Anda di halaman 1dari 2

PERFORASI ORGAN BERONGGA

Revisi Ke : Halaman :
No. Dok. :
00 1/1
PPK.PWDC.........

Ditetapkan,

PANDUAN PRAKTEK Tgl. Terbit: Direktur


KLINIS (PPK)

.................................... dr. Daniel Budi Wibowo, M.Kes

1. Pengertian Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang


komplek dari dinding lambung, usus halus, usus besar akibat dari
bocornya isi dari usus ke dalam rongga perut.
2. Anamnesis Nyeri perut hebat yang makin meningkat dengan adanya
pergerakan diertai nausea, vomitus, pada keadaan lanjut disertai
demam dan mengigil.

3. Pemeriksaan Fisik 1. Pada perforasi ulkus peptikum pasien tidak mau bergerak,
biasanya dengan posisi flexi pada lutut, dan abdomen seperti
papan. ·
2. Palapasi dengan halus, perhatikan ada tidaknya massa atau
nyeri tekan.
3. Bila ditemukan tachycardi, febris, dan nyeri tekan
seluruhabdomen mengindikasikan suatu peritonitis.
4. Rasa kembung dan konsistens sperti adonan roti
mengindikasikan perdarahan intra abdominal. ·
5. Nyeri perkusi mengindikasikan adanya peradangan peritoneum ·
6. Pada auskultasi : bila tidak ditemukan bising
ususmengindikasikan suatu peritonitis difusa. ·
7. Pemeriksaan rektal danbimanual vagina dan pelvis :
pemeriksaan ini dapat membantu menilai kondisi seperti
appendicitis acuta, abscess tuba ovarian yang ruptur dan
divertikulitis acuta yang perforasi.
4. Kriteria Diagnosis 1. Memenuhi kriteria Anamnesis dan Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan Penunjang BNO didapatkan adanya free air
subdiafragma

5. Diagnosis Kerja Perforasi Gaster

6. Diagnosis Banding 1. Penyakit ulkus peptikum


2. Gastritis
3. Pancreatitis acuta
4. Cholecystitis

F.YANMED.01.R.00.T.02.05.18
5. Colik bilier
6. Endometriosis
7. GEA
8. Torsi ovarium
9. PID
10. Salpingitis acuta
11. Penyakit divertikel
12. Appendicitis acuta
13. Colitis iskemik
14. Crohn’s disease
15. Inflamatory bowel disease
7. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan darah rutin, waktu perdarahan, waktu pembekuan
Penunjang 2. GDS, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT
3. Tes kehamilan (kalau perlu pada wanita)
4. Foto Rontgen BNO 2 posisi / errect
5. Foto toraks (> 40 tahun)
6. EKG (> 40 tahun)
8. Tata laksana - Penatalaksaan tergantung penyakit yang mendasarinya.
- Intervensi bedah hampir selalu dibutuhkan dalam
bentuklaparotomy explorasi dan penutupan perforasi dengan
pencucian pada rongga peritoneum (evacuasi medis).
- Terapi konservatif di indikasikan pada kasus pasien yang non
toxic dan secara klinis keadaan umumnya stabil dan
biasanyadiberikan cairan intravena, antibiotik, aspirasi NGT, dan
dipuasakan pasiennya
9. Edukasi (Hospital 1. Penjelasandiagnosa, diagnosa banding, pemeriksaanpenunjang
Health Promotion) 2. Penjelasanrencanatindakan, lama tindakan, resikodankomplikasi
3. Penjelasanalternatif tindakan
4. Penjelasanperkiraan lama rawat

10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam


11. Tingkat Evidens IV

12. Tingkat Rekomendasi C

13. Penelaah Kritis Dr. Daniel Puguh P, Sp.B.

14. Indikator Medis Setelah dilakukan operasi 80 % pasien keadaan baik.

15. Kepustakaan 1. Standar Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum


Indonesia, edisi revisi 2003, PABI

2. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Seymour I, Schwarts,


Spenser, edisi 6 , Jakarta, EGC, 2000

F.YANMED.01.R.00.T.02.05.18

Anda mungkin juga menyukai