Anda di halaman 1dari 22

FORMAT BAKU PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM : ........................................ ...............................
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
20.......

BATU GINJAL
1. Pengertian Semua batu baik opaque maupun non opaque yang berada di sistem
pelvikalises ginjal.
2. Anamnesis 1. Hematuria
2. Frekuensi, Disuria, Stranguria, Intermitensi
3. Demam atau mengigil
4. Reffered pain (kearah ujung penis, skrotum,
5. perineum, pinggang dan kaki)
6. Dapat tanpa keluhan (Silent stone)

3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan fisik umum: hipertensi, febris,anemia, syok


2. Inspeksi :Suprapubik dapat terlihat menonjol bila ada retensi
urin
3. Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli buli penuh
4. Colok dubur : teraba batu pada buli-buli bila batu sangat
besar (palpasi bimanual)

4. Kriteria Diagnosis 1. Nyeri kencing (disuria/straguria), frekuensi,dan hematuria.


2. Pemeriksaan pencitraan (rontgen & ultrasonografi) diketahui
penyebabnya adalah batu buli-buli

5. Diagnosis Banding 1. Infeksi dalam ginjal


2. Tumor ginjal
6. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium,
2. foto polos perut (Kidney Ureter Bladder - KUB)
3. ultrasonografi (USG) bila curiga batu non opaque,
4. elektro kardiografi (EKG), sistoskopi bila dipandang perlu

7. Terapi 1.PCNL
2.Pyelolithotomy
3.Bivalve Nephrolithotomy
4.Rretrograde Intra Renal Surgery
5.Radical Nefrectomy
6.ESWL
7.Nefrostomy
8. Edukasi 1. Mengenal gejala klinis batu kandung kemih
2. Mengenal penyebab terjadinya batu danpencegahan terjadinya
kekambuhan batu ginjal
lama perawatan 3-5 hari
3. Bedah terbuka : >5 hari

Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas


9. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam

10. Kepustakaan 1. W.B. Saunders, Campbell’s Urology, 12th Edition, W.B. Saunders
Company, Philadelphia Pennsylvania, 2019
2. 2. D.R. Smith, General Urology, 10th edition, Lange Medical
Publications, California, 1981
3. 3. Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisi, EGC, Jakarta, 1998

Bandung, .......................................20...............
Ketua Komite Medik, Kepala KSM,

Dr. H. Hikmat Permana, dr., SpPD-KEMD dr..........................................................


NIP. 196210231989011001 NIP. ......................................................

Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas


FORMAT BAKU PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM : ........................................ ...............................
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
20.......

PYELOLITHOTOMY

1. Pengertian Pyelolithotomi merupakan tindakan operasi terbuka untuk

mengambil batu pyelum


2. Anamnesis 1. Hematuria
2. Frekuensi, Disuria, Stranguria, Intermitensi
3. Demam atau mengigil
4. Reffered pain (kearah ujung penis, skrotum,
5. perineum, pinggang dan kaki)
6. Dapat tanpa keluhan (Silent stone)

3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan fisik umum: hipertensi, febris,anemia, syok


2. Inspeksi :Suprapubik dapat terlihat menonjol bila ada retensi
urin
3. Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli buli penuh
4. Colok dubur : teraba batu pada buli-buli bila batu sangat
besar (palpasi bimanual)

4. Kriteria Diagnosis 1. Nyeri kencing (disuria/straguria), frekuensi,dan hematuria.


2. Pemeriksaan pencitraan (rontgen & ultrasonografi) diketahui
penyebabnya adalah batu buli-buli

5. Diagnosis Banding 1. Infeksi dalam ginjal


2. Tumor ginjal
6. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium,
2. foto polos perut (Kidney Ureter Bladder - KUB)
3. ultrasonografi (USG) bila curiga batu non opaque,
4. elektro kardiografi (EKG), sistoskopi bila dipandang perlu

7. Prosedur 1. Pasang foto-foto (BOF/IVP) di light box untuk kasus batu


opak
2. Setelah dibius, Pasang kateter 16 Fr dan urobag,
perhatikan kesesuaian marker/lokasi yang akan
dilakukan tindakan operasi
3. Letakkan pasien pada posisi lumbotomi, tidur miring
sesuai
dengan letak batu pada sisi atas
4. Desinfeksi lapangan operasi dengan Povidone Iodine 10%
(mulai pada lapangan operasi sampai umbilikus dibagian
depan, linea skapularis belakang dan papilla mama).
5. Persempit lapangan operasi dengan doek steril.
Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas
6. Insisi kulit dimulai dari tepi bawah arkus kosta XI sampai
ke arah umbilikus sepanjang lebih kurang 15 cm. Insisi
diperdalam lapis demi lapis dengan memotong fascia
eksterna, muskulus intercostalis dibelakang dan
muskulus oblikus abdominis di depan sampai didapatkan
fascia abdominis internus.
7. Fascia abdominis dibuka sedikit, kemudian peritoneum
dilepaskan dan disisihkan penempelannya pada fascia
seperlunya ( sampai ke tepi luka insisi kulit ).
8. Dicari fascia gerota dan dibuka dengan dilakukan
kauterisasi terlebih dahulu. Fascia gerota dibuka lebih
kurang sepanjang tepi ginjal.
9. Dicari terlebih dahulu ureter pada kutub bawah ginjal dan
diteugel dengan kateter Nelaton. Lemak perirenal
dibersihkan dengan menggunakan pinset anatomis dan
gunting Metzembaum bila perlu dilakukan kauterisasi
terlebih dahulu.
10. Setelah ginjal telah bebas dari lemak dilakukan fiksasi
ginjal pada kedua kutubnya dengan kasa dan di
identifikasi pielum dengan mencari hubungannya pada
ureter.
11. Pielum dibuka dengan insisi berbentuk huruf “V” atau
tergantung pada posisi dan bentuk batu, kemudian batu
diluksir keluar dengan menggunakan stein tang. Batu
sekunder yang kemungkinan ada juga di cari dan diluksir
keluar.
12. Dilakukan sondage ureter kebawah dengan menggunakan
NGT no 6 dan dimasukkan PZ yang telah dicampur
povidone iodine 10% sampai dengan pada selang urobag
tampak cairan bercampur dengan povidone iodine. jika
diperlukan dapat dilakukan pemasangan DJ Stent.
13.Dilakukan pula spoeling ginjal dengan PZ steril saja.
14.Penutupan pielum dijahit dengan polyglactin 3.0, jahitan
simpul terputus semua lapisan sekaligus.
15.Cuci lapangan operasi dengan PZ
16.Pasang redon drain pada fosa renalis, dan hitung jumlah
kassa yang terpakai sebelum menutup luka operasi
17. Luka operasi ditutup lapis demi lapis, muskulus oblikus
abdominis internus dan muskulus oblikus abdominis
transversus jahit satu lapis, muskulus oblikus abdominis
eksternus satu lapis dengan menggunakan benang
polyglactin secara jelujur. Lemak subkutan dengan plain
catgut 3.0 dan kulit dengan Silk 1.0
18. Tutup luka operasi dengan tulle dan kassa steril

8. Edukasi 1. Mengenal gejala klinis batu kandung kemih


2. Mengenal penyebab terjadinya batu danpencegahan
terjadinya kekambuhan batu ginjal
lama perawatan 3-5 hari
3. Bedah terbuka : >5 hari

Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas


9. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam

10. Kepustakaan 1. W.B. Saunders, Campbell’s Urology, 12th Edition, W.B. Saunders
Company, Philadelphia Pennsylvania, 2019
2. 2. D.R. Smith, General Urology, 10th edition, Lange Medical
Publications, California, 1981
3. 3. Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisi, EGC, Jakarta, 1998

Bandung, .......................................20...............
Ketua Komite Medik, Kepala KSM,

Dr. H. Hikmat Permana, dr., SpPD-KEMD dr..........................................................


NIP. 196210231989011001 NIP. ......................................................

Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas


FORMAT BAKU PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM : ........................................ ...............................
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
20.......

PCNL

1. Pengertian Percutaneous Nephrolithotomy (PCNL) adalah Tindakan


mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal
dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises
melalui incisi pada kulit.
2. Anamnesis 1. Hematuria
2. Frekuensi, Disuria, Stranguria, Intermitensi
3. Demam atau mengigil
4. Reffered pain (kearah ujung penis, skrotum,
5. perineum, pinggang dan kaki)
6. Dapat tanpa keluhan (Silent stone)

3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan fisik umum: hipertensi, febris,anemia, syok


2. Inspeksi :Suprapubik dapat terlihat menonjol bila ada retensi
urin
3. Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli buli penuh
4. Colok dubur : teraba batu pada buli-buli bila batu sangat
besar (palpasi bimanual)

4. Kriteria Diagnosis 1. Nyeri kencing (disuria/straguria), frekuensi,dan hematuria.


2. Pemeriksaan pencitraan (rontgen & ultrasonografi) diketahui
penyebabnya adalah batu buli-buli

5. Diagnosis Banding 1. Infeksi dalam ginjal


2. Tumor ginjal
6. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium,
2. foto polos perut (Kidney Ureter Bladder - KUB)
3. ultrasonografi (USG) bila curiga batu non opaque,
4. elektro kardiografi (EKG), sistoskopi bila dipandang perlu

7. Prosedur a. Pasang foto-foto di light box


b. Pasien diposisikan dorsal lithotomy dengan general
anastesi
c. Melakukan cystoscopy sesuai dengan SOP
d. Memasukkan kateter ureter sesuai ukuran ke orifisium
ureter,
e. Melakukan retrograde pyelografi melalui kateter ureter
untuk melihat
anatomi dari ureter hingga collecting system
f. Ureter kateter dimasukkan hingga pelvis renalis (bila
tidak didapatkan obtruksi di distal pelvis renalis), bila
Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas
didapatkan obstruksi di ureter dilakukan prosedur
URS
g. Pasang kateter uretra 16 Fr, fiksasi ureter kateter pada
kateter uretra dan sambungkan dengan spuilt 50cc
yang berisi kontras
h. Pasien diposisikan telungkup dengan memberikan
bantalan pada sisi
yang akan dilakukan tindakan ,lengan membentuk
sudut 90o atau kurang untuk mencegah cedera plexus
brachialis.
i. Masukkan jarum PNL 21 G di bawah costae 12 dengan
sasaran kaliks
posterior dari pole bawah dengan arahan dari C-arm
( dinyatakan
masuk bila keluar urine) .
j. Guidewire dimasukkan melalui lubang jarum sampai
pelvis renalis.
k. Masukkan dilators melalui guidewire ke dalam sistem
kalises. Sampai sekitar 26-30 F.
l. Masukkan Amplatz sheath melalui dilator
m. Masukkan 26 Fr nephroscope ke dalam ginjal melalui
Amplatz sheath

8. Edukasi 4. Mengenal gejala klinis batu kandung kemih


5. Mengenal penyebab terjadinya batu danpencegahan
terjadinya kekambuhan batu ginjal
lama perawatan 3-5 hari
6. Bedah terbuka : >5 hari

9. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam

10. Kepustakaan 4. W.B. Saunders, Campbell’s Urology, 12th Edition, W.B. Saunders
Company, Philadelphia Pennsylvania, 2019
5. 2. D.R. Smith, General Urology, 10th edition, Lange Medical
Publications, California, 1981
6. 3. Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisi, EGC, Jakarta, 1998

Bandung, .......................................20...............
Ketua Komite Medik, Kepala KSM,

Dr. H. Hikmat Permana, dr., SpPD-KEMD dr..........................................................


NIP. 196210231989011001 NIP. ......................................................

Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas


PANDUAN PRAKTIK KLINIS
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM : ........................................ ...............................
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
20.......

BIVALVE NEFROLITOTOMY

1. Pengertian Bivalve nefrolithotomi merupakan tindakan operasi terbuka


untuk mengambil batu staghorn
2. Anamnesis 1. Hematuria
2. Frekuensi, Disuria, Stranguria, Intermitensi
3. Demam atau mengigil
4. Reffered pain (kearah ujung penis, skrotum,
5. perineum, pinggang dan kaki)
6. Dapat tanpa keluhan (Silent stone)

3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan fisik umum: hipertensi, febris,anemia, syok


2. Inspeksi :Suprapubik dapat terlihat menonjol bila ada retensi
urin
3. Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli buli penuh
4. Colok dubur : teraba batu pada buli-buli bila batu sangat
besar (palpasi bimanual)

4. Kriteria Diagnosis 1. Nyeri kencing (disuria/straguria), frekuensi,dan hematuria.


2. Pemeriksaan pencitraan (rontgen & ultrasonografi) diketahui
penyebabnya adalah batu buli-buli

5. Diagnosis Banding 1. Infeksi dalam ginjal


2. Tumor ginjal
6. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium,
2. foto polos perut (Kidney Ureter Bladder - KUB)
3. ultrasonografi (USG) bila curiga batu non opaque,
4. elektro kardiografi (EKG), sistoskopi bila dipandang perlu

7. Prosedur 1. Pasang foto-foto (BOF/IVP) di light box untuk kasus batu


opak
2. Setelah dibius, Pasang kateter 16 Fr dan urobag,
perhatikan kesesuaian marker/lokasi yang akan
dilakukan Tindakan operasi
3. Letakkan pasien pada posisi lumbotomi, tidur miring
sesuai dengan letak batu pada sisi atas
4. Desinfeksi lapangan operasi dengan Povidone Iodine 10%
(mulai pada lapangan operasi sampai umbilikus dibagian
depan, linea skapularis belakang dan papilla mammae).
5. Persempit lapangan operasi dengan doek steril.
6. Insisi kulit dimulai dari tepi bawah arkus kosta XI sampai
ke arah umbilikus sepanjang lebih kurang 15 cm. Insisi
Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas
diperdalam lapis demi lapis dengan memotong fascia
eksterna, muskulus intercostalis dibelakang dan
muskulus
oblikus abdominis depan sampai didapatkan fascia
abdominis internus.
7. Fascia abdominis dibuka sedikit, kemudian
peritoneumdilepaskan dan disisihkan penempelannya
pada fascia seperlunya ( sampai ke tepi luka insisi kulit ).
8. Dicari fascia gerota dan dibuka dengan dilakukan
kauterisasi terlebih dahulu. Fascia gerota dibuka
sepanjang lebih kurang sepenjang tepi ginjal.
9. Dicari terlebih dahulu ureter pada kutub bawah ginjal
dan
diteugel dengan kateter Nelaton. Lemak perirenal
dibersihkan dengan menggunakan pinset anatomis dan
gunting Metzembaum bila perlu dilakukan cauterisasi
terlebih dahulu.
10. Setelah ginjal telah bebas dari lemak dilakukan fiksasi
11. ginjal pada kedua kutubnya dengan kasa basah/ roll
tampon.
12. Dipisahkan pada daerah pedikel ginjal antara pedikel
dengan
13. ureter/pielum
14. Pedikel ginjal (tidak termasuk ureter) di klem dengan
klem non
15. traumatis menggunakan Satinsky klem. Kemudian ginjal
16. didinginkan dengan memakai es PZ secukupnya. Klem
17. Satinsky harus dibuka tiap 30 menit.
4. Kapsula renalis dibuka tepat pada tepi lateral ginjal.
5. Dilakukan pengirisan pada Broder’s line sepanjang tepi
18. ginjal pada daerah korteks sampai mencapai daerah
sistema
pelvio-caliceal
8. Edukasi 1. Mengenal gejala klinis batu kandung kemih
2. Mengenal penyebab terjadinya batu danpencegahan
terjadinya kekambuhan batu ginjal
lama perawatan 3-5 hari
3. Bedah terbuka : >5 hari

9. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam

10. Kepustakaan 7. W.B. Saunders, Campbell’s Urology, 12th Edition, W.B. Saunders
Company, Philadelphia Pennsylvania, 2019
8. 2. D.R. Smith, General Urology, 10th edition, Lange Medical
Publications, California, 1981
9. 3. Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisi, EGC, Jakarta, 1998

Bandung, .......................................20...............
Ketua Komite Medik, Kepala KSM,
Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas
Dr. H. Hikmat Permana, dr., SpPD-KEMD dr..........................................................
NIP. 196210231989011001 NIP. ......................................................

Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas


FORMAT BAKU PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM : ........................................ ...............................
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
20.......
SOP RETROGRADE INTRARENALSURGERY (RIRS)
1. Pengertian Pembedahan endoscopik yang membuaat operator bisa mengakses
ginjal dari ureter

2. Anamnesis 1. Hematuria
2. Frekuensi, Disuria, Stranguria, Intermitensi
3. Demam atau mengigil
4. Reffered pain (kearah ujung penis, skrotum,
5. perineum, pinggang dan kaki)
6. Dapat tanpa keluhan (Silent stone)

3. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik umum: hipertensi, febris,anemia, syok
2. Inspeksi :Suprapubik dapat terlihat menonjol bila ada retensi
urin
3. Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli buli penuh
4. Colok dubur : teraba batu pada buli-buli bila batu sangat
besar (palpasi bimanual)

4. Kriteria Diagnosis
1. Nyeri kencing (disuria/straguria), frekuensi,dan hematuria.
2. Pemeriksaan pencitraan (rontgen & ultrasonografi) diketahui
penyebabnya adalah batu buli-buli

5. Diagnosis Banding 1. Infeksi dalam ginjal


2. Tumor ginjal
6. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium,
2. foto polos perut (Kidney Ureter Bladder - KUB)
3. ultrasonografi (USG) bila curiga batu non opaque,
4. elektro kardiografi (EKG), sistoskopi bila dipandang perlu

7. Prosedur Persiapan umum

> Operator memastikan surat izin tindakan telah ditandatangani


setelah pasien dan/ataukeluarga pasien menerima penjelasan
mengenai prosedur yang akan dilakukan > Untuk pasien dengan
resiko penularan penyakit yang tinggi (HIV, Hepatitis B, Hepatitis C)
prosedur dilakukan sesuai syarat universal precautions

• Pastikan tersedianya alat-alat:

> Fleksibel RIRS


Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas
> Cystoscopy sheath dengan albaran
> Sumber cahayallight source
> Sistem kamera > Monitor TV
> Video recorder

> Aqua untuk irigasi (steril)

> Draping sterile > Povidone iodine 10%

>Xylocaine gel 2

> Guidewire dan cobrawire

> Ureter Access Sheath

> DJ stent 4.5-6 Fr > C-arm floroskopi

> Ureter catheter 4-5 Fr

Lithotriptor elektriklaser (Lithoclast Master, Thulium Laser)

Tindakan :
> Pasien dilakukan anestesi umum

> Pasien diposisikan lithotomi dan dilakukan asepsis dan antisepsis di


regio genital dan sekitarnya
> Dilakukan penyemprotan xylocain gel 2% ke dalam uretra >
Dilakukan insersi sheath sistoskopi
> Dilakukan penilaian muara ureter ipsi lateral
> Dilakukan insersi guide wire dan cobrawire dengan guiding C-arm
hingga ke PCS
> Dengan bantuan Guide wire dilakukan insersi UAS hingga ke UPJ
kemudian dilakukan RPG
> RIRS fleksibel masuk dengan guiding UAS ke PCS > Evaluasi
PCS dan identifikasi batu
> RIRS maju sampai dengan depan batu
> Dilakukan lithotripsi dengan Holmium Laser dengan teknik dusting
hingga pecahan batu sangat halus. Bila perlu dilakukan
infundibulektomi dengan laser Thulium sebelumnya
> UAS dan fleksibel RIRS dikeluarkan
> Bila perlu dipasang DJ stent Pasang FC uretra

Pasca operasi:
>Bila produksi urin via kateter sudah jernih (1-2 hari) pasien dapat
dipulangkan
>Antibiotik intravena diberikan mulai 1 jam pre operasi sampai 3 hari
pasca operasi,

>dilanjutkan antibiotik oral selama 5 hari.


>Dilakukan foto kontrol BNO 1 hari setelah tindakan
Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas
>Pecahan batu sebagian dikirim ke labolatorium untuk analisa batu
kuantitatif dan menjadi pegangan ahli gizi untuk menentukan asupan
gizi pasien dalam rangka pencegahan rekurensi
> Laporan operasi dan data medik pasien disimpan di dalam
komputer

8. Edukasi 1. Mengenal gejala klinis batu kandung kemih


2. Mengenal penyebab terjadinya batu danpencegahan
terjadinya kekambuhan batu ginjal
lama perawatan 3-5 hari
3. Bedah terbuka : >5 hari

9. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam

10. Kepustakaan 4. W.B. Saunders, Campbell’s Urology, 12th Edition, W.B. Saunders
Company, Philadelphia Pennsylvania, 2019
5. 2. D.R. Smith, General Urology, 10th edition, Lange Medical
Publications, California, 1981
6. 3. Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisi, EGC, Jakarta, 1998

Bandung, .......................................20...............
Ketua Komite Medik, Kepala KSM,

Dr. H. Hikmat Permana, dr., SpPD-KEMD dr..........................................................


NIP. 196210231989011001 NIP. ......................................................

FORMAT BAKU PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM : ........................................ ...............................
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
20.......

SOP RADIKAL NEFREKTOMI

1. Pengertian Radikal Nefrektomi merupakan tindakan bedah untuk mengangkat seluruh ginjal
beserta fascia gerota
2. Anamnesis 1. Hematuria
2. Frekuensi, Disuria, Stranguria, Intermitensi
3. Demam atau mengigil
4. Reffered pain (kearah ujung penis, skrotum,
5. perineum, pinggang dan kaki)
6. Dapat tanpa keluhan (Silent stone)

3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan fisik umum: hipertensi, febris,anemia, syok


2. Inspeksi :Suprapubik dapat terlihat menonjol bila ada retensi
urin
3. Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli buli penuh
4. Colok dubur : teraba batu pada buli-buli bila batu sangat
besar (palpasi bimanual)

4. Kriteria Diagnosis 1. Nyeri kencing (disuria/straguria), frekuensi,dan hematuria.


2. Pemeriksaan pencitraan (rontgen & ultrasonografi) diketahui
penyebabnya adalah batu buli-buli

5. Diagnosis Banding 1. Infeksi dalam ginjal


2. Tumor ginjal
6. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium,
2. foto polos perut (Kidney Ureter Bladder - KUB)
3. ultrasonografi (USG) bila curiga batu non opaque,
4. elektro kardiografi (EKG), sistoskopi bila dipandang perlu

7. Prosedur 1. Pasang foto-foto di light box

2. Setelah dibius, Pasang kateter 16 Fr dan urobag, perhatikan

kesesuaian marker/lokasi yang akan dilakukan tindakan

operasi

3. Letakkan pasien pada posisi semi oblique kanan

4. Desinfeksi lapangan operasi dengan Povidone Iodine10%

(mulai pada lapangan operasi sampai umbilikus dibagian

Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas


depan, linea skapularis belakang dan papilla mama).

5. Persempit lapangan operasi dengan doek steril.

6. Insisi cevron, buka lapis demi lapis mulai dari kulit, lemak

subkutikuler, fasia, otot, sampai peritoneum

7. Buka peritoneum, sisihkan usus ke medial

8. Insisi peritoneum di tepi lateral kolon descenden ( nefrektomi

ginjal kiri ) atau kolon ascenden (nefrektomi ginjal kanan)

9. Bebaskan fascia gerota dari lemak sekitar

10. Identifikasi pembuluh darah baik vena maupun arteri renalis

11. Klem dan ligasi pembuluh darah ginjal dari arteri dan vena ginjal

12. Klem dan ligasi ureter

13. Bebaskan ginjal beserta fascia gerota hingga terlepas dari

jaringan sekitar

14. Kontrol perdarahan, jahit peritoneum di daerah retro yang

telah diinsisi

15. Jahit luka operasi lapis demi lapis

16. Membuat laporan tindakan yang telah dilakukan

8. Edukasi 1. Mengenal gejala klinis batu kandung kemih


2. Mengenal penyebab terjadinya batu danpencegahan
terjadinya kekambuhan batu ginjal
lama perawatan 3-5 hari
3. Bedah terbuka : >5 hari

9. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam

10. Kepustakaan 7. W.B. Saunders, Campbell’s Urology, 12th Edition, W.B. Saunders
Company, Philadelphia Pennsylvania, 2019
8. 2. D.R. Smith, General Urology, 10th edition, Lange Medical
Publications, California, 1981
9. 3. Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisi, EGC, Jakarta, 1998

Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas


Bandung, .......................................20...............
Ketua Komite Medik, Kepala KSM,

Dr. H. Hikmat Permana, dr., SpPD-KEMD dr..........................................................


NIP. 196210231989011001 NIP. ......................................................

FORMAT BAKU PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM : ........................................ ...............................
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
20.......

PENGOPERASIONALAN ALAT EXTRACORPOREAL SHOCK WAVE LITHOTRIPSY (ESWL)

1. Pengertian ESWL adalah suatu tindakan untuk mengeluarkan batu saluran kemih dengan cara
memecahkannya (lithotripsy) menggunakan mesin yang berada di luar tubuh
(extracorporeal). Mesin tersebut menghasilkan energi berupa gelombang kejut
(shockwave) yang diarahkan langsung ke lokasi batu.
2. Anamnesis 1. Hematuria
2. Frekuensi, Disuria, Stranguria, Intermitensi
3. Demam atau mengigil
4. Reffered pain (kearah ujung penis, skrotum,
5. perineum, pinggang dan kaki)
6. Dapat tanpa keluhan (Silent stone)

3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan fisik umum: hipertensi, febris,anemia, syok


2. Inspeksi :Suprapubik dapat terlihat menonjol bila ada retensi
urin
3. Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli buli penuh
4. Colok dubur : teraba batu pada buli-buli bila batu sangat
besar (palpasi bimanual)

4. Kriteria Diagnosis
1. Nyeri kencing (disuria/straguria), frekuensi,dan hematuria.
2. Pemeriksaan pencitraan (rontgen & ultrasonografi) diketahui
penyebabnya adalah batu buli-buli
5. Diagnosis Banding 1. Infeksi dalam ginjal
2. Tumor ginjal
6. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium,
2. foto polos perut (Kidney Ureter Bladder - KUB)
3. ultrasonografi (USG) bila curiga batu non opaque,
4. elektro kardiografi (EKG), sistoskopi bila dipandang perlu

Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas


7. Prosedur a. Nyalakan semua saklar pada stop kontak tempat masing - masing unit (X-
ray, shock wave generator, USG, dan meja )
b. Nyalakan semua unit dengan menekan tombol ON/OFF pada masing -
masing unit (X-ray, therapy source, USG, dan meja), tunggu kira – kira 5
menit untuk pemanasan mesin
c. Pastikan tidak ada gelembung udara di dalam kepala generator
(treatment head) ESWL, jika terdapat gelembung udara tekan tombol
sirkulasi pada remote control di shock wave generator maka alat bekerja
secara otomatis untuk membuang gelembung udara tersebut.
d. Pastikan tidak ada pesan ERROR pada masing - masing unit, jika ada
pesan ERROR pada salah satu unit maka catat ERROR tersebut kemudian
laporkan kepada bagian teknik elektromedik rumah sakit atau telepon
bagian teknik surgika medika.
e. Lakukan pemeriksaan target fokus menggunakan X-ray unit dengan
menggunakan alat kalibrasi yang dipasangkan di therapy source.
1. Prosedur Pengecekkan Fokus :
a. Pasang alat kalibrasi pada kepala generator unit dengan menekan pengunci
diketiga tangkainya.
b. Posisikan X-ray C–arm pada posisi vertikal (di tengah - tengah), lakukan X-
ray sehingga didapatkan gambar target di tengah garis fokus.
c. Gerakkan C-arm sehingga didapat gambar telah tepat di titik focus.
d. Miringkan C-arm 30° kemudian ekspose
e. Lakukan X-ray, cari titik fokus dengan menggerakkan C-arm
menggunakan tombol pada panel control pada C-arm
f. Kembalikan posisi C-arm pada posisi vertikal
g. ESWL siap digunakan pasien.
2. Proses penembakan Batu Ginjal dan Saluran Kemih
a. Posisikan X-ray C-arm pada posisi 0°
b. Posisikan meja pasien pada posisi tengah area penembakan (0 remte
meja)
c. Turunkan tekanan membran pada pasien
d. Atur therapy source pada posisi yang tepat sesuai dengan indikasi target
penembakan
e. Pastikan posisi pasien dalam kondisi yang nyaman dan stabil serta badan
pasien (lokasi penembakan) menempel pada therapy source.
f. Geser therapy head ke posisi fluoroskopi supaya tindakan fluoroskopi
bisa dilakukan dengan baik
g. Lakukan fluoroskopi pada posisi AP
h. Posisikan pasien pada meja pada posisi horizontal sambil melakukan
fluoroskopi AP, geser target penembakan ke posisi tanda silang pada
gambar X-ray.
i. Putar X-ray C-arm pada posisi 30°. Pastikan tidak ada benda yang
menghalangi, kemudian lakukan fluoroskopi pada posisi 30°
j. Gerakkan meja pasien ke arah vertikal untuk menempatkan target
penembakan pada posisi tanda silang pada gambar X-ray
k. Gerakkan X-ray C-arm pada posisi AP dan 30° sambil lakukan fluoroskopi
serta pastikan target penembakkan tepat di tengah tanda silang pada
Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas
gambar X-ray
l. Oleskan jelly pada therapy source dan pastikan tidak ada gelembung
udara pada permukaan therapy source agar membran menempel
sempurna pada badan pasien
m. Geser therapy source pada posisi penembakan.
n. Kembungkan membran pada pasien sampai menepel sempurna pada
badan pasien.
o. Hindari penggunaan X-ray secara berlebihan dan gunakan pengamatan
dengan USG selama penembakkan.
p. Selama penembakan mundurkan posisi probe USG sejauh mungkin,
supaya mengurangi penyerapan energi gelombang kejut (shock wave)
pada dudukan probe USG.
q. Apabila gambar USG kurang baik, tambahkan jelly ultrasound dan
kembungkan sampai membran menempel dengan sempurna pada
pasien.

Catatan : Tindakan penembakan boleh dilakukan apabila target penembakan


tepat berada di tangah tengah tanda silang pada gambar X-ray
atau USG. Penembakan hanya boleh dilakukan apabila objek telah
dievaluasi secara seksama untuk menghindari efek yang bisa
membahayakan pasien.

3. Mulai Penembakan
a. Turunkan energi penembakan pada posisi nol (zero power) sebelum
penembakan dimulai
b. Lakukan penembakan dengan kekuatan energi paling rendah dan naikkan
perlahan sambil memperhatikan reaksi pasien.
c. Pilih frekuensi penembakan 1 Hz atau 2 Hz
d. Lakukan penembakan dengan menekan tombol penembakan pada remote
control
e. Hentikan penembakan bila pasien bergerak dan target penembakan keluar
dari titik fokus pengamatan pada gambar USG atau X-ray
f. Apabila batu ukurannnya cukup besar, lakukan penembakan pada beberapa
titik yang berbeda.
4. Akhir proses penembakan
a. Hentikan penembakan dengan melepas tombol penembakan pada
remote control
b. Kempeskan membran dengan cara menekan tombol untuk menurunkan
tekanan membran pasien pada papan kontrol
c. Geser pasien menjauhi therapy source dan pasien bisa turun dari meja
d. Bersihkan jelly USG pada therapy source dengan kain lap
e. Matikan mesin dengan menekan tombol ON/OFF pada masing masing
unit.
5. Hal – hal penting yang harus diperhatikan
a. Jangan melakukan penembakan pada pasien melebihi 4000 tembakan
dalam satu sesi penembakan.
b. Bersihkan peralatan (meja dan penutupnya) dengan bahan desinfektan yang
direkomendsasikan untuk menghindari adanya penularan penyakit pada
Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas
orang lain.
c. Jangan lakukan penembakan ESWL pada organ yang mengandung udara
(paru dan lainnya)
d. Perlu dipasang ECG monitor pada pasien yang mengunakan pacemaker.
e. Bila terjadi kebocoran pada membran penembak segera matikan mesin dan
ganti dengan membran yang baru
f. Sebelum melakukan penembakan, bersihkan permukaan membran
penembak dengan menggunakan desinfektan dan gunakan jelly USG yang
telah direkomendasikan .
g. Selama penembakan berlangsung, pastikan target tembakan tepat di
posisi target tembak yang tampak pada X-ray dan USG.
h. Hindari adanya gelembung udara antara membran dan badan pasien.
i. Posisikan therapy source pada posisi yang terbebas dari penghalang yang
akan mengurangi efektivitas propagasi gelombang kejut, seperti udara dan
tulang.
8. Edukasi
1. Mengenal gejala klinis batu kandung kemih
2. Mengenal penyebab terjadinya batu danpencegahan
terjadinya kekambuhan batu ginjal
lama perawatan 3-5 hari
3. Bedah terbuka : >5 hari

9. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam

10. Kepustakaan 10. W.B. Saunders, Campbell’s Urology, 12th Edition, W.B. Saunders
Company, Philadelphia Pennsylvania, 2019
11. 2. D.R. Smith, General Urology, 10th edition, Lange Medical
Publications, California, 1981
12. 3. Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisi, EGC, Jakarta, 1998

Bandung, .......................................20...............
Ketua Komite Medik, Kepala KSM,

Dr. H. Hikmat Permana, dr., SpPD-KEMD dr..........................................................


NIP. 196210231989011001 NIP. ......................................................

Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas


FORMAT BAKU PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KSM : ........................................ ...............................
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
20.......

NEFROSTOMY
1. Pengertian Suatu tindakan pembedahan untuk menyalirkan urin atau nanah dari sistem
pelvikaliseal melalui insisi di kulit.
2. Anamnesis 1. Hematuria
2. Frekuensi, Disuria, Stranguria, Intermitensi
3. Demam atau mengigil
4. Reffered pain (kearah ujung penis, skrotum,
5. perineum, pinggang dan kaki)
6. Dapat tanpa keluhan (Silent stone)

3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan fisik umum: hipertensi, febris,anemia, syok


2. Inspeksi :Suprapubik dapat terlihat menonjol bila ada retensi
urin
3. Supra simfisis : nyeri tekan, teraba batu, buli buli penuh
4. Colok dubur : teraba batu pada buli-buli bila batu sangat
besar (palpasi bimanual)

4. Kriteria Diagnosis 1. Nyeri kencing (disuria/straguria), frekuensi,dan hematuria.


2. Pemeriksaan pencitraan (rontgen & ultrasonografi) diketahui
penyebabnya adalah batu buli-buli

5. Diagnosis Banding 1. Infeksi dalam ginjal


2. Tumor ginjal
6. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium,
2. foto polos perut (Kidney Ureter Bladder - KUB)
3. ultrasonografi (USG) bila curiga batu non opaque,
4. elektro kardiografi (EKG), sistoskopi bila dipandang perlu

7. Terapi Nefrostomi dapat dilakukan dengan 2 cara :


Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas
A. Terbuka :
1. Posisi lumbotomi.
2. Pembiusan umum, regional, atau lokal
3. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik.
4. Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril.
5. Insisi kulit dimulai dari tepi bawah arkus kosta XI sampai ke arah
umbilikus sepanjang 10-15cm, diperdalam lapis demi lapis dengan
memotong fasia eksterna, muskulus interkostalis di belakang dan
muskulus oblikus abdominis di depan sampai didapatkan fasia
abdominis internus.
6. Fasia abdominis internus dibuka, kemudian peritoneum disisihkan
dari fasia.
7. Fasia gerota dibuka sepanjang tepi ginjal.
8. Bila korteks masih tebal: ginjal harus dibebaskan sampai terlihat
pelvis renalis.
9. Pelvis renalis dibuka dengan sayatan kecil 1-1,5 cm. Klem bengkok
dimasukkan melalui sayatan tersebut ke arah kaliks inferior atau
medius menembus korteks sampai keluar ginjal, kemudian
dimasukkan kateter Foley Ch 20 ke dalam pelvis dengan cara
dijepitkan pada klem tersebut.
10. Isi balon kateter dengan air 3-5 cc. Jahit pelvis renalis dengan
jahitan swatu-satu dengan benang yang dapat diserap.
11. Bila korteks sudah sangat tipis: korteks langsung dibuka dengan
sayatan 1-1,5 cm dan langsung dimasukkan kateter Foley Ch 20
atau 22. Sedapat mungkin ujung kateter berada di dalam pyelum. Isi
balon kateter dengan air 3-5 cc.
12. Buat jahitan fiksasi matras atau kantong tembakau pada tempat
keluar kateter (pada dinding ginjal) dengan benang yang dapat
diserap.
13. Keluarkan pangkal kateter melalui insisi pada kulit, terpisah dari
luka operasi, dan difiksasi.
14. Pasang drain vakum perirenal.
15. Tutup lapangan operasi lapis demi lapis dengan jahitan situasi.

8. Edukasi
1. Mengenal gejala klinis batu kandung kemih
2. Mengenal penyebab terjadinya batu danpencegahan
terjadinya kekambuhan batu ginjal
lama perawatan 3-5 hari
3. Bedah terbuka : >5 hari

9. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam

10. Kepustakaan 1. W.B. Saunders, Campbell’s Urology, 12th Edition, W.B. Saunders
Company, Philadelphia Pennsylvania, 2019
2. 2. D.R. Smith, General Urology, 10th edition, Lange Medical
Publications, California, 1981
3. 3. Wim de Jong dan Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisi, EGC, Jakarta, 1998

Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas


Bandung, .......................................20...............
Ketua Komite Medik, Kepala KSM,

Dr. H. Hikmat Permana, dr., SpPD-KEMD dr..........................................................


NIP. 196210231989011001 NIP. ......................................................

Panduan Praktik Klinis sekurang-kurangnya memuat 10 item tersebut diatas

Anda mungkin juga menyukai