Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

KSM UROLOGI

RS YARSI

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Allamiin, Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha
Kuasa atas selesainya Panduan Praktik Klinis KSM urologi Rumah Sakit YARSI. Panduan
ini dibuat dan disusun bersama untuk kepentingan pelayanan di Rumah Sakit YARSI.
Maksud dan tujuan disusunnya panduan ini adalah agar seluruh dokter mempunyai
panduan dalam melaksanakan tugasnya dalam menangani pasien, sesuai perannya dalam
upaya meningkatkan mutu pelayanan dan melaksanakan pelayanan yang aman bagi pasien
(Patient Safety).

Rumah Sakit YARSI memandang perawatan yang diberikan adalah sebagai bagian dari
suatu sistem terpadu yang mencakup : layanan, pekerja dan professional kesehatan serta
berbagai level perawatan. Semua itu merupakan suatu proses perawatan berkelanjutan
(continum of care). Tujuannya adalah mencocokkan kebutuhan pasien dengan layanan
yang tersedia, mengkoordinasikan layanan di rumah sakit secara terpadu kepada pasien
untuk kemudian merencanakan pemulangan serta proses perawatan selanjutnya. Hasilnya
adalah perbaikan hasil perawatan dan pemanfaatan sumber daya yang ada secara lebih
efisien.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada seluruh
staf yang terlibat dalam penyusunan Panduan Praktik Klinis ini. Kami menyadari bahwa
seiring berjalannya waktu Panduan ini perlu dilakukan penyesuaian tentang mekanisme
Pelayanan ke pasien untuk mendapatkan pelayanan terbaik dan terpadu di Rumah Sakit
YARSI. seiring dengan perkembangan rumah sakit. Namun demikian kami memandangnya
sebagai awal yang penting dalam upaya memajukan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
YARSI.

Jakarta, 18 Desember 2018

dr.Mulyadi Muchtiar, MARS


Direktur Utama

2
DAFTAR ISI

1. PPK BPH.................................................................................................................................4
2. PPK Striktur Uretra..................................................................................................................7
3. PPK Tumor Buli......................................................................................................................10
4. PPK Tumor Testis..................................................................................................................13
5. PPK Hydrocele.......................................................................................................................15

3
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)

BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA

1. Pengertian Pembesaran prostat jinak yang menyebabkan gangguan


dalam prosesmiksi/buang air kecil/kencing

2. Anamnesis 1. Ruang lingkup: semua pasien laki-laki berusia di


atas 50 tahun yang datang dengan keluhan miksi
atau lower urinary tract symptoms (LUTS), yang
terdiri atas :
a. Storage symtomps
Urgensi (sulit menahan miksi) , frekuensi (miksi
lebih sering dari biasanya), disuria sampai
akhirnya terjadi retensi urine.
b. Micturition symtomps
Hesitansi (harus mengejan untuk memulai
kencing), pancaran urine melemah atau
mengecil, intermitens
c. Post Micturition symptoms
terminal dribbling (menetes di akhir miksi), dan
terasa ada sisa setelah selesai miksi.

2. Keluhan utama dan lamanya keluhan

3. Skor IPSS

3. Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi


Penonjolan suprapubik bila terjadi retensi urine
dengan buli penuh

2. Palpasi
Buli-buli teraba di atas simpisis pubis apabila
terjadi retensi urine.

3. Colok dubur (rectal toucher)


Prostat teraba membesar dengan konsistensi
kenyal, simetris

4. Kriteria Diagnosis 1. LUTS sebelumnya


2. Retensi urin
3. Colok dubur didapatkan pemebesaran prostat
jinak
5. Diagnosis Kerja BPH

4
6. Diagnosis Banding 1. Ca Prostat
2. Prostatitis
7. Pemeriksaan 1. Lab : RFT, PSA, DPL, Pt/Aptt, INR,
Penunjang Urinalisis, Kultur Urin, Elektrolit, Albumin,
Protein Total, Asam Urat
2. Uroflowmetry dan urodinamika
3. USG Saluran kemih.
4. EKG, Ro Thorak
5. BNO- IVP
6. Biopsi Prostat, Pungsi Suprapubik bila
PSA >4
8. Tata Laksana 1. Medikamentosa
2. Pasang Kateter
3. Operasi : Endourologi
TURP

Operasi terbuka (Sistostomi perkutan/terbuka) jika


volume prostat >90gr
Millin Infravesica Retropubic Prostatektomi

9. Edukasi (Hospital 1. Mengenal gejala pembesaran prostat


Health Promotion) 2. Mengenal tanda-tanda komplikasi berupa
retensi urine
3. Meringankan gejala: diet tinggi serat,
rendah garam, rendah protein, hindari
kopi, makanan pedas, manajemen stress,
olahraga

10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Ad fumgsionam : dubia ad bonam

11. Tingkat Evidens III

12. Tingkat rekomendasi C

13. Penelaah kritis KSM Urologi

14. Indikator 80% Pasien BPH Retensi dalam 5 hari perawatan

15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-
3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal.
153 – 156
4. European Association of Urology Guideline, tahun

5
2011

6
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)

STRIKTUR URETRA

1. Pengertian Penyempitan atau penyumbatan lumen uretra


karena pembentukan jaringan fibrotik (parut) pada
uretra dan/atau daerah peri uretra, yang pada
tingkat lanjut dapat menyebabkan fibrosis pada
korpus spongiosum.
2. Anamnesis 1. LUTS (gangguan proses berkemih , antara
lain : sulit kencing (harus mengejan),
pancaran bercabang, menetes, diameter
kencing mengecil, sampai retensi urine.
2. Apabila sudah menimbulkan komplikasi,
bisa juga disertai pembengkakan/abses di
daerah perineum dan skrotum, serta bila
terjadi infeksi sistematik juga timbul panas
badan, menggigil, dan kencing berwarna
keruh
3. Adanya riwayat uretritis,
4. Riwayat trauma dengan kerusakan pada
panggul, straddle injury,
5. Riwayat instrumentasi pada uretra,
6. Penggunaan kateter uretra
3. Pemeriksaan Fisik 1. Indurasi atau massa noduler, jaringan parut
pada perabaan uretra, fistel uretrokutan
2. Teraba buli-buli bila terjadi retensi urine yang
kronik
3. Colok dubur
4. Kriteria Diagnosis 1. LUTS
2. Penyempitan uretra baik total maupun parsial
pada uretrografi
5. Diagnosis Kerja Striktur uretra

6. Diagnosis Banding 1. Batu uretra,


2. Kelainan di prostat (BPH, prostatitis, kanker
prostat)
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Lab : DL, FH, RFT, LFT, UL, kultur urin
2. Uroflowmetry
3. Uretrografi
4. BVCUG (bipolar voiding cystouretrografi)
5. Urethrocystoscopy

7
8. Tata Laksana 1. Businasi (dilatasi) dengan busi logam yang
dilakukan secara hati-hati.Tindakan yang kasar
tambah akan merusak uretra sehingga
menimbulkan luka baru yang pada akhirnya
menimbulkan striktur lagi yang lebih berat.
Tindakan ini dapat menimbulkan salah jalan
(false route).
2. Uretrotomi interna, yaitu memotong jaringan
sikatriks uretra dengan pisau Otis/Sachse. Otis
dikerjakan bila belum terjadi striktur uretra total,
sedangkan pada striktur yang lebih berat,
pemotongan striktur dikerjakan secara visual
dengan memakai pisau Sachse.
3. Uretrotomi eksterna, adalah tindakan operasi
terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis,
kemudian dilakukan anastomosis di antara
jaringan uretra yang masih sehat.
Pada pasien striktur uretra dengan keluhan
retensi urine, dapat dilakukan tindakan darurat
diversi urine dengan cara cystostomy.

4. Cystostomy Sistostomi merupakan tindakan


mengalirkan kencing melalui lubang yang dibuat
pada supra pubik untuk mengatasi retensi urin
dan menghindari komplikasi, baik dengan cara
Open Cystostomy atau dengan Blinded / Troicart
Cystostomy, sesuai dengan indikasi masing-
masing tindakan.
5. Reseksi anastomosis uretra dengan atau tanpa
Buccal Mucusa Graft

9. Edukasi (Hospital Health 1. Mengenal gejala striktur uretra


Promotion) 2. Mengenal tanda-tanda retensi urine

10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III

12. Tingkat rekomendasi C

13. Penelaah kritis KSM Urologi

14. Indikator 80% Pasien Striktur uretra dalam 5 hari perawatan

15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11,


hal. 3915-3930, Tahun 2007

8
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun
2000, hal. 620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun
2011, hal. 153 – 156
4. European Association of Urology
Guideline, tahun 2011

9
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)

TUMOR BULI

1. Pengertian Neoplasma jinak maupun ganas yang berasal dari


buli, baik dari jaringan epitel maupun jaringan
mesenkim. Karsinoma buli adalah neoplasma ganas
yang berasal dari jaringan epitel buli (urotelium)

2. Anamnesis 1. Hematuria, yang bersifat gross, painless dan


intermiten
2. Tidak bisa kencing akibat retensi bekuan darah
3. Disuria, pada karsinoma in-situ, atau karsinoma
yang telah mengadakan infiltrasi luas
4. Gejala obstruksi saluran kemih bagian atas
5. Edema tungkai, akibat obstruksi aliran limfatik di
daerah pelvis
3. Pemeriksaan Fisik 1. Palpasi regio suprapubik, untuk meraba
massa (jika besar), atau kandung kemih yang
penuh
2. Palpasi bimanual, dikerjakan dalam pengaruh
anestesi, sebelum dan sesudah dilakukannya
reseksi tumor buli trans uretra
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis : riwayat hematuria painless,
intermitten
2. Pemeriksaan fisik : palpasi bimanual dalam
narkose
3. Pemeriksaan penunjang :
a. Radiologi : USG urologi, IVP, CT scan
abdomen-pelvis dengan kontras (untuk
pasien yang direncanakan terapi definitif),
USG abdomen dan foto thorax (untuk
mencari metastasis)
b. Laboratorium : urinalisis, sitologi urine, tes
fungsi ginjal, DL, RFT, LFT, Elektrolit, BTA
Urine, PT/Aptt, INR
c. Sistoskopi : ditentukan adanya tumor dan
ekstensinya, TUR Tumor Buli (Biopsi)
d. Histopatologi : spesimen didapatkan dari
reseksi tumor buli trans uretra
5. Diagnosis Kerja Tumor buli

Jenis histopatologi :

1. Tumor jinak

10
2. Tumor ganas : karsinoma urotelial, ademo
karsinoma, karsinoma sel skuamosa
Stadium : menurut sistem TNM

6. Diagnosis Banding 1. Tumor ginjal


2. Karsinoma saluran kemih bagian atas
3. Karsinoma Prostat
4. Batu saluran kemih
5. BPH
6. Trauma saluran kemih
7. Infeksi/keradangan saluran kemih
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Urinalisis, DL, RFT, LFT, Elektrolit, BTA Urine,
PT/Aptt, INR
2. Tes Fungsi Ginjal
3. Sitologi urine
4. IVP, atau USG urologi
5. CT scan abdomen-pelvis dengan kontras (untuk
pasien yang direncanakan terapi definitif)
6. USG abdomen
7. Foto thorax
8. Tata Laksana 1. Sistoskopi dan reseksi tumor buli trans uretra,
sebagai baku emas untuk menegakkan diagnosis
tumor buli
2. Instilasi kemoterapi intravesika
3. Operasi : sistektomi radikal dilanjutkan dengan
diversi urine
4. Radioterapi
5. Kemoterapi sistemik
9. Edukasi (Hospital Health 1. Penjelasan mengenai penyakit yang diderita, serta
Promotion) sifat penyakit tersebut
2. Penjelasan mengenai rencana tindakan, yaitu
diperlukannya tindakan operatif untuk
menegakkan diagnosis, yang memerlukan adanya
terapi lanjutan
3. Penjelasan mengenai operasi sistektomi radikal,
risiko dan efek sampingnya
4. Penjelasan dan diskusi dengan penderita
mengenai jenis diversi urine yang akan digunakan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam

Ad sanationam : dubia ad bonam/malam

Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam

11. Tingkat Evidens III

11
12. Tingkat rekomendasi C

13. Penelaah kritis KSM Urologi

14. Indikator 80% Pasien Ca Buli dalam 7 hari perawatan

15. Kepustakaan 1. Wood Jr DP. Urothelial Tumors of the Bladder.


In: Wein AJ, Kavoussi LR, Partin AW, Novick
AC, Peters CA. Campbell-Walsh Urology 10th
edition. 2012. Elsevier-Saunders:Philadelphia,
p2309-28
2. Purnomo BB (editor). Karsinoma Buli. In:
Dasar-dasar Urologi 2nd edition. 2003.
Sagung Seto:Jakarta, p220-225

12
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)

TUMOR TESTIS

1. Pengertian Keganasan pada testis

2. Anamnesis 1. Benjolan pada testis


2. Riw. Undesensus testis
3. Infertilitas
4. Massa pada perut atau leher
5. Ginekomastia
6. Keluhan metastasis paru, tulang, penurunan berat
badan
3. Pemeriksaan Fisik 1. Benjolan pada testis, biasanya tidak nyeri,
transiluminasi negative
2. Massa pada pelvis, abdomen, dan leher
3. Ginekomastia
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis : Benjolan pada testis
2. Pemeriksaan fisik : Benjolan pada testis
3. Pemeriksaan penunjang :
a. Radiologi : USG testis, CT scan abdomen-
pelvis dengan kontras (untuk pasien yang
direncanakan terapi definitif), USG
abdomen dan foto thorax (untuk mencari
metastasis)
b. Laboratorium : urinalisis, tumor marker
(AFP,betaHCG,LDH), tes fungsi ginjal
c. Histopatologi : spesimen didapatkan dari
radical orchidectomy
5. Diagnosis Kerja Tumor testis

Jenis histopatologi :

1. Tumor jinak
2. Tumor ganas : Germ cell tumor, seminoma testis,
non-seminoma testis
Stadium : menurut sistem TNM

6. Diagnosis Banding 1. Epididimitis


2. Orchitis
3. Torsio testis
4. Hidrokel testis
5. Varikokel
6. Spermatokel

13
7. Kista Epididimis
8. Hernia scrotalis
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Lab : pemeriksaan DL, RFT, LFT, SE, AFP, B-
HCG, LDH, Elektrolit.
2. USG abdomen/testis, CT Scan, MRI jika
diperlukan
3. Ro Thorak
8. Tata Laksana 1. Operasi : Radikal orkidektomi
2. Dilanjutkan dengan radiasi eksterna sebagai
ajuvan terapi jika hasil patologi menunjukkan
seminoma testis
3. Pada non seminoma yang belum melewati
stadium III dilakukan pembersihan kelenjar
retroperitoneal atau RPLND. Tindakan diseksi
kelenjar pada pembesaran kelenjar paraaorta
yang sangat besar didahului dengan pemberian
sitostatika terlebih dahulu.
9. Edukasi (Hospital Health 1. Penjelasan mengenai penyakit yang diderita, serta
Promotion) sifat penyakit tersebut
2. Penjelasan mengenai rencana tindakan, yaitu
diperlukannya tindakan operatif untuk
menegakkan diagnosis, yang memerlukan adanya
terapi lanjutan
3. Penjelasan mengenai operasi orhidectomi radikal,
risiko dan efek sampingnya
4. Penjelasan dan diskusi dengan penderita
mengenai jenis kemoterapi yang akan digunakan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam

Ad sanationam : dubia ad bonam/malam

Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam

11. Tingkat Evidens III

12. Tingkat rekomendasi C

13. Penelaah kritis KSM Urologi

14. Indikator 80% Pasien tumor testis dalam 7 hari perawatan

15. Kepustakaan 1. Wood Jr DP. Urothelial Tumors of the Bladder.


In: Wein AJ, Kavoussi LR, Partin AW, Novick
AC, Peters CA. Campbell-Walsh Urology 10th
edition. 2012. Elsevier-Saunders:Philadelphia,
p2309-28
2. Purnomo BB (editor). Karsinoma Buli. In:
Dasar-dasar Urologi 2nd edition. 2003.
Sagung Seto:Jakarta, p220-22

14
PANDUAN PRAKTIK KLINIK (PPK)

HYDROCELE

1. Pengertian Penumpukan cairan antara tunika vaginalis dan


testis

2. Anamnesis 1. Keluhan benjolan/massa kistik dan lunak di


skrotum.
2. Ukuran benjolan kecil pada pagi hari dan
makin besar dan tegang pada malam hari, ini
menunjukan adanya hubungan/ komunikan
pada tunika vaginalis.
3. Tidak ada nyeri, kecuali ada keradangan akut
epididimis.
4. Biasanya pasien mengeluh karena adanya
tumor yang besar dan berat.
3. Pemeriksaan Fisik 1. Status umum
2. Inspeksi: massa/benjolan pada skrotum, tidak
hiperemia.
3. Palpasi: tidak nyeri, massa kistik intraskrotal,
tidak tegang.
a. Hidrokel testis bila kantong hidrokel seolah-
olah mengelilingi testis sehingga testis tidak
dapat diraba
b. Hidrokel funikulus bila kantong hidrokel
berada di kranial dari testis
c. Hidrokel kommunikans bila benjolan dapat
membesar saat pasien diminta mengejan
4. Massa dengan pemeriksaan transiluminasi
positif.
Jika hidrokel tertutup di dalam funikulus
spermatikus maka akan tampak massa dalam
kanalis inguinalis atau di atas skrotum.

4. Kriteria Diagnosis Benjolan kantung skrotum, kistik, transiluminasi(+)

5. Diagnosis Kerja Hydrocele testis, hydrocele funikulus, hydrocele


communicans

6. Diagnosis Banding 1. Hernia scrotalis


2. Tumor testis
3. Varicocele

15
7. Pemeriksaan Penunjang Darah lengkap (DL), faal hemostasis, faal hati, faal
ginjal untuk persiapan operasi

8. Tata Laksana Pada hernia communicans jika usia kurang dari 1


tahun observasi kecuali jika terdapat hernia atau
kondisi patologi pada testis, jika lebih dari 1 tahun dan
pada hernia testis dan funikulus dilakukan operasi
hidrokelektomi (eksisi marsupiliasi atau extirpasi
intoto)

9. Edukasi (Hospital Health 1. Penyakit dan komplikasinya


Promotion) 2. Jenis pemeriksaan penunjang yang
mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
4. Prognostik
5. Follow up
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

11. Tingkat Evidens III

12. Tingkat rekomendasi C

13. Penelaah kritis KSM Urologi

14. Indikator 80% Pasien hydrocele dalam 3 hari perawatan

15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal.


3915-3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000,
hal. 620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011,
hal. 153 – 156
4. European Association of Urology Guideline,
tahun 2012

16
17

Anda mungkin juga menyukai