HALUSINASI
OLEH :
Annisa Yuliah
1811102411005
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas karunia-Nya
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul
“hikmah agama dalam kehidupan” ditulis dengan tujuan untuk memberikan
wawasan pada semua pembaca
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Dosen selaku
pembimbing dan semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya
makalah ini.
Kritik dan saran kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini,
sehingga dapat bermanfaat khususnya di Keperawatan Jiwa
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALUSINASI .............................................................................................................................. i
BAB I ............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN...................................................................................................................... 1
BAB 2 ............................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 4
1. Pengertian ........................................................................................................................ 4
c. Fase Halusinasi......................................................................................................... 7
BAB 3 ............................................................................................................................................ 9
PENUTUP .................................................................................................................................... 9
1. Kesimpulan ......................................................................................................................... 9
2. Saran.................................................................................................................................. 9
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar terlelap akibat halusinasi 2. 1 ................................................................................. 4
Gambar halusinasi pendengaran 2. 2 .................................................................................... 5
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Program pembinaan kesehatan jiwa bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan jiwa. Kegiatan ini adalah perumusan kebijakan peningkatan
upaya kesehatan jiwa yang mendorong dan maantapkan desentralisasi dan
pengembangan peran serta masyarakat dan organisasi social dalam upaya
meningkatkan kesehatan jiwa. Masalah kesehatan yang terjadi baik
jasmani, mental dan sosial menjadi tantangan, bukan saja para dokter,
perawat dan tim kesehatan yang lainnya tetapi juga pemerintah dan
masyarakat pada umumnya. Referensi masalah kesehatan jiwa baik
masalah psikososial maupun gangguan jiwa meningkat tajam. Hasil riset
kesehatan dasar yang di lakukan pada tahun 2007 mengidentifiksi
prevalensi masalah keseshatan jiwa sebesar 12.06%, dengan kata lain dari
100 penduduk Indonesia, 12 sampai 13 diantaranya mengalami gangguan
jiwa ringan sampai berat.
1
berupa rangsangan penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecapan dan
perabaan. Interpretasi (tafsir) terhadap rangsangan yang datang dari luar
itu dapat mengalami gangguan sehingga terjadilah salah tafsir. Salah tafsir
tersebut terjadi antara lain karena adanya keadaan afek yang luar biasa,
seperti marah, takut, excited (tercengang), sedih dan nafsu yang
memuncak sehingga terjadi gangguan atau perubahan persepsi
(Triwahono, 2004). Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia
dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal
seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus
eksternal. Dengan maksud bahwa manusia masih mempunyai kemampuan
dalam membandingkan dan mengenal mana yang merupakan respon dari
luar dirinya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan
antara fantasi dan kenyataaan. Mereka dalam menggunakan proses pikir
yang logis, membedakan dengan pengalaman dan dapat memvalidasikan
serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). Perilaku yang
mengalami gangguan sensori persepsi : halusinasi adalah klien suka
mendengar suara, klien tampak sering menyendiri, klien terlihat mondar-
mandir seperti sedang mendengar sesuatu, bicara sendiri, mulut komat
kamit, jika halusinasi tidak segera diatasi akan mengakibatkan resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Penatalaksanaan pada
klien yang mengalami halusinasi yaitu melakukan validasi terhadap
persepsi klien, mengahadirkan realita dimulai dengan realita diri, orang
lain dan lingkungan, menurunkan kecemasan klien, meningkatkan sistem
pendukung (keluarga, klien lain yang telah dapat mengontrol halusinasi
dan tim kesehatan).
2. Rumusan masalah
1. Apakah Pengertian Halusinasi ?
2. Bagaimanakah Rentang Respon Halusinasi ?
3. Apa saja Jenis –Jenis Halusinasi Jenis Halusinasi Karakteristik
Halusinasi ?
4. Bagaimana Fase Halusinasi ?
5. Bagaimanakah Pengkajian Klien Dengan Haluinasi ?
2
6. Bagaimanakah Diagnosa Keperawatan ?
7. Apa saja Tujuan Asuhan Keperawatan ?
8. Apa saja Tindakan Keperawatan ?
9. Bagaimana Evaluasi Halusinasi ?
3
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan
pada klien dengan gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan
Schizofrenia. Dari seluruh klien Schizofrenia 70% diantaranya
mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain yang juga disertai dengan
gejala halusinasi adalah gangguan manik depresif dan delerium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa
ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimulus eksteren :P ersepsi palsu. Berbeda
dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap
stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya timulus
eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesutu
yang nyata ada oleh klien.
4
akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra (
pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan ),
klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra
walaupun sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon
tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami
kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang
diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika
interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak
akurat sesuai stimulus yang diterima.
Rentang respon :
5
(i) Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara
orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas
sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan
sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang
mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
Penglihatan 20%Stimulus visual dalam bentuk kilatan
cahaya, gambar geometris,gambar kartun,bayangan yang
rumit atau kompleks. Bayangan bias menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
2) Penghidungan
3) Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
4) Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus
yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
5) Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau
arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine
6) Kinisthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
6
c. Fase Halusinasi
1. Fase Pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan
gelisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokukan
pikiran pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan
kecemasan dan stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien
masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya,
namun intensitas persepsi meningkat.
2. Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan
pengalaman internal dan eksternal, klien berada pada tingkat
“listening” pada halusinasi.
Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan
sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut
apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu
mengontrolnya.
Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi dengan
memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.
3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol
klien menjadi terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya.
Halusinasi memberi kesenangan dan rasa aman sementara.
4. Fase Keempat.
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari
kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya
menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah dan
memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain
karena terlalu sibuk dengan halusinasinya klien berada dalam
7
dunia yang menakutkan dalam waktu singkat, beberapa jam atau
selamanya. Proses ini menjadi kronik jika tidak dilakukan
intervensi.
8
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada
klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi merupakan salah satu respon
maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiology. Ini
merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat persepsinya
akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra ( pendengaran,
penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), klien dengan halusinasi
mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya stimulus
itu tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang
karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan
stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi
jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat
sesuai stimulus yang diterima.
2. Saran
Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengatasi
klien dengan halusinasi yaitu sebagai pencipta lingkungan. Dalam hal ini
perawat berusaha menciptakan lingkungan yang terapeutik, aman, hangat dan
bersahabat. Perawat juga berperan sebagai pendidik yaitu membantu klien
belajar berpartisipasi agar lebih diterima dilingkungan dan sebagi agen
sosialisasi yaitu mendorong klien kedalam kegiatan-kegiatan melalui
tindakan keperawatan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10