2. JENIS-JENIS TIDUR
Pada hakekatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu tidur dengan
gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement - REM) dan tidur dengan gerakan bola mata
lambat (Non-Rapid Eye Movement - NREM)
a. Tidur REM
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal tersebut
berarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya
bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot-otot kendor, tekanan darah
bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak-balik), gerakan otot tidak
teratur, kecepatan jantung, dan pernafasan tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu dan
metabolisme meningkat.
Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan gejala-gejala
sebagi berikut:
- Cenderung hiperaktif
- Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosinya labil)
- Nafsu makan bertambah
- Bingung dan curiga
b. Tidur NREM
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM, gelombang
otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur. Tanda-tanda tidur NREM
antara lain: mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan pernafasan
turun, metabolisme turun, dan gerakan bola mata lambat.
Tidur NREM memiliki empat tahap yang masing-masing tahap ditandai dengan pola
perubahan aktivitas gelombang otak yang terlihat pada EEG (Electroenchepalogram). Keempat
tahap tersebut yaitu:
- Tahap I
Tahap I merupakan transisi di mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Pada
tahap I ini ditandai dengan seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot menjadi lemas,
kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan, kecepatan jantung
dan pernafasan menurun secara jelas. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat dibangunkan
dengan mudah.
- Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II ini ditandai
dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot perlahan-lahan
berkurang, serta kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas. Tahap II ini berlangsung
sekitar 10-15 menit.
- Tahap III
Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara menyeluruh.
Kecepatan jantung, pernafasan, dan proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat
dominasi sistem saraf parasimpatis. Seseorang yang tidur pada tahap ini sulit untuk dibangunkan.
- Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur di mana seseorang berada dalam keadaan rileks, jarang
bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah, lunglai, dan sulit dibangunkan. Denyut jantung
dan pernafasan menurun sekitar 20-30%. Pada tahap ini. Dapat terjadi mimpi. Selain itu, tahap
IV ini dapat memulihkan kedaan tubuh.
Selain keempat tahap tersebut, sebenarnya ada satu tahap lagi yakni tahap V. Tahap
kelima ini merupakan tidur REM dimana setelah tahap IV seseorang masuk ke tahap V. Hal
tersebut ditandai dengan kembali bergeraknya kedua bola mata yang berkecepatan lebih tinggi
dari tahap-tahap sebelumnya. Tahap V ini berlangsung sekitar 10 menit, dapat pula terjadi
mimpi.
-
Kebutuhan Tidur
Tingkat
Perkembangan/ Usia
Bayi
Toddler
Pra sekolah
Usia sekolah
Remaja
Dewasa muda
Dewasa pertengahan
Dewasa tua
Mungkin
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur, ada pula
yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan menurunkan tidur
REM.
5
2. Somnambulisme
3. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi pada anak-anak dan
remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara pasti belum jelas, tetapi ada
7
beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan
toilet training yang kaku. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah enuresis antara lain:
hindari stres, hindari minum yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih
(berkemih dulu) sebelum tidur.
4. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gangguan tidur yang gejala awalnya ditandai dengan rasa kantuk yang
tidak tertahankan di siang hari, lalu pada umumnya berlanjut dengan serangan tidur atau tidur
secara tiba-tiba tanpa mengenal waktu dan tempat. Narkolepsi sebenarnya termasuk kelompok
gangguan otak jangka panjang. Kondisi ini terbilang langka. Narkolepsi biasanya dimulai pada
usia remaja dan awal usia dua puluhan. Selain kemunculan rasa kantuk di siang hari dan
serangan tidur, penderita narkolepsi juga bisa mengalami gejala-gejala seperti ini.
Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba yang dapat ditandai dengan kaki terasa
lemas, kepala lunglai dan rahang turun, penglihatan tidak fokus, serta bicara cadel.
Hilangnya kendali otot ini bersifat sementara dan biasanya dipicu oleh emosi tertentu,
seperti akibat terkejut, marah, senang, atau tertawa. Frekuensi waktu terjadinya katapleksi
pada penderita narkolepsi berbeda-beda, ada yang bisa mengalaminya beberapa kali
dalam sehari dan ada juga yang hanya satu atau dua kali dalam setahun. Masing-masing
kondisi berdurasi waktu beberapa detik sampai beberapa menit.
Sakit kepala.
Gangguan ingatan.
Berhalusinasi.
8
Ketindihan atau sleep paralysis yang ditandai dengan badan sulit digerakkan seperti
mengalami lumpuh. Fenomena ini biasanya terjadi ketika kita akan mulai tertidur atau
ketika hendak bangun tidur.
Depresi.
Perkembangan gejala narkolepsi pada penderita bisa berlangsung cukup singkat selama
beberapa minggu atau bisa berlangsung lambat selama beberapa tahun. Obat-obat agripnotik
dapat digunakan untuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis obat yang membuat orang tidak
dapat tidur, contohnya obat jenis ampetamin.
5. Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih.
Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
6. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut.
Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor yang dapat menyebabkan
9
mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian
belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati udara pernapasan.
B. ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
PASIEN
DENGAN
GANGGUAN
10
Gangguan pola tidur inin dapat disebabkan karena ansietas yang dialami klien,
lingkungan yang tidak kondusif untuk tidur (misalnya, lingkungan yang bising),
letidakmampuan mengatasi stres yang dialami, dan nyeri akibat penyakit yang diderita
klien.
b. Perubahan proses pikir
Perubahan proses berpikir ini disebabkan oleh terjadinya deprivivasi tidur
c. Gangguan harga diri
Gangguan harga diri terutama dialami pada klien yang mengalami enuresis
d.
Risiko cedera
Risiko
cedera
terutama
pada
klien
yang
menderita
somnambulisme.
Pada
somnambulisme ini, klien melakukan aktivitas tanpa disadari sehingga berisiko terjadinya
kecelakaan, bisa berupa jatuh dari tempat tidur, turun tangga, atau membentur tembok,
dan lain-lain.
3. Intervensi Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Pada klien yang dirawat di rumah sakit dapat mengalami masalah istirahat dan tidur.
Masalah tersebut sering berhubungan dengan lingkungan rumah sakit, rutinitas ruangan, atau
penyakit yang dideritanya. Walaupun begitu, perawat mesti membantu klien untuk dapat istirahat
dan tidur.
Berikut ini merupakan beberapa intervensi yang dapat diterapkan untuk membantu
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada klien yang dirawat.
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman, dapat dilakukan misalnya dengan:
-Pintu kamar klien ditutup
-Kurangi stimulus, misalnya percakapan
-Tempatkan klien dengan teman yang cocok, dan lain-lain
b. Membantu kebiasaan klien sebelum tidur, misalnya dengan mendengarkan musik,
membaca, dan berdoa. Pada klien anak-anak, dapat dilakukan dengan membacakan
dongeng, memegang boneka atau benda yang disukainya.
c. Diet
Anjurkan klien untuk memakan makanan yang mengandung tinggi protein, seperti susu
dan keju
d. Hindari banyak minum sebelum tidur
e. Hindari latihan fisik yang berlebihan sebelum tidur
11
12
BAB III
A. Kesimpulan
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang di butuhkan semua orang. Setiap
individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda. Dengan pola istirahat
dan tidur yang baik, benar, dan teratur akan memberikan efek yang baik terhadap
kesehatan, yaitu efek fisiologis terhadap sistem syaraf yang di perkirakan dapat
memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara susunan saraf, serta berefek
terhadap struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ tubuh.
B. Saran
Setiap individu harus menjaga kecukupan kebutuhan istirahat dan tidurnya sesuai
kebutuhannya. Dengan kondisi jiwa dan fisik yang sehat maka dapat melakukan berbagai
kegiatan dengan baik. Perawat perlu berupaya membantu pemenuhan kebutuhan istirahat
dan tidur klien sesuai dengan prosedur yang benar sehingga perawat harus mempunyai,
kompetensi yang baik terkait dengan kebutuhan istirahat dan tidur sehingga pelayanan
terhadap klien dapat berjalan dengan baik dan benar.
13
Referensi
Asmadi.2008. Tehnik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: Salemba Medika.
Kozier,B.,G.Erb. 2004. Fundamentals of Nursing: Concepts, process, and practice. Seventh
edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Mubarak & Chayatin. 2008. Buku ajar kebutuhan dasar manusia, Teori dan aplikasi dalam
praktik. Jakarta : EGC
WOLF/WEITZEL/FUERST. 1984. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta: PT.Gunung Agung
14