Anda di halaman 1dari 64

RUMAH SAKIT ISLAM AISYIYAH MALANG

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


Kelompok Staf Medis Bedah
2018
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH
HERNIA INGUINALIS LATERALIS,
MEDIALIS, FEMORALIS, DAN SKROTALIS
(K 40 – K 41)
1 Pengertian Penonjolan dari jaringan atau organ intra abdominal melalui lubang
(Definisi) atau defek dinding abdomen
2 Anamnesis 1. Benjolan di daerah lipat paha, kantung zakar atau labia
2. Timbul bila pasien berdiri, mengejan atau beraktifitas berat dan
dapat masuk kembali bila pasien berbaring
3. Bisa disertai keluhan nyeri, mual dan muntah
3 Pemeriksaan 1. Inspeksi: asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia
Fisik dalam posisi berdiri atau berbaring.
2. Palpasi: benjolan dapat direposisi bila reponibilis, menetap bila
irepobilis atau inkarserasi.
3. Palpasi: tanpa rasa nyeri bila reponibilis atau ireponibilis, rasa
nyeri pada inkarserasi
4. Tes Valsava: pasien diminta mengejan, hasil positif bila benjolan
muncul atau membesar
5. Auskultasi: terdengar bising usus
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1 dan 2
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1
5 Diagnosis 1. Hernia inguinalis lateralis reponibilis
Kerja 2. Hernia inguinalis lateralis ireponibilis
3. Hernia inguinalis lateralis inkarserata
4. Hernia inguinalis medialis reponibilis
5. Hernia inguinalis medialis ireponibilis
6. Hernia inguinalis medialis inkarserata
7. Hernia skrotalis reponibilis
8. Hernia skrotalis ireponibilis
9. Hernia skrotalis inkarserata
10. Hernia femoralis reponibilis
11. Hernia femoralis ireponibilis
12. Hernia femoralis inkarserata
6 Diagnosis 1. Hidrokel
Banding 2. Varikokel
3. Adesensus testis
4. Limfadenitis inguinal
5. Tumor testis
7 Pemeriksaan Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT),
Penunjang Tes Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
8 Tata Terapi Operatif
Laksana  Dewasa : Herniotomi dan herniorafi Lichtenstein
 Bayi dan anak : Herniotomi

Terapi Konservatif
1. Reponibilis dan ireponibilis: bila ada kontra indikasi mutlak
2. Inkarserata: hanya bila ada kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 3 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

HERNIA UMBILIKALIS (K 40 – K 41)


1 Pengertian Penonjolan dari jaringan atau organ intra abdominal melalui lubang atau
(Definisi) defek umbilikus
2 Anamnesis 1. Benjolan di daerah umbilikus
2. Tanpa disertai keluhan nyeri, mual dan muntah
3. Timbul bila pasien berdiri, mengejan atau beraktifitas berat dan dapat
masuk kembali bila pasien berbaring
3 Pemeriksaan 1. Inspeksi: penonjolan pada umbilikus dalam posisi berdiri atau
Fisik berbaring.
2. Palpasi: benjolan dapat direposisi atau tidak tanpa rasa nyeri
3. Tes Valsava: pasien diminta mengejan, hasil positif bila benjolan
muncul atau membesar
4. Auskultasi: bisa terdengar bising usus
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1 dan 2
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1
5 Diagnosis 1. Hernia umbilikalis reponibilis
Kerja 2. Hernia umbilikalis ireponibilis
3. Hernia umbilikalis inkarserata
6 Diagnosis 1. Omfalokel
Banding 2. Urakus persisten
3. Tumor dinding perut
7 Pemeriksaan Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes Fungsi
Penunjang Ginjal (Ureum dan kreatinin)
8 Tata Terapi Operatif: Herniotomi dan herniorafi Lichtenstein
Laksana Terapi Konservatif
1. Reponibilis dan ireponibilis: bila ada kontra indikasi mutlak
2. Inkarserata: hanya bila ada kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 3 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH
GRANULOMA UMBILIKUS – SINUS
UMBILIKUS
1 Pengertian Peradangan kronis dengan jaringan granulomatik pada umbilikus karena
(Definisi) penumpukan kotoran pada sinus umbilikus
2 Anamnesis 1. Keluar nanah dari umbilikus
2. Bisa disertai keluhan nyeri
3 Pemeriksaan 1. Jaringan granulomatik pada umbilikus
Fisik 2. Bisa disertai sekret purulen
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1
5 Diagnosis 1. Sinus umbilikus
Kerja 2. Granuloma umbilikalis
6 Diagnosis 1. Urakus persisten
Banding 2. Tumor dinding perut
3. Sinus pilonidalis
7 Pemeriksaan Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes Fungsi
Penunjang Ginjal (Ureum dan kreatinin)
8 Tata - Terapi Operatif: Eksisi dan umbilikorafi
Laksana - Terapi Konservatif: Bila da kontra indikasi mutlak
- Lama perawatan : 2 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 2 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
15 Kepustakaan Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

APPENDISITIS AKUT (K 36)


1 Pengertian Penyumbatan dan peradangan pada usus buntu dengan jangka waktu kurang
(Definisi) dari 2 minggu
2 Anamnesis 1. Nyeri perut kanan bawah
2. Kembung, mual, muntah
3. Bisa disertai dengan demam
3 Pemeriksaan 1. Nyeri tekan McBurney
Fisik 2. Bisa didapatkan tanda rangsang appendik (tanda Rovsing, Psoas,
Blumberg, Obturator)
3. Colok dubur: nyeri jam 9 - 11
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1
5 Diagnosis Appendisitis akut
Kerja
6 Diagnosis 1. Divertikulitis
Banding 2. Kolitis
3. Urolithiasis dekstra
4. ISK atas (UTI) dekstra
5. Adneksitis dekstra, abses tuba dekstra
6. Kista ovarium dekstra terpuntir
7. Kehamilan ektopik
7 Pemeriksaan 1. Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
2. USG: bila didapatkan demam > 37C, nyeri ketuk pinggang kanan,
lekore, amenore pada WUS.
8 Tata - Terapi Operatif: Apendektomi terbuka / perlaparoskopik
Laksana - Terapi Konservatif: Bila ada kontra indikasi mutlak
- Lama perawatan : 3 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
4. Kesesuaian dengan hasil Patologi Anatomi (PA)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

APPENDISITIS KRONIS (K 35)


1 Pengertian Penyumbatan dan peradangan pada usus buntu dengan jangka waktu lebih
(Definisi) dari 2 minggu
2 Anamnesis 1. Nyeri perut kanan bawah
2. Tanpa disertai demam
3 Pemeriksaan 1. Nyeri tekan McBurney
Fisik 2. Colok dubur: nyeri jam 9 - 11
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1
5 Diagnosis Appendisitis kronis
Kerja
6 Diagnosis 1. Divertikulitis
Banding 2. Kolitis
3. Urolithiasis dekstra
4. Adneksitis
7 Pemeriksaan 1. Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
2. Appendikogram
8 Tata - Terapi Operatif: Apendektomi terbuka / perlaparoskopik
Laksana - Terapi Konservatif: Bila ada kontra indikasi mutlak
- Lama perawatan : 3 hari
9 Edukasi 5. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan penunjang
6. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
7. Penjelasan alternatif tindakan
8. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 4. 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
5. Ad Sanationam : dubia ad bonam
6. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 3. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 4. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
14 Indikator 5. Keluhan berkurang
6. Lama hari rawat: 3 hari
7. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
8. Kesesuaian dengan hasil Patologi Anatomi (PA)
15 Kepustakaan 3. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
4. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH
INFILTRAT PERIAPENDIKULAR, ABSES
PERIAPENDIKULAR, APPENDISITIS
PERFORASI (K 37)
1 Pengertian Penyumbatan dan peradangan pada usus buntu disertai perforasi dan
(Definisi) pernanahan
2 Anamnesis 1. Nyeri perut kanan bawah terus menerus
2. Disertai demam
3. Anoreksia, kembung, mual dan muntah
3 Pemeriksaan 1. Nyeri tekan McBurney
Fisik 2. Defans muskular perut kanan bawah, bisa meluas sampai ke umbilikus
dan perut kiri bawah
3. Dengan atau tanpa teraba massa pada perut kanan bawah
4. Colok dubur: nyeri seluruh jam
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1 dan 2
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1
5 Diagnosis 1. Infiltrat periapendikular
Kerja 2. Abses periapendikular
3. Appendisitis perforasi
6 Diagnosis 1. Kolitis supurativa
Banding 2. Perforasi divertikel Meckel
3. Tubo-ovarial abses
4. Kehamilan ektopik terganggu
5. Ruptur kista ovarium
6. Penyakit inflamasi rongga pelvis
7 Pemeriksaan 1. Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
2. USG Abdomen atau Foto Polos Abdomen
8 Tata Terapi Operatif: Laparotomi Apendektomi
Laksana Terapi Konservatif: Hanya bila ada kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 5 hari
9 Edukasi 5. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
6. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
7. Penjelasan alternatif tindakan
8. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 4. 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
5. Ad Sanationam : dubia ad bonam
6. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 3. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 4. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
14 Indikator 4. Keluhan berkurang
5. Lama hari rawat: 5 hari
6. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
7. Kesesuaian dengan hasil Patologi Anatomi (PA)
15 Kepustakaan 3. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
4. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

PERITONITIS UMUM (K 65)


1 Pengertian Peradangan peritoneum dapat karena kuman (septik) atau karena kimiawi
(Definisi)
2 Anamnesis 1. Nyeri seluruh perut terus menerus
2. Disertai demam
3. Anoreksia, kembung, mual dan muntah
3 Pemeriksaan 1. Nyeri tekan seluruh perut
Fisik 2. Defans muskular seluruh lapangan perut
3. Colok dubur: nyeri seluruh jam
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1 dan 2
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1 dan 2
5 Diagnosis Peritonitis umum
Kerja
6 Diagnosis 1. Pankreatitis
Banding 2. Peritonitis septik
3. Peritonitis kimiawi
7 Pemeriksaan 1. Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
2. USG Abdomen
3. Foto Polos Abdomen 3 posisi
8 Tata - Terapi Operatif: Eksisi dan umbilikorafi
Laksana - Terapi Konservatif: Bila ada kontra indikasi mutlak
- Lama perawatan : 5 hari
9 Edukasi 5. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan penunjang
6. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
7. Penjelasan alternatif tindakan
8. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 4. Ad Vitam : dubia ad bonam
5. Ad Sanationam : dubia ad bonam
6. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 3. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 4. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
14 Indikator 4. Keluhan berkurang
5. Lama hari rawat: 5 hari
6. Kesesuaian dengan hasil Patologi Anatomi (PA)
15 Kepustakaan Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

BATU EMPEDU (K 80)


1 Pengertian Adannya batu di dalam kantung empedu
(Definisi)
2 Anamnesis 1. Nyeri perut kanan atas, berulang dan hilang timbul
2. Kembung, mual, dan muntah
3 Pemeriksaan 1. Nyeri tekan hipokhondrium kanan
Fisik 2. Tanda Murphy (+)
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1
5 Diagnosis Kholelithiasis
Kerja
6 Diagnosis 1. Kholesistitis
Banding 2. Kholangitis
3. Kholangio karsinoma
4. Abses hepar
5. Tukak peptik
6. Pankreatitis
7 Pemeriksaan 1. Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
2. USG abdomen
8 Tata - Terapi Operatif: Kholesistektomi terbuka / perlaparoskopik
Laksana - Terapi Konservatif: Bila ada kontra indikasi mutlak
- Lama perawatan : 3 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

KARSINOMA KOLON (C 18)


1 Pengertian Hambatan pasase usus ke distal karena adanya sumbatan lumen usus
(Definisi) oleh berbagai sebab
2 Anamnesis Keganasan pada kolon
3 Pemeriksaan 1. Perubahan kebiasaan buang air besar, obstipasi
Fisik 2. Berak darah dan lendir
3. Penurunan berat badan
4 Kriteria 1. Tanda obstruksi usus besar
Diagnosis 2. Teraba massa
5 Diagnosis 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1 dan 2
Kerja 2. Memenuhi kriteria No 1
6 Diagnosis Karsinoma kolon
Banding
7 Pemeriksaan 1. Disentri amuba
Penunjang 2. Divertikulosis kolon
3. Poliposis kolon
4. TBC kolon
5. Radang granulomatik kolon
8 Tata Terapi Operatif
Laksana 1. Hemikolektomi – reanatomosis
2. Reseksi anterior – reanastomosis
3. Reseksi – kolostomi
4. Kolostomi
Terapi Konservatif
1. Bila ada kontra indikasi mutlak
2. Kemoterapi
Lama perawatan : 7 hari

9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan penunjang


2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 7. 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
8. Ad Sanationam : dubia ad bonam
9. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 7 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

KARSINOMA ANOREKTAL (C 19 – C 20)


1 Pengertian Kegansan pada rektum dan anal kanal
(Definisi)
2 Anamnesis 1. Berak darah dan lendir
2. Gangguan kebiasaan buang air besar
3. Nyeri saat buang air besar
4. Penurunan berat badan
3 Pemeriksaan 1. Colok dubur: teraba massa dalam lumen anal kanal
Fisik 2. Tanda obstruksi usus
3. Tampak massa tumor di dubur
4. Anuskopi: tampak massa tumor intra luminer
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1 dan 2
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria No 1
5 Diagnosis Karsinoma anorektal
Kerja
6 Diagnosis 1. Disentri amuba
Banding 2. Polip rekti
3. Hemoroid
4. Radang granulomatik
5. Kondiloma
7 Pemeriksaan 1. Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin),
2. Penanda tumor (CEA)
3. USG abdomen
4. Kolonoskopi diagnostik dan biopsi
8 Tata Terapi Operatif
Laksana 1. Miles procedure
2. Reseksi – kolostomi
3. Kolostomi
Terapi Konservatif
1. Bila ada kontra indikasi mutlak
2. Kemoterapi
Lama perawatan : 7 hari

9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan penunjang


2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 7 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

FISTEL PERIANAL (K 60)


1 Pengertian Pengeluaran bahan purulen kronik dari lubang di perianal
(Definisi)
2 Anamnesis 1. Pengeluaran nanah sedikit sedikit dan hilang timbul dari lubang di
sekitar dubur
2. Bisa dengan riwayat abses perianal sebelumnya
3 Pemeriksaan 1. Fistel di sekitar dubur, dengan atau tanpa keluaran pus
Fisik 2. Colok dubur bidigital: teraba jalur fistel
3. Sondase: teraba ujung sonde di anal kanal
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1
5 Diagnosis Fistel Perianal
Kerja
6 Diagnosis 1. Hidradenitis supurativa perianal
Banding 2. Sinus pilonidalis
3. Fistel proktitis
4. Fistel kolo-perineal
7 Pemeriksaan 1. Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
2. Fistulografi: bila fistel kompleks
8 Tata Terapi Operatif: Fistulotomi, Fistulektomi
Laksana Terapi Konservatif: Hanya bila ada kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 3 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
4. Kesesuaian dengan hasil Patologi Anatomi (PA)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

HEMOROID (I 84)
1 Pengertian Pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis
(Definisi)
2 Anamnesis 1. Keluar darah segar saat BAB
2. Keluar benjolan di dubur, bisa masuk sendiri, masuk bila didorong,
nyeri
3. Terasa gatal pada dubur
3 Pemeriksaan 1. Tonjolan hamoroid, interna atau eksterna, dengan atau tanpa pasien
Fisik mengejan
2. Dengan trombus atau tanpa trombus
3. Colok dubur: tak teraba massa patologis
4. Anuskopi: struktur vaskuler hemoroid yang menonjol ke dalam lumen
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1 dan 2
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria hguuhdshogi fisik No. 1 dan 2
5 Diagnosis 1. Hemoroid eksterna
Kerja 2. Hamoroid interna
6 Diagnosis 1. Karsinoma kolorektal
Banding 2. Polip anorektal
3. Prolaps rekti
4. Kolitis ulserosa
5. Kondiloma
7 Pemeriksaan Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
8 Tata Terapi Operatif: Hemoroidektomi / Stappled haemorrhoidectomy (grade
Laksana III dan IV)
1. Terapi Konservatif: Pada haemmorhoid Grade I dan II atau bila ada
kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 3 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

FISURA ANI (K 60)


1 Pengertian Luka epitel akibat radang kronis yang berbentuk saluran memanjang
(Definisi) sejajar sumbu anus
2 Anamnesis 1. Nyeri hebat saat buang air besar
2. Bisa disertai darah segar dipermukaan feses
3. Riwayat konstipasi
3 Pemeriksaan 1. Rekahan (fisur) di anal kanal dengan umbai kulit
Fisik 2. Colok dubur: teraba rekahan dan spasme spinkter ani
3. Anuskopi: tampak rekahan di anal kanal
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1
5 Diagnosis Fisura ani
Kerja
6 Diagnosis 1. Sinus pilonidalis
Banding 2. Hemoroid eksterna
3. Kondiloma
7 Pemeriksaan Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
8 Tata Terapi Operatif: Eksisi fisura
Laksana 2. Terapi Konservatif: Bila ada kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 3 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

HIDROKEL (N 43)
1 Pengertian Penumpakan cairan di dalam kantung tunika vaginalis (antara lapisan
(Definisi) parietalis dengan viseralis tunica vaginalis)
2 Anamnesis 1. Kantung zakar kanan dan kiri tak simetris
2. Bisa membesar saat aktifitas, atau menghilang pada posisi berbaring
3 Pemeriksaan 1. Teraba massa kistik pada skrotum
Fisik 2. Pemeriksaan transiluminasi: diafan (transparan)
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No.1 dan 2
5 Diagnosis 1. Hidrokel komunikans
Kerja 2. Hidrokel funikuli
3. Hidrokel testis
6 Diagnosis 1. Hernia inguinalis lateralis
Banding 2. Hernia skrotalis
3. Spermatokel
4. Orchitis
5. Varikokel
6. Seminoma testis
7 Pemeriksaan 1. Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
2. USG skrotum
8 Tata Terapi Operatif: Ekstirpasi hidrokel (in toto, marsupialisasi atau plikasi)
Laksana 3. Terapi Konservatif: Bila ada kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 3 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 4. Ad Vitam : dubia ad bonam
5. Ad Sanationam : dubia ad bonam
6. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Urologi
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH
FIMOSIS, PARAFIMOSIS,
BALANOPOSTIITIS (N 47.1, 47.2, 47.6)
1 Pengertian Fimosis: preputium yang tak dapat ditarik ke proksimal sampai ke
(Definisi) korona glandis
Parafimosis: preputium terperangkap di tepi glans penis di sulkus
koronarius sehingga tidak dapat dikembalikan pada posisi semula
Balanopostitis: keradangan pada preputium
2 Anamnesis 1. Kesulitan saat miksi
2. Preputium menggembung saat miksi
3. Preputium bengkak dan nyeri
3 Pemeriksaan 1. Preputium tidak bisa ditarik sampai ke sulkus koronarius
Fisik 2. Edema dan hiperemi preputium
3. Bendungan di glans dan preputium
4 Kriteria 1. Memenuhi salah satu kriteria anamnesis
Diagnosis 2. Memenuhi salah satu kriteria pemeriksaan fisik
5 Diagnosis Fimosis
Kerja
6 Diagnosis 1. Parafimosis
Banding 2. Balanopostitis
7 Pemeriksaan Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
8 Tata Terapi Operatif: Sirkumsisi
Laksana 4. Terapi Konservatif: Bila ada kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 2 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Umum
3. Dokter Spesialis Urologi
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 5 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH
TUMOR NON NEOPLASMA RONGGA
MULUT (K 11.6)
1 Pengertian Lesi bebentuk kistik di bawah mukosa rongga mulut akibat tertutupnya
(Definisi) muara kelenjar liur
2 Anamnesis 1. Benjolan di rongga mulut (bibir, pipi dan dasar lidah)
2. Tanpa rasa nyeri
3 Pemeriksaan 1. Ranula: tumor kistous di bawah lidah
Fisik 2. Mukokel: tumor kistous di bawah mukosa pipi dan bibir
3. Epulis: tumor kistous di bawah mukosa langit langit
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1
5 Diagnosis Tumor non neoplasma rongga mulut
Kerja
6 Diagnosis Tumor ganas rongga mulut
Banding
7 Pemeriksaan Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
8 Tata Terapi Operatif: Ekstirpasi
Laksana 5. Terapi Konservatif: Bila ada kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 2 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 2 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

TUMOR JINAK RONGGA MULUT (K 10.3)


1 Pengertian Benjolan dalam rongga mulut berbatas tegas
(Definisi)
2 Anamnesis 1. Benjolan di rongga mulut (bibir, pipi dan dasar lidah)
2. Tanpa rasa nyeri
3 Pemeriksaan 1. Polip: tumor bertangkai di mukosa bibir, pipi dan dasar lidah berbatas
Fisik tegas
2. Leukoplakia: lesi hiperkeratosis pada mukosa rongga mulut, berwarna
keputihan
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi salah satu kriteria pemeriksaan fisik
5 Diagnosis Tumor jinak rongga mulut
Kerja
6 Diagnosis Tumor ganas rongga mulut
Banding
7 Pemeriksaan Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT)
Penunjang
8 Tata Terapi Operatif: Ekstirpasi
Laksana 6. Terapi Konservatif: Bila ada kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 2 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 2 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

FLEGMON DASAR MULUT (K 12.2)


1 Pengertian Pembengkakan submandibuler yang disebabkan oleh penumpukan pus
(Definisi)
2 Anamnesis 1. Bengkak dan nyeri pada rahang bawah
2. Sulit membuka mulut
3. Bisa disertai demam
3 Pemeriksaan 1. Edema dan hiperemi sub mandibula
Fisik 2. Bisa didapatkan trismus
3. Intra oral: bisa didapatkan karies gigi
4. Aspirasi: transudat
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria diagnosis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1
5 Diagnosis Tumor jinak kulit dan subkutan
Kerja
6 Diagnosis 1. Parotitis
Banding 2. Limfadenitis TB
7 Pemeriksaan Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
8 Tata Terapi Operatif: Insisi drainase
Laksana 7. Terapi Konservatif: Hanya bila ada kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

NEOPLASMA JINAK KULIT (D 23)


1 Pengertian Lesi pada kulit berbentuk plak, papil, nodus, atau tumor yang berbatas
(Definisi) tegas tanpa ada tanda infiltrasi atau tanda metastasis
2 Anamnesis 1. Benjolan di kulit atau bawah kulit
2. Dengan atau tanpa rasa nyeri
3 Pemeriksaan 1. Papiloma : tumor papiler, menonjol diatas kulit, permukaan kasar,
Fisik berwarna seperti kulit normal di sekitarnya
2. Epitelioma: berbentuk nodus atau plak kecil, di dalam kulit, berwarna
seperti kulit normal di sekitarnya
3. Nevus pigmentosus: plak atau nodus berwarna hitam
4. Kista dermoid: kista subkutan pada garis tengah tubuh atau brachial
cleft, timbul sejak lahir atau sewaktu kanak-kanak
5. Dermatofibroma: berupa nodus kecil, keras, di kutis dan subkutis,
berwarna coklat menyerupai keloid
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria diagnostik No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi salah satu kriteria pemeriksaan fisik.
5 Diagnosis Tumor jinak kulit
Kerja
6 Diagnosis Tumor ganas kulit
Banding
7 Pemeriksaan Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT)
Penunjang
8 Tata Terapi Operatif: Eksisi tumor
Laksana 8. Terapi Konservatif: Bila ada kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 2 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
4. Kesesuaian dengan hasil pemeriksaan Patologi Anatomi
(PA)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH
TUMOR NON NEOPLASMA KULIT (B 07, B
08, L 57, L 72, L 82, L 85, L 92)
1 Pengertian Lesi pada kulit berbentuk plak, papil, nodus, atau tumor yang berbatas
(Definisi) tegas tanpa ada tanda infiltrasi atau tanda metastasis
2 Anamnesis 1. Benjolan di kulit atau bawah kulit
2. Dengan atau tanpa rasa nyeri
3 Pemeriksaan 1. Keratosis seboroikum: lesi berupa plak, nodul atau tumor berwarna
Fisik coklat atau kehitaman, sering multipel, lokasi terutama pada kulit
muka, leher dan tubuh
2. Keratosis solaris: bentuknya mirip keratosis seboroikum, umumnya
pada orang tua, lokasi terutama pada muka, leher dan bagian kulit yang
terbuka
3. Keratoakantoma: Tumor papiler dengan nekrosis sentral
4. Kista epidermoid: tumor kistous subkutan berisi sebum berdinding
epitel, lokasi umumnya di tangan atau kaki
5. Kista sebaseus (atheroma): tumor kistous di kulit dan sub kutan berisi
sebum, terdapat punctae berwarna hitam, mobile dari jaringan subkutan
di bawahnya
6. Keloid: berupa jaringan parut yang tumbuh melewati batas tepi luka,
aktif, dan menunjukkan tanda tanda keradangan seperti kemerahan,
gatal dan nyeri ringan
7. Granuloma: berupa nodus lunak di kulit, mudah berdarah, dapat
berupa reaksi benda asing di bawahnya
8. Veruka vulgaris (caplak): berupa tumor papiler kecil di kulit dengan
permukaan kasar, berwarna seperti kulit normal di sekitarnya
9. Molluskum kontagiosum (clavus): berupa nodus kecil di kulit,
berwarna keputihan, bila ditekan keluar inti yang keras
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria diagnostik No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi salah satu kriteria pemeriksaan fisik.
5 Diagnosis Tumor jinak kulit dan subkutan
Kerja
6 Diagnosis Tumor ganas kulit
Banding
7 Pemeriksaan Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT)
Penunjang
8 Tata Terapi Operatif:
Laksana 1. Eksisi tumor
2. Ekstirpasi tumor
3. Kuretase
4. Elektrokauterisasi
5. Desikasi
6. Dermabsrasi
Terapi Konservatif:
1. Olesi cairan nitras argenti, tinctura podofili, triklor asetat
2. Salep 5 FU, salep keratolitik
Lama perawatan : 2 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 4. Ad Vitam : dubia ad bonam
5. Ad Sanationam : dubia ad bonam
6. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Umum
3. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi
4. Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 2 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
4. Kesesuaian dengan hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

TUMOR JINAK JARINGAN LUNAK (D 21)


1 Pengertian Benjolan pada jaringan lunak sub kutan, berbatas tegas, tanpa disertai
(Definisi) tanda infiltrasi atau tanda metastase
2 Anamnesis 1. Benjolan di bawah kulit
2. Dengan atau tanpa rasa nyeri
3 Pemeriksaan 1. Lipoma: tumor lunak berbatas tegas pada subkutis, tunggal atau
Fisik multipel, berlobi dan mobile, kadang dengan tarikan kulit diatasnya.
2. Neurofibroma: tumor lunak berbatas tegas pada kutis dan subkutis,
multipel, kulit diatasnya berwarna normal seperti kulit sekitar
3. Limfangioma: tumor lunak berbatas tak tegas dengan kulit diatas
tumor berwarna normal seperti kulit sekitar, dapat dikempeskan dengan
penekanan
4. Hemangioma: tumor kebiruan yang dapat dikempeskan dengan
penekanan.
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi salah satu kriteria pemeriksaan fisik
5 Diagnosis Tumor jinak jaringan lunak
Kerja
6 Diagnosis Tumor ganas jaringan lunak
Banding
7 Pemeriksaan 1. Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
2. USG Color Doppler: limfangioma, haemangioma
8 Tata Terapi Operatif: Ekstirpasi/ eksisi tumor
Laksana Terapi Konservatif: Bila ada kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 2 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Umum
3. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 2 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi
4. Kesesuaian dengan hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
3. Buku Bedah Minor, Sumiardi, Hipokrates, 1987
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

PERADANGAN KUKU (L 03.039 / L 60.0)


1 Pengertian Peradangan pada kuku dan dasar kuku
(Definisi)
2 Anamnesis 1. Kuku bengkak dan nyeri
2. Kuku rusak
3 Pemeriksaan 1. Paronikia: keradangan pada kuku dan dasar kuku, edema dan hiperemi
Fisik dengan gambaran transudat, bersifat akut karena infeksi bakterial dan
kronik karena infeksi jamur disertai dengan kerusakan kuku
2. Ingrowing nail: kuku tumbuh menembus tepi kuku diserta infeksi
sekunder dan jaringan granulasi
4 Kriteria 1. Memenuhi salah satu kriteria anamnesis
Diagnosis 2. Memenuhi salah satu kriteria pemeriksaan fisik
5 Diagnosis Peradangan kuku
Kerja
6 Diagnosis Trauma kuku
Banding
7 Pemeriksaan Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT)
Penunjang
8 Tata Terapi Operatif:
Laksana 1. Ekstraksi kuku
2. Insisi drainase
3. Roser plasty
Terapi Konservatif: Pedicure
Lama perawatan : 2 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Umum
3. Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH
PERADANGAN KULIT DAN ADNEKSA
(L 08.9)
1 Pengertian Peradangan kulit dan organ tambahannya karena infeksi bakterial atau
(Definisi) jamur yang menyebabkan pernanahan
2 Anamnesis 1. Pembengkakan dan pernanahan pada kulit
2. Nyeri, dengan atau tanpa demam
3 Pemeriksaan 1. Selulitis: edema dan hiperemi disertai pernanahan luas jaringan kutis
Fisik dan subkutis
2. Furunkel: radang akut folikel rambut yang kemudian berkembang
menjadi abses
3. Karbunkel: kumpulan furunkel
4. Hidradenitis supurativa: infeksi kelenjar apokrin di aksila yang
menyebabkan abses, akut atau kronik disertai dengan pembentukan
sinus dan jaringan parut
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis o. 1
Diagnosis 2. Memenuhi salah satu kriteria pemeriksaan fisik
5 Diagnosis Peradangan kutis dan subkutis
Kerja
6 Diagnosis
Banding
7 Pemeriksaan Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
8 Tata Terapi Operatif: Insisi drainase
Laksana Terapi Konservatif: Bila ada kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 2 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Umum
3. Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

BASALIOMA (C 44.91)
1 Pengertian Karsinoma sel basal
(Definisi)
2 Anamnesis 1. Borok di wajah yang meluas dan tak sembuh sembuh
2. Tanpa rasa nyeri
3 Pemeriksaan 1. Tukak sklerotik dengan tepi menggaung seperti gigitan tikus
Fisik 2. Destruksi lokal tanpa tanda metastase
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1
5 Diagnosis Basalioma
Kerja
6 Diagnosis 1. Tukak kronis
Banding 2. Keratosis seboroik
7 Pemeriksaan 1. Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
2. Sitologi: FNA
8 Tata Terapi Operatif: Eksisi dan pemeriksaan potong beku, kalau perlu flap atau
Laksana skin graft untuk menutup defek
Terapi Konservatif: Radioterapi
Lama perawatan : 3 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi
3. Dokter Spesialis Bedah Plastik
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
4. Kesesuaian dengan hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA)
15 Kepustakaan Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

TUMOR JINAK PAYUDARA (D 24)


1 Pengertian Tumor jinak payudara
(Definisi)
2 Anamnesis 1. Benjolan di payudara
2. Membesar lambat
3. Tanpa rasa sakit
3 Pemeriksaan 1. Fibroadenoma mamma (FAM)
Fisik Tumor payudara wanita muda, usia < 30 tahun, batas tegas,
bentuk bulat atau oval, permukaan halus, konsistensi padat
elastis, sangat mobile dalam korpus mamma
Tumor dapat tunggal atau multipel
Nodus aksila tidak teraba dan tidak ada tanda-tanda metastase
jauh
2. Tumor filoides mamma
Tumor besar pada payudara, > 5 cm dan dapat lebih dari 30 cm
(diameter tumor umumnya besar), permukaan berbenjol benjol,
ada bagian yang padat dan ada bagian yang kistous, sangat mobil
dari dinding dada
Kulit diatas tumor mengkilat dan kadang disertai ulkus Venektasi
kulit diatas tumor
Nodus aksila tidak teraba dan tidak ada tanda-tanda metastase
jauh
3. Papiloma intraduktal
Perdarahan atau keluar cairan abnormal dari puting susu
Tumor kecil di subareoler
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi salah satu kriteria pemeriksaan fisik
5 Diagnosis Tumor jinak payudara
Kerja
6 Diagnosis 1. Tumor ganas payudara
Banding 2. Penyakit kista payudara (FCD)
3. Fibrosing adenoma
7 Pemeriksaan 1. Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT),
Penunjang Tes Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
2. USG payudara atau mammografi
3. Sitologi: FNA
4. Patologi: biopsi eksisi, biopsi insisi (potong beku / vries coup /
frozen section)
8 Tata - Terapi Operatif:
Laksana 1. Fibroadenoma mamma: eksisi tumor mamma
2. Tumor filoides: mastektomi simpel, dengan atau tanpa
rekonstruksi langsung
3. Papiloma intraduktal: duktektomi
- Terapi Konservatif: Bila ada kontra indikasi mutlak
- Lama perawatan : 3 hari
9 Edukasi 9. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
10. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
11. Penjelasan alternatif tindakan
12. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 10. 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
11. Ad Sanationam : dubia ad bonam
12. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendasi
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
3. Tidak terjadi infeksi luka operasi (ILO)
4. Kesesuaian dengan hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH
TUMOR NON NEOPLASMA PAYUDARA
(D23)
1 Pengertian Tumor non neoplasma payudara
(Definisi)
2 Anamnesis 1. Benjolan di payudara
2. Nyeri, terutama menjelang dan selama haid
3 Pemeriksaan 1. Penyakit kista mamma (FCD)
Fisik Massa tumor dengan konsistensi yang berbeda (padat dan
kistous), dengan korpus mamma mobile dari dinding dada
Tumor dapat tunggal atau multipel dengan batas tak jelas, bisa
mengenai kedua payudara
Nodus aksila tidak teraba dan tidak ada tanda-tanda metastase
jauh
2. Galaktokel
Tumor kistik yang disebabkan oleh retensi ASI
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi salah satu kriteria pemeriksaan fisik
5 Diagnosis Tumor non neoplasia payudara
Kerja
6 Diagnosis 1. Tumor ganas payudara
Banding 2. Tumor jinak payudara
3. Fibrosing adenoma
7 Pemeriksaan 1. Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT),
Penunjang Tes Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
2. USG payudara atau mammografi
3. Sitologi: FNA atau parafin blok
8 Tata Terapi Operatif:
Laksana 1. FCD: mamma: eksisi FCD bila residif
2. Galaktokel: incisi drainase galaktokel
Terapi Konservatif:
1. Analgetik
2. Aspirasi FCD
3. Perawatan payudara
Lama perawatan : 2 hari
9 Edukasi 9. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
10. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
11. Penjelasan alternatif tindakan
12. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 7. 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
8. Ad Sanationam : dubia ad bonam
9. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 2 hari
3. Tidak terjadi infeksi luka operasi (ILO)
4. Kesesuaian dengan hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

GINEKOMASTIA UNILATERAL (N 62)


1 Pengertian Hiperplasia kelenjar payudara laki laki
(Definisi)
2 Anamnesis 1. Asimetri payudara
2. Dengan atau tanpa nyeri
3 Pemeriksaan 1. Pembesaran cakram payudara satu sisi
Fisik 2. Mobile dan berbatas tegas
3. Pubertas atau usia > 65 tahun
4. Tidak didapatkan tanda infiltasi maupun tanda metastase
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1
5 Diagnosis Ginekomastia unilateral
Kerja
6 Diagnosis Kanker payudara pria
Banding
7 Pemeriksaan 1. Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT),
Penunjang Tes Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
2. USG payudara atau mammografi
3. Sitologi: FNA bila ada kecurigaan keganasan
4. Patologi: parafin blok
8 Tata - Terapi Operatif: Mastektomi subkutan
Laksana - Terapi Konservatif: Bila ada kontra indikasi mutlak
- Lama perawatan : 2 hari
9 Edukasi 9. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
10. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
11. Penjelasan alternatif tindakan
12. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 7. Ad Vitam : dubia ad bonam
8. Ad Sanationam : dubia ad bonam
9. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 2 hari
3. Tidak terjadi infeksi luka operasi (ILO)
4. Kesesuaian dengan hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

MAMMA ABBERANTS (Q 83.8)


1 Pengertian Jaringan payudara atau papila mamma tanpa jaringan payudara
(Definisi) yang lebih dari dua, terletak pada garis susu mulai dari aksila
sampai ke regio inguinal, umumnya di aksila
2 Anamnesis 1. Benjolan di ketiak
2. Nyeri terutama sebelum dan selama haid atau menyusui
3 Pemeriksaan 1. Massa lunak pada ketiak atau disepanjang garis susu dengan
Fisik batas tak tegas yang melekat pada kulit diatasnya dan dapat
digerakkan dari dasar
2. Kulit diatas benjolan berwarna sama dengan kulit sekitarnya
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1
5 Diagnosis Mamma abberant
Kerja
6 Diagnosis 1. Tumor jinak jaringan lunak
Banding 2. Limfadenitis aksila
7 Pemeriksaan 1. Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT),
Penunjang Tes Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
2. USG soft tissue
3. Patologi: parafim block
8 Tata - Terapi Operatif: Eksisi subkutan
Laksana - Terapi Konservatif: Bila tidak mengganggu
- Lama perawatan : 2 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 2 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
4. Kesesuaian dengan hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA)
15 Kepustakaan Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

PERADANGAN PAYUDARA (N 61)


1 Pengertian Infeksi payudara oleh bakteri melalui puting susu yang luka atau
(Definisi) lubang puting susu dan kemudian berkembang menjadi abses
2 Anamnesis 1. Pembengkakan dan nyeri pada payudara
2. Dengan atau tanpa demam
3 Pemeriksaan 1. Mastitis: massa padat batas tak tegas, dalam korpus mamma bisa
Fisik digerakkan dari dinding dada
2. Abses: massa kistus dalam korpus mamma, warna kulit diatasnya
hiperemi dan edema. Pada aspirasi didapatkan eksudat.
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi salah satu kriteria pemeriksaan fisik
5 Diagnosis Peradangan Payudara
Kerja
6 Diagnosis 1. Tumor jinak payudara
Banding 2. Kanker payudara
3. Tumor non neoplasia mamma
7 Pemeriksaan 1. Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT),
Penunjang Tes Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
2. USG mamma
8 Tata Terapi Operatif: Abses mammae: Insisi drainase
Laksana Terapi Konservatif: Mastitis: Antibiotik dan analgetik
Lama perawatan : 2 hari

9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan


penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 2 hari
15 Kepustakaan Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

KANKER PAYUDARA (C 50)


1 Pengertian Keganasan pada kelenjar payudara
(Definisi)
2 Anamnesis 1. Benjolan di payudara
2. Borok pada payudara atau puting susu
3. Perdarahan atau keluar cairan abnormal dari puting susu
4. Pada awalnya tidak terasa nyeri
3 Pemeriksaan 1. Massa tumor padat keras,
Fisik 2. Batas dan bentuk tumor tak teratur
3. Tumbuh progesif
4. Tanda-tanda infiltasi: melekat pada kulit atau dinding dada,
eritema diatas tumor, ulserasi, retraksi papila, dimple, peau
d’orange, satelite nodule
5. Tanda metastase: regional (pembesaran KGB aksila, infra atau
supraklavikula), atau ada tumor di organ jauh (payudara
kontralateral, hepar, paru, tulang dan otak)
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria salah satu pemeriksaan fisik
5 Diagnosis Kanker Payudara
Kerja
6 Diagnosis 1. Tumor jinak payudara
Banding 2. Displasia mamma
3. Sarkoma jaringan lunak
4. Tumor filoides
5. Mastitis kronika
6. Limfoma maligna ekstra nodal
7 Pemeriksaan 1. Diagnosis : Triple diagnostik (Klinis, Mammografi/USG
Penunjang mamma, BAJAH/potong beku)
2. Staging: klinis dan imaging
3. Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT),
Tes Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
8 Tata Terapi Operatif
Laksana 1. Standar: Mastektomi Radikal Modifikasi (Patey/Madden)
2. Alternatif: (a) Mastektomi Radikal Standard (Halsted) atau (b)
Breast Conserving Treatment/Surgery)
3. MRM pada LABC (respon komplit neoadjuvant chemotherapy
atau radiotherapy preoperative)
Terapi Konservatif
1. Kemoterapi: primer atau neoadjuvant, atau adjuvant
2. Radioterapi: primer atau pre atau pasca operasi
3. Hormonterapi pada kasus reseptor hormonal positif
Lama perawatan : 4 hari

9 Edukasi 5. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan


penunjang
6. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
7. Penjelasan alternatif tindakan
8. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis Tergantung stadium, jenis histopatologi, faktor prognosis, dan
modalitas terapi yang didapat
1. Stadium dini : ad bonam
2. Stadium lanjut : ad dubious
3. Stadium sangat lanjut : ad malam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 4 hari
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

STRUMA NON TOKSIKA (E 04)


1 Pengertian Benjolan pada leher bagian depan (trigonum colli anterior) yang
(Definisi) ikut bergerak ke atas pada saat penderita menelan
2 Anamnesis 1. Benjolan di leher depan
2. Membesar lambat
3. Dengan atau tanpa keluhan menelan
3 Pemeriksaan 1. Benjolan tunggal atau jamak pada leher bagian depan yang ikut
Fisik gerak menelan
2. Tidak didapatkan tanda-tanda hipertiroid
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi seluruh kriteria pemeriksaan fisik
5 Diagnosis Struma Nodosa Non Toksika
Kerja
6 Diagnosis 1. Struma Jinak
Banding 2. Kanker Tiroid
3. Struma Toksika
4. Tiroiditis
7 Pemeriksaan 1. USG Tiroid
Penunjang 2. Laboratorium: T3, T4, TSH, Laboratorium: Darah Lengkap, Tes
Faal Hemostasis (CT/BT), Tes Fungsi Ginjal (Ureum dan
kreatinin)
3. X Ray: (atas indikasi) foto leher, foto toraks, tiroid scan
4. PA: BAJAH atau Spesimen operasi
8 Tata Terapi Operatif:
Laksana 1. Uninodosa : lobektomi total atau subtotal
2. Multinodosa : tergantung jumlah lobus yang terkena
Terapi Konservatif: Bila ada kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 3 hari
9 Edukasi 5. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
6. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
7. Penjelasan alternatif tindakan
8. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 4. Ad Vitam : dubia ad bonam
5. Ad Sanationam : dubia ad bonam
6. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

GANGREN DIABETIK (E 10 - 14)


1 Pengertian Kematian jaringan akibat makro dan mikroangiopati diabetik dan
(Definisi) disertai atau tanpa disertai faktor trauma atau infeksi
2 Anamnesis 1. Luka memborok di ekstremitas yang tidak sembuh sembuh
2. Riwayat DM
3 Pemeriksaan 1. Kelainan kaki diabetik dibagi dalam derajad menurut Wagner
Fisik (derajad I s/d IV)
2. Tanda neuropati (tidak nyeri)
3. Tanda angiopati (insufisiensi vaskuler)
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No 1 dan 2
Diagnosis 2. Menenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1
5 Diagnosis Ganggren Diabetik
Kerja
6 Diagnosis 1.Ganggren karena PAPO (Penyakit Arteri Perifer Oklusif)
Banding 2.Ganggren karena PASO (Penyakit Arterio-sklerotik Obliterans)
3.Ulkus tropikum karena varises tungkai
7 Pemeriksaan 1.Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT),
Penunjang Tes Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin), GD I/II
2. X foto polos ekstremitas
3. USG doppler (atas indikasi)
8 Tata Terapi Operatif:
Laksana 1. Insisi drainase abses
2. Debridement
3. Mutilasi atau amputasi atau disartikulasi
9. Terapi Konservatif:
1. Pemgendalian penyakit DM
2. Antiniotika sesuai kultur
3. Perawatan lokal ulkus, selulitis, abses, osteomyelitis
Lama perawatan : 4 – 7 hari
9 Edukasi 5. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
6. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
7. Penjelasan alternatif tindakan
8. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 4. Ad Vitam : dubia ad bonam
5. Ad Sanationam : dubia ad bonam
6. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Vaskuler
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 4 hari
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

FRAKTUR FEMUR (S 72)


1 Pengertian Suatu gangguan integritas os femur yang ditandai dengan
(Definisi) rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dikarenakan tekanan.
Klasifikasi fraktur:
A. Secara klinis dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Open fracture, merupakan fraktur dengan luka pada


kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol
sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke
patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi:

a. Grade I: luka bersih dengan panjang kurang dari 1cm.


b. Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak
yang ekstensif.
c. Grade III: sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan
jaringan lunak ekstensif.
 Tipe 3a
Jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah
walaupun terdapat laserasi yang hebat ataupun adanya
flap. fraktur bersifat segmental atau komunitif yang
hebat
 Tipe 3b
Fraktur di sertai dengan trauma yang hebat dengan
kerusakan dan kehilangan jaringan, terdapat
pendorongan periost, tulang terbuka, kontaminasi yang
hebatserta fraktur komunitif yang hebat.
 Tipe 3c
Fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan
arteri yang memerlukan perbaikan tanpa
memperhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak.

2. Closed fracture, tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas


kulit masih utuh.

B. Secara radiologis fraktur femur dibagi menjadi:


1. Fraktur transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang
2. Fraktur oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah
tulang.
3. Fraktur kominutif, fraktur dengan tulang pecah menjadi
beberapa fragmen.
4. Fraktur avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau
tendo pada perlekatannya.
5. Fraktur greenstick, dimana salah satu sisi tulang patah sedang
sisi lainnya membengkok.
6. Fraktur epifisis dengan separasi

C. Menurut anatomisnya dibagi menjadi


 1/3 Proksimal
 1/3 Medial
 1/3 Distal
Primary Survey
2 Anamnesis 1. Kejadian trauma (Low-High energy accident)
2. Nyeri akut
3. Keterbatasan pergerakan
3 Pemeriksaan Fisik General
- Trauma pada kepala-leher
- Trauma pada thorax
- Trauma pada abdomen

Lokalis
- Look: adanya luka bersih/kotor, menembus tulang
- Feel : pulsasi nadi distal, sensasi sensorik
- Movement : Motorik distal fraktur
4 Kriteria Diagnosis 1. Kejadian trauma
2. Nyeri Akut
3. Deformitas
4. Ro Femur
5 Diagnosis Kerja Fraktur os Femur
6 Diagnosis 1. Hematoma Quadriceps
Banding 2. Soft Tissue Bruise
3. Fraktur Hip
7 Pemeriksaan 1. Darah Rutin, cross golongan darah
Penunjang 2. Ro Thorak PA (tidak mutlak untuk usia muda)
3. Ro Femur
4. Ro Pelvis (untuk high energy trauma)
5. EKG
Secondary Survey Primary survey diulang
8 Tata Laksana 1. Pre Operatif
 IVFD Assering
 Pasang Catheter
 Inj Ceftriaxon 1gr/12jam (untuk opened fracture)
 Inj Ketorolac 1 amp/8jam
 Inj ranitidine 1 amp/8jam
 Inj ATS/Immunoglobulin (untuk opened fracture)
2. ORIF (untuk closed fracture) /OREF (untuk opened fracture)
3. Transfusi darah sesuai indikasi
4. Konservatif
9 Edukasi 1. Edukasi Initial Managemen
2. Edukasi Pre Operatif
3. Edukasi Post Operati
10 Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11 Tingkat Evidens I/II/III/IV
12 Tingkat A
Rekomendasi
13 Penelaah Kritis KSM Bedah
14 Indikator  Secara klinis: hilangnya tanda-tanda inflamasi dan
kembalinya fungsi tulang dan otot (secara bertahap) di
daerah yang mengalami fracture
 Secara radiologis: terbentuknya kalus
15 Kepustakaan 1. Gozna E, 2000. Extremity Fracture Case Guidelines
2. Mansson E, dkk. 2006. Femoral Shaft Fractures and
Pre Hospital uses of Traction Splints.
3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah
Ortopedi,cetakan ke-V. Jakarta: Yarsif Watampone,
2008. 332-334.
4. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
2. Jakarta: EGC, 2005. 840-841.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH

FRAKTUR RADIUS DISTAL (S 52)


1 Pengertian Terputusnya kontinuitas jaringan tulang pada bagian distal Os.
(Definisi) Radius
Primary Survey
2 Anamnesis Deformitas, nyeri, keterbatasan gerak karena nyeri, dan
pembengkakan pada pergelangan tangan, faktor risiko (usia
lanjut, jenis kelamin wanita, ras, riwayat keluarga, menopause
dini)
3 Pemeriksaan Fisik General
- Trauma pada kepala-leher
- Trauma pada thorax
- Trauma pada abdomen
- Pemeriksaan fisik umum

Lokalis
 Look: adanya luka bersih/kotor, menembus tulang
 Feel : pulsasi nadi distal, sensasi sensorik, fungsi
nervus medianus, pemeriksaan siku dan bahu
ipsilateral untuk memeriksa adanya cedera terkait
 Movement : Motorik distal fraktur
4 Kriteria Diagnosis Klasifikasi Frykman
 Tipe I : Fraktur ekstra artikular
 Tipe II : Fraktur ekstra-artikular dengan fraktur
styloid ulna
 Tipe III : Keterlibatan artikulasi radiocarpal
 Tipe IV : Keterlibatan artikulasi radiocarpal dengan
fraktur styloid ulna
 Tipe V : Keterlibatan radioulna
 Tipe VI : Keterlibatan radioulna dengan fraktur
styloid ulna
 Tipe VII : Keterlibatan radioulna dan radiocarpal
 Tipe VIII : Keterlibatan radioulna dan radiocarpal
dengan fraktur styloid ulna
Klasifikasi Melone
 Tipe I : stabil, tanpa kominusi
 Tipe II : Unstable die-puch, dorsal atau volar
 Tipe IIA : Reducible
 Tipe IIB : Unreducible
 Tipe III : Fraktur spike; kontusi struktur volar
 Tipe IV : Fraktur split; fraktur medial kompleks
dengan fragmen dorsal dan palmar terpisah displaced
 Tipe V : Fraktur eksplosi; kominusi hebat dengan
cedera jaringan lunak luas
5 Diagnosis Kerja Fraktur Radius Distal
6 Diagnosis Dislokasi Wrist
Banding
7 Pemeriksaan 1. Darah Rutin, cross golongan darah
Penunjang
2. Ro Wrist AP dan lateral dan proyeksi oblik bila diperlukan
3. CT Scan
Secondary Survey Primary survey diulang
8 Tata Laksana - Non Operatif :
Reduksi tertutup, imobilisasi dengan bidai untuk fraktur non
displaced, displaced minimal, displaced dengan pola fraktur
stabil, pasien usia lanjut low-demand, dimana risiko operasi
lebih besar dari manfaatnya

- Operatif :
Percutaneous Pinning, Fiksasi eksternal, Fiksasi eksternal
hybrid, kombinasi ORIF-dengan fiksasi eksternal,Reduksi
dan fiksasi eksternal dengan artroskopi, ORIF

9 Edukasi 1. Gangguan atau penyakit yang diderita beserta prognosis


2. Tatalaksana yang akan dilakukan
3. Pencegahan komplikasi
10 Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11 Tingkat Evidens Diagnosis : I
Terapi : I
12 Tingkat -
Rekomendasi
13 Penelaah Kritis 1. Dokter Bedah Orthopedi dan Traumatologi
2. Dokter Bedah Umum
14 Indikator Mengurangi nyeri, mengembalikan fungsi
15 Kepustakaan 1. Canale T, Beaty J, Campbell’s operative orthopaedic, 11th ed.
MOSBY ELSEVIER 1600 John F. Kennedy Boulevard 2007
2. Salomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s System
of Orthopaedics and Fractures. 9th ed. Hodder Arnold,
an imprint of Hodder Education, an Hachette UK
Company. UK. 2010.
3. Bucholz RW, Court-Brown CM, Heckman JD, Tornetta
III P. Rockwood and Green’s Fracture in Adults.
Lipincott Williams & Wilkins seventh edition
4. Hoppenfield, Stanley. Surgical Exposure in
Orthophaedic. The Anatomic Approach, 3rd Ed.

Anda mungkin juga menyukai