Terapi Konservatif
1. Reponibilis dan ireponibilis: bila ada kontra indikasi mutlak
2. Inkarserata: hanya bila ada kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 3 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH
HEMOROID (I 84)
1 Pengertian Pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis
(Definisi)
2 Anamnesis 1. Keluar darah segar saat BAB
2. Keluar benjolan di dubur, bisa masuk sendiri, masuk bila didorong,
nyeri
3. Terasa gatal pada dubur
3 Pemeriksaan 1. Tonjolan hamoroid, interna atau eksterna, dengan atau tanpa pasien
Fisik mengejan
2. Dengan trombus atau tanpa trombus
3. Colok dubur: tak teraba massa patologis
4. Anuskopi: struktur vaskuler hemoroid yang menonjol ke dalam lumen
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1 dan 2
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria hguuhdshogi fisik No. 1 dan 2
5 Diagnosis 1. Hemoroid eksterna
Kerja 2. Hamoroid interna
6 Diagnosis 1. Karsinoma kolorektal
Banding 2. Polip anorektal
3. Prolaps rekti
4. Kolitis ulserosa
5. Kondiloma
7 Pemeriksaan Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
8 Tata Terapi Operatif: Hemoroidektomi / Stappled haemorrhoidectomy (grade
Laksana III dan IV)
1. Terapi Konservatif: Pada haemmorhoid Grade I dan II atau bila ada
kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 3 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH
HIDROKEL (N 43)
1 Pengertian Penumpakan cairan di dalam kantung tunika vaginalis (antara lapisan
(Definisi) parietalis dengan viseralis tunica vaginalis)
2 Anamnesis 1. Kantung zakar kanan dan kiri tak simetris
2. Bisa membesar saat aktifitas, atau menghilang pada posisi berbaring
3 Pemeriksaan 1. Teraba massa kistik pada skrotum
Fisik 2. Pemeriksaan transiluminasi: diafan (transparan)
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No.1 dan 2
5 Diagnosis 1. Hidrokel komunikans
Kerja 2. Hidrokel funikuli
3. Hidrokel testis
6 Diagnosis 1. Hernia inguinalis lateralis
Banding 2. Hernia skrotalis
3. Spermatokel
4. Orchitis
5. Varikokel
6. Seminoma testis
7 Pemeriksaan 1. Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
2. USG skrotum
8 Tata Terapi Operatif: Ekstirpasi hidrokel (in toto, marsupialisasi atau plikasi)
Laksana 3. Terapi Konservatif: Bila ada kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 3 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 4. Ad Vitam : dubia ad bonam
5. Ad Sanationam : dubia ad bonam
6. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Urologi
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH
FIMOSIS, PARAFIMOSIS,
BALANOPOSTIITIS (N 47.1, 47.2, 47.6)
1 Pengertian Fimosis: preputium yang tak dapat ditarik ke proksimal sampai ke
(Definisi) korona glandis
Parafimosis: preputium terperangkap di tepi glans penis di sulkus
koronarius sehingga tidak dapat dikembalikan pada posisi semula
Balanopostitis: keradangan pada preputium
2 Anamnesis 1. Kesulitan saat miksi
2. Preputium menggembung saat miksi
3. Preputium bengkak dan nyeri
3 Pemeriksaan 1. Preputium tidak bisa ditarik sampai ke sulkus koronarius
Fisik 2. Edema dan hiperemi preputium
3. Bendungan di glans dan preputium
4 Kriteria 1. Memenuhi salah satu kriteria anamnesis
Diagnosis 2. Memenuhi salah satu kriteria pemeriksaan fisik
5 Diagnosis Fimosis
Kerja
6 Diagnosis 1. Parafimosis
Banding 2. Balanopostitis
7 Pemeriksaan Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
8 Tata Terapi Operatif: Sirkumsisi
Laksana 4. Terapi Konservatif: Bila ada kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 2 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Umum
3. Dokter Spesialis Urologi
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 5 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH
TUMOR NON NEOPLASMA RONGGA
MULUT (K 11.6)
1 Pengertian Lesi bebentuk kistik di bawah mukosa rongga mulut akibat tertutupnya
(Definisi) muara kelenjar liur
2 Anamnesis 1. Benjolan di rongga mulut (bibir, pipi dan dasar lidah)
2. Tanpa rasa nyeri
3 Pemeriksaan 1. Ranula: tumor kistous di bawah lidah
Fisik 2. Mukokel: tumor kistous di bawah mukosa pipi dan bibir
3. Epulis: tumor kistous di bawah mukosa langit langit
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1
5 Diagnosis Tumor non neoplasma rongga mulut
Kerja
6 Diagnosis Tumor ganas rongga mulut
Banding
7 Pemeriksaan Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
8 Tata Terapi Operatif: Ekstirpasi
Laksana 5. Terapi Konservatif: Bila ada kontra indikasi mutlak
Lama perawatan : 2 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 2 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
15 Kepustakaan 1. Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
2. Buku Pedoman Pelayanan Medik PABI, 2006
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH
BASALIOMA (C 44.91)
1 Pengertian Karsinoma sel basal
(Definisi)
2 Anamnesis 1. Borok di wajah yang meluas dan tak sembuh sembuh
2. Tanpa rasa nyeri
3 Pemeriksaan 1. Tukak sklerotik dengan tepi menggaung seperti gigitan tikus
Fisik 2. Destruksi lokal tanpa tanda metastase
4 Kriteria 1. Memenuhi kriteria anamnesis No. 1
Diagnosis 2. Memenuhi kriteria pemeriksaan fisik No. 1
5 Diagnosis Basalioma
Kerja
6 Diagnosis 1. Tukak kronis
Banding 2. Keratosis seboroik
7 Pemeriksaan 1. Laboratorium: Darah Lengkap, Tes Faal Hemostasis (CT/BT), Tes
Penunjang Fungsi Ginjal (Ureum dan kreatinin)
2. Sitologi: FNA
8 Tata Terapi Operatif: Eksisi dan pemeriksaan potong beku, kalau perlu flap atau
Laksana skin graft untuk menutup defek
Terapi Konservatif: Radioterapi
Lama perawatan : 3 hari
9 Edukasi 1. Penjelasan diagnosis, diagnosis banding dan pemeriksaan
penunjang
2. Penjelaran rencana, lama, resiko dan komplikasi tindakan
3. Penjelasan alternatif tindakan
4. Penjelasan prakiraan lama rawat
10 Prognosis 1. Ad Vitam : dubia ad bonam
2. Ad Sanationam : dubia ad bonam
3. Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11 Tingkat -
Evidens
12 Tingkat -
Rekomendas
i
13 Penelaah 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
Kritis 2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi
3. Dokter Spesialis Bedah Plastik
14 Indikator 1. Keluhan berkurang
2. Lama hari rawat: 3 hari
3. Tidak terjadi Infeksi Luka Operasi (ILO)
4. Kesesuaian dengan hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA)
15 Kepustakaan Buku Ajar Ilmu Bedah, Sjamjuhidajat, EGC, 1997
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH
Lokalis
- Look: adanya luka bersih/kotor, menembus tulang
- Feel : pulsasi nadi distal, sensasi sensorik
- Movement : Motorik distal fraktur
4 Kriteria Diagnosis 1. Kejadian trauma
2. Nyeri Akut
3. Deformitas
4. Ro Femur
5 Diagnosis Kerja Fraktur os Femur
6 Diagnosis 1. Hematoma Quadriceps
Banding 2. Soft Tissue Bruise
3. Fraktur Hip
7 Pemeriksaan 1. Darah Rutin, cross golongan darah
Penunjang 2. Ro Thorak PA (tidak mutlak untuk usia muda)
3. Ro Femur
4. Ro Pelvis (untuk high energy trauma)
5. EKG
Secondary Survey Primary survey diulang
8 Tata Laksana 1. Pre Operatif
IVFD Assering
Pasang Catheter
Inj Ceftriaxon 1gr/12jam (untuk opened fracture)
Inj Ketorolac 1 amp/8jam
Inj ranitidine 1 amp/8jam
Inj ATS/Immunoglobulin (untuk opened fracture)
2. ORIF (untuk closed fracture) /OREF (untuk opened fracture)
3. Transfusi darah sesuai indikasi
4. Konservatif
9 Edukasi 1. Edukasi Initial Managemen
2. Edukasi Pre Operatif
3. Edukasi Post Operati
10 Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11 Tingkat Evidens I/II/III/IV
12 Tingkat A
Rekomendasi
13 Penelaah Kritis KSM Bedah
14 Indikator Secara klinis: hilangnya tanda-tanda inflamasi dan
kembalinya fungsi tulang dan otot (secara bertahap) di
daerah yang mengalami fracture
Secara radiologis: terbentuknya kalus
15 Kepustakaan 1. Gozna E, 2000. Extremity Fracture Case Guidelines
2. Mansson E, dkk. 2006. Femoral Shaft Fractures and
Pre Hospital uses of Traction Splints.
3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah
Ortopedi,cetakan ke-V. Jakarta: Yarsif Watampone,
2008. 332-334.
4. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
2. Jakarta: EGC, 2005. 840-841.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
RSI AISYIYAH MALANG
KELOMPOK STAF MEDIS BEDAH
Lokalis
Look: adanya luka bersih/kotor, menembus tulang
Feel : pulsasi nadi distal, sensasi sensorik, fungsi
nervus medianus, pemeriksaan siku dan bahu
ipsilateral untuk memeriksa adanya cedera terkait
Movement : Motorik distal fraktur
4 Kriteria Diagnosis Klasifikasi Frykman
Tipe I : Fraktur ekstra artikular
Tipe II : Fraktur ekstra-artikular dengan fraktur
styloid ulna
Tipe III : Keterlibatan artikulasi radiocarpal
Tipe IV : Keterlibatan artikulasi radiocarpal dengan
fraktur styloid ulna
Tipe V : Keterlibatan radioulna
Tipe VI : Keterlibatan radioulna dengan fraktur
styloid ulna
Tipe VII : Keterlibatan radioulna dan radiocarpal
Tipe VIII : Keterlibatan radioulna dan radiocarpal
dengan fraktur styloid ulna
Klasifikasi Melone
Tipe I : stabil, tanpa kominusi
Tipe II : Unstable die-puch, dorsal atau volar
Tipe IIA : Reducible
Tipe IIB : Unreducible
Tipe III : Fraktur spike; kontusi struktur volar
Tipe IV : Fraktur split; fraktur medial kompleks
dengan fragmen dorsal dan palmar terpisah displaced
Tipe V : Fraktur eksplosi; kominusi hebat dengan
cedera jaringan lunak luas
5 Diagnosis Kerja Fraktur Radius Distal
6 Diagnosis Dislokasi Wrist
Banding
7 Pemeriksaan 1. Darah Rutin, cross golongan darah
Penunjang
2. Ro Wrist AP dan lateral dan proyeksi oblik bila diperlukan
3. CT Scan
Secondary Survey Primary survey diulang
8 Tata Laksana - Non Operatif :
Reduksi tertutup, imobilisasi dengan bidai untuk fraktur non
displaced, displaced minimal, displaced dengan pola fraktur
stabil, pasien usia lanjut low-demand, dimana risiko operasi
lebih besar dari manfaatnya
- Operatif :
Percutaneous Pinning, Fiksasi eksternal, Fiksasi eksternal
hybrid, kombinasi ORIF-dengan fiksasi eksternal,Reduksi
dan fiksasi eksternal dengan artroskopi, ORIF