Anda di halaman 1dari 308

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

APENDISITIS AKUT
Penyumbatan dan peradangan akut pada usus
1. Pengertian ( Definisi) buntu dengan jangka waktu kurang dari 2
minggu
1. Nyeri perut kanan bawah
2. Mual
2. Anamnesis
3. Anoreksi
4. Bisa disertai dengan demam
1. Nyeri tekan McBurney
2. Rovsing sign (+)
3. Psoas sign (+)
3. Pemeriksaan Fisik
4. Blumberg sign (+)
5. Obturator sign (+)
6. Colok dubur : nyeri jam 9-11

1. Memenuhi kriteria anamnesis (No 1)


4. Kriteria Diagnosis
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No 1

5. Diagnosis Kerja Apendisitis akut


1. Urolitiasis dekstra
2. UTI dekstra
6. Diagnosis Banding
3. Adneksitis
4. Kista ovarium terpuntir
1. Darah rutin, masa perdarahan, masa
pembekuan
2. Ureum kreatinin
7. Pemeriksaan Penunjang 3. GDS
4. HbsAg
5. Tes kehamilan (kalau perlu)
6. USG abdomen
8. Tata Laksana :
a. Tindakan Operatif
1. Apendektomi perlaparoskopik
Laparoskopik
2. Open appendektomi
b. Tindakan operatif open app
3. Hanya kalau ada kontra indikasi mutlak
c. Terapi Konservatif
4. 3 hari
d. Lama perawatan
9. Edukasi 1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding,
pemeriksaan penunjang
2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan,
(Hospital Health Promotion) resiko dan komplikasi
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan perkiraan lama rawat
Advitam : dubia adbonam
10. Prognosis Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
11. Tingkat Evidens I untuk Tindakan no 1 & no 2
12. Tingkat Rekomendasi B

1. SMF Bedah Umum


13. Penelaah Kritis

1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat : 3 hari
14. Indikator
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
4. Kesesuaian dengan hasil PA

1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat


15. Kepustakaan 2. Principal of Surgery, Schwartz’s
3. Konsensus Nasional Ikabi
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA (BPH)

Pembesaran kelenjar prostat jinak yang terjadi


1. Pengertian (Definisi)
pada laki-laki usia > 40 tahun
1. Pancaran urin melemah
2. Rasa tidak puas saat miksi
3. Kalau mau miksi harus menunggu lama
4. Nokturia
2. Anamnesis
5. Urgency
6. Urin menetes setelah berkemih
7. Waktu miksi memanjang
8. Retensio urine
R.T :
1. Prostat laterolateral>2,5 cm,
3. Pemeriksaan Fisik
2. Sulcus medianus datar/cembung,
3. Poleatas tidak teraba

1. Memenuhi kriteria anamnesis No 1


4. Kriteria Diagnosis
2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No 1

5. Diagnosis Kerja Benign Prostat Hyperplasia (BPH)


1. Prostatitis
2. Batubuli- buli
3. Keganasan prostat
6. Diagnosis Banding
4. Infeksi Traktus Urinarius
5. Striktur Urethra
6. Batu uretra proksimal/prosterior
1. Darah rutin
2. Urine rutin
3. Kultur Urine
4. Ureum kreatinin
7. Pemeriksaan Penunjang
5. GDS
6. PSA (< 5 ng/ml)
7. IVP (jika ada curiga obstruksi uropathy)
8. USG abdomen
8. Tata Laksana
Tindakan Operatif Bila ada komplikasi (retensio urine berkurang,
ISK, batu sal-kemih, Skor IPSS > 19)
1. Open Prostatectomy
2. TUR-Prostat

Anti biotic profilaksis 1 jam sebelum operasi


atau 24 jam post operasi (Chephalosporin III)
Jika Skor IPSS <8, atau 8-19 belum ada
komplikasi/kontraindikasi mutlak : pemberian
Terapi Konservatif terapi medikametosa (α blocker atau 5 α
reductase inhibitor selama 6 bulan), selanjutnya
diobservasi ulang

1. Open 5 hari post op


Lama perawatan 2. TUR-P 3 hari post op
1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding,
pemeriksaan penunjang
9. Edukasi 2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan,
(Hospital Health Promotion) resiko dan komplikasi (Incontinensis urin)
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan perkiraan lama rawat
Advitam : dubia adbonam
10. Prognosis Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi B

13. Penelaah Kritis SMF BedahUmum


1. BAK spontan dan lancar, hematuri< 5 hari
2. Lama hari rawat : 5 hari (open),
14. Indikator outcome
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
4. Kesesuaian dengan hasil PA
1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamsuhidayat
2. Principal of Surgery, Schwartz’s
15. Kepustakaan
3. Konsensus IAUI
4. Champbell Urology
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

FRAKTUR TERBUKA

Terjadinya fraktur yang disertai dengan terdapatnya luka


sehingga terjadi hubungan antara daerah fraktur dengan
1. Pengertian (Definisi)
udara luar.
Luka dapat terjadi akibat trauma dari luar atau dari dalam.
2. Anamnesis Riwayat terjadinya fraktur
1. Adanya deformitas
2. Hilangnya fungsi (fungsiolaesa)
3. Lihat ukuran tulang dan bandingkan kedua sisi
3. Pemeriksaan Fisik
4. Apakah terdapat nyeri tekan, nyeri bila digerakan
5. Adanya krepitasi
6. Seberapa jauh gangguan fungsi yang terjadi
1. Anamnesa sesuai dengan kriteria penyakit
4. Kriteria Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kriteria penyakit
3. Pemeriksaan penunjang yang mendukung
5. Diagnosis Kerja Fraktur terbuka
6. Diagnosis Banding Dislokasi + luka
1. Foto rontgen minimal 2 proyeksi ( AP dan Lateral,
Aksial, Tangensial )
2. Darah rutin, masa perdarahan, masa pembekuan
7. Pemeriksaan Penunjang 3. Ureum kreatinin
4. GDS
5. HbsAg
6. EKG ( Kalau perlu )
1. Antibiotika profilaksis sefalosforin generasi 1 untuk
fraktur terbuka tipe 1 dan 2, + aminoglikosida untuk
fraktur tipe 3A,+ aminoglikosida + penicilin untuk
fraktur tipe 3B dan 3C
8. Tatalaksana 2. Tetanus profilaksis
3. Debridemen dan dilanjutkan dengan pemasangan fiksasi
interna atau eksterna
4. Fiksasi interna untuk kasus fraktur terbuka tipe 1 dan 2
5. Fiksasi eksterna untuk kasus fraktur terbuka tipe 3
1. Dini : perdarahan, cedera saraf atau organ lain
9. Penyulit
2. Lanjut : infeksi, kaku sendi, atrofi otot
1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding, pemeriksaan
penunjang
10. Edukasi 2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan, resiko dan
(Hospital Health Promotion) komplikasi
3. Penjelasan alternative tindakan
4. Penjelasan perkiraan lama rawat
5. Informed consent
11. Indikator Medis 1. Keluhan berkurang
2. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
12. Lama Perawatan 3 hari apabila tidak ada komplikasi

Ad vitam : dubia (sesuai tipe fraktur terbuka)


13. Prognosis Ad sanationam : dubia (sesuai tipe fraktur terbuka)
Ad fungsionam : dubia (sesuai tipe fraktur terbuka)

14. Penelaah Kritis SMF Bedah Orthopaedi


1. Bila ada cedera lain yang menyertai, bedah vaskuler,
bedah digestif dan lain-lain
15. Konsultasi
2. bila diperlukan untuk toleransi operasi seperti penyakit
dalam, neurologi dan lain-lain
1. Standar Pelayanan Medis Perhimpunan Dokter
Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia, Edisi II, Jakarta
2008
16. Kepustakaan 2. Sjamsuhidajat R. Dan De Jong W., Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta 1997
3. Mansjoer A. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III,
Media Aesculapius, Jakarta 2000
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

HERNIA INGUINALIS
Penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui anulus
inguinalis internus yang terletak disebelah lateral vasa
1. Pengertian (Definisi)
epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar
ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus.
a. Adanya penonjolan diselangkangan atau kemaluan
sering dikatakan turun bero/burut/kelingsir
b. Benjolan bisa mengecil atau menghilang pada waktu
2. Anamnesis
tidur dan dapat timbul kembali jika menangis, mengejan,
mengangkat beban berat atau bila posisi berdiri
c. Bila terjadi komplikasi tidak ditemukan nyeri.
a. Pemeriksaan fisik abdomen dan inguinalis, terlihat adanya
benjolan di area inguinalis/kemaluan/skrotum.
b. Jika tidak ditemukan pada keadaan berdiri pasien diminta
mengejan maka akan tampak benjolan dan bila sudah
3. Pemeriksaan Fisik
tampak diperiksa apakah benjolan dapat dimasukan
kembali
c. Pada auskultasi benjolan dapat didengarkan bunyi usus
d. Pada palpasi kadang muncul nyeri tekan
4. Kriteria Diagnosis Adanya benjolan di area inguinal atau kemaluan

5. Diagnosis Kerja Hernia Inguinalis


a. Hidrokel
b. Limfadenopati Inguinal
6. Diagnosis Banding c. Testis Ektopik
d. Lipoma
e. Orkitis

7. Pemeriksaan Penunjang USG Skrotal dan Inguinal


Pembedahan Herniotomi dan Herniorafi
Pembiusan dengan Regional anastesi
8. Tatalaksana
Lama perawatan 2 hari
Antibiotik Profilaksis, Analgetik
a. Edukasi Komplikasi Hernia Inguinalis
9. Edukasi (Hospital Health b. Edukasi Tindakan Herniotomi dan Herniorafi
Promotion) c. Edukasi Perawatan Luka pasca tindakan
Ad vitam : Bonam
10. Prognosis Ad sanationam : Bonam
Ad fungsionam : Bonam
11. Tingkat Evidens II
12. Tingkat Rekomendasi B
1. SMF Bedah Umum
13. Penelaah Kritis

80% pasien yang dirawat dengan Hernia ingunalis pulang


14. Indikator Medis
sembuh
1. Kapita selekta kedokteran jilid 2 edisi 3 Editor : Arif M,
Suporaita, Wahyu IW, Wiwiek S . 2000; 313-7
15. Kepustakaan 2. Nyhus LM, Bombeck CT, Klein MS. Hernia IN:
Sabiston DC. Texbook Of Surgery 14th ed. Philadelphia:
WB Sauders Company; 1991:958-65
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TOTAL KNEE ARTHROPLASTY/REPLACEMENT

Suatu prosedur Operasi Rekonstruksi yang dibuat


untuk mengembalikan atau mempertahan gerakan
sendi yang mengalami sakit dan kerusakan kronik
1. Pengertian ( Definisi)
(Degenerative Joint Disease) dengan melakukan
perbaikan/penggantian pada satu atau kedua
permukaan sendinya.
1. Nyeri dan kekakuan sendi lutut yang hebat yang
mengganggu aktivitas sehari-hari
2. Nyeri hebat pada waktu berjalan
2. Anamnesis 3. Deformitas pada valgus/varus pada lutut
4. Kontraktur sendi lutut
5. ROM (Ruang Gerak) sendi berkurang
6. Kelemahan dan nyeri otot paha
1. Deformitas pada varus/vagus pada lutut
2. Kelemahan Otot
3. Pemeriksaan Fisik 3. ROM sendi berkurang
4. Valgus/Varus instability
5. Nyeri gerak sendi hebat

1. Nyeri hebat dan Kekakuan pada sendi lutut yang


mengaanggu aktivitas berjalan sehari-hari.
4. Kriteria Diagnosis
2. Memenuhi kriteria radiologi : Modified Alback’s
Classification : Standing Xray Grade 3-5

1. Severe Osteoarthritis
5. Diagnosis Kerja 2. Severe Rheumatoid Arthritis
3. Severe Post Traumatic Athritis
6. Diagnosis Banding -tidak ada-
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Standing Xray AP/Lat dan Skyline view 30
derajat (true size) , Thorax AP
2. Darah rutin,
3. Masa perdarahan, masa pembekuan
4. Liver function test
5. Renal Fuction test
6. GDS
7. Urinalisa
8. Echocardiografi dan EKG
9. CT Scan/MRI (untuk metode Patient Spesific
Instrument/PSI)
8. Tata Laksana 1. Antibiotik profilaksis pre-Op dilanjutkan hingga
2. Paracetamol infusion, Cox-2 inhibitor)
3. PPI atau H2 Receptor (rekomendasi :
Omeprazole/Pantoprazole/Ranitidine)
4. Anti Deep 24 jam post Op (rekomendasi :
Cefazolin/Cefuroxime/Vancomycin)
5. Analgetik dan NSAID pre-post op (rekomendasi
: Vein Trombosis (DVT) oral (rekomendasi :
Rivaroxaban -Xarelto®) 1x1tab selama 12 hari.
6. Rehabilitasi medic paska operasi

1. Operasi dengan bius regional atau general


2. Total Knee Arthroplasty dengan :
a. Manual TKR atau
Tindakan Operatif b. Computer Assisted Orthopaedic Surgery
(CAOS) atau
c. Patient Spesific Instrument (PSI)

4-7 hari

Lama perawatan
1. Penjelasan Sebelum MRS (rencana rawat, biaya,
prosedur, masa dan tindakan pemulihan dan
latihan, manajemen nyeri, risiko dan
komplikasi)
9. Edukasi
2. Penjelasan program rehabilitasi medic Pre-Post
Op
3. Penjelasan program pemulangan pasien
(Discharge Planning)
Ad vitam : dubia adbonam
10. Prognosis Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A

13. Penelaah Kritis SMF Bedah Ortopedi


1. Indikator jangka pendek :
 Keluhan nyeri luka operasi terkontrol
selama 1 minggu
 Mobilisasi dengan support bertahap, dengan
pendampingan dan mandiri.
 Xray paska operasi baik (acceptable)
14. Indikator (outcome)
 Luka Paska operasi baik (Tidak terjadi
Infeksi Luka Operasi/ILO)
2. Indikator Jangka Panjang :
 Tidak ada keluhan nyeri
 Stabil saat berjalan
 ROM baik
National Institute of Health (NIH) Consensus 2003
15. Kepustakaan
on Total knee Arthroplasty
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

DEMAM TIFOID

Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang


1. Pengertian (Definisi) disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi.
1. Prolonged fever (38,8°-40,5°C)
2. Sakit kepala
3. Menggigil
4. Batuk
5. Berkeringat
2. Anamnesis
6. Myalgia
7. Malaise
8. Arthralgia
9. Gejala gastrointestinal: anoreksia, nyeri abdomen,
mual, muntah, diare, konstipasi.
1. Suhu badan meningkat.
2. Bradikardi relative (peningkatan suhu 1°C tidak diikuti
peningkatan denyut nadi 8x/menit)
3. Lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung
merah serta tremor)
3. Pemeriksaan Fisik
4. Hepatomegali
5. Splenomegaly
6. Meteorismus
7. Gangguan mental: somnolen, stupor, koma, delirium
atau psikosis.
1. Suhu badan meningkat.
2. Gejala gastrointestinal: anoreksia, nyeri abdomen,
mual, muntah, diare, konstipasi.
3. Bradikardi relative
4. Lidah yang berselaput
4. Kriteria Diagnosis 5. Uji Widal

Kriteria rawat inap5:


1. Pasien dengan muntah persisten
2. Diare hebat hingga muncul tanda dehidrasi
3. Distensi abdomen
5. Diagnosis Kerja Demam Tifoid
1. Demam dengue
6. Diagnosis Banding 2. Malaria
3. Enteritis bacterial
Laboratorium
1. Darah perifer lengkap sering: leukopenia, anemia dan
trombositopenia.
2. Uji Widal: bila kenaikan 4 kali titer antibody O dan H
pada specimen yang diambil pada jarak 2 minggu
7. Pemeriksaan Penunjang
3. Kultur darah, feses dan urin
4. Uji TUBEX
5. Typhidot
6. Dipstick
7. Enzyme linked immunosorbent assay (ELISA)
Trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:
1. Diet (pemberian makanan padat dini, menghindari
sementara sayuran yang berserat)
2. Terapi penunjang (simptomatik)
3. Pemberian antimikroba

Pemberian antimikroba pilihan utama:


1. Kloramfenikol 4x500 mg (50-70 mg/KgBB) 14-21 hari
atau sampai dengan 7 hari bebas demam.

Alternatif lain:
1. Tiamfenikol 4x500 mg
2. Kotrimoksazol 2x960 mg selama 2 minggu
8. Tata Laksana 3. Ampisilin dan amoksisillin 50-150 mg/Kg BB selama 2
minggu
4. Sefalosporin generasi III: seftriakson 3-4 gram dalam
dekstrosa 100 cc selama ½ jam per-infus sekali sehari,
selama 3-5 hari
5. Sefotaksim 2-3x1 gram, Sefoperazon 2x1 gram
6. Fluorokuinolon
 Norfloksasin 2x400 mg/hari selama 14 hari
 Siprofloksasin 2x500 mg/hari (15 mg/KgBB)
selama 5-7 hari
 Ofloksasin 2x400 mg/hari (15 mg/KgBB) selama
5-7 hari
 Perfloksasin 400 mg/hari selama 7 hari
 Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari
1. Edukasi mengenai kebersihan air, makanan, dan
9. Edukasi sanitasi
2. Vaksinasi
Jika tidak diobati, angka kematian pada demam tifoid 10-
20%, sedangkan pada kasus yang diobati angka mortalitas
tifoid sekitar 2%. Kebanyakan kasus kematian
10. Prognosis berhubungan dengan malnutrisi, balita, dan lansia. Pasien
usia lanjut atau pasien debil prognosisnya lebih buruk.
Bila terjadi komplikasi, maka prognosis semakin buruk.
Relaps terjadi pada 25% kasus.

11. Tingkat Evidens


12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis

14. Indikator (Outcome)

1. Peters CJ. Infections Caused by Arthopod and Rodent


Borne viruses, In: Longo Fauci Kasper, Harrison’s
Principles of Internal Medicine 17th edition. United
States of America. McGrow Hill. 2008
2. Widodo D. demam Tifoid. Buku Ajar penyakit Dalam.
Edisi 5. Jakarta. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam;
2797-2805.
3. Parry Christopher M, Hien Trans tinh. Thyphoid fever.
N Engl J Med 2002; 347: 1770-1782
4. Herath. Early Diagnosis of Typhoid Fever by the
15. Kepustakaan
detection on Salivary IgA. J Clin Pathol 2003: 56: 694-
698
5. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary D,
editors. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan di
Bidang ilmu Penyakit Dalam. Indonesia. Interna
Publishing. 2015. P892-898.
6. Background document: The diagnosis, and prevention
of typhoid fever. Communicable Disease Surveillance
and Response vaccines and Biologicals. World Health
Organization. 2003
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

GAGAL JANTUNG

Gagal jantung merupakan sindrom klinis yang terjadi


karena abnormalitas struktur dan/atau fungsi jantung
yang diturunkan atau didapatkan sehingga mengganggu
kemampuan pompa jantung.
1. Pengertian (Definisi)1-4
Gagal jantung kronik/kongstif adalah suatu kondisi
patofisiologis terdapat kegagalan jantung memompa
darah yang sesuai dengan kebutuhan jaringan, terjadi
sejak lama.
1. Fatigue
2. Dyspnea
3. shortness of breath
2. Anamnesis1 4. Keluhan saluran pencernaan: anoreksia, nausea, dan
rasa penuh.
5. Jika berat dapat terjadi konfusi, disorientasi,
gangguan pola tidur dan mood.
1. Sesak
2. Irama gallop saat auskultasi jantung
3. Kongesti paru: ronki basah pada kedua basal paru.
4. Peningkatan vena jugular akibat adanya tekanan
3. Pemeriksaan Fisik1
pada abdomen
5. Pada abdomen: hepatomegal, asites,
6. Ikterus karena fungsi hepar yang terganggu.
7. Edema ekstremitas yang umumnya simetris
4. Kriteria Diagnosis Berdasarkan klasifikasi NYHA 2,3
 Class I: pasien dengan penyakit jantung tanpa
keterbatasan aktivitas. Aktivitas biasa tidak
menyebabkan fatigue, dyspnea, atau nyeri angina.
 Class II: penderita penyakit jantung dengan
keterbatasan ringan pada aktivitas fisik. Aktivitas
biasa menyebabkan fatigue, dyspnea, atau nyeri
angina; yang hilang dengan istirahat.
 Class III: penderita penyakit jantung dengan
keterbatasan pada aktivitas fisik. Sedikit aktifitas
menyebabkan fatigue, dyspnea, atau nyeri angina;
hilang dengan istirahat.
 Class IV: penderita penyakit jantung dengan
ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik. Keluhan
gagal jantung atau sindrom angina mungkin masih
dirasakan meskipun saat istirahat. Jika melakukan
aktivitas fisik, rasa tidak nyaman bertambah.

Pertimbangan rawat inap pada pasien gagal jantung:3


1. Tidak membaik dengan pemberian regimen sodium
atau setelah pembatasan cairan
2. Iskemik miokard akut
3. Tekanan darah tinggi yang tidak mengalami
perbaikan
4. Atrial fibrilasi atau aritmia lainnya
5. Setelah pemberian obat penghambat inotropic
(contoh: verapamil, nifedipin, diltiazem, penyekat
beta)
6. Emboli paru
7. Pemberian Non-steroid anti-inflammantory disease
(NSAID)
8. Penggunaan alcohol dan obat terlarang yang
berlebihan
9. Kelainan endokrin (contoh: diabetes mellitus,
hipertiroid, hipotiroid)
10. Infeksi (contoh: pneumonia, infeksi virus)
5. Diagnosis Kerja Gagal Jantung Kronik
1. Acute respiratory distress syndrome
6. Diagnosis Banding
2. gagal ginjal.
1. Laboratorium : DPL, elektrolit, urea, kreatinin, gula
darah, albumin, enzim hati. (1C)
2. Analisa gas darah
3. Natriuretic peptide (B type natriuretic peptides/BNP
atau NT-pro BNP)
7. Pemeriksaan Penunjang4
4. Elektrokardiografi
5. Foto toraks
6. Ekokardiografi
7. Exercise Testing
8. Ultrasonografi (2bB)
8. Tata Laksana1,3,4 1. Pasien HF yang dirawat dengan overload cairan
sebaiknya diterapi dengan diuretik IV. Pasien HF
dengan terapi loop diuretic sebaiknya mendapatkan
dosis terapi IV yang sama atau lebih tinggi daripada
dosis diuretic harian. Diuretik, bertujuan untuk
mencapai tekanan vena jugularis normal dan
menghilangkan edema. (1B)
 Furosemide 1-2x20-440 mg dosis maksimun
500 mg/hari,
 Bumetadin 1-2x0,5-1,0 mg dosis maksimum 10
mg/hari,
 Torasemid 1x10-20 mg dosis maksimun 200
mg/hari.
 Hidroklorotiazid 1-2x25 qd dosis maksimum
100 mg/hari,
 Metolazon 1x2,5 qd atau bid dosis maksimum
20 mg/hari,
 Indapamid 1x25 mg,
 Ailorid 1x5 mg dosis maksimum 40 mg/hari,
 Triamteren 2x50 mg dosis maksimum 200 mg
 Spironolakton 1x1,50-50 qd dosis maksimum
100-200 mg/hari
Ketika diuresis tidak adekuat, dapat diberikan dosis
loop diuretin IV yang lebih tinggi atau tambahkan
diuretic kedua (contoh: Thiazide). (2aB)

2. Penghambat ACE bermanfaat untuk menekan


aktivasi neurohormonal, dan pada gagal jantung
yang disebabkan disfungsi sistolik ventrikel kiri.
 Captopril dosis pemeliharaan 25-50 mg tid,
 Benazepil 5-10 mg bid
 Enalapril 10 mg bid
 Lisinopril 5-20 mg/hari
 Ramipril 2,5-5 mg bid
 Trandolapril 4 mg qd.

3. Penyekat beta, memiliki manfaat yang sama dengan


penghambat ACE. Pemberian terapi penyekat beta
dimulai dengan dosis rendah setelah status volume
cairan tertangani. (1B)
 Carvedilol dosis pemeliharaan 12,5-50 bid
 Bisoprolol 2-10 qd
 Metoprolol suksinat 10-30 mg.

4. Angiotensin II antagonis reseptor digunakan bila ada


kontraindikasi penggunaan penghambat ACE
 Valsatran dosis pemeliharaan 80-320 mg
 Candesartan 4-32 mg
 Irbesartan 150-300 mg
 Lasartan 50-100 mg.

5. Kombinasi hidralazin dengan isosorbite dinitrat


untuk pasien yang intoleran terdapat penghambat
ACE.
6. Digoksin untuk pasien gagal jantung disfungsi
sistolik ventrikel kiri terutama dengan fibrilasi atrial.
Dosis 0,125 qd dosis maksimal 0,375qd
7. Antikoagulan dan antiplatelet. Pemberian profilaksis
thrombosis/thromboembolism disarankan pada
pasien HF yang dirawat. (1B)
8. Hindari antiaritmia dan antagonis kalsium
9. Pemakaian alat dan tindakan bedah:
9. Edukasi
Angka kematian dalam 1 tahun setelah terdiagnosis
mencapai 30-40%, sedangkan dalam 5 tahun 60-70%.
Kematian disebabkan karena perburukan klinis
10. Prognosis mendadak yang kemungkinan disebabkan karena
aritmia ventrikel. Berdasarkan klasifikasinya, NYHA
kelas IV mempunyai angka kematian 30-70%,
sedangkan NYHA kelas II 5-10%.1

11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis

14. Indikator (Outcome)


1. Anil Chandraker A. Heart Failure. In: Fauci A,
Kasper D, Braunwald E, Hauser S, Jameson J,
Loscalzo J, editors. Harrison’s Principles of Internal
Medicine. 18th ed. United States of America; The
McGraw-Hill Companies, 2012. Chapter 234
2. Pangabean M. gagal jantung. Dalam: Alwi I, Setiati
S, Setiyohadi B, Simadibrata M, Sudoyo AW, editors.
Buku Ajar Ilmu penyakit dalam Jilid III Edisi IV.
Jakarta: Interna Publishing; 2006; Hal 1513-1514.
3. Gary S, Francis, Theodore G. Ganiats, Marvin A,
Konstam. 2009 Focused Update: ACCF/AHA
15. Kepustakaan Guidelines for the Diagnosis and Management of
Heart Failure in Adults; 2009 Wrint Group to Review
New Evidence and Update the 2005 Guidelines for
the Management of Patients with Chronic Heart
Failure Writing on Behalf the 2005 Heart Failure
Writing. Circulation. 2009; 119: 1977-2016. Diunduh
dari http://circ.ahajournals. Org/content/119/14/1977
pada tanggal 19 Juni 2012
4. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary
D, editors. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan
di Bidang ilmu Penyakit Dalam. Indonesia. Interna
Publishing. 2015. P594-605.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PNEUMONIA DIDAPAT DI MASYARAKAT


Pneumonia adalah peradangan yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang
mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoulus, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan pertukaran
gas setempat.1
1. Pengertian (Definisi)
Pneumonia didapat di masyarakat atau Community-
Acquired Pneumonia (CAP): Pneumonia pada individu
yang menjadi sakit di luar rumah sakit, atau dalam 48
jam sejak masuk rumah sakit.1
1. Demam
2. Fatique
3. Malaise
4. Sakit kepala
5. Myalgia
2. Anamnesis2
6. Arthralgia
7. Batuk produktif/batuk tidak produktif dengan
sputum purulent, bisa disertai darah
8. Sesak napas
9. Nyeri dada
1. Demam
2. Sesak napas (berbicara dengan kalimat terpengal)
3. Pemeriksaan Fisik2 3. Perkusi paru pekak
4. Ronki nyaring
5. Suara pernapasan bronchial.
4. Kriteria Diagnosis Kriteria rawat jalan3:
1. Tanpa penyakit kardiopulmonal, tanpa faktor
modifikasi (Grup I)
2. Terdapat riwayat penyakit kardiopulmonal dan/ atau
faktor modifikasi (Grup II)
Faktor modifikasi: penyakit jantung, hati, atau ginjal
yang kronis, diabetes mellitus, alkoholik, keganasan,
asplenia, imunokompromais menggunakan antibiotik
dalam 3 bulan terakhir, adanya risiko streptococcus
pneumonia resisten obat.
Kriteria rawat inap (Grup III)2:
Jika terdapat kriteria CURB-65 ≥ 2
1. Confusion
2. Uremia (BUN > 19 mg/dL or 7 mmol/L)
3. Respiratory rate (> 30x/menit)
4. Blood preassure (diastolik < 60 or sistolik < 90
mmHg)
5. 65 tahun atau lebih
Atau tidak mendapatkan perawatan yang baik di rumah

Kriteria rawat ICU (Grup IV)4:


1. Ditemukan 1 diatara 2 kriteria mayor:
 Memerlukan ventilasi mekanik
 Syok septik dan memerlukan obat vasopressor
2. Atau ditemukan 3 kriteria minor
 Laju napas > 30x/menit
 PaO2/FiO2 rasio < 250
 Infiltrat multilobus
 Konfusi
 Blood urea nitrogen (BUN) > 20 mg/dL
 Leukopenia (leukosit < 100.000 mm3)
 Hipotermi (suhu tubuh < 36°C)
 Hipotensi, memerlukan terapi cairan agresif
Pneumonia didapat di Masyarakat atau Community
5. Diagnosis Kerja
Acquired Pneumonia (CAP)
1. Bronkitis akut
2. Bronchitis kronis eksaserbasi akut
6. Diagnosis Banding2 3. Gagal jantung
4. Emboli paru
5. Pneumonitis radiasi
7. Pemeriksaan 1. Rontgen thorax (1A)
Penunjang1,2,7 2. CT Scan thorax (2A)
3. Pulse Oxymetry
4. Laboratorium rutin: DPL, hitung jenis, LED,
glukosa darah, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT (3A)
5. Analisa gas darah, elektrolit (3A)
6. Pewarnaan gram sputum (2A)
7. Kultur sputum (2A)
8. Kultur darah (2A)
9. Pemeriksaan serologis (2A)
10. Pemeriksaan antigen (2A)
11. Pemeriksaan polymerase chain reaction (CPR)
(1A)
12. Tes invasive (torakosintesis, aspirasi transtrakheal,
bronkoskopi, aspirasi jarum transtorakal, biopsy
paru terbuka dan thorakoskopi. (1A)
8. Tata Laksana3,4,5,8 Rawat jalan:
1. Dianjurkan untuk tidak merokok, beristirahat, dan
minum banyak cairan
2. Nyeri pleuritik/demam diredakan dengan
parasetamol
3. Ekspektoran/mukolitik
4. Nutrisi tambahan pada penyakit yang
berkepanjangan
5. Control setelah 48 jam atau lebih bila diperlukan
6. Bila tidak membaik dalam 48 jam;
dipertimbangkan untuk dirawat di rumah sakit, atau
dilakukan foto thoraks
7. Antibiotik:
 Grup I: Makrolid (Azithromycin 1x500 mg PO
lalu 1x250 mg PO, atau Erythromycin 4x500
mg PO, Doxycycline 2x100 mg PO (1A)
 Grup II:
 Flouroquinolone (maxifloxacin 1x400 mg
PO, gemifloxacin atau levofloxacin 1x500
mg PO/IV) (1A)
 B-lactam + makrolid (pilihan: amoxicillin
dosis tinggi 3x1 gram IV atau amoxicillin-
clavulanate 2x2 gram, atau alternative
ceftriaxone 1x1 gram IV, cefpodoxime
2x200 mg PO, dan cefuroxime 2x500 mg
PO atau 3x750-1500 mg IV dengan
doxycycline (makrolid alternative) (1A)

Rawat Inap
1. Oksigen, bila perlu dengan pematauan saturasi dan
konsentrasi oksigen inspirasi
2. Terapioksigen pada pasien dengan penyakit dasar
PPOKdengan komplikasi gagal napas dituntun
dengan pengukuran analisis gas darah berkala
3. Cairan: bila perlu dengan cairan intravena
4. Nutrisi
5. Nyeri pleuritik/demam diredakan dengan
parasetamol
6. Ekspektoran/mukolitik
7. Foto thoraks diulang pada pasien yang tidak
menunjukkan perbaikan yang memuaskan
8. Terapi antibiotik (Grup III):
 Fluoroquinolon
 B-lactam + makrolid (b-lactam pilihan:
cefotaxime, ceftriaxone, dan ampicillin,
erapenem (untuk pasien tertentu) dengan
doxycycline 4x500-1000 mg IV (alternative
makrolid). Jika alergi penicillin gunakan
fluoroquinolon. (1A)

Rawat di ICU
1. Bronkoskopi dapat bermanfaat untuk retensi secret,
mengambil sampel untuk kultur guna penelusuran
mikrobiologi lain dan menyingkirkan kelainan
endobronkial.
2. Terapi antibiotik (Grup IV):
 B-lactam (cefotaxime, ceftriaxone, atau
ampicillin-sulbactam) + azithromycin atau
fluoroquinolone (jika alergi penicillin gunakan
fluoroquinolone atau aztrenonam) (2A)
 Jika ada risiko infeksi pseudomonas, gunakan
antipneumococcal, antipseudomonal b-lactam
(piperacillin- tazobactam, cefepime,
ciprofloxacin atau levofloxacin 750 mg atau b-
lactam + aminoglikosida + azithromycin atau
b-lactam plus + aminoglycoside +
antipneumococcal fluoroquinolone (untuk
alergi penicillin ganti b-lactam dengan
aztreonam) (2A)

Tatalaksana antibiotik:
1. Terapi antibiotik diberikan selama 5 hari untuk
pasien rawat jalan dan 7 hari untuk pasien rawat
inap. (1A)
2. Syarat untuk alih terapi antibiotik intravena ke oral
(ATS 2007): Hemodinamik stabil dan gejala klinis
membaik (2A)

9. Edukasi
Mortalitas pasien CAP yang dirawat jalan <1%, yang
dirawat inap di rumah sakit 5,7-14%, yang dirawat di
10. Prognosis
ICU >30%.4 mortalitas pasien dengan nilai CURB-
65=0 adalah 1,2%, 3-4 adalah 31%.5
11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi


13. Penelaah Kritis
Kriteria klinis stabil: suhu ≤ 37,6°C, laju nadi ≤
100x/menit, laju napas ≤ 24x/menit, tekanan darah
sistolik ≥ 90 mmHg, saturasi oksigen arteri ≥ 90% atau
PaO2 > 60 mmHg pada udara ruangan, dapat
Indikator
14. memelihara asupan oral, status kesadaran compos
(Outcome)3,4,5,8
mentis. (2A)
Kriteria pasien dipulangkan: klinis stabil, tidak ada
masalah medis aktif, memiliki lingkungan yang sesuai
untuk rawat jalan.
15. Kepustakaan 1. Dahlan, Zul. Pneumonia. Dalam: Sudoyo, Aru W.
setyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata,
Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dlama. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI;2009.p2196-2206
2. Dahlan Z. pneumonia Bakterial, Dalam: amin Z,
Dahlan Z, Yuwono A (Eds). Panduan
Tatalaksana/Prosedur Respirologi dan Penyakit
Kritis Paru.
3. Pneumonia, Dalam: Fauci A, Kasper D, Lango D,
Braunwald D, Hauser S, Jameson J, Loscalzo J,
editors. Harrison’s principles of internal medicin.
18th ed. United States of America; The McGrow-Hill
Companies, 2011.
4. American Thoracic Society. Guidelines for the
Management of Adults with Community-Acquired
Pneumonia: Diagnosis, Assesment of Severity,
Antimicrobial Therapy, and Prevention. Am J
Respair Crit Care Med.2001;163:1730-54.
5. Mandell, Lionel A. Et all. Infectious Disease Society
of America. American Toracic Society Consensus
Guidelines on the Management of Communty-
Aquired Pneumonia in Adults. CID 2007: 44 (Suppl
2). Diunduh dari:
http://www.thoracic.org/statements/resources/mtpi/id
saats-cap.pdf. Pada tanggal 29 mei 2012.
6. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary
D, editors. Panduan Praktik Klinis Penatalaksanaan
di Bidang ilmu Penyakit Dalam. Indonesia. Interna
Publishing. 2015. P774-779.
7. Guidelines for Diagnosis and Management of
Community and Hospital Acquired Pneumonia in
Adults: Joint ICS/NCPP (I) Recommendations. 2012
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

ST ELEVATION MYOCARDIAL INFRACTION (STEMI)


Menurut ACC/AHA STEMI Guidelines 2004, STEMI
1. Pengertian (Definisi) adalah elevasi segmen ST > 1 mm pada 2 lead
berturut turut (baik precordial atau limb leads 1
1. Nyeri visera seperti terbakar atau tertusuk di dada
tengah atau epigastrium, terkadang menjalar ke
langan, dapat juga ke perut, punggung, rahang
bawah, dan leher, biasanya terjadi pada saat
istirahat
2. Anamnesis1
2. Lemah
3. Nausea
4. Keringat
5. Muntah
6. Ansietas
1. Pucat
2. ekstremitas teraba dingin
3. takikardi dan atau hipertensi (pada anterior infark)
4. bradikardi dan atau hipotensi (posterior infarc).
5. Terdapat bunyi jantung III dan IV
3. Pemeriksaan Fisik1 6. Penurunan intensitas bunyi jantung,
7. Paradoxical splitting pada bunyi jantung II
8. Transient midsystolic atau late systolic apical
systolic murmur akibat disfungsi katup mitral.
9. Pericardial friction rub pada transmural STEMI.
10. Pulsasi karotis menurun
1. Nyeri visera seperti terbakar atau tertusuk di dada
tengah atau epigastrium, terkadang menjalar ke
langan, dapat juga ke perut, punggung, rahang
bawah, dan leher, biasanya terjadi pada saat
4. Kriteria Diagnosis3 istirahat
2. EKG: elevasi segmen ST dengan gelombang Q
3. Serum cardiac biomarkers: Cardiac-spesific
troponin T (cTnT) dan cardiac-spesific troponin I
(cTnI) meningkat
5. Diagnosis Kerja ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI)
6. Diagnosis Banding1 1. Unstable angina
2. Non ST Elevation Myocardial Infraction,
3. pericarditis dengan miokard infark
4. kor pulmonal akut
5. kontusio miokard
6. dressler’s syndrome.
1. EKG: elevasi segmen ST dengan gelombang Q
(1C)
2. Serum cardiac biomarkers: Cardiac-spesific
troponin T (cTnT) dan cardiac-spesific troponin I
(cTnI) meningkat > 20 kali dari nilai normal
tertinggi dan bertahan 7-10 hari setelah STEMI
7. Pemeriksaan Penunjang1,4 (1C)
3. Ekokardiografi: infark ventrikel kanan, aneurisma
ventrikel, efusi pericardial, dan thrombus vena
kiri. Doppler ekokardiografi untuk deteksi dan
kuantitas defek septum ventrikel dan regurgitasi
mitral (2aB)
4. Cardiac MRI (1B)
8. Tata Laksana 1,2,3,4 Pada ruang emergensi
1. Aspirin: 160 mg (1A) -325 mg (1C) tablet buccal,
lanjutkan 75-162 mg/hari.

2. Jika hipokalsemia, berikan suplementasi O2 2-4


L/menit selama 6-12 jam. (1B)

3. Kontrol ketidaknyamanan
a. Nitrogliserin sublingual 3x0,4 mg dengan jeda
5 menit. Bila gejala tidak hilang berikan
nitrogliserin intravena. (1C)
b. Morfin 2-4 mg intravena, dapat diulang
sampai 3 kali dengan jeda 5 menit. (1C)
c. Betablocker IV: Metroprolol 5 mg, 2-5 menit
sebanyak 3 kali. 15 menit setelah dosis ke-3,
berikan 4-50 mg PO selama 2 hari, lalu 2x100
mg. Atenolol: 2,5-5 mg selama 2 menit, total
10 mg selama 10-15 menit. Bisoprolol 1x2,5-
10 mg. (1B)

4. Terapi revaskualarisasi
Jika tidak tersedia sarana Intervensi Koroner
Perkutan (IKP) atau tidak mungkin mengerjakan
IKP primer < 2 jam.
a. Terapi fibrinolysis. (1B)
 Waktu pemberian: efektifitas menurun
dengan lamanya waktu, terutama bila > 3
jam setelah onset.
 Indikasi: serangan < 12 jam, elevasi
segmen ST ≥ 0,1 mV (≥ 1 mm)dalam 2
lead berturut turut atau adanya Left
Bundle Branch Block (LBBB).
 Kontraindikasi:
Absolut: neoplasma intracranial,
aunerisma, malformasi arteri vena, strok
non hemoragik atau trauma kepala tertutup
selama 3 bulan terakhir, perdarahan
internal aktif atau adanya perdarahan
diastasis, curiga diseksi aorta.
Relatif: hipertensi berat dengan tekanan
darah sistol > 180 atau diastole > 110
mmHg, strok iskemik, resusitasi kardio
pulmonal yang lama > 10 menit, trauma
atau operasi besar dalam 3 minggu
terakhir, perdarahan interna dalam 2-4
minggu terakhir, noncompressible
vascular puncture, kehamilan,
menggunakan antikoagulan.
 Tissue Plasminogen Activator (tPA): 15
mg bolus IV, lanjutkan 50 mg selama 30
menit lalu 35 mg selama 60 menit.
 Streptokinase: 1,5 juta unit IV selama 1
jam
 Tenecteplase (TNK): 0,53 mg/Kg IV bolus
 Reteplase (rPA): 2x10 juta unit bolus
dalam 2-3 menit, jeda 30 menit antara
dosis pertama da kedua.
b. Intervensi Koroner Perkutan (IKP): jika
tersedia sarana IKP dan IKP bisa dikerjakan <
2 jam, jika tidak bisa diberikan fibrinolitik.
(1A)

5. Antiplatelet
 Aspirin 162-325 mg
 Clopidogrel 300-600 mg (1C)
 Prasugrel 60 mg (1B)
Antiplatelet diberikan selama 5-7 hari, kecuali
bila akan dilakukan revaskularisasi emergency.
Pemberian antiplatelet meningkatkan risiko
perdarahan.

6. Antithrombotic
 UFH bolus 60 U/KgBB IV, dosis maksimal
4000 U IV; Infus pertama 12 U/KgBB per
jam, maksimal 1000 U/jam
 LMWH
Diberikan selama 48 jam atau sampai
mendapatkan terapi reperfusi. Antitrombotik
diberikan pada pasien dengan risiko tinggi emboli
sistemik (Infark miokard anterior atau Infark
miokard yang luas, atrium fibrilasi, riwayat
emboli sebelumnya, adanya LV thrombus, atau
syok kardiogenik) (IC)

7. Glycoprotein IIb/IIIa inhibitors (GP IIb/IIIa


inhibitors): berkerja menghambat agregasi
trombosit. (2aA)
8. ACE Inhibitor untuk hipertensi, akut miokard
indark anterior, atau disfungsi ventrikel kiri:
captopril 3x6,25 mg, mulai dalam waktu 24 jam
atau ketika stabil (tekanan darah sistolik > 100
mmHg). (1A)
9. Lipid-lowering agent (jika LDL > 70-100 mg/dL,
total cholesterol > 135 mg/dL): Atorvastatin 10-
80 mg/hari, rosuvastatin 20-40 mg/hari.

9. Edukasi

Terapi jangka panjang dengan anti platelet agent


10. Prognosis (biasanya aspirin) mengurangi angka kekambuhan
STEMI sebesar 25%1

11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis


14. Indikator (Outcome)

1. ST Elevation Miocard Infark. Dalam: Fauci A,


Kasper D, Braunwald E, Hauser S, Jamesan J,
Loscalzo J, editors. Harrison’s principles of
Internal Medicine. 18th ed. United States of
America; The McGraw-Hill Companies, 2011.
2. Boyle, Andrew J. Jaffe, Allan S. Acute
Myocardial Infraction. Dalam: Crawford,
Michael H. Current Diagnosis & Treatment
Cardiology 3rd edition. The MacGraw Hlls
15. Kepustakaan Company. 2009
3. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J,
Tahapary D, editors. Panduan Praktik Klinis
Penatalaksanaan di Bidang ilmu Penyakit Dalam.
Indonesia. Interna Publishing. 2015. P564-568.
4. Wright, R Scott.2011 ACCF/AHA Focused
Update of the Guidelines for the Management of
patients With Unstable Angin/Non-ST-Elevation
Myocardial Infraction (Updating the 2007
Guideline).
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER PADA ANAK

Suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus Dengue


yang mempunyai 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
1. Pengertian
DEN-4, di Indonesia DEN-3 merupakan serotipe dominan dan
berhubungan dengan kasus berat.
1. Demam mendadak tinggi 2 – 7 hari
2. Lesu tidak mau makan dan muntah
3. Pada anak besar mengeluh sakit kepala, nyeri otot dan nyeri
sendi
2. Anamnesis
4. Perdarahan yang sering ditemukan adalah perdarahan kulit
dan epistaksis
5. Dijumpai adanya kasus DHF di sekolah, lingkungan sekitar
rumah
1. Demam mendadak tinggi terus menerus (kontinyu) disertai
facial flush. Muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi,
nyeri retroorbital
2. Hepatomegali
3. Perembesan plasma pada rongga pleura dan peritoneal
3. Pemeriksaan Fisik 4. Perdarahan dapat berupa petekiae, ekimosis, purpura,
epistaksis, hematemesis, melena maupun hematuria
5. Fase kritis sekitar hari ke 3 hingga ke 5 perjalanan
penyakit. Penurunan suhu tubuh dapat merupakan tanda
awal penyembuhan tetapi dapat pula merupakan awal syok
pada DBD
4. Kriteria Diagnosis Kriteria Klinis
1. Demam 2-7 hari, mendadak tanpa sebab yang jelas
2. Manifestasi perdarahan : uji tourniquet (tidak selalu
positif) , petekie, ekimosis, purpura, perdarahan mukosa,
gusi dan epistaksis, hematemesis dan atau melena
3. Pembesaran hati
4. Perembesan plasma ditandai dengan hipoalbuminemia,
Peningkatan Ht > 20% disbanding pemeriksaan awal
atau data Ht sesuai umur, efusi pleura atau asites
5. Tanda-tanda syok : gelisah, nadi cepat lemah tekanan
nadi turun, hipotensi, akral dingin, kulit lembab,
Capillary Refill Time > 2 detik
Kriteria Laboratorium
1. Trombositopenia < atau = 100.000/dl
2. Hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit > 20%
dibandingkan data awal atau sesuai dengan umur
3. Demam disertai dengan dua atau lebih manifestasi klinis,
ditambah bukti perembesan plasma dan trombositopenia
cukup untuk menegakkan diagnosis DHF
Dengue Haemoragic Fever dibagi 4 kelompok
1. DHF derajat 1
5. Diagnosis Kerja 2. DHF derajat 2
3. DHF derajat 3
4. DHF derajat 4
1. Dengue Fever
6. Diagnosis Banding 2. Chikungunya Fever
3. Typhoid fever
1. Darah rutin : Hb, Ht, Leukosit, Trombosit
2. Serologi : IgG dan IgM Anti Dengue (setelah hari keempat
demam, IgM muncul lebih cepat IgG muncul lebih lambat
tetapi pada infeksi dengue sekunder IgG muncul lebih cepat
)
7. Pemeriksaan Penunjang 3. NS1 (terutama hari pertama sampai ketiga dan umumnya
menghilang pada hari kelima demam)
4. WIDAL atau Ig M Salmonella typhi
5. SGOT/SGPT
6. Albumin darah
7. X foto Thorax (sesuai indikasi)
Tatalaksana DHF dibagi menjadi kelompok :
8. Tata Laksana 1. DHF derajat 1 dan 2 lihat lampiran protokol
2. DHF derajat 3 dan 4/DSS lihat lampiran Protokol
1. Edukasi ttg dasar diagnosis terapi dan perjalanan penyakit
2. Higiene lingkungan, mencegah berkembang biaknya Aedes
9. Edukasi (Hospital Health aegypti dalam genangan air di lingkungan rumah, sekolah
Promotion) dan tempat berkumpul manusia lainnya
3. Edukasi mengenali tanda dini dan komplikasi Demam
Dengue/DHF dan kapan merujuk ke fasilitas kesehatan
Baik pada Demam Dengue dan DHF derajat 1 dan 2
Buruk pada DHF derajat 3 dan 4 apabila terlambat ditangani.
10. Prognosis Angka kematian th. 2008-2013 di 6 RS Pendidikan di Indonesia
Demam Dengue 0.08%, DHF 0.36%, DSS 7.81. Keseluruhan
1.39%
11. Kepustakaan 1. Hadinegoro, SR, Moedjito, I, Chairulfatah A : Pedoman
Diagnosis dan Tatalaksana Infeksi Virus Dengue pada
Anak. UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI. Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia . Jakarta 2014
2. Pudjiadi AH dkk(Eds) : Pedoman Pelayanan Medis. jilid
1 ,Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta
2010: 141 - 149
3. Satari, HI: Petunjuk Praktis Terapi Cairan Demam Berdarah
Dengue. Dalam Kumpulan Tips Pediatri. Gunardi, H (Eds)
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
2011 : 81-93

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

DIARE AKUT
Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24
jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1
1. Pengertian minggu. Menurut Riset kesehatan Dasar 2007, diare
merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2%
anak usia 1 – 4 tahun
1. Lama berlangsungnya diare, frekuensi diare sehari, warna
feses, adakah lendir atau lendir darah dalam feses
2. Adakah muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran
menurun, kapan buang air kecil terakhir, demam, sesak
nafas, kejang, perut kembung
3. Jumlah cairan yang masuk selama diare
2. Anamnesis
4. Jenis makanan dan minuman yang dimakan/minum selama
diare
5. Apakah mengkonsumsi makanan minuman yang tidak
biasa
6. Apakah terdapat penderita diare disekitarnya
7. Bagaimana dengan sumber air minum
1. Keadaan umum, tanda vital dan kesadaran :
Tanda Utama :
 gelisah, rewel, lemah/ letargi/ coma, tampak haus,
turgor kurang atau buruk
Tanda tambahan :
 Mulut bibir lidah kering, mata dan UUB cekung,
3. Pemeriksaan Fisik tak keluar air mata
2. Nafas cepat dan dalam (nafas Kuszmaull) tanda asidosis
metabolik
3. Kejang karena gangguan keseimbangan elektrolit (hipo
atau hipernatremia), kembung (hipokalemia)
4. Berat Badan
5. Penilaian derajat dehidrasi
4. Kriteria Diagnosis 1. Diare akut tanpa dehidrasi : Tidak ditemukan tanda
utama maupun tambahan, kehilangan cairan tubuh <
5%BB. KU baik sadar, UUB tak cekung, mukosa mulut
dan bibir basah, turgor baik atau cukup, bising usus
normal, akral hangat
2. Diare akut dengan dehidrasi ringan /sedang :
Kehilangan cairan 5-10% BB, terdapat 2 tanda utama
ditambah 2 atau lebih tanda tambahan. KU gelisah atau
cengeng. Turgor kurang, akral masih hangat
3. Diare akut dengan dehidrasi berat : kehilangan cairan
>10% BB, terdapat 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih
tanda tambahan. KU letargi atau koma, UUB sangat
cekung, mata sangat cekung, mukosa mulut dan bibir
kering. Turgor sangat kurang akral dingin.
5. Diagnosis Kerja Diare akut dengan atau tanpa dehidrasi
1. Keracunan makanan
6. Diagnosis Banding 2. Disentri baksiler
3. Disentri amuba
1. Pemeriksaan feses lengkap
2. Analisis elektrolit
7. Pemeriksaan Penunjang
3. Analisis gas darah bila perlu pada dehidrasi berat dengan
asidosis
8. Tata Laksana Terlampir dalam protocol
1. Edukasi hygiene lingkungan : jamban yg bersih, selalu
memasak makanan dan minuman dan hygiene pribadi :
9. Edukasi (Hospital Health cuci tangan sebelum makan atau memberikan makanan
Promotion) 2. Edukasi : ASI tetap diberikan, makanan sapihan, imunisasi
rotavirus bila ada dan masih dalam usia < 6 bulan,
imunisasi campak
Baik jika tidak dalam dehidrasi berat dan buruk jika terlambat
10. Prognosis
mendapat pengobatan di fasilitas kesehatan
1. Pudjiadi AH dkk (Eds) : Pedoman Pelayanan Medis. jilid 1
, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta 2010 : 58 - 62
11. Kepustakaan 2. Hegar, B dalam Gunardi ,H dkk (Eds) : Kumpulan Tips
Pediatri. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia,
Jakarta 2010 : 64-69

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

KEJANG DEMAM
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenakan suhu tubuh (diatas 38 C Rektal) tanpa
adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit
atau metabolik lainnya. Kejang yang terjadi pada bayi
dibawah umur 1 bulan tidak termasuk dalam kejang
demam.

1. Pengertian Kejang demam sederhana adalah kejang yang


berlangsung singkat kurang dari 15 menit bersifat kejang
umum dan tidak berulang dalam 24 jam.

Kejang demam kompleks adalah kejang berlangsung


lebih 15 menit bersifat fokal atau parsial satu sisi atau
kejang umum yang didahulu kejang fokal dan berulang
dalam 24 jam.
1. Adanya kejang, jenis kejang, lama kejang dan
kesadaran, interval kejang dan keadaan anak pasca
kejang
2. Suhu tubuh saat kejang, sebelum kejang
3. Adanya infeksi diluar SSP seperti ISPA, ISK, OMA
4. Riwayat tumbuh kembang, riwayat kejang demam dan
2. Anamnesis
epilepsy dalam keluarga
5. Singkirkan sebab kejang yang lain misal diare dan
muntah yang menyebabkan gangguan elektrolit, sesak
nafas yang dapat menimbulkan hipoksemia, asupan
makanan dan susu kurang yang dapat menimbulkan
hipoglikemia
1. Suhu tubuh (rectal)
2. Kesadaran (Glasgow Coma Scale)
3. Tanda rangsang meningeal : kaku kuduk, Brudzinsky
I dan II, Kernig sign, Laseque sign
4. Pemeriksaan nervus cranial
5. Tanda peningkatan tekanan intracranial, UUB
3. Pemeriksaan Fisik menonjol, papil edema
6. Tanda infeksi diluar SSP : ISPA, SK, OMA
7. Pemeriksaan neurologi lain : tonus, motorik, reflex
fisiologis dan patologis
8. Pemeriksaan Darah lengkap, elektrolit, gula darah
sewaktu, urinalisis, kultur darah , urin dan feses bila
dibutuhkan
4. Kriteria Diagnosis Kriteria Klinis Sesuai definisi Kejang Demam
5. Diagnosis Kerja Kejang demam sederhana atau kejang demam kompleks
1.
Meningitis
2.
Ensefalitis
3.
Gangguan keseimbangan elektrolit
6. Diagnosis Banding
4.
Generalized Epilepsy with Febrile Seizure+
5.
Severe Myoclonic Epilepsy in Infancy
6.
Febrile status epilepticus
1.
Pemeriksaan Darah lengkap, elektrolit darah, gula
darah sewaktu, urinalisis, kultur darah , urin dan feses
tidak diperlukan pada kejang demam sederhana .
Peringkat bukti ilmiah B
2. Lumbal pungsi : tidak perlu dilakukan pada kejang
7. Pemeriksaan Penunjang demam sederhana jika tidak ada tanda meningitis
atau riwayat meningitis atau tanda infeksi
intracranial. Peringkat bukti ilmiah B
3. EEG : tidak dianjurkan pada kejang demam
sederhana tetapi perlu pada kejang demam
kompleks . Peringkat bukti ilmiah B
Medikamentosa :
1. Antipiretik : Parasetamol 10-15 mg /kgBB oral atau
drip diberikan setiap 4 jam maksimal 5 kali sehari.
Ibuprofen 5 -10 mg/kgBB diberikan 3-4 kali sehari
2. Anti kejang : diazepam oral 0.3 mg/kgBB setiap 8
jam atau diazepam rectal 0.5 mg/kgBB setiap 8 jam
pada saat suhu > 38.5 C
3. Pengobatan rumatan jangka panjang diberikan
dengan fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dibagi 1-2
dosis atau asam valproat 15-20 mg/kg BB/hari dibagi
8. Tata Laksana 2-3 dosis diberikan selama satu tahun bebas kejang
kemudian dihentikan bertahap 1-2 bulan Pengobatan
rumatan diberikan jika terdapat keadan sbb :
a. Kejang >15 menit
b. Kelainan neurologis nyata sebelum/sesudah
kejang seperti paresis, palsi serebral, retardasi
mental, hidrosefalus
c. Kejang fokal
d. Kejang berulang lebih dari 2 kali dlm 24 jam
e. Kejang demam pada usia < 12 bulan
f. Kejang demam berulang > 4 kali setahun
9. Edukasi (Hospital Health 1. Edukasi kemungkinan berulangnya kejang demam
Promotion) 2. Edukasi faktor risiko terjadinya epilepsi
3. Edukasi tanda dini kejang demam
Kejang demam sederhana prognosisnya baik. Pada 482
anak kejang demam sederhana yang dipantau selama 1 –
5 th tidak ditemukan kematian, disabilitas intelektual
maupun kecacatan. Risiko epilepsi pada kejang demam
sederhana hanya 1-2%. Sebanyak 30 - 35% akan
mengalami kejang demam kembali. Risiko meningkat jika
kejang pertama terjadi pada umur kurang dari 1 tahun, ada
10. Prognosis riwayat kejang demam pada saudara kandung, kejang
demam terjadi pada demam yang tidak begitu tinggi ,
interval waktu antara demam dan kejang pendek dan
adanya perkembangan yang abnormal sebelum kejang.
Kejang demam kompleks : Risiko terjadinya epilepsi
dikemudian hari adalah 5 – 10% terutama jika kejang
demam fokal, lama dan ada riwayat epilepsi dalam
keluarga.
1. Pudjiadi, AH dkk : Pedoman Pelayanan Medis. jilid
1, Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta 2010 : 150-
153
2. Widodo, DP : Konsensus Tata Laksana Kejang
Demam dalam Gunardi, H dkk (Eds) Kumpulan Tips
11. Kepustakaan Pediatri. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia, Jakarta 2010 : 193-203
3. Pusponegoro, H : Kejang Demam. Dalam Current
Evidences in Pediatric Emergencies Management.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak. FKUI/RSCM,
Jakarta, 12 – 13 April 2015 ; 92-97

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

EKLAMSIA GRAVIDARUM
Eklampsia adalah kejang-kejang pada pre-eklampsia
1. Pengertian (Definisi)
yang tidak disebabkan penyebab lain.1
Anamnesis : 2,3
Gejala-gejala pre-eklampsia berat dengan impending
eklampsia:
 Riwayat kejang sebelumnya
2. Anamnesis 2  Riwayat nyeri kepala
 Riwayat pandangan mata kabur
 Riwayat mual dan muntah
 Riwayat nyeri epigastrium
 Riwayat nyeri kuadran kanan atas abdomen
Pemeriksaan Fisik 3,4
 Gejala Kardiovaskuler : evaluasi tekanan
darah, suara jantung, pulsasi perifer
 Paru : auskultasi paru untuk mendiagnosis
edema paru
3. Pemeriksaan Fisik 2
 Abdomen : palpasi untuk menentukan adanya
nyeri pada hepar; menentukan tinggi fundus
uteri untuk mendeteksi IUGR
 Refleks : adanya klonus
Funduskopi : untuk menentukan adanya retinopati
grade I-III (tidak ada level of evidence)
4. Kriteria Diagnosis 2
Eklampsia: Kejang-kejang pada pre-eklampsia
disertai koma
Kriteria lain :
1. Kenaikan kreatinin serum
2. Edema paru dan sianosis
3. Proteinuria : ≥ 2 gr/24 jam jumlah urin atau
dipstick ≥ 2+
4. Oliguria : produksi urin < 400-500 cc/24 jam
5. Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas
kanan abdomen : disebabkan teregangnya
kapsula Glisoni. Nyeri dapat merupakan gejala
awal ruptur hepar
6. Gangguan otak dan visus : perubahan
kesadaran, nyeri kepala, skotomata, dan
pandangan kabur
7. Gangguan fungsi hepar : peningkatan alanine
atau aspartat amino transferase
8. Hemolisis mikroangiopatik
9. Trombositopenia : < 100.000 cell/mm3
10.Sindroma HELLP : dengan adanya hemolisis,
peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar, dan
trombositopenia
5. Diagnosis Kerja Eklamsia Gravidarum
6. Diagnosis Banding 5
1. Epilepsi
1. Hemoglobin dan hematokrit; peningkatan
hemoglobin dan hematokrit berarti :
 Adanya homokonsentrasi, yang mendukung
diagnosis pre-eklampsia
 Menggambarkan beratnya hipovolemia
 Nilai ini akan menurun bila terjadi hemolisis
2. Morfologi sel darah merah pada apusan darah
tepi; untuk menentukan :
 Adanya mikroangiopatik hemolitik anemia
 Morfologi abnormal eritrosit : schizocytosis
dan spherocytosis
3. Trombosit; adanya trombositopeni
menggambarkan pre-eklampsia berat
4. Kreatinin serum, asam urat serum, nitrogen
urea darah (BUN); peningkatannya
Pemeriksaan
7. menggambarkan :
Penunjang 1,2,3,4,5

 Beratnya hipovolemia
 Tanda menurunnya aliran darah ke ginjal
 Oliguria
 Tanda pre-eklampsia berat
5. Transaminase serum; peningkatan transaminase
serum menggambarkan pre-eklampsia berat dengan
gangguan fungsi hepar
6. Lactate acid dehydrogenase; menggambarkan
adanya hemolisis
7. Albumin serum, dan faktor koagulasi;
menggambarkan kebocoran endothel, dan
kemungkinan koagulopati
8. Pemeriksaan kesejahteraan janin; pemeriksaan
perkiraan pertumbuhan janin dan volume air
ketubannya.
8. Tata Laksana 4,6
Pengelolaan dasar:
1. Terapi suportif untuk stabilisasi pada ibu
2. Selalu ingat ABC (Airway, Breathing,
Circulation).
3. Pastikan jalan nafas atas tetap terbuka
4. Mengatasi dan mencegah kejang
5. Koreksi hipoksemia dan asidemia
6. Mengatasi dan mencegah penyulit, khususnya
hipertensi krisis
7. Melahirkan janin pada saat yang tepat dengan
cara persalinan yang tepat

Terapi medikamentosa
1. Lihat terapi medikamentosa pada pre-
eklampsia berat
2. Bila terjadi kejang berulang maka dapat
diberikan magnesium sulfat bolus 2 gram
intravena atau peningkatan dosis maintenance
per infus 1 – 2 gram/jam

Perawatan kejang
1. Tempatkan penderita di ruang isolasi atau
ruang khusus dengan lampu terang (tidak
diperkenankan ditempatkan di ruangan gelap,
sebab bila terjadi sianosis tidak dapat
diketahui)
2. Tempat tidur penderita harus cukup lebar,
dapat diubah dalam posisi trendelenburg, dan
posisi kepala lebih tinggi
3. Rendahkan kepala ke bawah : aspirasi lendir
dalam orofaring guna mencegah aspirasi
pneumonia
4. Fiksasi badan harus kendor agar waktu kejang
tidak terjadi fraktur
5. Rail tempat tidur harus dipasang dan terkunci
dengan kuat

Pengelolaan Eklampsia
1. Sikap dasar pengelolaan eklampsia : semua
kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri
(diterminasi) tanpa memandang umur
kehamilan dan keadaan janin. Berarti sikap
terhadap kehamilannya adalah aktif.
2. Saat pengakhiran kehamilan, ialah bila sudah
terjadi stabilisasi (pemulihan) hemodinamik
dan metabolism ibu.
3. Stabilisasi dicapai selambat-lambatnya
dalam : 4-8 jam, setelah salah satu atau lebih
keadaan seperti dibawah ini, yaitu setelah :
 Pemberian obat anti
kejang terakhir
 Kejang terakhir
 Pemberian obat-obat
anti hipertensi terakhir
 Penderita mulai sadar
(dapat dinilai dari Glasgow-Coma-Scale
yang membaik)

Cara Persalinan 7,8


1. Bila sudah diputuskan untuk melakukan
tindakan aktif terhadap kehamilannya, maka
dipilih cara persalinan yang memenuhi syarat
pada saat tersebut.

Perawatan Pasca Persalinan


1. Tetap di monitor tanda vital
2. Pemeriksaan laboratorium lengkap 24 jam
pasca persalinan
9. Edukasi 6
1. Edukasi tanda perburukan PEB
10. Prognosis
1. Terminasi kehamilan segera pada eklampsia
(Level Ia)
11. Tingkat (Kualitas) Evidens
2. Pemberian magnesium sulfat pada eklampsia
(Level Ib)
1. Terminasi kehamilan segera pada eklampsia (A)
Tingkat (Kekuatan)
12. 2. Pemberian magnesium sulfat pada eklampsia
Rekomendasi
(A/strong)
13. Penelaah Kritis
14. Indikator (Outcome) Indikator outcome ibu:
1.Kejang teratasi
2.Tekanan darah terkontrol
3.Tidak terjadi komplikasi sekunder (misal stroke,
gagal ginjal, kardiovaskuler)

Indikator outcome bayi:


1.Terminasi kehamilan berdasarkan indikasi ibu
1. Hypertension in pregnancy, the management of
hypertensive disorders during pregnancy. NICE
clinical guideline 107, August 2010.
2. Cunningham FG., Gant N, et al. “William
Obstetrics” 23st ed. McGraw-Hill, Medical
Publishing Division, 2010; page 706-56.
3. Sibai B, Dekker G, Kupferminc M. Pre-eclampsia.
Lancet, 2005; 365 : 785-99.
4. Martin JN, Rose CH, Briery CM. Understanding
and managing HELLP syndrome: The integral role
of aggressive glucocorticoids for mother and child.
American Journal of Obstetrics and
Gynecology,2006; 195: 914–34.
15. Kepustakaan 5. Society for Maternal-Fetal Medicine. SMFM
Clinical Opinion, Evaluation and management of
severe preeclampsia before 34 weeks’ gestation.
American Journal of Obstetrics and Gynecology,
September 2011.
6. SOGC. Diagnosis, evaluation, and management of
the hypertensive disorders of pregnancy. Journal of
Obstetrics and Gynaecology Canada, March 2008;
30 (3)
7. The management of pre-eclampsia/eclampsia.
Royal College of Obstetricians and
Gynaecologists.Guideline no 10 (A), March 2006.
8. WHO recommendation for prevention and
treatment of pre-eclampsia and eclampsia, 2011.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PLASENTA PREVIA TOTALIS PADA KEHAMILAN ATERM


Kelainan letak dan implantasi plasenta menutupi jalan
1. Pengertian (Definisi) lahir dengan atau tanpa manifestasi perdarahan.1
2. Anamnesis 2
Plasenta previa
 Perdarahan tanpa nyeri
 Warna perdarahan merah segar
Pemeriksaan Fisik 1,2,3
1. Status generalis dalam batas normal
2. Status obstetri
a. Tinggi fundus uteri (TFU) sesuai usia
kehamilan aterm
b. Inspekulo tampak ostium membuka
Pemeriksaan Fisik dan
3. dengan fluksus (+) dan bisa ditemukan
penunjang 2

gambaran seperti plasenta dari dalam


ostium
3. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Ditemukan gambaran plasenta menutupi
seluruh ostium uteri internum dengan
pemeriksaan ultrasonografi transvaginal
1. Pemeriksaan obstetrik TFU sesuai kehamilan aterm
2. Dapat disertai perdarahan aktif per vaginam melalui
4. Kriteria Diagnosis 1,2
inspeksi dan inspekulo
3. Gambaran plasenta menutupi seluruh ostium uteri
internum melalui pemeriksaan USG transvaginal
5. Diagnosis Kerja Plasenta previa totalis pada kehamilan aterm
6. Diagnosis Banding 1
Plasenta previa marginalis
1. Hemoglobin dan hematokrit untuk menilai
derajat perdarahan yang terjadi
7. Pemeriksaan Penunjang 1,2,3
2. Inspekulo untuk menilai sumber perdarahan
3. USG transvaginal untuk memastikan letak dan
implantasi plasenta serta kemungkinan akreta
Pengelolaan dasar:
1. Terapi suportif untuk stabilisasi pada ibu
2. Perhatikan ABC (Airway, Breathing, Circulation).
3. Melahirkan janin pada saat yang tepat dengan
cara persalinan yang tepat dengan
mempertimbangkan hemodinamik ibu dan janin
8. Tata Laksana 2,3

Terapi medikamentosa
1. Pemberian antibiotik profilaksis pre-operasi
Cara Persalinan
1. Dengan seksio sesarea
Perawatan Pasca Persalinan
1. Monitor tanda vital dan skala nyeri pasien
9. Edukasi 6
1. Diet tinggi kalori dan protein
2. Jaga kebersihan luka
3. Mobilisasi dini
10. Prognosis Dubia
1. Terminasi kehamilan dengan seksio sesarea pada
plasenta previa totalis (Level IIa)
11. Tingkat Evidens
2. Pemeriksaan penunjang dengan menggunakan
USG transvaginal (Level IIa)
Terminasi kehamilan dengan seksio sesarea pada
12. Tingkat Rekomendasi
plasenta previa totalis (A/strong)
13. Penelaah Kritis
Indikator outcome ibu :
1. Hemodinamik ibu stabil
2. Tidak terjadi komplikasi sekunder (misal syok ec
14. Indikator (Outcome)
perdarahan)
Indikator outcome bayi :
1. Bayi lahir bugar
1. Royal College of Obstetricians and
Gynaecologists. Green-top Guideline no 63.
Antepartum Haemorrhage.2013
2. Cunningham FG et al. Williams Obstetrics 24th
Edition. Chapter 41. Obstetrical
Hemorrhage.2014
15. Kepustakaan
3. Institute of Obstetricians and Gynaecologists,
Royal College of Physicians of Ireland
4. And Directorate of Strategy and Clinical Care
Health Service Executive. Clinical Practice
Guideline Tocolytic Treatment In Pregnancy.
2013.

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PERDARAHAN PASCA PERSALINAN


1. Pengertian (Definisi) Perdarahan dari traktus genitalia yang
melebihi 500 ml (pada persalinan
pervaginam) atau melebihi 1000 ml (seksio
sesarea).
Dari batasan waktu, dibedakan menjadi
- Primer apabila terjadi dalam 24 jam
pertama pasca persalinan
- Sekunder apabila terjadi setelah 24
jam pertama persalinan sampai 12
minggu post partum
2. Etiologi Tone
1. Overdistensi uterus : Polihidramnion,
kehamilan multipel, makrosomia
2. Kelelahan otot uterus: Partus
precipitatus, partus lama, multiparitas,
penggunaan oksitosin
3. Infeksi intra-amniotic : demam, ketuban
pecah lama
4. Distorsi fungsi/anatomi: mioma,
plasenta previa, anomali kongenital
5. Penggunaan agen tokolisis
6. Distensi kandung kemih : Halogenated
anesthetics, Nitroglycerin
Tissue
1. Sisa konsepsi
2. Plasentasi abnormal : bekas operasi
uterus, multiparitas
3. Sisa kotiledon atau lobus suksenturiata
4. Sisa bekuan darah : pada atonia

Trauma
1. Laserasi pada jalan lahir : Precipitatus,
persalinan dengan alat
2. Laserasi pada SC : malposition, distosia
3. Ruptur Uteri : riwayat pembedahan
uterus
4. Inversio : multiparitas, plasenta fundus,
penarikan tali pusat

Thrombin
1. Keadaan penyerta : Hemophilia A, Von
Willebrand’s, Riwayat PPH, History of
hereditary coagulopathies or liver
disease
2. Didapat pada kehamilan : Idiopathic
thrombocytopenic purpura,
Thrombocytopenia with preeclampsia,
Disseminated intravascular coagulation
3. Preeklamsia/Eklamsia dengan IUFD,
infeksi berat, solusio, emboli air
ketuban
4. Terapi antikoagulan
3. Anamnesis Perdarahan dari traktus genitalia
Derajat shock:
1. Terkompensasi : jumlah perdarahan
500-1000 ml (10-15%), Tekanan Darah
Sistolik tetap, Gejala dan Tanda:
palpitasi, pusing, takikardia
2. Ringan : jumlah perdarahan 1000-1500
ml (15-25%), Tekanan Darah Sistolik
menurun (80-100 mmHg), badan
lemah, berkeringat, takikardia
3. Sedang : jumlah perdarahan 1500-2000
4. Pemeriksaan Fisik ml (25-35%), Tekanan Darah Sistolik
menurun (70-80 mmHg), pucat,
oligouria
4. Berat : jumlah perdarahan 2000-3000
ml (35-45%), Tekanan Darah Sistolik
menurun (50-70 mmHg), penurunan
kesadaran, anuria
Secara simultan lakukan upaya penilaian
faktor etiologi seperti tonus uterus,
robekan jalan lahir dan organ genitalia,
sisa konsepsi dan faktor pembekuan darah.
Perdarahan pervaginam pasca persalinan
5. Kriteria diagnosis
yang disebabkan salah satu etiologi diatas
6. Diagnosis Kerja Perdarahan Pasca Persalinan
7. Diagnosis Banding Tidak ada
Laboratorium: darah lengkap, golongan darah, profil
Pemeriksaan
8. hemostasis(PT,aPTT/ waktu pembekuan, waktu
Penunjang
perdarahan)
9. Tata Laksana Secara simultan, lakukan:
1. Survei primer dan resusitasi awal
 Jalan napas
 Pernapasan: suplemen oksigen per
nasal kanul
 Sirkulasi: pasang iv line kanul besar
no 16 gauge
2. Panggil bantuan
3. Evaluasi penyebab: 4T
 Singkirkan adanya inversio uteri
 Perhatikan kemungkinan robekan
porsio
 Evakuasi sisa plasenta atau bekuan
darah dari uterus
4. Singkirkan adanya ruptura uteri atau
dehisensi miometrium
5. Ambil sampel darah (DPL dan golongan
darah) dan cross matched
6. Pastikan kandung kemih kosong, pasang
foley catheter
7. Kompresi uterus bimanual
8. Pemberian uterotonika
 Oksitosin 5 units IV bolus
 Oksitosin 20 units per L N/S IV
tetesan cepat
 Ergometrin 0,25 mg IM atau 0,125
mg IV; dosis maksimum 1,25 mg
 Misoprostol 400 mcg po atau per
rektal dan 800-1000 mg per rektal

Pada situasi pasca persalinan pervaginam


1. Jika 5 menit kontraksi tidak membaik,
lakukan tamponade uterus dengan
kateter kondom
2. Jika perdarahan berhenti segera setelah
pemasangan, kateter kondom
dipertahankan selama 6 jam
3. Jika perdarahan pervaginam positif,
siapkan operasi untuk hemostasis
4. Persiapkan tim operasi dan transportasi
Pada situasi seksio sesarea
1. Jika pada kompresi bimanual,
perdarahan negatif, B-Lynch dapat
dipertimbangkan
2. Jika pada kompresi bimanual,
perdarahan positif, lakukan
histerektomi
3. Pertimbangan dilakukan ligasi arteri
uterina dan hipogastrika
1. Manajemen aktif kala tiga
2. Uterotonika:
 Pervaginam
a. Oksitosin profilaksis 10 IU
intramuskuler
b. Oksitosin 20 U/L NS IV tetesan cepat
c. Penjepitan dan Pemotongan tali
pusat dini
10. Pencegahan d. Penegangan tali pusat terkendali
dengan penekanan suprapubik arah
berlawanan
 Perabdominam
a. Pasien yang melahirkan dengan
seksio sesarea, profilaksis HPP
dilakukan dengan pemberian
oksitosin 20 IU intravena tetesan
cepat
Edukasi terkait dengan fungsi reproduksi pasca
11. Edukasi
histerektomi
12. Prognosis Dubia
Histerektomi peripartum dapat menjadi krusial dalam
perdarahan pasca persalinan. Teknik – teknik menjepit,
13. Tingkat Evidens
memotong, dan menjahit harus digunakan mengontrol
perdarahan dengan cepat. (II)
Pada kasus perdarahan pasca persalinan, terutama
pada kasus-kasus dengan plasenta akreta atau ruptur
14. Tingkat Rekomendasi
uteri, Histerektomi direkomendasikan untuk dilakukan
secepatnya (C)
15. Penelaah Kritis
Hemodinamik, jumlah perdarahan, kontraksi uterus,
16. Indikator (Outcome)
robekan jalan lahir,
1. Active management of the third stage of labour:
prevention and treatment of postpartum
hemorrhage: No. 235 October 2009 (Replaces No.
88, April 2000). Int J Gynaecol Obstet.
2010;108(3):258-67
2. RCOG Green–top Guideline. Prevention and
17. Kepustakaan Management of Postpartum Haemorrhage.Green-
top Guideline No. 52. Royal College
Obstetricians and Gynecology, May 2009
3. Manajemen Perdarahan Pasca Partum ALARM
4. SOGC Clinical Practice Guidelines Prevention and
Management of Postpartum Haemorrhage: No. 88
April 2000.
NAMA PENYAKIT SUMBATAN JALAN NAPAS ATAS
Acute Respiratory Failure (ICD 10: J96.0)

DEFINISI Kondisi terbuntunya jalan napas atas baik


sebagian/parsial maupun keseluruhan/total yang
menyebabkan terjadinya gangguan ventilasi. Etiologi
sumbatan ini adalah tertutupnya jalan
napas atas yang dapat disebabkan oleh tumor, benda
asing atau infeksi terutama di daerah orafaring dan laring.

ANAMNESIS 1. Gejala utama :


• Sesak napas
• Bunyi saat bernafas seperti orang ngorok
2. Gejala tambahan:
• Gelisah
• Batuk
• Serak
• Sulit komunikasi
• Sulit menelan makanan
• Gangguan kesadaran
3. Gejala, faktor risiko, jika ada:
• Anak lebih mudah terjadi obstruksi karena edema laring
• Alkohol
• Rokok
• Infeksi gigi

PEMERIKSAAN 1. Frekuensi nafas meningkat


FISIK 2. Stridor
3. Retraksi supraklavikula, epigastrial dan intercostal
4. Nafas cuping hidung (pada anak)
5. Laringoskopi : celah glotis sempit/tertutup
6. Stadium obstruksi ditentukan berdasarkan kriteria
Jackson, yang terdiri dari:
• Stadium I : tenang, stridor, retraksi suprasternal
• Stadium II: mulai gelisah, stridor jelas, retraksi
suprasternal dan epigastrium
• Stadium III : sangat gelisah (air hunger), stridor
keras, retraksi suprasternal, epigastrium dan intercostal
• Stadium IV: lemas, penurunan kesadaran, stridor
melemah, retraksi suprasternal, epigastrium dan
intercostal
PEMERIKSAAN 1. Radiologi (untuk kasus non emergency) :
PENUNJANG • Rontgen leher AP dan lateral (jaringan lunak)
• Tomografi komputer kepala & leher (dengan dan
tanpa kontras)
2. Pemeriksaan Darah :
• Analisa gas darah

KRITERIA 1. Sesuai dengan kriteria anamnesis


DIAGNOSIS 2. Sesuai dengan kriteria pemeriksaan fisik

DIAGNOSIS SUMBATAN JALAN NAPAS ATAS (stadium sesuai


KERJA kriteria Jackson)
Acute Respiratory Failure (ICD 10: J96.0)
DIAGNOSIS Gangguan saluran nafas bawah/paru
BANDING

TERAPI 1. Non Pembedahan – Medika mentosa:


• Oksigenisasi
• Antibiotik jika penyebab utama infeksi
• Kortikosteroid
2. Pembedahan
• Intubasi endotrakea (ICD 9CM: 96.04)
• Krikotiroidotomi (ICD 9CM: 31.9)
• Transient tracheeostomy (ICD 9 CM : 31.1)

EDUKASI • Penjelasan tentang rencana pengobatan dan operasi


• Penjelasan penyakit utama dan tatalaksana selanjutnya

PROGNOSIS Quo ad vitam : dubia


Quo ad sanationam : dubia
Quo ad fungsionam : dubia

PENELAAH KELOMPOK STUDI LARING FARING PERHATI‐KL


KRITIS
DAFTAR 1. Myers EN. Tracheostomy. In: EN Myers, ed.
RUJUKAN Operative Otolaryngology Head and Neck Surgery
vol. 1. WB Saunders. Philadelphia. 2014, pp. 293‐
305
2. Goldsmith AJ, Wynn R. Upper airway obstruction. In:
Lucente FE, Har‐el.eds. Essential of otolaryngology
5th ed. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia,
2004; 257‐61.
3. Burkey BB. Airway Control and Laryngotracheal
Stenosis in Adults. In : JJ Ballenger, ed. Diseases of
the Nose, Throat, Ear, Head and Neck. 17th Ed. Lea &
Febiger. Philadelphia. 2009, pp. 903‐12
4. Kost KM. Tracheotomy & Intubation. In: BJ
Bailey, et al., eds. Head and Neck Surgery –
Otolaryngology.Vol 2. 5th Ed. Philadelphia.
Lippincott Williams & Wilkins. 2014, pp. 908‐944
5. Yu KCY. Airway Management & Tracheotomy. In : AK
Lalwani, ed. Current Diagnosis & Treatment in
Otolaryngology – Head and Neck Surgery.
International Edition. McGraw‐Hill, Boston, 2012. pp.
536‐42
6. Woodson G. The Larynx. In: KJ Lee, ed. Essential
Otolaryngology Head and Neck Surgery, 10th Ed.
McGraw‐Hill, New York. 2012, pp. 529‐56
7. Bhatti, NI. Surgical Management of the Difficult Adult
Airway. In : Cummings Otolaryngology Head and
Neck Surgery. 5th ed. Philadelphia.2010.pp 122‐29
International Classification of Diseases 10 th
Revision (ICD 10). World Health Organization
International Classification of Diseases 9 th
Revision Clinical Modification (ICD 9CM). World
Health Organization
NAMA TINDAKA TRAKEOSTOMI
N
Transient tracheostomy (ICD 9CM: 31.1)

DEFINISI Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada


trakea bagian anterior
INDIKASI 1. Mengatasi sumbatan jalan napas atas (acute
respiratory failure) (ICD 10 : J96.0) yang dapat disebabkan
oleh :
a. Infeksi saluran napas, seperti : epiglotitis akut,
laringotrakeobronkitis akut)
b. Trauma daerah kepala leher
c. Tumor jinak maupun ganas daerah faring, laring,
esofagus
d. Kelainan kongenital saluran napas atas
e. Paralisis abduktor bilateral
f. Benda asing di laring
2. Mengeluarkan sekret dari saluran trakeobronkial
(bronkopnemoni, bronkiektasis, koma)
3. Menunjang pemberian napas bantuan/ventilasi
mekanik (emfisema paru, paralisis otot napas)
4. Tidak dapat dilakukan intubasi pada prosedur anestasi
umum (operasi bedah daerah kepala leher, kelumpuhan
laring)

KONTRA 1. Masa di mediastinum/toraks


INDIKASI 2. Gangguan pembekuan darah (relatif)

PERSIAPAN Terdiri atas persiapan Pasien, Bahan dan Alat, serta Petugas
A. PASIEN
1. Penjelasan operasi dan kemungkinan komplikasi
yang dapat terjadi.
2. Ijin Operasi
3. Ijin Pembiusan
4. Konsul :
• Anestesi : untuk intubasi atau bantuan ventilasi
• Anak : bila usia di bawah 18 tahun atas indikasi
• Penyakit Dalam : bila usia di atas 18 tahun atas indikasi
• Kardiologi : bila usia di atas 40 tahun atas indikasi
5. Pemeriksaan laboratorium:
• Analisa gas darah
• Pemeriksaan darah tepi lengkap
• PT dan APTT
Pemeriksaan tambahan atas indikasi
• SGOT, SGPT
• Ureum dan creatinin darah
• Elektrolit
• Gula darah sewaktu
• Pemeriksaan golongan darah
• Pemeriksaan HbsAg dan anti HCV (bila terdapat
kecurigaan)
6. Pemeriksaan Radiologi: (non emergency)
• Foto Toraks
7. Elektrokardiografi (non emergency)
8. Pemeriksaan penunjang lain atas indikasi (non
emergency)
9. Medikamentosa sebelum operasi : injeksi antibiotik
profilaksis, bila diperlukan kortikosteroid dan asam
traneksamat
10. Puasa 6 jam sebelum operasi (non emergency)

B. BAHAN DAN A. BAHAN HABIS PAKAI :


ALAT • Kassa
• Antiseptik
• Lidokain
• Sulfa atropin
• Suction cateter
• Pisau Bisturi
• Disposible spuit
• Benang jahit
• Kanul trakea

B. ALAT
Trakeostomi set yang terdiri dari :
1. Drapping
2. Scalpel
3. Klem artery bengkok (mimimal 2 buah)
4. Gunting 1 buah
5. Pinset 1 buah
6. Hook langenbeck 1 pasang
7. Needle holder
C. PETUGAS 1. Dokter Spesialis THT‐KL yang mempunyai
kewenangan klinis
2. PPDS Sp.1 THT‐KL yang mempunyai kewenangan
klinis sesuai tingkat kompetensi pendidikannya
3. Perawat Kamar Operasi THT‐KL yang mempunyai
kewenangan klinis
4. Dokter Spesialis Anestesi yang mempunyai kewenangan
klinis

PROSEDUR 1. Identifikasi
2. Sign in
3. Time out
4. Trakeotomi dapat dilakukan dengan anestesi lokal
maupun umum.
5. Posisi penderita tidur telentang, kepala hiperekstensi
(punggung diganjal bantal).
6. Desinfeksi betadin daerah operasi dan sekitarnya,
lapangan operasi dipersempit dengan doek steril
(drapping)
7. Infiltrasi lidokain epinefrin di daerah operasi untuk
anestesi dan vasokonstriksi.
8. Insisi secara vertikal (atau horisontal) pada
pertengahan antara kartilagi krikoid dan sternum,
lapangan operasi diperlebar dengan retraktor.
9. Insisi di garis tengah dipisahkan (diperdalam) lapis
demi lapis secara tumpul dg klem arteri, hati‐hati
terhadap vena jugularis anterior, arteri tiroidea ima,
kelenjar tiroid (ismus tiroid dapat diklem dipotong
selanjutnya diligasi/kauter atau disisihkan ke atas atau
ke bawah).
10. Identifikasi trakea dengan punksi percobaan (bila
mengenai lumen trakea ditandai udara/bubble masuk
dalam spuit yang terisi cairan).
11. Pada anak (pediatric tracheostomi) ring trakea dijahit
kanan dan kiri pada lokasi insisi trakea
12. Trakea diinsisi pada ring kedua dan ketiga dari arah
inferior ke superior (inferior bjorg flap) atau jenis
insisi lain seperti vertikal, horizontal, superior bjorg
flap dan starplasti
13. Kanul trakea diinsersikan secara gentle dan
dilakukan tes benang (bila kanul trakea masuk dalam
lumen trakea, maka benang akan bergerak dihembus
oleh udara pernapasan lewat kanul).
14. Kanul trakea difiksasi dengan mengisi balon kanul,
jahitan pada kulit leher, dan pita leher.
15. Luka operasi yang terlalu lebar dapat dijahit secara
longgar, terakhir ditutup dengan kassa, dan kanul dalam
dipasang.
16. Operasi selesai
17. Sign Out

PASCA 1. Evaluasi Outcome:


PROSEDUR • Tidak ada stridor dan retraksi
TINDAKAN • Posisi kanul baik
• Tidak ada perdarahan aktif
• Tidak ada komplikasi emfisema subkutis
2. Rencana Perawatan
• Penderita dirawat selama 2 hari.
• Selama dirawat dilakukan perawatan kanul dan kanul
dalam serta observasi ada tidaknya komplikasi antara
lain dengan melakukan foto toraks bila ditemukan
emfisema subkutis.
• Bila tidak ada komplikasi balon kanul dikempeskan
setelah 4 jam
• Jahitan fiksasi kulit leher diangkat setelah 1 minggu
(rawat jalan)
• Penderita diedukasi cara perawatan kanul dan kanul dalam
serta tindakan pertama bila kanul buntu total atau salah
posisi.
3. Medikamentosa : antibiotik post operasi (Amiksilin 3 x
500mg atau sefalosporin) dan mukolitik
(Ambroksol/Karbosistein, dosis disesuaikan) selama 5 hari

TINGKAT II
EVIDENS
TINGKAT A
REKOMENDASI
PENELAAH KELOMPOK STUDI LARING FARING PERHATI‐KL
KRITIS INDIKATOR PROSEDUR

TINDAKAN Trakeostomi terintubasi tanpa penyulit selesai dalam


waktu 15 menit.
Target :
90% trakeostomi tanpa penyulit selesai dalam waktu 15
menit
NAMA PENYAKIT OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK TIPE AMAN
• Chronic tubotympanic suppurative otitis media (ICD 10:
H66.1)
• Central perforation of tympanic membrane (ICD 10:H72
.0)

DEFINISI Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) tipe Aman


adalah radang kronik telinga tengah disertai perforasi
membran timpani dan sekret liang telinga yang
berlangsung lebih dari 2 bulan, baik hilang timbul maupun
terus menerus tanpa disertai adanya kolesteatoma
ANAMNESIS • Riwayat keluar cairan telinga hilang timbul atau terus
menerus lebih dari 2 bulan, sekret yang keluar biasanya
tidak berbau
• Gangguan pendengaran
• Dapat disertai gangguan keseimbangan.
• Nyeri telinga
• Tinitus
PEMERIKSAAN Pemeriksaan otoskopi ditemukan :
FISIK • Perforasi membran timpani berupa perforasi sentral,
atau subtotal tanpa ada kolesteatoma
• Dapat disertai atau tanpa sekret
• Bila terdapat sekret dapat berupa :
• Warna: jernih, mukopurulen atau bercampur darah
• Jumlah: sedikit (tidak mengalir keluar liang
telinga) atau banyak (mengalir atau menempel pada
bantal saat tidur)
• Bau: tidak berbau atau berbau (karena adanya
kuman anaerob)

PEMERIKSAAN 1. Dapat dilakukan pemeriksaan otomikroskopik/


PENUNJANG otoendoskopi
2. Pemeriksaan fungsi pendengaran:
• Pemeriksaan penala
• Audiometri nada murni
• Audiometri tutur dapat dilakukakan terutama
untuk pemilihan sisi telinga yang dioperasi pada
kasus bilateral dengan perbedaan ambang dengar
kurang 10 dB
• Brainstem Evoked Response Audiometry
(BERA) bila diperlukan
3. Dianjurkan High Resolution Computer Tomography
(HRCT) mastoid potongan aksial koronal tnpa kontras
ketebalan 0.6mm. Foto polos mastoid Schuller masih dapat
dilakukan bila
fasilitas CT scan tidak tersedia
4. Dapat dilakukan kultur dan resistensi sekret telinga,
yang diambil di :
• Poliklinik : dengan bahan sekret liang telinga
• Saat operasi : dengan bahan sekret rongga mastoid
5. Dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tuba Eustachius
6. Pemeriksaan fungsi keseimbangan
7. Pemeriksaan fungsi saraf fasialis
8. Dapat dilakukan Paper patch test
9.Dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi jaringan
saat operasi
10.Untuk persiapan operasi : disesuaikan dengan
PPK Tindakan operasi yang dilakukan

KRITERIA Riwayat keluar cairan dari telinga terus menerus atau hilang
DIAGNOSIS timbul lebih dari 2 bulan dengan atau tanpa gejala
lain, adanya perforasi membran timpani dan tidak
ditemukan kolesteatoma pada pemeriksaan fisik atau
tidak ada kecurigaan adanya kolesteatoma pada
pemeriksaan patologi anatomi atau pemeriksaan radiologi

DIAGNOSIS Chronic tubotympanic suppurative otitis media (ICD 10 :


KERJA H66.1)
Central perforation of tympanic membrane (ICD 10 :
H72.0)

DIAGNOSIS • Acute suppurative otitis media (ICD 10: H66.0)


BANDING • Otitis Media Supuratif Kronik tipe Bahaya

TERAPI 1. Non Pembedahan :


a. Hindari air masuk ke dalam telinga
b. Cuci liang telinga :
• NaCl 0,9%
• Asam asetat 2%
• Peroksida 3%
c. Antibiotika:
• Topikal tetes telinga Ofloksasin
• Sistemik: anti Pseudomonas sp (golongan Quinolon
dan Sefalosporin generasi IV)
2. Pembedahan : Timpanoplasti dengan atau tanpa
mastoidektomi. Menurut ICD 9 CM mencakup :
• Myringoplasty (Type I tympanoplasty) (19.4), Type II
tympanoplasty (19.52), Type III tympanoplasty (19.53)
• Ossiculoplasty (19.0)
• with or without Simple mastoidectomy (20.41)
• Atticotomy (20.23)

3. Setelah operasi :
A. Antibiotika
a. Golongan Sefalosporin anti pseudomonas adalah
Sefalosporin generasi IV (dikenal sebagai
antipseudomonal), pilihannya : Cefepime atau
Ceftazidim. Antibiotik jenis ini juga merupakan pilihan
untuk pasien anak mengingat adanya kontra indikasi
pemberian antibiotik golongan Quinolon.
b. Pada kasus infeksi Methicillin‐resistant Staphylococcus
aureus (MRSA) : Sefalosporin generasi V, pilihannya :
Fetaroline atau Ceftobiprol.
c. Penggunaan Gentamisin dapat dilakukan pada
kondisi :
 Tidak tersedia obat lain yang tidak bersifat
ototoksik.
 Satu‐satunya antibiotik yang sensitif terhadap kuman
hasil biakan sekret liang telinga yang diambil di
poliklinik maupun saat operasi.
B. Pemberian analgetik diberikan pilihan golongan non‐
opioid dan golongan opioid.

EDUKASI • Berobat segera bila batuk pilek


• Hindari air masuk ke dalam telinga
• Menyarankan operasi dengan tujuan menurunkan
risiko kekambuhan, mencegah komplikasi lebih lanjut (intra
temporal dan ekstra temporal) serta untuk perbaikan
fungsi
pendengaran.

PROGNOSIS Ad vitam : bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
PENELAAH KELOMPOK STUDI OTOLOGI PERHATI‐KL
KRITIS

DAFTAR 1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga


RUJUKAN Tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin
J, Restuti RD, editors. Buku ajar ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok kepala leher. Edisi ke enam. Jakarta:
FKUI; 2007. hal 10‐22.
2. Neely JG, Arts HA. Intratemporal and intracranial
complications of otitis media. In : Bailey BJ, Johnson
JT, Newlands SD, editor. Head & neck surgery‐
otolaryngology. 4edition. Philadelpia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2006. p.2043‐56.
3. Levine SC, Souza CD, Shinners MJ. Intracranial
complications of otitis media. In: Gulya AJ, Minor LB, Poe
DS, editor. Glasscock‐Shambaugh Surgery of The Ear.
Sixth edition. Connecticut: th
4. Gopen Q. Pathology and clinical course of the
inflammatory disease of the middle ear. In: Gulya AJ,
Minor LB, Poe DS, editor. Glasscock‐Shambaugh
Surgery of The Ear. Sixth edition.
Connecticut: PMPH USA; 2010. p.425‐36.
5. Hamilton J. Chronic otitis media in childhood. In:
Gleeson M, Browning GG, Burton MJ, Clarke R,
Hibbert J, Jones NS, LUnd VJ, et al, editor. Scotts‐
Brown’s Otorhinolaryngology: Head and Neck Surgery.
7th medition. London: Edward Arnold publisher; 2008.
p.928‐964.
6. Francis HW. Anatomy of the temporal bone, external
ear and middle ear. In: Flint PW, Haughey BH, Lund
VJ, Niparko JK, Richardson MA, Robbins KT, et al,
editor. Cummings Otolaryngology Head & Neck
Surgery. Fifth edition.Philadelphia: Mosby
Elsevier;2010.p.1821‐2566.
7. Helmi. Otitis media supuratif kronis. Dalam: Helmi,
editor. Otitis media supuratif kronis. Edisi ke 1. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2005. h.55‐68.
8. International Classification of Diseases 10th Revision
(ICD 10). World Health Organization
9. International Classification of Diseases 9 th Revision
Clinical Modification (ICD 9CM). World Health
Organization
NAMA TINDAKAN TIMPANOMASTOIDEKTOMI
 MYRINGOPLASTY (TYPE I
TYMPANOPLASTY) (ICD 9 CM: 19.4);
 TYPE II TYMPANOPLASTY (ICD 9 CM:
19.52); TYPE III
 TYMPANOPLASTY (ICD 9 CM: 19.53)
 OSSICULOPLASTY (ICD 9 CM: 19.0)
 SIMPLE MASTOIDECTOMY (ICD 9CM: 20.41)
 ATTICOTOMY (ICD 9CM: 20.23)

DEFINISI Timpanomastoidektomi adalah operasi pada penyakit


kronik mukosa telinga tengah yang bertujuan
membersihkan jaringan patologi, memperbaiki drainase
dan ventilasi telinga tengah, menutup perforasi
membran timpani sehingga tercapai telinga kering,
mencegah komplikasi, serta memperbaiki fungsi
pendengaran (bila memungkinkan).

INDIKASI 1. Otitis media supuratif kronik tipe aman:


• Chronic tubotympanic suppurative otitis media
(ICD 10: H66.1)
• Central perforation of tympanic membrane
(ICD 10: H72.0)
2. Otitis media supuratif kronik tipe bahaya, dengan
ketulian konduktif dan masih mungkin dilakukan
rekonstruksi pendengaran, kolesteatoma terbatas di
atik, maksimal perluasan hanya sampai antrum dan
sel-sel mastoid di luar antrum tidak tersentuh
kolesteatoma.

KONTRA INDIKASI 1. Sementara :


• Otomikosis : Kandidiasis (ICD 10: B37.2),
Aspergilosis (ICD 10: B44.8)
• OMSK Tuberkulosis (ICD 10: 18.6) : bila telah
mendapatkan terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
selama 2 minggu dapat segera dilakukan operasi
untuk mengangkat perkijuan yang bersifat destruktif.

2. Relatif :
• Only hearing ear
• Keadaan umum buruk : diabetes melitus, gagal
jantung, gagal ginjal, imunokompromis.

PERSIAPAN Terdiri atas persiapan Pasien, Bahan dan Alat, serta


Petugas :

A. PASIEN 1. Penjelasan operasi dan kemungkinan komplikasi


yang dapat terjadi.
2. Ijin Operasi
3. Ijin Pembiusan
4. Konsul : Anestesi/Kesehatan Anak/ Penyakit
Dalam /Kardiologi
5. Pemeriksaan laboratorium:
• Pemeriksaan darah tepi lengkap
• PT dan APTT
• SGOT, SGPT
• Ureum dan creatinin darah
• Gula darah sewaktu
6. Pemeriksaan Radiologi:
• Foto Thoraks
• HRCT mastoid potongan aksial koronal tanpa
kontras ketebalan 0.6 mm. Foto polos mastoid
Schuller masih dapat dilakukan bila fasilitas CT
scan tidak tersedia
7. Hasil pemeriksaan mikroskopi/endoskopi telinga
8. Hasil pemeriksaan Audiometri/BERA
9. Cukur rambut daerah belakang telinga yang akan
dioperasi. Telinga yang akan dioperasi diberi
marker. Pasien wajib mandi dan keramas sebelum
operasi.
10. Puasa 6 jam sebelum operasi
11. Medikamentosa pre operasi : diberikan antibiotika
oral dan atau tetes telinga antibiotika Ofloksasin
bila kondisi telinga tengah sedang infeksi. Antibiotik
topikal Ofloksasin diberikan 2 minggu menjelang
operasi dengan tujuan mengurangi inflamasi dan
menurunkan risiko perdarahan selama operasi yang
mengganggu prosedur operasi rekonstruksi
mikroskopik.

B. BAHAN DAN 1. BAHAN HABIS PAKAI:


ALAT  Prostesis : pipa ventilasi telinga tengah, partial
oscicular repalcement prosthesis (PORP), total
oscicular replacement prosthesis (TORP)
 1 set mata bor operasi telinga/mastoid
 Alkohol 70%, 50 cc
 Larutan Betadine, 50 cc
 NaCl 0.9% 500 cc, 5 flacon
 Spuit 20 cc 1 buah
 Spuit 5 cc 3 buah
 Xylocain 1% atau Pehacain 3 ampul
 Adrenalin atau epinefrin 2 ampul
 Kapas petties 1 pack
 Kassa steril 5 pack
 Gelfoam 1 lembar
 Kassa antibiotika1 lembar
 Plester
 Elastic Verban
 Benang jahit vicryl 3.0, 2 buah
 Benang jahit prolene atau silk 5.0, 2 buah
 Selang wing neddle atau selang nasogastric
tube terkecil untuk pipa salir

2. ALAT :
 Mikroskop atau endoskopi operasi telinga
dengan monitor sistem dan perekaman data
operasi
 Mesin bor telinga high speed
 Hand piece otologi
 Bipolar atau monopolar electro‐cautery system
 Set operasi mikro telinga :
 Hartman ear speculum, diameter 5, 6, 7.5 mm
 Hartman nasal speculum, panjang 13 cm
 Retraktor telinga ukuran anak dan dewasa
 Suction tube diameter 0.7, 1, 1.3, 1.5, 2, 2.2, 2.5,
3.2 mm, panjang 10 cm
 Suction handle with cut‐off hole
 Surgical handle
 Elevator PLESTER
 Elevator LEMPERT
 Forsep jaringan
 Forsep Wullstein
 Gunting, curved, sharp/bunt, panjang 12 cm
 Forsep arteri lurus
 Forsep arteri curved
 Forsep mikro telinga
 Forsep mikro biopsi telinga lurus
 Forsep mikro biopsi telinga arah atas
 Forsep biosi telinga arah bawah
 Forsep mikro gunting lurus, kanan, kiri
 Malleus Nipper
 Flap knife
 Round knife 45 dan 90 derajat
 Sickle knife
 Micro respatorium
 Pick 45 derajat
 Pick 90 derajat
 Hook footplate
 Wullstein needle, long curved
 Double ended sharp curretes
 Metal cases and rack

C. PETUGAS 1. Dokter Spesialis THT‐KL yang mempunyai


kewenangan klinis
2. PPDS Sp.1 THT‐KL yang mempunyai
kewenangan klinis sesuai tingkat kompetensi
pendidikannya
3. Perawat Kamar Operasi THT‐KL yang mempunyai
kewenangan klinis
4. Dokter Spesialis Anestesi yang mempunyai
kewenangan klinis

PROSEDUR 1. Identifikasi
2. Sign in
3. Time out
4. Pasien terbaring dalam narkose umum di meja operasi
5. Pada daerah operasi yang akan diinsisi dilakukan
suntikan dengan larutan Xylocaine 1% dengan
epinefrin 1 : 100.000., untuk memisahkan
periosteum
6. Dilakukan insisi retroaurikular 3‐5 mm dari sulkus
atau pada batas kulit rambut daerah retroaurikular,
mulai dari kulit, subkutis, hingga periosteum,
mulai dari setinggi linea temporalis sampai
mendekati ujung mastoid
7. Dilakukan pengambilan tandur fasia muskulus
temporalis atau perikondrium tragus
8. Mastoidektomi superfisialis/sederhana:
• Bor korteks mastoid dengan landmark segitiga Mc
Ewen, dengan mengidentifikasi dinding posterior
liang telinga, linea temporalis dan spina Henle.
Identifikasi tegmen timpani, tegmen mastoid, sinus
sigmoid dan kanalis semisirkulatis lateralis.
9. Mastoidektomi dalam/atikotomi :
• Identifikasi aditus ad antrum, fosa inkudis,
solid angle dan N. Fasialis pars vertikal. Bila ada
jaringan patologis/ jaringan granulasi dibersihkan
• Identifikasi inkus, incudomaleolar join dan maleus
serta periksa mobilitas osikel dan patensi aditus
ad antrum. Bila perlu dilakukan timpanotomi
posterior.
10. PORP atau TORP atau tandur autologous dipasang
bila dilakukan osikuloplasti
11. Pasang tandur yang sudah disiapkan dengan salah
satu teknik pemasangan graft (inlay, underlay,
overlay, inlay‐underlay), sesuai dengan tipe
timpanoplasti
12. Diletakkan tampon liang telinga yang sudah
dilapisi oleh salep antibiotik.
13. Luka operasi ditutup dengan jahitan lapis demi lapis
14. Bila perlu dipasang pipa salir di daerah insisi
15. Operasi selesai
16. Sign Out

PASCA PROSEDUR 1. Medikamentosa


TINDAKAN • Antibiotika injeksi : Ciproloksasin 2x400 mg,
atau Ceftazidim 3x 1 gr selama rawat inap
• Analgetika : Paracetamol 3x 1 gr atau Tramadol
3x 100 mg atao Keterolac 2x 30mg selama rawat
inap selama 3‐5 hari
• Deksametason atau metilprednisolon injeksi
bila diperlukan
• Lain‐lain : Asam traneksamat (bila diperlukan)
2. Evaluasi outcome :
• Evaluasi ada tidaknya komplikasi tindakan
pasca operasi :
 Komplikasi reversible: paresis fasialis,
vertigo, perdarahan masif, kebocoran cairan
otak, fistula labirin, infeksi luka
 Komplikasi irreversible: tuli sensorineural
3. Elastic verban yang melingkari kepala dilepas dan
ganti verban luka operasi dilakukan 24 jam pasca
operasi. Luka baik, tidak ada komplikasi, pasien
dapat rawat jalan.
4. Ganti verban dan lepas jahitan retroaurikular pada
hari ke‐7 pasca operasi
5. Tampon dalam dikeluarkan pada hari ke 10‐14,
kecuali terjadi infeksi, dapat diganti sebelum hari ke
10
6. Medikamentosa rawat jalan :
• Ofloksasin tetes telinga setelah lepas tampon
telinga
• Antibiotika oral : Ciproflokasisin 2x 500 mg
selama 10 hari, atau Levofloksasin 1x 500 mg
untuk pasien dewasa. Pasien anak diberikan
Amoksisilin Klavulanat atau golongan
Cefalosporin (Cefixime), dengan dosis sesuai
berat badan
7. Tindak lanjut rawat jalan :
• Kontrol 1‐2 minggu dalam 2‐4 minggu
pertama pasca operasi tergantung proses
penyembuhan luka
• Kontrol tiap bulan hingga 3 bulan pasca operasi
• Audiometri ulang 3 bulan pasca operasi. Pada
pasien yang tidak kooperatif atau kondisi
medis yang tidak memungkinkan dipilih
pemeriksaan BERA.

TINGKAT EVIDENS -
TINGKAT
REKOMENDASI -
PENELAAH KRITIS KELOMPOK STUDI OTOLOGI PERHATI‐KL

INDIKATOR Timpanomastoidektomi tanpa komplikasi pasca


PROSEDUR tindakan selesai
TINDAKAN dalam 5 jam
Target :
80% Timpanomastoidektomi tanpa komplikasi pasca
tindakan selesai dalam 3 jam
DAFTAR RUJUKAN 1. Sanna M, Sunose H, Mancini F, Russo A, Taibah
A. Middle Ear Mastoid Microsurgery. Thieme,
Stuttgart, 2003
2. Cjole RA, Brodie HA, Jacob A. Surgery of the
Mastoid and Petrosa. In Byron J. Bailey & Jonas
T. Johnson Head and Neck Surgery
Otolaryngology. Vol 2. 4th. Lippincott Williams &
Willimns. Philadelphia. 2006.
3. Helmi. Bedah Telinga Tengah untuk Otitis Media
Supuratif Kronis. Penerbit FKUI Jakarta. 2005.
4. ICD 10th revision. World Health Organization
5. ICD 9CM 9th revision. World Health Organization
NAMA PENYAKIT OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK) TIPE
BAHAYA
• Chronic atticoantral suppurative otitis media (ICD
10: H66.2)
• Cholesteatoma of middle ear (ICD 10: H71)
• Attic perforation of tympanic membrane (ICD 10:
H72.1)
• Other marginal perforations of tympanic membrane
(ICD 10: H72.2)
• Total & multiple perforations of tympanic
membrane (ICD 10:H72.8)
• Polyp of middle ear (ICD 10: H 74.4)

DEFINISI Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) tipe Bahaya


adalah radang kronik telinga tengah disertai perforasi
membran timpani dan sekret liang telinga yang
berlangsung lebih dari 2 bulan, baik hilang timbul maupun
terus menerus disertai adanya kolesteatoma di telinga
tengah

ANAMNESIS • Riwayat sering keluar cairan dari telinga atau terus


menerus dan berbau, dapat disertai darah lebih dari 2
bulan
• Gangguan pendengaran
• Tinitus
• Nyeri telinga
• Gejala komplikasi :
• Intra temporal : vertigo, muka mencong, ketulian total
• Ekstra temporal : bisul di belakang daun telinga,
mual, muntah, nyeri kepala hebat, penurunan
kesadaran, demam tinggi

PEMERIKSAAN • Terdapat kolesteatoma


FISIK • Perforasi membran timpani atik, marginal atau total
• Liang telinga bisa lapang atau sempit bila terjadi
shagging akibat destruksi liang telinga posterior
• Sekret mukopurulen/purulen yang berbau
• Dapat disertai jaringan granulasi di telinga tengah
• Bila terdapat komplikasi dapat ditemukan abses
retroaurikular, fistel retroaurikular, paresis fasialis
perifer, atau ditemukan tanda‐tanda peningkatan
tekanan intrakranial

PEMERIKSAAN 1. Dapat dilakukan pemeriksaan otomikroskopik/


PENUNJANG otoendoskopi
2. Dapat dilakukan pemeriksaan kultur dan resistensi
sekret liang telinga :
• Di poliklinik : dengan bahan sekret liang telinga
• Saat operasi : dengan bahan sekret rongga mastoid
3. Dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi sebelum
atau durante operasi
4. Dianjurkan HRCT mastoid potongan aksial koronal
tanpa kontras ketebalan 0.6mm. Foto polos mastoid
Schuller masih dapat dilakukan bila fasilitas CT scan
tidak tersedia.
5. CT scan kepala dengan dan tanpa kontras bila
curiga adanya komplikasi intrakranial
6. Pemeriksaan fungsi pendengaran :
• Pemeriksaan penala
• Audiometri nada murni
• Dapat dilakukan BERA
7. Pemeriksaan fungsi keseimbangan
8. Pemeriksaan fungsi saraf fasialis
9. Untuk persiapan operasi : disesuaikan dengan
PPK Tindakan operasi yang dilakukan

KRITERIA Riwayat keluar cairan dari telinga terus menerus atau


DIAGNOSIS hilang timbul lebih dari 2 bulan dengan atau tanpa
gejala lain, adanya perforasi membran timpani dan
ditemukan kolesteatoma pada pemeriksaan fisik atau
kecurigaan adanya kolesteatoma pada pemeriksaan
patologi anatomi atau pemeriksaan radiologi

DIAGNOSIS Otitis Media Supuratif Kronik tipe Bahaya :


KERJA • Chronic atticoantral suppurative otitis media (ICD
10:H66.2)
• Cholesteatoma of middle ear (ICD 10:H7.1)
• Attic perforation of tympanic membrane (ICD
10:H72.1)
• Other marginal perforations of tympanic membrane
(ICD 10:H72.2)
• Total & multiple perforations of tympanic
membrane (ICD 10: H72.8)
• Polyp of middle ear (ICD 10: H 74.4)

DIAGNOSIS • Basal cell carcinoma skin of ear and external


BANDING auricular canal (ICD 10: C44.21)
• Squamous cell carcinoma of skin of ear and
external canal (ICD 10: C44.22)
• Malignant neoplasm of middle ear (ICD 10: C30.1)

TERAPI 1. Non Pembedahan :


a. Hindari air masuk ke dalam telinga
b. Cuci liang telinga :
• NaCl 0,9%.
• Asam asetat 2%.
• Peroksida 3%.
c. Antibiotika :
• Topikal tetes telinga ofloksasin
• Sistemik : anti Pseudomonas sp (golongan
Quinolon dan Sefalosporin generasi IV)

2. Pembedahan : Mastoidektomi radikal, mastoidektomi


radikal modifikasi, timpanomastoidektomi, canal wall
down tympanoplasty/ mastoidectomy. Menurut ICD
9 CM dapat mencakup tindakan :
• Radical mastoidectomy (20.42),
• Modified radical mastoidectomy (20.49)
• Simple mastoidectomy (20.41), Atticotomy (20.23)
• Type I tympanoplasty (19.4), Type II
tympanoplasty (19.52), Type III tympanoplasty
(19.53), Type IV tympanoplasty (19.54), Type V
tympanoplasty (19.55)
• Ossiculoplasty (19.0)
• Mastoid obliteration (19.9)
• Meatoplasty (18.6)
3. Setelah operasi :
A. Antibiotika
a. Golongan Sefalosporin anti pseudomonas adalah
Sefalosporin generasi IV (dikenal sebagai
antipseudomonal), pilihannya: Cefepime atau
Ceftazidim. Antibiotik jenis ini juga merupakan
pilihan untuk pasien anak mengingat adanya kontra
indikasi pemberian antibiotik golongan Quinolon.
b. Pada kasus infeksi Methicillin‐resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) : Sefalosporin
generasi V, pilihannya : Fetaroline atau
Ceftobiprole.
c. Penggunaan Gentamisin dapat dilakukan pada
kondisi:
• Tidak tersedia obat lain yang tidak bersifat
ototoksik.
• Satu‐satunya antibiotik yang sensitif terhadap
kuman hasil biakan sekret liang
• telinga yang diambil di poliklinik maupun saat
operasi.
d. Metronidazol 3x500 mg intra vena bila ada
kecurigaan keterlibatan kuman anaerob
B. Pemberian analgetik diberikan pilihan golongan non‐
opioid dan golongan opioid
C. Steroid intra vena (bila perlu)
4. Bila pada kunjungan pertama pasien ditegakkan
diagnosis Otitis Media Supuratif Kronik tipe Bahaya
disertai adanya komplikasi intra kranial maka pasien harus
dirawat inap.

EDUKASI • Memotivasi pasien untuk segera dan harus dilakukan


operasi
• Penjelasan tentang gangguan pendengaran
• Penjelasan tentang komplikasi penyakit
• Telinga tidak boleh masuk air

PROGNOSIS Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad malam

PENELAAH KELOMPOK STUDI OTOLOGI PERHATI‐KL


KRITIS
DAFTAR 1. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan Telinga
RUJUKAN Tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,
Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher.
Edisi ke enam. Jakarta: FKUI; 2007. hal 10‐22.
2. Neely JG, Arts HA. Intratemporal and intracranial
complications of otitis media. In: Bailey BJ,
Johnson JT, Newlands SD,eds. Head & neck
surgery‐otolaryngology. 4 edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p.2043‐56.
3. Levine SC, Souza CD, Shinners MJ. Intracranial
complications of otitis media. In: Gulya AJ, Minor
LB, Poe DS, eds. Glasscock‐Shambaugh Surgery of
The Ear. Sixth edition. Connecticut: PMPH USA;
2010. p.451‐64.
4. Gopen Q. Pathology and clinical course of the
inflammatory disease of the middle ear. In: Gulya
AJ, Minor LB, Poe DS. Glasscock‐Shambaugh
Surgery of The Ear. Sixth edition. Connecticut:
PMPH USA; 2010. p.425‐36.
5. Hamilton J. Chronic otitis media in childhood. In:
Gleeson M, Browning GG, Burton MJ, Clarke R,
Hibbert J, Jones NS, Lund VJ, et al, editor. Scotts‐
Brown’s Otorhinolaryngology: Head and Neck
Surgery. 7th edition. London: Edward Arnold
publisher; 2008. p.928‐964.
6. Francis HW. Anatomy of the temporal bone,
external ear and middle ear. In: Flint PW, Haughey
BH, Lund VJ, Niparko JK, th Richardson MA,
Robbins KT,et al. Cummings Otolaryngology Head
&Neck Surgery. Fifth edition. Philadelphia: Mosby
Elsevier ;2010.p.1821‐2566.
7. Helmi. Otitis media supuratifkronis. Dalam: Helmi.
Otitis media supuratifkronis. Edisi ke 1. Jakarta:
BalaiPenerbit FKUI; 2005. h.55‐68.
8. International Classification of Diseases 10th
Revision (ICD 10). World Health Organization
9. International Classification of Diseases 9th Revision
Clinical Modification (ICD 9CM). World Health
Organization

NAMA TINDAKA MASTOIDEKTOMI RADIKAL (ICD 9 CM: 20.42)


N MASTOIDEKTOMI RADIKAL MODIFIKASI (ICD 9C
M: 20.49)

DEFINISI Mastoidektomi radikal adalah operasi pada penyakit/


infeksi kronik mukosa telinga tengah disertai
kolesteatoma yang bertujuan membersihkan jaringan
patologi, mengangkat seluruh mukosa telinga tengah,
mengangkat sisa tulang pendengaran dan meninggalkan
footplate stapes, menjadikan rongga mastoid, kavum
timpani dan liang telinga menjadi satu rongga dengan
meruntuhkan dinding posterior liang telinga, dan menutup
tuba Eustachius. Pada mastoidektomi radikal modifikasi
dilakukan penutupan rongga/ kavitas operasi dengan
tandur untuk mencapai telinga kering.

INDIKASI Otitis Media Supuratif Kronik tipe Bahaya:


 Chronic atticoantral suppurative otitis media (ICD 10:
H66.2)
 Cholesteatoma of middle ear (ICD 10: H7.1)
 Attic perforation of tympanic membrane (ICD 10:
H72.1)
 Other marginal perforations of tympanic membrane
(ICD 10: H72.2)
 Total & multiple perforations of tympanic
membrane (ICD 10:H72.8)

KONTRA Otitis Media Supuratif Kronik tipe Aman:


INDIKASI  Chronic tubotympanic suppurative otitis media (ICD
10: H66.1)
 Central perforation of tympanic membrane (ICD 10:
H72.0)

PERSIAPAN Terdiri atas persiapan Pasien, Bahan dan Alat, serta Petugas
:

A. PASIEN 1. Penjelasan operasi dan kemungkinan komplikasi


yang dapat terjadi.
2. Ijin Operasi
3. Ijin Pembiusan
4. Konsul : Anestesi/Kesehatan Anak/ Penyakit Dalam
/Kardiologi
5. Pemeriksaan laboratorium:
 Pemeriksaan darah tepi lengkap
 PT dan APTT
 SGOT, SGPT
 Ureum dan creatinin darah
 Gula darah sewaktu
6. Pemeriksaan Radiologi:
 Foto Thoraks
 HRCT mastoid potongan aksial koronal tanpa
kontras ketebalan 0.6 mm. Foto polos mastoid
Schuller masih dapat dilakukan bila fasilitas CT
scan tidak tersedia
7. Hasil pemeriksaan mikroskopi/endoskopi telinga
8. Hasil pemeriksaan Audiometri/BERA
9. Cukur rambut daerah belakang telinga yang akan.
Telinga yang akan dioperasi diberi marker. Pasien
wajib mandi dan keramas sebelum operasi.
10. Puasa 6 jam sebelum operasi
11. Medikamentosa pre operasi : diberikan antibiotika
oral dan atau tetes telinga antibiotika Ofloksasin dan
atau H202 3 %
B. BAHAN DAN 1. BAHAN HABIS PAKAI:
ALAT • 1 set mata bor operasi telinga/mastoid
• Alkohol 70%, 50 cc
• Larutan Betadine, 50 cc
• NaCl 0.9% 500 cc, 5 flacon
• Spuit 20 cc 1 buah
• Spuit 5 cc 3 buah
• Xylocain 1 % atau Pehacain 3 ampul
• Adrenalin atau epinefrin 2 ampul
• Kapas petties 1 pack
• Kassa steril 5 pack
• Gelfoam 1 lembar
• Kassa antibiotika 1 lembar
• Plester
• Elastic Verban
• Benang jahit vickryl 3.0, 2 buah
• Benang jahit prolene atau silk 5.0, 2 buah

2. ALAT :
• Mikroskop operasi telinga dengan sistem monitor
dan perekaman data operasi
• Mesin bor telinga high speed
• Hand piece otologi
• Bipolar atau monopolar electro‐cautery system
• Set operasi mikro telinga :
 Hartman ear speculum, diameter 5, 6, 7.5 mm
 Hartman nasal speculum, panjang 13 cm
 Retraktor telinga ukuran anak dan dewasa
 Suction tube diameter 0.7, 1, 1.3, 1.5, 2, 2.2, 2.5,
3.2 mm, panjang 10 cm
 Suction handle with cut‐off hole
 Surgical handle
 Elevator PLESTER
 Elevator LEMPERT
 Forsep jaringan
 Forsep Wullstein
 Gunting, curved, sharp/bunt, panjang 12 cm
 Forsep arteri lurus
 Forsep arteri curved
 Forsep mikro telinga
 Forsep mikro biopsi telinga lurus
 Forsep mikro biopsi telinga arah atas
 Forsep biosi telinga arah bawah
 Forsep mikro gunting lurus, kanan, kiri
 Malleus Nipper
 Flap knife
 Round knife 45 dan 90 derajat
 Sickle knife
 Micro respatorium
 Pick 45 derajat
 Pick 90 derajat
 Hook footplate
 Wullstein needle, long curved
 Double ended sharp curretes
 Metal cases and rack

C. PETUGAS 1. Dokter Spesialis THT‐KL yang mempunyai


kewenangan klinis
2. PPDS Sp.1 THT‐KL yang mempunyai kewenangan
klinis sesuai tingkat kompetensi pendidikannya
3. Perawat Kamar Operasi THT‐KL yang mempunyai
kewenangan klinis
4. Dokter Spesialis Anestesi yang mempunyai
kewenangan klinis
PROSEDUR 1. Identifikasi
2. Sign in
3. Time out
4. Pasien terbaring dalam narkose umum di meja operasi
5. Pada daerah operasi yang akan diinsisi dilakukan
suntikan dengan larutan Xylocaine 1% dengan
epinefrin 1 : 100.000., untuk memisahkan periosteum
6. Dilakukan insisi retroaurikular 3‐5 mm dari sulkus
atau pada batas kulit rambut daerah retroaurikular,
mulai dari kulit, subkutis, hingga periosteum, mulai
dari setinggi linea temporalis sampai mendekati ujung
mastoi
7. Dilakukan pengambilan tandur fasia muskulus
temporalis atau perikondrium tragus
8. Mastoidektomi superfisialis/sederhana:
• Bor korteks mastoid dengan landmark segitiga
Mc Ewen, dengan mengidentifikasi dinding
posterior liang telinga, linea temporalis dan
spina Henle. Identifikasi tegmen timpani, tegmen
mastoid, sinus sigmoid dan kanalis semisirkulatis
lateralis.

9. Mastoidektomi dalam/atikotomi :
• Identifikasi aditus ad antrum, fosa inkudis, solid
angle dan N. Fasialis pars vertikal. Bila ada
jaringan patologis/ jaringan granulasi dibersihkan
• Seluruh sisa osikel diangkat dengan menyisakan
footplate.
10. Dilakukan pengangkatan atau pengeboran dinding liang
telinga hingga setinggi facial ridge.
11. Dapat dilakukan amputasi tip mastoid.
12. Dilakukan penutupan tuba Eustachius dengan jaringan
lunak.
13. Dilakukan meatoplasti (ICD 9 CM: 18.6)
14. Pada mastoidektomi radikal modifikasi: dilanjutkan
dengan pemasangan tandur untuk menutup kavitas
operasi.
15. Diletakkan tampon liang telinga yang sudah dilapisi
oleh salep antibiotik.
16. Luka operasi ditutup dengan jahitan lapis demi lapis
17. Operasi selesai
18. Sign Out

PASCA PROSEDUR 1. Medikamentosa


TINDAKAN • Antibiotika injeksi : Ciproloksasin 2x400 mg,
atau Ceftazidim 3x 1 gr selama rawat inap
• Analgetika : Paracetamol 3x 1 gr atau Tramadol 3x
100 mg atau Keterolac 2x 30mg selama rawat
inap selama 3‐5 hari
• Deksametason atau metilprednisolon injeksi bila
diperlukan
• Lain‐lain: Asam traneksamat (bila diperlukan)
2. Evaluasi outcome :
• Evaluasi ada tidaknya komplikasi tindakan pasca
operasi :
 Komplikasi reversible: paresis fasialis,
vertigo, perdarahan masif, kebocoran cairan
otak, fistula labirin, infeksi luka
 Komplikasi irreversible: tuli sensorineural
3. Elastic verban yang melingkari kepala dilepas dan
ganti verban luka operasi dilakukan 24 jam pasca
operasi. Luka baik, tidak ada komplikasi, pasien
dapat rawat jalan.
4. Ganti verban dan lepas jahitan retroaurikular pada
hari ke‐7 pasca operasi
5. Tampon dalam dikeluarkan pada hari ke 10‐14,
kecuali terjadi infeksi, dapat diganti sebelum hari ke
10
6. Medikamentosa rawat jalan :
• Ofloksasin tetes telinga setelah lepas tampon
telinga
• Antibiotika oral : Ciproflokasisin 2x 500 mg
selama 10 hari, atau Levofloksasin 1x 500 mg
untuk pasien dewasa. Pasien anak diberikan
Amoksisilin Klavulanat atau golongan
Cefalosporin (Cefixime), dengan dosis sesuai
berat badan.

7. Tindak lanjut rawat jalan :


• Kontrol 1‐2 minggu dalam 2‐4 minggu pertama
pasca operasi tergantung proses penyembuhan luka
• Kontrol tiap bulan hingga 3 bulan pasca operasi
• Audiometri ulang 3 bualn pasca operasi. Pada
pasien yang tidak kooperatif atau kondisi medis
yang tidak memungkinkan dapat dipilih
pemeriksaan BERA.

TINGKAT
EVIDENS -
TINGKAT
REKOMENDASI -
PENELAAH
KRITIS KELOMPOK STUDI OTOLOGI PERHATI‐KL
INDIKATOR
PROSEDUR Mastoidektomi radikal/modifikasi tanpa komplikasi
pasca tindakan
TINDAKAN selesai dalam 5 jam
Target :
80% Mastoidektomi radikal/modifikasi tanpa komplikasi
pasca tindakan selesai dalam 3 jam

DAFTAR 1. Sanna M, Sunose H, Mancini F, Russo A, Taibah


RUJUKAN A. Middle Ear Mastoid Microsurgery. Thieme,
Stuttgart, 2003
2. Cjole RA, Brodie HA, Jacob A. Surgery of the
Mastoid and Petrosa. In Byron J. Bailey & Jonas
T. Johnson Head and Neck Surgery Otolaryngology.
Vol 2. 4th. Lippincott Williams &Willimns.
Philadelphia. 2006.
3. Helmi. Bedah Telinga Tengah untuk Otitis Media
Supuratif Kronis. Penerbit FKUI Jakarta. 2005.
4. International Classification of Diseases 10th
Revision (ICD 10).World Health Organization
5. International Classification of Diseases 9th Revision
Clinical Modification (ICD 9CM). World Health
Organization
NAMA SINUSITIS KRONIK
PENYAKIT • Chronic maxillary sinusitis (ICD 10: J32.0)
• Chronic frontal sinusitis (ICD 10: J32.1)
• Chronic ethmoidal sinusitis (ICD 10: J32.2)
• Chronic sphenoidal sinusitis (ICD 10: J32.3)
• Chronic pansinusitis (ICD 10: J32.4)
• More than one sinus but not pansinusitis (ICD 10: J32.8)
• Chronic sinusitis, unspecified (ICD 10: J32.9)
DEFINISI Sinusitis atau rinosinusitis kronik merupakan inflamasi
mukosa sinus paranasal dan rongga hidung dengan durasi
lebih dari 12 minggu dan/atau dalam 6 bulan terakhir kambuh
lebih dari 3 episode
.
ANAMNESIS 1. Gejala utama :
• Ingus mukopurulen
• Ingus belakang hidung
• Hidung tersumbat
• Nyeri wajah
• Hiposmia dan anosmia
2. Gejala tambahan :
• Nyeri kepala
• Halitosis/ bau mulut
• Nyeri daerah gusi atau gigi rahang atas
• Batuk
• Nyeri telinga
• Kelelahan
3. Gejala faktor risiko, jika ada :
 Curiga rinitis alergi (ICD 10: J30.3) : gejala ingus encer,
bersin, hidung gatal jika terpajan alergen.
 Curiga refluks laringofaringeal (ICD 10: K21.9) : gejala
suara serak, mendehem, ingus belakang hidung, kesukaran
menelan, batuk setelah makan/berbaring, rasa tercekik, rasa
mengganjal di tenggorok, rasa panas di dada (skor reflux
symptom index).
4. Dapat disertai keluhan gangguan kualitas tidur (ICD 10:
G.47.33), sesuai dengan Epworth sleepiness scale (skor lebih dari
4)
5.Jika terdapat keluhan bengkak di mata, penglihatan ganda,
penurunan penglihatan, nyeri dan bengkak di dahi yang berat,
nyeri kepala berat dengan kaku kuduk dipikirkan kemungkinan
komplikasi sinusitis ke orbita atau intrakranial.
PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan rinoskopi anterior dan atau nasoendoskopi dapat
FISIK ditemukan :
• Sekret mukopurulen dari meatus medius
• Edema dan/atau hiperemis dan/atau polip di meatus
medius,
• Ingus di belakang hidung
• Septum deviasi/ konka paradoks/ defleksi prosesus
• unsinatus ke lateral
2.Dapat ditemukan bengkak dan nyeri tekan di pipi dan
kelopak mata bawah (pada sinus maksila)
3.Dapat ditemukan bengkak dan nyeri di dahi dan kelopak
mata atas pada sinusitis frontal.
4. Dapat ditemukan tanda komplikasi sinusitis, berupa:
• Edema/hiperemis periorbita
• Diplopia

PEMERIKSAAN 8. CT scan sinus paranasal potongan koronal aksial soft


PENUNJANG tissue setting ketebalan 3 mm tanpa kontras dilakukan jika:
• setelah pemberian antibiotika selama 2 minggu,
tidak memberikan perbaikan terhadap infeksi bakteri dan atau
• setelah pengobatan medikamentosa maksimal selama 6 – 8
minggu jika terdapat faktor risiko rinitis
alergi atau refluks laringofaringeal
9. Jika diperlukan pemeriksaan alergi: dapat dilakukan tes
cukit kulit dan pemeriksaan eosinofil darah tepi untuk
menentukan tipe inflamasi dan diagnosis faktor risiko rhinitis
alergi
10. Jika diperlukan pemeriksaan rinofaringolaringoskopi serat
optik sebagai pemeriksaan menilai Refluks Finding Score
(RFS) untuk menegakkan diagnosis faktor risiko Refluks
Laringofaringeal (RLF)
4.Jika diperlukan dilakukan pemeriksaan kultur bakteri dan
tes resistensi dari sekret hidung
5.Bila terdapat kecurigaan komplikasi, konsultasi ke bidang
terkait (mata/neurologi)
6.Bila terdapat tanda infeksi bakteri,
dilakukan pemeriksaan laju endap darah (LED) dan C‐reactive pro
tein (CRP)
7.Untuk persiapan operasi : disesuaikan dengan PPK Tindakan
operasi yang dilakukan
KRITERIA 1. Sesuai dengan kriteria Anamnesis
DIAGNOSIS 2. Sesuai dengan kriteria Pemeriksaan fisik
DIAGNOSIS • Chronic maxillary sinusitis (ICD 10: J32.0)
KERJA • Chronic frontal sinusitis (ICD 10: J32.1)
• Chronic ethmoidal sinusitis (ICD 10: J32.2)
• Chronic sphenoidal sinusitis (ICD 10: J32.3)
• Chronic pansinusitis (ICD 10: J32.4)
• More than one sinus but not pansinusitis (ICD 10: J32.8)
• Chronic sinusitis, unspecified (ICD 10: J32.9)

DIAGNOSIS 1. Allergic rhinitis (ICD 10: J30.4)


BANDING 2. Vasomotor rhinitis (ICD 10 : J30.0)

TERAPI 1. Non Pembedahan – Medikamentosa Maksimal:


• Cuci hidung dengan larutan garam fisiologis (NaCl 0.9%)
• Steroid topikal intranasal.
• Dekongestan, analgetik dan mukolitik.
• Terapi medikamentosa terhadap faktor risiko yaitu
antihistamin dan steroid topikal intranasal untuk rhinitis alergi
persisten sedang berat dan proton pump inhibitor untuk
refluks laringofaringeal.
• Antibiotika jika terdapat 3 gejala dan tanda infeksi bakteri dari 5
kriteria berikut ini: ingus mukopurulen satu sisi, nyeri wajah
satu sisi, demam lebih dari 380C, terdapat ‘double sickening’ –
gejala yang memberat sesudah terjadi perbaikan pemeriksaan,
CRP dan LED meningkat, dan atau sesuai kultur resistensi.
• Antibiotika empirik: Amoksisilin Klavulanat/ Sefalosporin/
Eritromisin/ Klaritromisin/ Azitromisin selama 7 ‐14 hari
2. Pembedahan : Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF):
• Intranasal antrotomy (ICD 9CM: 22.2)
• Frontal sinusectomy (ICD 9CM: 22.42)
• Ethmoidectomy (ICD 9CM: 22.63)
• Sphenoidectomy (ICD 9CM: 22.64)
3. Terapi selama 3 hari pasca operasi :
• Antibiotika intra vena.
• Parasetamol atau nonsteroidal anti‐inflammatory drugs
(NSAID) intra vena
• Jika diperlukan Metilprednisolon dosis tinggi (3x125mg)
• Jika diperlukan Pseudoefedrin HCL oral
• Jika diperlukan Loratadin oral
• Jika diperlukan Asam Traneksamat intra vena

EDUKASI • Penjelasan tentang rencana pengobatan dan operasi


• Pencegahan inflamasi berulang dengan melakukan
penatalaksanaan faktor risiko dan faktor lingkungan

PROGNOSIS Ad vitam : dubia ad bonam


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

PENELAAH KELOMPOK STUDI RINOLOGI PERHATI‐KL


KRITIS

DAFTAR 1. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis. Dalam: Soepardi


RUJUKAN EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan THT‐KL. Edisi enam. Jakarta:Balai
Penerbit FKUI;2009.hal 150‐4
2. Fokkens W, Lund V, Mullol J, Bachert C, Alobid I, Baroody F,
et al. European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal
Polyps 2012. Rhinology 2012;50(supl. 23): 1‐299
3. Soetjipto D., Wardhani RS. Guideline Penyakit THT di
Indonesia, PP. PERHATI‐KL, 2007, hal 63
4. Patel ZM, Hwang PH. Non polypoid rhinosinusitis:
pathogenensis, diagnosis, staging and treatment. In
Bailey’s Head & Neck Surgery‐Otolaryngology. 5th ed.
Philadelphia. Wolter Kluwer Lippincott Williams & Wilkins;
2014.p535‐549.
5. Kolln KA, Senior BA. Diagnosis and Management of
Acute Rhiosinusitis. Dalam: Thaler ER, Kennedy DW
(eds). Rhinosinusitis – A Guide for Diagnosis and
Management. Philadelphia: Springer;2008:hal 29‐40
6. Schlosser RJ, Harvey RJ. Diagnosis and Management of
Chronic Rhiosinusitis. Dalam: Thaler ER, Kennedy DW
(eds). Rhinosinusitis – A Guide for Diagnosis and
Management. Philadelphia: Springer;2008:hal 41‐64
7. International Classification of Diseases 10 th Revision
(ICD 10). World Health Organization
8. International Classification of Diseases 9 Modification (ICD
9CM). World Health Organization th Revision Clinical
NAMA BEDAH SINUS ENDOSKOPI FUNGSIONAL (BSEF)/
TINDAKAN FUNCTIONAL ENDOSCOPIC SINUS SURGERY (FESS)
• Intranasal antrotomy (ICD 9CM: 22.2)
• Frontal sinusectomy (ICD 9CM: 22.42)
• Ethmoidectomy (ICD 9CM: 22.63)
• Sphenoidectomy (ICD 9CM: 22.64)

DEFINISI Operasi sinus dengan bantuan endoskopi untuk membersihkan


jaringan patologi dan memperbaiki drainase dan ventilasi sinus

INDIKASI 1. Rinosinusitis kronik : setelah 14 hari terapi


medikamentosa optimal, tidak terdapat perbaikan
2. Rinosinusitis jamur
3. Anatomi sinosanal patologis
4. Epistaksis untuk ligasi arteri sfenopalatina
5. Pottt’s puffy tumor
6. Polip nasi grade II & III, Polip antrokoana
7. Rinitis Atrofi
8. Benda asing di sinus paranasal.
KONTRA Relatif : Anemia berat, hipertensi gangguan hemostasis tidak
INDIKASI terkontrol

PERSIAPAN Terdiri atas persiapan Pasien, Bahan dan Alat, serta Petugas :

A. PASIEN 1. Penjelasan operasi dan kemungkinan komplikasi yang


dapat terjadi.
2. Ijin Operasi
3. Ijin Pembiusan
4. Konsul :
• Anestesi : untuk teknik hipotensi
• Anak : bila usia di bawah 18 tahun atas indikasi
• Penyakit Dalam : bila usia di atas 18 tahun atas indikasi
• Kardiologi : bila usia di atas 40 tahun
5. Pemeriksaan laboratorium:
• Pemeriksaan darah tepi lengkap
• PT dan APTT
• SGOT, SGPT
• Ureum dan creatinin darah
• Elektrolit
• Gula darah sewaktu
• Pemeriksaan golongan darah
• Pemeriksaan HbsAg dan anti HCV (bila terdapat
kecurigaan)
6. Pemeriksaan Radiologi:
• CT scan sinus paransal potongan aksial, koronal dan
sagital ketebalam 3 mm, soft tissue setting.
• Foto Toraks
7. Elektrokardiografi
8. Pemeriksaan penunjang lain atas indikasi
9. Pemeriksaan Nasoendoskopi
10. Cukur bulu hidung
11. Medikamentosa sebelum operasi : injeksi antibiotika,
kortikosteroid dan asam traneksamat
12. Puasa 6 jam sebelum operasi

B. BAHAN DAN 1. BAHAN :


ALAT • Tampon Hidung Netcell (PVA)/Rapid Rhino
• (hydrocolloid fabric)
• Surgicell (carboxymethyl celloulosa)
• Surgicall Patties
• Tampon gulung
• Oxymetazoline nasal spray
• Xylocain gel
• Gentamisin injeksi
• Deksametason ampul
• Fibrin glue jika diperlukan.
• Jarum spinal jika diperlukan
• Disposible syringe 3 ml, 5 ml, 10 ml.
• Injeksi epinefrin/ Phenilcain
• H2O3%
• Betadine
• Saline Water 2
NAMA TONSILITIS/ADENOIDITIS KRONIK
PENYAKIT
 Chronic Tonsillitis and adenoiditis (ICD 10 : J35.0)
 Hypertrophy of tonsils (ICD 10 : J35.1)
 Hypertrophy of adenoids (ICD 10 : J35.2)
 Hypertrophy of tonsils with hypertrophy of adenoids (ICD
10 : J35.3)

DEFINISI Tonsilitis Kronik adalah peradangan kronik dari tonsil sebagai


lanjutan peradangan akut/subakut yang berulang/rekuren, dengan
kuman penyebab nonspesifik.

Peradangan kronik ini dapat mengakibatkan pembesaran tonsil


yang menyebabkan gangguan menelan dan gangguan pernapasan.

ANAMNESIS A. Keluhan lokal


• Nyeri menelan
• Nyeri tenggorok
• Rasa mengganjal di tenggorok
• Mulut berbau (halitosis)
• Demam
• Mendengkur
• Gangguan bernapas
• Hidung tersumbat
• Batuk pilek berulang
B. Dapat pula disertai keluhan sistemik
• Rasa lemah
• Nafsu makan berkurang
• Sakit kepala
• Nyeri pada sendi

PEMERIKSAAN • Pembesaran tonsil


FISIK • Permukaan kripta tonsil melebar
• Detritus pada penekanan kripta
• Arkus anterior atau posterior hiperemis
• Pembesaran kelenjar submandibula
PEMERIKSAAN 1. Bila perlu kultur resistensi dari swab tenggorok
PENUNJANG 2. Rinofaringolaringoskopi (RFL), foto polos nasofaring
lateral, polisomnografi bila diperlukan
3. Pasca operasi : pemeriksaan histopatologi jaringan tonsil dan
atau adenoid (bila dicurigai keganasan)
4. Untuk persiapan operasi : disesuaikan dengan PPK Tindakan
operasi yang dilakukan
KRITERIA Satu atau lebih keluhan dari anamnesis yang berulang disertai
DIAGNOSIS dengan pembesaran ukuran tonsil dan atau pemeriksaan fisik
lainnya.

DIAGNOSIS ChronicTonsillitis and adenoiditis (ICD 10 : J35.0) Hypertrophy


KERJA of tonsils (ICD 10 : J35.1) Hypertrophy of adenoids (ICD 10 :
J35.2)
Hypertrophy of tonsils with hypertrophy of adenoids ICD 10 :
J35.3)
DIAGNOSIS 1. Tonsilitis kronik oleh sebab lain: tuberkulosis, sifilis,
BANDING aktinomikosis
2. Pembesaran tonsil karena kelainan darah atau keganasan,
misalnya: leukemia, limfoma
TERAPI 1. Non pembedahan :
• Lokal : obat kumur tenggorok
• Medikamentosa : dengan antibiotik spektrumluas
sambil menunggu hasil kultur
• Simptomatis : analgetik-antipiretik, antiinflamasi

2. Pembedahan
A. Tonsillectomy (ICD 9CM : 28.2) pada :
a. Chronic Tonsillitis (ICD 10 : J35.0)
b. Hypertrophy of tonsils (ICD 10 : J35.1)

B. Adenoidectomy (ICD 9CM : 28.6) pada :


a. Hypertrophy of adenoids (ICD 10 : J35.2).
b. Hypertrophy of tonsils with hypertrophy of adenoids
(ICD 10 : J35.3)
C. Tonsilloadenoidectomy (ICD 9CM : 28.3) pada : Hypertrophy
of tonsils with hypertrophy of adenoids (ICD 10 : J35.3)
EDUKASI  Menjelaskan perjalanan penyakit dan komplikasi yang
timbul
 Menjelaskan rencana pengobatan, indikasi operasi dan
komplikasinya
 Menjaga kebersihan rongga mulut (oral hygiene),
misalnya: menganjurkan sikat gigi dan kumur-kumur
teratur, bila perlu konsultasi kedokter gigi
PROGNOSIS Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
PENELAAH KELOMPOK STUDI LARING FARING PERHATI‐KL
KRITIS

DAFTAR 1. Rusmarjono, Soepardi EA. Faringitis, Tonsilitis dan


RUJUKAN Hipertrofi Adenoid. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N,
Bashiruddin J, Restuti Dwi R, editor. Buku ajar ilmu kesehatan
telinga hidung
tenggorok. Edisi Ke 6. Jakarta: FKUI; 2007. H.223‐5.
2. Lore JM, Medina JE. Tonsillectomy and Adenoidectomy.
In: Lore JM, Medina JE, editor. An Atlas of
Head& Neck Surgery. 4thd. Philladelphia: ElsevierSaunders; 20
05: p.770‐2
3. Brodsky L, Poje C. Tonsillitis, Tonsillectomy,
and Adenoidectomy. In: Bailey BJ, Johnson JT, Newlands
SD, editor. Head & neck surgery‐otolaryngology. 4 edition.
4. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 2006.P.1184‐98. Ba
ugh RF, Archer SM, Mitchell RB, Rosenfeld M, Amin
R, Burns JJ, et al. Clinical practice guidelie: tonsillectomy
in children. Otolaryngol Head Neck Surg. 2011;144: S1‐30.
5. International Classification of Diseases 10thRevision (ICD
1. World Health Organization
6. International Classification of Diseases 9th Revision
Clinical
Modification (ICD 9CM). World Health Organization.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

PERDARAHAN SUBARAHNOID

Suatu keadaan kegawat daruratan yang ditandai oleh


nyeri kepala yang sangat hebat, “worst headache
1. Pengertian ( Definisi)
ever” (VAS 9-10) yang muncul akut/tiba-tiba akibat
perdarahan di ruang subarahnoid
 Gejala prodomal yaitu :
 Gejala peningkatan tekanan
intrakranial dapat berupa : sakit kepala,
muntah-muntah, sampai kesadaran menurun.
 Gejala rangsang meningeal : sakit
kepala, kaku leher, silau, sampai kesadaran
menurun
2. Anamnesis  Gejala khusus untuk perdarahan subarahnoid dapat
berupa :
 manifestasi peningkatan tekanan intrakranial
karena edema serebri, hidrosefalus dan
terjadinya perdarahan berulang
 Defisit neurologis fokal
 Manifestasi stroke iskemik karena
vasospasme bergantung kepada komplikasinya
1. GCS
2. Tanda Rangsang Meningeal/Kaku Kuduk
3. Nyeri kepala
4. Kelumpuhan saraf kranial
3. Pemeriksaan Fisik
5. Kelemahan motorik
6. Defisit sensorik
7. Gangguan otonom
8. Gangguan neurobehavior
Nyeri kepala yang sangat hebat, muncul akut/tiba-tiba,
disertai kaku kuduk, dengan atau tanpa defisit
4. Kriteria Diagnosis
neurologis lain, dan pada CT Scan Otak didapatkan
gambaran hiperdens di ruang subarachnoid
5. Diagnosis Kerja Perdarahan Subarachnoid
Stroke Hemoragik (bila belum dilakukan CT Brain)
6. Diagnosis Banding
Meningitis
1. CT Scan + CT Angiografi
2. EKG
3. Doppler Carotis
4. Transcranial Doppler serial
5. Lab : Hematologi rutin, gula darah sewaktu,
fungsi ginjal (ureum, kreatinin), Activated Partial
Thrombin Time (APTT), waktu prothrombin (PT),
INR, gula darah puasa dan 2 jam PP, HbA1C,
profil lipid, C-reactive protein (CRP), laju endap
7. Pemeriksaan Penunjang darah, dan pemeriksaan atas indikasi seperti:
enzim jantung (troponin/CKMB), serum elektrolit,
analisis hepatik dan pemeriksaan elektrolit.
6. Thorax foto
7. Urinalisa
8. Lumbal Pungsi, jika diperlukan
9. Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur)
10. DSA Serebral
8. Tata Laksana Tatalaksana Umum :
1. Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan
2. Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
3. Pengendalian tekanan intrakranial (manitol jika
diperlukan)
4. Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika
diperlukan)
5. Analgetik dan antipiterik
6. Gastroprotektor, jika diperlukan
7. Manajemen nutrisi
8. Pencegahan DVT dan emboli paru : heparin atau
LMWH

Tatalaksana Spesifik
1. Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-
Inhibitor, Calcium Antagonist, Beta blocker,
Diuretik)
2. Manajemen gula darah (insulin, anti diabetic oral)
3. Pencegahan perdarahan ulang (Vit. K,
antifibrinolitik)
4. Pencegahan vasospasme (Nimodipin)
5. Neurorestorasi
1. Clipping Aneurisma
Tindakan Intervensi/Operatif 2. Coiling aneurisma
3. VP Shunt / external drainage, sesuai indikasi

Lama perawatan 21 hari (jika tanpa komplikasi/penyulit seperti


Pneumonia, gangguan jantung, dll)
1. Penjelasan mengenai rencana perawatan, biaya,
pengobatan, prosedur, masa dan tindakan
pemulihan dan latihan
2. Penjelasan mengenai prosedur/tindakan yang akan
9. Edukasi dilakukan serta risiko dan komplikasi
3. Penjelasan mengenai faktor risiko dan pencegahan
rekurensi
4. Penjelasan program pemulangan pasien
(Discharge Planning)
Ad vitam : dubia adbonam
Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
10. Prognosis
Pada kasus dengan severity level tinggi (Skala
WFNS >drade 3, prognosis dubia ad malam)
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis Departemen/SMF Neurologi
1. Indikator jangka pendek :
 Kematian
 Perbaikan NIHSS (National Institute of
Health Stroke Scale)
14. Indikator (outcome)
2. Indikator Jangka Panjang :
 Perbaikan mRS (modified Rankin Scale)
 Activity Daily Living
 Fungsi Kognitif
 Rekurensi
15. Kepustakaan 1. Connoly ES, Rabinstein A, et All , Guidelines for
The Management of Aneurysmal Subarachnoid
Hemorrhage, American Heart Association/
American Stroke Association. Stroke.
2012;43:1711-1737
2. Steiner T, Juvela S, Jung C, Forsting M, Rinkel G.
European Stroke Organization Guidelines for the
Management of Intracranial Aneurysms and
Subarachnoid Hemorrhage. Cerebrovasc Dis
2013;35:93-112
3. Goldstein LB, A Primer on Stroke prevention
Treatment : An Overview based on AHA/ASA
Guidelines, Wiley-Blackwell,Dallas USA : 2009;
68 – 69.
4. Jayaraman MV, Mayo- Smith WW, Tung GA et al.
Detection of intracranial Aneurysms : Multi
Detector Row CT Angioraphy Compare With
DSA. Radiology 2003 dec 29 (medline)
5. Van Gijn, Rinkel GJE, Subarachnoid Hemorrhage,
diagnosis, causes and management, Brain 2001:
124: 249-78
6. Widdick EFM , The Clinical Practise of Critical
Care Neurology, 2e, Oxford University press.2003
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

STROKE HEMORAGIK

Stroke hemoragik ialah suatu gangguan organik otak


1. Pengertian ( Definisi) yang disebabkan adanya darah di parenkim otak atau
ventrikel
1. Gejala prodomal yaitu :
Gejala peningkatan tekanan intrakranial dapat
berupa : sakit kepala, muntah-muntah, sampai
2. Anamnesis kesadaran menurun.
2. Gejala penekanan parenkim otak (perdarahan
intraserebral), memberikan gejala tergantung daerah
otak yang tertekan/terdorong oleh bekuan darah
1. GCS
2. Kelumpuhan saraf kranial
3. Kelemahan motorik
3. Pemeriksaan Fisik
4. Defisit sensorik
5. Gangguan otonom
6. Gangguan neurobehavior
Defisit neurologis fokal atau global yang muncul secara
tiba-tiba, dapat disertai tanda peningkatan tekanan
4. Kriteria Diagnosis
intrakranial dan dibuktikan dengan adanya lesi hiperdens
(darah) pada pemeriksaan CT- Scan Otak

5. Diagnosis Kerja Stroke Hemoragik

6. Diagnosis Banding Stroke Iskemik (bila belum dilakukan CT Brain)


7. Pemeriksaan Penunjang 1. CT Scan + CT Angiografi
2. EKG
3. Doppler Carotis
4. Transcranial Doppler
5. Lab : Hematologi rutin, gula darah sewaktu, fungsi
ginjal (ureum, kreatinin), Activated Partial
Thrombin Time (APTT), waktu prothrombin (PT),
INR, gula darah puasa dan 2 jam PP, HbA1C, profil
lipid, C-reactive protein (CRP), laju endap darah,
dan pemeriksaan atas indikasi seperti: enzim
jantung (troponin/CKMB), serum elektrolit, analisis
hepatik dan pemeriksaan elektrolit.
6. Thorax foto
7. Urinalisa
8. Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur)
9. DSA Serebral
Tatalaksana Umum :
1. Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan
2. Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
8. Tata Laksana
3. Pengendalian tekanan intrakranial (manitol,
furosemide, jika diperlukan)
4. Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika
diperlukan)
5. Analgetik dan antipiterik, jika diperlukan
6. Gastroprotektor, jika diperlukan
7. Manajemen nutrisi
8. Pencegahan DVT dan emboli paru : heparin atau
LMWH
Tindakan Operatif
Tatalaksana Spesifik
1. Koreksi koagulopati (PCC/Prothrombine Complex
Concentrate, jika perdarahan karena antikoagulan)
2. Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-
Inhibitor, Calcium Antagonist, Beta blocker,
Diuretik)
3. Manajemen gula darah (insulin, anti diabetic oral)
4. Pencegahan stroke hemoragik (manajemen factor
risiko)
5. Neurorestorasi/Neurorehabilitasi

1. Kraniotomi evakuasi hematom, sesuai indikasi


2. Kraniotomi dekompresi, sesuai indikasi
3. VP Shunt/external drainage, sesuai indikasi
Lama perawatan
14-21 hari (jika tanpa komplikasi/penyulit seperti
Pneumonia, gangguan jantung, dll)
9. Edukasi 1. Penjelasan Sebelum MRS (rencana rawat, biaya,
pengobatan, prosedur, masa dan tindakan pemulihan
dan latihan, manajemen nyeri, risiko dan
komplikasi)
2. Penjelasan mengenai stroke hemoragik, risiko dan
komplikasi selama perawatan
3. Penjelasan mengenai factor risiko dan rekurensi
4. Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge
Planning)
5. Penjelasan mengenai gejala stroke berulang dan
tindakan yang harus dilakukan sebelum ke RS
Ad vitam : dubia adbonam
Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
10. Prognosis
(catatan : perdarahan otak luas dan disertai gejala
peningkatan tekanan intrakranial, prognosis dubia
admalam)
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis DEPARTEMEN/SMF NEUROLOGI
1. Indikator jangka pendek :
 Kematian
 Perbaikan NIHSS (National Institute of Health
Stroke Scale)
14. Indikator (outcome)
2. Indikator Jangka Panjang :
 Perbaikan mRS (modified Rankin Scale)
 Activity Daily Living
 Fungsi Kognitif
15. Kepustakaan 1. Hemphill C, Greenberg S, Anderson C, Becker K,
Bendok B, et al. Guidelines for the Management of
Spontaneous Intracerebral Hemorrhage . A
Guideline for Healthcare Professionals From the
American Heart Association/American Stroke
Association. Stroke 2015;46
2. Steiner T, Salman R, Beer R, Christensen H,
Cordonnier C. uropean Stroke Organisation (ESO)
guidelines for the management of spontaneous
intracerebral hemorrhage. Int J of Stroke. 2014;
840–855
3. Samuels MA, Ropper AH. Samuel’s Manual of
Neurologic Therapeutics. 8th
ed.Philadelphia:Lippincott Williams & Walkins;
2010.p.387-393
4. Biller J. Hemorrhagic Cerebrovascular Disease. In:
Practical Neurology. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.2009.p.477-490.
5. Canadian Best Practice Recommendations for
Stroke Care: Summary. CMAJ. December 2,2008.
Vol.179(12).
6. Broderick J, Connolly S, Feldmann E et al.
Guidelines for the Management of Spontaneous
Intracerebral Hemorrhage in Adults 2007 Update.
Stroke 2007;38: 2001-2023.
7. Acute Stroke Practice Guidelines for Inpatient
Management of Intracerebral Hemorrhage. OHSU
Health Care System. Jan 2010.
8. Dewey HM, Chambers BR, Donnan GA. Stroke. In:
Warlow C (ed). Handbook of Treatment in
Neurology. The Lancet. 2006.pp.87-116.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

STROKE ISKEMIK
Kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan
fungsi otak akut baik fokal maupun global yang
mendadak, disebabkan oleh berkurangnya atau
hilangnya aliran darah pada parenkim otak, retina atau
1. Pengertian ( Definisi)
medulla spinalis, yang dapat disebabkan oleh
penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah arteri
maupun vena, yang dibuktikan dengan pemeriksaan
imaging dan/atau patologi.
Gangguan global berupa gangguan kesadaran

Gangguan fokal yang muncul mendadak, dapat berupa :


a. Kelumpuhan sesisi/kedua sisi, kelumpuhan satu
extremitas, kelumpuhan otot-otot penggerak bola
mata, kelumpuhan otot-otot untuk proses menelan,
wicara dan sebagainya
b. Gangguan fungsi keseimbangan
c. Gangguan fungsi penghidupan
2. Anamnesis d. Gangguan fungsi penglihatan
e. Gangguan fungsi pendengaran
f. Gangguan fungsi Somatik Sensoris
g. Gangguan Neurobehavioral yang meliputi :
Gangguan atensi
Gangguan memory
Gangguan bicara verbal
Gangguan mengerti pembicaraan
Gangguan pengenalan ruang
Gangguan fungsi kognitif lain
1. Penurunan GCS
2. Kelumpuhan saraf kranial
3. Kelemahan motorik
3. Pemeriksaan Fisik
4. Defisit sensorik
5. Gangguan otonom
6. Gangguan neurobehavior
Terdapat gejala defisit neurologis global atau salah
4. Kriteria Diagnosis satu/beberapa defisit neurologis fokal yang terjadi
mendadak
5. Diagnosis Kerja Stroke Iskemik

6. Diagnosis Banding Stroke Hemoragik (bila belum dilakukan CT/MRI Otak)


1. CT Scan + CT Angiografi /MRI + MRA Otak
2. EKG
3. Doppler Carotis
4. Transcranial Doppler
5. TCD Bubble Contrast & VMR
6. Lab : Hematologi rutin, gula darah sewaktu, fungsi
ginjal (ureum, kreatinin), Activated Partial
Thrombin Time (APTT), waktu prothrombin (PT),
INR, gula darah puasa dan 2 jam PP, HbA1C, profil
7. Pemeriksaan Penunjang
lipid, C-reactive protein (CRP), laju endap darah,
dan pemeriksaan atas indikasi seperti: enzim
jantung (troponin/CKMB), serum elektrolit, analisis
hepatik dan pemeriksaan elektrolit.
7. Thorax foto
8. Urinalisa
9. Echocardiografi (TTE/TEE)
10. Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur)
11. DSA Serebral
8. Tata Laksana Tatalaksana Umum :
1. Stabilisasi jalan nafas dan pernapasan
2. Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
3. Pengendalian tekanan intrakranial (manitol jika
diperlukan)
4. Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika
diperlukan)
5. Analgetik dan antipiterik, jika diperlukan
6. Gastroprotektor, jika diperlukan
7. Manajemen nutrisi
8. Pencegahan DVT dan emboli paru : heparin atau
LMWH

Tatalaksana Spesifik
1. Trombolisis intravena : alteplase dosis 0.6-0.9
mg/kgBB, pada stroke iskemik onset <6 jam
2. Terapi endovascular : trombektomi mekanik, pada
stroke iskemik dengan oklusi karotis interna atau
pembuluh darah intrakranial, onset <8 jam
3. Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-
Inhibitor, Calcium Antagonist, Beta blocker,
Diuretik)
4. Manajemen gula darah (insulin, anti diabetik oral)
5. Pencegahan stroke sekunder (antiplatelet :aspirin,
clopidogrel, clostazol atau antikoagulan : warfarin,
dabigatran, rivaroxaban)
6. Neurorestorasi / Neurorehabilitasi

1. Carotid Endartersctomy (CEA), sesuai indikasi


Tindakan Intervensi/
2. Carotid Artery Stenting (CAS), sesuai indikasi
Operatif
3. Stenting pembuluh darah intracranial, sesuai
indikasi
8-10 hari (jika tanpa komplikasi/penyulit seperti
Lama perawatan
Pneumonia, gangguan jantung, dll)
1. Penjelasan Sebelum MRS (rencana rawat, biaya,
pengobatan, prosedur, masa dan tindakan pemulihan
dan latihan, manajemen nyeri, risiko dan
komplikasi)
2. Penjelasan mengenai stroke iskemik, risiko dan
komplikasi selama perawatan
9. Edukasi
3. Penjelasan mengenai faktor risiko dan pencegahan
rekurensi
4. Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge
Planning)
5. Penjelasan mengenai gejala stroke, dan apa yang
harus dilakukan sebelum dibawa ke RS
Ad vitam : dubia adbonam
10. Prognosis Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
11. Tingkat Evidens I
12. Tingkat Rekomendasi A
13. Penelaah Kritis DEPARTEMEN/SMF NEUROLOGI
1. Indikator jangka pendek :
 Kematian
 Perbaikan NIHSS (National Institute of Health
Stroke Scale)
14. Indikator (outcome)
2. Indikator Jangka Panjang :
 Perbaikan mRS (modified Rankin Scale)
 Activity Daily Living
 Fungsi Kognitif
15. Kepustakaan 1. Guideline Stroke 2011 (Edisi Revisi), Kelompok
Studi Serebrovaskuler PERDOSSI 2011.
2. Jauch EC, Saver JL, Adams HP Jr, Bruno A,
Connors JJ, et al. Guidelines for the early
management of patients with acute ischemic stroke:
a guideline for healthcare professionals from the
American Heart Association/American Stroke
Association. Stroke. 2013 ; 44(3):870-947
3. The European Stroke Organization (ESO) :
Guideline for Management of Ischaemic Stroke and
Transient Ischaemic Attack 2008
4. AHA/ASA Guideline for the Perevention of Stroke
in Patien with Stroke or Transient Ischemic Attack.
Stroke 2014;42;227-276
5. Powers WJ, Derdeyn CP, Biller J, Coffey CS, Hoh
BL, et al. 2015 American Heart
Association/American Stroke Association Focused
Update of the 2013 Guidelines for the Early
Management of Patients With Acute Ischemic Stroke
Regarding Endovascular Treatment: A Guideline for
Healthcare Professionals From the American Heart
Association/American Stroke Association. Stroke.
2015; 46 (10):3020-35.
6. Kamal AK, Naqvi I, Husain MR, Khealani BA,
Cilostazol versus aspirin for secondary prevention of
vascular events afater stroke of arterial origin.
Stroke. 2011;42:e382-e384.
7. Wang Y, Johnston C, Wong L, Wang D, Wang J, et
al. Clopidogrel with aspirin in acute minor stroke or
transient ischemic attack. N Engl J Med. 2013;
4;369(1):11-9.
8. Ferro JM, Canhao P, Stam J, Bousser MG,
Barinagarrementeria F. Prognosis of Cerebral Vein
and Dural Sinus Thrombosis: Results of the
International Study on Cerebral Vein and Dural
Sinus Thrombosis (ISCTV). Stroke 2004;35;664-
670.
9. Del Zoppo G, et al. 2009. Expansion of The Time
Window for Treatment of Acute Ischemic Stroke
with Intravenous Tissue Plasminogen Activator: A
Science Advisory from The American Heart
Association/ American Stroke association. Stroke
2009;40;2945-2948.AHA/ASA Guideline for the
Perevention of Stroke in Patien with Stroke or
Transient Ischemic Attack. Stroke 2014;42;227-276
10. Kamal AK, Naqvi I, Husain MR, Khealani BA,
Cilostazol versus aspirin for secondary prevention of
vascular events afater stroke of arterial origin.
Stroke. 2011;42:e382-e384.
11. Latchaw et al. Recommendations for Imaging of
Acute Ischemic Stroke: A Scientific Statement From
the American Heart Association
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

APENDICITIS AKUT

1. Pengertian (Definisi) Asuhan keperawatan pada pasien dengan apendicitis akut

1. Nyeri
2. Mual
2. Asesmen Keperawatan 3. Muntah
4. ADL
5. Pengkajian lain:bio, psiko, sosial, spiritual, budaya
1. Nyeri akut (00132)
2. Hipertermia (00007)
3. Diagnosis Keperawatan
3. Mual (00134)
4. Risiko intoleransi aktivitas (00094)
1. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5oC - 37,5oC
2. Hemodinamik stabil
3. Tidak terjadi perdarahan
Kriteria Evaluasi/Nursing
4. 4. Nyeri terkontrol
Outcome
5. Tidak ada mual dan muntah
6. Tidak ada tanda infeksi
7. Mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari
1. Manajemen nyeri: relaksasi, distraksi (1400)
2. Bantu pemenuhan Activity Daily Living(1800)
3. Manajemen mual (1450)
4. Persiapan Operasi : edukasi pra operasi, persiapan
fisik : mandi, penyiapan organ, enema, ganti pakaian,
5. Intervensi Keperawatan
pelepasan perhiasan, persetujuan tindakan.(309)
5. Observasi tanda-tanda vital (6680)
6. Kolaborasi pemasangan infus (4190)
7. Kolaborasi pemberian obat (2314)
8. Perawatan luka
1. Cara menurunkan nyeri
2. Perawatan luka
3. Pengontrolan infeksi
6. Informasi dan edukasi
4. Mobilisasi bertahap
5. Perawatan luka
6. Aktivitas di rumah
7 Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
8. Penelaah kritis Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M.,
Wagner, C.M. (Eds). (2013). Nursing intervention
classification (NIC) (6th ed). St. Louis : Mosby
Elsevier.
2. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014).
NANDA international Nursing Diagnoses:
Definitions & classification, 2015-2017. Oxford :
Wiley Blackwell.
9. Kepustakaan 3. Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and
Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing. Mosby:
Elsivier
4. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E.
(Eds). (2013). Nursing outcome classifications (NOC)
(5th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
5. Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2011). Diagnosis
Keperawatan Diagnosis NANDA, NIC Intervensi,
NOC Outcome (Edisi 9). Jakarta: EGC
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA

Asuhan keperawatan pada pasien dengan Benigna Prostat


1. Pengertian (Definisi)
Hyperplasia
1. Nyeri
2. Mual
3. Luka
2. Asesmen Keperawatan
4. Pola eliminasi/miksi
5. Aktivitas
6. Pengkajian bio, psiko, sosial, spiritual dan budaya
1. Gangguan/ketidakmampuan eliminasi urin (00016)
2. Nyeri akut (00132)
3. Kerusakan integritas kulit (00044)
3. Diagnosis Keperawatan 4. Cemas (00146)
5. Risiko perlambatan luka operasi (00246)
6. Risiko perdarahan (00206)
7. Risiko intoleransi aktivitas (00094)
1. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5oC - 37,5oC
2. Hemodinamik stabil
Kriteria Evaluasi/Nursing 3. Kebutuhan eliminasi urin terpenuhi
4.
Outcome 4. Tidak terjadi perdarahan
5. Tidak ada tanda infeksi
6. Mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari
1. Manajemen nyeri: relaksasi, distraksi (1400)
2. Bantu pemenuhan Activity Daily Living(1800)
3. Persiapan Operasi : edukasi pra operasi, persiapan
4. fisik : mandi, penyiapan organ, enema, ganti pakaian,
5. pelepasan perhiasan, persetujuan tindakan.(309)
5. Intervensi Keperawatan 6. Observasi tanda-tanda vital (6680)
7. Kolaborasi pemasangan infus (4190)
8. Kolaborasi pemberian obat IV (2314)
9. Perawatan luka (3360)
10. Kolaborasi pemasangan dan perawatan kateter (0850)
11. Bladder training (0870)
6. Informasi dan edukasi 1. Cara menurunkan nyeri
2. Perawatan luka
3. Pengontrolan infeksi
4. Mobilisasi bertahap
5. Aktifitas seksual
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
7 Evaluasi
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
8. Penelaah kritis Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M.,
Wagner, C.M. (Eds). (2013). Nursing intervention
classification (NIC) (6th ed). St. Louis : Mosby
Elsevier.
2. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014).
NANDA international Nursing Diagnoses:
Definitions & classification, 2015-2017. Oxford :
Wiley Blackwell.
9. Kepustakaan 3. Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and
Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing. Mosby:
Elsivier
4. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E.
(Eds). (2013). Nursing outcome classifications (NOC)
(5th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
5. Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2011). Diagnosis
Keperawatan Diagnosis NANDA, NIC Intervensi,
NOC Outcome (Edisi 9). Jakarta: EGC
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

FRAKTUR LONG BONE

Asuhan keperawatan pada pasien dengan Fraktur Long


1. Pengertian (Definisi)
Bone
1. Nyeri
2. Luka
3. Fraktur
2. Asesmen Keperawatan
4. Perdarahan
5. Aktivitas dan mobilitas
6. Pengkajian bio, psiko,sosial, spiritual, budaya
1. Ketidakmampuan mobilisasi fisik (00085)
2. Nyeri akut (00132)
3. Kerusakan integritas kulit (00044)
3. Diagnosis Keperawatan
4. Cemas (00146)
5. Risiko perlambatan luka operasi (00246)
6. Risiko perdarahan (00206)
1. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5oC - 37,5oC
2. Hemodinamik stabil
3. Tidak terjadi perdarahan
Kriteria Evaluasi/Nursing
4. 4. Tidak ada tanda infeksi
Outcome
5. Nyeri terkontrol
6. Mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari
7. Kemampuan mobilisasi dengan alat bantu
1. Manajemen nyeri: relaksasi, distraksi (1400)
2. Bantu pemenuhan Activity Daily Living(1800)
3. Persiapan Operasi: edukasi pra operasi, persiapan fisik
: mandi, penyiapn organ, enema, ganti pakaian,
pelepasan perhiasan, persetujuan tindaka.(309)
4. Observasi tanda-tanda vital (6680)
5. Intervensi Keperawatan
5. Kolaborasi pemasangan infus (4190)
6. Kolaborasi pemberian obat IV (2314)
7. Perawatan luka (3360)
8. Kolaborasi pemasangan dan perawatan kateter (0850)
9. Bladder training (0870)
10. Latihan ROM dan mobilisasi (0221)
6. Informasi dan edukasi 1. Cara menurunkan nyeri
2. Perawatan luka
3. Pengontrolan infeksi
Latihan mobilisasi
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
7 Evaluasi
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
8. Penelaah kritis Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M.,
Wagner, C.M. (Eds). (2013). Nursing intervention
classification (NIC) (6th ed). St. Louis : Mosby
Elsevier.
2. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014).
NANDA international Nursing Diagnoses: Definitions
& classification, 2015-2017. Oxford : Wiley
Blackwell.
9. Kepustakaan 3. Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and
Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing. Mosby:
Elsivier
4. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E.
(Eds). (2013). Nursing outcome classifications (NOC)
(5th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
5. Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2011). Diagnosis
Keperawatan Diagnosis NANDA, NIC Intervensi,
NOC Outcome (Edisi 9). Jakarta: EGC
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

TOTAL KNEE REPLACEMENT

Asuhan keperawatan pada pasien dengan Total Knee


1. Pengertian (Definisi)
Replacement
1. Nyeri
2. Luka
3. Fraktur
2. Asesmen Keperawatan
4. Perdarahan
5. Aktivitas dan mobilitas
6. Pengkajian bio, psiko, sosio, spiritual dan budaya
1. Ketidakmampuan mobilisasi fisik (00085)
2. Nyeri akut (00132)
3. Kerusakan integritas kulit (00044)
3. Diagnosis Keperawatan
4. Cemas (00146)
5. Risiko perlambatan luka operasi (00246)
6. Risiko perdarahan (00206)
1. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5oC - 37,5oC
2. Hemodinamik stabil
3. Nyeri terkontrol
Kriteria Evaluasi/Nursing
4. 4. Tidak terjadi perdarahan
Outcome
5. Tidak ada tanda infeksi
6. Mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari
7. Kemampuan mobilisasi dengan alat bantu
1. Manajemen nyeri: relaksasi, distraksi (1400)
2. Bantu pemenuhan Activity Daily Living(1800)
3. Persiapan Operasi: edukasi pra operasi, persiapan
fisik: mandi, persiapan organ, enema, ganti pakaian,
pelepasan perhiasan, persetujuan tindakan.(309)
4. Observasi tanda-tanda vital (6680)
5. Intervensi Keperawatan
5. Kolaborasi pemasangan infus (4190)
6. Kolaborasi pemberian obat IV (2314)
7. Perawatan luka (3360)
8. Kolaborasi pemasangan dan perawatan kateter (0850)
9. Bladder training (0870)
10. Latihan ROM dan mobilisasi (0221)
6. Informasi dan edukasi 1. Cara menurunkan nyeri
2. Perawatan luka
3. Pengontrolan infeksi
4. Latihan mobilisasi
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
7 Evaluasi
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
8. Penelaah kritis Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M.,
Wagner, C.M. (Eds). (2013). Nursing intervention
classification (NIC) (6th ed). St. Louis : Mosby
Elsevier.
2. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014).
NANDA international Nursing Diagnoses: Definitions
& classification, 2015-2017. Oxford : Wiley
Blackwell.
9. Kepustakaan 3. Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and
Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing. Mosby:
Elsivier
4. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E.
(Eds). (2013). Nursing outcome classifications (NOC)
(5th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
5. Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2011). Diagnosis
Keperawatan Diagnosis NANDA, NIC Intervensi,
NOC Outcome (Edisi 9). Jakarta: EGC
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

DEMAM BERDARAH
1. Pengertian (Definisi) Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam berdarah
1. Tanda-tanda vital: demam
2. Mual, muntah
2. Asesmen Keperawatan 3. Tanda dehidrasi
4. Tanda perdarahan
5. Pengkajian bio, psikososial, spiritual dan budaya
1. Hipertermia (00007)
2. Risiko ketidakseimbangan volume cairan (00025)
3. Diagnosis Keperawatan 3. Nyeri akut (00132)
4. Risiko perdarahan (00206)
5. Risiko shock (00205)
1. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5oC - 37,5oC
2. Hemodinamik stabil
Kriteria Evaluasi/Nursing
4. 3. Tidak terjadi hemokonsentrasi
Outcome
4. Tidak terjadi shock hipovolemik
5. Tidak terjadi perdarahan
5. Intervensi Keperawatan 1. Manajemen demam :
a. Gunakan pakaian yang tipis dan yang menyerap
keringat, anjurkan untuk tidak memakai selimut dan
pakaian yang tebal
b. Lakukan kompres hangat pada lipatan tubuh (aksila,
lipatan paha, leher), lakukan water tapid sponge
c. Anjurkan untuk meningkatkan intake cairan peroral
2. Monitor cairan
a. Kumpulkan dan analisis data yang menunjukkan
keseimbangan cairan
b. Hitung intake dan output cairan
3. Manajemen cairan
a. Berikan cairan peroral agar cairan seimbang
b. Kolaborasi pemberian cairan Ringer Laktat
c. Monitor pemberian cairan intravena
4. Manajemen nyeri
a. Lakukan tehnik relaksasi, distraksi, guided imagery
5. Manajemen pencegahan resiko perdarahan
a. Anjurkan untuk bedrest
b. Bantu pemenuhan Activity Daily Living
6. Monitoring
a. Observasi suhu tubuh
b. Observasi status hemodinamik
c. Observasi intake dan output
d. Observasi adanya tanda syok hipovolemik
e. Observasi adanya hemokonsentrasi
f. Observasi skala, frekwensi dan intensitas nyaeri
g. Observasi adanya perdarahan
1. Peningkatan intake cairan peroral
2. Nutrisi
6. Informasi dan edukasi
3. Menjaga kebersihan lingkungan
4. Hand higyene
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
7 Evaluasi
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
8. Penelaah kritis Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M.,
Wagner, C.M. (Eds). (2013). Nursing intervention
classification (NIC) (6th ed). St. Louis : Mosby
Elsevier.
2. James, S.R., Nelson, K.A., & Ashwill, J.W. (2013)
Nursing Care of Children Principles & Practice (4th
edition). St. Louis : Elsevier Saunders.
3. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014).
NANDA international Nursing Diagnoses: Definitions
& classification, 2015-2017. Oxford : Wiley
9. Kepustakaan
Blackwell.
4. Hockenberry, J.M. & Wilson, D. (2009). Wong’s
Nursing Care of Infants and Children. (8th edition).
Canada :Mosby Company
5. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E.
(Eds). (2013). Nursing outcome classifications (NOC)
(5th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
6. Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2011). Diagnosis
Keperawatan Diagnosis NANDA, NIC Intervensi,
NOC Outcome (Edisi 9). Jakarta: EGC
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

DIARE AKUT PADA ANAK

Asuhan keperawatan pada pasien dengan diare akut pada


1. Pengertian (Definisi)
anak
1. Pola BAB, frekwensi, jumlah, warna, bau, konsistensi
2. Adanya muntah
3. Demam
4. TTV
2. Asesmen Keperawatan
5. Intake dan output
6. Tanda dehidrasi
7. Nyeri
8. Pengkajian bio, psikososial, spiritual dan budaya
1. Diare (00013)
2. Risiko ketidakseimbangan volume cairan (00025)
3. Risiko ketidakseimbangan elektrolit (00195)
3. Diagnosis Keperawatan 4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
(00002)
5. Nyeri akut (00132)
6. Risiko kerusakan integritas kulit (00047)
1. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5oC - 37,5oC
2. Tidak ada kejang
3. Intake cairan adekuat
Kriteria Evaluasi/Nursing
4. 4. Tidak ada nyeri
Outcome
5. Tidak terjadi penurunan kesadaran
6. BAB: frekwensi, warna, bau, konsistensi
7. Tidak ada kerusakan integritas kulit
5. Intervensi Keperawatan 1. Manajemen cairan dan elektrolit
a. Hitung intake dan output cairan
b. Observasi jumlah, warna, konsentrasi, Berat Jenis
urine, dan elektrolit
c. Monitor status hidrasi (kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik)
d. Observasi capillary Refill
e. Berikan cairan oral sesuai kebutuhan
f. Berikan larutan gula garam/oralit bila perlu
g. Kolaborasi pemberian cairan intravena
2. Manajemen nyeri
Lakukan tehnik relaksasi, distraksi, guided imagery
3. Manajemen Nutrisi
a. kaji berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan
atas
b. kaji kebiasaan makanan, dan kaji adanya alergi
makanan
c. Kaji keluhan mual dan muntah yang dialami
pasien.
d. kaji kebutuhan nutrisi dan kalori
e. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi
sering.
f. Pertahankan pemberian ASI pada bayi
g. Catat jumlah/porsi makanan yang dihabiskan
oleh pasien setiap hari
h. kolaborasi pemberian nutrisi sesuai dengan
kebutuhan kalori dan jenis makanan.

4. Perawatan Perianal
a. kolaborasi pemberian antiemetik
b. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
c. Monitor adanya kemerahan pada kulit disekitar
anal
d. Oleskan minyak kelapa/baby oil pada kulit
disekitar anal
e. Bersihkan daerah anal dengan air, hindari
penggunaan tissu basah
5. Bantu pemenuhan Activity Daily Living
6. Intervensi kolaborasi: pemasangan infus dan medikasi
7. Monitoring dan evaluasi:
a. Observasi tanda-tanda vital
b. Obeservasi frekwensi, karakteristik dan volume
diare
c. Observasi tanda-tanda dehidrasi
d. Observasi intake dan output cairan
e. Observasi skala, frekwensi dan insensitas nyeri
f. Observasi integritas kulit perianal
1. Mempertahankan asupan cairan
2. Cara kompres
3. Pencegahan diare: Hand hygiene
4. Pemberian larutan gula garam/oralit
6. Informasi dan edukasi
5. Menjaga kebersihan makanan dan peralatan makan
6. Penggunaan sumber air bersih
7. Minum obat teratur
8. Mengenali tanda bahaya umum dan tanda dehidrasi
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
7 Evaluasi
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
8. Penelaah kritis Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M.,
Wagner, C.M. (Eds). (2013). Nursing intervention
classification (NIC) (6th ed). St. Louis : Mosby
Elsevier.
2. James, S.R., Nelson, K.A., & Ashwill, J.W. (2013)
Nursing Care of Children Principles & Practice (4th
edition). St. Louis : Elsevier Saunders.
3. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014).
NANDA international Nursing Diagnoses: Definitions
& classification, 2015-2017. Oxford : Wiley
9. Kepustakaan
Blackwell.
4. Hockenberry, J.M. & Wilson, D. (2009). Wong’s
Nursing Care of Infants and Children. (8th edition).
Canada :Mosby Company
5. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E.
(Eds). (2013). Nursing outcome classifications (NOC)
(5th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
6. Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2011). Diagnosis
Keperawatan Diagnosis NANDA, NIC Intervensi,
NOC Outcome (Edisi 9). Jakarta: EGC
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

KEJANG DEMAM SEDERHANA

Asuhan keperawatan pada pasien dengan kejang demam


1. Pengertian (Definisi)
sederhana
1.Tanda-tanda vital
2.Tanda kejang: durasi, frekwensi, tipe
3. Demam
2. Asesmen Keperawatan
4. Aktivitas
5. ADL
6. Pengkajian bio, psikososial, spiritual dan budaya
1. Hipertermia (00007)
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
berhubungan (00201)
3. Diagnosis Keperawatan
3. Risiko kekurangan volume cairan (00028)
4. Risiko Cedera (00035)
5. Risiko aspirasi (00039)
1. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5oC - 37,5oC
2. Tidak ada kejang
Kriteria Evaluasi/Nursing 3. Intake cairan adekuat
4.
Outcome 4. Tidak terjadi penurunan kesadaran
5. Kemampuan dalam mencegah kejang berulang dan
penangan risiko cidera
5. Intervensi Keperawatan 1. Manajemen demam
a. Gunakan pakaian yang tipis dan yang menyerap
keringat, anjurkan untuk tidak memakai selimut dan
pakaian yang tebal
b. Lakukan kompres hangat pada lipatan tubuh (aksila,
lipatan paha, leher), lakukan water tapid sponge
c. Anjurkan untuk meningkatkan intake cairan peroral
2. Monitor cairan
a. Monitoring status hidrasi (kelembaban membran
mukosa, turgor elastis, tekanan darah)
b. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium darah
lengkap dan urin lengkap.
c. Monitor pemberian cairan intravena
3. Manajemen cairan
a. Berikan cairan peroral agar cairan seimbang, dan
mencegah terjadinya komplikasi kekurangan
cairan.
b. Kolaborasi pemberian cairan intravena
4. Mengamankan kepatenan jalan nafas
a. Buka jalan nafas
b. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
bantu nafas
d. Pasang OPA bila perlu
e. Patenkan jalan nafas
5. Mencegah risiko jatuh
a. Identifikasi resiko cidera
b. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien (gunakan
skala humty dumty), gunakan gelang resiko jatuh
berwarna kuning, pasang tanda resiko jatuh segitiga
warna kuning pada tempat tidur
c. Identifikasi keamanan lingkungan (fisik, biologis
dan kimia)
d. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan resiko
jatuh
e. Pembatasan gerak saat kejang
f. Baringkan pasien di tempat yang rata, kepala
dimiringkan dan dipasang tongue spatel yang telah
dibungkus kasa
g. Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien
h. Lepaskan pakaian yang mengganggu pernafasan
6. Bantu pemenuhan kebutuhan ADL
7. Kolaborasi pemberian oksigen, cairan infus, antipiretik,
dan antikonvulsi
8. Monitoring dan observasi
a. Observasi suhu tubuh
b. Observasi kejang, frekuensi dan durasi
c. Observasi status neurologi:tingkat kesadaran,
perilaku
6. Informasi dan edukasi 1. Kompres hangat (tapid water sponge)
2. Cara pemberian antipiretik
3. Pengaturan posisi saat terjadi kejang
4. Mengamankan airway/patensi jalan nafas
5. Mencegah cidera
6. Minum obat teratur
7. Hand hygiene
8. Menjaga kebersihan makanan dan lingkungan rumah
9. Mengenali tanda bahaya umum: kejang berulang dan
penurunan kesadaran
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
7 Evaluasi
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
8. Penelaah kritis Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M.,
Wagner, C.M. (Eds). (2013). Nursing intervention
classification (NIC) (6th ed). St. Louis : Mosby
Elsevier.
2. James, S.R., Nelson, K.A., & Ashwill, J.W. (2013)
Nursing Care of Children Principles & Practice (4th
edition). St. Louis : Elsevier Saunders.
3. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014).
NANDA international Nursing Diagnoses: Definitions
& classification, 2015-2017. Oxford : Wiley
9. Kepustakaan
Blackwell.
4. Hockenberry, J.M. & Wilson, D. (2009). Wong’s
Nursing Care of Infants and Children. (8th edition).
Canada :Mosby Company
5. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E.
(Eds). (2013). Nursing outcome classifications (NOC)
(5th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.
6. Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2011). Diagnosis
Keperawatan Diagnosis NANDA, NIC Intervensi,
NOC Outcome (Edisi 9). Jakarta: EGC
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

PERDARAHAN BERAT
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi
komplikasi kehamilan dan persalinan berupa
1. Pengertian (Definisi)
berkurangnya volume darah yang dapat mengakibatkan
shock hipovolemik.
1. TTV: Penurunan tekanan darah, pulsasi pembuluh
darah, takikardi. Suara jantung, murmur. Suara nafas,
frekuensi nafas, tachipnea. Tanda dan gejala shock.
2. Sumber perdarahan: Perdarahan pervagina, laserasi,
riwayat plasenta previa, abruptio plasenta, atonia uteri.
Jumlah dan karakteristik perdarahan
3. Pemeriksaan fisik: Tingkat kesadaran, pucat, warna
kulit, vena jugularis. temperatur tubuh. Capillary
refill, membran mukosa oral, perfusi perifer. Distensi
abdomen, output urin
4. Gerakan janin, denyut jantung janin (variabilitas dan
2. Asesmen Keperawatan akselerasi), NSTs, BPP, Serial USG
5. Psikososial: adanya disorientasi, penurunan kesadaran,
perubahan emosi, rasa cemas dan takut akan kondisi
ancaman pada kehamilan dan janin. Kurangnya
dukungan dalam keluarga, tingkat ekonomi, faktor
budaya.
6. Adanya penurunan tekanan darah yang drastis dan
tiba-tiba, depresi pernafasan, oligurua, hiporefleksia,
distress janin
7. Diagnostik: Hb, Ht, Platelet, LED, PT APTT,
Urinalisis. Cross Matching
8. Pengkajian bio, psikososial, spiritual dan budaya
3. Diagnosis Keperawatan 1. Risiko Shock berhubungan dengan berkurangnya
volume darah
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
3. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan
penurunan tekanan darah
4. Tidak Efektifnya Perfusi Jaringan: Plasenta
berhubungan dengan
5. Risiko Fetal Distress berhubungan dengan menurunnya
perfusi vaskuler uteroplasenta
6. Takut berhubungan dengan ancaman terminasi
premature kehamilan, kurang pengetahuan tentang
regimen pengobatan dan perawatan.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum
1. Mengenali dan melaporkan dengan segera tanda dan
2. gejala bahaya dan komplikasi.
3. Mendapatkan penanganan dengan segera dan tepat
4. untuk menghindari komplikasi pada ibu dan bayi
5. Tidak ada tanda eklamsia dan komplikasinya
6. Dapat menyatakan rasa takutnya dan berkompensasi
Kriteria Evaluasi/Nursing 7. degan mekanisme koping yang positif dan adaptif.
4. 8. Tanda-tanda Vital dalam batas normal
Outcome
9. Cairan/hidrasi terpenuhi
10. Status Fetal dalam batas normal
11. Cemas/takut terkontrol
12. Perawatan diri terpenuhi
13. Persalinan berjalan tanpa komplikasi, Ibu dan bayi
14. sejahtera Shock hipovolemik teratasi
1. Mengobservasi tanda dan gejala hipovolemia dan
Shock
2. Mengobservasi sumber perdarahan
3. Memonitoring Tanda-Tanda Vital
4. Memonitor intake dan output cairan per 24 jam,
dilakukan per shift
5. Intervensi Keperawatan 5. Memonitor DJJ dan Gerakan Janin, CTG
6. Melakukan tindakan penurunan Kecemasan/Takut
7. Memenuhi Perawatan Diri
8. Memberikan cairan intravena, tranfusi
9. Berkoordinasi persiapan operasi
10. Berkolaborasi pemberian obat-obatan
11. Perawatan luka pasca operasi
1. Penjelasan mengenai perkembangan penyakit
berkaitan terapi dan tindakan yang sudah dilakukan
6. Informasi dan edukasi 2. Penjelasan mengenai diet yang diberikan sesuai
dengan keadaan umum pasien
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
7 Evaluasi
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
8. Penelaah kritis Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Nanda International. (2014). Nursing diagnosis,
definitions and classification 2015-2017. 10th Edition.
UK. Wiley Blackwell.
2. Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., Cashion, M.C. (201).
Maternity Nursing. 8th Edition. Mosby Elsevier.
3. Ward, S., Hisleyamazon,S. (2015). Maternal-Child
Nursing Care Optimizing Outcomes for Mothers,
9. Kepustakaan Children, & Families. 2nd Edition. Philadelphia. F.A.
Davis.
4. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M
(2013). Nursing Interventions Classification (NIC).
6th Edition. St. Louis, Missouri. Mosby Elsevier.
5. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E.
(2013). Nursing Outcome Classification (NOC). 5th
Edition. St. Louis, Missouri. Mosby Elsevier.
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

PRE EKLAMPSIA (PEB)


Asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi spesifik
1. Pengertian (Definisi) selama kehamilan diatas 20 minggu yang ditandai dengan
hipertensi dan proteinuria
1. Riwayat kesehatan: riwayat hipertensi, diabetes
mellitus dan penyakit ginjal. Riwayat kesehatan
keluarga: adanya hipertensi, diabetes mellitus dan
penyakit kronis lainnya.
2. TTV: Perubahan tekanan darah, sistole > 140 mmHg
diastole > 90 mmHg. MAP >105 mmHg, saturasi O2.
Dyspnea, hipoksemia.
3. Pemeriksaan fisik: Adanya kejang, hiperfleksia,
penurunan kesadaran. Gangguan penlihatan. Adanya
edema (distribusi, derajat dan dependen/ pitting),
pernafasan crackles, nyeri epigastrik, oliguri. Reflek
2. Asesmen Keperawatan tendon dalam (biseps, platella, clonus ankle) yang
abnormal. Kontraksi Uterus
4. Gerakan janin, denyut jantung janin (variabilitas dan
akselerasi), NSTs, BPP, Serial USG
5. Adanya perubahan emosi, rasa cemas dan takut akan
kondisi ancaman pada kehamilan dan janin.
Kurangnya dukungan dalam keluarga, tingkat
ekonomi, faktor budaya.
6. Diasnostik: Hb, Ht, Platelet, PT APTT, Fibrinogen,
BUN, Kreatini, LDH, AST, ALT, Asam urat,
Bilirubun, Urinalisis, Proteinuria.
7. Pengkajian bio, psikososial, spiritual dan budaya
3. Diagnosis Keperawatan 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
vasospasme pembuluh darah
2. Risiko injuri/cedera : kejang berhubungan dengan
iritabilitas sistem syaraf pusat sekunder terhadap
vasospasme, penurunan perfusi renal, efek magnesium
sulfat, anti hipertensi, abrupsio plasenta.
3. Perubahan Rasa Nyaman (Nyeri) : Kontraksi Uterus
4. Takut berhubungan dengan krisis situasional, kondisi
ancaman terhadap janin dan ibu
5. Risiko Fetal Distress* berhubungan dengan gangguan/
insufusiensi perfusi uteroplasenta
6. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan fatigue,
dengan iritabilitas sistem syaraf pusat
7. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan retensi sodium sekunder terhadap
pemberian MgSO4.
1. Tanda-tanda Vital dalam batas normal
2. Kejang dan komplikasinya tidak terjadi/terkontrol
3. Status fetal dalam batas normal
4. Nyeri terkontrol
5. Cemas/takut terkontrol
Kriteria Evaluasi/Nursing 6. Cairan/hidrasi terpenuhi
4. 7. Mobilisasi tertoleransi
Outcome
8. Perawatan diri terpenuhi
9. Tidak ada tanda eklamsia dan komplikasinya
10. Dapat menyatakan rasa takutnya dan berkompensasi
dnegan mekanisme koping yang positif dan adaptif.
11. Persalinan berjalan tanpa komplikasi, Ibu dan bayi
sejahtera
5. Intervensi Keperawatan 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala PEB dan
komplikasi
2. Memonitor TTV (baseline)/4 jam, dyspnea,
hipoksemia, perubahan gas darah
3. Mengobservasi tanda adanya kejang
4. Memonitor DJJ dan Gerakan Janin
5. Memposisikan ibu berbaring side lying untuk
memaksimalkan aliran uteroplasenta.
6. Mengobservasi efek pemberian MGSO4
7. Memberikan lingkungan yang nyaman, tidak bising
dan redup untuk mencegah presipitasi kejang,
menurunkan tekanan darah dan meningkatkan aliran
urin.
8. Mengobservasi intake dan output cairan, edema dan
berat badan.
9. Penurunan kecemasan/takut, terapi relaksasi
10. Memenuhi Perawatan DiriMengenali dan melaporkan
dengan segera tanda dan gejala bahaya dan
komplikasi.
11. Kolaborasi terapi cairan dan MgSO4 sesuai program.
12. Pemberian obat hipertensi
13. Siapkan calcium gluconat untuk mengatasi toksisitas
MgSO4
14. Persiapan persalinan Sectio Caesaria
15. Mendapatkan penanganan dengan segera dan tepat
untuk menghindari komplikasi pada ibu dan bayi
1. Penjelasan mengenai perkembangan penyakit berkaitan
terapi dan tindakan yang sudah dilakukan
2. Penjelasan mengenai diet yang diberikan sesuai dengan
keadaan umum pasien
6. Informasi dan edukasi
3. Mengenal Tanda Bahaya Eklampsia
4. Monitoring Tekanan Darah
5. Monitoring Gerakan Janin
6. Istirahat dan Aktivitas
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
7 Evaluasi
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
8. Penelaah kritis Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Nanda International. (2014). Nursing diagnosis,
definitions and classification 2015-2017. 10th
Edition. UK. Wiley Blackwell.
2. Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., Cashion, M.C. (201).
3. Maternity Nursing. 8th Edition. Mosby Elsevier.
4. Ward, S., Hisleyamazon,S. (2015). Maternal-Child
Nursing Care Optimizing Outcomes for Mothers,
9. Kepustakaan Children, & Families. 2nd Edition. Philadelphia. F.A.
Davis.
5. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M
(2013). Nursing Interventions Classification (NIC).
6th Edition. St. Louis, Missouri. Mosby Elsevier.
6. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E.
(2013). Nursing Outcome Classification (NOC). 5th
Edition. St. Louis, Missouri. Mosby Elsevier.
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi
komplikasi kehamilan, dikarenakan nausea dan vomitus
yang sering dan persisten selama kehamilan. Ditandai
1. Pengertian (Definisi) pengeluaran, kekurangan volume cairan tubuh dan
ketidakseimbangan elektrolit. Serta mengakibatkan
dehidrasi dan malnutrisi. Biasanya terjadi sampai dengan
kehamilan < 20 minggu
2. Asesmen Keperawatan 1. TTV: Adanya perubahan homeostatis, penurunan
tekanan darah, peningkatan nadi (> 100 x/menit),
percepatan pernafasan serta peningkatan suhu tubuh.
2. Tanda dehidrasi: tanda-tanda pengeluaran cairan
berlebihan akibat mual dan muntah, penurunan nafsu
makan, kurangnya pemasukan cairan dan makanan
3. Pemeriksaan fisik: Penurunan berat badan. Pucat,
adanya perubahan membran mukosa oral, penurunan
turgor kulit, lidah kering, bau nafas keton. Sunken
eyelids, Nyeri epigastrik, penurunan motilitas gastrik
dan usus. Penurunan Capillary Refill, dingin pada
ujung ekstremitas. Adanya edema pada kaki atau
bagain tubuh lain.
4. Pengkajian nutrisi: Keluhan Morning Sickness, haus,
adanya mual dan muntah (mulai kehamilan 4-8
minggu), tidak nafsu makan, nyeri epigastrik,
penurunan berat badan (5-10 kg), menolak makan dan
minum, penolakan terhadap jenis makanan dan
minuman tertentu.
5. Pengkajian aktivitas dan istirahat: keluhan lemas, tidak
toleransi terhadap aktivitas, tirah baring, tidak
bisa/kurang tidur.
6. Psikososial: adanya perubahan emosi, rasa cemas dan
takut akan kondisi ancaman pada kehamilan dan janin.
Kurangnya dukungan dalam keluarga, tingkat
ekonomi, faktor budaya.
7. Fetal Heart Rate/DJJ, Gerakan Janin.
8. Diasnostik: peningkatan Konsistensi urin,
Hipoalbumin, Hipoglikemia, Keton dalam urin,
penurunan Hb dan Ht. Penurunan kadar potassium,
sodium, chloride. USG Fetus.
9. Pengkajian bio, psikososial, spiritual dan budaya
1. Risiko Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan
pengeluaran cairan yang berlebihan, kurangnya input
cairan oral.
2. Risiko Ketidakseimbangan elektrolit berhubungan
dengan mual dan muntah.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah, kurangnya input makanan
3. Diagnosis Keperawatan
4. Nausea/Vomitus berhubungan dengan efek
gastrointestinal hipomotilasi
5. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan mual dan
muntah yang persisten.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue
Cemas berhubungan dengan efek perubahan fisiologis
kehamilan, anoreksia.
1. Nausea dan Vomitus terkontrol
2. Intake nutrisi dalam batas normal
3. Intake Cairan dalam batas normal
Kriteria Evaluasi/Nursing 4. Tanda-tanda Vital dalam batas normal
4.
Outcome 5. Status fetal dalam batas normal
6. Cemas/takut terkontrol
7. Mobilisasi tertoleransi
8. Perawatan diri terpenuhi
5. Intervensi Keperawatan 1. Mengobservasi TTV dan tanda-tanda dehidrasi
2. Memonitor intake dan output cairan oral dan
parenteral/IV 24 jam, lakukan per shift
3. Memonitor intake dan output nutrisi 24 jam, lakukan
per shift
4. Observasi adanya komplikasi berupa asidosis
metabolik, jaundice dan perdarahan.
5. Observasi DJJ dan Gerakan Janin
6. Berikan makanan porsi kecil tapi sering selama
perawatan, anjurkan makan makanan ringan (roti,
biskuit) dan minuman hangat di pagi dan malam hari,
serta menghindari makanan berlemak
7. Observasi adanya perubahan pada mukosa oral,
berikan orak hygiene
8. Berikan terapi relaksasi untuk menurunkan
kecemasan
9. Memenuhi perawatan diri dan membantu kebutuhan
aktivitas
10. Kolaborasi Memberikan terapi cairan parenteral
(elektrolit, glukosa dan vitamin) sesuai dengan
program.
11. Kolaborasi Memberikan obat-obatan (anti emetik,
vitamin) sesuai dengan program
12. Kolaborasi monitor kadar Hb, Ht, adanya aseton,
albumin dan glukosa pada urin
13. Kolaborasi monitor fetus dengan doppler dan USG
1. Penjelasan mengenai perkembangan penyakit
berkaitan terapi dan tindakan yang sudah dilakukan
6. Informasi dan edukasi 2. Self Mangement: Diet untuk Hiperemesis, mengenali
bahaya dan komplikasi hiperemesis
3. Istirahat dan Aktivitas
Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
7 Evaluasi
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
8. Penelaah kritis Sub Komite Mutu Keperawatan
9. Kepustakaan 1. Nanda International. (2014). Nursing diagnosis,
definitions and classification 2015-2017. 10th
Edition. UK. Wiley Blackwell.
2. Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., Cashion, M.C. (201).
3. Maternity Nursing. 8th Edition. Mosby Elsevier.
4. Ward, S., Hisleyamazon,S. (2015). Maternal-Child
Nursing Care Optimizing Outcomes for Mothers,
Children, & Families. 2nd Edition. Philadelphia. F.A.
Davis.
5. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M
(2013). Nursing Interventions Classification (NIC).
6th Edition. St. Louis, Missouri. Mosby Elsevier.
6. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E.
(2013). Nursing Outcome Classification (NOC). 5th
Edition. St. Louis, Missouri. Mosby Elsevier.
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN (PAK)

SECTIO CAESAREA (SC)


Asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi Proses
1. Pengertian (Definisi) persalinan menggunakan metode pembedahan melalui
insisi abdomen dan uterus.
1. Riwayat kehamilan: adanya indikasi persalinan Sectio
Caesaria, antara lain : masalah kesehatan ibu, distress
janin, posisi janin, CPD (Chepalo Pelvic
Disproportion)
2. Tanda-Tanda vital. Adanya perdarahan dan syok,
saturasi O2
3. Psikososial: Adanya perubahan emosi, dari rasa
gembira sampai rasa cemas dan takut, marah atau
menghindari. Persepsi dan penerimaan tentang peran
dalam pengalaman persalinan. Ketidakmampuan
berekspresi dan beradaptasi dengan situasi baru.
4. Eliminasi: Kateter urin, output urin, bising usus
2. Asesmen Keperawatan 5. Cairan: Waktu terakhir makan dan minum, keluhan
mual dan muntah. Adanya distensi abdomen.
Pengeluaran darah selama Sectio Caesaria.
6. Nyeri: Adanya ketidakmampuan toleransi bergerak,
sensasi efek anestesi spinal, keterbatasan kemampuan
aktivitas sehari-hari
7. Kontraksi kuat pada fundus di sekitar umbilikus.
Aliran lochea dalam batas normal
8. Adanya perdarahan pervagina. Kondisi insisi luka,
balutan luka, discharge/keluaran luka
9. Frekuensi denyut jantung janin, kekuatan,
ketidakteraturan. Gerakan janin.
10. Hubungan ibu dan bayi baru lahir, menyusui
3. Diagnosis Keperawatan 1. Cemas berhubungan dengan status kesehatan, krisis
situasional
2. Takut berhubungan dengan krisisi situasional, tidak
mengenali kondisi
3. Nyeri Akut berhubungan dengan efek insisi/trauma
bedah, penurunan efek anestesi
4. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan
pengeluaran darah selama pembedahan
5. Risiko Perlambatan Pemulihan Luka berhubungan
dengan
6. Risiko Intoleran Aktifitas berhubungan dengan nyeri,
fatigue
7. Risiko Infeksi berhubungan dengan perubahan
integritas jaringan, paparan patogen.
1. Tanda-tanda Vital dalam batas normal
2. Nyeri terkontrol
3. Cairan/hidrasi terpenuhi
Kriteria Evaluasi/Nursing
4. 4. Status Fetal dalam batas normal
Outcome
5. Tidak ada infeksi pada luka
6. Mobilisasi tertoleransi
7. Perawatan diri terpenuhi
1. Mengobservasi TTV (baseline )/4 jam
2. Memonitor DJJ dan Gerakan Janin
3. Menurunan Kecemasan/Takut
4. Melakukan Persiapan Operasi: Berdoa, Cek Obat,
Edukasi, Persiapan fisik : Mandi, ganti pakaian,
pelepasan perhiasan, persetujuan tindakan.
5. Melakukan perawatan pos partum Sectio Caesaria
6. Melakukan manajemen nyeri
7. Melakukan perawatan luka
5. Intervensi Keperawatan 8. Memfasilitasi/membantu latihan mobilisasi dini
9. Memberikan terapi relaksasi
10. Mengurani rasa mual
11. Membantu memenuhi perawatan diri
12. Memberikan terapi cairan parenteral (elektrolit,
glukosa, tranfusi) sesuai dengan program.
13. Memberikan obat-obatan (antibiotik, analgesia) sesuai
dengan program
14. Monitor kadar Hb, Ht.
15. Monitor fetus dengan doppler dan USG
Penjelasan mengenai perawatan diri post partum SC dan
6. Informasi dan edukasi
Perawatan Luka
7 Evaluasi Mengevaluasi respon subyektif dan obyektif setelah
dilaksanakan intervensi dan dibandingkan dengan NOC
serta analisis terhadap perkembangan diagnosis
keperawatan yang telah ditetapkan
8. Penelaah kritis Sub Komite Mutu Keperawatan
1. Nanda International. (2014). Nursing diagnosis,
definitions and classification 2015-2017. 10th Edition.
UK. Wiley Blackwell.
2. Lowdermilk, D.L., Perry, S.E., Cashion, M.C. (201).
3. Maternity Nursing. 8th Edition. Mosby Elsevier.
4. Ward, S., Hisleyamazon,S. (2015). Maternal-Child
Nursing Care Optimizing Outcomes for Mothers,
9. Kepustakaan Children, & Families. 2nd Edition. Philadelphia. F.A.
Davis.
5. Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M
(2013). Nursing Interventions Classification (NIC).
6th Edition. St. Louis, Missouri. Mosby Elsevier.
6. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E.
(2013). Nursing Outcome Classification (NOC). 5th
Edition. St. Louis, Missouri. Mosby Elsevier.
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG))

BRONKOPNEMONIA
Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien bronkopneumonia
1. Pengertian Asuhan Gizi pada yang sistematis, dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis
Bronkopnemonia dalam membuat keputusan untuk menangani masalah gizi
sehingga aman, efektif dan berkualitas
Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, apabila pasien
2. Asesmen/Pengkajian:
berisiko malnutrisi dan atau kondisi khusus. Nutrisionis/
Dietisien asesmen gizi lebih lanjut.
Mengkaji data antropometri berat badan, tinggi badan, Lingkar
Antropometri
Lengan Atas, Lingkar Kepala (pada bayi).
Mengkaji data laboratorium terkait gizi seperti HB, Hematokrit,
Biokimia
Leukosit, Albumin, data laboratorium lain terkait gizi (bila ada)
Mengkaji adanya sesak nafas, anoreksia, demam, lemas,
Klinis/Fisik berubah/adanya penurunan berat badan (kehilangan masa otot
atau lemak), gigi geligi, dll
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan sebelum masuk RS (kualitatif dan
kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat
ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat
Riwayat Personal
penggunaan suplemen makanan, status kesehatan mental, serta
status kognitif
Tidak cukupnya asupan per oral berkaitan dengan menurunnya
kemampuan mengkonsumsi makanan karena tidak napsu makan,
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi) sesak ditandai dengan estimasi asupan energi dan protein dari
diet kurang dari kebutuhan, tidak berminat makan dan lemah (NI
2-1), Diagnosis Gizi lain dapat pula timbul tergantung kondisi
pasien
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi ≥ 80%
2. Mempertahankan status gizi optimal
Preskripsi Diet :
1. Kebutuhan Energi diperhitungkan berdasarkan berat badan
ideal sesuai Tinggi badan actual
2. Protein 10-15% dari energi total
3. Lemak 25-35% dari energi total
4. Karbohidrat 55-65% dari energi total
5. Cukup vitamin dan mineral
6. Makanan bervariasi
7. Diberikan dalam 3 porsi makan lengkap terdiri dari makan
pagi, siang, malam dan 1-3 kali makanan selingan pagi,
siang, malam.
8. Jenis Diet makan saring/lunak/biasa/enteral/parenteral
9. Mudah dicerna porsi kecil sering
10. Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan
kemampuan mengkonsumsi
11. Cukup cairan
12. Bentuk makanan dapat dikombinasi dengan cair atau sesuai
daya terima. bubur susu, bubur saring, biskuit susu,
b. Implementasi Pemberian makanan lunak maupun makan biasa. Jalur makanan.
Makanan (oral/enteral NGT/parenteral/kombinasi) sesuai kondisi
c. Edukasi klinis dan kemampuan mengkonsumsi
d. Konseling Gizi
e. Koordinasi dengan tenaga Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet
kesehatan lain Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
pasien dan penunggu pasien (care giver)

Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu


dengan dokter, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lain terkait
asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
a. Status Gizi berdasarkan antropometri
5. Monitoring dan Evaluasi
b. Hasil biokimia terkait gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan gizi, demam, tidak napsu makan,
mual
d. Asupan Makanan klien
Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal
(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk melihat keberhasilan
6. Re Asesmen (Kontrol kembali) intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika pasien sudah
kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan untuk menilai
kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi gizi) 1 bulan
setelah pulang dari rumah sakit.
1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
2. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Berat
7. Indikator (Target yang akan Badan/Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut umur (TB/U),
Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/TB),
dicapai/Outcome) Indek Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U), Lingkar Lengan
Atas menurut Umur (LLA/U)
1. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi
Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
8. Kepustakaan Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
3. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics
2013
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

DEMAM BERDARAH

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien demam berdarah


yang sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis
1. Pengertian
dalam membuat keputusan untuk menangani masalah gizi
sehingga aman, efektif dan berkualitas
Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, apabila pasien
2. Asesmen/Pengkajian :
berisiko malnutrisi dan atau kondisi khusus. Nutrisionis/
Dietisien mengkaji data berat badan, tinggi badan, Lingkar
Antropometri
Lengan Atas, Lingkar Kepala
Mengkaji data laboratorium seperti HB, HT, Trombosit,
Biokimia
Albumin, data laboratorium lain terkait gizi (bila ada)
Mengkaji adanya anoreksia, mual, muntah, sakit perut, diare,
Klinis/Fisik konstipasi, suhu tubuh, perdarahan saluran cerna, urine output,
gigi geligi, dll
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS (kualitatif
dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat
ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat
Riwayat Personal
penggunaan suplemen makanan, status kesehatan mental serta
status kognitif
1. Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan kesulitan
makan, tidak napsu makan, mual, sakit perut ditandai
dengan asupan makanan 50% dari kebutuhan (NI-2.1)
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
2. Kekurangan asupan cairan per oral berkaitan dengan demam
muntah tidak dapat mencukupi kebutuhan ditandai dengan
asupan cairan 60% dari kebutuhan (NI-3.1), Diagnosis Gizi
lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
1. Mempertahankan status gizi optimal
2. Memberikan makanan yang mudah ditelan dan dicerna
untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat, asupan makan
≥ 80%
3. Makanan diberikan bertahap
Preskripsi Diet :
1. Kebutuhan Energi diperhitungkan berdasarkan berat badan
ideal sesuai Tinggi badan aktual
2. Protein 10-15% dari energi total
3. Lemak 25-35% dari energi total
4. Karbohidrat 55-65% dari energi total
5. Cukup vitamin dan mineral
6. Cukup cairan dari makanan maupun minuman
7. Makanan bervariasi
8. Diberikan dalam 3 porsi makan lengkap terdiri dari makan
pagi, siang, malam dan 2-3 kali makanan selingan pagi,
siang, malam.
9. Mudah dicerna porsi kecil sering
10. Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan
kemampuan mengkonsumsi
11. Jenis Diet makan cair (enteral), saring/lunak atau dapat
dikombinasi sesuai dengan daya terima. bubur susu, bubur
saring, biskuit susu, makanan lunak maupun makan biasa.
12. Jalur makanan. (oral/enteral per NGT/parenteral/kombinasi)
b. Implementasi sesuai kondisi klinis dan kemampuan mengkonsumsi
c. Edukasi
d. Konseling Gizi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet
e. Koordinasi dengan tenaga Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
pasien dan penunggu pasien (care giver)
kesehatan lain Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait dengan gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
d. Asupan Makanan
Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal
(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol Kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi
gizi) 1 bulan setelah pulang dari rumah sakit
1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
2. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Berat Badan/
7. Indikator (Target yang akan Umur (BB/U),Tinggi Badan menurut umur (TB/U), Berat
dicapai/Outcome) Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/TB), Indek Masa
Tubuh menurut Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LLA/U)
1. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi
Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
8. Kepustakaan Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
3. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics
2013
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

DEMAM THYPOID
Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien thypoid
yangsistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam
1. Pengertian
membuat keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga
aman, efektif dan berkualitas.
Melanjutkan hasil Skrining perawat. Melihat data berat badan,
2. Asesmen/Pengkajian Antropometri
tinggi badan, Lingkar Lengan Atas, Lingkar Kepala (pada bayi)
Melihat data HB, Hematokrit, Leukosit, Albumin, data
Asesmen/Pengkajian Biokimia
laboratorium lain terkait gizi (bila ada)
Anoreksia, demam, mual, diare, perasaan tidak enak di perut,
Asesmen/Pengkajian Klinis/Fisik
lidah kotor
Asesmen/Pengkajian Riwayat Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan termasuk jajan
Makan diluar, bentuk makanan, rata2 asupan sebelum masuk RS, dll.
Asesmen/Pengkajian Riwayat Riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini dan
penyakit keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan,
Personal status kesehatan mental serta status kognitif
Asupan makan kurang berkaitan dengan gangguan pola makan
tidak napsu makan ditandai dengan tidak dapat makan makanan
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
RS hanya dapat menghabiskan ½ porsi makanan (NI - 2.1)
Diagnosis Gizi lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien.
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi
2. Mempertahankan status gizi optimal
3. Memberikan makanan dan minuman secukupnya agar tidak
memberatkan saluran cerna
b. Implementasi
Syarat Diet Lambung :
1. Mudah dicerna porsi kecil sering
2. Energi dan Protein cukup disesuaikan dengan kemampuan
pasien
3. Lemak rendah bertahap dinaikan, Rendah Serat
4. Cukup cairan
5. Bentuk makanan dapat dikombinasi dengan cair atau sesuai
daya terima. bubur susu, bubur saring, biskuit susu,
makanan lunak (oral/enteral/parenteral/kombinasi) sesuai
kondisi klinis dan kemampuan mengkonsumsi
6. Tidak mengandung bumbu2 yang merangsang (cabe,
merica, cuka,dll)
c. Edukasi
d. Konseling Gizi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
pasien dan penunggu pasien (Care Giver) mengenai diet
lambung
e. Koordinasi dengan tenaga
kesehatan lain Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
dengan dokter, perawat, apoteker dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait gizi
5. Monitoring dan Evaluasi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi, demam, tidak napsu makan,
mual
d. Asupan Makanan
Kontrol ulang untuk konseling gizi melihat keberhasilan
6. Re Asesmen (Kontrol kembali)
intervensi (terapi gizi) dan kepatuhan diet 1 bulan setelah pulang
dari rumah sakit

1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


2. Status Gizi berdasarkan antropometri Berat Badan/Umur
(BB/U), Tinggi Badan menurut umur (TB/U), Berat Badan
7. Indikator/Outcome
menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/TB), Indek Masa Tubuh
menurut Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas menurut
Umur (LLA/U)
1. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi
Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
8. Kepustakaan Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
3. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics
2013
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

DIABETES MELITUS
Metoda pemecahan masalah gizi pada, pasienthypoid yang
sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam
1. Pengertian
membuat keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga
aman, efektif dan berkualitas.
Melanjutkan hasil Skrining perawat.
2. Asesmen/Pengkajian Antropometri
Mengkaji data berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh.

Gula darah puasa, gula darah 2 jam setelah makan, HBA1c


Asesmen/Pengkajian Biokimia
apabila diperiksa, data laboratorium lain terkait gizi
Ada nya tanda-tanda badan lemas, buang air kecil sering dan
Asesmen/Pengkajian Klinis/Fisik banyak, terasa sering lapar dan banyak makan, sering haus dan
banyak minum, kesemutan
Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Asesmen/Pengkajian Riwayat Makan
makanan, rata-rata asupan sebelum masuk RS, dll.

Asesmen/Pengkajian Riwayat Riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini dan
penyakit keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan,
Personal status kesehatan mental serta status kognitif
Kelebihan asupan karbohidrat berkaitan dengan pola makan
dengan frekuensi sering dan banyak sumber karbohidrat dan
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi) makanan manis ditandai asupan makanan 130% dari kebutuhan
Berubahnya nilai laboratorium berkaitan dengan fungsi endokrin
yang menurun ditandai dengan peningkatan kadar dula darah
puasa dan 2 jam setelah makan
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan asupan zat gizi
2. Mempertahankan status gizi optimal
3. Membantu dan mempertahankan kadar gula darah mencapai
normal
4. Terjadi peningkatan pengetahuan dan kepatuhan diet

b. Implementasi
Syarat Diet Diabetes Melitus
1. Energi berdasarkan konsensus DM, Protein 10-20%, lemak
15-25% sisanya Karbohidrat 45-65%. Cukup minum/cairan
2. Bentuk makanan biasa/lunak atau dapat dikombinasi dengan
cair sesuai daya terima. Akses makanan oral/enteral
/parenteral/ kombinasi sesuai kondisi klinis dan kemampuan
c. Edukasi mengkonsumsi
d. Konseling Gizi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
pasien dan penunggu pasien (Care Giver) mengenai diet
Diabetes baik jumlah, jadwal dan jenis makanan yang dianjurkan
e. Koordinasi dengan tenaga
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
kesehatan lain dengan dokter, perawat, apoteker, dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
a. Status Gizi berdasarkan antropometri
b. Hasil biokimia terkait gizi (gula darah puasa, 2 jam PP
5. Monitoring dan Evaluasi
normal)
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi, tidak terjadi hipoglikemia
d. Asupan Makanan tidak melebihi kebutuhan

Kontrol ulang untuk konseling gizi melihat keberhasilan


6. Re Asesmen (Kontrol kembali)
intervensi (terapi gizi) dan kepatuhan diet 1 bulan setelah pulang
dari rumah sakit
1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
2. Status Gizi berdasarkan antropometri Berat badan, IMT 23
7. Indikator/Outcome 3. Tidak terjadi hipoglikemia
4. Gula darah terkontrol
5. Peningkatan Pengetahuan dan kepatuhan diet
1. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi
Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
8. Kepustakaan (IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

DIARE AKUT

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien diareakut


yang sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir
1. Pengertian
kritis dalam membuat keputusan untuk menangani
masalah gizi sehingga aman, efektif dan berkualitas.
Melanjutkan hasil Skrining perawat. Melihat data berat
2. Asesmen/Pengkajian Antropometri badan, tinggi badan, Lingkar Lengan Atas, Lingkar
Kepala
Melihat data HB, Hematokrit, Leukosit, elektrolit, hasil
Asesmen/Pengkajian Biokimia analisis feses, Albumin, data laboratorium lain terkait
gizi (bila ada)
Anoreksia, mual, muntah, sakit perut, diare, konstipasi,
Asesmen/Pengkajian Klinis/Fisik
demam, malabsorbsi
Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Asesmen/Pengkajian Riwayat Makan
makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS

Riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat


Asesmen/Pengkajian Riwayat Personal ini dan penyakit keluarga, riwayat penggunaan suplemen
makanan, status kesehatan mental serta status kognitif

Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan


kesulitan makan (tidak napsu makan, mual, sakit perut)
ditandai dengan asupan makanan 50% dari kebutuhan
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
(NI-2.1)
Kekurangan asupan kalium berkaitan dengan muntah,
diare tidak dapat mencukupi kebutuhan kalium ditandai
dengan kalium ≤ 3 (NI-5.10.1)
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa memperberat
saluran cerna.
2. Mencegah dan mengurangi risiko dehidrasi
3. ASI tetap diberikan
b. Implementasi
Prinsip Diet :
1. Energi dan protein sesuai kebutuhan berat badan
ideal dan sesuai tinggi badan aktual
2. Protein 10-15% total energi, Lemak 25-30%, KH
50-60%
3. Cukup Vitamin dan mineral serta cairan
4. Bila Hipokalemia diberikan makanan tinggi kalium,
suplemen Zn diberikan minimal 14 hari
5. Diberikan dalam porsi kecil tapi sering 6 x makan
sehari
6. Bentuk makanan sesuai toleransi per oral makanan
lembek, lumat, bubur susu, buah,biskuit susu
(oral/enteral/parenteral/kombinasi) sesuai kondisi
klinis dan kemampuan mengkonsumsi
c. Edukasi
d. Konseling Gizi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien,
keluarga pasien dan penunggu pasien (Care Giver)
mengenai asupan cairan dan elektrolit, bentuk
makananbaik jumlah, jadwal dan jenis makanan yang
dianjurkan diusahakan secepatnya kembali ke makanan
e. Koordinasi dengan tenaga kesehatan semula.
lain Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan
lainyaitu dengan dokter, perawat, apoteker, dan tenaga
kesehatan lain terkait asuhan pasien
1. Status Gizi berdasarkan antropometri
2. Hasil biokimia terkait gizi. Kalium, leukosit, HB,
5. Monitoring dan Evaluasi Albumin, feses
3. Fisik Klinis terkait dengan Gizi, demam, muntah,
tidak napsu makan
4. Asupan Makanan
Kontrol ulang untuk konseling gizi melihat keberhasilan
6. Re Asesmen (Kontrol kembali)
intervensi (terapi gizi) dan kepatuhan diet 1 bulan
setelah pulang dari rumah sakit
1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
2. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Berat
Badan/Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut umur
(TB/U), Berat Badan menurut Panjang/Tinggi
7. Indikator/Outcome Badan (BB/TB), Indek Masa Tubuh menurut Umur
(IMT/U), Lingkar Lengan Atas menurut Umur
(LLA/U)
3. Balance cairan dan elektrolit sesuai/normal
4. Tidak ada mual. Muntah, ada napsu makan
1. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014.
Asosiasi Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter
Anak Indonesia (IDAI). Persatuan Ahli Gizi
8. Kepustakaan
Indonesia (PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics &
Nutrition Terminology (IDNT) Reference Manual
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

GINJAL KRONIK PRA DIALISIS


Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien Diare Akut yang
sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam
1. Pengertian
membuat keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga
aman, efektif dan berkualitas.
Melanjutkan hasil Skrining perawat.
2. Asesmen/Pengkajian Antropometri
Mengkaji data berat badan, tinggi badan, indek massa tubuh.
Asesmen/Pengkajian Biokimia Ureum, kreatinin darah, GFR, data laboratorium lain terkait gizi
Ada nya tanda-tanda badan lemas, mual, tidak napsu makan,
Asesmen/Pengkajian Klinis/Fisik
penumpukan cairan di tungkai
Asesmen/Pengkajian Riwayat Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Makan makanan, rata-rata asupan sebelum masuk RS
Riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini dan
Asesmen/Pengkajian Riwayat
penyakit keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan,
Personal
status kesehatan mental serta status kognitif
Asupan energi kurang berkaitan dengan tidak napsu makan,
mual ditandai dengan asupan energi 50% dari kebutuhan
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi) Berubahnya nilai laboratorium berkaitan dengan fungsi ginjal
yang menurun ditandai dengan peningkatan kadar ureum,
kreatinin, penurunan GFR, asupan protein berlebihan/lauk pauk
banyak (NC-2.2)
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :
a. Perencanaan 1. Memenuhi kebutuhan asupan zat gizi
2. Mempertahankan status gizi optimal
3. Membantu dan mempertahankan sisa fungsi ginjal
4. Terjadi peningkatan pengetahuan dan kepatuhan diet

Syarat Diet Rendah protein


1. Energi 30-35 kalori/kgBBi/hari
b. Implementasi 2. Protein 0.6-0.8 gram/kgBB/hari, lemak 30% dari total kalori
3. Cairan : urine 24 jam + IWL
4. Bentuk makanan biasa/lunak atau dapat dikombinasi dengan
cair sesuai daya terima. Akses makanan oral/enteral/
parenteral/kombinasi sesuai kondisi klinis dan kemampuan
c. Edukasi mengkonsumsi
d. Konseling Gizi
Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
pasien dan penunggu pasien (Care Giver) mengenai Diet Rendah
Protein, bentuk makanan baik jumlah, jadwal dan jenis makanan
yang dianjurkan
e. Koordinasi dengan tenaga
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
kesehatan lain dengan dokter, perawat, apoteker, dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
1. Status Gizi berdasarkan antropometri
5. Monitoring dan Evaluasi 2. Hasil biokimia terkait gizi
3. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
4. Asupan Makanan
Kontrol ulang untuk konseling gizi melihat keberhasilan
6. Re Asesmen (Kontrol kembali)
intervensi (terapi gizi) dan kepatuhan diet 1 bulan setelah pulang
dari rumah sakit

1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


2. Status Gizi berdasarkan antropometri Berat badan, IMT 20
7. Indikator/Outcome
3. Tidak terjadi uremia
4. Peningkatan Pengetahuan dan kepatuhan diet
1. Konsensus Nutrisi Ginjal
8. Kepustakaan 2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual
PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

KEJANG DEMAM

Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien Kejang Demam


yang sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis
1. Pengertian
dalam membuat keputusan untuk menangani masalah gizi
sehingga aman, efektif dan berkualitas.

2. Asesmen/Pengkajian Melanjutkan hasil Skrining perawat. Melihat data berat badan,


Antropometri tinggi badan, Lingkar Lengan Atas, Lingkar Kepala (pada bayi)
Melihat data HB, Hematokrit, Leukosit, Albumin, data
Asesmen/Pengkajian Biokimia
laboratorium lain terkait gizi (bila ada)
Asesmen/Pengkajian Klinis/Fisik Anoreksia, demam
Asesmen/Pengkajian Riwayat Riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Makan makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS
Riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat ini dan
Asesmen/Pengkajian Riwayat
penyakit keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan,
Personal
status kesehatan mental serta status kognitif
Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan kesulitan
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi) makan tidak nafsu makan ditandai dengan asupan makanan 50%
dari kebutuhan, makan sedikit (NI-2.1)
Diagnosis gizi lain dapat pula timbul tergantung kondisi pasien
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan zat gizi
2. Mempertahankan status gizi optimal
3. Memberikan makanan yang mudah dicerna untuk memenuhi
kebutuhan yang meningkat
b. Implementasi
Syarat Diet Diet Tinggi energi bertahap selama pemulihan
1. Cukup Vitamin dan mineral serta cairan
2. Diberikan dalam porsi kecil tapi sering 3x makanan lengkap
2-3 kali makanan selingan
3. Bentuk makanan dapat dikombinasi dengan cair atau sesuai
daya terima. per oral lembik, lumat, bubur susu, buah,
biskuit susu (oral/enteral/parenteral/kombinasi) sesuai
c. Edukasi kondisi klinis dan kemampuan mengkonsumsi
Pemulihan edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga
d. Konseling Gizi pasien dan penunggu pasien (Care Giver) mengenai diet tinggi
kalori saat demam dan pemulihan selanjutnya sesuai kebutuhan,
bentuk makanan baik jumlah, jadwal dan jenis makanan yang
e. Koordinasi dengan tenaga dianjurkan
kesehatan lain Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
dengan dokter, perawat, apoteker dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien.
a. Status Gizi berdasarkan antropometri
5. Monitoring dan Evaluasi b. Hasil biokimia terkait gizi
c. Fisik Klinis terkait dengan Gizi, demam, tidak napsu makan
d. Asupan Makanan
Kontrol ulang untuk konseling gizi melihat keberhasilan
6. Re Asesmen (Kontrol kembali)
intervensi (terapi gizi) dan kepatuhan diet 1 bulan setelah pulang
dari rumah sakit

1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


2. Status Gizi berdasarkan antropometri Berat Badan/Umur
(BB/U), Tinggi Badan menurut umur (TB/U), Berat Badan
7. Indikator/Outcome
menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/TB), Indek Masa Tubuh
menurut Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas menurut
Umur (LLA/U)
1. Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi
Dietisien Indonesia (AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
8. Kepustakaan
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual
3. IDNT Reference Manual Fourth Edition 2013
PEDOMAN ASUHAN GIZI (PAG)

APPENDICITIS
Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien appendicitis yang
sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam
1. Pengertian
membuat keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga
aman, efektif dan berkualitas
Melanjutkan hasil skrining perawat terkait risiko malnutrisi dan
2. Asesmen/Pengkajian:
atau kondisi khusus.

Data berat badan, tinggi badan, Indeks Masa Tubuh dan atau
Antropometri
lingkar lengan atas
Mengkaji data labolatorium terkait gizi seperti HB, Hematokrit,
Biokimia
Leukosit, dll (bila ada)
Klinis/Fisik Mengkaji data nyeri perut, mual, anoreksia
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan sebelum masuk RS (kualitatif dan
kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat
ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat
Riwayat Personal
penggunaan suplemen makanan, status kesehatan mental, serta
status kognitif
Prediksi sub optimal asupan energi berkaitan rencana tindakan
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
bedah/operasi ditandai dengan asupan energi lebih rendah dari
kebutuhan (NI-1.4)
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)
a. Perencanaan Tujuan :
Memberikan kebutuhan dasar
Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi
lain nya
Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan
Preskripsi Diet :
- Kebutuhan Energi 40-45 kkal/kgBB. Pada pasien dengan
status gizi baik sesuai dengan kebutuhan energi normal
ditambah faktor stres sebesar 15% dari Metabolisme Basal.
- Protein 1,5-2,0 g/kgBB (Bagi pasien dengan status gizi
kurang). Sedangkan dengan status gizi baik atau kegemukan
diberikan protein normal 0,8-1 g/kgBB. (pra bedah).
- Selama pemulihan kondisi diberikan tinggi energi protein
Lemak 15-25% dari energi total
Karbohidrat cukup, sisa dari protein dan kemak untuk
menghindari hipermetabolisme
Cukup vitamin dan mineral
Diberikan bertahap disesuaikan dengan kemampuan pasien
untuk menerimanya
Jenis Diet diberikan bertahap sesuai kemampuan dan kondisi
pasien dimulai dari Diet Makanan Cair Jernih 30 ml/jam bisa
kombinasi dengan Makanan Parenteral, Diet Makanan Cair
Kental, Lunak
Mudah dicerna porsi kecil sering
Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan
kemampuan mengkonsumsi
Cukup cairan
Bentuk makanan mulai cair atau sesuai daya terima. bubur susu,
b. Implementasi Pemberian bubur saring, biskuit susu, makanan lunak, makanan biasa. Jalur
Makanan makanan. (oral/enteral) sesuai kondisi klinis dan kemampuan
c. Edukasi mengkonsumsi
d. Konseling Gizi
e. Koordinasi dengan tenaga Pelaksanaan pemberian makan sesuai dengan preskripsi diet
kesehatan lain dengan bentuk cair/saring/lunak/biasa

Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien, keluarga


dan penunggu pasien (care giver)
Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu
dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi 1. Status Gizi berdasarkan antropometri
2. Hasil biokimia terkait gizi
3. Fisik Klinis terkait gizi, demam, tidak nafsu makan, mual
4. Asupan Makanan
Melihat kembali kondisi pasien setelah kunjungan awal jika
6. Re Asesmen (Kontrol kembali)
diperlukan. Jika ada masalah gizi dianjurkan kontrol kembali/re
asesmen di rawat jalan.
1. Asupan makan ≥ 80% dari kebutuhan
7. Indikator (Target yang akan 2. Status Gizi Optimal
dicapai/Outcome) 3. Tidak ada mual, anoreksia
4. Peningkatan Pengetahuan Gizi seimbang
8. Kepustakaan 1. Penuntun Diet Edisi 3 Tahun 2006. Asosiasi Dietisien
Indonesia (AsDI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(PERSAGI)
2. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
3. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics
2013
PEDOMAN ASUHAN GIZI (PAG)

STROKE
Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien stroke yang
1. Pengertian Asuhan Gizi pada sistematis dimana Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam
Stroke membuat keputusan untuk menangani masalah gizi sehingga
aman, efektif dan berkualitas
Melanjutkan hasil skrining perawat terkait risiko malnutrisi dan
2. Asesmen/Pengkajian:
atau kondisi khusus. Stroke termasuk kondisi khusus sehingga
memerlukan asesmen gizi.
Antropometri
Data berat badan, tinggi badan dan atau lingkar lengan atas
Mengkaji data labolatorium terkait gizi seperti HB, Hematokrit,
Biokimia
Leukosit, Albumin (bila ada)
Mengkaji data nyeri saat menelan, kesulitan menelan, air liur
Klinis/Fisik menetes, makanan lengket dalam mulut/kerongkongan, tensi
darah status hidrasi, masa otot dan lemak, ada tidak nya edema.
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan sebelum masuk RS (kualitatif dan
kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat penyakit saat
ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, riwayat
Riwayat Personal
penggunaan suplemen makanan, status kesehatan mental, serta
status kognitif
Asupan makan per oral kurang berkaitan dengan menurunnya
konsumsi zat gizi karena kesulitan menelan ditandai dengan
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi)
asupan makanan 50% dari kebutuhan (NI-2.1)
Kesulitan Menelan berkaitan dengan stroke ditandai dengan
estimasi menurunnya asupan makan (NC-1.1)
4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi) Tujuan :
a. Perencanaan 1. Memenuhi kebutuhan zat gizi ≥ 80%
2. Mempertahankan status gizi optimal

Preskripsi Diet :
Kebutuhan Energi 25-45 kkal/kgBB. Pada fase akut energi
diberikan 1100-1500 kkal/hari
Protein 0.8-1 g/kgBB. Apabila pasien dengan status gizi kurang,
diberikan 1.2-1.5 g/kgBB.
Lemak 20-25% dari energi total
Karbohidrat 60-70% dari energi total
Kholesterol <300 mg
Serat 15-25 gram
Natrium 1500 mg -2300 mg
Cukup vitamin dan mineral
Jenis Diet makan cair/enteral,saring,lunak,biasa, bertahap sesuai
tes fungsi menelan. Mudah dicerna porsi kecil sering
Pemberian Energi dan Protein bertahap disesuaikan dengan
kemampuan mengkonsumsi per oral
Cukup cairan
Bentuk makanan dapat dikombinasi cair/enteral atau bubur susu,
bubur saring, makanan lunak maupun makan biasa, bertahap.
Jalur makanan. (oral/enteral per NGT/parenteral atau kombinasi)
b. Implementasi Pemberian sesuai kondisi klinis dan kemampuan mengkonsumsi.
Makanan
c. Edukasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet
d. Konseling Gizi
Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien dan
keluarga serta penunggu pasien (care giver) mengenai diet post
stroke untuk pemulihan sesuai dengan kemampuan menelan,
e. Koordinasi dengan tenaga kebutuhan, bentuk makanan baik jumlah, jadwal dan jenis
kesehatan lain makanan yang dianjurkan

Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan lain yaitu


dengan dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain
terkait asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
1. Status Gizi berdasarkan antropometri
5. Monitoring dan Evaluasi
2. Hasil biokimia terkait gizi
3. Fisik Klinis terkait dengan gizi yaitu ada tidaknya residu,
malabsorbsi/diare, dll
4. Asupan Makanan

Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal


(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk melihat keberhasilan
6. Re Asesmen (Kontrol kembali) intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi. Jika pasien sudah
kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan untuk menilai
kepatuhan diet dan keberhasilan intervensi (terapi gizi) 2-4
minggu setelah pulang dari rumah sakit.
1. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan
7. Indikator (Target yang akan 2. Bentuk makanan biasa
3. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri Indek Masa
dicapai/Outcome) Tubuh (IMT) atau lingkar lengan atas, biokimia albumin,
fisik/klinis dan asupan makan
1. Komplikasi Pada Stroke, FKUI 2015
2. Penuntun Diet Edisi 3 Tahun 2006. Asosiasi Dietisien
Indonesia (AsDI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(PERSAGI)
3. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual
4. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
8. Kepustakaan
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics
2013
5. Guidelines Clinical Nutrition in patients with stroke.
German society for Clinical Nutrition, German Medical
Societies 2013
6. Stroke Nutrition Therapy, American Dietetic Association

PANDUAN ASUHAN GIZI (PAG)

PLACENTA PREVIA TOTALIS PADA KEHAMILAN ATERM


1. Pengertian Metoda pemecahan masalah gizi pada pasien setelah melahirkan
dengan tindakan medis seksio sesarea yang sistematis dimana
Nutrisionis/Dietisien berfikir kritis dalam membuat keputusan
untuk menangani masalah gizi pasien sehingga aman, efektif dan
berkualitas
Menindaklanjuti hasil skrining gizi perawat, apabila pasien
2. Asesmen/Pengkajian : berisiko malnutrisi dan atau kondisi khusus. Nutrisionis/
Antropometri Dietisien mengkaji data berat badan, tinggi badan, Indek Masa
Tubuh
Mengkaji data labolatorium seperti HB, HT, Albumin, dll (bila
Biokimia
ada),
Mengkaji adanya anoreksia, mual, sakit perut, konstipasi, suhu
Klinis/Fisik
tubuh, perdarahan, gigi geligi, dll
Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, bentuk
Riwayat Makan makanan, rata-rata asupan makan sebelum masuk RS (kualitatif
dan kuantitatif)
Mengkaji riwayat sosial ekonomi, budaya, riwayat kehamilan
dan melahirkan saat ini, riwayat penyakit dahulu dan penyakit
Riwayat Personal
keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan, status
kesehatan mental serta status kognitif
Prediksi suboptimal asupan energi berkaitan dengan rencana
bedah (operasi seksio sesarea) ditandai dengan asupan lebih
rendah dari kebutuhan (NI-1.4)
3. Diagnosis Gizi (Masalah Gizi) Meningkatnya kebutuhan energi dan protein berkaitan dengan
miningkatnya kebutuhan zat gizi ditandai dengan telah
melahirkan (ibu menyusui), tindakan operasi seksio sesarea,
estimasi asupan lebih rendah dari kebutuhan (NI-5.1)

4. Intervensi Gizi (Terapi Gizi)


a. Perencanaan Tujuan :
Mempertahankan status gizi optimal
Membantu memperbaiki kehilangan glikogen, zat besi, dan
mempercepat penyembuhan luka operasi
Pemenuhan kebutuhan zat gizi dengan memberikan makanan
adekuat. Kebutuhan meningkat karena menyusui, asupan makan
≥ 80%

Preskripsi Diet :
Kebutuhan Energi diperhitungkan berdasarkan berat badan,
tinggi badan dan umur ibu menyusui. Penambahan zat gizi dari
kebutuhan normal Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah sebagai
berikut :
Energi ditambah 300-400 kalori
Protein ditambah 20 gram
Lemak ditambah 11-13 gram
Karbohidrat ditambah 45-55 gram
Serat ditambah 5-6 gram
Air ditambah 650 ml
Cukup vitamin dan mineral
Makanan bervariasi, bentuk amakanan biasa atau disesuaikan
dengan kondisi pasien
Diberikan dalam 3 porsi makan lengkap terdiri dari makan pagi,
b. Implementasi siang, malam dan 2-3 kali makanan selingan pagi, siang, malam.

Jenis Diet Tinggi Energi Tinggi Protein.


Jalur makanan per oral dapat dikombinasi dengan enteral atau
sesuai dengan kondisi klinis pasien
c. Edukasi Pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan preskripsi diet
d. Konseling Gizi Pemberian edukasi dan konseling gizi kepada pasien dan
keluarga mengenai makanan ibu menyusui
e. Koordinasi dengan tenaga
kesehatan lain Koordinasi pelayanan gizi dengan tenaga kesehatan yaitu dengan
dokter, perawat, farmasis dan tenaga kesehatan lain terkait
asuhan pasien
Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yaitu monitor
hasil positif maupun negative dari :
5. Monitoring dan Evaluasi e. Status Gizi berdasarkan antropometri
f. Hasil biokimia terkait dengan gizi
g. Fisik Klinis terkait dengan Gizi
h. Asupan Makanan
Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal
(pada hari ke 4 atau ke 5 perawatan) untuk mengetahui
6. Re Asesmen (Kontrol kembali) keberhasilan intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.. Jika
pasien sudah kembali pulang maka re asesmen di rawat jalan
untuk menilai keberhasilan intervensi (terapi gizi) 1 bulan
setelah pulang dari rumah sakit
7. Indikator (Target yang akan 3. Asupan makan ≥80% dari kebutuhan, tepat diet dan waktu
4. Status Gizi Normal berdasarkan antropometri IMT
dicapai/Outcome) 5. ASI mencukupi (ASI Eksklusif)
8. Kepustakaan 4. Penuntun Diet, Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia 2008
5. Pocket Guide For International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual 2013
6. International Dietetics & Terminology (IDNT) Reference
Manual. Standardize Language for the Nutrition Care
Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition and Dietetics
2013
7. Tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG), Kemenkes 2013
PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)

PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)


PADA ACUTE MYOCARDIAL INFARCTION (AMI)

1. Pengertian ( Definisi)
1. Potensi stroke setelah pemberian Agen Trombolisis
2. Pemilihan agen antihipertensi
3. Pemakaian dan pemilihan antihipertensi
2. Identifikasi DRP (Drug Related 4. Komplikasi pada terapi jangka panjang
Problem) 5. Potensi interaksi obat
6. Dosis obat
7. Kegagalan terapi obat
8. Potensi Efek samping obat
1. Efektifitas terapi :
a. Nitrat : nyeri dada
3. Monitoring & Evaluasi b. B-Blocker : TD, nadi, nyeri dada
c. Trombolitik: CK-MB dan Troponin 
d. Heparin : APTT
2. Efek Samping Obat :
a. Trombolitik : pendarahan
b. Heparin : pendarahan
c. Statin : nyeri otot
3. Interaksi obat :
a. Antiplatelet-antikoagulan, antiplatelet-trombolitik : risiko
pendarahan 
b. Nitrat + B-Blocker : TD
c. B-Blocker – morfin : nadi 
1. Rekomendasi pemilihan dan cara pemberian antihipertensi
2. Rekomendasi pemakaian dan pemilihan antikoagulan
4. Intervensi Farmasi 3. Pemantauan terapi obat
4. Monitoring efek samping obat
5. Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi obat
1. Efek terapi obat
2. Cara pakai obat khusus nitrat
5. Edukasi & Informasi
3. Kepatuhan minum obat
4. Modifikasi gaya hidup
6. Penelaah Kritis Apoteker Klinik

7. Indikator Gula darah terkontrol (GDP : 90-120mg/dl)


1. Antmant EM, ACC/AHA guidelines for the management of
patient with ST-elevation myocardial infarction.
Circulation.2004
2. American Heart Association : www.aha.org.us
3. Widyati, Dr. M.Clin.Pharm, Apt Praktek Farmasi Klinik
8. Kepustakaan
Fokus Pada Pharmaceutical Care, Brilian Internasional.
2014
4. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No.58. Kemenkes
RI.2015
5. Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015
PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)

PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)


PADA DIABETES MELITUS
1. Pengertian ( Definisi)

1. Pemilihan Preparat Insulin


2. Pemilihan Obat Anti Diabetes (OAD)
3. Potensi interaksi obat OAD
2. Identifikasi DRP (Drug Related
4. Dosis obat
Problem)
5. Kegagalan terapi obat
6. Potensi Efek samping obat hipoglikemi
7. Drug-Induced Hipoglikemi atau Hiperglikemi

1. Tanda dan gejala dari hiperglikemi, hipoglikemi,


komplikasi dan resiko kardiovaskuler
2. Kadar gula puasa (GDP) : 90-120 mg/dl
3. Monitoring & Evaluasi 3. 2hPP, bedtime glucose (110-150mg/dl) pasien
rawat inap
4. HbA1c
5. Urine protein, urine ketone , urine glucose
1. Rekomendasi pemilihan Preparat Insulin
2. Rekomendasi pemilihan Obat Anti Diabetes
(OAD)
4. Intervensi Farmasi 3. Pemantauan terapi obat
4. Monitoring efek samping obat
5. Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi
obat
5. Edukasi & Informasi Kepatuhan menggunakan insulin dan OAD
6. Penelaah Kritis Apoteker Klinik
7. Indikator Gula darah terkontrol (GDP : 90-120mg/dl)
1. Widyati, Dr. M.Clin. Pharm, Apt Praktek Farmasi
Klinik Fokus Pada Pharmaceutical Care, Brilian
8. Kepustakaan Internasional. 2014
2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No.58.
Kemenkes RI.2015
3. Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015
PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)

PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)


PADA PENYAKIT GINJAL AKUT
1. Pengertian ( Definisi)
1. Pemilihan obat
2. Over/low dose
2. Identifikasi DRP (Drug
3. Potensi Efek samping obat
Related Problem)
4. Potensi interaksi obat
5. Drug-induced penurunan fungsi ginjal
1. Laboratorium:
a. Cr, BUN, elektrolit, asam-basa, albumin
b. Hematologi: Hb, platelet, hematokrit, koagulasi, white cell
count
3. Monitoring & Evaluasi 2. Kondisi Klinis :
a. Kondisi umum baik
b. Volume urin
c. BP, BB, kulit
3. Terapi obat :
Dosis, efek, efek samping , nefrotoksisitas
1. Estimasi fungsi ginjal menggunakan formula :
- Cockroft-Gault
- MDRD
- Pengukuran CrCl melalui urin tampung 24 jam
2. Pemilihan obat dengan memperhatikan metabolisme, metode
4. Intervensi Farmasi
ekskresi, plasma protein binding, farmakodinamik
3. Penyesuaian dosis khususnya obat yang dimetabolis/
ekskresikan di ginjal
4. Pemantauan terapi obat
5. Monitoring efek samping obat dan toksisitas
5. Edukasi & Informasi Efek samping obat
6. Penelaah Kritis Apoteker Klinik
7. Indikator Kondisi umum pasien baik
8. Kepustakaan 1. The National Kidney Foundation : www.kidney.org.us.
2. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek Farmasi Klinik
Fokus Pada Pharmaceutical Care, Brilian Internasional.
2014rmasi
3. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No.58. Kemenkes
RI.2015
4. Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015
PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)

PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)


PADA HIPERTENSI

1. Pengertian ( Definisi)
1. Pemilihan Anti hipertensi
2. Potensi interaksi obat anti hipertensi
2. Identifikasi DRP (Drug Related 3. Dosis obat
Problem) 4. Kegagalan terapi obat
5. Potensi Efek samping obat anti hipertensi
6. Drug-Induced Hipertensi
1. Tekanan darah
2. Kadar kalium plasma
3. Monitoring & Evaluasi
3. Kreatinin plasma
4. Efek samping anti hipertensi
1. Rekomendasi pemilihan anti hipertensi
2. Pemantauan terapi obat
4. Intervensi Farmasi 3. Monitoring efek samping obat
4. Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi
obat
1. Kepatuhan minum anti hipertensi
2. Modifikasi gaya hidup
3. Kurangi asupan sodium
5. Edukasi & Informasi 4. Kemungkinan interaksi dengan obat lain,
khususnya OTC
5. ESO
6. Penelaah Kritis Apoteker Klinik
7. Indikator Tekanan darah terkontrol
1. American Medical Assosiation, JNC 8. 2013
2. Widyati, Dr. M.Clin. Pharm, Apt Praktek
Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical
8. Kepustakaan Care, Brilian Internasional. 2014
3. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No.58.
Kemenkes RI.2015
4. Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015
PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)

PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)


TRAUMA ABDOMEN
1. Pengertian ( Definisi)
1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik
terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
2. Asesmen Kefarmasian
3. Menentukan kebutuhan dan tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Obat-obat yang harus dihentikan sebelum
operasi (Aspirin, anti platelet, antikoagulan,
NSAID, ACEI, ARB)
2. Pemilihan antibiotik profilaksis yang kurang
3. Identifikasi DRP (Drug Related tepat
Problem) 3. Kegagalan terapi infeksi luka operasi (ILO)
4. Pemilihan anti emetic, analgesik
5. Potensi interaksi obat
6. Dosis obat
7. Potensi Efek samping obat
1. Rekomendasi obat-obat yang dihentikan
sebelum operasi
2. Rekomendasi pemilihan antibiotik profilaksis
4. Intervensi Farmasi 3. Pemantauan terapi obat
4. Monitoring efek samping obat
5. Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi
obat
Monitoring Post Operasi :
1. TTV : Temperatur, nadi, BP untuk menilai
5. Monitoring & Evaluasi efektif ILO
2. KK : inflamasi pada daerah insisi, nyeri, mual
3. Lab : leukosit
1. Hentikan pemakaian obat anti koagulan, anti
platelet, aspirin, minimal 7 hari sebelum operasi
6. Edukasi & Informasi
2. Hentikan pemakaian obat ACE inhibitor dan
ARB 24 jam sebelum operasi
7. Penelaah Kritis Apoteker Klinik
1. Efektifitas terapi ILO
8. Indikator 2. Nyeri teratasi
3. Mual muntah teratasi
1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek
Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical
9. Kepustakaan Care, Brilian Internasional. 2014
2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No. 58.
Kemenkes RI.2015
3. Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015
PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)

1. PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)


APPENDISITIS
1. Pengertian ( Definisi)
1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik
terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
2. Asesmen Kefarmasian
3. Menentukan kebutuhan dan tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Obat-obat yang harus dihentikan sebelum
operasi (Aspirin, anti platelet, antikoagulan,
NSAID, ACEI, ARB)
2. Pemilihan antibiotik profilaksis yang kurang
3. Identifikasi DRP (Drug Related tepat
Problem) 3. Kegagalan terapi infeksi luka operasi (ILO)
4. Pemilihan anti emetic, analgesik
5. Potensi interaksi obat
6. Dosis obat
7. Potensi Efek samping obat
1. Rekomendasi obat-obat yang dihentikan
sebelum operasi
2. Rekomendasi pemilihan antibiotik profilaksis
4. Intervensi Farmasi 3. Pemantauan terapi obat
4. Monitoring efek samping obat
5. Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi
obat
Monitoring Post Operasi :
1. TTV : Temperatur, nadi, BP untuk menilai
5. Monitoring & Evaluasi efektif ILO
2. KK : inflamasi pada daerah insisi, nyeri, mual
3. Lab : leukosit
1. Hentikan pemakaian obat anti koagulan, anti
platelet, aspirin, minimal 7 hari sebelum
6. Edukasi & Informasi operasi
2. Hentikan pemakaian obat ACE inhibitor dan
ARB 24 jam sebelum operasi
7. Penelaah Kritis Apoteker Klinik
1. Efektifitas terapi ILO
8. Indikator 2. Nyeri teratasi
3. Mual muntah teratasi
1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek
Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical
9. Kepustakaan Care, Brilian Internasional. 2014
2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No. 58.
Kemenkes RI.2015
3. Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015
PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)

PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM) DIARE


Diare adalah buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja
1. Pengertian ( Definisi)
dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali
atau lebih) dalam sehari.
1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik
terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
2. Asesmen Kefarmasian
3. Menentukan kebutuhan dan tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Pemilihan cairan elektrolit
2. Dosis dan lama pemberian zink
3. Identifikasi DRP (Drug Related 3. Cara pemberian elektrolit dan zink
Problem) 4. Dosis obat
5. Kegagalan terapi obat
6. Efek samping obat
1. Rekomendasi pemilihan cairan elektrolit
2. Pemantauan terapi cairan dan obat
4. Intervensi Farmasi 3. Monitoring efek samping obat
4. Memberikan rekomendasi alternatif terapi jika
ada interaksi obat
1. TTV
5. Monitoring dan Evaluasi 2. Tanda-tanda dehidrasi
3. Elektrolit darah
1. Cara dan durasi pemberian zink
6. Edukasi dan Informasi
2. Cara pemberian oralit
7. Penelaah Kritis Apoteker Klinik
1. Frekuensi diare turun
8. Indikator 2. TTV : Normal
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
9. Kepustakaan 1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek
Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical
Care, Brilian Internasional. 2014
2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No. 58.
Kemenkes RI. 2015
3. Pusponegoro dkk Neurologi IDAI, Konsesus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan
Penerbit IDAI
4. Kemenkes, Pedoman Pelayanan Kefarmasian
untuk Pasien Pediatri. Kemenkes RI. 2011
5. American Society of Hospital Pharmacist.
ASHP Guidelines on a Standardized Method for
Pharmaceutical Care. 1996
PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)

PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)


HEMORRHOID
1. Pengertian ( Definisi)
1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik
terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
2. Asesmen Kefarmasian
3. Menentukan kebutuhan dan tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Obat-obat yang harus dihentikan sebelum
operasi (Aspirin, anti platelet, antikoagulan,
NSAID, ACEI, ARB)
2. Pemilihan antibiotik profilaksis yang kurang
3. Identifikasi DRP (Drug Related tepat
Problem) 3. Kegagalan terapi infeksi luka operasi (ILO)
4. Pemilihan anti emetic, analgesik
5. Potensi interaksi obat
6. Dosis obat
7. Potensi Efek samping obat
1. Rekomendasi obat-obat yang dihentikan
sebelum operasi
2. Rekomendasi pemilihan antibiotik profilaksis
4. Intervensi Farmasi 3. Pemantauan terapi obat
4. Monitoring efek samping obat
5. Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi
obat
Monitoring Post Operasi :
1. TTV : Temperatur, nadi, BP untuk menilai
5. Monitoring & Evaluasi efektif ILO
2. KK : inflamasi pada daerah insisi, nyeri, mual
3. Lab : leukosit
1. Hentikan pemakaian obat anti koagulan, anti
platelet, aspirin, minimal 7 hari sebelum
6. Edukasi & Informasi operasi
2. Hentikan pemakaian obat ACE inhibitor dan
ARB 24 jam sebelum operasi
7. Penelaah Kritis Apoteker Klinik
1. Efektifitas terapi ILO
8. Indikator 2. Nyeri teratasi
3. Mual muntah teratasi
1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek
Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical
9. Kepustakaan Care, Brilian Internasional. 2014
2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No. 58.
Kemenkes RI. 2015
3. Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015
PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)

PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)


KEJANG DEMAM
Kejang demam adalah kejang yang berhubungan
dengan demam (suhu di atas 38,4 C per rental)
tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau
1. Pengertian ( Definisi)
gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak berusia
di atas 1 bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa
demam sebelumnya.
1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik
terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
2. Asesmen Kefarmasian
3. Menentukan kebutuhan dan tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Pemilihan Anti konvulsan
2. Pemilihan Anti Piretik
3. Cara pemberian obat
3. Identifikasi DRP (Drug Related 4. Dosis obat
Problem) 5. Kegagalan terapi obat
6. Potensi Interaksi obat antar Anti konvulsan dan
obat lain
7. Potensi Efek samping obat
1. Rekomendasi pemilihan Anti konvulsan
2. Rekomendasi pemilihan Anti piretik
3. Pemantauan terapi obat (obat indeks terapi
4. Intervensi Farmasi sempit c: fenitoin)
4. Monitoring efek samping obat
5. Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi
obat
Adverse Drug Reaction (ADR) :
- KK : tanda2 toksik, rash, urtikaria, eye
5. Monitoring dan Evaluasi vision (vigabatrin)
- TTV : temperature (drug induced fever), BB
- Lab : darah, SGPT/SGOT, Bil, GGT
6. Edukasi dan Informasi 1. Pemberian anti konvulsan
2. Efek samping potensial termasuk kantuk dan
hepatotoksik
3. Interaksi obat potensial dengan obat lain
Kepatuhan minum obat
4. Cara menggunakan obat yang benar
5. Cara menyimpan obat yang benar
7. Penelaah Kritis Apoteker Klinik
1. Panas Turun
8. Indikator 2. Lama rawat : 2 hari
3. Tidak ada kejang
1. Widyati, Dr. M.Clin.Pharm, Apt Praktek
Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical
Care, Brilian Internasional. 2014
2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No.58.
Kemenkes RI.2015
3. Pusponegoro dkk Neurologi IDAI, Konsesus
9. Kepustakaan Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan
Penerbit IDAI
4. Kemenkes, Pedoman Pelayanan Kefarmasian
untuk Pasien Pediatri. Kemenkes RI. 2011
5. American Society of Hospital Pharmacist.
ASHP Guidelines on a Standardized Method for
Pharmaceutical Care. 1996
PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)

PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)


ILEUS OBSTRUKTIF
1. Pengertian ( Definisi)
1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik
terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
2. Asesmen Kefarmasian
3. Menentukan kebutuhan dan tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Obat-obat yang harus dihentikan sebelum
operasi (Aspirin, anti platelet, antikoagulan,
NSAID, ACEI, ARB)
2. Pemilihan antibiotik profilaksis yang kurang
3. Identifikasi DRP (Drug Related tepat
Problem) 3. Kegagalan terapi infeksi luka operasi (ILO)
4. Pemilihan anti emetic, analgesik
5. Potensi interaksi obat
6. Dosis obat
7. Potensi Efek samping obat
1. Rekomendasi obat-obat yang dihentikan
sebelum operasi
2. Rekomendasi pemilihan antibiotik profilaksis
4. Intervensi Farmasi 3. Pemantauan terapi obat
4. Monitoring efek samping obat
5. Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi
obat
1. Monitoring Post Operasi :
2. TTV : Temperatur, nadi, BP untuk menilai
5. Monitoring & Evaluasi efektif ILO
3. KK : inflamasi pada daerah insisi, nyeri, mual
4. Lab : leukosit
1. Hentikan pemakaian obat anti koagulan, anti
platelet, aspirin, minimal 7 hari sebelum operasi
6. Edukasi & Informasi
2. Hentikan pemakaian obat ACE inhibitor dan
ARB 24 jam sebelum operasi
7. Penelaah Kritis Apoteker Klinik
1. Efektifitas terapi ILO
8. Indikator 2. Nyeri teratasi
3. Mual muntah teratasi
1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek
Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical
9. Kepustakaan Care, Brilian Internasional. 2014
2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No. 58.
Kemenkes RI.2015
3. Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015
PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)

PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)


HERNIA INGUINALIS
1. Pengertian ( Definisi)
1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik
terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
2. Asesmen Kefarmasian
3. Menentukan kebutuhan dan tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Obat-obat yang harus dihentikan sebelum
operasi (Aspirin, anti platelet, antikoagulan,
NSAID, ACEI, ARB)
2. Pemilihan antibiotik profilaksis yang kurang
3. Identifikasi DRP (Drug Related tepat
Problem) 3. Kegagalan terapi infeksi luka operasi (ILO)
4. Pemilihan anti emetic, analgesik
5. Potensi interaksi obat
6. Dosis obat
7. Potensi Efek samping obat
1. Rekomendasi obat-obat yang dihentikan
sebelum operasi
2. Rekomendasi pemilihan antibiotik profilaksis
4. Intervensi Farmasi 3. Pemantauan terapi obat
4. Monitoring efek samping obat
5. Rekomendasi alternatif terapi jika ada interaksi
obat
Monitoring Post Operasi :
1. TTV : Temperatur, nadi, BP untuk menilai
5. Monitoring & Evaluasi efektif ILO
2. KK : inflamasi pada daerah insisi, nyeri, mual
3. Lab : leukosit
1. Hentikan pemakaian obat anti koagulan, anti
platelet, aspirin, minimal 7 hari sebelum operasi
6. Edukasi & Informasi
2. Hentikan pemakaian obat ACE inhibitor dan
ARB 24 jam sebelum operasi
7. Penelaah Kritis Apoteker Klinik
1. Efektifitas terapi ILO
8. Indikator 2. Nyeri teratasi
3. Mual muntah teratasi
1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek
Farmasi Klinik Fokus Pada Pharmaceutical
9. Kepustakaan Care, Brilian Internasional. 2014
2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No.58.
Kemenkes RI.2015
3. Dipiro, Pharmacotherapy Handbook 9th, 2015
PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)

PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)


DEMAM TIFOID
Demam Tifoid adalah demam 7 hari atau lebih
dengan minimal satu dari gejala/tanda terkait tifoid
(diare, mual/muntah, nyeri perut, anoreksia,
konstipasi, perut kembung, lidah kotor,
1. Pengertian ( Definisi) hepatomegali atau splenomegali) dan lboratorium
berupa tes tubex ≥ 4 atau titer widal Salmonella
typhi O ≥ 1/320, tanpa disertai dengan kesadaran
menurun, kejang, perdarahan usus berupa melena
atau perforasi usus, syok atau koma.
1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik
terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
2. Asesmen Kefarmasian
3. Menentukan kebutuhan dan tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Pemilihan antibiotik empiris dan definitif
2. Dosis dan lama pemberian antibiotik
3. Identifikasi DRP (Drug Related 3. Cara pemberian antibiotik
Problem) 4. Kegagalan terapi obat
5. Efek samping obat
6. Interaksi Obat
1. Rekomendasi pemilihan antibiotik
2. Pemantauan terapi antibiotik
4. Intervensi Farmasi 3. Monitoring efek samping obat
4. Memberikan rekomendasi alternatif terapi jika
ada interaksi obat
5. Monitoring dan Evaluasi Suhu
6. Edukasi dan Informasi 1. Cara dan durasi pemberian antibiotik

7. Penelaah Kritis Apoteker Klinik


- Suhu turun
8. Indikator
- TTV : Normal
9. Kepustakaan 1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek Farmasi
Klinik Fokus Pada Pharmaceutical Care, Brilian
Internasional. 2014
2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No. 58.
Kemenkes RI. 2015
3. Pusponegoro dkk Neurologi IDAI, Konsesus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit
IDAI
4. Kemenkes, Pedoman Pelayanan Kefarmasian
untuk Pasien Pediatri. Kemenkes RI. 2011
5. American Society of Hospital Pharmacist. ASHP
Guidelines on a Standardized Method for
Pharmaceutical Care. 1996
6. WHO. Background document : The diagnosis,
treatment and prevention of typhoid fever. 2007
PANDUAN PRAKTIK ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)

PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)


DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
Demam Berdarah Dengue adalah demam
disebabkan infeksi virus dengue yang disertai
perembesan plasma yang ditandai demam mendadak
1. Pengertian ( Definisi)
2-7 hari, keluhan anoreksia, mual muntah, sakit
kepala, nyeri epigastrik. Pendarahan dibuktikan
dengan uji tourniquet (+).
1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik
terkait pengobatan pasien
2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
2. Asesmen Kefarmasian
3. Menentukan kebutuhan dan tujuan
farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
1. Pemilihan cairan plasma, elektrolit oral atau
infus
2. Pemilihan antipiretik
3. Dosis dan lama pemberian antipiretik, cairan
3. Identifikasi DRP (Drug Related
Problem) plasma dan elektrolit
4. Cara pemberian antipiretik, cairan plasma dan
elektrolit
5. Kegagalan terapi obat
6. Efek samping obat
1. Rekomendasi pemilihan antipiretik dan cairan
elektrolit
2. Pemantauan terapi cairan dan antipiretik
4. Intervensi Farmasi
3. Monitoring efek samping obat
4. Memberikan rekomendasi alternatif terapi jika
ada interaksi obat
1. Suhu
2. Tanda-tanda perembesan plasma
5. Monitoring dan Evaluasi
3. Trombosit
4. Hematokrit
1. Cara dan durasi pemberian antipiretik
6. Edukasi dan Informasi
2. Cara pemberian cairan elektrolit oral
7. Penelaah Kritis Apoteker Klinik
1. Demam turun
8. Indikator
2. Hematokrit dan trombosit normal
1. Widyati, Dr. M. Clin. Pharm, Apt Praktek Farmasi
Klinik Fokus Pada Pharmaceutical Care, Brilian
Internasional. 2014
2. Kemenkes, Standar Pelayanan Farmasi No. 58.
Kemenkes RI. 2015
3. Pusponegoro dkk Neurologi IDAI, Konsesus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit
9. Kepustakaan IDAI
4. Kemenkes, Pedoman Pelayanan Kefarmasian
untuk Pasien Pediatri. Kemenkes RI. 2011
5. American Society of Hospital Pharmacist. ASHP
Guidelines on a Standardized Method for
Pharmaceutical Care. 1996
6. WHO, Dengue Guideline For Diagnosis,
Treatment, Prevention and Control. 2009
CLINICAL PATHWAY
DIARE AKUT RINGAN - SEDANG
JEUMPA HOSPITAL
No. RM : …………
Nama Pasien : ……………………… BB : ………Kg
Jenis Kelamin : ………………………. TB : ………cm
Tanggal Lahir : ………………………. Tgl.Masuk : …………. Jam : ………..
Diagnosa Masuk RS : ………………………. Tgl.Keluar : …………. Jam : ………..
Penyakit Utama : ………………………. Kode ICD Lama Rawat : ……….Hari
Penyakit Penyerta : ………………………. Kode ICD : …………. Rencana Rawat
Komplikasi : ………………………. Kode ICD : …………. R. Rawat/ kelas : ……./…….
Tindakan : ………………………. Kode ICD : …………. Rujukan : Ya / Tidak
………………………. Kode ICD : ………….
Dietary Counseling and
Surveillance Kode ICD : Z71.3

HARI PENYAKIT
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL
Dokter IGD Pasien masuk melalui IGD
ASESMEN AWAL MEDIS
Dokter Spesialis Pasien masuk melalui RJ
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi,
Dilanjutkan dengan asesm
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN skrining gizi, nyeri, status fungsional:
psiko, sosial, spiritual dan b
bartel index, risiko jatuh, risiko
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
HB, HT, LEUKO, Elektrolit
2. LABORATORIUM Tinja Macroscopic & Microscopic
Varian
3. RADIOLOGI/IMAGING
4. KONSULTASI
5. ASESMEN LANJUTAN

Dokter DPJP Visite harian/ Follow up


a. ASESMEN MEDIS
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency
Dilakukan dalam 3 Sh
b. ASESMEN KEPERAWATAN Perawat Penanggung Jawab kebutuhan dasar
dilaksanakan sesuai kondisi
Lihat risiko malnutrisi
skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
c. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal. Asesmen Gizi
waktu 48 jam.
Telaah Resep Dilanjutkan dengan in
d. ASESMEN FARMASI farmasi yang sesuai hasil
Rekonsiliasi Obat dan Rekonsiliasi obat
6. DIAGNOSIS

a. DIAGNOSIS MEDIS Diare Akut Ringan - Sedang


b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN 00013 Diare Masalah keperawatan
dijumpai setiap hari. Dibu
00025 Risiko Ketidakseimbangan perawat penanggung jawab
volume Cairan dengan NANDA. Int
00195 Risiko ketidakseimbangan
Elektrolit
00002 Ketidakseimbangan Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
000132 Nyeri akut
00047 Risiko Kerusakan Integritas
Kulit
Peningkatan kebutuhan cairan
berkaitan dengan diare ditandai
dengan estimasi asupan cairan kurang
dari kebutuhan (NI - 3.1)
Tidak cukupnya asupan mineral
berkaitan dengan pengeluaran yang Sesuai dengan data a
tinggi (diare) ditandai dengan kemungkinan saja ada di
c. DIAGNOSIS GIZI
estimasi asupan kurang dari lain atau diagnosis berubah
kebutuhan, malabsorbsi (NI - 5.10.1) perawatan.
Tidak cukup asupan makanan per
oral berkaitan dengan tidak nafsu
makan ditandai dengan asupan energi
dan protein kurang dari kebutuhan
(NI - 2.1)
Identifikasi Kebutuhan Edukasi &
Latihan Selama Perawatan
7. DISCHARGE PLANNING Identifikasi kebutuhan di rumah Program pendidikan pasi
keluarga
Hand Hygiene

Kualitas hidup sehat

8. EDUKASI TERINTEGRASI

Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi


a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS berdasarkan kebutuhan da
Rencana terapi berdasarkan Discharge Plan

Informed Consent Pengisian formulir inform


Diberikan oralit, ekstra minum edukasi terintegrasi oleh
termasuk ASI bila masih menyusu. dan atau keluarga
b. EDUKASI & KONSELING GIZI Pemberian makanan bertahap
kembali ke makanan semula, Edukasi gizi dilakukan sa
frekuensi 6 kali (porsi kecil sering) masuk dan atau pada hari k
sesuai kemampuan ke 5
c. EDUKASI KEPERAWATAN Hand Hygiene Meningkatkan kepatuhan
Menjaga kebersihan makanan dan meminum/menggunakan ob
peralatan makanan
Cara perawatan perianal

Informasi Obat
d. EDUKASI FARMASI
Konseling Obat
PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN
Lembar Edukasi Terintegrasi
EDUKASI TERINTEGRASI Di DTT Keluarga/Pasien
9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA

RL
a. CAIRAN INFUS
Varian
(Amuba +)
Metronidazol 10 Mg/kg
Obat pulang
b. OBAT ORAL
Varian
10. TATA LAKSANA/INTERVENSI

a. TATA LAKSANA/ INTERVENSI MEDIS

2080 Manajemen Cairan & Elektrolit

1400 Manajemen Nyeri

0460 Manajemen Diare


1100 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
b. TATA LAKSANA/ INTERVENSI (Termasuk ASI) Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN
1750 Perawatan Perianal

1805 Pemenuhan ADL

4190 Kolaborasi Pemasangan Infus

2300 Kolaborasi pemberian Obat


Rehidrasi cairan oralit, Diet makanan
Bentuk makanan, kebutuh
cair/lumat, tim saring, lunak, biasa,
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI gizi disesuaikan dengan u
secara bertahap. Anak dengan ASI
kondisi klinis anak
tetap diberikan
d. TATA LAKSANA/ INTERVENSI FARMASI Rekomendasi kepada DPJP Sesuai dengan hasil monito
11. MONITORING & EVALUASI Monitor Perkembangan Pas
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP
Rencana Asuhan
413 Monitoring tanda vital
2080 Monitoring Intake & Output
Cairan
0460 Monitoring Frekuensi
b. KEPERAWATAN Mengacu pada NOC
Karakteristik Diare
2080 Monitoring Tanda Rehidrasi
1750 Monitoring Integritas Kulit
Perianal
Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah g
tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri kemajuannya. Monev pada
4 atau ke 5 kecuali asupan m
c. GIZI
Monitoring Biokimia
Mengacu pada
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi (International Dietetics N
Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software interak
d. FARMASI Monitoring Efek Samping Obat
Dilanjutkan dengan in
Pemantauan Terapi Obat farmasi yang sesuai

12. MOBILISASI / REHABILITASI

a. MEDIS Tahapan mobilisasi sesuai


b. KEPERAWATAN pasien

c. FISIOTERAPI

13. OUTCOME/HASIL

Dehidrasi Teratasi
a. MEDIS
BAB Kurang dari 3X Sehari dengan
Ampas+
Tanda Vital Dalam Batas Normal Mengacu pada NOC

b. KEPERAWATAN Indek Output Seimbang Dilakukan dalam 3 shift

Integritas Kulit Perianal Baik


Memenuhi kebutuhan zat gizi tanpa
memperberat saluran cerna.
Mencegah dan mengurangi risiko Status Gizi berd
c. GIZI
dehidrasi asupan makan > 80% antropometri, biokimia, fisi
Status gizi optimal

Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas


d. FARMASI
Obat rasional pasien

Umum Status pasien/tanda vital


14. KRITERIA PULANG
dengan PPK

Khusus

Resume Medis dan Keperawatan


Pasien membawa R
15. RENCANA PULANG / Penjelasan diberikan sesuai dengan
Perawatan/ Surat Rujukan
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN keadaan umum pasien
Kontrol/Homecare saat pula
Surat pengantar kontrol

VARIAN

13 September 2016
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi
(dr. Era Muliana, Sp. PD) (Agus Salim, Amd,.Kep) (______________)

Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan

CLINICAL PATHWAY
KEJANG DEMAM SEDERHANA
JEUMPA HOSPITAL
No. RM : …………
Nama Pasien : ……………………… BB : ………Kg
Jenis Kelamin : ………………………. TB : ………cm
Tanggal Lahir : ………………………. Tgl.Masuk : …………. Jam : ………..
Diagnosa Masuk RS : ………………………. Tgl.Keluar : …………. Jam : ………..
Penyakit Utama : ………………………. Kode ICD Lama Rawat : ……….Hari
Penyakit Penyerta : ………………………. Kode ICD : …………. Rencana Rawat
Komplikasi : ………………………. Kode ICD : …………. R. Rawat/ kelas : ……./…….
Tindakan : ………………………. Kode ICD : …………. Rujukan : Ya / Tidak
………………………. Kode ICD : ………….
Dietary Counseling and
Surveillance Kode ICD : Z71.3

HARI PENYAKIT
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL
Dokter IGD Pasien masuk melalui IGD
ASESMEN AWAL MEDIS
Dokter Spesialis Pasien masuk melalui RJ
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi, Dilanjutkan dengan asesm
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN skrining gizi, nyeri, status fungsional: psiko, sosial, spiritua
bartel index, risiko jatuh, risiko budaya
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
2. LABORATORIUM HB, HT, Leukosit & Trombosit
Gula Darah
Elektrolit
Urine Analis
Varian
3. RADIOLOGI/IMAGING
4. KONSULTASI THT
5. ASESMEN LANJUTAN

Dokter DPJP Visite harian/ Follow up


a. ASESMEN MEDIS
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency

b. ASESMEN KEPERAWATAN Perawat Penanggung Jawab Dilakukan dalam 3 Shift


Lihat risiko malnutrisi
skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
c. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal. Asesmen dalam
48 jam.
Telaah Resep Dilanjutkan dengan in
d. ASESMEN FARMASI farmasi yang sesuai hasil
Rekonsiliasi Obat dan Rekonsiliasi obat
6. DIAGNOSIS

a. DIAGNOSIS MEDIS Kejang Demam Sederhana

00007 Hiperthermia
000201 Risiko ketidakefektifitan Masalah keperawatan
Perfusi Jaringan Otak dijumpai setiap hari. Dibu
b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN 00028 Risiko kekurangan Volume perawat penanggung
Cairan Mengacu pada di
00035 Risiko Cidera NANDA. Int

00039 Risiko Aspirasi


c. DIAGNOSIS GIZI Peningkatan kebutuhan zat gizi Sesuai dengan data a
energi berkaitan dengan kemungkinan saja ada di
meningkatnya kebutuhan untuk lain atau diagnosis b
menjaga suhu tubuh ditandai dengan selama perawatan.
asupan tidak adekuat, demam (NI -
1.1)
Identifikasi Kebutuhan Edukasi &
Latihan Selama Perawatan
Program pendidikan pas
7. DISCHARGE PLANNING Identifikasi kebutuhan di rumah keluarga
Hand Hygiene

8. EDUKASI TERINTEGRASI

a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS Penjelasan Diagnosis


Oleh semua pemberi
Rencana terapi berdasarkan kebutuhan d
Informed Consent berdasarkan Discharge Pla

b. EDUKASI & KONSELING GIZI Pengisian formulir inform


Makanan saring atau lunak
edukasi terintegrasi oleh
Kompres hangat (tapid water dan atau keluarga
sponge)
Pengaturan posisi saat kejang Edukasi gizi dilakukan sa
c. EDUKASI KEPERAWATAN
masuk dan atau pada ha
Mengenali risiko kejang beruang atau hari ke 5

Menurunkan cidera akibat kejang


Meningkatkan kepatuhan
Informasi Obat meminum/menggunakan o
d. EDUKASI FARMASI
Konseling Obat
PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN
Lembar Edukasi Terintegrasi Di DTT Keluarga/Pasien
EDUKASI TERINTEGRASI
9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA

Paracetamol IV
a. INJEKSI
Varian

RL
b. CAIRAN INFUS
Varian

c. OBAT ORAL Diazepam 0,3 mg/kg BB per 8 jam


Paracetamol 10 - 15 mg/kg BB per
1x
Diberikan 4x sehari tidak > 5x sehari/

Ibupropen 5 - 10 mg/kg BB per 1 kali


Diberikan 3 - 4x sehari

Varian
Diazepam 0,5 mg/kg BB per 8jam
d. RECTAL
Suhu tubuh lebih >38oC
10. TATA LAKSANA/INTERVENSI
a. TATA LAKSANA/INTERVENSI
MEDIS
1400 Manajemen Demam

2080 Manajemen Cairan


2680 Manajemen Kejang :
Mengamankan Kepatenan Jalan
Nafas (Pencegahan Lidah tergigit)
b. TATA LAKSANA/INTERVENSI 6490 Mencegah Risiko Jatuh Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN
1805 Pemenuhan Kebutuhan ADL

4190 Kolaborasi pemasangan infus

2304 Kolaborasi pemberian oral


2315 Kolaborasi pemberian obat
rectal
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi/gizi Bentuk makanan, kebutu
gizi disesuaikan dengan u
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI Diet Makanan Lunak atau Makanan kondisi klinis anak
Saring bertahap
d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Rekomendasi kepada DPJP Sesuai dengan hasil monit
FARMASI
11. MONITORING & EVALUASI
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP Monitor perkembangan pa
Rencana Asuhan
b. KEPERAWATAN 413 Monitoring tanda vital Mengacu pada NOC
2080 Monitoring Cairan

2680 Monitoring Jaringan Otak

2680 Monitoring Kejang

Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri kemajuannya. Monev pa
ke 4atau ke 5 kecuali
c. GIZI Monitoring Biokimia makanan

Mengacu pada
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi (Internasional Dietetic
Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software intera
d. FARMASI Monitoring Efek Samping Obat
Dilanjutkan dengan in
Pemantauan Terapi Obat farmasi yang sesuai

12. MOBILISASI / REHABILITASI

a. MEDIS
Tahapan mobilisasi
Pembatasan Mobilisasi pada saat kondisi pasien
b. KEPERAWATAN
kejang
c. FISIOTERAPI

13. OUTCOME/HASIL
Tidak ada kejang
a. MEDIS
Hemodinamik Stabil

Suhu Tubuh Batas Normal


Mengacu pada NOC
b. KEPERAWATAN Tidak ada kejang

Hemodinamik stabil Dilakukan dalam 3 shift

c. GIZI Asupan makan > 80% Status Gizi berd


antropometri, bi
Optimalisasi status gizi
fisik/klinis
Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas
d. FARMASI
Obat rasional pasien

Umum
Status pasien/tanda vital
14. KRITERIA PULANG
dengan PPK
Khusus

Resume Medis dan Keperawatan


Pasien membawa R
15. RENCANA PULANG / Penjelasan diberikan sesuai dengan
Perawatan/ Surat Rujukan
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN keadaan umum pasien
Kontrol/Homecare saat pu
Surat pengantar control

VARIAN

13 September 2016
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

(dr. Abdul Gani, Sp.A) (Rini Wahyuni) (______________)

Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan

CLINICAL PATHWAY
DEMAM BERDARAH GRADE 1&2
JEUMPA HOSPITAL
No. RM : …………
Nama Pasien : ……………………… BB : ………Kg
Jenis Kelamin : ………………………. TB : ………cm
Tanggal Lahir : ………………………. Tgl.Masuk : …………. Jam : ………..
Diagnosa Masuk RS : ………………………. Tgl.Keluar : …………. Jam : ………..
Penyakit Utama : ………………………. Kode ICD Lama Rawat : ……….Hari
Penyakit Penyerta : ………………………. Kode ICD : …………. Rencana Rawat
Komplikasi : ………………………. Kode ICD : …………. R. Rawat/ kelas : ……./…….
Tindakan : ………………………. Kode ICD : …………. Rujukan : Ya / Tidak
………………………. Kode ICD : ………….
Dietary Counseling and
Surveillance Kode ICD : Z71.3

KEGIATAN URAIAN KEGIATAN HARI PENYAKIT KETERANGAN


1 2 3 4 5 6 7

HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL
Dokter IGD Pasien masuk melalui IGD
ASESMEN AWAL MEDIS
Dokter Spesialis Psien masuk melalui RJ
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi, Dilanjutkan dengan asesm
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN skrining gizi, nyeri, status fungsional: psiko, sosial, spiritua
bartel index, risiko jatuh, risiko budaya
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
HB, HT, WBC, TROMBOCYT
2. LABORATORIUM NS1
IGM, IGG, DENGUE
3. RADIOLOGI/IMAGING THORAX AP
4. KONSULTASI
5. ASESMEN LANJUTAN
Dokter DPJP Visite harian/ Follow up
a. ASESMEN MEDIS
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency

b. ASESMEN KEPERAWATAN Perawat Penanggung Jawab Dilakukan dalam 3 Shift


Lihat risiko malnutrisi
skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
c. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal. Asesmen di
dalam waktu 48 jam
Telaah Resep Dilanjutkan dengan in
d. ASESMEN FARMASI farmasi yang sesuai sesu
Rekonsiliasi Obat Telaah dan Rekonsiliasi ob
6. DIAGNOSIS

a. DIAGNOSIS MEDIS Demam berdarah Grade 1& 2


00025 Risiko ketidakseimbangan
volume cairan
00195 Risiko Keseimbangan
elektrolit Masalah keperawatan
00007 Hiperthermia dijumpai setiap hari. Dibu
b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN perawat penanggung
00205 Risiko shock Mengacu pada di
NANDA-Int
00206 Risiko Pendarahan

00132 Nyeri Akut


Peningkatan kebutuhan energi
expenditure berkaitan dengan
meningkatnya kebutuhan untuk
menjaga suhu tubuh ditandai dengan Sesuai dengan data a
demam (NI - 1.1) kemungkinan saja ada di
c. DIAGNOSIS GIZI
Tidak cukupnya asupan cairan lain atau diagnosis b
berkaitan dengan demam meningkat selama perawatan.
insensible water lossees ditandai
dengan estimasi asupan kurang dari
kebutuhan (NI - 3.1)
Identifikasi Kebutuhan Edukasi &
Latihan Selama Perawatan
Identifikasi kebutuhan rumah
Program pendidikan pas
7. DISCHARGE PLANNING Hand Hygiene keluarga
Kebersihan Lingkungan: 3M
(Menimbun/Menutup, Menguras,
Mengubur)
8. EDUKASI TERINTEGRASI

Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi


a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS berdasarkan kebutuhan d
Rencana terapi berdasarkan Discharge Pla

Informed Consent Pengisian formulir inform


b. EDUKASI & KONSELING GIZI Makanan lunak/makanan biasa edukasi terintegrasi oleh
dengan gizi seimbang dan atau keluarga

Peningkatan intake cairan peroral Edukasi gizi dilakukan pa


c. EDUKASI KEPERAWATAN awal masuk (pada hari p
Tirah baring (Bedrest) atau kedua) dan atau pada
Cara turunkan panas : WaterTapid 4 atau ke 5.
Sponge
Informasi Obat
d. EDUKASI FARMASI Meningkatkan kepatuhan
Konseling Obat meminum/menggunakan o

PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN


Lembar Edukasi Terintegrasi Di DTT Keluarga/Pasien
EDUKASI TERINTEGRASI
9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA
Paracetamol 10 - 15 mg/kg BB/
intravena
a. INJEKSI
Varian

b. CAIRAN INFUS RL
Varian
Paracetamol 10 -15 mg/kg BB/
c. OBAT ORAL kali/oral
Varian

d. RECTAL
Varian

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI

a. TATA LAKSANA/ INTERVENSI MEDIS

196. Manajemen Demam

200. Manajemen Cairan

1400. Manajemen Nyeri


b. TATA LAKSANA/INTERVENSI 337. Pemenuhan ADL Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN
4190 Kolaborasi Pemasangan infus
2304 Kolaborasi Pemberian Obat
Oral
2314 Kolaborasi Pemberian Obat IV
Diet makanan lunak atau makan Bentuk makanan, kebutu
biasa gizi disesuaikan dengan u
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI
Cukup cairan dari makanan dan kondisi klinis anak
minuman bertahap
d. TATA LAKSANA/INTERVENSI FARMASI Rekomendasi kepada DPJP Sesuai dengan hasil monit

11. MONITORING & EVALUASI Monitor perkembangan pa


Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP
Rencana Asuhan
413. Monitoring TTV (baseline)/4
jam
b. KEPERAWATAN 200. Monitoring cairan dan Mengacu pada NOC
pendarahan
1400. Monitoring nyreri

Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah g


c. GIZI tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri kemajuannya. Monev pa
Monitoring Biokimia

Monitoring Fisik/klinis terkait gizi ke 4 atau hari ke 5


asupan makan.

Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software intera


d. FARMASI Monitoring Efek Samping Obat
Dilanjutkan dengan in
Pemantauan Terapi Obat farmasi yang sesuai

12. MOBILISASI / REHABILITASI

a. MEDIS Tahapan mobilisasi


b. KEPERAWATAN Dibantu sebagian kondisi pasien

c. FISIOTERAPI

13. OUTCOME/HASIL

Demam Hilang
a. MEDIS
Shock Negative

Suhu normal

Hemodinamic Stabil Mengacu pada NOC


b. KEPERAWATAN
Nyeri berkurang Dilakukan dalam 3 shift
Pendarahan Negatif

Asupan makan > 80%


Status Gizi berd
c. GIZI Asupan cairan (minum) adekuat antropometri, biokimia,
klinis
Status Gizi Optimal

Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas


d. FARMASI
Obat rasional pasien
Tanda Vital Normal
Status pasien/tanda vital
14. KRITERIA PULANG Trombosit Diatas 100.000
dengan PPK
Sesuai NOC

Resume Medis dan Keperawatan


Pasien membawa R
15. RENCANA PULANG / Penjelasan diberikan sesuai dengan
Perawatan/ Surat Rujukan
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN keadaan umum pasien
Kontrol/Homecare saat pu
Surat pengantar control

VARIAN

13 September 2016
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

( dr. Era Mulina, Sp.PD) (Nura Usrina, Amd. Kep) (______________)

Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan
CLINICAL PATHWAY
APENDICITIS ACUTA
Rumah Sakit Kelas B
No. RM : …………
Nama Pasien : ……………………… BB : ………Kg
Jenis Kelamin : ………………………. TB : ………cm
Tanggal Lahir : ………………………. Tgl.Masuk : …………. Jam : ………..
Diagnosa Masuk RS : ………………………. Tgl.Keluar : …………. Jam : ………..
Penyakit Utama : ………………………. Kode ICD Lama Rawat : ……….Hari
Penyakit Penyerta : ………………………. Kode ICD : …………. Rencana Rawat
Komplikasi : ………………………. Kode ICD : …………. R. Rawat/ kelas : ……./…….
Tindakan : ………………………. Kode ICD : …………. Rujukan : Ya / Tidak
………………………. Kode ICD : ………….
Dietary Counseling and
Surveillance Kode ICD : Z71.3

KEGIATAN URAIAN KEGIATAN HARI PENYAKIT KETERANGAN


1 2 3 4 5 6 7

HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL
Dokter IGD Pasien masuk melalui IGD
ASESMEN AWAL MEDIS
Dokter Spesialis Pasien masuk melalui RJ
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN Perawat Primer: Dilanjutkan dengan asesm
Kondisi umum, tingkat kesadaran, psiko, sosial, spiritua
tanda-tanda vital, riwayat alergi, budaya
skrining gizi, nyeri, status fungsional:
bartel index, risiko jatuh, risiko
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
HB, HT, WBC, TROMBOCYT, CT,
2. LABORATORIUM BT, PTA , APTT
Varian
THORAX AP
3. RADIOLOGI/IMAGING > 40 Tahun
USG
Penyakit Dalam
4. KONSULTASI Paru/ Cardiologi
Anesthesi
5. ASESMEN LANJUTAN
a. ASESMEN MEDIS Dokter DPJP Visite harian/ Follow up
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency

b. ASESMEN KEPERAWATAN Perawat Penanggung Jawab Dilakukan dalam 3 Shift


Lihat risiko malnutrisi
skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
c. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal.asesmen di
dalam waktu 48 jam.
Telaah Resep Dilanjutkan dengan in
d. ASESMEN FARMASI farmasi yang sesuai hasil
Rekonsiliasi Obat dan Rekonsiliasi obat
6. DIAGNOSIS

a. DIAGNOSIS MEDIS Apendicitis acute

Kode : 00132 Nyeri Akut

Kode : 00007 Hipertermia Masalah keperawatan


b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN dijumpai setiap hari. Dibu
Kode : 00134 Mual perawat penanggung jawa
Kode : 00094 Risiko Intoleran Aktifitas
Prediksi suboptimal asupan energi Sesuai dengan data a
berkaitan rencana tindakan bedah/ kemungkinan saja ada di
c. DIAGNOSIS GIZI
operasi ditandai dengan asupan energi lain atau diagnosis b
lebih rendah dari kebutuhan (NI - 1.4) selama perawatan.
Informasi tentang aktivitas yang dapat
dilakukan sesuai dengan tingkat kondisi
pasien
Terapi yang diberikan meliputi
kegunaan obat, dosis dan efek samping Program pendidikan pas
7. DISCHARGE PLANNING Diet yang dapat dikonsumsi selama keluarga
pemulihan kondisi yaitu diet lunak
yang tidak merangsang dan tinggi
energi protein
Anjurkan untuk istirahat

8. EDUKASI TERINTEGRASI
a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS Penjelasan Diagnosis

Rencana terapi

Informed Consent
Diet pra dan pasca bedah. Makan cair, Oleh semua pemberi
b. EDUKASI & KONSELING GIZI saring lunak/makan biasa TETP setelah berdasarkan kebutuhan d
operasi bertahap berdasarkan Discharge Pla
1. Kemampuan melakukan ADL
secara mandiri Pengisian formulir inform
2. Manajemen nyeri edukasi terintegrasi oleh
dan atau keluarga
c. EDUKASI KEPERAWATAN 3. Tanda-tanda infeksi
Edukasi gizi bersamaan
4. Diet selama perawatan kunjungan awal
5. Teknik meredakan mual

Informasi Obat
d. EDUKASI FARMASI
Konseling Obat
PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN
Lembar Edukasi Terintegrasi
EDUKASI TERINTEGRASI Di DTT Keluarga/Pasien
9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA
Parasetamol 10 - 15 mg /Kg BB/
intravena
a. INJEKSI
Ceftriaxone 1 gr Profilaksis

RL
b.CAIRAN INFUS
Varian
Parasetamol 10-15 mg /Kg BB /kali
/oral
c. OBAT ORAL
Varian
10. TATA LAKSANA/INTERVENSI

a. TATA LAKSANA/INTERVENSI MEDIS Apendictomi laparoskopik/open Tergantung fasilitas & ind


b. TATA LAKSANA/INTERVENSI a. NIC: 1400 manajemen Nyeri Mengacu pada NIC
b. NIC: 6040 Terapi Relaksasi
c. NIC: 3740 Pengobatan Demam

d. NIC: 4120 Manajemen Cairan

e. NIC: 6540 Kontrol Infeksi

f. NIC: 2380 Manajemen Pengobatan


g. NIC: 6680 Monitoring tanda-tanda
vital
h. NIC : 1450 Manajemen Mual
KEPERAWATAN i. NIC: 0180 Manajemen energi

j. NIC : 1800 Self Care Assistance

k. NIC : 4190 Pemasangan Infus

l. NIC : 2314 Medikasi IV


m. Nic : 309 Persiapan Operasi :
edukasi, persiapan fisik : mandi,
penyiapan organ, enema, ganti
pakaian, pelepasan perhiasan,
persetujuan tindakan.
n. NIC : 3360 perawatan luka
Bertahap Diet cair, saring, lunak/makan Bentuk makanan, kebutu
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI biasa Tinggi Energi dan Tinggi Protein gizi disesuaikan dengan u
(TETP) selama pemulihan kondisi klinis
d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Rekomendasi kepada DPJP Sesuai dengan hasil monit
FARMASI
11. MONITORING & EVALUASI
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP
Rencana Asuhan
b. KEPERAWATAN a. Monitoring penurunan skala nyeri
pasien
b. Monitoring implementasi mandiri
teknik relaksasi untuk
menurunkan nyeri
c. Monitoring tanda-tanda vital
pasien
d. Monitoring status hidrasi pasien
meliputi balance cairan, terapi
intravena dan tanda-tanda
dehidrasi
e. Monitoring tindakan pencegahan
infeksi yang harus dilakukan oleh
pasien dan keluarga selama
perawatan
f. Monitoring pemberian obat
antipiretik
g. Monitoring frekuensi mual pasien
h. Monitoring implementasi pasien
dalam mengurangi mual
i. Monitoring kondisi kelemahan,
ketidaknyamanan yang dialami
oleh pasien
j. Membantu pasien dalam
melakukan ADL
k. Monitoring pelaksanaan ADL
yang dilakukan pasien dengan
bantuan keluarga atau mandiri
Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah g
tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri kemajuannya
c. GIZI
Monitoring Biokimia Mengacu pada
(International Dietetic
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software intera

d. FARMASI Monitoring Efek Samping Obat Dilanjutkan dengan in


farmasi yang sesuai
Pemantauan Terapi Obat monitoring
12. MOBILISASI / REHABILITASI Tahapan mobilisasi
kondisi pasien
a. MEDIS
b. KEPERAWATAN Dibantu Sebagian/mandiri

c. FISIOTERAPI

13. OUTCOME/HASIL

Demam Hilang
a. MEDIS
Nyeri abdomen hilang/berkurang

a. NOC : 1605 Kontrol Nyeri

b. NOC: 2101 Effect Distructive Nyeri

c. NOC : 2102 Level Nyeri

d. NOC : 0800 Thermoregulation

e. NOC: 0602 Hydration

f. NOC : 0703 Saverity Infeksi Mengacu pada NOC


b.. KEPERAWATAN
g. NOC : 2301 Respon Pengobatan Dilakukan dalam 3 shift
h. NOC : 0802 Tanda-tanda vital
i. NOC : 1618 Kontrol Mual dan
Muntah
j. NOC : 2106 Effect Distructive Mual
dan Muntah
k. NOC : 0002 Konservasi Energi

l. NOC : 0300 ADL

c. GIZI Asupan makanan > 80% Status Gizi optimal

Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas


d. FARMASI
Obat rasional pasien

Tanda Vital Normal Status pasien/tanda vital


14. KRITERIA PULANG Sesuai NOC dengan PPK

Varian
Resume Medis dan Keperawatan
Pasien membawa R
16. RENCANA PULANG / Penjelasan diberikan sesuai dengan
Perawatan/ Surat Rujukan
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN keadaan umum pasien
Kontrol/Homecare saat pu
Surat pengantar control

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

(____________________) (__________________) (______________)

Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan
CLINICAL PATHWAY
APENDICITIS ACUTA
JEUMPA HOSPITAL
No. RM : …………
Nama Pasien : ……………………… BB : ………Kg
Jenis Kelamin : ………………………. TB : ………cm
Tanggal Lahir : ………………………. Tgl.Masuk : …………. Jam : ………..
Diagnosa Masuk RS : ………………………. Tgl.Keluar : …………. Jam : ………..
Penyakit Utama : ………………………. Kode ICD Lama Rawat : ……….Hari
Penyakit Penyerta : ………………………. Kode ICD : …………. Rencana Rawat
Komplikasi : ………………………. Kode ICD : …………. R. Rawat/ kelas : ……./…….
Tindakan : ………………………. Kode ICD : …………. Rujukan : Ya / Tidak
………………………. Kode ICD : ………….
Dietary Counseling and
Surveillance Kode ICD : Z71.3

KEGIATAN URAIAN KEGIATAN HARI PENYAKIT KETERANGAN


1 2 3 4 5 6 7

HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL
Dokter IGD Pasien masuk melalui IGD
ASESMEN AWAL MEDIS
Dokter Spesialis Pasien masuk melalui RJ
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi, Dilanjutkan dengan asesm
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN skrining gizi, nyeri, status fungsional: psiko, sosial, spiritua
bartel index, risiko jatuh, risiko budaya
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
HB, HT, WBC, TROMBOCYT, CT,
2. LABORATORIUM BT
Varian
3. RADIOLOGI/IMAGING THORAX AP
PENYAKIT DALAM
4. KONSULTASI
ANESTHESI
5. ASESMEN LANJUTAN

Dokter DPJP Visite harian/ Follow up


a. ASESMEN MEDIS
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency

b. ASESMEN KEPERAWATAN Perawat Penanggung Jawab Dilakukan dalam 3 Shift


Lihat risiko malnutrisi
skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
c. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal. Asesmen di
dalam waktu 48 jam
Telaah Resep Dilanjutkan dengan in
d. ASESMEN FARMASI farmasi yang sesuai hasil
Rekonsiliasi Obat dan Rekonsiliasi obat
6. DIAGNOSIS

a. DIAGNOSIS MEDIS Apendicitis acuta

Kode : 00132 Nyeri Akut

Kode : 00007 Hipertermia Masalah keperawatan


b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN dijumpai setiap hari. Dibu
Kode : 00134 Mual perawat penanggung jawa
Kode : 00094 Risiko Intoleran
Aktifitas
Prediksi suboptimal asupan energi
Sesuai dengan data a
berkaitan rencana tindakan bedah/
kemungkinan saja ada di
c. DIAGNOSIS GIZI operasi ditandai dengan asupan
lain atau diagnosis b
energi lebih rendah dari kebutuhan
selama perawatan.
(NI - 1.4)
Informasi tentang aktivitas yang
dapat dilakukan sesuai dengan
tingkat kondisi pasien
Terapi yang diberikan meliputi
kegunaan obat, dosis dan efek
samping Program pendidikan pas
7. DISCHARGE PLANNING
Diet yang dapat dikonsumsi selama keluarga
pemulihan kondisi yaitu diet lunak
yang tidak merangsang dan tinggi
karbohidrat dan protein
Anjurkan untuk istirahat

8. EDUKASI TERINTEGRASI
a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi
berdasarkan kebutuhan d
Rencana terapi berdasarkan Discharge Pla
Informed Consent Pengisian formulir inform
Diet pra dan pasca bedah. Makan
b. EDUKASI & KONSELING GIZI cair, saring, lunak, biasa secara
bertahap setelah operasi
1. Kemampuan melakukan ADL
secara mandiri
2. Manajemen nyeri
c. EDUKASI KEPERAWATAN
3. Tanda-tanda infeksi

4. Diet selama perawatan edukasi terintegrasi oleh


dan atau keluarga
5. Teknik meredakan mual
Edukasi gizi dapat dilakuk
Informasi Obat awal masuk pada hari 1 a
d. EDUKASI FARMASI ke 2
Konseling Obat
PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN
Lembar Edukasi Terintegrasi
EDUKASI TERINTEGRASI

9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA Parasetamol 10 - 15 mg /Kg BB/


a. INJEKSI intravena
Ceftriaxone 1 gr Profilaksis

RL
c. CAIRAN INFUS
Varian
Parasetamol 10 - 15 mg /Kg BB
/kali /oral
d. OBAT ORAL
Varian
10. TATA LAKSANA/INTERVENSI
a. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Appendectomy (Open)
MEDIS
b. TATA LAKSANA/INTERVENSI a. NIC: 1400 manajemen Nyeri Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN
b. NIC: 6040 Terapi Relaksasi
c. NIC: 3740 Pengobatan Demam
d. NIC: 4120 Manajemen Cairan

e. NIC: 6540 Kontrol Infeksi


f. NIC: 2380 Manajemen
Pengobatan
g. NIC: 6680 Monitoring tanda-
tanda vital
h. NIC : 1450 Manajemen Mual

i. NIC: 0180 Manajemen energi

j. NIC : 1800 Self Care Assistance

k. NIC : 4190 pemasangan Infus

l. NIC : 2314 : Medikasi IV


m. NIC : 309 persiapan Operasi:
edukasi, persiapan fisik :
mandi, penyiapan organ,
enema, ganti pakaian,
pelepasan perhiasan,
persetujuan tindakan.
n. NIC : 3360 Perawatan luka
Diet cair/saring/lunak/biasa secara
Bentuk makanan, kebutu
bertahap. Diet Tinggi Energi dan
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI gizi disesuaikan dengan u
Tinggi Protein (TETP) selama
kondisi klinis secara berta
pemulihan
d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Rekomendasi kepada DPJP Sesuai dengan hasil monit
FARMASI
11. MONITORING & EVALUASI Monitor perkembangan pa
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP
Rencana Asuhan
a. Monitoring penurunan skala nyeri
pasien
b. Monitoring implementasi mandiri
b. KEPERAWATAN teknik relaksasi untuk Mengacu pada NOC
menurunkan nyeri
c. Monitoring tanda-tanda vital
pasien
d. Monitoring status hidrasi pasien
meliputi balance cairan, terapi
intravena dan tanda-tanda
dehidrasi
e. Monitoring tindakan pencegahan
infeksi yang harus dilakukan oleh
pasien dan keluarga selama
perawatan
f. Monitoring pemberian obat
antipiretik
g. Monitoring frekuensi mual pasien
h. Monitoring implementasi pasien
dalam mengurangi mual
i. Monitoring kondisi kelemahan,
ketidaknyamanan yang dialami
oleh pasien
j. Membantu pasien dalam
melakukan ADL
k. Monitoring pelaksanaan ADL
yang dilakukan pasien dengan
bantuan keluarga atau mandiri
Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah g
tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri kemajuannya
c. GIZI
Monitoring Biokimia Mengacu pada
(International Dietetic
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software intera
d. FARMASI Monitoring Efek Samping Obat
Dilanjutkan dengan in
Pemantauan Terapi Obat farmasi sesuai hasil monit
12. MOBILISASI / REHABILITASI Tahapan mobilisasi
kondisi pasien
a. MEDIS
b. KEPERAWATAN Dibantu sebagian/mandiri
c. FISIOTERAPI

13. OUTCOME/HASIL

Demam Hilang
a. MEDIS
Nyeri abdomen hilang/berkurang

a. NOC : 1605 Kontrol Nyeri


b. NOC: 2101 Effect Distructive
Nyeri
c. NOC : 2102 Level Nyeri

d. NOC : 0800 Thermoregulation

e. NOC: 0602 Hydration

f. NOC : 0703 Saverity Infeksi Mengacu pada NOC


b. KEPERAWATAN g. NOC : 2301 Respon
Pengobatan Dilakukan dalam 3 shift
h. NOC : 0802 Tanda-tanda vital
i. NOC : 1618 Kontrol Mual dan
Muntah
j. NOC : 2106 Effect Distructive
Mual dan Muntah
k. NOC : 0002 Konservasi Energi

l. NOC : 0300 ADL

Asupan makanan > 80% Status Gizi berd


c. GIZI antropometri, biokimia,
Optimalisasi Status Gizi klinis
Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas
d. FARMASI
Obat rasional pasien

14. KRITERIA PULANG Tanda Vital Normal Status pasien/tanda vital


dengan PPK
Sesuai NOC
Varian

Resume Medis dan Keperawatan


Pasien membawa R
15. RENCANA PULANG / Penjelasan diberikan sesuai dengan
Perawatan/ Surat Rujukan
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN keadaan umum pasien
Kontrol/Homecare saat pu
Surat pengantar control

VARIAN

13 September 2016
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

(dr. T. Mahdi, Sp.B) (Suryadi, Amd. Kep) (______________)

Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan
CLINICAL PATHWAY
HERNIA INGUINALIS
JEUMPA HOSPITAL
No. RM : …………
Nama Pasien : ……………………… BB : ………Kg
Jenis Kelamin : ………………………. TB : ………cm
Tanggal Lahir : ………………………. Tgl.Masuk : …………. Jam : ………..
Diagnosa Masuk RS : ………………………. Tgl.Keluar : …………. Jam : ………..
Penyakit Utama : ………………………. Kode ICD Lama Rawat : ……….Hari
Penyakit Penyerta : ………………………. Kode ICD : …………. Rencana Rawat
Komplikasi : ………………………. Kode ICD : …………. R. Rawat/ kelas : ……./…….
Tindakan : ………………………. Kode ICD : …………. Rujukan : Ya / Tidak
………………………. Kode ICD : ………….
Dietary Counseling and
Surveillance Kode ICD : Z71.3

KEGIATAN URAIAN KEGIATAN HARI PENYAKIT KETERANGAN


1 2 3 4 5 6 7

HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL
Dokter IGD Pasien masuk melalui IGD
ASESMEN AWAL MEDIS
Dokter Spesialis Pasien masuk melalui RJ
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi, Dilanjutkan dengan asesm
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN skrining gizi, nyeri, status fungsional: psiko, sosial, spiritua
bartel index, risiko jatuh, risiko budaya
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
Darah lengkap
Masa perdarahan
Masa pembekuan
2. LABORATORIUM
Gula darah sewaktu
Elektrolit
fungsi ginjal (ureum/creatinin)
3. RADIOLOGI/IMAGING THORAX AP
EKG Usia > 40 tahun
4. KONSULTASI Dokter Anestesi
5. ASESMEN LANJUTAN

Dokter DPJP Visite harian/ Follow up


a. ASESMEN MEDIS
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency

b. ASESMEN KEPERAWATAN Perawat Penanggung Jawab Dilakukan dalam 3 Shift


c. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) Lihat risiko malnutrisi
skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal. Asesmen di
dalam waktu 48 jam
Telaah Resep Dilanjutkan dengan in
d. ASESMEN FARMASI farmasi yang sesuai hasil
Rekonsiliasi Obat dan Rekonsiliasi
6. DIAGNOSIS

a. DIAGNOSIS MEDIS Hernia Inguinalis

Kode : 00132 Nyeri Akut

Kode : 00133 Nyeri Kronis Masalah keperawatan


b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Kode : 00146 Ansietas dijumpai setiap hari. Dibu
perawat penanggung jawa
Kode : 00044 Kerusakan Integritas
Jaringan
Prediksi suboptimal asupan energi
Sesuai dengan data a
berkaitan rencana tindakan bedah/
kemungkinan saja ada di
c. DIAGNOSIS GIZI operasi ditandai dengan asupan
lain atau diagnosis b
energi lebih rendah dari kebutuhan
selama perawatan.
(NI - 1.4)
Informasi tentang aktivitas yang
dapat dilakukan sesuai dengan
tingkat kondisi pasien
Terapi yang diberikan meliputi
kegunaan obat, dosis dan efek
samping
Program pendidikan pas
7. DISCHARGE PLANNING Menjelaskan gejala kekambuhan
keluarga
penyakit dan hal yang dilakukan
untuk mengatasi gejala yang muncul
Diet yang dapat dikonsumsi selama
pemulihan kondisi yaitu diet lunak
yang tidak merangsang dan tinggi
energi serta protein
8. EDUKASI TERINTEGRASI
a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi
Rencana terapi berdasarkan kebutuhan d
berdasarkan Discharge Pla
Informed Consent
Diet pra dan pasca bedah. Diet cair, Pengisian formulir inform
saring, lunak, biasa bertahap. Tinggi edukasi terintegrasi oleh
b. EDUKASI & KONSELING GIZI dan atau keluarga
Energi dan Tinggi Protein selama
pemulihan
Edukasi gizi dilakukan sa
Tanda-tanda infeksi masuk pada hari 1 atau ke
c. EDUKASI KEPERAWATAN
Diet selama perawatan

379 Edukasi persiapan operasi

Informasi Obat
d. EDUKASI FARMASI Meningkatkan kepatuhan
Konseling Obat meminum/menggunakan o
PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN
Lembar Edukasi Terintegrasi Di DTT Keluarga/Pasien
EDUKASI TERINTEGRASI
9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA

Cefriaxone 1 gr IV/24 jam

a. INJEKSI Ketorolak tid

Ondancetron bid

RL, Nacl, Dextrose 5 %


b. CAIRAN INFUS
Varian

Cefadroksil 500 mg 3 x 1 tab = 12 Obat Pulang

Roboransia 1 x 1 tab = 6 Obat Pulang


c. OBAT ORAL
Ranitidine 2 x 1 tab = 6 Obat Pulang

Paracetamol 500 mg 3 x 1 tab = 10 Obat pulang


d. OBAT ANESTESI Midazolam, IV : 0,1 - 0,4 mg/kg Tergantung pilihan GA/RA

Gas Anestesi (N2O, Sevo, Iso Flu)


Bupivacain 0,5 % hiperbarik 12,5 mg

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI


a. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Herniotomi
MEDIS
a. NIC: 1400 Manajemen Nyeri

b. NIC: 6040 Terapi Relaksasi


c. NIC: 5820 Reduksi Ansity
d. NIC: 3660 Perawatan Luka

e. NIC : 6540 Control Infeksi


b. TATA LAKSANA/INTERVENSI
f. NIC : 4190 Pemasangan infus Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN
g. NIC : 2314 kolaborasi obat IV
h. NIC : 309 Persiapan Operasi:
edukasi, persiapan fisik: mandi,
penyiapan organ, enema, ganti
pakaian, pelepasan perhiasan,
persetujuan tindakan.
i. NIC : 2304 Kolaborasi obat oral
Diet cair/saring/lunak/biasa secara
Bentuk makanan, kebutu
bertahap pasca bedah. Diet TETP
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI gizi disesuaikan dengan u
(Tinggi Energi Tinggi Protein)
kondisi klinis secara berta
selama pemulihan
Menyusun Software intera
d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Rekomendasi kepada DPJP
FARMASI Dilanjutkan dengan in
farmasi sesuai hasil monit
11. MONITORING & EVALUASI Monitor perkembangan pa
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP
Rencana Asuhan
b. KEPERAWATAN a. Monitoring penurunan skala nyeri Mengacu pada NOC
pasien
b. Monitoring implementasi mandiri
teknik relaksasi untuk
menurunkan nyeri
c. Monitoring tanda-tanda
kecemasan yang dialami oleh
pasien
d. Evaluasi pemahaman pasien
tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan
e. Monitoring ekspresi non verbal
pasien (pasien menunjukkan
ekspresi lebih tenang dan pasien
mengungkapkan lebih
aman/nyaman
f. Monitoring implementasi mandiri
terapi relaksasi untuk menurunkan
kecemasan
g. Monitoring luka

h. Monitoring tanda tanda infeksi

Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri kemajuannya
c. GIZI
Monitoring Biokimia Mengacu pada
(International Dietetic
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software intera
d. FARMASI Monitoring Efek Samping Obat
Dilanjutkan dengan in
Pemantauan Terapi Obat farmasi yang sesuai

12. MOBILISASI / REHABILITASI

a. MEDIS

b. KEPERAWATAN Dibantu sebagian/mandiri

c. FISIOTERAPI
13. OUTCOME/HASIL

Nyeri daerah operasi (-)


a. MEDIS
Luka operasi kering dan bersih

a. NOC : 1605 Control Nyeri

b. NOC: 2101 Effect Destructive

c. NOC : 2102 Level Nyeri


Mengacu pada NOC
b. KEPERAWATAN d. NOC : 1211 level ansietas
Dilakukan dalam 3 shift
e. NOC : 1402 Ansity Self Control

f. NOC:1102 penyembuhan Luka

g. NOC 0703 Severity Infeksi

Asupan makanan > 80% Status Gizi berd


c. GIZI antropometri, biokimia,
Optimalisasi Status Gizi klinis
Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas
d. FARMASI
Obat rasional pasien

Status pasien/tanda vital


14. KRITERIA PULANG
dengan PPK

Resume Medis dan Keperawatan


Pasien membawa R
17. RENCANA PULANG / Penjelasan diberikan sesuai dengan
Perawatan/ Surat Rujukan
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN keadaan umum pasien
Kontrol/Homecare saat pu
Surat pengantar kontrol
VARIAN

13 September 2016
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

(dr. T. Mahdi, Sp.B) (Suryadi, Amd. Kep) (______________)

Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan
CLINICAL PATHWAY
BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA
Rumah Sakit Kelas B
No. RM : …………
Nama Pasien : ……………………… BB : ………Kg
Jenis Kelamin : ………………………. TB : ………cm
Tanggal Lahir : ………………………. Tgl.Masuk : …………. Jam : ………..
Diagnosa Masuk RS : ………………………. Tgl.Keluar : …………. Jam : ………..
Penyakit Utama : ………………………. Kode ICD Lama Rawat : ……….Hari
Penyakit Penyerta : ………………………. Kode ICD : …………. Rencana Rawat
Komplikasi : ………………………. Kode ICD : …………. R. Rawat/ kelas : ……./…….
Tindakan : ………………………. Kode ICD : …………. Rujukan : Ya / Tidak

HARI PENYAKIT
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL
Dokter IGD
ASESMEN AWAL MEDIS
Dokter Spesialis Pasien masuk melalui RJ
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi, Dilanjutkan dengan asesm
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN skrining gizi, nyeri, status fungsional: psiko, sosial, spiritua
bartel index, risiko jatuh, risiko budaya
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
Darah rutin
Urine lengkap
2. LABORATORIUM
PSA (Prostatik Spesific Antigen) Atas indikasi
Varian
BNO-IVP : Filling Deffect Dilakukan di RJ
3. RADIOLOGI/IMAGING
USG Transrectal Dilakukan di RJ
4. KONSULTASI
5. ASESMEN LANJUTAN

Dokter DPJP Visite harian/ Follow up


a. ASESMEN MEDIS
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency
Dilakukan dalam 3 Sh
kebutuhan dasar
b. ASESMEN KEPERAWATAN Perawat Penanggung Jawab
dilaksanakan sesuai
pasien
Lihat risiko malnutrisi
skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
c. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal. Asesmen di
dalam waktu 48 jam
Telaah Resep Dilanjutkan dengan in
d. ASESMEN FARMASI farmasi yang sesuai hasi
Rekonsiliasi Obat dan Rekonsiliasi obat
6. DIAGNOSIS

a. DIAGNOSIS MEDIS Benign Prostat Hyperplasia (BPH)


00016 ketidakmampuan eliminasi
urine
00132 Nyeri Akut

00206 Risiko Perdarahan Masalah keperawatan


00246 Risiko perlambatan dijumpai setiap hari. Dibu
b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN penyembuhan luka operasi perawat penanggung
00094 Risiko ketidakmampuan Mengacu pada NANDA
melaksanakan ADL 2017

00173 Risiko Cemas


000161 Kesiapan meningkatkan
pengetahuan
Prediksi asupan zat gizi sub optimal
Sesuai dengan data a
berkaitan dengan rencana terapi
kemungkinan saja ada di
c. DIAGNOSIS GIZI medis (operasi TURP) ditandai
lain atau diagnosis b
dengan estimasi asupan makan
selama perawatan.
kurang dari kebutuhan (NI. 4)
Identifikasi kebutuhan pasien
dirumah
Kebutuhan perawatan suportif
Program pendidikan pas
7. DISCHARGE PLANNING Kebutuhan pasien Post Op keluarga
Aktivitas setelah pulang dari RS

Kebutuhan konseling seksual

8. EDUKASI TERINTEGRASI
a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi
berdasarkan kebutuhan d
Rencana terapi berdasarkan Discharge Pla
Informed Consent
Diet pra dan pasca bedah (jika
operasi) Tinggi Energi Tinggi Protein
b. EDUKASI & KONSELING GIZI
selama pemulihan
Gizi seimbang jika tidak ada tindakan
operasi
Persiapan operasi, cara menurunkan
c. EDUKASI KEPERAWATAN nyeri, menurunkan kecemasan, Pengisian formulir inform
latihan mobilisasi pasca operasi, edukasi terintegrasi oleh
perawatan luka, blader training dan atau keluarga
Informasi Obat
d. EDUKASI FARMASI Edukasi Gizi dilakukan sa
Konseling Obat masuk dan atau pada ha
PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN atau hari ke 5
Lembar Edukasi Terintegrasi Di DTT Keluarga/Pasien
EDUKASI TERINTEGRASI
9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA

Ceftriaxone 1 x 2 gr/iv
a. INJEKSI
Ketorolac 3 x 30 mg/iv

RL
b. CAIRAN INFUS
Varian

Asam Mafenamat 500 mg 3 x 1

c. OBAT ORAL Cefixime 2 x 200 mg Dilanjutkan sebagai Obat

Varian
10. TATA LAKSANA/ INTERVENSI

Prostatectomy, TUR – P
a. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Lepas drain Jika produksi < 20 cc / har
MEDIS
Lepas kateter uretra
b. TATA LAKSANA/INTERVENSI NIC : TTV (baseline)/ 4 jam Mengacu pada NIC
NIC : 4190 pasang IV line dengan
cairan RL
NIC : 309 Persiapan operasi; edukasi,
persiapan fisik: mandi, penyiapan
organ enema, ganti pakaian,
pelepasan perhiasan, persetujuan
tindakan
NIC : 379 Edukasi persiapan operasi

NIC : 431 terapi relaksasi

NIC : 309 Check list pra bedah

KEPERAWATAN NIC : 1400 Manajemen Nyeri

NIC : 3360 Perawatan luka


NIC : 0590 Manajemen eliminasi
urin
NIC : 0580 Katerisasi

NIC : 0570 Bladder training

NIC : 0221 Latihan Mobilisasi

NIC : 2314 Medikasi IV

NIC : 2304 Medication : Oral

Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


Bentuk makanan, kebutu
Diet Makan cair/saring/lunak atau gizi disesuaikan dengan u
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI biasa. Bertahap pasca bedah, diet kondisi klinis pasien
Tinggi Energi Tinggi Protein selama bertahap
pemulihan
d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Rekomendasi kepada DPJP Sesuai dengan hasil monit
FARMASI
11. MONITORING & EVALUASI
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP Monitor perkembangan pa
Rencana Asuhan
b. KEPERAWATAN Monitoriing TTV Mengacu pada NOC
Monitoriing Eliminasi urin

Monitoriing Perdarahan

Monitoriing Nyeri

Monitoriing Luka

Monitoriing ADL

Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri kemajuannya pada hari ke
ke 5 kecuali asupan makan
c. GIZI
Monitoring Biokimia
Mengacu pada
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi (International Dietetic
Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software intera
d. FARMASI Monitoring Efek Samping Obat
Dilanjutkan dengan in
Pemantauan Terapi Obat farmasi sesuai hasil monit

12. MOBILISASI / REHABILITASI

a. MEDIS Konseling pasien pulang Tahapan mobilisasi


b. KEPERAWATAN Dibantu sebagian kondisi pasien

c. FISIOTERAPI

13. OUTCOME/HASIL
Urine jernih, miksi spontan
a. MEDIS
Klinis batas normal

b. KEPERAWATAN NOC : 1605 Nyeri terkontrol Mengacu pada NOC

NOC : 2101 Efek pembedahan tidak Dilakukan dalam 3 shift


memburuk
NOC : 2102 Level nyeri berkurang
NOC : Level cemas berkurang

NOC : dapat mengontrol kecemasan

NOC : 1102 Penyembuhan luka

NOC : 0703 tidak terjadi nyeri

Asupan makan > 80 % Status Gizi berd


c. GIZI antropometri, biokimia,
Optimalisasi Status Gizi klinis
Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas
d. FARMASI
Obat rasional pasien

Umum
Status pasien/tanda vital
14. KRITERIA PULANG Spesifik (miksi tanpa kateter)
dengan PPK
Khusus : sesuai NOC

Resume Medis dan Keperawatan


Pasien membawa R
15. RENCANA PULANG / Penjelasan diberikan sesuai dengan
Perawatan/ Surat Rujukan
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN keadaan umum pasien
Kontrol/Homecare saat pu
Surat pengantar control

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

(____________________) (__________________) (______________)

Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan

CLINICAL PATHWAY
BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA
JEUMPA HOSPITAL
No. RM : …………
Nama Pasien : ……………………… BB : ………Kg
Jenis Kelamin : ………………………. TB : ………cm
Tanggal Lahir : ………………………. Tgl.Masuk : …………. Jam : ………..
Diagnosa Masuk RS : ………………………. Tgl.Keluar : …………. Jam : ………..
Penyakit Utama : ………………………. Kode ICD Lama Rawat : ……….Hari
Penyakit Penyerta : ………………………. Kode ICD : …………. Rencana Rawat
Komplikasi : ………………………. Kode ICD : …………. R. Rawat/ kelas : ……./…….
Tindakan : ………………………. Kode ICD : …………. Rujukan : Ya / Tidak
………………………. Kode ICD : ………….
Dietary Counseling and
Surveillance Kode ICD : Z71.3

HARI PENYAKIT
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL
Dokter IGD
ASESMEN AWAL MEDIS
Dokter Spesialis Pasien masuk melalui RJ
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi, Dilanjutkan dengan asesm
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN skrining gizi, nyeri, status fungsional: psiko, sosial, spiritua
bartel index, risiko jatuh, risiko budaya
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
Darah rutin
Urine lengkap
2. LABORATORIUM
PSA (Prostatik Spesific Antigen) Atas indikasi
Varian
BNO-IVP : Dilakukan di RJ
3. RADIOLOGI/IMAGING
USG Transrectal Dilakukan di RJ
4. KONSULTASI
5. ASESMEN LANJUTAN

Dokter DPJP Visite harian/ Follow up


a. ASESMEN MEDIS
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency
Dilakukan dalam 3 Sh
kebutuhan dasar
b. ASESMEN KEPERAWATAN Perawat Penanggung Jawab
dilaksanakan sesuai
pasien
Lihat risiko malnutrisi
skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
c. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal. Asesmen di
dalam waktu 48 jam.
d. ASESMEN FARMASI Telaah Resep Dilanjutkan dengan in
farmasi yang sesuai hasi
Rekonsiliasi Obat
dan Rekonsiliasi obat
6. DIAGNOSIS

a. DIAGNOSIS MEDIS Benign Prostat Hyperplasia ( BPH)


00016 ketidakmampuan eliminasi
urine
00132 Nyeri Akut

00206 Risiko Perdarahan Masalah keperawatan


00246 Risiko perlambatan dijumpai setiap hari. Dibu
b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN penyembuhan luka operasi perawat penanggung
00094 Risiko ketidakmampuan Mengacu pada NANDA 2
melaksanakan ADL 2017

00173 Risiko Cemas


000161 Kesiapan meningkatkan
pengetahuan
Prediksi asupan zat gizi sub optimal
Sesuai dengan data a
berkaitan dengan rencana terapi
kemungkinan saja ada di
c. DIAGNOSIS GIZI medis (operasi TURP) ditandai
lain atau diagnosis b
dengan estimasi asupan makan
selama perawatan.
kurang dari kebutuhan (NI. 4)
Identifikasi kebutuhan pasien
dirumah
Kebutuhan perawatan suportif
Program pendidikan pas
7. DISCHARGE PLANNING Kebutuhan pasien Post Op keluarga
Aktivitas setelah pulang dari RS

Kebutuhan konseling seksual

8. EDUKASI TERINTEGRASI
a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi
berdasarkan kebutuhan d
Rencana terapi berdasarkan Discharge Pla
Informed Consent Pengisian formulir inform
Diet pra dan pasca bedah (jika
b. EDUKASI & KONSELING GIZI operasi)
Gizi seimbang jika tidak ada tindakan
operasi
Persiapan operasi, cara menurunkan
c. EDUKASI KEPERAWATAN nyeri, menurunkan kecemasan, edukasi terintegrasi oleh
latihan mobilisasi pasca operasi, dan atau keluarga
perawatan luka, blader training
Informasi Obat Edukasi Gizi dilakukan sa
d. EDUKASI FARMASI
masuk dan atau pada ha
Konseling Obat
atau hari ke 5
PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN
Lembar Edukasi Terintegrasi Di DTT Keluarga/Pasien
EDUKASI TERINTEGRASI
9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA

Ceftriaxone 1 x 2 gr/iv
a. INJEKSI
Ketorolac 3 x 30 mg/iv Varian

RL
b.CAIRAN INFUS
Varian

Asam Mafenamat 500 mg 3 x 1

c. OBAT ORAL Cefixime 2 x 200 mg Dilanjutkan sebagai Obat

Varian
10. TATA LAKSANA/ INTERVENSI

Open Prostatectomy
a. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Lepas Cystostomy drain Jika produksi < 20 cc / har
MEDIS
Lepas kateter uretra
b. TATA LAKSANA/INTERVENSI NIC : TTV (baseline)/ 4 jam Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN
NIC : 4190 pasang IV line dengan
cairan RL
NIC : 309 Persiapan operasi; edukasi,
persiapan fisik: mandi, penyiapan
organ enema, ganti pakaian,
pelepasan perhiasan, persetujuan
tindakan
NIC : 379 Edukasi persiapan operasi

NIC : 431 terapi relaksasi

NIC : 309 Check list pra bedah

NIC : 1400 Manajemen Nyeri

NIC : 3360 Perawatan luka


NIC : 0590 Manajemen eliminasi
urin
NIC : 0580 Katerisasi

NIC : 0570 Bladder training

NIC : 0221 Latihan Mobilisasi

NIC : 2314 Medikasi IV

NIC : 2304 Medication : Oral

Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


Bentuk makanan, kebutu
Diet Makan cair/saring/lunak atau gizi disesuaikan dengan u
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI biasa bertahap pasca bedah. Diet kondisi klinis pasien
Tinggi Energi Tinggi Protein selama bertahap
pemulihan
d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Rekomendasi kepada DPJP Sesuai dengan hasil monit
FARMASI
11. MONITORING & EVALUASI
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP Monitor perkembangan pa
Rencana Asuhan
b. KEPERAWATAN Monitoriing TTV Mengacu pada NOC

Monitoriing Eliminasi urin


Monitoriing Perdarahan

Monitoriing Nyeri

Monitoriing Luka

Monitoriing ADL

Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri kemajuannya pada hari ke
ke 5 kecuali asupan makan
c. GIZI
Monitoring Biokimia
Mengacu pada
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi (International Dietetic
Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software intera
d. FARMASI Monitoring Efek Samping Obat
Dilanjutkan dengan in
Pemantauan Terapi Obat farmasi sesuai hasil monit

12. MOBILISASI / REHABILITASI

a. MEDIS Konseling pasien pulang Tahapan mobilisasi


b. KEPERAWATAN kondisi pasien

c. FISIOTERAPI

13. OUTCOME/HASIL
Urine jernih, miksi spontan
a. MEDIS
Klinis batas normal

b. KEPERAWATAN NOC : 1605 Nyeri terkontrol Mengacu pada NOC

NOC : 2101 Efek pembedahan tidak Dilakukan dalam 3 shift


memburuk
NOC : 2102 Level nyeri berkurang

NOC : Level cemas berkurang


NOC : dapat mengontrol kecemasan

NOC : 1102 Penyembuhan luka

NOC : 0703 tidak terjadi nyeri

Asupan makan > 80 % Status Gizi berd


c. GIZI antropometri, biokimia,
Optimalisasi Status Gizi klinis
Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas
d. FARMASI
Obat rasional pasien

Umum
Status pasien/tanda vital
14. KRITERIA PULANG Spesifik (miksi tanpa kateter)
dengan PPK
Khusus : sesuai NOC

Resume Medis dan Keperawatan


Pasien membawa R
15. RENCANA PULANG / Penjelasan diberikan sesuai dengan
Perawatan/ Surat Rujukan
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN keadaan umum pasien
Kontrol/Homecare saat pu
Surat pengantar kontrol

VARIAN

13 September 2016
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

( dr. Marzuki Yusuf, Sp.U) (Agus Salim, Amd. Kep) (______________)

Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan
CLINICAL PATHWAY
OPEN FRAKTUR LONG BONE
JEUMPA HOSPITAL
No. RM : …………
Nama Pasien : ……………………… BB : ………Kg
Jenis Kelamin : ………………………. TB : ………cm
Tanggal Lahir : ………………………. Tgl.Masuk : …………. Jam : ………..
Diagnosa Masuk RS : ………………………. Tgl.Keluar : …………. Jam : ………..
Penyakit Utama : ………………………. Kode ICD Lama Rawat : ……….Hari
Penyakit Penyerta : ………………………. Kode ICD : …………. Rencana Rawat
Komplikasi : ………………………. Kode ICD : …………. R. Rawat/ kelas : ……./…….
Tindakan : ………………………. Kode ICD : …………. Rujukan : Ya / Tidak
………………………. Kode ICD : ………….
Dietary Counseling and
Surveillance Kode ICD : Z71.3

HARI PENYAKIT
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL
Dokter IGD Pasien masuk melalui IGD
Dokter Spesialis
ASESMEN AWAL MEDIS Tim IPD
Pasien masuk melalui RJ
Tim Anestesi
Tim Rehabilitasi Medik
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi, Dilanjutkan dengan asesm
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN skrining gizi, nyeri, status fungsional: psiko, sosial, spiritua
bartel index, risiko jatuh, risiko budaya
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
Darah rutin, BT/CT, LFT, RFT, GDP
- 2PP Dilakukan dihari ke 2 P
2. LABORATORIUM yaitu HB, SE dan albumin
HbsAg, anti HIV
Varian
THORAX AP
3. RADIOLOGI/IMAGING Xray Sketal
EKG Usia > 40 tahun
Program Rehab Medik Untuk exercise pasca
4. KONSULTASI
dengan fisioterapi

5. ASESMEN LANJUTAN

Dokter DPJP Visite harian/ Follow up


a. ASESMEN MEDIS
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency
Dilakukan dalam 3 Sh
kebutuhan dasar
b. ASESMEN KEPERAWATAN Perawat Penanggung Jawab
dilaksanakan sesuai
pasien
c. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) Lihat risiko malnutrisi
skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal. Asesmen di
dalam waktu 48 jam
Telaah Resep Dilanjutkan dengan in
d. ASESMEN FARMASI farmasi sesuai hasil tela
Rekonsiliasi Obat rekonsiliasi Obat
6. DIAGNOSIS

a. DIAGNOSIS MEDIS Open Fraktur Long Bone

00132 Nyeri Akut


Masalah keperawatan
00046 Kerusakan Integritas Kulit dijumpai setiap hari. Dibu
b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN 00085 Ketidakmampuan mobilisasi perawat penanggung
fisik Mengacu pada NANDA
00094 Risiko ketidakmampuan 2017
aktivitas sehari-hari
Prediksi suboptimal asupan energi
berkaitan rencana tindakan bedah
/operasi ditandai dengan asupan
energi lebih rendah dari kebutuhan Sesuai dengan data a
(NI - 1.4) kemungkinan saja ada di
c. DIAGNOSIS GIZI
Kebutuhan zat gizikalsium yang lain atau diagnosis b
meningkat berkaitan dengan selama perawatan.
fraktur/patah tulang ditandai dengan
dibutuhkan kalsium tinggi untuk
metabolisme/pengobatan (NI-5.1)
Jadwal kontrol Post Op

Identifikasi Kebutuhan di rumah


Indentifikasi Alat pendukung Program pendidikan pas
7. DISCHARGE PLANNING
Mobilisasi keluarga
Program rehab medik (Exercise)

Informasi pemberian obat dirumah

8. EDUKASI TERINTEGRASI
Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi
a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS berdasarkan kebutuhan d
Rencana terapi berdasarkan Discharge Pla

Informed Consent Pengisian formulir inform


Diet gizi seimbang, tinggi kalsium edukasi terintegrasi oleh
b. EDUKASI & KONSELING GIZI dan atau keluarga
dan vitamin D
Edukasi gizi dilakukan sa
masuk dan atau pada ha
Persiapan Operasi atau hari ke 5.

c. EDUKASI KEPERAWATAN Cara menurunkan nyeri

Menurunkan kecemasan

Latihan mobilisasi pasca operasi

Perawatan luka

Informasi Obat
d. EDUKASI FARMASI
Konseling Obat Meningkatkan kepatuhan
meminum/menggunakan o
PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN
Lembar Edukasi Terintegrasi Di DTT Keluarga/Pasien
EDUKASI TERINTEGRASI
9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA
Grade 1: antibiotik cefriaxone 1 x 2
gr
Grade 2 & 3 : antibiotik cefazolin 3 x
2 gr + gentamicine 2 x 80 mg
a. INJEKSI
Ranitidine 2 x 50 mg/iv
Analgesik : ketorolac 3 x 30 mg/iv
per 8 jam
RL 1000 cc - 1500 cc/ 24 jam
b. CAIRAN INFUS
Varian
c. OBAT ORAL Analgesik oral : meloxicam 2 x 15
mg. PO/PC/pagi & malam
Varian
Ranitidine 2 x 150 mg. Ac (pagi &
malam)
Cefixime 2 x 200 mg
d. OBAT PULANG
NSAID meloxicam 2 x 15 mg

Roborantia : Calcium & vit D 2 x 1

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI

Grade 1 & 2 : Debridement + ORIF Ditetapkan pre op


a. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Grade 3 : Debridement + ORIF
MEDIS
Pemasangan kateter urine
b. TATA LAKSANA/INTERVENSI NIC : 413 TTV (Baseline)/4 jam Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN
NIC : 4190 Pasang IV line dengan
cairan RL
NIC : persiapan Operasi/debridement
+ ORIF/OREF: edukasi, persiapan
fisik: mandi, penyipan organ, enema,
ganti pakaian, pelepasan perhiasan,
persetujuan tindakan
NIC : 379 edukasi persiapan operasi

NIC : 309 Check list pra bedah

NIC : 431 terapi relaksasi

NIC : 1400 Manajemen nyeri

NIC : 3360 Perawatan Luka

NIC : 0580 Katerisasi dan Perawatan

NIC : 0570 Bladdertraining

NIC : 0221 latihan mobilisasi ROM


NIC : 1805 Pemenuhan ADL
NIC : 2314 Medikasi IV

NIC : 2304 medication : Oral


Diet cair/saring/lunak/biasa bertahap Bentuk makanan, kebutu
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI sesuai kondisi pasien, gizi seimbang gizi disesuaikan dengan u
tinggi kalsium dan vitamin D kondisi klinis secara berta
d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Rekomendasi kepada DPJP Sesuai dengan hasil monit
FARMASI
11. MONITORING & EVALUASI Monitor perkembangan pa
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP
Rencana Asuhan
Monitoring TTV

Monitoring Perdarahan

Monitoring Nyeri
b. KEPERAWATAN Mengacu pada NOC
Monitoring Luka

Monitoring kemampuan Mobilisasi

Monitoring ADL

Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri kemajuannya
c. GIZI
Monitoring Biokimia Mengacu pada
(International Dietetic
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software intera
d. FARMASI Monitoring Efek Samping Obat
Dilanjutkan dengan in
Pemantauan Terapi Obat farmasi sesuai hasil monit

12. MOBILISASI / REHABILITASI Tahapan mobilisasi


kondisi pasien
Program post op hari 2 sampai hari
a. MEDIS/TIM REHABILITASI MEDIK
pulang
b. KEPERAWATAN Dibantu sebagian/mandiri
c. FISIOTERAPI

13. OUTCOME/HASIL
Nyeri luka operasi terkontrol dalam 3
hari
Mobilisasi bertahap dengan
pendamping
Xray acceptable

Luka operasi baik


a. MEDIS
Tidak ada nyeri

Stabil

Mobilisasi mandiri dengan support

ROM dalam batas normal

TTV stabil

Luka tidak ada tanda infeksi

Luka menuju proses perbaikan Mengacu pada NOC


b. KEPERAWATAN
Nyeri tidak terjadi Dilakukan dalam 3 shift
Kemampuan mobilisasi

Terpenuhinya ADL

Asupan makanan > 80% Status Gizi berd


c. GIZI antropometri, biokimia,
Status Gizi Optimal klinis
Terapi obat sesuai indikasi
d. FARMASI Kualitas hidup pasien men
Obat rasional

Status pasien/tanda vital


14. KRITERIA PULANG
dengan PPK
Resume Medis dan Keperawatan
Pasien membawa R
15. RENCANA PULANG / Penjelasan diberikan sesuai dengan
Perawatan/ Surat Rujukan
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN keadaan umum pasien
Kontrol/Homecare saat pu
Surat pengantar kontrol

VARIAN

13 September 2016
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

(dr. Delta Darussalam Effendy, Sp.OT) (Rita, Amd. Kep) (______________)

Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan
CLINICAL PATHWAY
TOTAL KNEE REPLACEMENT/ATRHROPLASTY
JEUMPA HOSPITAL
No. RM : …………
Nama Pasien : ……………………… BB : ………Kg
Jenis Kelamin : ………………………. TB : ………cm
Tanggal Lahir : ………………………. Tgl.Masuk : …………. Jam : ………..
Diagnosa Masuk RS : ………………………. Tgl.Keluar : …………. Jam : ………..
Penyakit Utama : ………………………. Kode ICD Lama Rawat : ……….Hari
Penyakit Penyerta : ………………………. Kode ICD : …………. Rencana Rawat
Komplikasi : ………………………. Kode ICD : …………. R. Rawat/ kelas : ……./…….
Tindakan : ………………………. Kode ICD : …………. Rujukan : Ya / Tidak
………………………. Kode ICD : ………….
Dietary Conseling and
Surveilance Kode ICD : Z71.3

HARI PENYAKIT
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL
ASESMEN AWAL MEDIS Tim Ortopedi Pasien masuk melalui RJ

Tim Anestesi
Tim IPD/Hemato/Nephro/Hepato/Endokrin
Tim Kardiologi
Tim Rehabilitasi Medik
Dokter IGD Pasien masuk melalui IGD
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran, tanda-
Dilanjutkan dengan asesm
tanda vital, riwayat alergi, skrining gizi,
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN psiko, sosial, spiritua
nyeri, status fungsional: bartel index, risiko
budaya
jatuh, risiko decubitus, kebutuhan edukasi
dan budaya.
Darah rutin, BT/CT, LFT, RFT, GDP-2PP
2. LABORATORIUM Urinalisa
SE dan Albumin
Thoraks foto AP
CT Scan/MRI
3. RADIOLOGI/IMAGING Standing Xray AP/ Lat - skyline view
EKG
Echocardiografi
Program Rehabilitasi Medik
4. KONSULTASI
Konsultan Kardiologi
5. ASESMEN LANJUTAN

Dokter DPJP Utama Visite harian/ Follow up

a. ASESMEN MEDIS Dokter DPJP Pendamping Visite harian/ Follow up

Konsultasi dengan dokter spesialis lain Atas Indikasi

b. ASESMEN KEPERAWATAN Perawat Penanggung Jawab Dilakukan dalam 3 Shift


Lihat risiko malnutrisi
skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
c. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)
klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal.
Telaah Resep Dilanjutkan dengan in
d. ASESMEN FARMASI farmasi sesuai hasil Tela
Rekonsiliasi Obat Rekonsiliasi Obat
6. DIAGNOSIS

a. DIAGNOSIS MEDIS Total Knee Replacement

00132 Nyeri Akut


Masalah keperawatan
00046 Kerusakan Integritas Kulit dijumpai setiap hari. Dibu
b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN perawat penanggung
00085 ketidakmampuan Mobilisasi Fisik Mengacu pada NANDA
00094 Risiko ketidakmampuan Aktivitas 2017
sehari-hari
Prediksi suboptimal asupan energi
berkaitan rencana tindakan bedah/operasi
ditandai dengan asupan energi lebih rendah Sesuai dengan data a
dari kebutuhan (NI - 1.4) kemungkinan saja ada di
c. DIAGNOSIS GIZI
Tidakcukup asupan makanan per oral lain atau diagnosis b
berkaitan dengan tidak naafsu makan selama perawatan.
ditandai dengan asupan energi dan protein
kurang dari kebutuhan (NI - 2.1)
Identifikasi Kebutuhan Edukasi & Latihan
Selama Perawatan
Program pendidikan pas
7. DISCHARGE PLANNING Identifikasi kebutuhan di rumah keluarga
Hand Hygiene

8. EDUKASI TERINTEGRASI

Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi


a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS berdasarkan kebutuhan d
Rencana terapi berdasarkan Discharge Pla

Informed Consent Pengisian formulir inform


b. EDUKASI GIZI edukasi terintegrasi oleh
Diet pra bedah dan post bedah dan atau keluarga
c. EDUKASI KEPERAWATAN Edukasi gizi dilakukan sa
Persiapan Operasi masuk dan atau hari ke 4 a
Cara Menurunkan nyeri
Menurunkan Kecemasan

Latihan mobilisasi pasca operasi

Perawatan Luka

Informasi Obat
d. EDUKASI FARMASI Meningkatkan kepatuhan
Konseling Obat meminum/menggunakan o
PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN
Lembar Edukasi Terintegrasi Di DTT Keluarga/Pasien
EDUKASI TERINTEGRASI
9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA
Cefazolin 2gr/iv profilaksis 30 menit
sebelum incisi 1gr/8 jam (total 3x
pemberian)
PPI/H2R : Omeprazole 2 x 1 gr/iv atau
a. INJEKSI Pantoprazole 2 x 4gr /iv atau Ranitidine 2 x
5 mg/iv
Analgesik : Paracetamol 3 x 1gr/iv per 8
jam
RL 500 cc- 1000 cc/24 jam
b. CAIRAN INFUS
Varian
PPI/H2R Oral : Omeprazol 2 x 40mg/
Pantoprazole 2 x 20mg/ Ranitidine 2 x
150mg. Ac (pagi dan malam)
Analgesik Oral : zaldiar/Ultrazet 2 x 1
tablet. po/pc atau pagi dan malam Obat pulang
c. OBAT ORAL NSAID COX - 2 inhibitor: Celebrex 1 x
200 mg. po/pc atau Arcoxia 1 x 120 po/pc
(siang)
Anti DVT : Xarelto 1 x 10mg dimulai 12
jam post OP selama 12 hari
10. TATA LAKSANA/INTERVENSI
a. TATA LAKSANA/INTERVENSI TKR dengan Manual/CAOS/PSI
MEDIS
Pemaasangan Drain
Pemasangan Kateter

NIC : 413 TTV (Baseline)/4jam


NIC : 4190 Pasang IV line dengan cairan
RL
NIC : 309 Persiapan : edukasi, persiapan
fisik : mandiri, penyiapan organ, enema,
ganti pakaian, pelepasan perhiasan,
persetujuan tindakan.
NIC : 379 Edukasi persiapan operasi

NIC : 309 Check list pra bedah

NIC : 431 Terapi Relaksasi


b. TATA LAKSANA/INTERVENSI
NIC : 1400 Manajemen Nyeri Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN
NIC : 3360 Perawatan Luka

NIC : 0580 Katerisasi dan Perawatan

NIC : 0570 Bladder Training

NIC : 0221 Latihan Mobilisasi : ROM

NIC : 1805 Pemenuhan ADL

NIC : 2314 Medikasi IV

NIC : 2304 Administering Oral


Bentuk makanan, kebutu
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Diet cair, saring, makan lunak/biasa gizi disesuaikan dengan u
GIZI
kondisi klinis secara berta
d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Sesuai dengan hasil monit
FARMASI
11. MONITORING & EVALUASI
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP Monitor perkembangan pa
Rencana Asuhan
b. KEPERAWATAN Monitoring TTV Mengacu pada NOC
Monitoring Hemodinamik

Monitoring Nyeri

Monitoring Luka

Monitoring Perdarahan

Monitoring Kemampuan Mobilisasi

Monitoring Pemenuhan ADL

Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri kemajuannya. Monev pa
ke 4 aatau 5 kecuali
c. GIZI Monitoring Biokimia makanan.

Mengacu pada
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi (International Dietetic
Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software intera
d. FARMASI Monitoring Efek Samping Obat
Dilanjutkan dengan in
Pemantauan Terapi Obat farmasi sesuai hasil monit

12. MOBILISASI / REHABILITASI

a. MEDIS Program post op hari 2-7 Tahapan mobilisasi


b. KEPERAWATAN Mobilisasi dibantu dan latihan bertahap kondisi pasien

c. FISIOTERAPI

13. OUTCOME/HASIL
a. MEDIS : JANGKA PENDEK
Nyeri luka operasi terkontrol dalam 3 hari

Mobilisasi bertahap dengan pendamping

Xray Acceptable
Luka operasi baik
Tidak ada nyeri

Stabil
MEDIS : JANGKA PANJANG Mobilisasi mandiri dengan support

ROM dengan batas normal

TTV normal

Hemodinamik Normal

Tidak ada tanda infeksi diluka


Mengacu pada NOC
b. KEPERAWATAN Perbaikan luka
Dilakukan dalam 3 shift
Level nyeri berangsur menurun

Kemampuan mobilisasi meningkat

ADL terpenuhi

Asupan makan > 80% Status Gizi dinilai berd


c. GIZI antropometri, biokimia,
Optimalisasi status gizi klinis
Terapi obat sesuai indikasi
d. FARMASI Kualitas hidup pasien men
Obat rasional

Umum
Status pasien/tanda vital
14. KRITERIA PULANG
dengan PPK
Khusus

Resume Medis dan Keperawatan


Pasien membawa R
15. RENCANA PULANG / Penjelasan diberikan sesuai dengan
Perawatan/ Surat Rujukan
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN keadaan umum pasien
Kontrol/Homecare saat pu
Surat pengantar control
VARIAN

13 September 2016
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

(dr. Delta Darussalam Effendy, Sp.OT) (Suryadi, Amd. Kep) (______________)

Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan

CLINICAL PATHWAY
DEMAM TIFOID
Rumah Sakit Kelas B
No. RM : …………
Nama Pasien : ……………………… BB : ………Kg
Jenis Kelamin : ………………………. TB : ………cm
Tanggal Lahir : ………………………. Tgl.Masuk : …………. Jam : ………..
Diagnosa Masuk RS : ………………………. Tgl.Keluar : …………. Jam : ………..
Penyakit Utama : ………………………. Kode ICD Lama Rawat : ……….Hari
Penyakit Penyerta : ………………………. Kode ICD : …………. Rencana Rawat
Komplikasi : ………………………. Kode ICD : …………. R. Rawat/ kelas : ……./…….
Tindakan : ………………………. Kode ICD : …………. Rujukan : Ya / Tidak
………………………. Kode ICD : ………….
Dietary Counseling and
Surveillance Kode ICD : Z71.3

HARI PENYAKIT
1 2 3 4 5 6 7
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL
Dokter IGD Pasien masuk melalui IGD
ASESMEN AWAL MEDIS
Dokter Spesialis Pasien masuk melalui RJ
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN Perawat Primer: Dilanjutkan dengan asesm
Alasan utama masuk rumah sakit, psiko, sosial, spiritua
riwayat penyakit, status psikologis, budaya
mental, sosial, ekonomi dan budaya
pemeriksaan fisik, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi,
skrining gizi, nyeri, status fungsional:
bartel index, risiko jatuh, risiko
decubitus, kebutuhan edukasi dan
Discharge Planning
DPL
Fungsi Hati : SGOT/SGPT
Albumin
Ureum/Creatinin
GDS/Elektrolit
2. LABORATORIUM
Widal, Ig M Salmonella
Kultur Darah Gall
NS 1 atau Dengue Blot, Malaria
Mikroskopik dan ICT, IgM
Leptospira
Varian
3. RADIOLOGI/IMAGING USG Abdomen
4. KONSULTASI
5. ASESMEN LANJUTAN

Dokter DPJP Visite harian/ Follow up


a. ASESMEN MEDIS
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency
TTV dan Status nutrisi: nafsu makan,
c. ASESMEN KEPERAWATAN Dilakukan dalam 3 Shift
mual, muntah, diare, konstipasi
Lihat risiko malnutrisi
skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
d. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal. Asesmen dalam
48 jam.
Telaah Resep Dilanjutkan dengan in
e. ASESMEN FARMASI farmasi yang sesuai hasil
Rekonsiliasi Obat dan Rekonsiliasi obat
6. DIAGNOSIS

a. DIAGNOSIS MEDIS Demam Tifoid (Non Komplikata)

00007 Hipertermia Masalah keperawatan


dijumpai setiap hari. Dibu
b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN 00002 Ketidakseimbangan nutrisi : perawat penanggung
kurang dari kebutuhan tubuh Mengacu pada di
NANDA. Int
Peningkatan kebutuhan zat gizi
energi berkaitan dengan Sesuai dengan data a
meningkatnya kebutuhan untuk kemungkinan saja ada di
c. DIAGNOSIS GIZI
menjaga suhu tubuh ditandai dengan lain atau diagnosis b
asupan tidak adekuat, demam (NI - selama perawatan.
1.1)
Identifikasi Kebutuhan Edukasi &
Latihan Selama Perawatan
Program pendidikan pas
7. DISCHARGE PLANNING Identifikasi kebutuhan di rumah keluarga
Hand Hygiene

8. EDUKASI TERINTEGRASI

a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi


berdasarkan kebutuhan d
Rencana terapi berdasarkan Discharge Pla
Informed Consent
Pengisian formulir inform
d. EDUKASI & KONSELING GIZI Diet lambung bentuk saring atau edukasi terintegrasi oleh
lambung dan atau keluarga
Konseling nutrisi/pola makan
Edukasi gizi dilakukan sa
e. EDUKASI KEPERAWATAN Pola istirahat masuk dan atau pada ha
atau hari ke 5
Pola hidup sehat

Informasi Obat
h. EDUKASI FARMASI Meningkatkan kepatuhan
Konseling Obat meminum/menggunakan o
PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN
Lembar Edukasi Terintegrasi Di DTT Keluarg/Pasien
EDUKASI TERINTEGRASI
9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA
Cefalosporin generasi 3: Ceftriaxone
1 x 3-4 gr selama 3 - 5 hari atau
Cefotaxime 2 - 3 x1 gr atau
a. INJEKSI
Cefoperasome 2 - 3 x 1gr
Varian
NaCl 0.9 500 cc bersama dengan
pemberian antibiotik
c. CAIRAN INFUS
Varian
Kloramfenicol 4 x 500 mg s/d 7 hari
bebas demam
Tiamfenicol 4 x 500 mg atau
Contrimoxazol 2 x 960 mg selama 2
minggu atau
Ampicilin/Amoxicilin 50 - 150
mg/kg BB selama 2 minggu atau
e. OBAT ORAL Flouroquinolon: Ciprofloxacin 2 x
400 mg selama 7 hari atau
Levofloxacin 1 x 500 mg selama 7
hari
Simptomatik: Antipiretik
Paracetamol bila demam

Varian
d. RECTAL

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI


a. TATA LAKSANA/INTERVENSI
MEDIS
b. TATA LAKSANA/INTERVENSI NIC 3740 Fever Treatment Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN
NIC 4120 Fluid Management

NIC 6540 Infection Control

NIC 2380 Medication Management


NIC 6680 Vital Sign Monitoring
NIC 1120 Nutrition Therapy

NIC 5246 Nutritional Counseling

NIC 1160 Nutritional Monitoring

Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi/gizi Bentuk makanan, kebutu


c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI Diet Makanan Lunak atau Makanan gizi disesuaikan dengan u
Saring (Diet Lambung) kondisi klinis, secara berta
d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Rekomendasi kepada DPJP Sesuai dengan hasil monit
FARMASI
11. MONITORING & EVALUASI
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP Monitor perkembangan pa
Rencana Asuhan
Monitoring tanda-tanda vital pasien
Monitoring status hidrasi pasien
meliputi balance cairan, terapi
intravena dan tanda-tanda dehidrasi
Monitoring tindakan pencegahan
infeksi yang harus dilakukan oleh
pasien dan keluarga selama
perawatan
Monitoring pemberian obat
b. KEPERAWATAN antipiretik Mengacu pada NOC
Monitoring status nutrisi pasien dan
nilai balance intake dan outtake
Diet yang diberikan tepat dan tidak
ada gejala kontipasi atau diare
Monitoring tanda-tanda kurang
nutrisi
Monitoring hasil laboratorium yang
meliputi nilai albumin, protein total,
hemoglobin, imfosit dan elektrolit
c. GIZI Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah g
tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri kemajuannya. Monev pa
ke 4atau ke 5 kecuali
Monitoring Biokimia makanan
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi
Mengacu pada
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software intera
d. FARMASI Monitoring Efek Samping Obat
Dilanjutkan dengan in
Pemantauan Terapi Obat farmasi yang sesuai

12. MOBILISASI /REHABILITASI

a. MEDIS
Mobilisasi bertahap dari miring kiri Tahapan mobilisasi
dan kanan, duduk bersandar di kondisi pasien
b. KEPERAWATAN
tempat tidur,duduk berjuntai, berdiri
dan berjalan
c. FISIOTERAPI

13. OUTCOME/HASIL
Tegaknya diagnosis berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik
Didapatkan diagnosis definitif
a. MEDIS
salmonella typhi atau salmonella
paratyphi dari pemeriksaan
penunjang
NOC : 0800 Thermoregulation

NOC : 0602 Hydration

NOC : 0703 Infection Saverity

NOC : 2301 Medication Responses Mengacu pada NOC


b. KEPERAWATAN NOC : 0802 Vital Signs
Dilakukan dalam 3 shift
NOC : 1004 Nutritional Status

NOC: 1005 Nutritional Status:


biochemical measures
NOC : 1007 Nutritional energy
Asupan makan > 80% Status Gizi berd
c. GIZI antropometri, bi
Optimalisasi status gizi fisik/klinis
Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas
d. FARMASI
Obat rasional pasien

Umum: Hemodinamik stabil, Intake


baik Status pasien/tanda vital
14. KRITERIA PULANG
Khusus: Demam turun, kesadaran dengan PPK
baik, tidak ada komplikasi
Resume Medis dan Keperawatan
Pasien membawa R
15 RENCANA PULANG/EDUKASI Penjelasan diberikan sesuai dengan
Perawatan/ Surat Rujukan
PELAYANAN LANJUTAN keadaan umum pasien
Kontrol/Homecare saat pu
Surat pengantar kontrol

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

(____________________) (__________________) (______________)

Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan

CLINICAL PATHWAY
PNEUMONIA KOMUNITAS
Rumah Sakit Kelas B
No. RM : …………
Nama Pasien : ……………………… BB : ………Kg
Jenis Kelamin : ………………………. TB : ………cm
Tanggal Lahir : ………………………. Tgl.Masuk : …………. Jam : ………..
Diagnosa Masuk RS : ………………………. Tgl.Keluar : …………. Jam : ………..
Penyakit Utama : ………………………. Kode ICD Lama Rawat : ……….Hari
Penyakit Penyerta : ………………………. Kode ICD : …………. Rencana Rawat
Komplikasi : ………………………. Kode ICD : …………. R. Rawat/ kelas : ……./…….
Tindakan : ………………………. Kode ICD : …………. Rujukan : Ya / Tidak
………………………. Kode ICD : ………….
Dietary Counseling and
Surveillance Kode ICD : Z71.3

KEGIATAN URAIAN KEGIATAN HARI PENYAKIT KETERANGAN


1 2 3 4 5 6 7

HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL
Dokter IGD Pasien masuk melalui IGD
ASESMEN AWAL MEDIS
Dokter Spesialis Pasien masuk melalui RJ
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN Perawat Primer: Dilanjutkan dengan asesm
Kondisi umum, tingkat kesadaran, psiko, sosial, spiritua
tanda-tanda vital, riwayat alergi, budaya
skrining gizi, nyeri, status fungsional:
bartel index, risiko jatuh, risiko
decubitus, kebutuhan edukasi dan
budaya.
Darah Lengkap (LED, Hitung
JenisLeukosit), AGD
Uji Sputum BTA 3x, pemeriksaan
2. LABORATORIUM gram kultur, dan uji resistensi
Saturasi 02
Varian
Rontgen Dada PA
3. RADIOLOGI/IMAGING
EKG
4. KONSULTASI
5. ASESMEN LANJUTAN

Dokter DPJP Visite harian/ Follow up


a. ASESMEN MEDIS
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency

c. ASESMEN KEPERAWATAN Perawat Penanggung Jawab Dilakukan dalam 3 Shift


Lihat risiko malnutrisi
skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
d. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal. Asesmen dalam
48 jam.
Telaah Resep Dilanjutkan dengan in
e. ASESMEN FARMASI farmasi yang sesuai hasil
Rekonsiliasi Obat dan Rekonsiliasi obat
6. DIAGNOSIS

a. DIAGNOSIS MEDIS Pneumonia Komunitas

00030 Gangguan pertukaran gas


Masalah keperawatan
00032 ketidakefektifan pola nafas dijumpai setiap hari. Dibu
b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN 00094 risiko ketidakmampuan perawat penanggung
aktifitas Mengacu pada di
NANDA. Int
00007Hypertermia
Peningkatan kebutuhan zat gizi
energi berkaitan dengan Sesuai dengan data a
meningkatnya kebutuhan untuk kemungkinan saja ada di
c. DIAGNOSIS GIZI
menjaga suhu tubuh ditandai dengan lain atau diagnosis b
asupan tidak adekuat, demam (NI - selama perawatan.
1.1)
7. DISCHARGE PLANNING Identifikasi Kebutuhan Edukasi & Program pendidikan pas
Latihan Selama Perawatan keluarga
Identifikasi kebutuhan di rumah
Hand Hygiene

8. EDUKASI TERINTEGRASI

a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS Penjelasan Diagnosis


Oleh semua pemberi
Rencana terapi berdasarkan kebutuhan d
berdasarkan Discharge Pla
Informed Consent
d. EDUKASI & KONSELING GIZI Diet makanan lunak atau makanan Pengisian formulir inform
saring edukasi terintegrasi oleh
Teknik relaksasi nafas dalam dan atau keluarga

Posisi Edukasi gizi dilakukan sa


e. EDUKASI KEPERAWATAN
masuk dan atau pada ha
Pencegahan aspirasi atau hari ke 5
Pencegahan penularan
Meningkatkan kepatuhan
Informasi Obat
i. EDUKASI FARMASI meminum/menggunakan o
Konseling Obat
PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN
Lembar Edukasi Terintegrasi Di DTT Keluarga/Pasien
EDUKASI TERINTEGRASI
9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA

Antibiotik empiris spektrum luas


a. INJEKSI
Varian
IVFD Nacl 0,9% untuk rehidrasi dan
koreksi kalori dan elektrolit
Varian
c. CAIRAN INFUS Simptomatik/Supportif: Antipiretik
Mukolitik

Varian
10. TATA LAKSANA/INTERVENSI
a. TATA LAKSANA/INTERVENSI Perawatan ICU dan penggunaan
MEDIS ventilator bila didapatkan gagal
Monitoring pernafasan, suhu, retraksi
dada, suara nafas
NIC : 0810 memberikan posisi

Manajemen pencegahan risiko jatuh

NIC : 1400 Manajemen nyeri

NIC : 4120 Fluid Management

NIC: 6540 Infection Control

NIC : 2380 Medication Management


b. TATA LAKSANA/INTERVENSI
NIC : 2314 Medikasi IV Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN
NIC : 2304 Medication : oral
NIC : 4190 Pasang IV line dengan
cairan RL
NIC : 3320 Oksigenisasi

NIC : 3160 Suction

NIC : 0580Katerisasi

NIC : 0570 Bladder training

Perawatan ICU

Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi/gizi Bentuk makanan, kebutu


c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI Diet Makanan Lunak atau Makanan gizi disesuaikan dengan u
Saring kondisi klinis, secara berta
d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Rekomendasi kepada DPJP Sesuai dengan hasil monit
FARMASI
11. MONITORING & EVALUASI
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP Monitor perkembangan pa
Rencana Asuhan
b. KEPERAWATAN TTV Mengacu pada NOC

Status pernafasan
Tingkat kesadaran

Aktivitas dan toleransi

Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri kemajuannya. Monev pa
ke 4atau ke 5 kecuali
c. GIZI Monitoring Biokimia makanan

Mengacu pada
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi (Internasional Dietetic
Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software intera
d. FARMASI Monitoring Efek Samping Obat
Dilanjutkan dengan in
Pemantauan Terapi Obat farmasi yang sesuai

12. MOBILISASI / REHABILITASI

a. MEDIS Tahapan mobilisasi


b. KEPERAWATAN Mobilisasi sesuai toleransi kondisi pasien

c. FISIOTERAPI

13. OUTCOME/HASIL
Tegaknya diagnosis berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang
a. MEDIS mendukung
Didapatkan diagnosis definitif bakteri
penyebabPneumonia dari
pemeriksaan penunjang
Tanda vital baik, intake baik,
mobilisasi baik
TTV, kesadaran
Mengacu pada NOC
b. KEPERAWATAN Toleransi aktivitas

Kebutuhan sehari-hari Dilakukan dalam 3 shift


Asupan makan > 80% Status Gizi berd
c. GIZI antropometri, bi
Optimalisasi status gizi fisik/klinis
Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas
d. FARMASI
Obat rasional pasien

Umum: Tanda vital baik, intake baik,


mobilisasi baik
Status pasien/tanda vital
14. KRITERIA PULANG Khusus: pemeriksaan fisik
dengan PPK
danpemeriksaan penunjang kembali
normal/perbaikan
Resume Medis dan Keperawatan
Pasien membawa R
15 RENCANA PULANG / Penjelasan diberikan sesuai dengan
Perawatan/ Surat Rujukan
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN keadaan umum pasien
Kontrol/Homecare saat pu
Surat pengantar control

VARIAN

_____-____-_____
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

(____________________) (__________________) (______________)

Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan
CLINICAL PATHWAY
PLASENTA PREVIA TOTALIS PADA KEHAMILAN ATERM
JEUMPA HOSPITAL
No. RM : …………
Nama Pasien : ……………………… BB : ………Kg
Jenis Kelamin : ………………………. TB : ………cm
Tanggal Lahir : ………………………. Tgl.Masuk : …………. Jam : ………..
Diagnosa Masuk RS : ………………………. Tgl.Keluar : …………. Jam : ………..
Penyakit Utama : ………………………. Kode ICD Lama Rawat : ……….Hari
Penyakit Penyerta : ………………………. Kode ICD : …………. Rencana Rawat
Komplikasi : ………………………. Kode ICD : …………. R. Rawat/ kelas : ……./…….
Tindakan : ………………………. Kode ICD : …………. Rujukan : Ya / Tidak
………………………. Kode ICD : ………….
Dietary Counseling and
Surveillance Kode ICD : Z71.3

KEGIATAN URAIAN KEGIATAN HARI PENYAKIT KETERANGAN


1 2 3 4 5 6 7

HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7
1. ASESMEN AWAL
Dokter IGD Pasien masuk melalui IGD
Dokter Spesialis

ASESMEN AWAL MEDIS Tim IPD


Pasien masuk melalui RJ
Tim Anestesi

Tim Rehabilitasi Medik


Perawat Primer :
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi, Dilanjutkan dengan asesm
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN skrining gizi, nyeri, status psiko, sosial, spiritua
fungsional : bartel index, risiko jatuh, budaya
risiko decubitus, kebutuhanedukasi
dan budaya
Darah rutin, BT/CT, GDS
2. LABORATORIUM
Urin rutin
USG
3. RADIOLOGI/IMAGING
CTG
4. KONSULTASI Anestesi
5. ASESMEN LANJUTAN
Dokter DPJP Visite harian/ Follow up
a. ASESMEN MEDIS
Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency
Dilakukan dalam 3 sh
kebutuhan dasar
b. ASESMEN KEPERAWATAN Perawat Penanggung Jawab
dilaksanakan sesuai
pasien
Lihat risiko malnutrisi
skrining gizi dan mengk
antropometri, biokimia,
c. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)
klinis, riwayat makan te
alergi makanan serta
personal dalam 48 jam
Telaah Resep Dilanjutkan dengan in
d. ASESMEN FARMASI farmasi sesuai hasil tela
Rekonsiliasi Obat rekonsiliasi Obat
6. DIAGNOSIS

a. DIAGNOSIS MEDIS Plasenta previa totalis

00205. Risiko Shock

00028 Defisit Volume Cairan

00029 Penurunan Curah Jantung


Masalah keperawatan
00200 Tidak efektifnya perfusi dijumpai setiap hari. Dibu
b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN jaringan : Plasenta perawat penanggung
Risiko Fetal Distress* mengacu pada NANDA I
- 2017
00132 Nyeri Akut (Post Op)

00148 Takut

00094 Intoleransi aktivitas


Prediksi sub optimal asupan energi
berkaitan rencana tindakan bedah/ Sesuai dengan data a
operasi sektio caesaria pasien kemungkinan saja ada di
c. DIAGNOSIS GIZI
dipuasakan ditandai dengan asupan lain atau diagnosis b
makanan lebih rendah dari kebutuhan selama perawatan
(NI-1.4)
Meningkatnya kebutuhan energi dan
protein berkaitan dengan
meningkatnya kebutuhan zat gizi
ditandai dengan habis melahirkan,
tindakan operasi sectio, estimasi
asupan lebih rendah dari kebutuhan
( NI-5.1)
Jadwal kontrol Post Op

Identifikasi Kebutuhan di rumah Program pendidikan pas


7. DISCHARGE PLANNING
Indentifikasi pendukung mobilisasi keluarga

Informasi pemberian obat dirumah

8. EDUKASI TERINTEGRASI

a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS Penjelasan Diagnosis


Oleh semua pemberi
Rencana terapi berdasarkan kebutuhan d
berdasarkan Discharge Pla
Informed Consent
Diet pasca bedah sectio adalah diet Pengisian formulir inform
post partum/diet ibu menyusui tinggi edukasi terintegrasi oleh
b. EDUKASI & KONSELING GIZI
energi dan tinggi protein sesuai dan atau keluarga
dengan kebutuhan
Penurunan kecemasan Edukasi gizi bersamaan
kunjungan awal, dapa
c. EDUKASI KEPERAWATAN dilakukan pada hari ke
Manajemen nyeri
hari ke 5
Mobilisasi Post Operasi SC
Meningkatkan kepatuhan
Informasi Obat meminum/menggunakan o
d. EDUKASI FARMASI
Konseling Obat
PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN
Lembar Edukasi Terintegrasi Di TTD Keluarga/Pasien
EDUKASI TERINTEGRASI
9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA
Antibiotik profilaksis sesuai pola
a. INJEKSI
kuman RS setempat
b. CAIRAN INFUS Cairan kristaloid
Sulfas ferosus 1x360 mg, PO
c. OBAT ORAL
Asam mefenamat 3x500 mg, PO

Sulfas ferosus 1x360 mg, PO


d. OBAT PULANG
Asam mefenamat 3x500 mg, PO

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI

a. TATA LAKSANA/INTERVENSI Seksio sesarea Ditetapkan pre op


MEDIS Pemasangan kateter urine 1x24 jam

Kode NIC : 4258 Manajemen Shock


Kode NIC : 4180 Manajemen
Hipovolemia
Kode NIC : 6680 Monitoring tanda-
tanda vital
Kode NIC : 4190 Pasang IV Line
dengan RL
Kode NIC : 0580 Pasang Kateter
Urin
Kode NIC : 6771 Monitor DJJ dan
b. TATA LAKSANA/INTERVENSI Gerakan Janin
Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN Kode NIC : 6771 Monitor Fetal
(Antepartum) elektronik
Kode NIC : 2880 Koordinasi
Persiapan Operasi
Kode NIC : 2080 Monitor Cairan &
Elektrolit
Kode NIC : 1400 Manajemen Nyeri
Kode NIC : Penurunan
Kecemasan/Takut
Kode NIC : 1800 Memenuhi
Perawatan Diri
Bentuk makanan, kebutu
Diet Tinggi EnergiTinggi Protein
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI GIZI gizi disesuaikan dengan u
(Post Partum dan Post Sectio)
kondisi klinis
d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Rekomendasi kepada DPJP Sesuai dengan hasil monit
FARMASI
11. MONITORING & EVALUASI Monitor perkembangan pa
Asesmen Ulang & Review Verifikasi
a. DOKTER DPJP
Rencana Asuhan
Kode NOC : 0802 Monitoring Tanda-
Tanda Vital
Kode NOC : 4010 Monitoring
Perdarahan
Kode NOC : 4120 Manajemen
b. KEPERAWATAN Cairan Mengacu pada NOC
Kode NOC : 0112 Monitoring Fetal

Kode NOC : 1605 Monitoring Nyeri

Kode NOC : 1402 Monitoring Cemas

Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah g


tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri kemajuannya
c. GIZI
Monitoring Biokimia Mengacu pada
(International Dietetic
Monitoring Fisik/Klinis terkait gizi Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi OBat Menyusun sofware intera
d. FARMASI Monitoring Efek Samping Obat
Dilanjutkan dengan in
Pemantauan Terapi Obat farmasi sesuai hasil monit

12. MOBILISASI / REHABILITASI


Program post op hari 2 sampai hari Tahapan mobilisasi
a. MEDIS/TIM REHABILITASI MEDIK kondisi pasien namun dia
pulang
mobilisasi dini sejak 12 ja
b. KEPERAWATAN Mobilisasi dibantu/sebagian
operasi
c. FISIOTERAPI

13. OUTCOME/HASIL
a. MEDIS Nyeri luka operasi terkontrol dalam 3
hari
Mobilisasi bertahap dengan
pendamping
Luka operasi baik

Kontraksi uterus baik

Tidak ada perdarahan per vaginam

Mobilisasi mandiri dengan support


0802 Tanda-Tanda Vital dalam Batas
Normal
0419 Shock Hipovelemik teratasi

0602 Cairan/hidrasi terpenuhi Mengacu pada NOC


b. KEPERAWATAN
0111 Status Fetal dalam batas normal Dilakukan dalam 3 shift

1402 Cemas/takut Terkontrol

0306 Perawatan diri terpenuhi

Asupan makanan > 80%


Status gizi optimalisas
c. GIZI Ketepatan pemberian diet
sesuai dan pemberian tepa
Ketepatan waktu pemberian makan

Terapi Obat sesuai Indikasi Meningkatkan Kualitas


d. FARMASI
Obat Rasional pasien

Status pasien/tanda vital


14. KRITERIA PULANG
dengan PPK

Resume Medis dan Keperawatan


Pasien membawa R
15. RENCANA PULANG / Penjelasan diberikan sesuai dengan
Perawatan/ Surat Rujukan
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN keadaan umum pasien
Kontrol/Homecare saat pu
Surat pengantar kontrol
VARIAN

13 September 2016
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Bidan Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

(dr. Nova Roslita, Sp.OG) (Jannaton Naim, Amd.Keb) (______________)

Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan

CLINICAL PATHWAY
STROKE HEMORAGIK
JEUMPA HOSPITAL
No. RM : …………
Nama Pasien : ……………………… BB : ………Kg
Jenis Kelamin : ………………………. TB : ………cm
Tanggal Lahir : ………………………. Tgl.Masuk : …………. Jam : ………..
Diagnosa Masuk RS : ………………………. Tgl.Keluar : …………. Jam : ………..
14 Hari (tanpa
Penyakit Utama : ...................................... Kode ICD Lama Rawat : Komplikasi)
Penyakit Penyerta : ………………………. Kode ICD : …………. Rencana Rawat
Komplikasi : ………………………. Kode ICD : …………. R. Rawat/ kelas : ……./…….
Tindakan : ………………………. Kode ICD : …………. Rujukan : Ya / Tidak
………………………. Kode ICD : ………….
Dietary Counseling and
Surveillance Kode ICD : Z71.3

HARI PENYAKIT KETERANGAN


1-2 3-4 5-6 7- 8 9 - 10 11-12 13-14 15-16
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN
HARI RAWAT
1-2 3-4 5-6 7- 8 9 - 10 11-12 13-14 15-16
1. ASESMEN AWAL
Dokter IGD Pasien masuk melalui IGD
ASESMEN AWAL MEDIS
Dokter Spesialis Pasien masuk melalui RJ
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi, Dilanjutkan dengan asesmen
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN skrining gizi, nyeri, status bio, psiko, sosial, spiritual dan
fungsional: bartel index, risiko budaya
jatuh, risiko decubitus, kebutuhan
edukasi dan budaya.
Darah tepi lengkap
GDS
HbA1C
Ureum – Creatinin
2. LABORATORIUM SGOT – SGPT
Analisa Gas Darah
Elektrolit
Profil Lipid
Hemostasis
3. RADIOLOGI/IMAGING Rontgen Thorax
Brain CT SCAN + CT Angiografi Usia > 40 tahun
Doppler Carotis
Transcranial Doppler
DSA Cerebral
EKG
Penyakit Dalam
Jantung
Bedah Saraf
4. KONSULTASI Lama Hari Rawat 14 Hari
Paru
Rehab Medis
Gizi
5. ASESMEN LANJUTAN

Dokter DPJP Visite harian/ Follow up

Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency


a. ASESMEN MEDIS
Asesmen perkembangan harian

TNRS

e. ASESMEN KEPERAWATAN Perawat Penanggung Jawab Dilakukan dalam 3 Shift


Lihat risiko malnutrisi melalui
skrining gizi dan mengkaji
data antropometri, biokimia,
fisik/ klinis, riwayat makan
f. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)
termasuk alergi makanan serta
riwayat personal. Asesmen
dilakukan dalam waktu 48
jam
Telaah Resep Dilanjutkan dengan intervensi
g. ASESMEN FARMASI farmasi yang sesuai hasil
Rekonsiliasi Obat Telaah dan Rekonsiliasi
6. DIAGNOSIS
a. DIAGNOSIS MEDIS CVD Stroke Hemorrhagic

Masalah keperawatan yang


dijumpai setiap hari. Dibuat
b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
oleh perawat penanggung
jawab.

Asupan cairan kurang berkaitan


dengan kurangnya pemenuhan Sesuai dengan data asesmen,
kebutuhan ditandai dengan kemungkinan saja ada
c. DIAGNOSIS GIZI
kesulitan menelan, asupan cairan diagnosis lain atau diagnosis
tidak cukup dibanding kebutuhan berubah selama perawatan.
(NI – 3.1)
Tidak cukupnya asupan makanan
peroral berkaitan dengan
menurunnya kemampuan
mengkonsumsi zat gizi energi dan
protein ditandai dengan terbatasnya
asupan makanan setelah stroke (NI
– 2.1)
Malnutrisi berkaitan dengan
terbatasnya akses makanan ditandai
dengan BMI < 18, kehilangan
lemak subkutan dan otot (NI – 5.2)
Kurang asupan serat berkaitan
dengan kurang asupan buah dan
sayur ditandai dengan tidak cukup
dibanding dengan kebutuhan dan
sulit BAB (NI – 5.8.5)
Identifikasi kebutuhan dirumah Program pendidikan pasien
7. DISCHARGE PLANNING dan keluarga
Kebutuhan perawatan suportif LAMA RAWAT 14 HARI
8. EDUKASI TERINTEGRASI
a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi asuhan
berdasarkan kebutuhan dan
Rencana terapi juga berdasarkan Discharge
Informed Consent
Penjelasan pemberian makanan
bertahap sesuai hasil tes menelan,
d. EDUKASI & KONSELING dimulai dari makananenteral/cair
GIZI frekuensi 6 kali (porsi kecil sering)
sesuai kemampuan, dilanjut ke
bentuk saring, lunak, biasa
Pembatasan valsafa maneuver yang
meningkatkan tekanan intrakranial Planning.

e. EDUKASI KEPERAWATAN Posisi Pengisian formulir informasi


Pencegahan risiko jatuh dan edukasi terintegrasi oleh
pasien dan atau keluarga
Bantuan melaksanakan aktivitas
sehari-hari Edukasi gizi dilakukan saat
Informasi Obat awal masuk pada hari 1 atau
h. EDUKASI FARMASI ke 2
Konseling Obat
PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN
Lembar Edukasi Terintegrasi Di DTT Keluarga/Pasien
EDUKASI TERINTEGRASI
9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA

Anti Hipertensi

Neurotropik DIBERIKAN SELAMA 7


a. INJEKSI HARI
Diuretik (Manitol 20%)

Insulin

Asering/12Jam
e. CAIRAN INFUS
Varian

Neurotropik

Anti Hipertensi
g. OBAT ORAL
Anti Diabetik

Analgetik
Statin

l. OBAT ANESTESI Tergantung pilihan GA/RA

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI


a. TATA LAKSANA/ INTERVENSI
Tindakan Bedah : Craniotomi
MEDIS
Monitoring tanda perubahan
tekanan intracranial
Monitoring kesadaran

Monitoring perdarahan

Memberikan posisi
Manajemen pencegahan risiko
jatuh
NIC : 1400 Manajemen Nyeri
b. TATA LAKSANA/INTERVENSI NIC : 4120 Fluid Management Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN
NIC : 6540 Infection Control
NIC : 2380 Medication
Management
NIC : 0221 Latihan Mobilisasi/
ROM
NIC : 2314 Medikasi IV

NIC : Medication : Oral


NIC : 4190 Pasang IV line dengan
cairan RL
Fase akut parenteral nutrisi,
secepatnya diberikan enteral, Bentuk makanan, kebutuhan
g. TATA LAKSANA/INTERVENSI apabila ada gangguan fungsi zat gizi disesuaikan dengan
GIZI menelan makanan enteral/cair per usia dan kondisi klinis secara
oral/NGT fase pemulihan makan bertahap
per oral cair/saring/lunak/biasa
Menyusun Software interaksi
h. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Rekomendasi kepada DPJP Dilanjutkan dengan intervensi
FARMASI
farmasi sesuai hasil
monitoring
11. MONITORING & EVALUASI Monitor perkembangan pasien
Asesmen Ulang & Review
a. DOKTER DPJP
Verifikasi Rencana Asuhan
Monitoring tanda-tanda vital

Monitoring kesadaran
Monitoring perubahan tekanan
intrakranial
Monitoring termoregulasi
b. KEPERAWATAN Monitoring adanya tanda perluasan Mengacu pada NOC
perdarahan
Monitoring keseimbangan cairan
dan elektrolit
Monitoring kekuatan otot
Monitoring kemampuan
melaksanakan ADL
Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah gizi
dan tanda gejala yang akan
Monitoring Antropometri dilihat kemajuannya
c. GIZI
Monitoring Biokimia Mengacu pada IDNT
(International Dietetics &
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software interaksi
d. FARMASI Monitoring Efek Samping Obat
Dilanjutkan dengan intervensi
Pemantauan Terapi Obat farmasi yang sesuai

12. MOBILISASI / REHABILITASI


a. MEDIS
ROM

b. KEPERAWATAN Positioning

Mobilisasi

c. FISIOTERAPI

13. OUTCOME/HASIL

a. MEDIS

TTv dalam kondisi stabil


Kemampuan mengenali tanda Mengacu pada NOC
b. KEPERAWATAN kenaikan tekanan intrakranial
Kemampuan aktivitas dan Dilakukan dalam 3 shift
mobilisasi
Asupan makanan > 80% Status Gizi berdasarkan
c. GIZI antropometri, biokimia, fisik/
Optimalisasi Status Gizi klinis
Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas hidup
d. FARMASI
Obat rasional pasien

Status pasien/tanda vital


14. KRITERIA PULANG
sesuai dengan PPK
Sesuai NOC keperawtan

Resume Medis dan Keperawatan Pasien membawa Resume


15 RENCANA PULANG / Penjelasan diberikan sesuai dengan Perawatan/ Surat Rujukan/
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN keadaan umum pasien Surat Kontrol/Homecare saat
Surat pengantar kontrol pulang.
VARIAN

13 September 2016
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

(dr. Zuraini, Sp.S) (Rita Hasriani, Amd.Kep) (______________)


Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan
CLINICAL PATHWAY
STROKE ISKEMIK
JEUMPA HOSPITAL
No. RM : …………
Nama Pasien : ……………………… BB : ………Kg
Jenis Kelamin : ………………………. TB : ………cm
Tanggal Lahir : ………………………. Tgl.Masuk : …………. Jam : ………..
Diagnosa Masuk RS : ………………………. Tgl.Keluar : …………. Jam : ………..
8 Hari (tanpa
Penyakit Utama : ...................................... Kode ICD Lama Rawat : Komplikasi)
Penyakit Penyerta : ………………………. Kode ICD : …………. Rencana Rawat
Komplikasi : ………………………. Kode ICD : …………. R. Rawat/ kelas : ……./…….
Tindakan : ………………………. Kode ICD : …………. Rujukan : Ya / Tidak
………………………. Kode ICD : ………….
Dietary Counseling and
Surveillance Kode ICD : Z71.3
HARI PENYAKIT KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7 8
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7 8
1. ASESMEN AWAL
Dokter IGD Pasien masuk melalui IGD
ASESMEN AWAL MEDIS
Dokter Spesialis Pasien masuk melalui RJ
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi, Dilanjutkan dengan asesmen
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN skrining gizi, nyeri, status bio, psiko, sosial, spiritual dan
fungsional: bartel index, risiko budaya
jatuh, risiko decubitus, kebutuhan
edukasi dan budaya.
Darah lengkap
GDS
HbA1C
Ureum Kreatinin
SGOT – SGPT
Profil Lipid
2. LABORATORIUM
Hemostasis
Asam Urat
Urine Lengkap
Analisa Gas Darah
Elektrolit
Albumin Globulin
Rontgen Thorax
Brain CT SCAN + CT
Usia > 40 tahun
Angiography
Doppler Carotis
3. RADIOLOGI/IMAGING Transcranial Doppler
Cerebral DSA
Echocardiography
EKG
Penyakit Dalam
Jantung
4. KONSULTASI Paru Lama Hari Rawat 8 Hari
Rehab Medis
Gizi
5. ASESMEN LANJUTAN

Dokter DPJP Visite harian/ Follow up

Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency


a. ASESMEN MEDIS
Asesmen perkembangan harian

TNRS

e. ASESMEN KEPERAWATAN Perawat Penanggung Jawab Dilakukan dalam 3 Shift


Lihat risiko malnutrisi melalui
skrining gizi dan mengkaji
data antropometri, biokimia,
fisik/ klinis, riwayat makan
f. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien)
termasuk alergi makanan serta
riwayat personal. Asesmen
dilakukan dalam waktu 48
jam
g. ASESMEN FARMASI Telaah Resep Dilanjutkan dengan intervensi
farmasi yang sesuai hasil
Rekonsiliasi Obat
Telaah dan Rekonsiliasi
6. DIAGNOSIS

a. DIAGNOSIS MEDIS CVD Stroke Iskemik


00201 Risiko ketidakefektivan
jaringan perfusi serebral
00092 Ketidakmampuan
melaksanakan aktivitas
00094 Risiko ketidakmampuan
melaksanakan aktivitas
Masalah keperawatan yang
00015 Risiko konstipasi dijumpai setiap hari. Dibuat
b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
0005Risikoketidakseimbangan oleh perawat penanggung
temperature jawab.
00155 Risiko jatuh
00248 Risiko gangguan integritas
kulit
00132 Nyeri Akut
c. DIAGNOSIS GIZI Asupan cairan kurang berkaitan Sesuai dengan data asesmen,
dengan kurangnya pemenuhan kemungkinan saja ada
kebutuhan ditandai dengan diagnosis lain atau diagnosis
kesulitan menelan, asupan cairan berubah selama perawatan.
tidak cukup dibanding kebutuhan
(NI – 3.1)
Tidak cukupnya asupan makanan
peroral berkaitan dengan
menurunnya kemampuan
mengkonsumsi zat gizi energi dan
protein ditandai dengan terbatasnya
asupan makanan setelah stroke (NI
– 2.1)
Malnutrisi berkaitan dengan
terbatasnya akses makanan ditandai
dengan BMI < 18, kehilangan
lemak subkutan dan otot (NI – 5.2)
Kurang asupan serat berkaitan
dengan kurang asupan buah dan
sayur ditandai dengan tidak cukup
dibanding dengan kebutuhan dan
sulit BAB (NI – 5.8.5)
Identifikasi kebutuhan dirumah Program pendidikan pasien
7. DISCHARGE PLANNING dan keluarga
Kebutuhan perawatan suportif LAMA RAWAT 8 HARI
8. EDUKASI TERINTEGRASI

Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi asuhan


a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS berdasarkan kebutuhan dan
Rencana terapi juga berdasarkan Discharge
Planning.
Informed Consent
Penjelasan pemberian makanan Pengisian formulir informasi
bertahap sesuai hasil tes menelan, dan edukasi terintegrasi oleh
d. EDUKASI & KONSELING dimulai dari makananenteral/cair pasien dan atau keluarga
GIZI frekuensi 6 kali (porsi kecil sering)
sesuai kemampuan, dilanjut ke Edukasi gizi dilakukan saat
bentuk saring, lunak, biasa awal masuk pada hari 1 atau
ke 2
Posisi dan aktivitas
e. EDUKASI KEPERAWATAN Pencegahan risiko jatuh
Bantuan melaksanakan aktivitas
sehari-hari
Meningkatkan kepatuhan
Informasi Obat pasien meminum/
h. EDUKASI FARMASI menggunakan obat
Konseling Obat
PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN
Lembar Edukasi Terintegrasi Di DTT Keluarga/Pasien
EDUKASI TERINTEGRASI
9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA

Trombolysis (Actilyse)

a. INJEKSI Anti Hipertensi

Vitamin
Insulin

Asering
e. CAIRAN INFUS
Varian

Anti Hipertensi
Anti Trombotik
Anti Koagulan
g. OBAT ORAL
Vitamin

Statin

Anti Diabetik Oral

m. OBAT ANESTESI Tergantung pilihan GA/RA

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI


Tindakan Bedah : Kraniotomi
a. TATA LAKSANA/ INTERVENSI Dekompresi
MEDIS Tindakan Neurontervensi :
Trombektomi Mekanik
Monitotoring tanda perubahan
tekanan intracranical
Memberikan posisi
Manajemen pencegahan risiko
jatuh
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI
NIC : 1400 Manajemen Nyeri Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN
NIC : 4120 Fluid Management

NIC : 6540 Infection Control


NIC : 2380 Medication
Management
NIC : 0221 Latihan
mobilisasi/ROM
NIC : 2314 Medikasi IV

NIC : Medication Oral


NIC : 4190 Pasang IV line dengan
cairal RL
NIC: 0580 Katerisasi

NIC : 0570 BladderTraining


Fase akut parenteral nutrisi,
secepatnya diberikan enteral, Bentuk makanan, kebutuhan
p. TATA LAKSANA/INTERVENSI apabila ada gangguan fungsi zat gizi disesuaikan dengan
GIZI menelan makanan enteral/cair per usia dan kondisi klinis secara
oral/NGT fase pemulihan makan bertahap
per oral cair/saring/lunak/biasa
Menyusun Software interaksi
q. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Rekomendasi kepada DPJP Dilanjutkan dengan intervensi
FARMASI
farmasi sesuai hasil
monitoring
11. MONITORING & EVALUASI Monitor perkembangan pasien
Asesmen Ulang & Review
a. DOKTER DPJP
Verifikasi Rencana Asuhan
Monitoring tanda perubahan
tekanan intrakranial
Monitoring tingkat kesadaran

Monitoring kekuatan otot

b. KEPERAWATAN Manajemen pencegahan risiko Mengacu pada NOC


jatuh
Monitoring cairan dan elektrolit

Monitoring risiko infeksi

Monitoring kemampuan aktivitas


c. GIZI Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah gizi
Monitoring Antropometri dan tanda gejala yang akan
dilihat kemajuannya
Monitoring Biokimia
Mengacu pada IDNT
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi (International Dietetics &
Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software interaksi
d. FARMASI Monitoring Efek Samping Obat
Dilanjutkan dengan intervensi
Pemantauan Terapi Obat farmasi yang sesuai

12. MOBILISASI / REHABILITASI

a. MEDIS

ROM

b. KEPERAWATAN Positioning

Mobilisasi bertahap

c. FISIOTERAPI

13. OUTCOME/HASIL

a. MEDIS

TTV dalam kondisi stabil


Kemampuan mengenali tanda
kenaikan tekanan intrakranial Mengacu pada NOC
b. KEPERAWATAN Kemampuan aktivitas dan
mobilisasi Dilakukan dalam 3 shift
Kemampuan perawatan diri
dirumah
Asupan makanan > 80% Status Gizi berdasarkan
c. GIZI antropometri, biokimia, fisik/
Optimalisasi Status Gizi klinis
d. FARMASI Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas hidup
Obat rasional pasien

Status pasien/tanda vital


14. KRITERIA PULANG
sesuai dengan PPK

Resume Medis dan Keperawatan Pasien membawa Resume


15 RENCANA PULANG / Penjelasan diberikan sesuai dengan Perawatan/ Surat Rujukan/
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN keadaan umum pasien Surat Kontrol/Homecare saat
Surat pengantar kontrol pulang.

VARIAN

13 September 2016
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

(dr. Zuraini, Sp.S) (Nora Usrina, Amd.Kep) (______________)

Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan
CLINICAL PATHWAY
PERDARAHAN SUBARAHNOID
JEUMPA HOSPITAL
No. RM : …………
Nama Pasien : ……………………… BB : ………Kg
Jenis Kelamin : ………………………. TB : ………cm
Tanggal Lahir : ………………………. Tgl.Masuk : …………. Jam : ………..
Diagnosa Masuk RS : ………………………. Tgl.Keluar : …………. Jam : ………..
21 Hari (tanpa
Penyakit Utama : .................................... Kode ICD Lama Rawat : Komplikasi)
Penyakit Penyerta : ………………………. Kode ICD : …………. Rencana Rawat
Komplikasi : ………………………. Kode ICD : …………. R. Rawat/ kelas : ……./…….
Tindakan : ………………………. Kode ICD : …………. Rujukan : Ya / Tidak
………………………. Kode ICD : ………….
Dietary Counseling and
Surveillance Kode ICD : Z71.3

HARI PENYAKIT KETERANGAN


1 2 3 4 5 6 7 21
KEGIATAN URAIAN KEGIATAN
HARI RAWAT
1 2 3 4 5 6 7 21
1. ASESMEN AWAL
Dokter IGD Pasien masuk melalui IGD
ASESMEN AWAL MEDIS
Dokter Spesialis Pasien masuk melalui RJ
Perawat Primer:
Kondisi umum, tingkat kesadaran,
tanda-tanda vital, riwayat alergi,
Dilanjutkan dengan asesmen bio,
ASESMEN AWAL KEPERAWATAN skrining gizi, nyeri, status
psiko, sosial, spiritual dan budaya
fungsional: bartel index, risiko
jatuh, risiko decubitus, kebutuhan
edukasi dan budaya.
Darah tepi lengkap
GDS
HbA1C
Ureum – Creatinin
2. LABORATORIUM SGOT – SGPT
Analisa Gas Darah
Elektrolit
Profil Lipid
Hemostasis
Rontgen Thorax
Brain CT SCAN + CT Angiografi+ Usia > 40 tahun
Doppler Carotis
3. RADIOLOGI/IMAGING
Transcranial Doppler
DSA Cerebral
EKG
4. KONSULTASI Penyakit Dalam Lama Hari Rawat 21 Hari
Jantung
Bedah Saraf
Paru
Rehab Medis
Gizi
5. ASESMEN LANJUTAN

Dokter DPJP Visite harian/ Follow up

Dokter non DPJP/dr. Ruangan Atas Indikasi/ Emergency


a. ASESMEN MEDIS
Asesmen perkembangan harian

TNRS

e. ASESMEN KEPERAWATAN Perawat Penanggung Jawab Dilakukan dalam 3 Shift


Lihat risiko malnutrisi melalui
skrining gizi dan mengkaji data
antropometri, biokimia, fisik/
f. ASESMEN GIZI Tenaga Gizi (Nutrisionis/Dietisien) klinis, riwayat makan termasuk
alergi makanan serta riwayat
personal. Asesmen dilakukan
dalam waktu 48 jam
Telaah Resep Dilanjutkan dengan intervensi
g. ASESMEN FARMASI farmasi yang sesuai hasil Telaah
Rekonsiliasi Obat dan Rekonsiliasi
6. DIAGNOSIS

a. DIAGNOSIS MEDIS Perdarahan Subarahnoid


b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN 00201 Risiko Ketidakefektifan Masalah keperawatan yang
jaringan perfusi serebral dijumpai setiap hari. Dibuat oleh
000092 Ketidakmampuan perawat penanggung jawab.
melaksanakan aktivitas
00094 Risiko ketidakmampuan
melaksanakan aktivitas
00015 Risiko Konstipasi
0005 Risiko Ketidakseimbangan
temperature
00155 Risiko Jatuh
00248 Risiko gangguan integritas
kulit
Asupan cairan kurang berkaitan
dengan kurangnya pemenuhan
kebutuhan ditandai dengan
kesulitan menelan, asupan cairan
tidak cukup dibanding kebutuhan
(NI – 3.1)
Tidak cukupnya asupan makanan
peroral berkaitan dengan
menurunnya kemampuan
mengkonsumsi zat gizi energi dan Sesuai dengan data asesmen,
protein ditandai dengan terbatasnya kemungkinan saja ada diagnosis
c. DIAGNOSIS GIZI
asupan makanan setelah stroke (NI lain atau diagnosis berubah selama
– 2.1) perawatan.
Malnutrisi berkaitan dengan
terbatasnya akses makanan ditandai
dengan BMI < 18, kehilangan
lemak subkutan dan otot (NI – 5.2)
Kurang asupan serat berkaitan
dengan kurang asupan buah dan
sayur ditandai dengan tidak cukup
dibanding dengan kebutuhan dan
sulit BAB (NI – 5.8.5)
Identifikasi kebutuhan di rumah
Program pendidikan pasien dan
7. DISCHARGE PLANNING Kebutuhan perawatan suportif
keluarga

8. EDUKASI TERINTEGRASI
a. EDUKASI/ INFORMASI MEDIS Penjelasan Diagnosis Oleh semua pemberi asuhan
berdasarkan kebutuhan dan juga
Rencana terapi berdasarkan Discharge Planning.
Informed Consent Pengisian formulir informasi dan
Penjelasan pemberian makanan
bertahap sesuai hasil tes menelan,
d. EDUKASI & KONSELING dimulai dari makananenteral/cair
GIZI frekuensi 6 kali (porsi kecil sering)
sesuai kemampuan, dilanjut ke
bentuk saring, lunak, biasa
Pembatasan valsafa maneuver yang
meningkatkan tekanan intrakranial
edukasi terintegrasi oleh pasien
e. EDUKASI KEPERAWATAN Posisi dan atau keluarga
Pencegahan risiko jatuh
Edukasi gizi dilakukan saat awal
Bantuan melaksanakan aktivitas masuk pada hari 1 atau ke 2
sehari-hari
Informasi Obat
f. EDUKASI FARMASI
Konseling Obat
PENGISIAN FORMULIR INFORMASI DAN
Lembar Edukasi Terintegrasi Di DTT Keluarga/Pasien
EDUKASI TERINTEGRASI
9 . TERAPI/ MEDIKAMENTOSA

Anti Hipertensi

Neurotropik

a. INJEKSI Diuretik (Manitol 20%)

Nimodipin

Insulin

Asering/12Jam
f. CAIRAN INFUS
Varian
h. OBAT ORAL Neurotropik Obat Pulang

Anti Hipertensi Obat Pulang

Anti Diabetik Obat Pulang


Analgetik Obat pulang
Nimodipin

Statin

n. OBAT ANESTESI Tergantung pilihan GA/RA

10. TATA LAKSANA/INTERVENSI


Tindakan Bedah : Clipping
a. TATA LAKSANA/ INTERVENSI Aneurysma
MEDIS Tindakan Non Bedah : Coiling
Aneurysma
c. TATA LAKSANA/INTERVENSI Monitoring tanda perubahan Mengacu pada NIC
KEPERAWATAN tekanan intracranial
Memberikan posisi
Manajemen pencegahan risiko
jatuh
NIC : 4120 Fluid Management

NIC : 6540 Infection Control


NIC : 2380 Medication
Management
NIC : 0221 Latihan Mobilisasi
/ROM
NIC : 2314 Medikasi IV

NIC : 2304 Medication : Oral


NIC : 4190 Pasang IV line dengan
cairan RL
NIC : 0580 Katerisasi

NIC : 0570 Bladder Training

d. TATA LAKSANA/INTERVENSI Fase akut parenteral nutrisi, Bentuk makanan, kebutuhan zat
GIZI secepatnya diberikan enteral, gizi disesuaikan dengan usia dan
apabila ada gangguan fungsi kondisi klinis secara bertahap
menelan makanan enteral/cair per
oral/NGT fase pemulihan makan
per oral cair/saring/lunak/biasa
Menyusun Software interaksi
d. TATA LAKSANA/INTERVENSI
Rekomendasi kepada DPJP
FARMASI Dilanjutkan dengan intervensi
farmasi sesuai hasil monitoring
11. MONITORING & EVALUASI Monitor perkembangan pasien
Asesmen Ulang & Review
a. DOKTER DPJP
Verifikasi Rencana Asuhan
Monitoring tanda-tanda vital

Monitoring kesadaran
monitoring perubahan tekanan
intrakranial
b. KEPERAWATAN Monitoring termoregulasi Mengacu pada NOC
Monitoring keseimbangan cairan
dan elektrolit
Monitoring kekuatan otot
Monitoring kemampuan
melaksanakan ADL
Monitoring asupan makan Sesuai dengan masalah gizi dan
tanda gejala yang akan dilihat
Monitoring Antropometri kemajuannya
c. GIZI
Monitoring Biokimia Mengacu pada IDNT
(International Dietetics &
Monitoring Fisik/klinis terkait gizi Nutrition Terminology)
Monitoring Interaksi Obat Menyusun Software interaksi
d. FARMASI Monitoring Efek Samping Obat
Dilanjutkan dengan intervensi
Pemantauan Terapi Obat farmasi yang sesuai

12. MOBILISASI / REHABILITASI

a. MEDIS
b. KEPERAWATAN ROM
Positioning

Mobilisasi bertahap

c. FISIOTERAPI

13. OUTCOME/HASIL

a. MEDIS

TTV dalam kondisi stabil


Kemampuan mengenali tanda
kenaikan tekanan intracranial Mengacu pada NOC
b. KEPERAWATAN Kemampuan aktivitas dan
mobilisasi Dilakukan dalam 3 shift
Kemampuan perawatan diri
dirumah
Asupan makanan > 80% Status Gizi berdasarkan
c. GIZI antropometri, biokimia, fisik/
Optimalisasi Status Gizi klinis
Terapi obat sesuai indikasi Meningkatkan kualitas hidup
d. FARMASI
Obat rasional pasien

Status pasien/tanda vital sesuai


14. KRITERIA PULANG
dengan PPK
Sesuai NOC

Resume Medis dan Keperawatan


Pasien membawa Resume
15 RENCANA PULANG / Penjelasan diberikan sesuai dengan
Perawatan/ Surat Rujukan/ Surat
EDUKASI PELAYANAN LANJUTAN keadaan umum pasien
Kontrol/Homecare saat pulang.
Surat pengantar kontrol
VARIAN

13 September 2016
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Perawat Penanggung Jawab Pelaksana Verivikasi

(dr. Zuraini, Sp.S) (Agus Salim, Amd. Kep) (______________)

Keterangan :
Yang harus dilakukan
Bisa atau tidak
√ Bila sudah dilakukan

Anda mungkin juga menyukai