22. Membuat laporan pelaksanaan prosedur tindakan.

6. Pasca Prosedur Tindakan 1.Membuat laporan operasi

7. Tingkat Evidens III


8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU

10. Indikator Prosedur Pasien setelah prosedur tindakan lubrikasi posterior


Tindakan dilanjutkan untuk tindakan urgent lithotripsi.
11. Kepustakaan 6. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun
2007
7. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal. 155
– 156
8. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal. 227
– 229
9. Demetrius. H Bagley, et al : Transurethral uretroscopy.
Techniques in Endourology, 1984, p. 267 – 291.
10. Jeffry. L Huffman, MD : Uretroscopy, Champbell’s
Urology, 6th ed, 1992, p.2195-2230
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Uretrosistoskopi (ICOPIM: 5.631)


1. Pengertian (Definisi) Uretrosistoskopi adalah merupakan tindakan endourologi
untuk melihat dan mengamati kondisi uretra dan buli

2. Indikasi Semua kelainan atau penyakit di urethra dan buli


3. Kontra Indikasi 4. Kontra indikasi umum pembiusan dan pembedahan

4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis


2. Persiapan operasi
3. Antibiotik profilaksis

5. Prosedur Tindakan 1. Setelah dilakukan anaestesi pasien diletakkan dalam


posisi lithotomi
2. Dilakukan desinfeksi dengan povidone jodine 10%
didaerah penis scrotum atau vagina dan kedua paha
sampai batas lutut dan perut sebatas umbilikus
3. Persempit lapangan operasi dengan memasang
sarung kaki dan doek panjang berlubang untuk
bagian perut keatas
4. Pembacaan Time Out
5. Sambil berdiri pegang penis dengan jari I dan II
6. Tarik penis hingga lurus dan sedikit tegang
7. Sheath 17F dengan optik 0° yang sudah diolesi jelly
dimasukkan lewat meatus uretra externus sampai
masuk buli-buli. Evaluasi struktur dan kelainan yang
ada di uretra sampai dengan bladder neck
8. Secara gradual pindah posisi duduk saat sheath
mencapai uretra pars bulbosa
9. Estimasi residual urine dalam buli
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

10. Gunakan optik 30° untuk melihat dasar buli


Trigonum, muara ureter (lokasi, bentuk, jumlah)
11. Gunakan optik 70° untuk melihat sisi lateral dan
dome buli
12. Tarik semua sheath dan optik setelah semua
prosedur dilakukan sambil evaluasi adakah
komplikasi.

6. Pasca Prosedur Tindakan 4. Membuat laporan operasi

7. Tingkat Evidens III


8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU

10. Indikator Prosedur Pasien dapat pulang / KRS setelah tindakan


Tindakan
11. Kepustakaan 1. Demetrius. H Bagley, et al : Transurethral
uretroscopy. Techniques in Endourology, 1984, p.
267 – 291.
2. Jeffry. L Huffman, MD : Uretroscopy, Champbell’s
Urology, 6th ed, 1992, p.2195-2230.– 229
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Urethrolitotomi Eksterna (ICOPIM: 5.580)


1. Pengertian (Definisi) Urethrotomi Eksterna adalah Suatu tindakan pembedahan
untuk mengeluarkan batu dari urethra.
2. Indikasi 4. batu urethra dengan diameter > 2 cm
5. batu urethra yang tidak dapat dilakukan lubrikasi
posterior (impacted) dan tidak dapat dipecahkan
dengan litotriptor
6. batu urethra multiple
3. Kontra Indikasi 1. Batu urethra posterior
2. Terdapat kontra indikasi pembiusan
4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis
2. Persiapan operasi : Puasa
3. Antibiotik profilaksis
4. Membuat tanda / marker insisi yang akan dilakukan.

5. Prosedur Tindakan 11. Pasang foto-foto di light box untuk kasus batu opak
12. Dengan pembiusan umum.
13. Posisi terlentang
14. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan
antiseptik (dengan batas umbilicus di bagian kranial,
pertengahan paha di bagian lateral, perineum di
bagian kaudal, dan genitalia eksterna).
15. Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen
steril.
16. Pembacaan Time Out
17. Insisi  kulit pada urethra sekitar 1-1,5cm secara
longitudinal tepat pada posisi batu.
18. Batu dipegang dengan forcep dan dikeluarkan
19. Urethra dijahit dengan jahitan interrupted
menggunakan chromic catgut 4.0, sedangkan kulit
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

dan jaringan subkutan ditutup dengan menggunakan


chromic catgut atau silk.
20. Pasang kateter urethra (ukuran sesuai dengan
pasien) sebagai splint dan mencegah terjadinya
striktur urethra

6. Pasca Prosedur Tindakan 1.Pembuatan laporan operasi secara detail


2.Memantau kondisi pasien.
3.Pelepasan kateter setelah 10-14 hari
4.Pelepasan benang jahitan keseluruhan 10 hari pasca
operasi
7. Tingkat Evidens III
8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU

10. Indikator Prosedur Pasien dapat pulang / KRS setelah perawatan 5 hari
Tindakan
11. Kepustakaan 23. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6,
Tahun 2007
24. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal.
155 – 156
25. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal.
227 – 229
26. Flocks,R.H. Surgery of the urethra;in A Handbook of
Operative Surgery ,Surgical Urology; Year Book
Medical Publisher Inc,Chicago,3rd Ed;p.370-372.
27. Mauermayer W. ; Transurethral  Surgery, Springer-
Verlag-Berlin Heidelberg, New York, 1983, p: 359 –
367.
28. Blandy JP ;  Vesical  lithotomy and Diverticulectomy in
Operation Surgery Urology, 4 th Ed; Butterworths-
London-Boston-Singapura-Toronto, p. 328 – 334.
29. Michell JP ; Litholapaxy ; lithotripty and evacuation of
foreign bodies from the Bladder in Operation Surgery
Urology, 4 th Ed ; Butterworths-London-Boston-
Singapura-Toronto, p. 744-750.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Prosedur Uretroskopi (ICOPIM:5.631)


1. Pengertian (Definisi) Uretrositoskopi merupakan tindakan endourologi untuk
melihat dan mengamati kondisi uretra dan buli
2. Indikasi 1. Batu urethra dan buli
3. Kontra Indikasi 1. Terdapat kontra indikasi pembiusan
4. Persiapan 1. Surat persetujuan tindakan medis
2. Persiapan operasi : Puasa
3. Antibiotik profilaksis

5. Prosedur Tindakan 1. Setelah dilakukan anaestesi pasien diletakkan dalam


posisi lithotomi
2. Dilakukan desinfeksi dengan povidone jodine 10%
didaerah penis scrotum atau vagina dan kedua paha
sampai batas lutut dan perut sebatas umbilikus
3. Persempit lapangan operasi dengan memasang
sarung kaki dan doek panjang berlubang untuk
bagian perut keatas
4. Pembacaan Time Out
5. Sambil berdiri pegang penis dengan jari I dan II
6. Tarik penis hingga lurus dan sedikit tegang
7. Sheath 17F dengan optik 0° yang sudah diolesi jelly
dimasukkan lewat meatus uretra externus sampai
masuk buli-buli. Evaluasi struktur dan kelainan yang
ada di uretra sampai dengan bladder neck
8. Secara gradual pindah posisi duduk saat sheath
mencapai uretra pars bulbosa
9. Estimasi residual urine dalam buli
10. Gunakan optik 30° untuk melihat dasar buli
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
PROSEDUR TINDAKAN
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang
2017

Trigonum, muara ureter (lokasi, bentuk, jumlah)


11. Gunakan optik 70° untuk melihat sisi lateral dan
dome buli

12. Tarik semua sheath dan optik setelah semua


prosedur dilakukan sambil evaluasi adakah
komplikasi.
6. Pasca Prosedur Tindakan 1.Membuat laporan operasi

7. Tingkat Evidens III


8. Tingkat Rekomendasi C
9. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU

10. Indikator Prosedur Pasien setelah prosedur tindakan uretroskopi dapat Keluar
Tindakan Rumah Sakit (KRS) 1 hari setelah selesai tindakan
11. Kepustakaan 11. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun
2007
12. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal. 155
– 156
13. Dasar-dasar Urologi, Edisi kedua, Tahun 2007, hal. 227
– 229
14. Demetrius. H Bagley, et al : Transurethral uretroscopy.
Techniques in Endourology, 1984, p. 267 – 291.
15. Jeffry. L Huffman, MD : Uretroscopy, Champbell’s
Urology, 6th ed, 1992, p.2195-2230

Anda mungkin juga menyukai