Anda di halaman 1dari 8

BPH DENGAN SEVEN JUMP STEP

OLEH KELOMPOK IV
NOVIANA INDAH 88170018
GUSTINA SETIANINGSIH 88170028
NUNUNG NURAINUN K 88170029
NURHALISA YUNUS 88170030

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BSI BANDUNG
2019
BPH ( BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA)
Kasus :
Seorang laki – laki berusia 69 tahun dirawat di rumah sakit karena BPH, klien
mengatakan sering BAK, abdomen tegang, urin terus menetes setelah berkemih,
Keadaan umum: lemah, Tekanan darah: 110/80 mmHg, S: 36,5°C, Nadi: 80 kali
permenit, pernafasan: 24 kali permenit. Di lakukan pemeriksaan AGD,SGPT DAN SGOT

Step 1
Klarisifikasi istilah yang belum di pahami ;
a. Hiperplasia
Pembesaran suatu jaringan atau sel
b. SGOT & SGPT
S = serum Glutamate / tes darah untuk mengetahui fungsi hati
c. AGD
Analisa Gas Darah
d. Hematuria
Terdapat darah dalam urin
Step 2
Menetapkan dan mendefenisikan masalah ;
1. Penyakit bph seperti apa ?
2. Apa itu bph ?
3. Bagaimana kateter bisa di pasang sedangkan saluran ureter mengalami penyempitan ?
4. Bagaimana Tanda gejala yang paling umum dari bph ?
5. Mengapa pasien bph mengalami retensi urin ?
6. Kapan pasien bph harus di lakukan tindakan ?
7. Di mana letak prostat yang mengalami pembesaran ?
8. Siapa yang rentan terkena bph ?
Step 3
Analisis masalah / brainstorm :
1. Penyakit bph seperti apa ?
Bph itu saat prostat mengalami pembesaran
2. Apa itu bph ?
Benign prostat hyperplasia / pembesaran kelenjar prostat

3. Bagaimana kateter bisa di pasang sedangkan saluran ureter mengalami penyempitan ?


( Learning Objective )
4. Bagaimana Tanda gejala yang paling umum dari bph ?
Sakit saat berkemih dan pipis tidak tuntas
5. Mengapa pasien bph mengalami retensi urin ?
Karena prostat yang berada di antara ureter mengalami pemebesaran dan menekan
saluran kemih
6. Kapan pasien bph harus di lakukan tindakan ?
Saat nyeri tidak dapat di tahan dan berkemih sudah tidak efektif
7. Di mana letak prostat yang mengalami pembesaran ?
Di dekat bawah kandung kemih dan di antara saluran kemih
8. Siapa yang rentan terkena bph ?
Laki-laki dengan usia sekitar 40 tahun ke atas

Step 4
Analisis amasalah dan mebuat hipotesa
Alur masalah = gejala seperti nyeri saat berkemih dan urin yang tidak lancar

pembesaran kelenjar prostat yang menghalangi jalan saluran kemih untuk di keluarkan.

faktor usia pada laki –laki dewasa dan gaya hidupmemungkinkan pembesaran prostat yang jinak
menimbulkan

gangguan seperti nyeri dan tidak efektifnya kemampuan berkemih memicu inkotenensia urin
dan menurunnya kemampuan mengosongkan kandung kemih sehingga terjadi retensi urin
kenyamanan dan kebutuhan eliminasi terganggu
Step 5
Target dan tujuan
1. Mampu memahamikata-kata yang sulit atau tidak dapat dipahami
2. Mengidentifikasi pengertian penyakit atau gangguan yang mungkin muncul dari bph
3. Mampu Menjelaskan perjalanan penyakit
4. Mengetahui pemeriksaan fisik yang penting sebagai penunjang diagnose
5. Mampu memberikan asuhan keprawatan dan menyebutkan diagnose yang mucul
6. Mejelaskan terapi yang di berikan untuk mengatasi BPH
7. Mengetahui gaya hidup sehat
Step 6
Kerangka teoritis
1. Pengertian
Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau disebut tumor prostat jinak adalahpertumbuhan
berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas. Pembesaran prostat jinak akibat sel-sel prostat
memperbanyak diri melebihi kondisi normal, biasanya dialamilaki-laki berusia di atas 50 tahun.
BPH adalah kondisi patologis yang paling umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang
sering untuk intervensi medis pada pria di atas usia 60 tahun ( brunner suddart, 2001)
2. Etiologi
Penyebab pasti belum di ketahui. Kelejnajr prostat sangat tergantung pada hormone androgen,
factor lain dia nataranya seperti perubahan keseimbanagn hormone karenma pengaruh
pertamabahan usia pada seorang pria
3. Patofisologi
4. Manifestasi klinis
1. Peningkatan frekuensi berkemih
2. Nokturia (ngompol)
3. Anyang-anyangan
4. Abdomen tegang
5. Volume urin menurun
6. Aliran urin tidak lancar
7. Retensi urin
5. Komplikasi
Pre op : Pielenefritis, hidronefrosis,uremia
Post op ; infeksi,hidrokel,syok,retensi urin akut, nyeri saat berjalan
6. Petalaksanaan
1. Pre op
a. Pemeriksaan diagnostik
1). Urinalisa
2). Cultur urin
3). Citologi urin
4). BUN (creatin)
5). Asam fosfat serum (antigen khusus prostatik)
6). SOP
7). Sitoscopy
8). Urografi ekskretory/EVP
b. Kateterisasi
c. Terapi antibiotik
d. Balance cairan
e. Pembedahan
1). Reseksi transureteral prostst (TUR/TUPP)
2). Prostotektomi suprapubis
3). Prostotektomi perineal
4). Prostotektomi retropublik
5). Insisi prostat transuretral (TUIP)
2. Post op
a. Irigasi kandung kemih kontinyu
b. Irigasi kandung kemih intermitten
c. Analgetik
d. Terapi IV parentral
e. Balance cairan
f. Puasa sampai bising usus terdengar
7. Diagnose keperawatan

1. Pre op
a. Gangguan pola eliminasi urine b/d pembesaran prostat
KH : berkemih dengan jumlah yang adekuat tanpa adanya distensi kandung kemih.
Intervensi :
1). Kaji balance cairan
2). Tentukan pola berkemih tiap hari
3). Anjurkan klien untuk berkemih setiap 2-4 jam
4). Anjurkan pasien diet dengan ketat
5). Kolaborasi pemeriksaan laboratorium
b. Resti infeksi b/d kateterisasi
KH : suhu dalam batas normal, urin jernih warna kuning, bau khas
Intervensi :
1). Kaji TTV tiap 4 jam
2). Gunakan teknik steril dalam kateterisasi
3). Pantau VU terhadap distensi
c. Nyeri b/d retensi uris akut
KH : melaporkan penurunan nyeri, ekspresi wajah dan posisi tubuh rileks
Intervensi :
1). Ajarkan teknik relaksasi
2). Berikan posisi yang nyaman
d. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi terhadap proses penyakit
KH : menyatakan pemahaman penyakit, melakukan perubahan pola hidup
Intervensi :
1). Kaji ulang proses penyakit pengalaman pasien
2). Dorong klien untuk menyatakan perasaannya
3). Berikan informsi bahwa kondisi ini tidak ditularkan secara seksual
2. Post op
a. Nyeri b/d insisi bedah, spasme kandung kemih, retensi urin
KH : melaporkan penurunan nyeri, ekspresi wajah dan posisi tubuh rileks
Intervensi :
1). Ajarkan teknik relaksasi
2). Berikan posisi yang nyaman
3). Kaji tanda nonverbal ( gelisah kening berkerut)
4). Bantu pasien dengan posisi yang nyaman
b. Perubahan pola eliminasi b/d reseksi pembedahan dan irigasi kandung kemih
KH : kateter tetap paten pada tempatnya dan bekuan diirigasi keluar dari kandung kemih dan tidak
menyumbat aliran adarah melalui kateter
Intervensi :
1). Kaji uretra/kateter suprapubis terhadap kepatenan
2). Catat jumlah irigasi dan haluaran urin (30 ml/jam)
3). Kaji kandung kemih terhadap retensi urin
c. Resti infeksi b/d kateterisasi dan insisi pembedahan
KH : suhu dalam batas normal, insisi bedah kering, tidak terjadi infeksi
Intervensi :
1). Kaji TTV tiap 4 jam
2). Gunakan teknik steril dalam intervensi
3). Perhatikan kateter urin,laporkan bila keruh dan berbau busuk
4). Kaji luka insisi adanya nyeri, kemerahan bengkak, adanya kebocoran urin tiap 4 jam
d. Resti kekurangan cairan b/d kehilangan darah berlebih
KH : TTV normal, urin jernih, turgor kulit baik
Intervensi :
1). Pantau dan laporkan tanda dan gejala (dingin, takikardi,hipotensi)
2). Pantau balutan pada abdomen tiap 2 jam terhadap pendarahan
3). Laporkan perdarahan yang hebat dan hematuri nyata pada dokter
4). Pantau Hb dan Ht jika diinstruksikan

Step 7
Kesimpulan
Metode pembelajaran dengan seven jump sangat menyenangkan namun karena pertama kalinya
berdiskusi secara timbal balik sehingga kurang efktif dalam memcahkan masalah pada step awal
seven jump namun sejuah ini kelompok dapat memahami sebgian dari tujuan yang ingin di capai
dari kasus BPH

Didapat dari ;

Brunner And Suddart. 2002. keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 Jilid I. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall.1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Long. Barbara C. 1996. Keperawatan Medikal-Bedah edisi 3. Bandung. YIAP Keperawatan.
DE LA ROSETTE, Jean JMCH, et al. EAU Guidelines on benign prostatic hyperplasia (BPH).
European urology, 2001, 40.3: 256-263.

Anda mungkin juga menyukai