Anda di halaman 1dari 14

BAB II

Konsep dan Askep gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur


Konsep Istirahat dan Tidur
A. Konsep Teori
1. DEFINISI
a. Istirahat
Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai menyegarkan diri,
diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apa pun yang
membosankan, menyulitkan, atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari
kecemasan (ansietas). Maka dengan istirahat suatu keadaan dengan kegiatan yang dikurangi
sehingga badan merasa segar kembali. Bagi yang lain, istirahat tidak akan ada sampai waktu
ia tertidur.
Seseorang dapat benar-benar istirahat, bila:
a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan dibawah kontrolnya
b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di mana pun
c. Mengetahui apa yang terjadi
d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan
e. Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya
f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu bila memerlukannya
b. Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan tak sadarkan diri yang relative. Seringkali dikatakan
bahwa tidur diperlukan agar sel-sel dalam tubuh dapat memulihkan kondisi. Namun tidak
terdapat bukti-bukti ilmiah yang menyatakan bahwa tidur diperlukan untuk perawatan
fisiologis. Meskipun tujuan yang sebenarnya dari tidur belumlah jelas, sudah kita ketahui
bahwa tidur diperlukan untuk memelihara kesehatan dan kekurangan tidur selalu
mengakibatkan kondisi-kondisi yang dapat merusak orang yang mengalaminya.
1

2. JENIS-JENIS TIDUR
Pada hakekatnya tidur dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu tidur dengan
gerakan bola mata cepat (Rapid Eye Movement - REM) dan tidur dengan gerakan bola mata
lambat (Non-Rapid Eye Movement - NREM)

a. Tidur REM
Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif atau tidur paradoksial. Hal tersebut
berarti tidur REM ini sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola matanya
bersifat sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot-otot kendor, tekanan darah
bertambah, gerakan mata cepat (mata cenderung bergerak bolak-balik), gerakan otot tidak
teratur, kecepatan jantung, dan pernafasan tidak teratur sering lebih cepat, serta suhu dan
metabolisme meningkat.
Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan gejala-gejala
sebagi berikut:
- Cenderung hiperaktif
- Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi (emosinya labil)
- Nafsu makan bertambah
- Bingung dan curiga

b. Tidur NREM
Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam. Pada tidur NREM, gelombang
otak lebih lambat dibandingkan pada orang yang sadar atau tidak tidur. Tanda-tanda tidur NREM
antara lain: mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan pernafasan
turun, metabolisme turun, dan gerakan bola mata lambat.
Tidur NREM memiliki empat tahap yang masing-masing tahap ditandai dengan pola
perubahan aktivitas gelombang otak yang terlihat pada EEG (Electroenchepalogram). Keempat
tahap tersebut yaitu:
- Tahap I
Tahap I merupakan transisi di mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Pada
tahap I ini ditandai dengan seseorang merasa kabur dan rileks, seluruh otot menjadi lemas,
kelopak mata menutup mata, kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan, kecepatan jantung
dan pernafasan menurun secara jelas. Seseorang yang tidur pada tahap I dapat dibangunkan
dengan mudah.
- Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap II ini ditandai
dengan kedua bola mata berhenti bergerak, suhu tubuh menurun, tonus otot perlahan-lahan
berkurang, serta kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan jelas. Tahap II ini berlangsung
sekitar 10-15 menit.
- Tahap III
Pada tahap ini, keadaan fisik lemah lunglai karena tonus otot lenyap secara menyeluruh.
Kecepatan jantung, pernafasan, dan proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat
dominasi sistem saraf parasimpatis. Seseorang yang tidur pada tahap ini sulit untuk dibangunkan.
- Tahap IV
Tahap IV merupakan tahap tidur di mana seseorang berada dalam keadaan rileks, jarang
bergerak karena keadaan fisik yang sudah lemah, lunglai, dan sulit dibangunkan. Denyut jantung

dan pernafasan menurun sekitar 20-30%. Pada tahap ini. Dapat terjadi mimpi. Selain itu, tahap
IV ini dapat memulihkan kedaan tubuh.
Selain keempat tahap tersebut, sebenarnya ada satu tahap lagi yakni tahap V. Tahap
kelima ini merupakan tidur REM dimana setelah tahap IV seseorang masuk ke tahap V. Hal
tersebut ditandai dengan kembali bergeraknya kedua bola mata yang berkecepatan lebih tinggi
dari tahap-tahap sebelumnya. Tahap V ini berlangsung sekitar 10 menit, dapat pula terjadi
mimpi.
-

Kebutuhan Tidur

Tingkat
Perkembangan/ Usia

Pola Tidur Normal


Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh

Bayi baru lahir

Bayi

Toddler

sedikit, 50% tidur NREM, banyak waktu tidurnya dilewatkan


pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus sekitar 4560 menit.
Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama
pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar
Tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur
pada malam hari, terbangun dini hari berkurang, siklus
bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun
Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode

Pra sekolah

Usia sekolah
Remaja
Dewasa muda
Dewasa pertengahan

Dewasa tua

terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada umur 5


tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.
Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu
tidur relatif konstan.
Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur tahap III-IV.
Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur
tahap I, 59% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III-IV.
Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin
mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur.
Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV
nyata

berkurang kadang-kadang tidak ada.

Mungkin

mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur


malam hari.
4

3. FAKTOR YANG MEMENGARUHI ISTIRAHAT DAN TIDUR


Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang
kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang bisa tidur
ataupun tidak dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut:
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan ia dapat tidur dengan nyenyak.
Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat
dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur dengan nyenyak.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada
lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak. Sebaliknya
lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang untuk tidur.
c. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan
karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis.
Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
d. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan ikan tuna
dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman yang mengandung kafein
maupun alkohol akan mengganggu tidur.
e. Gaya hidup
Kelelahan dapat memengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah orang
dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan akan menyebabkan
periode tidur REM lebih pendek.

f. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan tidur, ada pula
yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan menurunkan tidur
REM.
5

4. GANGGUAN-GANGGUAN TIDUR DAN PENANGANANNYA


1. Insomnia

Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara


kualitas maupun kuantitas. Seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi merasa belum cukup tidur
dapat disebut mengalami insomnia (Japardi, 2002).
Ada tiga jenis insomnia diantaranya:
1. Insomnia inisial: ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur.
2. Insomnia intermitten: ketidakmampuan untuk memepertahankan tidur atau keadaan
sering terjaga tidur.
3. Insomnia terminal: bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami insomnia diantaranya
adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk
tidur.
Perawat dapat membantu klien mengatasi insomnia melalui pendidikan kesehatan,
menciptakan lingkungan yang nyaman, melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya. Ada
beberapa tindakan atau upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia yaitu:
a. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu
b. Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama
c. Hindari tidur di waktu siang atau sore hari
d. Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak pada waktu
kesadaran penuh
e. Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur
f. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang tidur
g. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum berusaha untuk tidur
6

2. Somnambulisme

Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup


adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk
di tempat tidur, emnabrak kursi, berjalan kaki, dan berbicara. Somnambulisme ini lebih banyak
terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Seseorang yang mengalami somnabulisme
mempunyai risiko terjadinya cedera.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi somnabulisme yaitu dengan
membimbing anak. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi somnabulisme adalah
dengan membuat lingkungan yang nyaman dan aman, serta dapat pula dengan menggunakan
obat seperti Diazepam dan Valium.

3. Enuresis

Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi pada anak-anak dan
remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara pasti belum jelas, tetapi ada
7

beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis seperti gangguan pada bladder, stres, dan
toilet training yang kaku. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah enuresis antara lain:
hindari stres, hindari minum yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih
(berkemih dulu) sebelum tidur.
4. Narkolepsi

Narkolepsi adalah gangguan tidur yang gejala awalnya ditandai dengan rasa kantuk yang
tidak tertahankan di siang hari, lalu pada umumnya berlanjut dengan serangan tidur atau tidur
secara tiba-tiba tanpa mengenal waktu dan tempat. Narkolepsi sebenarnya termasuk kelompok
gangguan otak jangka panjang. Kondisi ini terbilang langka. Narkolepsi biasanya dimulai pada
usia remaja dan awal usia dua puluhan. Selain kemunculan rasa kantuk di siang hari dan
serangan tidur, penderita narkolepsi juga bisa mengalami gejala-gejala seperti ini.

Katapleksi atau melemahnya otot secara tiba-tiba yang dapat ditandai dengan kaki terasa
lemas, kepala lunglai dan rahang turun, penglihatan tidak fokus, serta bicara cadel.
Hilangnya kendali otot ini bersifat sementara dan biasanya dipicu oleh emosi tertentu,
seperti akibat terkejut, marah, senang, atau tertawa. Frekuensi waktu terjadinya katapleksi
pada penderita narkolepsi berbeda-beda, ada yang bisa mengalaminya beberapa kali
dalam sehari dan ada juga yang hanya satu atau dua kali dalam setahun. Masing-masing
kondisi berdurasi waktu beberapa detik sampai beberapa menit.

Sakit kepala.

Gangguan ingatan.

Berhalusinasi.
8

Ketindihan atau sleep paralysis yang ditandai dengan badan sulit digerakkan seperti
mengalami lumpuh. Fenomena ini biasanya terjadi ketika kita akan mulai tertidur atau
ketika hendak bangun tidur.

Depresi.

Perkembangan gejala narkolepsi pada penderita bisa berlangsung cukup singkat selama
beberapa minggu atau bisa berlangsung lambat selama beberapa tahun. Obat-obat agripnotik
dapat digunakan untuk mengendalikan narkolepsi yaitu sejenis obat yang membuat orang tidak
dapat tidur, contohnya obat jenis ampetamin.
5. Night terrors

Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau lebih.
Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat dan ketakutan.
6. Mendengkur

Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut.
Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor yang dapat menyebabkan
9

mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian
belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati udara pernapasan.
B. ASUHAN

KEPERAWATAN

PADA

PASIEN

DENGAN

GANGGUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR


1. Pengkajian Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan
kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkajian mengenai:
a. Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa bangun
tidur, dan keteraturan pola tidur klien.
b. Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku, buang air kecil,
dan lain-lain.
c. Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya.
d. Kebiasaan tidur siang.
e. Lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur klien?, apakah kondisinya
bising, gelap, atau suhu dingin?
f. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari apakah peristiwa
yang dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami gangguan tidur?
g. Status emosi dan mental klien. Status emosional dan mental memengaruhi terhadap
kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu mengkaji mengenai status
emosional dan mental klien, misalnya apakah klien mengalami stress emosional atau
ansieta? Juga dikaji sumber stres yang dialami klien.
h. Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul sebagai akibat
gangguan istirahat tidur, seperti:
- Penampilan wajah, misalnya adalah adakah area gelap di sekitar mata, bengkak di
kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat cekung.
- Perilaku yang terkait dengan gangguan istirahat tidur, misalnya apakah klien mudah
tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat bingung.
- Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin ditemukan pada klien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan istirahat tidur, antara lain:
a. Gangguan pola tidur

10

Gangguan pola tidur inin dapat disebabkan karena ansietas yang dialami klien,
lingkungan yang tidak kondusif untuk tidur (misalnya, lingkungan yang bising),
letidakmampuan mengatasi stres yang dialami, dan nyeri akibat penyakit yang diderita
klien.
b. Perubahan proses pikir
Perubahan proses berpikir ini disebabkan oleh terjadinya deprivivasi tidur
c. Gangguan harga diri
Gangguan harga diri terutama dialami pada klien yang mengalami enuresis
d.

Risiko cedera
Risiko

cedera

terutama

pada

klien

yang

menderita

somnambulisme.

Pada

somnambulisme ini, klien melakukan aktivitas tanpa disadari sehingga berisiko terjadinya
kecelakaan, bisa berupa jatuh dari tempat tidur, turun tangga, atau membentur tembok,
dan lain-lain.
3. Intervensi Pemenuhan Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Pada klien yang dirawat di rumah sakit dapat mengalami masalah istirahat dan tidur.
Masalah tersebut sering berhubungan dengan lingkungan rumah sakit, rutinitas ruangan, atau
penyakit yang dideritanya. Walaupun begitu, perawat mesti membantu klien untuk dapat istirahat
dan tidur.
Berikut ini merupakan beberapa intervensi yang dapat diterapkan untuk membantu
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada klien yang dirawat.
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman, dapat dilakukan misalnya dengan:
-Pintu kamar klien ditutup
-Kurangi stimulus, misalnya percakapan
-Tempatkan klien dengan teman yang cocok, dan lain-lain
b. Membantu kebiasaan klien sebelum tidur, misalnya dengan mendengarkan musik,
membaca, dan berdoa. Pada klien anak-anak, dapat dilakukan dengan membacakan
dongeng, memegang boneka atau benda yang disukainya.
c. Diet
Anjurkan klien untuk memakan makanan yang mengandung tinggi protein, seperti susu
dan keju
d. Hindari banyak minum sebelum tidur
e. Hindari latihan fisik yang berlebihan sebelum tidur
11

f. Hindari rangsangan mental yang tidak menyenangkan sebelum tidur. Maksudnya,


usahakan psikologi klien tenang, tidak cemas, ataupun stres sebelum tidur.
g. Berikan rasa nyaman dan rileks, misalnya dengan:
- Mengatur posisi yang nyaman untuk tidur
- Anjurkan klien berkemih sebelum tidur
-Tempat tidur yang bersih dan tidak boleh basah
-Pada klien nyeri, berikan obat analgesik 30 menit sebelum tidur
h. Hindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur
i. Berdoa sesuai dengan agamanya
4. Implementasi Istirahat dan Tidur
a. Identifikasi faktor2 penyebab
b. Nyeri, Ketakutan, Stres, Cemas, Imobilisasi, atau berkurangnya aktivitas
c. Kurang/hilangkan faktor2 penyebab.
d. Ribut :Tutup pintu ruangan; Dengarkan musik lembut ; Tutup pintu ruangan; Gunakan
lampu tidur; Kurangi kebisingan ;Kurangi volume alaram/televisi/Hp; Kalau perlu
e.
f.
g.
h.
i.
j.

pindalah keruangan yang lebih tenang.


Interupsi pola kebiasaan yang dapat mengganggu pola tidur.
Kalau perlu tingkatkan aktivitas pada siang hari.
Kurangi intake cairan berlebihan saat menjelang tidur.
Makanan ringan atau susu sebelum tidur.
Sediakan sarana yang nyaman untuk pengantar tidur
Kurangi kecemasan
k. Pada klien anak-anak:
- Jelaskan tentang waktu malam
- Bandingkan perbedaan siang dan malam
- Jika terjadi mimpi buruk, anjurkan anak untuk bercerita, jelaskan bahwa mimpi itu

seperti kenyataan dan anda pun mengalaminya


- Gunakan lampu malam untuk mengontrol mereka
- Beritahu bahwa anda selalu ada di dekat mereka
l. Kurangi kemungkinan kecelakaan pada waktu tidur
m.Berikan penyuluhan kesehatan dan kalau perlu rujukan dan kolaborasi pemberian obat.
5. Evaluasi Istirahat dan Tidur
a. Pasien dapat tidur dalam jangka waktu 20-30 menit
b. Pada waktu tidur tidak sering terbangun
c. Jika terbangun akan mudah tidur kembali
d. Meningkatnya waktu tidur sesuai yang diharapkan
e. Klien mengingat kembali mimpi yang dialaminya
f. Klien menyatakan perasaannya sesudah tidur
g. Bebas dari kecemasan dan depresi
h. Klien dapat bekerja dengan baik dan penuh konsentrasi
i. Klien dan keluarga mampu menjelaskan faktor2 yang dapat meningkatkan tidur

12

BAB III
A. Kesimpulan
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang di butuhkan semua orang. Setiap
individu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda. Dengan pola istirahat
dan tidur yang baik, benar, dan teratur akan memberikan efek yang baik terhadap
kesehatan, yaitu efek fisiologis terhadap sistem syaraf yang di perkirakan dapat
memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara susunan saraf, serta berefek
terhadap struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi organ tubuh.
B. Saran
Setiap individu harus menjaga kecukupan kebutuhan istirahat dan tidurnya sesuai
kebutuhannya. Dengan kondisi jiwa dan fisik yang sehat maka dapat melakukan berbagai
kegiatan dengan baik. Perawat perlu berupaya membantu pemenuhan kebutuhan istirahat
dan tidur klien sesuai dengan prosedur yang benar sehingga perawat harus mempunyai,
kompetensi yang baik terkait dengan kebutuhan istirahat dan tidur sehingga pelayanan
terhadap klien dapat berjalan dengan baik dan benar.

13

Referensi
Asmadi.2008. Tehnik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: Salemba Medika.
Kozier,B.,G.Erb. 2004. Fundamentals of Nursing: Concepts, process, and practice. Seventh
edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Mubarak & Chayatin. 2008. Buku ajar kebutuhan dasar manusia, Teori dan aplikasi dalam
praktik. Jakarta : EGC
WOLF/WEITZEL/FUERST. 1984. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. Jakarta: PT.Gunung Agung

14

Anda mungkin juga menyukai