1
Penjelasan tentang penyebab neuralgia pasca
9. Edukasi (Hospital Health herpatik
Promotion) Penjelasan tentang terapi yang diberikan
2
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)TATALAKSANA KASUS
SMF KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016-2018
Gonore (A54.0)
3
7. Pemeriksaan Penunjang Pewarnaan Gram
Kultur
8. Terapi 1. Seftriakson (generasi ketiga dari sefalosporin) 125-
250mg IM diberikan dosis tunggal. Dosis anak-anak
25-50mg/kg BB IM dosis tunggal
2. Cefiksim 400mg oral diberikan dosis tunggal. Dosis
anak-anak <45kg: 8mg/kg BB oral dosis tunggal, > 45
kg:dosis sama dengan orang dewas
4
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)TATALAKSANA KASUS
SMF KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016-2018
INFEKSI GENITAL NONSPESIFIK (ICD 10: 164)
Infeksi salauran genital yang disebabkan oleh penyebab
nonspesifik. Istilah ini meliputi berbagai keadaan, yaitu
1. Pengertian (Definisi) urethritis nonspesifik (UNS), urethritis non-gonore (UNG),
proktitis nonspesifik, dan infeksi genital nonspesifik pada
wanita
Adanya secret yang keluar dari saluran genitalia baik pada
2. Anamnesis
pria maupun wanita
Pria
- Duh tubuh uretra spontan, atau diperoleh
dengan pengurutan/massege uretra
- Dysuria
- Asimptomatik
Wanita
- Duh tubuh vagina
3. Pemeriksaan Fisik
- Duh tubuh endoserviks mukopurulen
- Ektopia servika disertai edema, serviks rapuh,
mudah berdarah
- Perdarahan antara dua siklus menstruasi
- Perdarahan pascakoitus
- Dysuria, bila menganai uretra
- Umumnya asimptomatik
1. Sesuai kriteria anamnesis
4. Kriteria Diagnosis 2. Sesuai hasil pemeriksaan fisik
3. Sesuai hasil pemeriksaan penunjang
5
-
Jumlah leukosit PMN >5/LPB (pria) atau >30/LPB
(wanita)
Sediaan basah:
- Tidak ditemukan Trichomonas vaginalis
Nonmedikamentosa:
Abstiensia sampai terbukti sembuh secara
laboratotis, dan bila tidak dapat menahan diri
anjurkan memakai kondom
Kunjungan ulang pada hari ke-8
Konseling
Bila memungkinkan periksa dan obati pasangannya
8. Terapi
Medikamentosa:
Obat pilihan
Obat alternative
Eritromisin 4x500mg/hari, per oral selama 7 hari
Doksisiklin 2x100mg/hari, per oral selama 7 hari
6
1. Holmes King K, Mardh PA, Sparling FP, Lemon SM, Stam
WE, Piot Peter, Wasserheit JW, editors. In: Sexually
Transmitted Diseases. 4 ed. New York: McGraw Hill;
15. Kepustakaan 2008
2. Perdoski, Herpes Simpleks Genital dalam Panduan
Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia, Sekretariat Perdoski,Jakarta: 2011. P. 240-2
7
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)TATALAKSANA KASUS
SMF KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016-2018
8
(+) atau (-)
Stadium II
Pemeriksaan mikroskop lapangan gelap dan Burry
(+) atau (-)
Tes serologi sifilis: PRP (++); VDRL (+) titer tinggi
Stadium III
TSS (+)
Nonmedikamentosa:
Penanganan pasangan seksual sedapat mungkin
dilakukan
konseling
Medikamentosa:
Obat pilihan
Benzatin penisilin G, dosis tergantung stadium:
Stadium dini: stadium I, II, & laten <2 tahun: 2,4 juta
8. Terapi unit
Stadium lanjut: stadium laten >2 tahun & III : 7,2
juta unit
Obat alternative
Tetrasiklin 4x500 mg/hari, atau
Eritromisin 4x500mg/hari, atau
Doksisiklin 2x100mg/hari
Lama pengobatan 30 hari (stadium dini) atau >30
hari (stadium lanjut)
9
Kasus sifilis terdiagnosis dengan tepat dan sembuh tanpa
komplikasi setelah diterapi secara rawat jalan
14. Indikator Medis
Target: 80% kasus sifils terdiagnosis dengan tepat dan
sembuh tanpa komplikasi setelah diterapi secara rawat
jalan
1. Holmes King K, Mardh PA, Sparling FP, Lemon SM,
Stam WE, Piot Peter, Wasserheit JW, editors. In:
Sexually Transmitted Diseases. 4 ed. New York:
McGraw Hill; 2008
2. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell
DJ, Wolf K. Sifilis. Fitzpatrick’s Dermatology in
15. Kepustakaan
General Medicine. Eight Edition; New York; Mc
Graw Hill; 2012. P.3440-7
3. Perdoski, Herpes Simpleks Genital dalam Panduan
Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia, Sekretariat Perdoski, Jakarta: 2011. P.
240-2
10
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)TATALAKSANA KASUS
SMF KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016-2018
11
Nonmedikamentosa:
Pasien dianjurkan untuk menghindari pemakaian
vaginal douching atau antiseptik
8. Terapi Medikamentosa:
Metronidazol 2x 500 mg/hari selama 7 hari, atau
Metronidazole 2 gram per oral dosis tunggal atau
Alternative: Klindamisin 2x 300 mg/hari per oral
selama 7 hari
Penjelasan tentang penyebab vaginosis bakterial
Penjelasan tentang perlunya menghindari factor-
faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan
keseimbangan flora vagina yang mengakibtakan
9. Edukasi (Hospital Health
timbulnya vaginosis bacterial
Promotion)
Penjelasan tentang pentingnya hygiene daerah
genital
Penjelasan tentang terapi yang diberikan
Ad Vitam : bonam
10. Prognosis Ad Sanationm : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : bonam
12
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 – 2018
1. Pengertian (Definisi)
Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh virus papiloma
humanus(VPH) tipe tertentu dengan kelainan berupa papul
fibroepitelioma bertangkai pada kulit dan/atau mukosa.
8. Terapi Nonmedikamentosa:
Konseling mengenai adanya kemungkinan risiko tertular
HIV/AIDS atau IMS lainnya.
Melakukan pengobatan terhadap pasangan seksualnya
Menganjurkan pasien agar melakukan kunjungan ulang 1
minggu setelah terapi dimulai.
Topikal berupa:
Tinctura podofilin 25%, lindungi kulit sekitar lesi dengan
vaselin agar tidak terjadi iritasi, biarkan selama 4 jam,
kemudian di cuci. Pemberian obat ini dilakukan seminggu
13
dua kali sampai lesi hilang.
Asam TCA 60-80% ditutulkan menggunakan cotton bud di
area lesi.
14. Indikator Medis Kasus kondiloma akuminata terdiagnosis dengan tepat dan
sembuh tanpa komplikasi setelah diterapi secara rawat jalan.
Target: 80% Kasus kondiloma akuminata terdiagnosis dengan
tepat dan sembuh tanpa komplikasi setelah diterapi secara
rawat jalan.
14
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
1. Ulkus durum
6. Diagnosis Banding 2. Ulkus mole
3. Ulkus mikstum
7. 7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan serologik antibodi: IgM dan IgG terhadap VHS1
15
dan VHS2
Lesi inisial (primer dan nonpromer)
Nonmedikamentosa:
16. Abstinensia
17. Konseling
18. Pemeriksaan terhadap pasangan seksual tetapnya, bila
memungkinkan
Medikamentosa:
Simptomatik: analgesik, kompres
Antivirus
Asiklovir 5x800mg/ hari selama 7-10 hari atau
Asiklovir 3x400 mg/hari selama 7-10 hari atau
Valasiklovir 2x500-1000mg/hari selama 7-10 hari, atau
Famsiklovir 3x250 mg/hari selama 7-10 hari
Kasus berat atau rawat inap di RS
Asiklovir IV 5mg/kgBB tiap 8 jam selama 7-10 hari
8. Terapi Rekuren
Medikamentosa:
Lesi ringan: simptomatik atau asiklovir krim 2x sehari
selama 5-7 hari
Lesi berat
Asiklovir 5x200 mg/hari selama 5 hari, atau
Asikliovir3x400 mg.hari selama 5 hari, atau
Valasiklovir 2x500 mg/hari selama 5 hari, atau
Famsiklovir 3x250 mg/hari selama 7-10 hari
Rekurensi 6 kali/tahun atau lebih: diberi terapi superatif
Asiklovir 2x400 mg/hari, tau
Valasiklovir 1x500 mg/hari, tau
Famsiklovir 2x250 mg/hari
Abstinensia
Konseling
Pemeriksaan terhadap pasamgam seksual bila mungkin
Penjelasan tentang penyakit herpes simpleks genital
Penjelasan tentang cara penularan penyakit
9. Edukasi Penjelasan tentang pentingnya pemeriksaan terhadap
(Hospital Health Promotion) pasangan seksualnya
Penjelasan tentang terapi yang diberikan
16
12. Tingkat
C
Rekomendasi
a. dr. Suswardana, M.Kes Sp.KK
13. Penelaah Kritis b. dr. Syarief H., Sp.KK
c. dr. Abdul Gayum, Sp.KK
17
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
1. Trichomoniasis
6. Diagnosis Banding 2. Bakterial vaginosis
3. Leukorea fisiologis
Pemeriksaan mikroskopis dengan KOH 10-20%, ditemukan sel-
7. Pemeriksaan
sel ragi atau hifa dengan pewarnaan gram atau PAS
Penunjang
Fluconazole 150 mg/singel dose
8. Terapi Nistatin 100.000 unit tablet intravagina/hari selama 14
hari
a. Edukasi Penjelasan tentang penyakit
9. (Hospital Health Penjelasan tentang menjaga kesehatan area kewanitaan
Promotion)
10. Prognosis Advitam : dubia ad bonam
18
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
19
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
LUPUS ERITEMATOSUS DISKOID (ICD 10 : L93)
20
Temuan laboratorium lainnya
Sitopenia
Laju endap darah ada pada beberapa pasien
Rheumatoid factor positif
Urinalisis dapat menggambarkan adanya
proteinuria pada keluaran ginjal
Tes lainnya
1. Immunopatologi
Deposit imunologi dan komplemen dermal-
epidermal merupakan tampilan karakteristik.
Jaringan yang diuji diambil dari lesi atau pada
kulit normal. Biopsi jaringan normal dapat
diambil dari permukaan yang terekspos atau
yang tidak terekspos. Tes untuk kulit non lesi
non ekspos merupakan lupus band test
Penggunaan dan interpretasi dari tes ini
berdasarkan dari biospi. Sekitar 90% pasien
dengan manifestasi LED mengarah ke tes
imunofluoresens pada kulit berlesi. Daerah
membran dari lesi kulit tidak spesifik untuk
lupus dan dapat berupa penyakit kulit lainnya.
Lesi yang lama atau yang sangat baru dapat
diinterpretasikan negatif pada mikroskopik
imunofluoresens.
Topikal
1. Proteksi sinar matahari dengan menggunakan
tabirsurya spektrum luas kedap air SPF lebih
besar 15 dengan agen penghambat UVA
seperti parsol dan mikronized titanium dioxida.
2. Glukokortikoid lokal. Walaupun penggunaan
8. Terapi potensi medium dari preparat ini seperti
triamcinolon acetonide 0.1% pada area sensitif
wajah, obat topikal super potent kelas 1
seperti clobetasol propionate atau
betametasone dipropionate memberikan hasil
yang memuaskan pada kulit. Penggunaan dua
kali sehari selama dua minggu diikuti 2 minggu
periode istirahat dapat meminimalkan
21
komplikasi seperti atrofi dan teleangiektasis.
Salep lebih efektif daripada krim pada lesi
hiperkeratosis.
3. Glukokortikoid intralesi. Penggunaan intralesi
glukokortikoid seperti suspensi triamcinolon
acetonida 2.5-5 mg/ml pada wajah dengan
konsentrasi tinggi diperbolehkan pada kulit
yang kurang sensitif. Hal ini diindikasikan pada
lesi hiperkertasosis atau pada lesi yang tidak
merespon pada penggunaan kortikosteroid
lokal, namun pasien dengan lesi yang terlalu
banyak perlu berhati-hati dengan penggunaan
terapi ini.
Sistemik
1. Antimalaria adalah obat pilihan yang efektif
untuk LED. Klorokuin/CQ , Hidroklorokuin/HCQ,
dan kuinakrin adalah tiga obat yang sering
digunakan. Adapun mekanisme dari obat ini
adalah
Intervensi proses antigen dalam makrofag dan
sel presenting antigen lainnya
Mengurangi formasi dari peptida/major
histocompatibility complex (MHC) kompleks
protein sehingga menurunkan stimulasi dari
autoreaktif CD4+ sel T dan menurunkan
pelapasan sitokin.
Memperkenalkan apoptosis pada limfosit, dan
Menurunkan kadar IL-6, IL-1, dan TNF-.
22
mengantuk, dan gangguan sistem saluran cerna.
23
1. dr. Suswardhana, M.Kes, Sp.KK
13. Penelaah kritis
2. dr. Syarief H., Sp.KK
3. dr. Abdul Gayum, Sp.KK
14. Indikator Medis Kasus LED dapat berlangsung kronis dan terkadang
memerlukan terapi rawat inap
1. Schmader KR, Oxman MN. Varicella and herpes
zoster in Fitzpatrick’s dermatology in general
medicine, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA,
Paller AS, Leffe;; DJ, Wolff K. 8th Ed; New York:
15. Kepustakaan
McGraw Hill; 2012. P.2721
2. Perdoski, Herpes zoster dalam Panduan
pelayanan medis dokter spesialis kulit dan
kelamin Indonesia, sekretariat perdoski,
Jakarta, 2011. P 15o
24
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
25
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
26
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Medikamentosa:
8. Terapi
Topikal berupa:
Sesuai dengan gambaran klinis
Basah (madidans): beri kompres terbuka (2-3 lapis kain
kasa) dengan larutan NaCl 0.9%.
Vesikular akut : aluminium sulfat/kalium asetat topikal.
Kering/ kronik/likenifikasi: beri krim/ointment
27
kortikosteroid potensi sedang (flunisolon asetonid),
emolien, inhibitor kalsineurin: takrolimus, pimekrolimus
Sistemik:
Simtomatis sesuai gejala dan gambaran klinis
Antihistamin (bila dijumpai pruritus).
DKI akut derajat sedang- berat, refrakter: dapat ditambah
kortikosteroid oral setara dengan prednison20mg/hari
dalam jangka pendek selama 3 hari.
Siklosporin oral
28
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
29
provokasi peroral bila uji tusuk negatif, uji serum autolog. Tes
foto tempel dilakukan pada urtikaria akibat fotosensitivitas,
Topikal
Bedak kocok dibubuhi antipruritus mentol dan kamfer
Sistemik
8. Terapi Lini 1 : antihistamin1 non sedati
Lini 2: lini 1 + antihistamin1 kombinasi
Lini 3 : lini 1+ lini 2 + antihistamin2
Lini 4 : lini 1+ lini 2 + lini 3 + kortikosteroid
Lini 5 : lini 1+ lini 2 + lini 3 + lini 4 + stabilizer
Lini 6 : lini 1+ lini 2 + lini 3 + lini 4 + lini 5 + leukotrin
12. Tingkat
C
Rekomendasi
30
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia, Sekretariat
Perdoski, Jakarta: 2011; P.20-1
31
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
9. Terapi
Medikamentosa:
32
Fototerapi
Derivat vitamin D
Imunomodulator : metrotreksat dengan atau tanpa
steroid
Antimikroba: antibiotik, hidroksichloroquin
10. Edukasi Penjelasan tentang penyebab penyakit
(Hospital Health Promotion) Mencegah kemungkinan timbulnya kekambuhan
Ad Vitam : dubia
11. Prognosis Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia
33
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
34
- Terapi terhadap infeksi sekunder bila dijumpai
Topikal
Pemberian minyak emolien (zaitun, kelapa, lemak kulit sintetik)
dan kortikosteroid potensi rendah ( bila lesi tipe eksfoliativa)
Sistemik
- Cetirizine 1x10mg
- Kortikosteroid setara prednison dosis awal 1-
3mg/kg/hari dilakukan tappering off bertahap
dengan pengurangan dosis steroid 20% dari dosis
sebelumnya tergantung keadaan pasien, sampai
sembuh.
35
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
3. Terasa gatal.
4. Riwayat terpajan dengan bahan alergen.
5. Terjadi reaksi berupa dermatitis, setelah pajanan ulang
2. Anamnesis dengan alergen tersangka yang sama.
6. Bila pajanan dihentikan, lesi membaik, sedangkan bila
pajanan berulang, lesi memberat.
Nonmedikamentosa:
Hentikan pajanan bahan alergen tersangka
Penilaian identifikasi alergen (tes tempel lanjut dengan
bahan-bahan yang lebih spesifik)
8. Terapi
Medikamentosa:
Topikal berupa:
Sesuai dengan gambaran klinis
36
Basah (madidans): beri kompres terbuka (2-3 lapis kain
kasa/washlap handuk) dengan larutan Aqua atau NaCl
0.9%, 2-3x sehari masing-masing selama 30 menit.
Kering/ kronik/likenifikasi: beri krim/ointment
kortikosteroid potensi sedang (flunisolon asetonid,
desoksimetason),
Sistemik:
Simtomatis sesuai gejala dan gambaran klinis
Antihistamin CTM atau Cetirizin sesuai dosis (bila dijumpai
pruritus).
DKA akut derajat sedang- berat, refrakter: dapat ditambah
kortikosteroid oral setara dengan prednison 0,25-
0,5mg/kgBB/hari selama 3-5hari
Ad Vitam : bonam
10. Prognosis Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : bonam
37
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
38
Gangguan saraf
Neuropati diabetik
Medikamentosa:
Prinsip:
Mengeradikasi kuman, memutus mata rantai penularan,
mencegah kecacatan
Tipe MB
Rifampisin 600mg/bulan
Dapson 100mg/hari
Klofazimin 300mg/bulan dan dilanjutkan dengan dosis
50mg/hari atau 100mg selang sehari atau 3 kali 100mg per
minggu
Lama pengobatan : sebanyak 12 dosis yang diselesaikan
selama 12-18bulan
MDT alternatif
- Bila terjadi toksisitas rifampisin dapat diberikan ofloksasin
400mg/hari dan minosiklin 100mg/hari selama 6 bulan.
Dilanjutkan ofloksasin 400mg/hari dan minosiklin 100mg/
39
hari selama 18 bulan sedangkan dapson dan klofazimin
diteruskan.
- Bila terjadi toksisitas dapson untuk MH tipe PB diganti
klofazimin, untuk tipe MB, MDT diberikan tanpa dapson.
- Bila pasien menolak klofazimin, dapat diberikan ofloksasin
400mg/hari selama 12 bulan atau rifampisin 600mg/hari,
ofloksasin 400mg/hari dan minosiklin 10mg/hari selama
24 bulan.
14. Indikator Medis Kasus kusta terdiagnosa dengan tepat sembuh tanpa
komplikasi setelah rawat jalan selama 2 tahun
Terget : 80% pasien kusta sembuh tanpa komplikasi setelah
rawat jalan selama 5 tahun
40
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
1. Dermatitis seboroik
6. Diagnosis Banding 2. Impetigo krustosa
3. Tinea kapitis
1. Pemeriksaan mikroskop dapat mengkonfirmasi
diagnosis
7. Pemeriksaan 2. Pemeriksaan dengan lampu wood pada daerah yang
Penunjang terinfestasi memeperlihatkan fluoresensi kuning-hijau
dari kutu dan telur
1. Terapi mekanik menggunakan sisir
Penggunakan sisir merupakan faktor yang penting untul
eliminasi tungau dan telur. Efektivitas dapat
ditingkatkan dengan penggunaan asam formik sebagai
ditingkatkan dengan penggunaan asam formik sebagai
terapi tambahan. Asam formik 8% dapat diaplikasikan
ke rambut yang basaha selama 10 menit sebelum
8. Terapi menyisisr rambut untuk menghilangkan telur.
2. Terapi topikal
Permethrin 10% permethrin 1% cream rinse
diberikan ke kulit kepala dan rambut. Awalnya rambut
dicuci dengan shampoo nonconditioner kemudian
dikeringkan dengan handuk. Lalau diberikan permethrin
1% cream rinse selama 10 menit kemudian dibilas.
41
Dapat diulang apabila kutu dan telur masih terlihat 7-10
hari setelahnya didiamkan selama 10 menit lalu bilas.
Penggunaan dapat diulang 7-10 hari kemudian untuk
membasmi kutu kepala yang baru.
Malathion malam sebelum tidur rambut dicuci
dengan sabun kemudian dipakai losio malathion, lalu
kepala ditutup dengan kain. Keesokan hatinya rambut
dicuci lagi dengan sabun lalu disisir dengan sisir yang
halus dan rapat (serit). Pengobatan ini dapat diulang lagi
seminggu kemudian, jika masih erdapat kutu atau telur.
3. terapi oral dengan ivermectin
200 mikrogram/oral 2 kali/hari 10 hari. Tidak boleh
diberikan pada anak-anak dengan berat badan <15kg
4. Edukasi
16. Wilson DC, Leyva WH, King LE. Insect Bite and
Infestations. In: Fitzpetrick TB. Johnson RA, Wolff K,
Suurmond D, editors. Color Atlas and Synopsis Of
Clinical Dermatology. 4 th ed. Newyork: McGrow-Hill,inc
15. Kepustakaan 200. P.827-29
17. Perdoski, Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis
Kulit dan Kelamin Indonesia, Sekretariat Perdoski,
Jakarta: 2011
42
43
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS SMF ILMU
KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN RSAL Dr. MINTOHARDJO,
JAKARTA
2016 - 2018
44
perorangan yang baik.
Mengatasi faktor predisposisi dan keadaan
komorbid. misalnya lnfeksi parasit atau
dermatitis atopik.
Medikamentosa:
Topikal berupa:
- Bila banyak pus atau krusta kompres terbuka
dengan permanganas kalikusl/5000, ilvanol 1%,
atau larutan povidon iodine 7,5 %
- Bila tidak tertutup pus atau krusta : salap/kiim
asam fusidat 2%, mupirosin, basitrasin dan
neomisin diotes 2- 3 kali sehari selama 7-10 han.
- Bila terðapat krusta: dilepaskan
Sistemik:
First line : untuk dewasa kloksasilin 4 kali 250mg-
500 mg/hari dan untuk anak dengan dosis
perhari yang diberikan 5-7 hari.
Amoksisilin dan asam clavulanat untk dewasa
dengan dosis 3 kali 250 mg-500 mg/han Dan
untuk anak dosisnya 25 mg/kg berat badan
perhari dibagi dalam 3 dosi diberikan 5-7 han.
Second line;
- Azitromisifl I x 500 mg (had I) selanjutflYa
1 x 250 mg(hail II-V)
- Klindamisin dengafl dosis 15 mg/kg berat
badan terbagi 3 dosis diberikan 10 hail
- Eiitromisln. dosis dewasa : 4 kali 250
mg500mgíhari dan anak dongan dosis 20-
50 mglkgBBmari selama 5-7 hari
46
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS SMF ILMU
KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN RSAL Dr. MINTOHARDJO,
JAKARTA
2016 - 2018
47
Sistemik
First line : untuk dewasa kloksasilin 4 kali 250 mg-
500 mg/hari dan untuk anak dengan dosis 50 mg/kg
berat badan dibagi dalam 4 dosis perhari yang
diberikan 5-7 hari
Amoksisilin dan asm clavulanat untuk dewasa
dengan dosis 3 kali 250 mg-500 mg/hari. Dan untuk
anak dosisnya 25 mg/kg berat badan perhari dibagi
dalam 3 dosis diberikan 5-7 hari
Secon line :
- Azitromisin 1 x 500 mg (hari I) selanjutya 1 x 250
mg (hari II-V)
- Klindamisin dengan dosis 15 mg/kg berat badan
terbagi 3 dosis diberikan 10 hari
- Eritromisin, dosis dewasa : 4 kali 250 mg-500
mg/hari dan anak dengan dosis 20-50
mg/kgBB/hari selama 5-7 hari
9. Edukasi Penjelasan tentang penyebab penyakit
(Hospital Health Primotion) Penjelasan tentang pencegahan kekambuhan
Ad Vitam : bonam
10. Prognosis Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
1. dr. Suswardana, M.kes Sp.KK
13. Penelaah Kritis 2. dr. Syarief H., Sp.KK
3. dr Abdul Gayum, Sp.KK
Kasus impetigo non bulosa terdiagnosis dengan tepat dan
sembuh tanpa komplikasi setelah terapi rawat jalan selama
7 hari.
14. Indikator Medis
Target : 80% Kasus impetigo non bulosa terdoagnosis
dengan tepat dan sembuh tanpa komplikasi setelah terapi
rawat jalan selama 7 hari1
1. Perdoski, pioderma dalam Panduan Pelayanan Medis
15. Kepustakaan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Sekretariat
Perdoski, Jakarta : 2011.p.84-6a
48
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS SMF ILMU
KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN RSAL Dr.
MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
1. Menjaga higienitas
9. Edukasi
2. Menghindari trauma pada tempat yang terkena
(Hospital Health Primotion)
3. Menghindarkan garukan
Ad Vitam : dubia ad bonam
10. Prognosis Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens IV
49
12. Tingkat Rekomendasi C
1. dr. Suswardana, M.kes Sp.KK
13. Penelaah Kritis 2. dr. Syarief H., Sp.KK
3. dr Abdul Gayum, Sp.KK
1. Pasien datang dengan papul-papul miliar
sewarna dengan kuit, berbentuk kubah dengan
14. Indikator Medis delle di tengahnya.
2. Bisa rekuren
3. Target 60% pasien tidak rekurensi
1. Piggot C, Friedlander SF.Tom W. Molluscipoxvirus
infection: Molluscum contagiosurn. In: Goldsmith LA,
Katz SI, Giichrest BA, Palier AS, Leffel DJ, Wolff K,
editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine. 8 ed. New York: McGraw-Hill; 2012. p.
2417-20.
50
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS SMF ILMU
KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN RSAL Dr. MINTOHARDJO,
JAKARTA
2016 - 2018
51
Penjelasan tentang pengobatan
Ad Vitam : dubia ad bonam
10. Prognosis Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
1. dr. Suswardana, M.kes Sp.KK
13. Penelaah Kritis 2. dr. Syarief H., Sp.KK
3. dr Abdul Gayum, Sp.KK
- Terdapat vesikel dapat terjadi di hamper seluruh
tubuh
14. Indikator Medis - Target: 80% Pasien dengan eritrodermi tanpa
komplikasi rawayat selama 10hañ
52
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS SMF ILMU
KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN RSAL Dr. MINTOHARDJO,
JAKARTA
2016 - 2018
53
sistemik):
Setelah pasien mandi bersabun seperti blasa,
gunakan Sampo ketokonazole 2% dioleskan
sebagaisabun di daerah yang terdapat lesi dan
sekitarnya,dibiarkan selama 10-15 menit untuk
selanjutnya dibilas. Dikerjakan 2x sehan selama
asamasa pengobatan. atau seminggu l-2x selarna
maintenance mencegah kekambuhan.
2. Sistemik (bila lesi luas ataU tidak beihasil setelah
diterapi topikal) :
Ketokonazol oral 200mg/han selama lo han, atau
Itrakonazol oral lx 200mg/hall selama 7 hari.
Ad Vitam : bonam
Ad Fungsionam : bonam
55
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS SMF ILMU
KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN RSAL Dr. MINTOHARDJO,
JAKARTA
2016 - 2018
56
steroid potensi sedang-kuat diaplikasikan secara
okiusif (racikan)
Ad Fungsionam : bonam
57
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS SMF ILMU
KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN RSAL Dr. MINTOHARDJO,
JAKARTA
2016 - 2018
58
Desonide lotion 2x sehari selama 3-5 had
awal terapi
Sampo povidone iodine 0,01-0,1% bila lesi
disertai infeksi baktenl (infeksi sekunder),
terutama tipe favus/kerion.
Ad Fungsionam : bonam
59
tepat dan mencapai kesembuhan klinis mikroskopik
(tanpa rekurensi / komplikasi) selama 6 minggu
terapi.
1. Goldsmith LA,Katz Sl,Gilchrest BA,Paller
AS,Leffell DJ,Wolff K. Tinea Capitis in
Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine.Eight Edition; New York: Mc Graw
15. Kepustakaan Hill; 2012. p.2284-6
2. Perdoski, Tinea dalam Panduan Pela yanan
Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia, Sekretariat Perdoski, Jakarta: 2011.
p.96-958
60
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS SMF ILMU
KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN RSAL Dr. MINTOHARDJO,
JAKARTA
2016 - 2018
61
Penjelasan tentang penyebab penyakitn
Promotion)
Penjelasan tentang perlunya jangka waktu
pengobatan yang harus ditaati.
9. Edukasi Penjelasan tentang cara minum obat agar
absorbsi obat maksimal (golongan azol harus
(Hospital Health Primotion)
dalam keadaan perut asam, golongan griseofulvin
harus bersama lemak/susu whole milk) dan
ekskresi obat optimal (obat diminuni minimal l-2
jam sebelum berkeringat)
Penjelasan tentang pencegahan kekambuhan
Ad Vitam : bonam
Ad Fungsionam : bonam
62
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS SMF ILMU
KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN RSAL Dr. MINTOHARDJO,
JAKARTA
2016 - 2018
63
Penjelasan tentang penyebab penyakit
Penjelasan tentang perlunya jangka waktu
pengobatan yang harus ditaati.
9. Edukasi Penjelasan tentang cara pemakaian lacquer
yang benar.
(Hospital Health Primotion)
Penjelasan tentang cara minum obat itrakonasol
yang
benar agar absorbsi obat maksimal (golongan
azol harus dalam keadaan penit asam)
Ad Vitam : bonam
64
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS SMF ILMU
KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN RSAL Dr. MINTOHARDJO,
JAKARTA
2016 - 2018
65
amoksisilin 3x 500mg, atau dprofolksasin 2x
500mg, atau azitromisin lx 500mg (selama 5
hart).
Invermectin oral 0,2 mg/kg dosis tunggal 2-3
dosis setiap 1- 2 minggu (bila ada obat
ivermectin di pasaran)
Metilprednisolon sampai 0,5mg/kgBB/hari (3-5
hart) apabila pruritus akibat elemen tungau
atau terjadi reaksi inflamasi akibat efek samping
obat skabies topikal dirasakan berat.
Topikal berupa :
Krim Permethrin5 % dioleskan tipis-tipis tetapi
rata diseluruh tubuh kecuali wajah (pada pasien
dewasa) dan dibiarkan selama paling tidak 10
jam (semalaman)
66
sembuh sempuma tanpa komplikasi setelah
menjalani pengobatan selama 1 minggu
1. Burkhart CN, Burkhart CG. Scabies in Stanley
JR. Scabies in Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine.Goldsmith LA,Katz
Sl,Gilchrest BA,Paller AS,Leffell DJ,Wolff K. 8
th Ed; New York: Mc Graw Hill; 2012. p.2569-
15. Kepustakaan 72
67
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS SMF ILMU
KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN RSAL Dr. MINTOHARDJO,
JAKARTA
2016 - 2018
Ad Fungsionam : bonam
68
11. Tingkat Evidens IV
69
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Non Medikamentosa:
Menghindari atau menghilangkan faktor predisposis
Medikamentosa:
Sistemik:
Ketokonazole atau Itrakonazole 1x200 mg selama 15 hari
8. Terapi Atau Itrakonazole peroral diberikansecara dosis berdenyut
5mg/kgBB/hari diberikan selama 7hari dan istirahat
selama 21 hari, diulangi 3-6 kali.
Topikal berupa:
Krim campuran steroid dan anti jamur (misalnya Thecort)
2x sehari tipis-tipis sampai lesi tidak meradang lagi.
Mikonazole atau Ketokonazole krim 2x sehari samppai 2
70
minggu sesudah bebas lesi.
Ad Vitam : ad bonam
10. Prognosis Ad Sanationam : ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam
71
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
72
(Hospital Health Promotion) Penjelasan tentang cara mencegah autoinokulasi
Ad Vitam : bonam
10. Prognosis Ad Sanationam : bonam
Ad Fungsionam : bonam
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ,
Wolff K. Common wart in Fitzpatricks’s Dermatology in
General Medicine. Eight Eddition; New York: Mc Graw
Hill;2012.p. 3471.
15. Kepustakaan
2. Habif TP, Campbell-Jr JL. Chapman MS, Dinulos JG, Zug KA.
Henoch-Schonlein Purpura. Skin Disease Diagnosis &
Treatment. Third Edition; New York: Elsevier,2012.p. 210-
14.
73
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Non Medikamentosa:
Cegah garukan dan menjaga hidrasi kulit agar tidka kering
Medikamentosa:
Prinsip : Menekan progresivitas inflamasi dan mencegah
6. Terapi sepsis.
Topikal berupa:
Kortikosteroid potensi sedang sampai kuat bergantung
pada stadium dan berat penyakit
Emolien untuk koreksi kulit kering
Bila kaut dan eksudatif sebaiknya dikompres dulu dengan
74
larutan NaCl 0,9% atau aqua dingin 3 kali sehari selama 30
menit.
Sistemik :
Antibiotik spektrum luas selama minimal 7 hari
(Cefotaksim 3x1 gram, Kloksasilin 4x250-500 mg/hari,
amoksisilin 3x 250-500mg/hari, sefaleksin 40-50
mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis)
Antibiotik lini ke dua (azitromisin 1 x 500 mg hari pertama,
selanjuta 1x250 mg untuk hari kedua sampai hari ke lima,
klindamisin 15mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis,
eritromisin 4x250-500 mg/hari.
Untuk MRSA diberika vancomisin 1-2 gram perhari secara
intravena dalam dosis terbagi selama 7 hari.
9. Tingkat Evidens IV
12. Indikator Medis Kasus sleulitis terdiagnosa dengan tepat dan sembuh tanpa
komplikasi setelah rawat jalan
Target 80% : Kasus sleulitis terdiagnosa dengan tepat dan
sembuh tanpa komplikasi setelah rawat jalan
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ,
Wolff K. Cellulitis in Fitzpatricks’s Dermatology in General
Medicine. Eight Eddition; New York: Mc Graw Hill;2012.p.
3072-83.
13. Kepustakaan
2. Perdoski. Pioderma dalam Panduan Pelayanan Medis
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Sekretariat
Perdoski, Jakarta : 2011. p. 83-86.
3.
75
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
RR
Timbul pada kusta tipe borderline (BT, BB)
Perluasan lesi semula, disertai tanda radang akut
4. Kriteria Diagnosis Gejala konstitusi
Neuritis ringan sampai berat
76
ENL
Timbul pada kusta lepromatosa (BL,LL)
Nodus eritema, nyeri umumnya dibagian ekstensor
ekstremitas
Kadang disertai neuritis akut (ringan –berat)
Gejala organ lain (sendi, ginjal, mata)
RR
Urtikaria
Erisepelas
ENL
5. Diagnosis Banding Eritema Nodusum Non-Leprosum oleh karena TB,
Erupsi obat
Rhematoid
77
9. Terapi
Karena penyakit :
1. Cacat /deformitas
2. Gangguan ginjal
3. Gangguan penglihatan
10. Penyulit Karena Obat:
1. Ketergantungan kortikosteroid dan efek samping
pemakian kortikosteroid jangka panjang
78
17. Tingkat Rekomendasi C
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ,
Wolff K. Dermatitis Numularis in Fitzpatricks’s Dermatology
in General Medicine. Eight Eddition; New York: Mc Graw
Hill;2012.p. 3214-6.
20. Kepustakaan 2. Bryceson A. Leprosy. 3 ed; New York : 1990. P. 106-23.
3. Perdoski. Reaksi Kusta dalam Panduang Pelayanan Medis
Dookter Spesialin Kulit dan Kelamin Indonesia. Sekretariat
Perdoski, Jakarta : 2011.p.89-91.
79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Non Medikamentosa:
Edukasi pasein bahwa kemerahan yang timbul diakibatkan
oleh infeksi virus
Edukasi pasien untuk istirahat yang cukup dan konsumsi
makanan gizi seimbang
Minum cukup 2L/hari
Memakai masker bila pasien mengalami infeksi saluran
napas akut
8. Terapi Medikamentosa:
Topikal berupa:
Emolien untuk koreksi kulit kering (VCO, minyak zaitun,
calamin)
Sistemik :
Merupakan self limiting disease
Pengobatan simptomatik antipiretik bila demam
(parasetamol 10-15mg/kgBB/6 jam atau Ibuprofen 5-
10mg/kgBB/4 jam)
80
Antibitik bila dicerugai adanya infeksi sekunder oleh
bakteri.
Ad Vitam : ad bonam
10. Prognosis Ad Sanationam : ad bonam
Ad Fungsionam : ad dubia
1. Habif TP, Campbell-Jr JL. Chapman MS, Dinulos JG, Zug KA.
Exanthems and Drug reaction in Skin Disease Diagnosis &
15. Kepustakaan
Treatment. Third Edition; New York: Elsevier,2011.p. 290-
300.
81
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
82
Keluhan munculnya benjolan kecil yang gatal, berisi cairan
atau nanah, dasar dan pinggiran sekitarnya kemerahan.
Keluhan dapat meluas menjadi bengkak disertai rasa nyeri.
2. Anamnesis Benjolan dapat pecah dan menjadi koreng yang
mengerering, keras dan llengket.
Terdapat predisposisi faktor risiko seperti hygnie yang
kurang baik, defisiensi gizi, dan imunodefisiensi
Non Medikamentosa:
Terapi suportif meilputi : menjaga hygnitas, nutrisi tinggi
karbohidrat tinggi protein, dan stamina tubuh, istirahat
cukup.
Medikamentosa:
Topikal berupa:
Bila banyak pus/krusta dilakukan kompres terbuka dengan
Kalium Permangat (PK) 1/5000 dan 1/10000
Bila tidak tertutup pus/krusta, diberikan salep atau krim
asam fusidat 2% atau mupirosin 2%, dioleskan 2-3 kali
selama 7-10 hari.
8. Terapi
Sistemik :
Antihistamin (bila pruritus hebat) cetirizine1x5-10 mg
Terapi lini pertama :
- Diklosasilin : 250 -500 mg PO 4 x1 selama 5-7 hari
- Amoksisilin dengan asam klavulanat : 25 mg/kgBB 3 x1
Terapi lini kedua :
- Azitromisin 1 x 500 m, kemudia 250mg dosis harian
selama 4 hari.
Insisi dan drainase :
Abses
Karbungkel dengan lesi yang besar, sangat nyeri, dan
83
fluktasi
C
12. Tingkat Rekomendasi
14. Indikator Medis Kasus pioderma terdiagnosa secara akurat dan sembuh tanpa
komplikasi setelah rawat jalan selama 7-14 hari.
Target 80% : Kasus pioderma terdiagnosa secara akurat dan
sembuh tanpa komplikasi setelah rawat jalan selama 7-14 hari.
.
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ,
Wolff K. Superficial Cutaneus Infections and Pyoderma in
Fitzpatricks’s Dermatology in General Medicine. Eight
Eddition; New York: Mc Graw Hill;2012.p. 3025-55
15. Kepustakaan
2. Perdoski. Pioderma dalam Panduan Pelayanan Medis
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Sekretariat
Perdoski, Jakarta : 2011. p. 83-86.
84
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Non Medikamentosa:
Bed rest dan elevasi bila erisipelas terjadi dikaki
Medikamentosa:
Topikal berupa:
Kompres NaCl 0,9% atau air dingin . Kompres dilakukan
sebanyak 3 kai sehari selama 30 menit
8. Terapi Bila kering atau kronik atau likenfikasi, maka beri krim
kortikosteroid potensi sedang ( flusinolon acetonide),
emolien, Pimecrolimus dapat sebgaai pengganti
kortikosteroid topikal potensi lemah.
Sistemik :
Antibiotik apektrim luas : Penisilin G intravena 1-2 juta
unit setiap 4-6 jam. Nafcilin intravena 2 gram setiap 4 jam,
85
Dicloxacilin 500mg diberika selama 4 jam sekali,
Amoksisilin 500mg diberika setiap 4 jam sekali.
Antipiretik (parasetamol 10-15mg/kgBB/6 jam atau
Ibuprofen 5-10mg/kgBB/4 jam) bila demam
Analgetik OAINS seperti : Asam mefenamat,
natrium/kalium diklofenak, meloxicam, dll.
C
12. Tingkat Rekomendasi
14. Indikator Medis Kasus erisipelas terdiagnosa secara akurat dan sembuh tanpa
komplikasi setelah rawat jalan selama 7-14 hari.
Target 100% : Kasus erisipelas terdiagnosa secara akurat dan
sembuh tanpa komplikasi setelah rawat jalan selama 7-14 hari
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ,
Wolff K. Non – Necrotizing Infections of dermis adn
Cutaneous Tissue in Fitzpatricks’s Dermatology in General
15. Kepustakaan
Medicine. Eight Eddition; New York: Mc Graw Hill;2012.p.
3072-84.
86
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Prinsip
87
Non Medikamentosa:
Edukasi pasien untuk pemeriksaan penunjang apabila dari
anamnesi dan pemeriksaan fisik ditemukan kecurigaan
ulkus genitalis sebagai manifestasi klinis dari salah satu
infeksi menular seksual
Edukasi pasien untuk puasa dalam melakukan hubungan
seksual selama masa pengobatan
Edukasi pasien untuk melakukan hubungan seksual sehat
Edukasi agar pasien memeriksaan pasangan seksnya
Medikamentosa:
Topikal berupa:
Kompres povidon iodine 0,01% 3 kali sehari selama 30
menit
Sistemik :
Pemberian acyclovir , vvalaclovir, famciclovir apabila
penyebabnya adalah HSV
Pemberian antibiotik benzathine penisilin apabila
kecurigaan ulkus adalh Treponema pallidum
Pemberian antibiotik seftriakson atau azitromisin atau
ciprofloksasin atau eritromicin bila Chancroid
Antibiotik atau Antiinflamasi OAINS
C
12. Tingkat Rekomendasi
14. Indikator Medis Kasus ulkus genitalis terdiagnosa dengan tepat dan menjalani
rawat jalan.
Target 80% : Kasus ulkus genitalis terdiagnosa dengan tepat
dan menjalani rawat jalan.
88
1. Roett MA, Mayor MT, Uduhiri KA. Diagnosis and
15. Kepustakaan
Management Ulcers. Am Fam Physician. 2012: 85;254-262.
89
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Laboratorium :
Darah rutin, Ureum-Kreatinin, Gula Darah Sewaktu
Histologi :
7. Pemeriksaan Penunjang
Rambut kebnayakan berada dalam fase anagen. Folikel rambut
terdapat dalam berbagai ukuran, tetapi lebih kecil dan tidak
matang., Bulbus rambut berada didalam dermis dan dikelilingi
oleh infiltrasi limfosit
90
1. Kortikosteroid Intralesi
Yang paling banyak digunakan : Hidrokortison asetat
25mg/ml dan triamsinolon asetonid 5 1- 10mg/ml
2. Kortikosteroid Topikal
Yang paling banyak digunakan adalah desoxymetasone
cream 0,25%, Betamethasone dipropionat 0,05%,
Clobetasol propionate oinment.
3. Kortikosteroid Sistemik
Pemberian oral dengan dosis 40mg sehari dapat
menumbuhakn rambut lag selama 4-6 minggu. Rambut
kemudian gugur kembali pada penurunan dosis
prednisolon. Pada sebagian penderita pertumbuhan
rambut dapat dipertahankan dengan dosis 10 mg
prednisolon sehari. Pengobatan ini tidak dianjurkan
mengingat efek samping pemakaian jangka panjang
kortikosteroid.
4. Minoksidil
Suatu vasodilator perifer yang poten, telah dicoba secara
topikal dengan hasil baik. Diperkirakan dapat
meningkatkan aliran darah ke folikel rambut, dengan
demikian merangsang pertumbuhan rambvut
5. Anthralin
Krim anthralin dengan konsentrasi 0,25% - 1% digunakan
8. Terapi sehari sekali
6. Dinitrocblorobenzene ( DNCB)
Digunakan untuk menimbulkan dermatitis kontak pada
kepala dan dapat menumbuhkan rambut pada alopesia
areata. Kerugiannya, gejala ermatitis kadang-kadang agak
berat dan terjadi perubahan warna rambut pada
pemberian berturut-turut.
7. PUVA ( Psoralen diikuti Penyinaran Ultra Violet )
Cara pengobatan ini dapat menghilangkan infiltrasi seel
peribulber pada alopesia areata yang diduga menjadi
penyebabnya. Pengobtan ini berhasil baik, tetapi kemudian
rambut rontok lagi, karena rambut yang baru tumbuh akan
menutupi kepala sehinga cahay tidak dapat mencapai
kepala dan selanjutnya pengobtaan tidak berguna lagi.
8. Siklosporin
Dengan dosis 6mg/kg/hari selama 12 minggu
9. Isoprinosin
Berfungsi dapat meningkatkan jumlah dan fungsi limfosi T
serta meningkatkan fungsi fagositosi. Dosis 50
mg/kgBB/hari dengan maksimal 3-5 g/hari
10. Golongan vitamin dan mineral
Vitamin B12 diberikan dengan dosis 1 mg/minggu/IM pada
bulan pertamaa, yang dilanjutkan dengan 1mg/bulan.
Biotin 150 mg/hari. Vitamin D dengan dosis 200-400
91
IU/hari. Vitamin B6 diberikan secara IM setiap hari selama
20-30 hari.
Penjelasan tentang penyakit
9. Edukasi
Penjelasan tentang pencegahan
(Hospital Health Promotion)
Penjelasan tentang pengobatan
Ad Vitam : dubia ad bonam
10. Prognosis Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
92
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
93
sistemik, dan memberikan pertimbangan alternatif
mengenai kegiatan sehari-hari/olahraga kepada
penderita baik mengenai waktu maupun kondisi
lingkungan
Medikamentosa :
Prinsip : memperlambat proliferasi melanosit,
menghambat pembentukan melanosom sehingga dapat
menyebabkan degradasi melanosom
Topikal berupa :
Hidroquinolon 2%-5% (krim gel, losio)
Asam retinoat 0,05%-0,1% (krim dan gel)
Asam azeleat 20% krim
Asam glikolat 8%-15% (krim, gel dan losio)
Asam kojic 4%
Sistemik :
Dianjurkan bila pigmentasi meliputi daerah yang lebih
luas dan sampai ke dermis
Asam askorbat
Glutation
Bedah kimia :
Asam glikolat 20%-70%
Asam tricloroasetat 10%-30%
Jessner
Ad vitam : Ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
10. Prognosis
Ad fungsionam : Ad bonam
94
23. Bauman L. Skin pigmentation and pigmentation disorder
in Cosmetic Dermatology: principles and practices.
Second Edition; New York: Mc Graw Hill; 2009. P.103
15. Kepustakaan
24. Perdoski, melasma dalam Panduan Pelayanan Medis
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia, Sekretariat
Perdoski, Jakarta: 2011. P.158-9
95
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Medikamentosa :
Prinsip : pencegahan kepada erupsi yang lebih meluas
96
Derajat Ringan
Topikal : retinoid topikal atau agen keratolitik bisa ditambah
benzoil peroksida atau antibiotik topikal klindamisin gel 1,2%
atau gel 1,2% atau eritromisil sol 1%
Derajat Sedang :
Topikal : retinoid topikal dengan benzoil peroksida atau
antibiotik topikal, bisa ditambahkan antibiotik oral
Sistemik : antibiotik oral pilihan antara lain ; tetrasiklin 2 kali
500 mg/hari, doksisiklin 2 kali 50-100 mg/hari, minosiklin 2
kali 50-100 mg/hari, klindamisin 2-3 kali 150-300 mg/hari
Antibiotik diberikan minimal 6-8 minggu maksimal 12-18
minggu
Derajat Berat
Topikal : retinoid topikal ditambah benzoil peroksida dengan
antibiotik oral
Sistemik : isotretinoin oral 0,1-2 mg/kgBB/hari hingga dosis
kumulatif 120-150 mg/kgBB
9. Edukasi (Hospital Health Penjelasan tentang penyebab penyakit
Promotion) Penjelasan tentang pencegahan kekambuhan
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
10. Prognosis
Ad fungsionam : bonam
97
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Medikamentosa :
Sistemik :
Isotretinoid 0,1-2 mg/kgBB/hari selama 20 minggu
98
Antibiotik (Doksisiklin, Minosiklin, Klindamisin) 6-8
minggu dan bila diperlukan diberikan korikosterois
sistemik (setara 0,5 mg/kgBB), short term 5-7 hari
Topikal
Kompres dingin 3x30 menit
Antibiotik jel (Klindamisin, Nadifloksasin, Metronidazol
atau Eritromisin)
Keratolitik (turunan asam Vit A, Benzoil Peroksida/BPO)
Lain-lain : Niasinamid
Penjelasan bahwa penyakit pasien disebabkan oleh faktor
hormonal
9. Edukasi (Hospital Health
Keadaan yang mempengaruhi peningkatan produksi
Promotion)
hormon androgen antara lain, meliputi : diet, pemakaian
sabun muka, faktor psikis
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
10. Prognosis
Ad fungsionam : bonam
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ,
Wolff K. Syringoma in Fitzpatrick’s Dermatology in
General Medicine. Eight Edition; New York: Mc Graw
15. Kepustakaan Hill; 2012. P.1264-90
2. PERDOSKI. Akne Vulgaris dalam Panduan Pelayanan
Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Jakarta. PP
PERDOSKI, 2011. P.155-7
99
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
8. Terapi Medikamentosa :
Topikal berupa :
Krim isotretinoin 0,1% untuk lesi baru.
Kombinasi asam L-ascorbat 10% dan asam glikolat 20%
Kombinasi isotretinoid 0,05% dan asam glikolat 20%
Sistemik :
100
Tidak memerlukan terapi sistemik
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ,
Wolff K. Syringoma in Fitzpatrick’s Dermatology in
15. Kepustakaan General Medicine. Eight Edition; New York: Mc Graw Hill;
2012. P.1011-12
101
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
8. Terapi Medikamentosa :
Topikal :
Pemberian trichloroacetic acid yang diulang setiap 1
minggu sampai terjadi pelepasan
102
Penjelasan bahwa penyakit pasien merupakan tumor
jinak yang disebabkan oleh deposit lemak
Penjelasan bahwa penyakit pasien tidak berbahaya,
9. Edukasi (Hospital Health namun secara kosmetik mengganggu
Promotion) Penjelasan bahwa penyakit pasien biasanya berhubungan
dengan hiperkolesterolemia sehinga asien dianjurkan
untuk pemeriksaan koleterol dan konsultasi kepada ahli
penyakit dalam
Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
10. Prognosis
Ad fungsionam : ad bonam
16. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ,
Wolff K. Xanthomatoses And Lipoprotein Disorder in
15. Kepustakaan Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Eight
Edition; New York: Mc Graw Hill; 2012. P.2275-80
103
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Sistemik :
a. Hentikan obat yang dicurigai.
8. Terapi
b. Infus NaCl 0,9%/RL 20 tetes/menit selama 7 hari.
c. Kortikosteroid intravena setara prednison dosis awal 1-3
104
mg/kgBB/hari, dilakukan tappering off bertahap dengan
pengurangan dosis steroid 20% dari dosis sebelumnya
tergantung keadaan pasien, sampai sembuh.
d. Gentamicin 80 mg/12 jam intravena bila tidak ada
gangguan fungsi ginjal, sampai steroid dibawah 40 mg/hari
setara Prednison.
Topikal :
1. Kompres Nacl 0,9 % selama 15 menit pagi dan sore di
daerah erosi.
105
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
106
11. Tingkat evidens IV
107
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
108
11. Tingkat evidens IV
109
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
1. Pengertian (Definisi) Tumor pasca trauma, jaringan ikat melebihi batas luka
1. Riwayat trauma
2. Kadang-kadang terasa gatal dan nyeri
2. Anamnesis
3. Riwayat genetik
110
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
111
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
112
Ad sanationam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ,
Wolff K. Syringoma in Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine. 8th ED; New York: Mc Graw Hill; 2012. P.1921-23
15. Kepustakaan
2. PERDOSKI. Panduan Pelayanan Medis Dokter Spesialis
Kulit dan Kelamin. Jakarta;PP PERDOSKI,2011. p.188
113
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
114
Steroid topikal
Sistemik:
Simtomatis sesuai gejala dan gambaran klinis
Antibiotik oral
115
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
DERMATITIS SEBOROIK (ICD10: L21)
Penyakit kulit yang didasari oleh faktor konstitusi dengan predileksi di
1. Pengertian (Definisi)
daerah seboroik
Pada bayi dan anak terdapat bercak kemerahan relatif tidak gatal yang
dapat menebal dengan sisik dan berminyak pada daerah sebore, yaitu
wajah, terutama alis & nasolabial, kulit kepala, disekitar telinga, dada,
atau ketiak, pusar dan lipatan paha
2. Anamnesis
Pada dewasa kulit kering dan bersisik pada daerah sebore terutama
daerah berambut bula atau kepala. Gatal terutama bila berkeringat
atau udara panas.
Gejala dan tanda berjalan lambat/kronik, makin meluas perlahan
1. Bayi dan anak-anak : patch eritema dengan skuama dan krusta
berminyak. Pada scalp krusta menebal dan menyerupai topi
(craddle cap)
3. Pemeriksaan Fisik 2. Dewasa : lesi sama dengan bayi dan anak-anak akan tetapi
kelainan kulit lebih kering
3. Pada dermatitis seboroik yang berat lesi dapat meluas menjadi
eritoderma, atau bentuk psoriasiform (skuama yang tebal)
1. Sesuai kriteria anamnesis
4. Kriteria Diagnosis
2. Sesuai hasil pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Kerja Dermatitis seboroik (ICD 10: L21)
1. Pada bayi : dermatitis atopic, penyakit Letterer-Siwe
6. Diagnosis Banding 2. Pada dewasa : psoriasis
3. Pada area lipatan: dermatitis interriginosa, kandidosis kutis
7. Pemeriksaan Penunjang Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk diagnosis
Nonmedikamentosa
8. Terapi Hindari faktor pencetus dan faktor yang memperberat
Perbaiki pola hidup, terutama makanan berlemak/pedas, hidup
116
seimbang
Medikamentosa
Prinsip
Menghilangkan dan mengeluarkan skuama dan krusta,
menghambat kolonisasi jamur, mengkontrol infeksi sekunder,
mengurangi eritema dan gatal
Topikal
Bayi
Skalp : untuk mengangkat krusta dengan asam salisilat 3% dalam
minyak olive/kelapa atau vehikulum yang larut dalam air, kompres
minyak olive/kelapa hangat; aplikasi steroid potensi lemah
(hidrokortison 1%) krim atau lotion selama beberapa hari; shampoo
imidazol; shampoo bayi; perawatan kulit umum dengan emolien,
krim, atau pasta lunak.
Intertriginosa: kliokuinol 0,2-0,5% dalam lotion atau minyak seng.
Dewasa
Skalp: shampoo selenium sulfide 1,0-2,5%, ketokonazol 2%, zink
pyrithione, benzoil peroksida, asam salisilat, tar.
Krusta atau skuama: aplikasi semalaman glukokortikoid atau asam
salisilat dalam vehikulum yang larut dalam air, atau secara oklusif
117
kali sehari. Antibiotik topikal berupa natrium sulfacetamide
ophthalmic ointment. Untuk penggunaan preparat mata yang
mengandung glukokortikoid sikonsulkan ke spesialis mata. Jika
Demodex folliculcrum ditemukan dalam jumlah banyak, dapat
digunakan krotamiton, permetin, benzil benzoate.
Pilihan terapi
Antijamur
Topikal: imidazol (ketokonazol 2%, itrakonazol, mikonazol,
flukonazol, ekonazol, bifonazol, klimbazol, siklopiroks,
siklopiroksolamin, butenafin 1% krim.
Oral: ketokonazol, itrakonazol, terbinafin.
Metronidazol
Topikal: metronidazole 1-2% (gel, krim), 0,75% (lotion), 1 atau 2 kali
sehari
Penjelasan tentang penyebab dan faktor predisposisi penyakit
9. Edukasi
Penjelasan tentang cara pemakaian obat
(Hospital Health Promotion)
Penjelasan tentang pencegahan kekambuhan
Ad vitam : bonam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
1. dr. Suswardana, M.Kes, Sp.KK
118
minggu terapi.
119
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
DERMATITIS ATOPI (ICD10: L20.0)
Dermatitis atopi adalah merupakan peradangan kulit kronik, sangat
gatal, hilang timbul, dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan berkaitan
1. Pengertian (Definisi)
erat dengan penyakit atopi organ lain pada penderita sendiri atau
keluarganya.
Pruritus intens, biasanya sesekali dalam sehari, memburul diawal
sore dan malam hari. Sering kambuh terutama terjadi pada anak
2. Anamnesis
dan bayi. Riwayat atopi (rhinitis alergi, asma bronchial,
dermatitis atopik)
Pada fase akut, gatal hebat, tampak erosi, ekskoriasi dengan
eksudat serosa atau papul eritematosa vesikel dengan dasar
kemerahan.
3. Pemeriksaan Fisik Fase subakut didapatkan gambaran lesi khas berupa skuama
atau plak eritem
Fase kronik lesi berupa plak tebal, likenifikasi dan papul fibrotic,
lesi sekunder bisa ditemukan akibat garukan
1. Sesuai kriteria anamnesis
120
Medikamentosa
Prinsip: Mengurangi pruritus, menekan inflamasi dan infeksi.
Topikal berupa:
1. Topikal (2x sehari)
Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikostreoid topical, seperti :
Desonid krim 0.05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan
fluosinolon asetonidkrim 0.025%) selama maksimal 2 minggu.
Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat
krim 0.1% atau mometason furoat krim 0.1%).
Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian
antibiotic topical atau sistemik bila lesi meluas
Sistemik:
Antihistamin sedatif yaitu: hidroksisin (2x1 tablet) selama
maksimal 2 minggu, atau
Loratadine 1x10mg/hari atau antihistamin non sedatif lainnya selama
maksimal 2 minggu
9. Edukasi Penjelasan tentang penyebab penyakit
(Hospital Health Promotion) Penjelasan tentang pencegahan kekambuhan
Ad vitam : bonam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : bonam
11. Tingkat Evidens IV
12. Tingkat Rekomendasi C
4. dr. Suswardana, M.Kes, Sp.KK
121
Kasus dermatitis atopic terdiagnosis dengan tepat dan sembuh tanpa
komplikasi setelah terapi rawat jalan selama 7 hari
14. Indikator Medis
Target: 80% kasus dermatitis atopic terdiagnosis dengan tepat dan
sembuh tanpa komplikasi setelah terapi rawat jalan selama 7 hari
1. Goldsmith LA,Katz S, Gilchrest BA,Paller AS,Leffell DJ, Wolff K.
Atopic Dermatitis in Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine.Eight ed; New York: Mc Graw Hill; 2012. p.261-83
15. Kepustakaan
2. Perdoski, Dermatitis Atopik dalam Panduan Pelayanan Medis
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia, Sekretariat
Perdoski, Jakarta: 2011. p.9-10
122
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Non Medikamentosa:
Menghentikan penggunaan kortikosteroid dan
mengedukasi pasien tentang penyebab perluasan penyakit
ini karena penggunaan kortikosteroid topikal
Edukasi bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri dalam
beberapa minggu
12. Terapi
Medikamentosa:
Prinsip: menekan inflamasi dan infeksi.
Topikal berupa:
Eritromisin gel diapikasikan dua kali sehari
Sistemik:
123
Tetrasiklin 250 mg-500 mg dua kali sehari
Doksisiklin 50-100 mg dua kali sehari
Eritromisin 400 mg tiga kali sehari
Ad Vitam : bonam
14. Prognosis Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : bonam
124
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Ad Vitam : bonam
j. Prognosis Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : bonam
k. Tingkat Evidens IV
l. Tingkat Rekomendasi C
125
minggu terapi
126
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Venografi
7. Pemeriksaan Penunjang
Biopsi/histopatologis
Non Medikamentosa:
Kaki diangkat saat tidur atau duduk. Saat tidur, kaki
diangkat diatas permukaan jantung selama 30 menit,
dilakukan 3-4 kali sehari. Atau dengan cara pada malam
8. Terapi
hari, kaki tempat tidur disebelah bawah diganjal balok
setinggi 15-20 cm. Bila sedang menjalankan aktivitas,
menggunakan kaos kaki penyangga (stocking) atau
pembalut elastis
127
Medikamentosa:
Prinsip: mengatasi hipertensi vena dan mengurangi
edema
Topikal berupa:
Lesi basah dikompres dengan larutan KmnO4 1/5000 atau
larutan asam borat 3%
Kortikosteroid topikal potensi rendah sampai sedang
seperti hidrokortison 1%
Sistemik:
Aspirin
Pentoksifilin
Antihistamin sebagai anti gatal dan penenang
Tindakan pembedahan untuk menghilangkan sumbatan
Ad Vitam : bonam
10. Prognosis Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : bonam
128
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Non Medikamentosa:
Cegah garukan dan menjaga hidrasi kulit agar tidak kering.
Konsultasi: Bila ada stres konsul ke ahli psikologi atau
psikiater.
8. Terapi
Medikamentosa:
Prinsip: Mengurangi pruritus, menekan inflamasi dan
infeksi.
129
Topikal berupa:
Kortikosteroid potensi sedang sampai kuat bergantung
pada stadium dan berat penyakit.
Emolien untuk koreksi kulit kering.
Bila akut dan eksudatif sebaiknya dikompres dulu dengan
larutan NaCl 0.9% atau aqua dingin 2x 30 menit.
Bila ada infeksi sekunder oleh bakteri: antibiotik topikal
atau sistemik.
Sistemik:
Antihistamin (bila pruritus hebat) cetirizin 1x 5-10mg
Kortikosteroid jangka pendek: untuk kasus berat dan luas.
Dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari selama 3-5 hari
Antibiotik spektrum luas yang sesuai, bila disertai infeksi
sekunder. Seperti amoksisilin, ciprofloksasin atau
aazitromisin.
Ad Vitam : bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
10. Prognosis Ad Fungsionam : bonam
130
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Drainase
Untuk bula yang besar
Terapi topikal
Moisturizer atau emolien yang diaplikasikan setelah
mencuci tangan dan kaki
8. Terapi Kortikosteroid topikal potensi tinggi yang sangat efektif
dengan cara oklusi
Terapi sistemik
Kortikosteroid sistemik
Metrotreksat
131
9. Edukasi Penjelasan tentang penyebab penyakit
(Hospital Health Promotion) Penjelasan tentang pencegahan penyakit
Ad Vitam : bonam
10. Prognosis Ad Sanationam : bonam
Ad Fungsionam : bonam
132
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Non Medikamentosa
Edukasi bahwa sakit pasien dikarenakan alergi makanan.
Penting untuk mengetahui dan menghindari konsumsi
8. Terapi makanan yang dapat mencetuskan alergi.
Selalu perhatikan label makanan sebelum konsumsi
makanan berkaleng yang mungkin mengandung salahs
satu jenis makanan yang dapat menyebabkan alergi.
133
Pemberian asi eksklusif penting dalam menurunkan
kemungkinan terjadinya alergi makanan di kemudian hari.
Medikamentosa:
Sistemik:
Antihistamin (cetirizine yang dapat dikombinasi dengan
cimetidine)
Kortikosteroid short term dapat diberikan sesuai kondisi
pasien
Topikal
Dapat diberikan emolien
Penjelasan tentang penyebab penyakit pasien karena
9. Edukasi respon alergi terhadap makanan tertentu
(Hospital Health Promotion) Penjelasan mengenai prinsip pengobatan pada pasien dan
pentingnya menghindari pencetus alergi
134
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA/
LIKEN SIMPLEKS KRONIK (ICD 10: L28.0)
Sangat gatal, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit
ditahan untuk tidak digaruk. Bila timbul malam hari dapat
2. Anamnesis
mengganggu tidur. Gatal dapat paroksismal, terus menerus,
sporadik, menghebat bila ada stres psikis.
Nonmedikamentosa:
Edukasi agar tidak menggaruk terus ketika gatal
Menganjurkan penggunaan plastic wrap setelah
pemberian salep topikal pada daerah yang gatal agar tidak
digaruk.
Topikal berupa:
8. Terapi
Pemberian salep kombinasi keratolitik dan kortikosteroid:
- Asam salisilat 3-5%
- Desoksimetason ointment 15 gram
- Vaselin album qs.
Salep diberikan 2x sehari secara oklusif menggunakan
plastic wrap agar meningkatkan penetrasi obat.
135
Sistemik
Cetirizine 1 x 10 mg selama 7-14 hari.
Ad Vitam : bonam
10. Prognosis Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam : bonam
136
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
137
Penjelasan tentang penyebab penyakit
9. Edukasi(Hospital Health
Penjelasan tentang manfaat pengobatan pada kasus
Promotion)
yang bersifat swasirna dalam waktu 8-12 minggu
138
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
139
9. Edukasi • Penje/asan tentang penyakit
• Penjelasan tentang terapi
(Hospital Health Promotion)
Advitam : dubia ad bonam
10. Prognosis Ad sanationam :dubia ad bonam
Ad fungsionam :dubia ad bonam
140
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
PRURIGO NODULARIS (ICD10:L28.1)
141
Sistemik:
Antihistamin
Diphehydramine
Merupakan terapi lini pertama untuk pengobatan
simptomatik berupa pruritus yang disebabkan oleh
pelepasan histamin.
• Dosis dewasa 25-50 mg per oral tiap 8 jam; maksimal
400 mg/hari 10-50 mg IV/IM tiap 8 jam; maksimal 400
mg/hari
• Dosis anak-anak : 12,5-25 mg IV/IM per oral tid/qid 5
mg/kg/hari per oral/IV/IM 150 mg/m2/hari per oral/IV/IM
• Chlorpheniramine
Hydroxyzine
- b. Kortikosteroid oral
C. Agen lmunologik
Talidomid
142
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
10. Prognosis
Ad Fungsionam :dubia ad bonam
143
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Laboratorium
Darah lengkap (ICD 9CM: 90.59)
Gula darah sewaktu (ICD 9CM: 90.59)
Protein total, Albumin, Globulin (ICD 9CM: 90.59)
SGOT, SGPT, BUN, Kreatinin (ICD 9CM: 90.59)
7.Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan darah tepi untuk sel ganas (sel Sezary) bila
ada indikasi ke arah malignansi sebagai penyebab.(ICD
9CM: 90.59)
Pemeriksaan Elektrolit, bila ada indikasi. (ICD 9CM: 90.59)
Histopatologi, bila ada indikasi (ICD 9 CM: 91.69)
Nonmedikamentosa:
Tirah baring sesuai indikasi
Diet tinggi kalori tinggi protein
8.Terapi Pengawasan balans cairan
Cegah hipotermia
Terapi terhadap infeksi sekunder (bila dijumpai)
144
Topikal berupa:
Pemberian minyak emolien (zaitun, kelapa, lemak kulit
sintetik)
Kortikosteroid potensi sedang diaplikasikan bersamaan
dengan emoliennya.
Sistemik
Cetirizine 1 x 10 mg selama 14 hari.
Metotrexat dosis inisiasi 2,5mg selang 12 jam, 3x
pemberin. Diberikan seminggu sekali bila tidak ada kontra
indikasi.
Sangat tidak dianjurkan untuk diberikan steroid sistemik
11.Tingkat Evidens IV
12.Tingkat Rekomendasi C
145
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
DIAPER RASH(ICD 10:L 22)
146
Nonmedikamentosa:
- Segera mengganti popok sekali pakai bila kapasitasnya
telah penuh
- Daerah yang terkena popok dibiarkan terbuka
Medikamentosa:
Prinsip: Menekan inflamasi dan mengatasi infeksi kandida
8. Terapi
- Bila ringan : krim/salep bersifat protektif (seng
oksida,pantenol)
- Konrtikosteroid : potensi lemah(Salep hidrokortison 1%/
2,5%) waktu singkat 3-7 hari
- Bila infeksi kandida: antifungal yaitu nistatin atau derivat
azol dikombinasi dengan seng oksida
Penjelasan tentang penyebab penyakit
Penjelasan tentang pencegahan kekambuhan
9. Edukasi
Menjaga higiene
(Hospital Health Cara penggunaan popok dan mengganti secepatnya bila
Promotion) kapasitasnya telah penuh
Tidak dianjurkan memberi bedak
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
10. Prognosis
Ad Fungsionam :dubia ad bonam
147
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
INSECT BITE (ICD 10: S30.862)
Inscect bite atau gigitan serangga adalah lesi kulit akibat gigitan
1. Pengertian (Definisi) atau tusukan serangga yang mengakibatkan kemerahan dan
bengkak di lokasi yang tersengat
o Rasa nyeri pada tempat gigitan
o Riwayat gigitan serangga
2. Anamnesis o Dapat terjadi pada berbagai area pada tubuh
termasuk wajah dan genital
Sistemik
148
Ad Fungsionam :bonam
11.Tingkat Evidens IV
11. Schwartz RA, Steen CJ. Arthropod bites and stings. In:
15.Kepustakaan Goldsmith LA,Katz SI,Gilchrest BA,Paller AS,Leffell DJ,Wolff
K. Eds. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8 th
Ed. Mc Graw Hill : New York.2012. p.3699-713
149
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Miliaria (ICD10:L74.1)
Sistemik
Anthihistaminsedatif (lebih dianjurkan pada infantil, bayi
dan anak) atau nonsedatif
150
(Hospital Health Promotion) Penjelasan tentang pencegahan
Penjelasan tentang terapi
Ad Vitam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
10. Prognosis
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
151
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
PSORIASIS VULGARIS (ICD 10: L40.0)
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya disangka autoimun,
Bersifat kronik-residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak
1.1.Pengertian (Definisi) eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis- lapis
dan transparan; disertai fenomen tetesan lilin, Auspitz dan
Kobner.
152
l. Pemeriksaan ASTO (bila hanya dijumpai psoriasis gutata)
m. Pola lipid (asitresin)
n. Ureum/kreatinin (siklosporin)
Diperiksa sebelum terapi dan monitoring laboratorium secara
teratur
Strategi terapi:
16. Pasien datang tentukan tipe psoriasis, luas area dan PASI
Lesi< 5% luastubuh: topical
Lesi 5-10% luastubuh: topical+ foto terapi + obat sistemik
Lesi>10% luas tubuh: foto terapi atau obat sistemik
Kerjasama inster disipliner:
lnterna: psoriasis artropati
Psikiatri: pasien emosional labil
gigimulut, THT, radiologi: mencari infeksi fokal
Medikamentosa
1. Topikal
• Campuran asidum salisilikum 3% atau likuor karbonis
deterjen (LKD) 5-7% dalam vaselin album selama 4 minggu
Bila tidak ada perbaikan berikan salap kortikos teroid superpoten
2 minggu
Bila tidak ada perbaikan berikan calcipotri oldi kombinasi dengan
beta metason dipropionat
8.Terapi
Foto terapi dengan UVB 3-5x/minggu dengan pajanan awal 30-60
detik, dosis pajanan berikutnya ditingkatkan 10-15% sampai PASI
berkurang 75% atau terjadi perbaikan klinis (lesi kulit) sebesar
75%, kemudian dilanjutkan dengan dosis maintenance
Psoriasis pada kulit kepala dapat diberikan LKD 5-15% atau urea
10-20%, atau gliserin 15%, dipakai malam hari, keesokannya
dicuci
Untuk psoriasis pustulosa generalisata tidak diberikan terapi
topical
Untuk psoriasis eritro derma diberikan emolien saja
2.Sistemik
Bila ASTO positif: penisilin V oral 4x625mg/hari selama 4
minggu
Pada psoriasis berat (PASl>10) atau luas lesi>10%; psoriasis
pustulosa generalisata; eritroderma:
-Metotreksat 3x2,5 mg interval 12 jam/minggu,
dilakukandosisuji
153
-Asitresin 0,5-1 mg/kgBB/hari(hati- hati untuk wanita usia
reproduksi)
- Siklosporin 2,5-3 mg/kgBB/hariselama 3 bulan dengan evaluasi
klinis setiap bulan
• Pada psoriasis arthritis: konsul bagian rheumatologi, dept.
lnterna
Psoriasis pada Kehamilan
-Step 1:
Terapi topical:emolien, keratolitik (as.salisil 3%), coaltar, antralin
-Step 2: NB-UVB
Psoriasis pustulosa pada kehamilan: NB-UVB,
Siklos oporin dalam pengawasan ketat
Impetigo herpetiformis (varian): sistemik kortikosteroid
Psoriasis Artritis
Prinsip pengobatan: kurangi inflamasi dan kembalikan fungsi
- Step 1: NSAID
- Step 2: metotreksat, siklosporin, obat biologik
11.Tingkat Evidens IV
12.Tingkat Rekomendasi C
154
- Ada simtom local: gatal, kulit bersisik, merah
- Mengganggu fungsi tangan dan kaki: psoriasis dengan nyeri
sendi
14.Indikator Medis - Problem kosmetik: lesi di ekstremitas dan wajah
- Penderita dengan kendala: pekerjaan, fisik, social dan ekonomi
- Pasien tidak perlu dirawat kecuali untuk pasien dengan
psoriasis pustulosa generalisata atau eritroderma
155
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
STOMATITIS APHTOSA (ICD 10 : K.12.0)
Stomatitis aphtosa atau sariawan adalah radang yang
terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih
1.Pengertian (Definisi) kekuningan dengan permukaan yang agak cekung, bercak itu
dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok.
Rasa panas atau terbakar yang terjadi satu atau dua hari
yang kemudian bisa menimbulkan Iuka (ulser) di rongga
2.Anamnesis mulut
Nyeri saat makan, minum, ataupun saat berbicara
Banyak mengeluarkan air liur
Ulkus yang didahului gejala prodromal berupa rasa
terbakar setempat pada 48 jam sebelum muncul
Pada periode inisial, terbentuk area eritem. Dalam hitungan
jam terbentuk papula putih,berulserasi, dan secara bertahap
membesar dalam 48 - 72 jam
Ulkus bulat, simetris dan dangkal
Ulkus Mayor: Diameter lebih dari 1.0 cm, sembuh dalam
beberapa minggu bulan, sangat sakit mengganggu makan
dan bicara, meninggalkan jaringan parut
3.Pemeriksaan Fisik Ulkus Minor: Diameter 0.3 -1.0 cm, sembuh dalam 1O - 14 hari,
sangat sakit, dapat mengganggu makan dan bicara, sembuh
tanpa jaringan parut
Ulkus Herpetiformis: Diameter 0.1-0.2 cm, melibatkan
permukaan mukosa yang luas
Lokasi tersering : mukosa non keratin terutama mukosa bukal
dan labial.
Rekuren
Lokasi berpindah - pindah namun terbatas pada mukosa mulut
156
Pemeriksaan serum iron
Pemeriksaan folat
7.Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan vitamin 812
Pemeriksaan feritin
Kumur dengan bahan antiseptik dan desinfektan
Kasus ringan - sedang: Emolient pelindung seperti
8.Terapi orabase,anastetik topical, Topikal steroid dengan potensiasi
tinggi
Kasus berat : Sistemik steroid
11.Tingkat Evidens IV
15. Kepustakaan Greenberg, Glick, Ship. Burket's Oral Medicine 11thed. 2008. Page
305-8
157
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Sun burn (ICD 10 : L55)
Sun bum adalah respon inflamasi akut, lambat, atau transien dari
1.Pengertian (Definisi) kulit normal setelah terpapar sinar ultraviolet dari matahari atau
sinar ultraviolet artifisial.
Keluhan kulit memerah, gatal, dan/atau rasa terbakar dari
kulit setelah terpapar sinar matahari atau panas dari cahaya
artifisial.
2.Anamnesis Bila berat dapat timbul bula dan bengkak.
Sering terjadi di daerah iklim tropis atau di musim panas.
Riwayat travelling ke pantai, daerah iklim tropis, dan
daerah musim panas.
Gambaran lesi: ringan berupa eritema yang konfluen tanpa
disertai nyeri dan sunburn berat dapat timbul lesi berupa bula,
edema, dan nyeri seperti terbakar.
3.Pemeriksaan Fisik Predileksi di bagian tubuh yang terpapar matahari.
Pada sunburn akut dapat disertai demam, peningkatan denyut
nadi, kelemahan,dan dehidrasi.
158
Sistemik :
OAINS apabila pasien sangat kesakitan
159
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Milia (ICD 10: L.72.0)
Milia adalah suatu kondisi kulit dengan karakteristik berupa
papul berukuran kecil (1-4mm), jinak, dan merupakan kista
1. Pengertian (Definisi) keratin superficial yang paling sering terdapat didaerah wajah
akibat penyumbatan pilosebasea atau kelenjar keringat
Bintul kecil berwarna putih, biasanya didaerah wajah dan
badan
2. Anamnesis Muncul tiba-tiba (milia primer) atau setelah trauma (milia
sekunder)
Medikamentosa
Topikal Berupa :
Retinoid topikal
160
Ad Vitam : bonam
Ad Sanationam : bonam
10. Prognosis
Ad Fungsionam :bonam
15. Kepustakaan 2. Berk DR, Bayliss SJ. Milia: A review and classification. J Am Acad
Dermatol. 2008;59. p.1050-63.
161
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
Pruritus Senilis (ICD 10 : L29.8)
Pruritus senilis adalah keluhan gatal yang timbul pada usia tua
1. Pengertian (Definisi) (Kriteria tua menurut WHO adalah lebih dari 60 tahun) yang
tidak diketahui penyebabnya secara pasti.
Keadaan kulit kering dan gatal dapat terjadi di semua
bagian tubuh.
Gatal timbul sepanjang waktu terutama malam hari tanpa
2.Anamnesis sebab yang jelas.
Bisanya terjadi pada usia tua.
5. Neurodermatitis sirkumstripta
4. Dermatitis atopic
Mencari faktor resiko lainnya, seperti: gula darah, fungsi ginjal,
7.Pemeriksaan Penunjang fungsi hati.
Non Medikamentosa:
Edukasi bahwa penyakit pasien akibat perubahan fisiologis kulit
yang disebabkan karena proses penuaan (proses degenerasi).
Jaga higienitas dan kelembapan kulit dengan cara mandi 2x
8.Terapi
sehari dan pemakaian emolien (minyak zaitun, lotion
pelembab, minyak VCO) secara teratur.
Mandi menggunakan sabun hipoalergik, hindari penggunaan
sabun antiseptik
162
Olahraga teratur
Medikamentosa
Topikal Berupa :
Emolien
Tabir surya di pagi dan siang hari
Kortikosteroid topikal di oles dua kali sehari ( bila
diperlukan )
Untuk kulit yang mengalami likenifikasi dapat diberikan
kortikosteroid secara oklusi.
Sistemik:
Antihistamin (cetirizine yang dapat dikombinasi dengan
cimetidine)
Antioksidan (vitamin A, C, E, betakaroten, bioflavinoid)
Penjelasan tentang penyebab gatal pada pasien karena faktor
9.Edukasi usia.
(Hospital Health Penjelasan mengenai prinsip pengobatan pada pasien adalah
Promotion) mempertahankan kelembapan kulit melalui cara pemberian
pelembab sesering mungkin.
Ad Vitam : ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad malam
10.Prognosis
Ad Fungsionam : dubia ad malam
11.Tingkat Evidens IV
163
Target: 80% Kasus pruritus senilis terdiagnosis secara akurat dan
keluhan gatal pasien berkurang dengan pemberian emolien.
164
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
KLAVUS (L. 84)
165
11.Tingkat Evidens IV
12.Tingkat Rekomendasi C
2. Indikator Medis Target: 100% Pasien Klavus dapat terdiagnosis secara akurat
penyebabnya dan 80% sembuh tanpa komplikasi setelah terapi
rawat jalan 2 minggu.
1. Goldsmith LA.Katz SI.Gilchrest BA,Pailer AS.Leffel! DJ.Wolff
K. Dermatitis Nummularis in Fitzpatrick's Dermatology in
General Medicine. Eight Edition; New York: Mc Graw Hill; 2012.
p.1577-82.
3. Kepustakaan 2. Farndon LJ, Vernon W, Walters SJ, Dixon S, Bradburn M,
Concannon M, et al. The effectiveness of salicylic acid plasters
compared with 'usual' scapel debridement of corns : a
randomised controlled trial. Journal of Foot and Ankle Research.
2013;6:p.1-8.
166
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
VULNUS LACERATUM (ICD 10: T.14.1)
11.Tingkat Evidens IV
12.Tingkat Rekomendasi C
167
Kasus Vulnus Laceratum terdiagnosis dengan tepat dan
sembuh tanpa komplikasi setelah terapi rawat jalan
selama 7 hari.
14.Indikator Medis
Target: 100% Kasus Vulnus Laceratum terdiagnosis dengan tepat
dan 80 % sembuh tanpa komplikasi setelah terapi rawat jalan
selama 7 hari.
168
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
VULNUS EXCORIATUM (ICD 10: T.14.0)
Luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet
1.Pengertian (Definisi) pada permukaan kulit.
Timbul Iuka pasca jatuh atau kecelakaan
2.Anamnesis Nyeri
Tidak ada perdarahan aktif
3.Pemeriksaan Fisik Luka terbuka, tidak ada dasar, tidak ada tepi
11.Tingkat Evidens IV
12.Tingkat Rekomendasi C
169
Target: 100% kasus Vulnus Excoriatum terdiagnosis dengan tepat
dan 80 % sembuh tanpa komplikasi setelah terapi rawat jalan
selama 7 hari.
170
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL Dr. MINTOHARDJO, JAKARTA
2016 - 2018
KALUS (ICD 10 : L84)
Kalus I tylomata I tyloma adalah papul keratosis dan plak
1.Pengertian (Definisi)
diarea yang sering mengalami gesekan atau trauma mekanik
Keluhan penebalan kulit yang nyeri di area yang sering
mengalami trauma atau gesekan.
2.Anamnesis
Nyeri apabila mengalami tekanan kalus.atau gesekan di
area kalus
Gambaran Iesi :hiperkeratosis yang nyeri di area yang sering
mengalami trauma mekanik / gesekan.
3.Pemeriksaan Fisik Predileksi umumnya di daerah plantar pedis interdigitalis
pedis.
171
Ad Sanationam : dubia ad bonam
Ad Fungsionam :dubia ad bonam
11.Tingkat Evidens IV
12.Tingkat Rekomendasi C
172
CLINICAL PATHWAYS
SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL DR. MINTOHARDJO
JAKARTA (3)
Aktivitas Pelayanan R. Rawat (14) Tgl/Jam Tgl/Jam Lama Kelas Tarif/hr Biaya
masuk keluar Rwt 5 (18) (Rp): (Rp) (20)
(15) (16) hari (19)
(17)
Hari Hari Hari Hari Hari
Hari (21) Rawat Rawat Hari Rawat Rawat Rawat
Rawat 1 2 3 Rawat 4 5 6 7
R. R. R. R. R.
IGD IRJ Rawat Rawat Rawat Rawat Rawat
Diagnosis Awal:
Penyakit Utama (22) Stevens Johson Syndrome / SJS (ICD 10:L51.1)
Pemeriksaan dokter (25) +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
Konsultasi (26)
▪ Interna
▪ Gizi Klinik +/-
▪ Mata +/-
Pemeriksaan Penunjang
(27)
▪ Darah Lengkap +/- 36.147
▪ GDS +/- 14.527
▪ SGOT +/- 14.659
▪ SGPT +/- 14.659
▪ Protein total +/- 11.200
▪ Albumin +/- 9.354
173
▪ Ureum +/- 15.649
▪ Kreatinin +/- 14.439
▪ NA +/-
▪ K +/-
76.169
▪ Cl +/-
▪ Kultur darah dan uji
109.375
sensivitas (atas indikasi)
▪ Thoraks foto PA (atas
+/-
indikasi) 32.700
▪ EKG +/- 55.000
Tindakan
+/-
▪ Pasang/ aff infus +/- 34.378
▪ Antibiotik Sistemik :
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
Gentamicin inj iv 2x80mg
76.600
▪ Topical/Medikasi lesi:
Kenalog in ora base (atas +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
indikasi) 49.100
Cendo Lyteers (atas
indikasi) 43.330
Antibiotik Mata (atas
indikasi) 50.400
Alloclair obat kumur (atas
indikasi) 135.520
▪ Rawat luka dengan
Aqua + Betadine cair 60 +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
cc 2 dd ue 9.900
Diet cair bertahap lunak (1100-2200 kalori) Tinggi Kalori Tinggi Protein
99.224
174
Hari Hari Hari XI-
Hari I-V 5
Nutrisi VI-VII 2
VIII-X 3 XIV 4
hari cair
hari hari hari
ML MB
m cair
MS TKTP TKTP
E=
E= 1193 E= 2696
E=2134 2696
P= 50 P=83
P= 57 P=83
59.940 53.588 71.764 71.764 909.224
Mobilisasi: AKTIF
▪ Tirah Baring +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
▪ Duduk +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
▪ Berdiri +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
▪ Jalan +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
Hasil (Outcome): (31)
▪ Keadaan umum
▪ Kesadaran
▪ Tekanan Darah
▪ Nadi
▪ Respirasi
▪ Suhu
▪ Eritema + + + + + + +
▪ Krusta - - - - - + +
▪ Erosi + + + + + +/- +/-
▪ Eksfoliasi
Pendidikan/Promosi
Kesehatan/Rencana
Pemulangan: (32)
▪ Mandi/Kompres basah + + + + + + +
Varian (33)
Jumlah Biaya
Perawat (PPJP) (36) Diagnosis Akhir: (37) Kode Jenis Tindakan: (38) Kode ICD
ICD 10 9-CM
............................ ............
▪
Verifikator Keuangan (38) Komplikasi ............................ ............
175
176
CLINICAL PATHWAYS
ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL DR. MINTOHARDJO
JAKARTA (3)
Toxic Epidermil Necrolisis Epidermal Detachment >30% : LPB (ICD 10:L51.2) / Stevens Johnson Syndrome
Overlap Toxic Epidermal Necrolisis Epidermal Datachment 10-30% LPB (ICD 10:L51.3)
(ICD 10: L40.8)
177
Pemeriksaan
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
dokter (25)
Konsultasi (26)
▪ Interna +/-
▪ Gizi klinik +/-
▪ Mata +/-
Pemeriksaan
Penunjang (27)
36.
▪ Darah Lengkap
+/- 147
14.
▪ GDS
+/- 527
14.
▪ SGOT
+/- 659
14.
▪ SGPT
+/- 659
11.
▪ Protein total
+/- 200
9.3
▪ Albumin
+/- 54
15.
▪ Ureum
+/- 649
14.
▪ Kreatinin
+/- 439
▪ NA +/-
▪ K +/-
76.1
▪ Cl +/-
▪ Kultur darah dan 109
uji sensivitas (atas +/- .37
indikasi) 5
▪ Thoraks foto PA 32.
+/- +/-
(atas indikasi) 700
▪ EKG (Atas 55.
+/-
Indikasi) 000
Tindakan
34.
+/-
▪ Pasang/ aff infus 378
▪ Rawat luka bakar
+/-
10-30%
▪ Rawat luka bakar
> 40% +/-
Nutrisi: (29)
……………..kka/hari cair Lunak (bertahap) (1100-2200 kalori) Tinggi Kalori
Protein………..gram Tinggi Protein + Ekstra putih telur
MLTK
Makan TP
Saring MLTKTP 3 MB TKTP 4 Cair 5X 3x71.
cair 5 hari
2 hari hari hari 53.588 Rp 764
E=2134
E=213 E=26961 E=26.961 267.940 Rp.
4 215.2
92
MB
TKTP
Makan 4x71.
P=5,7 P=57 P=83 P=83 saring 764
2x53.588 Rp.
287.0
56
Total
Rp.107.17 Rp=8
53.588 53.588 71.764 71.764
6 77.46
4
Mobilisasi: AKTIF
▪ Tirah Baring +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
▪ Duduk +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
179
▪ Berdiri +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
▪ Jalan +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
Hasil (Outcome): (31)
▪ Keadaan umum
▪ Kesadaran
▪ Tekanan Darah
▪ Nadi
▪ Respirasi
▪ Suhu
▪ Krusta + + + + + + +
▪ Erosi - - - - - + +
▪ Eksforiasi + + + + + +/- +/-
Pendidikan/Promos
i
Kesehatan/Rencan
a Pemulangan: (32)
▪ Mandi/kompres
+ + + + + + +
basah
180
CLINICAL PATHWAYS
SMF ILMU KESAHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL DR. MINTOHARDJO
181
JAKARTA (3)
ERITRODERMA PSORIATIKA
(ICD 10: L40.8)
Pemeriksaan
Penunjang (27)
▪ Darah Lengkap +/- +/- 47.
▪ GDS +/- +/- 14.
▪ SGOT +/- +/- 14.
▪ SGPT +/- +/- 14.
▪ Protein total +/- +/- 11.
▪ Albumin +/- +/- 9.
▪ Ureum +/- +/- 15.
▪ Kreatinin +/- +/- 14.
▪ NA +/-
▪ K +/-
182
▪ Cl 76.16
+/-
▪ Kultur darah dan
uji sensivitas (atas +/- +/- 109.
indikasi)
▪ Thoraks foto PA
+/-
(atas indikasi) 32.
▪ EKG 55.
▪ Pemeriksaan
darah tepi: sel
+/-
sezary (atas
indikasi)
▪ Pemeriksaan
histologi PA (atas +/-
indikasi)
Tindakan
▪ Biopsi kulit (atas
+/-
indikasi)
▪ Pasang/ aff infus +/- +/- 34.
▪ Pasang/ aff
kateter (atas +/- +/- 103.
indikasi)
▪ Medikasi/ Rawat
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
Luka
Obat Obatan: (28)
▪ Cairan infus 134.600
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
NaCI/RL 14 tpm (@9.900
▪ Antihistamin oral:
4.700
- Cetirizin tab 1x1 +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
(@330)
13.000
- Cimetidin tab 3x1 +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
(@330)
▪ Topical/Medikasi
lesi:
- Desoxymethason
(klobetasoloint) +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/- 95.200
40g/minggu (@19.04
Minyak
- Emolient (minyak zaitun
Zitun/physio gel +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/- @30.00
lation) Physoge
@150.0
▪ Antibiotik topikal
fusidat cr (atas
indikasi ) @48.00
183
▪ Imunosupre san
sistematik:
6.300
metotreksat
@2.100
1x/minggu (atas
indikasi)
▪ Vip albumin 3x2
512.400
(bila kadar albumin)
@6.100
2,5-3 g/dl
50ml
@799.0
▪ Albumin IV (bila 100ml
albumin <2,5 g/dl) @1.598
▪ Antibiotik
suismatik bila ada
tanda-tanda infeksi 1.400.00
gentamicin 1x80mg (@100.0
184
▪ Hindari faktor
pencetus (sinar
matahari, obat-
obatan)
▪ Cegah hipotemia
Varian (33) troderma
Jumlah Biaya
Perawat (PPJP) (36) Diagnosis Akhir: (37) Kode Jenis Tindakan: (38) Kode IC
ICD 10 CM
185
CLINICAL PATHWAYS
SMF ILMU KESAHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL DR. MINTOHARDJO
JAKARTA (3)
Aktivitas Pelayanan R. Rawat (14) Tgl/Jam Tgl/Jam Lama Kelas Tarif/hr Biaya (
masuk keluar Rwt 5 (18) (Rp): (20)
(15) (16) hari (19)
(17)
Hari Hari Hari
Hari (21) Hari Rawat Hari Rawat Hari Rawat
Rawat 1 Rawat 2 3 Rawat 4 5 Rawat 6 7
R. R. R. R.
IGD IRJ Rawat Rawat Rawat R. Rawat Rawat
Diagnosis Awal:
Penyakit Utama (22) ERUPSI OBAT ERITRODERMA (ICD 10:L27.0)
186
Penyakit Penyerta
(23)
▪ .......................
▪ .......................
Penyakit Komplikasi
(24)
▪ .......................
▪ .......................
Asessmen Klinis
Pemeriksaan dokter
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
(25)
Konsultasi (26)
▪ IPD +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
Pemeriksaan
Penunjang (27)
▪ Darah Lengkap +/- +/- 4
▪ GDS +/- +/- 1
▪ SGOT +/- +/- 1
▪ SGPT +/- +/- 1
▪ Protein total +/- +/- 1
▪ Albumin +/- +/-
▪ Ureum +/- +/- 1
▪ Kreatinin +/- +/- 1
▪ NA +/-
▪ K +/-
76.1
▪ Cl +/-
▪ Kultur darah dan
uji sensivitas (atas +/- +/- 10
indikasi)
▪ Thoraks foto PA
+/-
(atas indikasi) 3
▪ EKG +/- 5
▪ Pemeriksaan
darah tepi: sel sezary +/-
(atas indikasi)
▪ Pemeriksaan
histologi PA (atas +/-
indikasi)
Tindakan
▪ Biopsi kulit (atas
+/-
indikasi)
▪ Pasang/ aff infus +/- +/- 3
▪ Pasang/ aff kateter
+/- +/- 10
(atas indikasi)
187
▪ Medikasi/ Rawat
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
Luka
Obat Obatan: (28)
▪ Cairan infus 134.60
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
NaCI/RL 14 tpm (@9.9
▪ Antihistamin oral: +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
4.700
- Cetirizin tab 1x1
(@330
13.000
- Cimetidin tab 3x1
(@330
▪ Kortikosteroid
sistemik:Metilprednis
olon inj 125mg.
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
Setara Prednison 1-3
mg/kkBB ivhari 616.00
tappering off (@44.
▪ Topical/Medikasi
lesi:
- Desoxymethason
(klobetasoloint) +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/- 95.200
40g/minggu (@19.
Minya
- Emolient (minyak zaitun
Zitun/physio gel +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/- @30.0
lation) Physog
@150.
▪ Antibiotik topikal
fusidat cr (atas
indikasi ) @48.0
▪ Antibiotik sismatik
bila ada tanda-tanda
infeksi gentamicin 1.400.
1x80mg (@100
Nutrisi: TKTP
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
1900-2300 gr
Hari ke I-V
= ML TKTP Hari ke
= Rp. VI-XIV
71.764 Rp.71.764
E= 2696 E= 2696
P= 83 P= 83
1.004.
Mobilisasi: (29)
▪ Tirah Baring +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
▪ Duduk +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
188
▪ Berdiri +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
▪ Jalan +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
Hasil (Outcome): (31)
▪ Keadaan umum
▪ Kesadaran
▪ Tekanan Darah
▪ Nadi
▪ Respirasi
▪ Suhu
▪ Eritema +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
▪ Eksfoliasi
Pendidikan/Promosi
Kesehatan/Rencana
Pemulangan: (32)
▪ Mandi +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
▪ Emulsi
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
zat/physiogel lotion
▪ Hindari faktor
pencetus (sinar
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
matahari, obat-
obatan)
▪ Cegah hipotemia +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
Varian (33)
Jumlah Biaya
Perawat (PPJP) (36) Diagnosis Akhir: (37) Kode Jenis Tindakan: (38) Kode I
ICD 10 CM
189
CLINICAL PATHWAYS
SMF ILMU KESAHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN
RSAL DR. MINTOHARDJO
JAKARTA (3)
PEMIVIGUS VULGARIS
(ICD 10: L10.0)
190
Diagnosis Awal: .......... (11) Kode ICD 10 : L10.0 (12) Rencana rawat: 14 hari (13)
Pemeriksaan
Penunjang (27)
▪ Darah Lengkap +/- +/- 47.409
▪ GDS +/- +/- +/- 14.527
▪ SGOT +/- +/- +/- 14.659
▪ SGPT +/- +/- +/- 14.659
▪ Protein total 11.200
▪ Albumin +/- +/- +/- 9.354
▪ Ureum +/- +/- +/- 15.649
▪ Kreatinin +/- +/- +/- 14.439
▪ NA
▪ K
76.169
▪ Cl
▪ Kultur darah dan
uji sensivitas (atas +/- +/- 109.375
indikasi)
▪ Pengecatan Gram +/- 15.080
▪ Tzank tes +/- 90.000
191
▪ Thoraks foto PA
+/-
(atas indikasi) 32.700
▪ EKG +/- +/- 55.000
+/-
▪ Pemeriksaan
histologi PA (atas +/-
indikasi)
Tindakan
▪ Biopsi kulit (atas
+/-
indikasi)
▪ Pasang/ aff infus +/- +/- 34.378
▪ Pasang/ aff kateter
+/- +/- 103.000
(atas indikasi)
▪ Medikasi/ Rawat
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
Luka
Obat Obatan: (28)
▪ Cairan infus :
kristaloid (NaCL 0,9 +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
% RL) 138.600
▪ vIP albumin 3x1
(bila albumin 2,5-3 +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
g/dl) (@6100) 85.400
▪ Kortikost eroid IV
Metilpre dnisolon
125 mg inj (@Rp.
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
44.000) setara
prednison 2-3
mg/kgBB/Hari 616.000
▪ Antibiotik
sismatik(Gentamycin
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
1x80mg) (@Rp.
100.000) 1.400.000
▪ Terapi adjuvan:
metrotexat oral 5-
7,5mg/minggu test
+/-
dose (@Rp.2.100)
(atas indikasi
khusus) 6.300
▪ Topikal :
(Triamsinolon) on in +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
oral base 49.100
192
E= 2696 E= 2696
P= 83 P= 83
71.764 71.764 1.004.696
Mobilisasi: (29)
▪ Tirah Baring +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
▪ Duduk +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
▪ Berdiri +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
▪ Jalan +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
Hasil (Outcome): (31)
▪ Keadaan umum
▪ Kesadaran
▪ Tekanan Darah
▪ Nadi
▪ Respirasi
▪ Suhu
▪ Vesikal/bula +/- +/- +/- +/- +/-
▪ Erosi
Pendidikan/Promosi
Kesehatan/Rencana
Pemulangan: (32)
▪ Segera berobat
bila gejala muali +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
muncul
▪ Pemberitahuan
untuk tidak +/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
membaca lepuh
▪ Memelihara
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
higiene kulit
Varian (33)
Jumlah Biaya
Perawat (PPJP) (36) Diagnosis Akhir: (37) Kode Jenis Tindakan: (38) Kode ICD
ICD 10 9-CM
Pemvigus
▪ Utama L10.0 ▪ Biopsi kulit
DPJP : dr. vulgaris
Suswardana, M.Kes,
Sp.KK ▪ Penyerta ▪ Pemasangan/Aff infus
............................ ............
193
194