PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan Cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis
kebutuhan ini memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh dengan hampir 90% dari total
berat badan. Kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru-paru
dan gastrointestinal.
Sistem perkemihan merupakan sistem pengeluaran zat-zat metabolisme tubuh yang
tidak berguna lagi bagi tubuh yang harus dikeluarkan (eliminasi) dari dalam tubuh karena
dapat menjadi racun. Proses eliminasi ini dapat dibagi menjadi elimainasi urine (buang air
kecil) dan eliminasi alvi (buang air besar).
Gangguan saluran kemih adalah gangguan dari kandung kemih atau Uretra. Ginjal,
Uretra, Kandung kemih adalah organ-organ yang menyusun saluran kemih. Fungsi utama
dari saluran ini adalah untuk membuang air dan sisa metabolisme dan mengeluarkannya
sebagai urin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaskud dengan anamnesa gangguan perkemihan?
2. Bagaimana pemeriksan penunjangnya?
3. Bagaimana pemeriksaan fisik pada pielonepritis, batu saluran kemih dan gagal ginjal ?
4. Bagaimana tindakan pada gangguan kebutuhan cairan?
5. Bagaimana cara melakukan evaluasi kebutuhan cairan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui maksud dari anamnesa gangguan perkemihan
2. Mengetahui pemeriksaan penunjang
3. Mengetahui bagaimana pemeriksaan fisik pada pielonepritis, batu saluran kemih dan
gagal ginjal
4. Mengetahui tindakan pada gangguan kebutuhan cairan
5. Mengetahui cara melakukan evaluasi kebutuhan cairan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dari proses anamnesis merupakan data subjektif. Data subjektif
menunjukan presepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan. Klien mengungkapkan
presepsi dan perasaan subjektif seperti harga diri atau nyeri. Data subjektif adalah informasi yang
diucapkan oleh klien kepada perawat selama wawancara atau pengkajian keperawatan, yaitu
komentar yang didengaar oleh perawat. Daata subjektif biasa disebut “gejala”. Data subjektif
atau gejala adalah fenomena yang dialami oleh klien dan mungkin suatu permulaan kebiasaan
dari sensasi normal klien. Contoh : saya merasa sakit dan perih ketika buang air kecil, perut saya
teasa melilit, badan saya sakit semua, dll.
Anamnesis yang sistematis mencakup : keluhan utama pasieen, riwayat penyakit saat ini
yang sedan diderita oleh pasien, seperti : keluhan sistemik yang merupakan penyulit kelainan
urologi, seperti malaise, pucat, uremia yang merupaakan gejala gagal ginjal, atau demam akibat
infeksi dan keluhan lokal, seperti nyeri, keluhan miksi, disfungsi seksual, atau infertilitas. Selain
itu perlu adanaya pengkajian terhadap riwayat penyaakit lain yang pernh dideritanya maaupun
pernah diderita keluarganya. Beberapa pertanyaan yang biasa diajukan kepada klien adalah :
a) Kaji kebiasaan pola BAK, output/ jumlah urine 24 jam, warna, kekeruhan dan
ada/tidaknya sedimen
b) Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK , adanya dysuria, dan hematuria, serta
riwayat infeksi saluran kemih.
2
c) Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang terkait dengan
sistem perkemihan.
B. Pemeriksaan Penunjang pada Sistem Perkemihan
a. BNO
BNO dalam bahasa Inggris disebut pula KUB (Kidney Ureter Bladder). Sebelumnya
mari kita bedakan dulu antara foto polos abdomen dan foto BNO. Foto polos abdomen tidak
dilakukan persiapan atau urus-urus. Pasien dateng ke radiologi, langsung saja difoto.
Sedangkan foto BNO, pasien diminta untuk melakukan urus-urus misalnya dengan
memakan obat pencahar, meminimalisasi bicara dan merokok, dan puasa tidak makan pada
malam sebelum foto dilakukan, agar udara usus dan fekalitnya minimal. Persamaannya,
yaitu baik foto polos maupun BNO sama-sama tidak menggunakan kontras.
3
Contoh hasil pemeriksaan BNO
Keterangan :
Preperitoneal fat linenya Nampak (yang membentuk pinggang).
Psoas linenya juga nampak.
Distribusi udara ususnya minimal.
Tidak ada tanda-tanda pneumoperitoneum
Tidak ada bayangan opasitas abnormal
Sistema tulang intak
Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan IVP adalah :
1. Pemeriksaan IVP membantu mengetahui adanya kelainan pada sistem urinary,
dengan melihat kerja ginjal dan sistem urinary pasien.
4
2. Pemeriksaan ini dipergunakan untuk mengetahui gejala seperti kencing darah
(hematuri) dan sakit pada daerah punggung.
3. Mengetahui adanya kelainan pada sistem tractus urinary dari : batu ginjal,
pembesaran prostat, tumor pada ginjal, ureter dan blass.
Indikasi
Indikasi dilakukannya pemeriksaan IVP yakni untuk melihat anatomi dan fungsi dari
traktus urinarius yang terdiri dari ginjal, ureter, dan bladder, yang meliputi
Kelainan kongenital
Radang atau infeksi
Massa atau tumor
Trauma
Diantaranya adalah :
1. Renal agenesis
2. Polyuria
3. BPH (benign prostatic hyperplasia)
4. Congenital anomali : Duplication of ureter n renal pelvis, Ectopia kidney, Horseshoe
kidney, Malroration
5. Hydroneprosis
6. Pyelonepritis
7. Renal hypertention
Kontra indikasi
1. Alergi terhadap media kontras
2. Pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit jantung
3. Pasien dengan riwayat atau dalam serangan jantung
4. Multi myeloma
5. Neonatus
6. Diabetes mellitus tidak terkontrol/parah
7. Pasien yang sedang dalam keadaan kolik
5
8. Hasil ureum dan creatinin tidak normal
6
4) Tourniquet
b. Peralatan Non Steril
1) Plester
2) Marker R/L dan marker waktu
3) Media kontras Iopamiro (± 40 – 50 cc)
4) Obat-obatan emergency (antisipasi alergi media kontras)
5) Baju pasien
7
f. Prosedur IVP
Hasil pemeriksaan IVP
KRITERIA GAMBAR
1. Foto 5 menit post injeksi : Tampak kontras mengisi ginjal kanan dan kiri.
Pada menit ke-5, organ yang dinilai yaitu perginjalan, yang meliputi nefrogram dan sistem
pyelocalices (SPC). Nefrogram yaitu bayangan dari ginjal kanan dan kiri yang terisi kontras.
Warnanya semiopaque, jadi putihnya sedang-sedang saja.
8
Gambaran batu, baik batu lusen atau opaq. Apabila ada batu, khasnya yaitu ada filling
defek.
Pada menit ke-5, contoh penyakit yang bisa diketahui yaitu penyakit-penyakit yang ada
di ren, misalnya pyelonefritis, nefrolitiasis, hidronefrosis, massa/tumor renal, dll.
9
4. Foto Post Miksi : Tampak blass yang telah kosong.
g. Ultrasonografi Ginjal
USG Ginjal adalah pemeriksaan imaging pada ginjal dengan menggunakan
Ultrasonografi untuk keperluan daignostik kelainan pada ginjal.
Tujuan
Untuk keperluan diagnostik
Indikasi
Indikasi pemriksaan Ultrasonografi ginjal adalah sebagai berikut.
a) Kolik renal atau ureter
b) Suspek massa pada ginjal ( ginjal besar)
c) Ginjal yang idak berfungsi pada urografi
d) Hematuria
e) Infeksi kemih yang rekuren
f) Trauma
g) Suspek penyakit yang polikistik
10
h) Pireksia dengan penyakit yang tidak diketahui atau pireksia sebagai komplikasi pasca
bedah
i) Gagal ginjal dengan penyebab yang tidak diketahui, dan
j) Skistosomiasis
Kontaraindikasi
Tidak ada
Persiapan
1. Persiapan pasien
Tidak ada persiapan yang diperlukan. Jika yaang diperiksa adalah kandung kemih, pasien
diajurkan untuk minum terlebih dahulu.
2. Posisi pasien
Pemeriksaan USG dimulai dengan pasien berbaring pada bagian punggungnya
(telentang)
Oleskan jeli pada abdomen kanan atas.
3. Pemilihan transduser
Untuk pasien dewasa, gunakan transduser kurviliner 3,5 Mhz. Untuk pasien anak-anak
atau dwasa dengan ukuran tubuh kurus gunakan transduser 5 Mhz.
h. Prosedur Tindakan
Teknik skening
Ginjal kanan dapat dilihat paling jelas dengan menggunakan hepar sebagai jendela
akusstik sementara pasien berbaring telentang. Skening dilakukan pada keadaan inspirasi
11
dalam yang ditahan. Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan menahannya. Jangan
lupa juga untuk meminta pasien rileks dan bernapas kembali secara normal. Pemeriksaan
USG dimulai dengan skening longitudinal pada daerah abdomen kanan atas dan kemudian
diikuti dngan skening transversal, selanjutnya puta tubuh pasien dengan posisi dekubitus
lateral kiri untuk meelihat ginjal kanan dalam pandangan koronal ini.
Untuk melihat ginjal kiri, oleskan jeli pada abdomen kiri. Lakukan skening kirin
dengan urutan yang sama. Jika ginjal kiri tidak dapat dilihat (karna adanya gas yang
berlebihan dalam usus) coba berbaring dengan posisi dekubitus kanan (berbaring pada
posisi kanan). Jika ginjal belum dapat dilihat secara jelas lakukan skening lewat ruang sela
iga, mintalah pasien unuk berputar dalam posisi telungkup dalam oleskan jeli pada daerah
renal kiri dan kanan. Lakukan skening longitudinal dan transversal pada kedua daerah ginjal.
C. Pemeriksaan Fisik
Dehidrasi
a) Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : apatis-coma
2. Tekanan darah menurun
Nadi meningkat
Pernafasan cepat dan dalam
Suhu meningkat pada waktu awal
3. BB meningkat
4. Turgor menurun
5. CVP menurun
b) Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
1) Urine
a. Osmolalilas kemih > 450 m osmol / kg
b. Natrium urine < 10 meg / L (penyebab di luar ginjal)
c. Natrium urine > 10 meg / L ( penyebab pada ginjal / adrenal)
d. OJ urine meningkat
e. Jumlah urine menurun (30-50 cc / jam)
12
2) Darah
a. Ht meningkat
b. Kadar protein serum meningkat
c. Na+ serum normal
d. Rasio buru / kreatin serum > 20 : 1 (N = 10 : 1)
e. Glukosa serum : normal / meningkat
f. Hb menurun
Edema
13
9. Lakukanlah cuci tangan rutin
10. Berdirilah di sebelah kanan pasien
PEMERIKSAAN FISIK EDEMA 1 2 3
11. Inspeksi bagian tubuh yang biasanya terjadi edema yaitu
kelopak mata, keempat ekstremitas, regio lumbo sakral pada
pasien yang berbaring lama, vulva pada wanita atau skrotum
pada pria
12. Tekan secara ringan regio tibia yang edema dengan ibu jari
selama kurang lebih 10 detik
13. Pada pasien yang sudah berbaring lama, tekan secara ringan
regio sakrum yang edema dengan ibu jari selama kurang lebih
10 detik
14. Lakukan penilaian apakah terjadi edema pitting atau non-
pitting
15. Lakukan cuci tangan rutin
16. Jelaskan kepada pasien hasil pemeriksaan dan kemungkinan
penyebabnya, dan jelaskan rencana pemeriksaan selanjutnya
Pielonefritis adalah infeksi bakteri pada piala (pielum) ginjal, tubulus, dan jaringan interstisil dari
salah satu atau kedua ginjal. Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks ureterovesikal,
dimana katup ureterovesikal yang tidak kompeten menyebabkan urine mengalir balik (refluks)
14
ke dalam ereter. Obstruksi saluran perkemihan meningktkan kerentanan ginjal terhadap infeksi.
Pielonefritis dapat berlangsung secara akut atau kronis. (Suharyanto & Madjid, 2013, p. 118)
Dari definisi diatas pielonefritis adalah infeksi yang disebabkan adanya bakteri yang masuk pada
ginjal melalui ureter. Pielonefritis dibagi menjadi dua adalah pielonefritis akut dan kronis.
Etiologi
Pielonefritis adalah bakteri. Bakteri bisa mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke
ginjal. Meskipun ginjal menerima 20-25% curah jantung, bakteri jarang yang mencapai ginjal
melalui darah (hematogen). Kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%. (Suharyanto &
Madjid, 2013, p. 118)
Kadang kala sebuah infeksi mungkin menjadi penyakit primer, seperti yang terjadi dengan
berkurangnya resistansi inang (misalnya kalkulus, keganasan, hidrinefrosis, atau trauma).
Kebanyakan infeksi ginjal, bagaimanapun juga, adalah perluasan dari proses infeksi yang berada
dimana saja, khususnya kandung kemih.
Bakteri menyebar ke ginjal terutama dengan ke atas dari ureter ke ginjal. Sirkulasi darah dan
limfatik juga bisa menjadi jalan bagi bakteri. Refluks ureter, yang memungkinkan urine yang
terinfeksi kembali ke ureter, dan obstruksi, yang menyebabkan urine kembali ke ureter dan
memungkinkan bakteri berkembangbiak, adalah penyebab umum infeksi saluran kemih yang
naik dari ureter ke ginjal. Escherichia coli adalah organism bakteri yang paling umum yang
menyebabkan pielonefritis.
Deteksi dini dan pengobatan yang sesuai akan infeksi saluran kemih bagian bawah sangat
mengurangi kejadian pielonefritis.
15
Tanda dan gejala
Pielonefritis dapat dimanifestasikan sebagai demam tinggi sampai menggigil, nyeri daerah
costovertebral menjalar keperut, malaise. Selain tanda dan gejala tersebut, biasanya di dahului
keluhan urgency dan frekuensi, disuria, rasa nafas seperti terbakar waktu berkemih, urin tampak
kering dan berbau menyengat. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 59)
Patofisiologi
Secara khas infeksi menyebar melalui kandung kemih kedalam ureter, kemudian ke ginjal,
seperti terjadi pada refluk vesikoureter. Refluks vesikoureter dapat juga terjadi karena
vesikoureter. Refluksvesikoureter dapat terjadi karena kelemahan konginetal pada tempat
pertemuan (junction) ureter dan kandung kemih. Bakteri yang mengalir balik kejaringan internal
bisa menimbulkan koloni infeksi dalam tempo 24 hingga 48 jam. Infeksi dapat pula terjadi
karena instrumentasi (seperti tindakan kateterisasi, sistokopi, atau bedah urologi), karena infeksi
hematogen (seperti pada septicemia atau endokarditis), atau mungkin juga karena infeksi
limfatik. Pielonefritis ini juga terjadi karena ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih
(misalnya pada pasien neurogenic bladder), statis urine, atau obstruksi urine akibat tumor,
striktur, atau hipertropia prostat benigna.
Bakteri tersebut naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih dan uretra.
Floramoral fekal seperti Eschericia coli, streptococcus fecalis, pseudomonas aeruginosa, dan
staphilococus aureus adalah bakteri yang paling umum yang menyebabkan pielonefritis akut. E.
colli menyebabkan sekitar 85% infeksi. (Prabowo & Pranata, 2014, p. 59)
16
maupun makroskopi, dysuria karena ineksi, demam disertai mengigil, dan
retensi urine pada batu uretra atau leher buli-buli.
Pemeriksaan Fisik : teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis / obstruktif,
nyeri tekan / ketok pada pinggang / daerah konstovertebral, dan batu uretra
anterior bisa diraba.
Laboratorium : urinalisis (proteinuria, hematuria, leukosituria, Ca ++, PO4 dan
asam urat dalam urin)
Pembiakan urin dapat positif (10 koloni/ml urin).
Radiologis potopolos abdomen : IVP terdapat batu pada saluran kemih, dapat
menentukan dengan tepat letak batu, terutama batu yang radiolusen (kalo perlu
+ tomografi, USG pada gagal ginjal kronis terdapat hidronfrosis, dan BSK non
opak).
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan blokade aliran urin oleh batu
ditandai dengan :
DS : laporan adanya gangguan dalam berkemih.
DO : sering berkemih dalam jumlah sedikit, oliguria, dan anuria.
17
Tindakan keperawatan pada gangguan kebutuhan cairan :
a. Pemasangan Kondom Kateter
Pengertian:
Kondom kateter adalah alat drainase urine eksternal yang mudah untuk digunakan dan aman
untuk mengalirkan urine pada klien pria.
Indikasi:
Klien dengan inkontinensia urine.
Tujuan:
a) Untuk mengumpulkan urine dan mengontrol inkontinensia urine.
b) Mencegah iritasi pada kulit akibat inkontinensia urine.
c) Klien dapat melakukan aktivitas fisik tanpa harus terganggu karena inkontinensia urine
Peralatan:
a) Kondom kateter.
b) Strip elastis atau perekat.
c) Urine bag dengan selang drainase.
d) Baskom dengan air hangat dan sabun.
e) Handuk dan waslap.
f) Selimut mandi.
g) Sarung tangan.
h) Perlak pengalas.
Prosedur:
a) Jelaskan prosedur tindakan kepada klien.
b) Jaga privacy klien.
c) Cuci tangan dengan prinsip 5 langkah cuci tangan yang benar.
d) Atur posisi klien trendelenberg. Lepaskan pakaian bawah klien lalu tutup dengan selimut
mandi.
e) Pasang perlak pengalas pada bokong klien.
f) Kenakan sarung tangan.
g) Bersihkan alat genetalia dengan air dan sabun menggunakan waslap lalu keringkan.
h) Genggam penis dengan salah satu tangan kemudian penis ditegakkan.
18
i) Pasang kondom kateter pada ujung penis dan dengan perlahan pasangkan pada batang
penis.
j) Sisakan 2,5-5 cm ruang antara gland penis dan ujung kondom kateter untuk menghindari
kelebihan pemanjangan gland penis.
k) Lilitkan perekat elastis menyeluruh pada kantong kondom yang melingkar di batang
penis.
l) Hubungakan selang drainase pada ujung kondom.
m) Posisikan klien pada posisi yang nyaman.
n) Rapihkan perlak dan tempat tidur klien.
o) Lepaskan sarung tangan lalu cuci tangan.
p) Dokumentasikan prosedur ini beserta hasilnya.
Prosedur:
a) Sesuai dengan pola waktu berkemih yang telah ditentukan, usahakan agar klien
mempertahankannya saat klien merasa ingin berkemih baik urgen atau tidak. Kontraksi
dan relaksasi sacara teratur akan meningkatkan tonus otot bladder dan meningkatkan
kontrol volunter.
19
b) Berikan cairan sekitar 30 menit sebelum waktu BAK sesuai pola tersebut sebanyak ±
600-800 cc. Intake cairan ini untuk membantu proses produksi urin yang adekuat,
sehingga merangsang refleks miksi.
c) Lakukan program latihan untuk meningkatkan tonus otot abdomen dan pelvis melalui
latihan Kegel’s. Caranya:
Posisi klien duduk atau berdiri dengan kaki diregangkan.
Kontraksikan rektum, uretra, dan vagina (pada wanita) ke arah atas dalam.
Lalu tahan selama 5 detik. Kontraksi seharusnya terasa pada panggul.
Ulangi latihan tersebut 5-6 kali pada tahap awal dengan interval waktu.
Setelah otot semakin kuat tingkatkan jumlah latihan sampai akhirnya dapat
melakukan sampai 200 kali setiap hari.
d) Cobakan klien untuk memulai dan menghentikan aliran urine.
c. Memberikan obat sesuai terapi
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anamnesis merupakan suatu waancara kapada klien yang ditunjukkan unttuk mengetahui
secara dini penyakit yang kemungkinana diderita oleh klien. Anamnesis merupakan suatu
pengumpulan data adalaah mengumpulkan informasi yang sistematik tentang klien termasuk
kekuatan dan kelemahan klien.
B. SARAN
Dengan disusunnya makalah ini dihrapkan kepada semua pembacaagar dapat mengetahui
dan memahami serta dapat memberikan kritik dan saran agar makalah ini enjadi lebih baik dari
sebelumnya. Demikian saran yang penulis sampaikan semoga dapat memberi mamfaat bagi
semua pembaca.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo A. W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK. S, Setiati S, eds. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, jilid I, edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, Jakarta, hal:51-55.
2. Zubir N. Pemeriksaan abdomen. Dalam: Acang N, Zubir N, Najirman, Yuliwansyah R,
Eds. Buku Ajar Diagnosis Fisik. Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas, Padang. 2008
3. Farid Aziz, M ,dkk. 2008. PANDUAN PELAYANAN MEDIK : GANGGUAN
GINJAL.Jakarta: EGC
22