Anda di halaman 1dari 56

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

SMF UROLOGI
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

DAFTAR ISI

1. PPK BPH
2. PPK prostatitis
3. PPK striktur urethra
4. PPK Ca Buli
5. PPK Ca ginjal
6. PPK Ca penis
7. PPK Ca ureter
8. PPK Ca testis
9. PPK Ca prostat
10. PPK kista urachus
11. PPK Epispadia
12. PPK Meatal stenosis
13. PPK parafimosis
14. PPK fimosis
15. PPK bladder ekstropi
16. PPK UDT
17. PPK hipospadia
18. PPK hidrocele
19. PPK UVJ stenosis
20. PPK UPJ stenosis
21. PPK trauma urethra
22. PPK trauma ureter
23. PPK trauma ginjal
24. PPK trauma buli
25. PPK abses skrotum
26. PPK fournier gangrene
27. PPK orkidoepididimitis
28. PPK torsio testis
29. PPK batu ginjal
30. PPK batu buli
31. PPK batu ureter
32. PPK batu urethra
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

BPH, ICD 10 N.40


1. Pengertian (Definisi) Pembesaran prostat jinak yang menyebabkan gangguan dalam
prosesmiksi/buang air kecil/kencing
2. Anamnesis a. Ruang lingkup: semua pasien laki-laki berusia di atas 50
tahun yang datang dengan keluhan miksi atau lower
urinary tract symptoms (LUTS), yang terdiri atas:
1. Storage symtomps
Urgensi (sulit menahan miksi) , frekuensi (miksi lebih
sering dari biasanya), disuria sampai akhirnya terjadi
retensi urine.
2. Micturition symtomps
Hesitansi (harus mengejan untuk memulai kencing),
pancaran urine melemah atau mengecil,
intermitensi
3. Post Micturition symptoms :terminal dribbling
(menetes di akhir miksi), dan terasa ada sisa setelah
selesai miksi.
b. Keluhan utama dan lamanya keluhan
c. Skor IPSS
3. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi
penonjolan suprapubik bila terjadi retensi urine dengan buli
penuh
b. Palpasi
buli-buli teraba di atas simpisis pubis apabila terjadi retensi
urine.
c. Colok dubur (rectal toucher)
prostat teraba membesar dengan konsistensi kenyal, simetris
4. Kriteria Diagnosis 1. LUTS sebelumnya
2. Retensi urin
3. Colok dubur didapatkan pemebesaran prostat jinak
5. Diagnosis Kerja BPH
6. Diagnosis Banding 1. Ca Prostat
2. Prostatitis
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Lab : RFT, PSA
2. Uroflowmetry dan urodinamika
3. USG Saluran kemih.
8. Terapi 1. Medikamentosa
2. Operasi : Endourologi
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

BPH, ICD 10 N.40


TURP
HOLEP
3. Operasi terbuka
Millin Infravesica Retropubic Prostatektomi
9. Edukasi 1. Mengenal gejala pembesaran prostat
2. Mengenal tanda-tanda komplikasi berupa retensi urine
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien BPH Retensi dalam 5 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal.
3915-3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000,
hal. 620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011,
hal. 153 – 156
4. European Association of Urology Guideline,
tahun 2011
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

PROSTATITIS (ICD 10 : N41)


1. Pengertian (Definisi) Prostatitis adalah reaksi inflamasi pada kelenjar prostat yang
dapat disebabkan oleh bakteri maupun non bakteri. Istilah
prostatitis telah mencakup prostatitis bakterial akut dan kronis
dengan adanya sumber infeksi, dan istilah sindrom prostatitis
atau CPPS (chronic pelvic pain syndrome) yang todak
didapatkan sumber infeksi dan penyebabnya banyak faktor
dan pada sebagian besar kasus tidak jelas.

2. Anamnesis 1. Apakah ada nyeri di perineum?


2. Apakah ada keluhan berkemih seperti pancaran lemah,
sering berkemih, mengejan saat berkemih atau nyeri saat
berkemih?
3. Apakah keluhan juga disertai dengan demam, menggigil,
mural atau muntah?
3. Pemeriksaan Fisik 1. Colok dubur didapatkan prostat membengkak dan nyeri
2. Dapat dijumpai tanda toksisitas akut siatemik seperti
demam, takikardi dan hipovolemik.
4. Kriteria Diagnosis 1. Memenuhi ketiga parameter anamnesis diatas
2. Memenuhi parameter pemeriksaan fisik yang
pertama.
5. Diagnosis Prostatitis
(akut bakterial prostatitis, kronik bakterial prostatitis, kronik
abakterial prostatitis, asimptomatik inflamatori prostatitis)
6. Diagnosis Banding 1. Benign prostate hyperthrophy dengan retensi
urine
2. Sistitis
3. Kanker prostat
4. Abses prostat
5. Seminal vesiculitis
6. Urethritis
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah lengkap
2. Kultur urine dan expressed prostatic secretion.
3. Uroflowmetri dan residu urine
4. Biopsi perineal (tidak rutin)
8. Terapi 1. Antibiotik
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

PROSTATITIS (ICD 10 : N41)


2. Terapi kombinasi antibiotik dan beta-blocker
3. Injeksi antibiotik intraprostat
4. Bedah (untuk drainase urine seperti misalnya
dengan kateter suprapubic)
5. Transurethral
9. Edukasi Merupakan infeksi di organ prostat yang dapat berkaitan dengan
infeksi di saluran kemih. Dapat diterapi namun dapat berkembang
menjadi prostatitis kronik, septikemia, pyelonefritis dan
epididimitis.
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien prostatitis dalam 7 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 10th ed
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011
4. European Association of Urology Guideline, tahun 2011
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

STRIKTUR URETRA , ICD 10 N.35


1. Pengertian (Definisi) Penyempitan atau penyumbatan lumen uretra karena
pembentukan jaringan fibrotik (parut) pada uretra dan/atau
daerah peri uretra, yang pada tingkat lanjut dapat
menyebabkan fibrosis pada korpus spongiosum.
2. Anamnesis 1. LUTS (gangguan proses berkemih , antara lain :
sulit kencing (harus mengejan), pancaran bercabang,
menetes, diameter kencing mengecil, sampai retensi
urine.
2. Apabila sudah menimbulkan komplikasi, bisa juga
disertai pembengkakan/abses di daerah perineum dan
skrotum, serta bila terjadi infeksi sistematik juga timbul
panas badan, menggigil, dan kencing berwarna keruh
3. Adanya riwayat uretritis,
4. Riwayat trauma dengan kerusakan pada panggul,
straddle injury,
5. Riwayat instrumentasi pada uretra,
6. Penggunaan kateter uretra
3. Pemeriksaan Fisik 1. Indurasi atau massa noduler, jaringan parut pada perabaan
uretra, fistel uretrokutan
2. Teraba buli-buli bila terjadi retensi urine yang kronik
3. Colok dubur
4. Kriteria Diagnosis 1. LUTS
2. Penyempitan uretra baik total maupun parsial pada
uretrografi
5. Diagnosis Kerja Striktur uretra
6. Diagnosis Banding 1. batu uretra,
2. kelainan di prostat (BPH, prostatitis, kanker prostat)
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Lab : DL, FH, RFT, LFT, UL, kultur urin
2. Uroflowmetry
3. Uretrografi
4. BVCUG (bipolar voiding cystouretrografi)
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

STRIKTUR URETRA , ICD 10 N.35


5. Urethrocystoscopy
8. Terapi 1. Businasi (dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara
hati-hati.Tindakan yang kasar tambah akan merusak uretra
sehingga menimbulkan luka baru yang pada akhirnya
menimbulkan striktur lagi yang lebih berat. Tindakan ini
dapat menimbulkan salah jalan (false route).
2. Uretrotomi interna, yaitu memotong jaringan sikatriks uretra
dengan pisau Otis/Sachse. Otis dikerjakan bila belum terjadi
striktur uretra total, sedangkan pada striktur yang lebih
berat, pemotongan striktur dikerjakan secara visual dengan
memakai pisau Sachse.
3. Uretrotomi eksterna, adalah tindakan operasi terbuka
berupa pemotongan jaringan fibrosis, kemudian dilakukan
anastomosis di antara jaringan uretra yang masih sehat.
Pada pasien striktur uretra dengan keluhan retensi urine,
dapat dilakukan tindakan darurat diversi urine dengan cara
cystostomy.
4. Cystostomy Sistostomi merupakan tindakan mengalirkan
kencing melalui lubang yang dibuat pada supra pubik untuk
mengatasi retensi urin dan menghindari komplikasi, baik
dengan cara Open Cystostomy atau dengan Blinded / Troicart
Cystostomy, sesuai dengan indikasi masing-masing tindakan.

9. Edukasi 1. Mengenal gejala striktur uretra


2. Mengenal tanda-tanda retensi urine
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien Striktur uretra dalam 5 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-3930,
Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 153 –
156
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

STRIKTUR URETRA , ICD 10 N.35


4. European Association of Urology Guideline, tahun 2011

Tumor Buli, ICD 10 C67


1. Pengertian (Definisi) Neoplasma jinak maupun ganas yang berasal dari buli, baik
dari jaringan epitel maupun jaringan mesenkim. Karsinoma
buli adalah neoplasma ganas yang berasal dari jaringan epitel
buli (urotelium)
2. Anamnesis - Hematuria, yang bersifat gross, painless dan intermiten
- Tidak bisa kencing akibat retensi bekuan darah
- Disuria, pada karsinoma in-situ, atau karsinoma yang telah
mengadakan infiltrasi luas
- Gejala obstruksi saluran kemih bagian atas
- Edema tungkai, akibat obstruksi aliran limfatik di daerah
pelvis
3. Pemeriksaan Fisik - Palpasi regio suprapubik, untuk meraba massa (jika besar),
atau kandung kemih yang penuh
- Palpasi bimanual, dikerjakan dalam pengaruh anestesi,
sebelum dan sesudah dilakukannya reseksi tumor buli
trans uretra
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis : riwayat hematuria
2. Pemeriksaan fisik : palpasi bimanual
3. Pemeriksaan penunjang :
– Radiologi : USG urologi, IVP, CT scan abdomen-pelvis
dengan kontras (untuk pasien yang direncanakan
terapi definitif), USG abdomen dan foto thorax (untuk
mencari metastasis)
– Laboratorium : urinalisis, sitologi urine, tes fungsi ginjal
– Sistoskopi : ditentukan adanya tumor dan ekstensinya
– Histopatologi : spesimen didapatkan dari reseksi tumor
buli trans uretra
5. Diagnosis Tumor buli
Jenis histopatologi :
1. Tumor jinak
2. Tumor ganas : karsinoma urotelial, ademo karsinoma,
karsinoma sel skuamosa
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Tumor Buli, ICD 10 C67


Stadium : menurut sistem TNM
6. Diagnosis Banding 1. Tumor ginjal
2. Karsinoma saluran kemih bagian atas
3. Karsinoma Prostat
4. Batu saluran kemih
5. BPH
6. Trauma saluran kemih
7. Infeksi/keradangan saluran kemih

7. Pemeriksaan Penunjang 1. Urinalisis


2. Tes Fungsi Ginjal
3. Sitologi urine
4. IVP, atau USG urologi
5. CT scan abdomen-pelvis dengan kontras (untuk pasien
yang direncanakan terapi definitif)
6. USG abdomen
7. Foto thorax
8. Terapi 1. Sistoskopi dan reseksi tumor buli trans uretra, sebagai
baku emas untuk menegakkan diagnosis tumor buli
2. Instilasi kemoterapi intravesika
3. Operasi : sistektomi radikal dilanjutkan dengan diversi
urine
4. Radioterapi
5. Kemoterapi sistemik
9. Edukasi 1. Penjelasan mengenai penyakit yang diderita, serta sifat
penyakit tersebut
2. Penjelasan mengenai rencana tindakan, yaitu
diperlukannya tindakan operatif untuk menegakkan
diagnosis, yang memerlukan adanya terapi lanjutan
3. Penjelasan mengenai operasi sistektomi radikal, risiko dan
efek sampingnya
4. Penjelasan dan diskusi dengan penderita mengenai jenis
diversi urine yang akan digunakan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Tumor Buli, ICD 10 C67


3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien Ca Buli dalam 7 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Wood Jr DP. Urothelial Tumors of the Bladder. In: Wein AJ,
Kavoussi LR, Partin AW, Novick AC, Peters CA. Campbell-
Walsh Urology 10th edition. 2012. Elsevier-
Saunders:Philadelphia, p2309-28
2. Purnomo BB (editor). Karsinoma Buli. In: Dasar-dasar
Urologi 2nd edition. 2003. Sagung Seto:Jakarta, p220-225
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Tumor Ginjal, ICD 10 C64

1. Definisi Benjolan abnormal pada ginjal


2. Anamnesis - BAK berdarah
- Teraba massa di pinggang atau perut
- Nyeri pinggang
- Penurunan berat badan bermakna
- demam
- Riwayat keluarga
- Flank pain, flank/abdominal mass, hipertensi, febris, weight
3. PemeriksaanFisik
loss
- Memenuhi lebih dari satu kriteria anamnesis, pemeriksaan
4. Kriteria Diagnosis
fisik dan penunjang
5. Diagnosis Tumor Ginjal :
- Korteks ginjal :
 Jinak : Adenoma, angiomyolipoma, Hamartoma,
Onkositoma
 Ganas : Adenokarsinoma (Grawitz tumor), nefroblastoma
(Wilm’s Tumor)
- Sistem saluran :
 Jinak : Papilloma
 Ganas : Tumor pelvis renalis (Ca sel transisional, SCC)
- Bila ganas : disesuaikan dengan stagingnya (TNM)
6. Diagnosis Banding - Hidronefrosis
- Neuroblastoma
- Teratoma retroperitoneum
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Tumor Ginjal, ICD 10 C64


7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium :
Darah lengkap, kimia klinik, urinalisa + sedimen urin, faal
hemostasis
2. Patologi Anatomi
Renal Biopsi
3. Radiologi :
USG Abdomen
Thorax Ro AP/PA dan Lateral
BOF
CT scan abdomen+kontras
MRI
Angiografi
8. Terapi Tergantung jenis histologi PA
– Bila jinak, tumor kecil dan tanpa keluhan bisa non operative
management.
– Bila ganas, disesuaikan dengan stagingnya (TNM)
Bisa nephron sparing surgery, radical nephrectomy, sitostatika,
radiasi eksterna, embolisasi, atau paliatif
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis pemeriksaan penunjang yang mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan komplikasinya
4. Prognostik
5. Follow up
6. Survival rate
10. Prognosis dubia ad malam

11. Tingkat Evidens III

12. Tingkat Rekomendasi C


13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien Tumor Ginjal dalam 7 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Campbell WalshUROLOGY, tenth edition, 2012
2. Purnomo B, Dasar-dasar Urologi, edisi 3, RSSA
Malang, 2011
3. Albers P et al. Guidelines on Renal Cell Carcinoma. In:
Parsons et al EAU Pocket Guidelines. 2012. EAU, p70-88
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Karsinoma Penis, ICD 10 C60


1. Pengertian (Definisi) Tumor ganas yang terdapat pada penis. Beberapa jenis
karsinoma penis antara lain karsinoma sel basal, melanoma,
tumor mesenkim dan yang paling banyak dijumpai adalah
tumor sel skuamosa. Karsinoma sel skuamosa ini berasal dari
kulit prepusium, glans atau batang penis
2. Anamnesis - Luka/ ulkus pada penis yang tidak sembuh-sembuh
- Higiene penis yang kurang bersih
- Riwayat tidak sirkumsisi, phimosis
- Kejadian meningkat pada STD dan berganti-ganti pasangan
seksual
3. Pemeriksaan Fisik - Didapatkan lesi eksofitik, lesi datar, lesi ulseratif atau
tumor papiler
- Lesi primer berupa tumor yang kotor, berbau, berbentuk
ulkus yang rapuh dan sering mengalami infeksi
- Pada stadium lanjut dapat ditemukan pembesaran kelenjar
limfe inguinal ataupun metastasis jauh (KGB subklavia)
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis : tidak sirkumsisi, STD, berganti-ganti
pasangan sex
2. Pemeriksaan fisik : ulkus yang papiler dan rapuh
pada penis
3. Pemeriksaan penunjang :
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Karsinoma Penis, ICD 10 C60


o Radiologi : Ro torak, abdomen (BOF), CT scan
abdomen-pelvis (staging)
o Patologi anatomi: biopsi spesimen tumor
5. Diagnosis Karsinoma Penis
T (Tumor primer)
Tis karsinoma insitu
Ta karsinoma tidak invasif
T1 invasi ke jaringan subepitel
T2 invasi ke korpus spongiosum atau korpus kavernosum
T3 invasi ke uretra
T4 invasi ke struktur atau jaringan sekitarnya
N (Kelenjar limfe)
N0 tidak terdapat metastasis ke kelenjar limfe regional
N1 teraba kelenjar limfe inguinal unilateral, masih mobile
N2 teraba kelenjar limfe inguinal multipel atau bilateral, masih
mobile
N3 nodul kelenjar limfe inguinal yang fixed atau pada pelvis,
unilateral maupun bilateral

M (Metastasis)
M0 tidak ada metastasis
M1 metastasis jauh
6. Diagnosis Banding 1. ulkus molle
2. ulkus durum
3. melanoma
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Ro torak
2. Ro abdomen
3. Sentinel node biopsi
4. CT Scan
8. Terapi 1. Parsial penektomi
2. Total penektomi
3. Kemoterapi
9. Edukasi 1. Perawatan luka
2. Komplikasi pasca operasi
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Karsinoma Penis, ICD 10 C60


13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien Ca Penis dalam 7 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. G. Pizzocaro, F. Algaba, et al. Guidelines on Penile cancer in
European Association of Urology 2012 edition
2. Tim penyusun modul, Karsinoma Penis. Kolegium urologi
Indonesia 2008
3. Basuki Purnomo. Dasar-dasar Urologi: Tumor Penis.Pg240
Infomedika; 2011 edition
4. WB Saunders Staff, editors. Campbell’s Urology. 10th
edition. Philadelphia :WB. Saunders Company; 2012

Tumor Ureter ICD 10 C66


1. Pengertian (Definisi) Suatu keganasan yang terdapat di ureter
2. Anamnesis 1. Adanya nyeri pinggang
2. Hematuri intermitten
3. Penurunan berat badan, lemah, pucat
3. Pemeriksaan Fisik 1. Status generalis:
Anemis, kaheksia
2. Status urologis:
Flank mass, Nyeri ketok CVA,
4. Kriteria Diagnosis 1. Radioluscent filling defect pada gambaran IVP
2. Sitologi urin (+)
3. URS: ditemukan massa di ureter
4. histopatologi (+) tumor
5. Diagnosis Tumor ureter kanan/kiri TxNxMx
6. Diagnosis Banding 1. Tumor ginjal
2. Tumor Buli
3. Batu Ureter
4. Penekanan oleh massa diluar ureter
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Lab: darah rutin, RFT, UL sedimen
2. BNO-IVP
3. CT urografi
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

4. Sitologi urin
8. Terapi Operasi: nefroureterektomi
9. Edukasi
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien tumor ureter dalam 7 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Kirby, R.S. (2005). An Atlas of Erectile Dysfunction, nd
edition . Patherson publication group
2. Basuki B Purnomo (2003). Dasar-Dasar Urologi Jakarta
3. Campbel-Walsh Urology 10th edition

Tumor testis , ICD 10 C62


1. Pengertian (Definisi) Keganasan pada testis
2. Anamnesis 1. Benjolan pada testis
2. Riw. Undesensus testis
3. Infertilitas
4. Massa pada perut atau leher
5. Ginekomastia
6. Keluhan metastasis paru, tulang, penurunan berat badan
3. Pemeriksaan Fisik 1. Benjolan pada testis, biasanya tidak nyeri, transiluminasi
negative
2. Massa pada pelvis, abdomen, dan leher
3. Ginekomastia
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis : Benjolan pada testis
2. Pemeriksaan fisik : Benjolan pada testis
3. Pemeriksaan penunjang :
– Radiologi : USG testis, CT scan abdomen-pelvis dengan
kontras (untuk pasien yang direncanakan terapi
definitif), USG abdomen dan foto thorax (untuk
mencari metastasis)
– Laboratorium : urinalisis, tumor marker
(AFP,betaHCG,LDH), tes fungsi ginjal
– Histopatologi : spesimen didapatkan dari radical
orchidectomy
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Tumor testis , ICD 10 C62


5. Diagnosis Kerja Tumor testis
Jenis histopatologi :
1. Tumor jinak
2. Tumor ganas : Germ cell tumor, seminoma testis, non-
seminoma testis
Stadium : menurut sistem TNM
6. Diagnosis Banding 1. Epididimitis
2. Orchitis
3. Torsio testis
4. Hidrokel testis
5. Varikokel
6. Spermatokel
7. Kista Epididimis
8. Hernia scrotalis
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Lab : pemeriksaan DL, RFT, LFT, SE, AFP, B-HCG
2. USG abdomen/testis, CT Scan, MRI jika diperlukan
8. Terapi 1. Operasi : Radikal orkidektomi
2. Dilanjutkan dengan radiasi eksterna sebagai ajuvan terapi
jika hasil patologi menunjukkan seminoma testis
3. Pada non seminoma yang belum melewati stadium III
dilakukan pembersihan kelenjar retroperitoneal atau
RPLND. Tindakan diseksi kelenjar pada pembesaran
kelenjar paraaorta yang sangat besar didahului dengan
pemberian sitostatika terlebih dahulu.
9. Edukasi 1. Penjelasan mengenai penyakit yang diderita, serta sifat
penyakit tersebut
2. Penjelasan mengenai rencana tindakan, yaitu
diperlukannya tindakan operatif untuk menegakkan
diagnosis, yang memerlukan adanya terapi lanjutan
3. Penjelasan mengenai operasi orhidectomi radikal, risiko
dan efek sampingnya
4. Penjelasan dan diskusi dengan penderita mengenai jenis
kemoterapi yang akan digunakan
5. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
6. Tingkat Evidens III
7. Tingkat Rekomendasi C
8. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Tumor testis , ICD 10 C62


4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
9. Indikator Medis 80% Pasien tumor testisdalam 7 hari perawatan
10. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 10th ed
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011
4. European Association of Urology Guideline, tahun 2011

Karsinoma Prostat ICD 10 C61


1. Definisi Keganasan pada jaringan prostat
2. Anamnesis - Gejala LUTS (hesitansi, pancaran kencing lemah, intermitensi,
miksi tidak puas, terminal dribling, frekuensi, urgensi, disuri,
nocturi)
- BAK berdarah
- Retensi blood clot
- Nyeri tulang (bila metastase ke tulang)
- Kelainan neurologis (bila metastase ke vertebra)
3. Pemeriksaan Fisik - Rectal Toucher didapatkan nodul keras pada prostat
4. Kriteria Diagnosis - Memenuhi salah satu atau lebih dari kriteria anamnesis
5. Diagnosis Karsinoma Prostat
Dengan Staging :
T - Tumor primer
Tx : Tumor tidak dapat diassess
To : Tidak ada bukti didapatkan tumor prostat
T1 : Klinis tumor teraba atau terlihat dengan imaging
- T1a : Tumor ditemukan insidental pada pemeriksaan PA
<5% jaringan yang direseksi (TURP)
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Karsinoma Prostat ICD 10 C61


- T1b : Tumor ditemukan insidental pada pemeriksaan PA
>5% jaringan yang direseksi (TURP)
- T1c : Tumor ditemukan saat dilakukan biopsi prostat karena
adanya peningkatan PSA
T2 : Tumor terdapat dalam prostat
- T2a : Tumor mengenai setengah lobus atau kurang dari satu
lobus prostat
- T2b : Tumor mengenai lebih dari setengah lobus dari satu
lobus prostat tapi hanya satu lobus prostat
- T2c : Tumor mengenai kedua lobus prostat
T3 : Tumor telah menembus kapsul ginjal
- T3a : Tumor menembus kapsul prostat (unilateral atau
bilateral, tumor exten ke bladder neck
- T3b : Tumor menginvasi vesika seminalis
T4 : Tumor terfiksir atau telah mengenai jaringan sekitar prostat:
vesika seminalis, spinter eksterna, rectum, otot levator ani, dan
dinding pelvis
N - Limp node regional
Nx : limp node regional tidak dapat di assess
No : Tidak didapatkan metastasis pada regional limp node
N1 : Didapatkan metastasis pada regional limp node
M - Metastase Jauh
Mx : Metastasis jauh tidak dapat di assess
Mo : Tidak didapatkan metastasis jauh
M1 : Didapatkan metastasis jauh
- M1a : Metastasis pada non regional limp node
- M1b : Metastasis tulang
- M1c : Metastasis pada organ lain
6. Diagnosis Banding - BPH
- Prostatitis
- Abses prostat
7. Pemeriksaan 1. Laboratorium :
Penunjang Darah lengkap, kimia klinik, urinalisa + sedimen urin, faal
hemostasis
PSA, PCA3 Marker, testosteron
2. Patologi Anatomi
Biopsi prostat (ten core)
3. Radiologi :
TRUS
USG Abdomen
Thorax
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Karsinoma Prostat ICD 10 C61


BOF
Bone Scan
Bone survey
MRI (bila dicurigai metastis limf node)
8. Terapi 1. Wachful Waiting/Active Monitoring
- Pada pasien dengan co-morbiditas dan resiko tinggi operasi
- Pada pasien dengan life expectancy yang pendek
- Pada pasien dengan tumor yang terbatas pada prostat dan
jenis tumor yang kurang agresif
2. Operatif :
- TUR Prostat
- Radical Prostatektomi
3. Terapi Hormonal :
- LHRH agonis
- Orchidektomi subkapsular
4. Kemoterapi
5. Radiasi
6. Active Surveilance
9. Edukasi 1. Komplikasi bila tidak dilakukan tindakan (retensi
urin/klot, metastase, gagal ginjal)
2. Jenis pemeriksaan penunjang
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan
4. Komplikasipasca tindakan (inkontinensia urin, ejakulasi
retrograde, impotensia)
5. Survival rate
10. Prognosis Ad vitam: dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
11. Tingkat Evidens IIII
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien Ca Prostat dalam 7 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Tim Penyusun Modul, Tumor Prostat, Kolegium Urologi
Indonesia, 2008
2. A Heidenreich, M Bolla, S Joniau, MD Mason, V
Matveev; Guidelines on Prostate Cancer, European Association
Guidelines, 2011
3. Pamela J Russell, Paul Jackson, Elizabeth A Kingsley;
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Karsinoma Prostat ICD 10 C61


Prostate Cancer Methods and Protocols, Humana Press Inc,
Totowa, NJ, 2000
4. Martin I Resnick MD, Ian M Thomson MD; Advance
Therapy of Prostate Disease, BC Decker Inc, Hamilton, Ontario,
London, 2000
5. Stacy Loeb MD, Herbert Ballentine Carter MD; Early
Detection-Diagnosis and Staging of Prostate Cancer, Campbell’s
Walsh Urology, 10th edition, Philadelphia, WB, Saunders
Company, 2012

Kista urachus , ICD 10 Q.64.4


1. Pengertian (Definisi) Adanya kista diantara umbilikus dan buli
2. Anamnesis Nyeri abdomen bawah
Demam
Nyeri BAK
3. Pemeriksaan Fisik Teraba massa abdomen
Nyeri tekan dinding abdomen
Demam
4. Kriteria Diagnosis Teraba massa diabdomen
Gambaran kista pada USG ataupun CT scan diantara dinding
depan abdomen dan peritoneum
5. Diagnosis Kerja Kista urachus
6. Diagnosis Banding Abses dinding abdomen
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratoris : Pemeriksaan darah lengkap


2. Radiologis : USG
CT Scan
8. Terapi 1. Medikamentosa : Antibiotika
2. Operatif :Eksisi kista
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis pemeriksaan penunjang yang mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
4. Prognostik
5. Follow up
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien kista urachus dalam 7 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-
3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal.
153 – 156
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2012

Epispadia , ICD 10 Q.64.0


1. Pengertian (Definisi) kelainan kongenital akibat defek dari penutupan uretra dan penis
berupa muara uretra yang terletak di sebelah dorsal penis
2. Anamnesis kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak
di sebelah dorsal penis
3. Pemeriksaan Fisik kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak
disebelah dorsal penis
4. Kriteria Diagnosis kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak
di sebelah dorsal penis
5. Diagnosis Kerja epispadia
6. Diagnosis Banding
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

7. Pemeriksaan Penunjang
8. Terapi Rekonstruksi penis
Uretroplasty
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis pemeriksaan penunjang yang mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
4. Prognostik
5. Follow up
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien epispadia dalam 7 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-
3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal.
153 – 156
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2012

Meatal stenosis , ICD 10 N 35.0


1. Pengertian (Definisi) Lubang uretra eksterna berukuran kecil (pin point)
2. Anamnesis Lubang uretra eksterna berukuran kecil (pin point)
3. Pemeriksaan Fisik Lubang uretra eksterna berukuran kecil (pin point)
4. Kriteria Diagnosis Lubang uretra eksterna berukuran kecil (pin point)
5. Diagnosis Kerja Meatal stenosis
6. Diagnosis Banding Balanitis Xerotika Obliterans
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Tumor uretra
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Terapi Dorsal meatotomi
Meatoplasty
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
3. Prognostik
4. Follow up
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien meatal stenosis dalam 1 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-3930,
Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 153 –
156
4. European Association of Urology Guideline, tahun 2012

Parafimosis , ICD 10 N 47.2


1. Pengertian (Definisi) Preputium berada di sulcus coronarius glands penis dan tidak
bisa dikembalikan sampai menutup gland penis
2. Anamnesis Preputium berada di sulcus coronarius glands penis dan tidak
bisa dikembalikan sampai menutup gland penis
3. Pemeriksaan Fisik Preputium berada di sulcus coronarius glands penis dan tidak
bisa dikembalikan sampai menutup gland penis
4. Kriteria Diagnosis Preputium berada di sulcus coronarius glands penis dan tidak
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

bisa dikembalikan sampai menutup gland penis


5. Diagnosis Kerja parafimosis
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Terapi 1. Kompresi manual
2. Dorsal insisi
3. Sirkumsisi
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan komplikasinya
3. Prognostik
4. Follow up
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien parafimosis dalam 1 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-3930,
Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 153 –
156
4. European Association of Urology Guideline, tahun 2012

Fimosis , ICD 10 N 47.1


1. Pengertian (Definisi) Preputium tidak bisa ditarik sampai melewati glans penis
2. Anamnesis Preputium tidak bisa ditarik sampai melewati glans penis
3. Pemeriksaan Fisik Preputium tidak bisa ditarik sampai melewati glans penis
4. Kriteria Diagnosis Preputium tidak bisa ditarik sampai melewati glans penis
5. Diagnosis Kerja fimosis
6. Diagnosis Banding Postitis
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Terapi Sirkumsisi
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya


2. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
3. Prognostik
4. Follow up
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien bladder ekstropi dalam 1 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-
3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal.
153 – 156
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2012

BLADDER EKSTROPI , ICD 10 Q 64.10


1. Pengertian (Definisi) Kelainan bawaan yang ditandai dengan terbukanya dinding
abdomen bagian bawah dan terpapar buli-buli dengan dunia
luar akibat dari defisiensi struktur dinding abdomen depan,
biasanya disertai dengan muara uretra epispadia
2. Anamnesis 1. Herniasi struktur buli dan buli-buli terpapar dengan dunia
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

BLADDER EKSTROPI , ICD 10 Q 64.10


luar sejak lahir
2. Muara uretra eksterna berada di dorsal penis dan terbuka
sebagian atau sepenuhnya
3. Pemeriksaan Fisik 1. Herniasi struktur buli dan buli-buli terpapar dengan dunia
luar sejak lahir
2. Muara uretra eksterna berada di dorsal penis dan terbuka
sebagian atau sepenuhnya
4. Kriteria Diagnosis 1. Herniasi struktur buli & buli-buli terpapar dengan dunia luar
2. dinding abdomen anterior tidak terbentuk
3. Muara uretra eksterna berada di dorsal penis dan terbuka
sebagian atau sepenuhnya
5. Diagnosis Kerja Bladder ekstropi
6. Diagnosis Banding 1. Omphalocele
2. Gastroschisis
3. Cloacal exstropy
7. Pemeriksaan Penunjang 1. USG antenatal
2. BOF
8. Terapi Complete Primary Repair for Extrophy
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis pemeriksaan penunjang yang mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
4. Prognostik
5. Follow up
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien bladder ekstropi dalam 12 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Sec. 11, hal. 3915-
3930, Thn 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal.
153 – 156
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

UNDESCENSUS TESTIS , ICD 10 Q 53


1. Pengertian (Definisi) Testis tidak berada di dalam skrotum
2. Anamnesis Testis tidak teraba di dalam scrotum sejak lahir
3. Pemeriksaan Fisik Testis tidak teraba didalam skrotum, baik satu sisi maupun
kedua sisi
4. Kriteria Diagnosis Testis tidak teraba didalam skrotum
5. Diagnosis Kerja Undescensus testis
6. Diagnosis Banding 1. Testis ektopik
2. testis retractile
7. Pemeriksaan Penunjang USG
8. Terapi 1. Eksplorasi laparaskopik
2. Orchidopexy
3. Orchidectomy
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis pemeriksaan penunjang yang mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
4. Prognostik
5. Follow up
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien Undescensus testis dalam 3 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-3930,
Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 153 –
156
4. European Association of Urology Guideline, tahun 2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Hipospadias , ICD 10 Q.54.0


1. Pengertian (Definisi) kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak di
sebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis. Letak
meatus uretra bisa terletak pada glandular hingga perineal.
2. Anamnesis muara saluran kencing berada di bagian bawah penis
3. Pemeriksaan Fisik Inspeksi,palpasi: untuk menentukan muara uretra berada di
sebelah ventral proksimal atau distal penis, prepusium dorsal
menjadi berlebihan (dorsal hood) dan sering disertai dengan
korde (penis angulasi ke ventral), terkadang didapatkan
meatal stenosis dan undesensus testis
4. Kriteria Diagnosis Kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak
disebelah ventral penis dan sebelah proksimal ujung penis.
Letak meatus uretra bisa terletak pada glandular hingga
perineal
5. Diagnosis Kerja Hipospadia glanular, subcoronal, penile distal, midshaft,
penoscrotal, scrotal, perineal
6. Diagnosis Banding Genetalia ambigua
7. Pemeriksaan Penunjang – laboratorium darah lengkap, urine lengkap, kultur urine dan
sensitivitas antibiotika, faal liver dan faal ginjal, faal
hemostasis untuk persiapan operasi
– USG abdomen
pada severe hypospadia (hipospadia proksimal dan atau
disertai kordae yang parah, undesesnsus testis) dilakukan
kariotyping dan pemeriksaan MRI
8. Terapi Koreksi korde (ortoplasti), membuat neouretra dari kulit penis
(uretroplasti), dan membuat glans, bisa satu tahap atau dalam
dua tahap operasi rekonstruksi
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis pemeriksaan penunjang yang mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
4. Prognostik
5. Follow up
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Hipospadias , ICD 10 Q.54.0


3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien hypospadia dalam 7 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-
3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal.
153 – 156
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Hidrocele , ICD 10 N.43


1. Pengertian (Definisi) Penumpukan cairan antara tunika vaginalis dan testis
2. Anamnesis a. Keluhan benjolan/massa kistik dan lunak di skrotum.
b. Ukuran benjolan kecil pada pagi hari dan makin besar dan
tegang pada malam hari, ini menunjukan adanya
hubungan/ komunikan pada tunika vaginalis.
c. Tidak ada nyeri, kecuali ada keradangan akut epididimis.
d. Biasanya pasien mengeluh karena adanya tumor yang
besar dan berat.
3. Pemeriksaan Fisik a. Status umum
b. Inspeksi: massa/benjolan pada skrotum, tidak hiperemia.
c. Palpasi: tidak nyeri, massa kistik intraskrotal, tidak tegang.
– Hidrokel testis bila kantong hidrokel seolah-olah
mengelilingi testis sehingga testis tidak dapat diraba
– Hidrokel funikulus bila kantong hidrokel berada di kranial
dari testis
– Hidrokel kommunikans bila benjolan dapat membesar
saat pasien diminta mengejan
d. Massa dengan pemeriksaan transiluminasi positif.
Jika hidrokel tertutup di dalam funikulus spermatikus maka
akan tampak massa dalam kanalis inguinalis atau di atas
skrotum.
4. Kriteria Diagnosis Benjolan kantung skrotum, kistik, transiluminasi(+)
5. Diagnosis Kerja Hydrocele testis, hydrocele funikulus, hydrocele communicans
6. Diagnosis Banding - Hernia scrotalis
- tumor testis
- varicocele
7. Pemeriksaan Penunjang Darah lengkap (DL), faal hemostasis, faal hati, faal ginjal untuk
persiapan operasi
8. Terapi Pada hernia communicans jika usia kurang dari 1 tahun observasi
kecuali jika terdapat hernia atau kondisi patologi pada testis, jika
lebih dari 1 tahun dan pada hernia testis dan funikulus dilakukan
operasi hidrokelektomi (eksisi marsupiliasi atau extirpasi intoto)
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis pemeriksaan penunjang yang mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Hidrocele , ICD 10 N.43


4. Prognostik
5. Follow up
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien hydrocele dalam 3 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-3930,
Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 153 –
156
4. European Association of Urology Guideline, tahun 2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Uretero Vesico Junction Stenosis , ICD 10 Q.62.12


1. Pengertian (Definisi) penyempitan UVJ yang menyebabkan gangguan aliran urin
dari ureter ke dalam buli-buli sehingga terjadi aliran balik
(refluks, retrograde)
2. Anamnesis Anak : muntah, panas, gangguan perkembangan, nyeri
pinggang, benjolan di pinggang, riwayat keluarga
Dewasa : nyeri pinggang atau inguinal, benjolan di pinggang,
panas, muntah, LUTS, riwayat keluarga
3. Pemeriksaan Fisik - Flank pain
- flank mass
- tanda-tanda sepsis
- UTI (Urinary Tract Infection)
- hipertensi
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis :
– Anak : muntah, panas, gangguan perkembangan, nyeri
pinggang, benjolan di pinggang, riwayat keluarga
– Dewasa : nyeri pinggang atau inguinal, benjolan di
pinggang, panas, muntah, LUTS, riwayat keluarga
2. Pemeriksaan fisik: Flank pain
– flank mass
– tanda-tanda sepsis
– UTI (Urinary Tract Infection)
– Hipertensi
3. Pemeriksaan penunjang :
– Laboratorium :
Darah lengkap, RFT,GFR, urinalisa + sedimen urin,
kultur urin
– Radiologi :
VCUG (refluks study)
USG urologi
BOF
– Urodinamik
– Renal skintigrafi
5. Diagnosis Kerja - Anamnesis : Flank pain, flank mass, tanda-tanda sepsis
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Uretero Vesico Junction Stenosis , ICD 10 Q.62.12


- Pemeriksaan Fisik : Flank pain, flank mass, tanda-tanda
sepsis, hipertensi
- Pemeriksaan Penunjang :
- Laboratorium : lekositosis, Uremia, CKD, UTI
- VCUG (Refluks Study):
 Derajat I: refluks urine mengalir sampai ke
ureter saja, pelvis renalis masih normal, ujung
kalises masih tajam
 Derajat II: refluks urine mengalir ke ureter,
pelvis renalis dan kalises, pelvis renalis masih
normal dengan ujung kalises masih tajam
 Derajat III: refluks urine mengalir ke ureter,
pelvis renalis dan kalises, pelvis renalis dilatasi
ringan dan ujung kalises mulai tumpul
 Derajat IV : refluks urine mengalir ke ureter,
pelvis renalis dan kalises, pelvis renalis dilatasi
sedang dan ujung kalises tumpul derajat sedang
 Derajat V: refluks urine mengalir ke ureter,
pelvis renalis dan kalises, pelvis renalis dilatasi
berat, ureter berkelok-kelok dan ujung kalises
tumpul derajat berat
- USG ginjal : hidronefrosis, pelebaran sistem kalises,
penipisan parenkim ginjal
- Urodinamik
- Renal skintigrafi
6. Diagnosis Banding - Neurogenic bladder
- Posterior urethral valve (PUV)
- Ectopic ureteroceles
- Cystitis
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium :
Darah lengkap, RFT,GFR, urinalisa + sedimen urin, kultur
urin
2. Radiologi :
VCUG (refluks study)
USG urologi
BOF
3. Urodinamik
4. Renal skintigrafi
8. Terapi 1. Medikamentosa (antibiotik, antikolinergik)
2. Operatif:
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Uretero Vesico Junction Stenosis , ICD 10 Q.62.12


– Intravesical ureteral reimplantation
– Extravesical ureteral reimplantation (Lich gregoir
procedure)
3. Endoscopic injection

9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya


2. Jenis pemeriksaan penunjang yang mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
4. Prognostik
5. Follow up

10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien UVJ stenosis dalam 5 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-3930,
Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 153 –
156
4. European Association of Urology Guideline, tahun 2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Uretero Pelvico Junction Stenosis , ICD 10 Q.62.1


1. Pengertian (Definisi) Penyempitan UPJ sehingga menyebabkan gangguan aliran urin
dari pelvis renalis ke ureter
2. Anamnesis Anak : muntah, panas, gangguan perkembangan, nyeri
pinggang, hematuria
Dewasa : nyeri pinggang, benjolan di pinggang, panas,
muntah, hematuri
3. Pemeriksaan Fisik - Flank pain
- flank mass
- tanda-tanda sepsis
- UTI (Urinary Tract Infection)
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis :
– Anak : muntah, panas, gangguan perkembangan, nyeri
pinggang, hematuria
– Dewasa : nyeri pinggang, benjolan di pinggang, panas,
muntah, hematuri
2. Pemeriksaan fisik: Flank pain
– flank mass
– tanda-tanda sepsis
– UTI (Urinary Tract Infection)
3. Pemeriksaan penunjang :
– Radiologi : USG, IVP
5. Diagnosis Kerja UPJ Stenosis
6. Diagnosis Banding - UVJ (Ureterovesicojunction) stenosis
- Multicystic dysplastic kidneys
- PUV (Posterior Urethral Valve)
- Polycystic kidney disease
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium :
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Uretero Pelvico Junction Stenosis , ICD 10 Q.62.1


Darah lengkap, RFT,GFR, urinalisa + sedimen urin, kultur
urin
2. Radiologi :
USG urologi
BOF
IVU
8. Terapi 1. Nefrostomi perkutan (memberi kesempatan ginjal
memulih-kan fungsinya)
2. Eksplorasi ren  Pyeloplasti (Anderson Hynes)
3. Laparoskopik pyeloplasti
4. endopyelotomi
9. Edukasi 1. Penyakit dan komplikasinya
2. Jenis pemeriksaan penunjang yang mendukung
3. Jenis tindakan yang akan dilakukan dan
komplikasinya
4. Prognostik
5. Follow up
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien UPJ stenosis dalam 5 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-
3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal.
153 – 156
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Trauma Ginjal , ICD 10 S.37.0


1. Pengertian (Definisi) Trauma yang mengenai ginjal yang disebabkan oleh trauma
tumpul atau trauma tajam
2. Anamnesis - Waktu dan mekanisme trauma
- Kelainan (patologi) ginjal yang pernah atau sedang diderita
- Nyeri pinggang
- Hematuria
3. Pemeriksaan Fisik - Hemodinamik stabil atau tidak
- Hematuria (gross atau mikroskopis)
- Jejas pada pinggang
- Distensi abdomen, massa abdomen, abdominal tenderness
- Patang tulang iga
- Trauma yang menyertai (thorax, abdomen, kepala,
ekstremitas)
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis : riwayat trauma pada pinggang
2. Pemeriksaan fisik : jejas di pinggang, hematuria
3. Pemeriksaan penunjang :
o Laboratorium : urinalisis : erytrosit (+), darah rutin
(DL), RFT
o Radiologi : CT abdomen-pelvis dengan kontras
5. Diagnosis Kerja Trauma ginjal
Grade 1 : kontusio, hematom subkapsular tidak expanding, tanpa
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Trauma Ginjal , ICD 10 S.37.0


laserasi
Grade 2 : hematom perirenal tidak expanding, laserasi korteks <
1cm tanpa extravasasi
Grade 3 : laserasi korteks > 1 cm tanpa extravasasi kontras
Grade 4 : laserasi hingga perbatasan korteks-medulla, PCS atau
vaskuler (vasa segmental renalis)
Grade 5 : laserasi: ginjal terbelah atau trauma atau avulsi pedikel
ginjal
6. Diagnosis Banding 1. Trauma buli
2. Trauma ureter
Trama urethra
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium : darah rutin (DL), urinalisis,
sedimen urin, RFT
2. Foto polos: abdomen-pelvis
3. USG  evaluasi awal dan follow up pasca trauma
4. CT-Scan abdomen pelvis dengan kontras (gold
standard)
5. IVP one shoot  pasien trauma ren dengan
hemodinamik tidak stabil (dikerjakan durante operasi)
6. Angiografi  untuk embolisasi
7. IVP/MRI sebagai pengganti CT scan yang tidak
tersedia

8. Terapi 1. Trauma ginjal grade 1-4 dengan hemodinamik


stabil: konservatif (bed rest, antibiotic profilaksis, vital
sign, DL dan urinalisis serial)
2. Eksplorasi  hemodinamik tidak stabil, eksplorasi
laparatomi pada trauma abdomen yang menyertai,
hematom yang ekspanding dan pulsatile, trauma ginjal
grade 5, kelainan patologi ginjal sebelumnya yang
membutuhkan pembedahan
9. Edukasi 1. Monitor hematuria dan fungsi ginjal
2. Bed rest
3. Cegah re-trauma
4. KIE kemungkinan komplikasi: infeksi, abses
perirenal, retroperitoneal re-bleeding, hipertensi,
ekstravasasi urine, fistula arteri-venous

10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Trauma Ginjal , ICD 10 S.37.0


11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU
14. Indikator Medis 80% Pasien trauma ginjal dalam 7 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-
3930, Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal.
153 – 156
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2012

Trauma Buli , ICD 10 S.37.2


1. Pengertian (Definisi) Trauma yang mengenai buli-buli (kandung kencing) yang
menyebabkan hematom dan atau laserasi (robekan) pada buli
yang disebabkan baik oleh trauma tumpul ataupun trauma
tajam
2. Anamnesis - Nyeri suprapubik
- Tidak bisa atau sulit buang air kecil (BAK)
- Hematuria
- Riwayat trauma baik eksternal maupun internal
3. Pemeriksaan Fisik - Jejas daerah abdomen dan pelvis
- Gross hematuria
- Distensi abdomen karena tidak bisa BAK
- Pembengkakan abdomen, perineum ataupun scrotum
karena ekstravasasi urine.
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis : riwayat trauma
2. Pemeriksaan fisik : hematuri
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Trauma Buli , ICD 10 S.37.2


3. Pemeriksaan penunjang :
o Laboratorium : urinalisis : erytrosit (+)
o Radiologi : sistografi, CT-sistografi
5. Diagnosis Kerja Trauma buli
Grade 1 : hematom : kontusio, hematom intramural; Laserasi :
parsial
Grade 2 : laserasi dinding buli ekstraperitoneal dengan ukuran
< 2cm
Grade 3 : laserasi dinding buli ekstraperitoneal (> 2 cm) atau
intrapertoneal (<2cm)
Grade 4 : laserasi dinding buli intraperitoneal > 2 cm
Grade 5 : laserasi dinding buli intraperitoneal atau
ekstraperitoneal meluas sampai bladder neck atau orifisium
ureter (trigonum)
6. Diagnosis Banding 1. Trauma ginjal
2. Trauma ureter
3. Trama urethra
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium : darah lengkap, urinalisis, sedimen
urin
2. Foto polos: abdomen-pelvis
3. Sistografi
4. CT-Sistografi
8. Terapi 1. Grade 1 – 2 : pemasangan kateter
2. Grade 3-5 : open/ surgical repair
9. Edukasi 1. Monitor hematuria
2. Bed rest
3. Cegah re-trauma
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. Penelaah Kritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha M.Kes, SpU

14. Indikator Medis 80% Pasien trauma buli dalam 7 hari perawatan
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, hal. 3915-
3930, Tahun 2007
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Trauma Buli , ICD 10 S.37.2


2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal.
620-623
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal.
153 – 156
4. European Association of Urology Guideline, tahun
2012

Abses Skrotum, ICD 10 N.49.2


1. Pengertian (Definisi) Abses skrotum adalah suatu penimbunan nanah (neutrofil yang
mati) yang terakumulasi di jaringan skrotum.
2. Anamnesis 1. Keluhan berupa nyeri di daerah skrotum, diikuti
pembengkakan pada testis (timbulnya bertahap dan
progresif)
2. Disertai demam, malase, nyeri dirasakan sampai ke
pinggang.
3. PemeriksaanFisik 1. Status umum
2. Inspeksi: testis membengkak, kemerahan
3. Palpasi: nyeri tekan, perabaan hangat, krepitasi
4. Kriteria Diagnosis 1. Semua pasien yang datang dengan nyeri pada testis, disertai
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

bengkak kemerahan, didapatkan nanah.


2. Dari hasil urinalisis menunjukkan adanya infeksi kuman
5. DiagnosisKerja Abses skrotum
6. Diagnosis Banding 1. Orkidoepididmitis
2. Fournier gangrene
7. PemeriksaanPenunjang 1. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap.
2. Kultur nanah (pus)
3. Radiologi : USG skrotum
8. Terapi 1. Drainase abses
2. Antibiotika broad spektrum sesuai pola kuman di Rumah
Sakit
3. Analgetik anti inflamasi
4. Scrotal support
9. Edukasi 1. Mengenal gejala klinis abses skrotum
2. Mengenal penyebab terjadinya abses skrotum dan
pencegahan terjadinya kekambuhan & penyebaran Penyakit
Menular Sexual
3. Perawatan luka yang baik dan teratur
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. PenelaahKritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
14. IndikatorMedis Pasien dengan abses skrotum dapat KRS satu hari 2 minggu.
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, Chapter 44 – 46,
Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 291 – 320
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 153-156
4. European Association of Urology Guideline, tahun 2011

Fournier Disease, ICD 10 N.44


1. Pengertian (Definisi) Bentuk dari fascitis nekrotikan yang terdapat di sekitar
genetalia eksterna pria.
2. Anamnesis 1. Keluhan berupa demam tinggi samapai toksemia, syok,
delirium.
2. Keadaan penis, scrotum dan kulit sekitarnya tampak
bengkak, merah, nyeri dan teraba hangat.
3. Luka progresif jika sudah parah terdapat krepitasi, nekrosis
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Fournier Disease, ICD 10 N.44


luas, plak berwarna hitam atau hijau dan sekret sangat
berbau.
3. PemeriksaanFisik 1. Status umum : suhu tinggi, penurunan kesadaran, nyeri di
sekitar kemaluan
2. Inspeksi: Keadaan penis, scrotum dan kulit sekitarnya
tampak bengkak, merah.
3. Palpasi: nyeri dan teraba hangat, Krepitasi, Pus (+).
4. Kriteria Diagnosis 1. Semua pasien yang datang dengan nyeri di genetalia
eksterna pria
2. Berupa fascitis nekrotikan genetalia eksterna pria yang
onsetnya mendadak, progresif, bisa menjadi gangrene yang
luas dan dapat menyebabkan septik syok
5. DiagnosisKerja Fournier disease
6. Diagnosis Banding 1. Orkidoepididimitis,
2. Abses perineum
7. PemeriksaanPenunjang 1. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap, Serum elektrolit,
BGA, ureum, creatinin, albumin, kultur darah, kultur urin.
2. Proktoskopi, uretroskopi
8. Terapi 1. Debridement dan nekrotomi
2. Sistostomi
3. Kolostomi (rawat bersama seksi digestif)
9. Edukasi 1. Personal hygine
2. Mengenal prosedur tindakan yang dilakukan (debridement
dan nekrotomi luas)
3. Prosedur tindakan tambahan setelah infeksi teratasi
(misal : penyambungan kolostomi, skin grafting)
10. Prognosis Ad vitam : dubia
Ad sanationam : dubia
Ad fungsionam : dubia
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. PenelaahKritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
14. IndikatorMedis Pasien dengan Fournier disease yang dilakukan debridement
dan nekrotomi dapat KRS (Keluar dari Rumah Sakit) setelah
perawatan 14 hari.
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, Chapter 44 – 46,
Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 291 –
320
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Fournier Disease, ICD 10 N.44


3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 153-156
4. European Association of Urology Guideline, tahun 2011

Torsio Testis, ICD 10 N.44


1. Pengertian (Definisi) Terpeluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat
terjadinya gangguan aliran darah pada testis.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

2. Anamnesis 1. Keluhan berupa nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya


mendadak dan diikuti pembengkakan pada testis.
2. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah
bawah, sehingga jika tidak diwaspadai sering dikacaukan
dengan apendisitis akut.
3. Pada bayi gejalanya tidak khas yakni gelisah, rewel, atau tidak
mau menyusui
3. PemeriksaanFisik 1. Status umum
2. Inspeksi: testis membengkak, letaknya lebih tinggi dan
lebih horisontal daripada testis sisi kontralateral.
3. Palpasi: kadang-kadang pada torsio testis yang baru saja
terjadi dapat diraba adanya lilitan atau penebalan
funikulus spermatikus.
4. Phren sign dan reflek kremaster negatif
4. Kriteria Diagnosis 1. Semua pasien yang datang dengan nyeri mendadak pada
testis
2. Dari hasil eksplorasi didapatkan penyebabnya adalah
terpluntirnya funikulus spermatikus
5. DiagnosisKerja Torsio Testis
6. Diagnosis Banding 1. Orkidoepididimitis,
2. Hernia skortalis terinfeksi
3. Hidrokel terinfeksi
7. PemeriksaanPenunjang 1. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap.
2. USG dopler abdomen jika didapatkan keraguan dalam
diagnosis (operasi tidak terganggu karena pemeriksaan ini)
8. Terapi 1. Orkhidectomi
2. Orchidopeksi
9. Edukasi 1. Mengenal gejala klinis Torsio
2. Mengenal penyebab terjadinya torsio dan pencegahan
terjadinya kekambuhan
3. Mengenal prosedur tindakan yang dilakukan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. PenelaahKritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
14. IndikatorMedis Pasien dengan Torsio testis yang dilakukan orkhidectomi dan
orkhidopexy dapat KRS (Keluar dari Rumah Sakit) setelah
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

perawatan 2 hari
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, Chapter 44 – 46,
Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 291 –
320
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 153-156
4. European Association of Urology Guideline, tahun 2011

Batu Ginjal, ICD 10 N.20.0


1. Pengertian (Definisi) Semua batu baik opaque maupun non opaque yang berada di
sistem pelvikalises ginjal.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Batu Ginjal, ICD 10 N.20.0


2. Anamnesis 1. Hematuria baik mikroskopik maupun makroskopik
2. Disuria
3. Demam atau menggigil
4. Kolik ginjal atau nyeri pinggang
5. Dapat juga tanpa keluhan (silent stone)
3. PemeriksaanFisik 1. Status umum
2. Inspeksi : didapatkan penonjolan daerah pinggang
3. Palpasi : didapatkan masa pada daerah pinggang
4. Perkusi : nyeri ketok pada daerah pinggang (flank pain),
nyeri ketok costo vertebrae angel (CVA)
5. Colok dubur (Rectal toucher)
4. Kriteria Diagnosis 1. Semua pasien yang datang dengan keluhan nyeri pinggang
2. Hematuria
3. Disuria
4. Pemeriksaan pencitraan (rontgen atau ultrasonografi)
diketahui penyebabnya adalah batu
5. DiagnosisKerja Batu ginjal
6. Diagnosis Banding 1. ISK,
2. Tumor traktus urogenitalia
7. PemeriksaanPenunjang 1. Laboratorium, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, urine
lengkap, kultur urin, tes kepekaan kuman terhadap
antibiotika, kalsium-phospate-asam urat darah, ekskresi
kalsium-phospate-asam urat dalam urin tampung 24 jam.
2. intravenous urography (IVU), ultrasonografi (USG), Foto polos
perut (Kidney Ureter Bladder – KUB)retrograde pyelography
(RPG), anterograde (APG), Foto polos perut (Kidney Ureter
Bladder – KUB) pre operatif pada batu ureter opaq
3. Gula darah puasa dan 2 jam PP, EKG, foto thorax jika
diperlukan
8. Terapi 1. Bivalve Nefrolithotomy/pyelonefrolithitomy
2. ESWL
3. Percutaneus Nefrolitolapaxy (PNL)
4. Percutaneus nefrostomy (PNS)
5. Open nefrostomy
6. Nefrectomy
7. Laparoscopic nefro/pyelo lithotomy
9. Edukasi 1. Mengenal gejala klinis batu ginjal
2. Mengenal penyebab terjadinya batu dan pencegahan
terjadinya kekambuhan batu ginjal
3. Mengenal prosedur tindakan yang dilakukan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Batu Ginjal, ICD 10 N.20.0


Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. PenelaahKritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU

14. IndikatorMedis 1. Pasien dengan batu ginjal yang dilakukan


nefrolithotomy/pyelonefrolithotomy dapat KRS (Keluar
dari Rumah Sakit) setelah perawatan 7 hari
2. Pasien dengan batu ginjal yang dilakukan ESWL dapat
KRS 1 hari/langsung setelah terapi selesai
3. Pasien dengan batu ginjal yang dilakukan PNL dapat KRS
setelah perawatan 3 hari
4. Pasien dengan batu ginjal yang dilakukan PNS dapat
pulang setelah perawatan 3 hari
5. Pasien dengan batu ginjal yang dilakukan open
nefrostomy dapat KRS setelah perawatan 5 hari
6. Pasien batu ginjal yang dilakukan nefrektomy dapat KRS
setelah perawatan 7 hari
7. Pasien dengan batu ginjal yang dilakukan laparoscipic
nefrolithotomy dapat pulang setelah perawatan 3 hari
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, Chapter 44 – 46,
Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 291 –
320
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 62 – 65
4. European Association of Urology Guideline, tahun 2011
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Batu Kandung Kemih, ICD 10 N.21.0


1. Pengertian (Definisi) Batu buli-buli adalah batu yang berada di kandung kemih
2. Anamnesis 1. Hematuria
2. Frekuensi, Disuria, Stranguria, Intermitensi
3. Demam atau mengigil
4. Reffered pain (kearah ujung penis, skrotum,
perineum, pinggang dan kaki)
5. Dapat tanpa keluhan (Silent stone)
3. PemeriksaanFisik 1. Pemeriksaan fisik umum: hipertensi, febris,
anemia, syok
2. Inspeksi :Suprapubik dapat terlihat menonjol bila
ada retensi urin
3. Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli-buli
penuh
4. Colok dubur : teraba batu pada buli-buli bila batu
sangat besar (palpasi bimanual)
4. Kriteria Diagnosis 1. Nyeri kencing (disuria/straguria), frekuensi, dan
hematuria.
2. Pemeriksaan pencitraan (rontgen & ultrasonografi)
diketahui penyebabnya adalah batu buli-buli
5. DiagnosisKerja Batu kandung kemih
6. Diagnosis Banding 1. ISK
2. Tumor kandung kemih
7. PemeriksaanPenunjang 1. Laboratorium,
2. foto polos perut (Kidney Ureter Bladder – KUB)
3. ultrasonografi (USG) bila curiga batu non opaque,
4. elektro kardiografi (EKG), sistoskopi bila dipandang
perlu
Persiapan operasi : darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, urine
lengkap, kutur urin, (Gula darah,foto thorax dan ECG jika
diperlukan)
8. Terapi 1. Litotripsi
– tindakan penghancuran batu buli-buli secara endoskopik
dengan litotriptor dengan ukuran batu maksimal 2,5 cm
2. Trokar Litotripsi
– tindakan pengeluaran batu buli-buli pada anak-anak yang
besarnya < 10 mm, dengan kombinasi endoskopik dan
trokar.
3. Vesikolitotomi
– tindakan pembeadahan, yakni mengeluarkan batu dari
vesika urinaria pada batu multiple dan berukuran >2,5 cm
9. Edukasi 1. Mengenal gejala klinis batu kandung kemih
2. Mengenal penyebab terjadinya batu dan pencegahan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Batu Kandung Kemih, ICD 10 N.21.0


terjadinya kekambuhan batu ginjal
3. lama perawatan : Litotripsi : tiga hari
4. Bedah terbuka : sebelas hari
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. PenelaahKritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
14. IndikatorMedis 1. Pasien dengan batu kandung kemih yang dilakukan
lithotripsi dapat Keluar Rumah Sakit (KRS) setelah
dilakukan perawatan 3-5 hari
2. Pasien dengan batu kandung kemih yang dilakukan trokar
lithotripsi dapat KRS setelah dilakuakan perawatan selama
3-5 hari
3. Pasien dengan batu kandung kemih yang dlakukan
vesicolithotomy dapat KRS setelah dilakukan perawatan
selama 11 hari
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 15, Chapter 84, Tahun
2007
2. Smith’s General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 313 –
314
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 66 – 67
4. European Association of Urology Guideline, tahun 2011
5. Whitfield HN. Surgery for renal Stones in: Whitfield HN
(ed). Rob & Smith’s Operative Surgery: Genitourinary
Surgery 5" ed. Oxford : Butterworth-Heinenmann Ltd;
1993.p.26-41
6. Margaret, Yair Lotan. Urinary Lithiasis: Etiologi,
Epidimiologi and Pathogenesis in : Walsh PC (ed)
Campbell's Urology 9"' ed. Saunders Elsevier, 2007. p
1363 – 1392.
7. Paul K Pietrow, Glenn M Preminger. Evaluation and
Medical Management of Urinary Lithiasis in Walsh PC
(ed) Campbell's Urology 9"' ed. Saunders Elsevier, 2007.
p 1393 - 1431.
8. Stroller ML. Urinary Stone Disease in : Tanagho EA, Mc
Aninch JW (eds). Smith's General Urology. 16"' ed. New
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Batu Kandung Kemih, ICD 10 N.21.0


York: Lange Medical Books/McGraw-Hill-, 2004, p.256-290

Batu Ureter , ICD 10 N.20.1


1. Pengertian (Definisi) Adanya batu di saluran ureter
2. Anamnesis 1. Keluhan utama nyeri pinggang
2. Nyeri hilang  timbul  dan  menjalar  ke perut bawah  atau 
kemaluan  (testis, ujung penis, labium mayor)   tergantung  
lokasi batu
3. pernah kencing keluar batu,
4. kencing berdarah disertai nyeri pinggang, Retensio urin
5. sering/pernah mengeluh nyeri serupa didaerah pinggang
6. kadang-kadang  disertai  muntah 
3. PemeriksaanFisik 1. Status umum
2. Inspeksi : didapatkan penonjolan daerah pinggang
3. Palpasi : didapatkan masa pada daerah pinggang
4. Perkusi : nyeri ketok pada daerah pinggang (flank pain),
5. Nyeri ketok costo vertebrae angel (CVA)
6. Colok dubur (Rectal toucher)
4. Kriteria Diagnosis 1. Semua pasien yang datang dengan keluhan nyeri pinggang
2. Hematuria
3. Disuria
4. Pemeriksaan pencitraan (rontgen atau ultrasonografi)
diketahui penyebabnya adalah batu
5. DiagnosisKerja Batu ureter
6. Diagnosis Banding 1. ISK,
2. Tumor traktus urogenitalia
7. PemeriksaanPenunjang 1. Laboratorium, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, urine
lengkap, kultur urin, tes kepekaan kuman terhadap
antibiotika, kalsium-phospate-asam urat darah, ekskresi
kalsium-phospate-asam urat dalam urin tampung 24 jam.
2. intravenous urography (IVU), ultrasonografi (USG), Foto polos
perut (Kidney Ureter Bladder – KUB)retrograde pyelography
(RPG), anterograde (APG), Foto polos perut (Kidney Ureter
Bladder – KUB) pre operatif pada batu ureter opaq
3. Gula darah puasa dan 2 jam PP, EKG, foto thorax jika
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

diperlukan
8. Terapi 1. Ureterorenoscopy (URS) Adalah mengambil/memecahkan
batu ureter dengan alat ureteronoskopi yang dimasukkan
lewat muara meter dengan bantuan sistoskopi.
2. Nephrostomy Percutan (PNS) Adalah membuat lubang yang
menghubungkan pelvis kaliks sistem dengan dunia luar.
Tujuannya untuk diversi urin bila sumbatan ureter tidak dapat
segera diatasi.
3. Ureterolithotomi: operasi pembedahan untuk mengambil
batu ureter.
4. Laparoscopy ureterolithotomy
9. Edukasi 1. Penyulit : Urosepsis , perdarahan atau gagal ginjal
2. Lama perawatan :
– URS : 2-3 hari
– Operasi terbuka : 5 hari
– Masa pemulihan: 1 minggu
3. Mengenal penyebab terjadinya batu dan pencegahan
terjadinya kekambuhan batu ureter
10. Prognosis Ad vitam :dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam :dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens III
12. Tingkat Rekomendasi C
13. PenelaahKritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
14. IndikatorMedis 1. Pasien dengan batu ureter yang dilakukan URS dapat
Keluar Rumah Sakit (KRS) setelah perawatan hari ke 3
2. Pasien batu ureter yang dilakukan PNS dapat KRS setelah
perawatan hari ke 5
3. Pasien dengan batu ureter yang dilakukan
ureterolithotomi dapat KRS setelah perawatan hari ke 5
4. Pasien dengan batu ureter yang dilakukan laparoskopi
ureterolithotomi dapat KRS setelah perawatan hari ke 3
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, Chapter 44 – 46,
Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 291 –
320
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 62 – 65
4. European Association of Urology Guideline, tahun 2011
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Batu Uretra, ICD 10 N.21.1


1. Pengertian (Definisi) Adanya batu di saluran uretra.
2. Anamnesis 1. Kencing tiba-tiba berhenti
2. Nyeri di glans penis atau tempat batu berada
3. Nyeri di perineum
4. Retensi urin atau aliran mengecil
5. Riwayat LUTS sebelumnya
6. Riwayat nyeri pinggang sebelumnya.
7. Pernah terdiagnosa batu ureter
8. Kadang mempunyai riwayat kencing batu secaa
spontan
3. PemeriksaanFisik 1. Status umum
2. Inspeksi: didapatkan penonjolan pada suprapubik
karena retensi urin
3. Palpasi: teraba batu pada uretra anterior atau uretra
posterior pada colok dubur
4. Kriteria Diagnosis 1. Kesulitan dan nyeri kencing (disuria)
2. Foto KUB tampak penis : gambaran radio 0pak di
proyeksi Penis
5. DiagnosisKerja Batu uretra
6. Diagnosis Banding 1. Striktur urethra
2. BPH dengan retensi
7. PemeriksaanPenunjang 1. Laboratorium, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, urine
lengkap, kultur urin, tes kepekaan kuman terhadap
antibiotika, kalsium-phospate-asam urat darah, ekskresi
kalsium-phospate-asam urat dalam urin tampung 24 jam.
2. Foto polos perut (Kidney Ureter Bladder – KUB), intravenous
urography (IVU), USG abdomen jika diperlukan
Gula darah puasa dan 2 jam PP, EKG, foto thorax jika
diperlukan
8. Terapi 1. Dorsal meatotomi/meatoplasty : dilakukan incisi pada
dorsal meatus uretra untuk mengambil batu kemudian
dilakukan meatoplasty
2. Lubrikasi anterior: memberikan lubrikan lidocaine gel
melalui uretra anterior dengan tujuan agar batu bisa
keluar spontan melalui uretra anterior
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RUMAH SAKIT UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
RS–UMM MALANG
Jl. Raya Tlogomas 45 Malang 2017

Batu Uretra, ICD 10 N.21.1


3. Lubrikasi posterior: memberikan lubrikan lidocaine gel
melalui uretra anterior dengan tujuan agar batu terdorong
masuk buli untuk kemudian dilakukan prosedur
panghancuran batu buli (litotripsi) atau dipasang kateter
kemudian untuk segera dilakukan litotripsi
9. Edukasi 1. Mengenal gejala klinis batu uretra
2. Mengenal penyebab terjadinya batu dan pencegahan
terjadinya kekambuhan batu ginjal
3. Pemeriksaan yang dilakukan
4. Diagnosis
5. Terapi yang akan dilakukan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
13. PenelaahKritis 1. Dr. Besut Daryanto SpB,SpU
2. DR. Dr. Basuki B Purnomo SpU
3. Dr. Kurnia Penta Seputra. SpU
4. Dr. Paksi Satyagraha. SpU
14. IndikatorMedis Pasien dengan batu uretra setelah dilakukan tindakan dapat
KRS setelah perawatan 1 hari
15. Kepustakaan 1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 11, Chapter 44 – 46,
Tahun 2007
2. Smith General Urology, Edisi 15, Tahun 2000, hal. 291 –
320
3. Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Tahun 2011, hal. 62 – 65
4. European Association of Urology Guideline, tahun 2011

Anda mungkin juga menyukai