Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS BEDAH

RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH


MAYONG JEPARA
TAHUN 2022

i
ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................... i


Surat Keputusan .......................................................................................................... ii
Kata Pengantar ........................................................................................................... iii
Daftar Isi .................................................................................................................... iv
Panduan Praktik Klinis (PPK) Tata Laksana Kasus apendicitis akut ........................... 1
Panduan Praktik Klinis (PPK) Tata Laksana Kasus Benign Hyperplasia Prostat ......... 5
Panduan Praktik Klinis (PPK) Tata Laksana Kasus Fibroma Adenoma Mamae ........... 8
Panduan Praktik Klinis (PPK) Tata Laksana Kasus Hemoroid ................................... 10
Panduan Praktik Klinis (PPK) Tata Laksana Kasus Hernia Inguinalis ......................... 13

iii
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RS PKU
MUHAMMADIYAH
MAYONG JEPARA

Appendicitis Akut

1. Pengertian Penyumbatan dan peradangan akut pada usus buntu dengan


jangka waktu kurang dari 2 minggu
2. Anamnesis 1. Nyeri perut kanan bawah (mula-mula di daerah epigastric
atau umbilical, kemudian menjalar ke titik McBurney).
2. Mual dan atau Muntah (rangsang visceral).
3. Nafsu makan menurun (Anoreksia)
4. Panas (infeksi akut).
3. PemeriksaanFisik 1. Status generalis
 Tampak kesakitan
 Demam (≥37,5 oC)
2. Status lokalis: nyeri tekan daerah Mc Burney
3. Rovsing sign (+) → pada penekanan perut bagian kontra
McBurney (kiri) terasa nyeri di McBurney karena tekanan
tersebut merangsang peristaltic usus dan juga udara dalam
usus, sehingga bergerak dan menggerakkan peritonium
sekitar apendiks yang sedang meradang sehingga terasa
nyeri.
4. Psoas sign (+) → m. Psoas ditekan maka akan terasa sakit
di titik McBurney (pada appendiks retrocaecal) karena
merangsang peritonium sekitar app yang juga meradang.

1
5. Obturator sign (+) → fleksi dan endorotasi articulatio costa
pada posisi supine, bila nyeri berarti kontak dengan m.
obturator internus, artinya appendiks di pelvis.
6. Peritonitis umum (perforasi)
a. Nyeri diseluruh abdomen
b. Pekak hati hilang
c. Bising usus hilang.
7. colok dubur : nyeri tekan jam 9-11
4. Kriteria Diagnosis 1. Klinis
2. Nyeri dititik Mc Burney dapat disertai defance muskulare,
panas badan meningkat, kadang disertai muntah.
3. memenuhi dari kriteria Alvarado Score (>7)

5. Diagnosis Kerja Apendisitis dapat berupa :


1. Apendisitis akut
2. Apendisitis perforata yang disertai peritonitis

6. Diagnosis Banding 1.. Radang organ kandungan, torsio kista ovarium, KET
2. Torsio testis kanan
3. Gastroenteritis – colitis
4. Batu ureter kanan
5. UTI dekstra

2
7. Pemeriksaan 1. Penunjang diagnostic :
Penunjang a. Darah rutin
b. PP test (pada wanita usia produktif)
c. USG abdomen (kalau diperlukan)
2. Penunjang pre operasi :
a. Ureum, Kreatinin
b. Rontgen thorax
c. EKG (usiadiatas 40th)
d. HBsAg
e. PPT, APTT
f. GDS
8. Terapi 1. Penatalaksanaan
Untuk apendisitis akut dikerjakan apendektomi darurat dengan
persiapan prabedah:
a. Infus Ringer lactate
b. ceftriaxon 1 gram/12 jam, bila alergi terhadap ampicillin
diganti dengan gentamicin 80mg
2. Penanganan pasca bedah
a. Infus diteruskan dengan Ringer Lactat
b. Bila peristaltik usus terdengar (flatus dan perut tidak
kembung) dapat diberikan minum secara bertahap
c. Analgetik diberikan keteorolac 30mg/8jam
d. Antibiotik ceftriaxon 1 gram/12jam
e. Bila sudah perforasi (komplikasi) ditambahkan
1) Metronidazole 500 mg/8jam
2) Antibiotika dapat dirubah sesuai dengan hasil
sensitivitas test
9. Edukasi 1. Resiko adhesi usus
2. Resiko IDO / infekso daerah operasi
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : adubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonmam

3
11. Tingkat Evidens I/II
12. Tingkat B
Rekomendasi
13. Penelaah kritis dr. Spesialis Bedah

14. Indikator medis 1. keluhan berkurang


2. lama hari rawat : 3 hari
3. tingkat kepatuhan asesmen pre-Anestesi
4. tingkat kepatuhan safety surgical checklist
5. angka kejadian infeksi daerah operasi

15. Kepustakaan 1. Persatuan Dokter Spesialis Bedah umum Indonesia. Pedoman


Pelayanan Medik Edisi Kedua, 2006: 60-61.
2. R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta
:PenerbitBukuKedokteran EGC.2004.
3. Grace, Borley, At a Glance ILMU BEDAH. Edisi Ketiga.
Jakarta : Penerbit Erlangga. 2006

4
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RS PKU
MUHAMMADIYAH
MAYONG JEPARA

Benign Prostat Hyperplasia (BPH)

1. Pengertian Pembesaran kelenjar prostat jinak yang terjadi pada laku-laki


Usia > 40th
2. Anamnesis 1. pancaran urin melemah
2. Rasa tidak puas saat miksi
3. kalau mau miksi harus menunggu lama
4. nokturia
5. urgency
6. urin menetes setalh berkemih
7. waktu miksi memanjang
8. retensio urine
3. PemeriksaanFisik Rectal toucher :
1. Prostat laterolateral > 2,5cm
2. Sulcus medianus datar/ cembung
3. Poleatas tidak teraba
4. Kriteria Diagnosis 1. Memenuhi kriteria anamnesis
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Kerja Benign Prostat Hyperplasia (BPH)
6. Diagnosis Banding 1. prostatitis
2. batu buli-buli
3. keganasan prostat
4. infeksi traktus Urinarius
5. striktur uretra
6. batu uretra proksimal/ posterior

5
7. Pemeriksaan 1. Darah rutin
Penunjang 2. Urin rutin
3. Ureum kreatini
4. GDS
5. USG abdomen
8. Terapi 1. Tindakan opertaif :
Bila ada komplikasi (retensio urin berkurang, ISK, batu saluran
kemih, skor IPSS>19) : Open Prostatectomy
2. Terapi Konservatif
Antibiotik profilaksis 1 jam sebelum operasi atau 24 jam post
operasi atau 24 jam post operasi (chepalosporin III) jika skor
IPSS <8, atau 8-19 belum ada komplikasi/kontraindikasi
mutlak : pemberian terapi medikamentosa (α blocker atau 5 α
reduktase inhibitor selama 6 bulan), selanjutnya diobservasi
ulang
3. Lama perawatan :
5 hari post operasi

9. Edukasi 1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding, pemeriksaan


penunjang.
2. Penjelasan tyindakan, lama tindakan, resiko dan komplikasi
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan perkiraan lama rawat inap
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad Bonam
Ad sanationam : dubia Ad Bonam
Ad fungsionam : Dubia Ad Bonam
11. Tingkat Evidens I/II
12. Tingkat A/B
Rekomendasi
13. Penelaah kritis dr Spesialis Bedah

14. Indikator medis 1. BAK spontan dan lancar, hematuri <5 hari

6
2. lama hari rawat : 5 hari
3. tidak terjadi infeksi luka operasi (ILO)
4. kesesuaian dengan hasil PA
15. Kepustakaan 1. Buku ajar ilmu bedah, Sjamsuhidayat
2. Principal of surgery, Schwartz’s
3. Konsensus IAUI
4. Champbell Urology.

7
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS

RS PKU
MUHAMMADIYAH
MAYONG JEPARA

FIBROADENOMA MAMMAE

1. Pengertian Neoplasma jinak payudara yang terdiri dari campuran elemen


kelenjar (glandular) dan elemen stroma (mesenkimal), yang
terbanyak adalah komponen jaringan fibrosa
2. Anamnesis 1. Merasa ada benjolan di payudara cukup lama
2. benjolan sering tidak disertai rasa nyeridan sering tidak ada
hubungan dengan menstruasi
3. benjolan terasa mobile/ lari-lari
4. usia muda (akil baliq-30tahun)
3. Pemeriksaan Fisik 1. benjolan biasanyatidak terlalu besar
2. dapat tunggal atau multiple
3. pada palpasi teraba tumor padat kenyal, berbatas tegas,
permukaan halus, meskipun kadang berdungkul-dungkul,
sangat mobile, tidak nyeri tekan, dapat tunggal atau multiple,
dan tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening aksila
ipsilateral.

4. Kriteria Diagnosis Anamnesis


Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang : USG mammae, mammografi
5. Diagnosis Kerja Diagnosis cukup dengan anamnesi dan pemeriksaan
fisik.
Pencitraan diperlukan pada keadaan kecurigaan pada
tumor kistik atau pada keadaan jumlah lebih dari satu

8
6. Diagnosis Banding 1. tumor phylloides benigna
2. tubular adenoma
7. Pemeriksaan USG payudara :massa homogen, berbatas tegas dengan halo sign,
Penunjang dengan internal echo yang normo atau hiper
8. Terapi Eksisi dan pemeriksaan histopatologis spesimen operasi
9. Edukasi Menjelaskan mengenai penyakit, terapi, prognosa dan angka
kekambuhan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : adubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonmam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat C
Rekomendasi
13. Penelaah kritis dr Spesialis Bedah
14. Indikator medis 1. Kondisi pasien membaik
2. Lama perawatan 3 hari
15. Kepustakaan 1. Crofon SJ, Home N, Miller F, Fibroadenoma mammae, edisi
ke-1. London: The Mac Millan Press, 1992
2. Rahajoe N, Basir D, Makmuri MS, Kartasasmita CB.
Pedoman tatalaksana FAM. 2005

9
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS

RS PKU
MUHAMMADIYAH
MAYONG JEPARA

HEMOROID

1. Pengertian Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena (plexus


Haemorrhoidalis) dalam anus
2. Anamnesis 1. Keluar darah segar saat BAB
2. Keluar benjolan dari anus (sesuai grade)
3. Adanya rasa kemeng atau gatal pada anus

3. Pemeriksaan Fisik 1. Pucat bila terdapat anemia pada hemoroid dengan


perdarahan yang lama.
2. Terdapat benjolan yang keluar dari anus yang dapat
dimasukkan (grade III) atau yang tidak dapat dimasukkan
( Grade IV).
3. Pada Rectal Toucher teraba masa kenyal lunak
4. Kriteria Diagnosis 1. Keluar darah segar saat BAB, terutama saat feses akan
keluar atau setelah feses keluar (grade I-IV)
2. Keluar benjolan lewat anus :
a. Grade I tidak terdapat benjolan
b. Grade II terdapat benjolan saat mengedan dan dapat
masukkan kembali secara spontan
c. Grade III terdapat benjolan yang dapat dimasukkan
dengan bantuan
d. Grade IV terdapat benjolan yang tidak dapat
dimasukkan kembali
3. Rasa nyeri pada dubur, kadang disertai dengan rasa gatal

10
5. Diagnosis Kerja Hemoroid interna grade I-IV

6. Diagnosis Banding 1. Karsinoma recti


2. Prolaps recti
3. Polip recti
4. Proktitis
7. Pemeriksaan 1. Darah rutin
Penunjang 2. Colok dubur
3. Anaskopi
8. Terapi 1. Transfusi darah bila anemia
2. Medikamentosa/ konservatif bila grade I-II
3. Operatif jika Grade III-IV
9. Edukasi 1. Diet Tinggi Serat
2. Rutin Berolahraga
3. minum air putih yang cukup
4. Rendam duduk
5. Menjaga obesitas
6. menghindari makanan pedas dan berakohol
7. posisi defekasi jongkok lebih baik daripada duduk
8. Masuk RS jika mendapati tanda-tanda anemia atau grade III-
IV
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad Bonam
Ad sanationam : dubia Ad Bonam
Ad fungsionam : Dubia Ad Bonam
11. Tingkat Evidens I/II

12. Tingkat A/B


Rekomendasi
13. Penelaah KritiS dr Spesialis Bedah

14. Indikator Medis 1. Nyeri berkurang


2. Tidak terjadi perdarahan

11
3. Tidak terjadi prolaps

15. Kepustakaan 1. De Jong W, Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah ed. 2nd
ed. EGC. 2005.
2. Michael J. Zinner. Maingot’s Abdominal Operations, 11th
ed, ed., Mc Graw Hill 2007.
3. Herbert , Chen , Illustrative Handbook of General Surgery,
Berlin : Springer, P.217. ISBN 1-84882-088-7, 2010.
4. Schubert, MC ; Sridhar S; Schade, RR; Wexner, SD;. “What
every gastroenterologist needs to know about common
anorectal disorders”, World J Gastroenterol 15(26): 3201-9.
Doi:10.3748/wjg. 15.3201. ISSN 1007-9327. PMC
2710774. PMID 19598294. 2009
5. Lorenzo-Rivero, S. “Hemorrhoids : diagnosis and current
management”. Am Surg 75 (8): 635-42. PMID 19725283.
2009.
6. Beck, David. The ASCR textbook of colon and rectal
surgery (2nd ed, ed). New York : Springer. Pp. 174-177.
ISBN 9781441915818. 2011.
7. Kaidar-Person, O; Person,B; Wexner, SD. “Hemorrhoidal

disease : A comprehensive review. Journal of the American


College of Surgeons 204 (1) : 102-17. PMID 17189119.
2007.

12
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATA LAKSANA KASUS
RS PKU
MUHAMMADIYAH
MAYONG JEPARA

HERNIA INGUINALIS

1. Pengertian Penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui anulus
inguinlais internus yang terletak disebelah lateral vasa
epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar
ke rongga perut melalui anulus inguinalis ekstrenus
2. Anamnesis 1. Adanya penonjolan diselangkangan atau kemaluan sering
dikatakan turun bero/burut/kelingsir.
2. Benjolan bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur
dan dapat timbul kembali jika menangis, mengejan,
mengangkat beban berat atau bila posisi berdiri.
3. Bila terjadi komplikasi tidak ditemukan nyeri.
3. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan fisik abdomen dan inguinalis, terlihat adanya
benjolan di area inguinalis/kemaluan atau skrotum.
2. Jika tidak ditemukan pada keadaan berdiri pasien diminta
mengejan makan akan tampak benjolan dan bila sudah
tampak diperiksa apakah benjolan dapat dimasukkan
kembali
3. Pada auskultasi benjolanm dapat didengarkan bunyi usus
4. Pada palpasi kadang muncul nyeri tekan
4. Kriteria Diagnosis Adanya benjolan di area inguinalis atau kemaluan

5. Diagnosis Kerja Hernia inguinalis


6. Diagnosis Banding 1. Hidrokel

13
2. Limfadenopati inguinal
3. Testis ektopik
4. Lipoma
5. Orkitis
7. Pemeriksaan USG skrotal dan Inguinal
Penunjang
8. Terapi 1. Pembedahan herniotomi dan herniorafi
2. Pembiusan dengan regional anastesi
3. Lama perawatan 2 hari
4. Antibiotik profilaksis ceftriaxon 1gr/24jam
analgetik
9. Edukasi 1. Edukasi komplikasi hernia inguinalis
2. Edukasi tindakan herniotomi dan herniorafi
3. Edukasi perawatan luka pasca tindakan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : adubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonmam

11. Tingkat Evidens II


12. Tingkat Rekomendasi B
13. Penelaah Kritis dr Spesialis Bedah

14. Indikator Medis 1. Keluhan berkurang


2. Lama hari rawat : 2 hari
15. Kepustakaan 1. Kapita selekta kedokteran jilid 2 edisi 3 editor : Arif M,
Suporaita, Wahyu IW, wiwiek S. 2000; 313-7
2. Nyhus LM, Bombeck CT, Klein MS. Hernua IN:Sabiston
DC. Texbook of Surgery 14th ed. Philadelphia: WB Sauders
Company: 1991:985-65

14

Anda mungkin juga menyukai