Anda di halaman 1dari 26

Gangguan Kebutuhan Eliminasi Akibat

Patologis Sist.Pencernaan & Perkemihan


Oleh: Mu’awanah, SKep.,Ners.,MHKes
Pendahuluan
Gangguan Eliminasi Urin: keadaan dimana
seorang individu mengalami atau berisiko
mengalami disfungsi eliminasi urine.
Biasanya orang yang mengalami gangguan
eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi urine,
yaitu tindakan memasukkan selang kateter ke
dalam kandung kemih melalui uretra dengan
tujuan mengeluarkan urine
lanjutan
Proses eliminasi
1. Eliminasi fekal adalah sampah produk pencernaan
tubuh ,dengan hasil feses.
2. Defekasi adalah keluarnya feses dari anus dan
rektum
Proses Defekasi
Proses pembuangan atau pengeluaran sisa-sisa
metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal
dari saluran pencernaan melalui anus
2 Reflek yg pengaruhi Defekasi
 Refleks Pendek
 Reflek Panjang
1. Refleks Pendek
Feses masuk ke rektum Distensi dinding rektum

Impuls sampai ke flexus mesenterikus

gelombang peristaltik di dalam kolon


desending & sigmoid dalam rectum

Mendorong feses ke anus

Spinkter internal relaksasi

Defekasi
2. Refleks Panjang
Saraf di rektum terstimulasi oleh feses

Sinyal ditransfer ke spinal cord

Colon desenden,sigmoid dan rektum.

Signal parasymphatic gelombang peristaltik.

Relaksasi spinkter internal

Defekasi
Masalah2 dalam eliminasi urine
Retensi: adanya penumpukan urine didlm
kandung kemih dan ketidaksanggupan kandung
kemih untuk mengosongkan diri.
Inkontinensi urine: ketidaksanggupan sementara
atau permanen otot sfingter eksterna untuk
mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
Enuresis, sering terjadi pd anak2, umumnya
terjadi pd malam hari (nocturnal enuresis), dapat
terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
lanjutan
Urgency: perasaan seseorang untuk berkemih.
Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam
berkemih.
Polyuria: produksi urine abnormal dalam jumlah
besar oleh gunjal, seperti 2.500 ml/ hr, tanpa
adanya peningkatan intake cairan.
Urinari suppresi: berhenti mendadak produksi
urine.
Masalah2 dalam eliminasi Feces
 Konstipasi
 Fecal Impaction
 Diare
 Incontinensia
 Flatulence
 Hemorroid
Etiologi
Intake cairan, jumlah dan type makanan
Aktivitas
Obstruksi
Infeksi
Kehamilan
Penyakit: pembesaran kelenjar prostat
Trauma sumsum tulang belakang
Operasi pd daerah abdomen bawah, pelvik,
kandung kemih, urethra.
Umur dan penggunaan obat2an.
Faktor Predisposisi/Faktor
Pencetus
 Respon keinginan awal untuk berkemih
 Gaya hidup
 Stres psikologi
 Tingkat perkembangan
 Kondisi patologis
 Obat-obatan
Faktor yang berpengaruh
terhadap Defekasi
 Usia
 Diet
 Asupan Cairan
 Aktivitas fisik
 Faktor psykologis
 Kebiasaan pribadi
 Posisi selama defekasi
 Nyeri : hemoroid, bedah rectum,bedah abd
 Kehamilan : trimester akhir  konstipasi
 Obat2an
 Prosedures Diagnostik
 Anasthesy dan Surgery
Tanda dan Gejala Retensi Urine
Ketidak nyamanan daerah pubis
Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih
Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang
Meningkatnya keinginan berkemih dan resah
Ketidaksanggupan untuk berkemih
Tanda dan Gejala Inkontinensia
urine
Pasien tidak dapat menahan keinginan BAK
sebelum sampai di WC
Pasien sering mengompol
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan foto rontgen
Pemeriksaan laboratorium urine dan feces
Pengkajian
Riwayat keperawatan eliminasi
Pengkajiannya meliputi:
a. Pola eliminasi
b. Perilaku eliminasi
c. Gambaran eliminasi dan perubahan yg terjadi
d. Masalah eliminasi
e. Faktor2 yg mempengaruhi: penggunaan alat
bantu, diet, cairan, aktivitas &latihan, medikasi
dan stres
lanjutan
Kharakteristik Feses
 Konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah,
unsur abnormal dalam feses, lendir

 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan
eliminasi urine meliputi: inspeksi, auskultasi,
perkusi dan palpasi
lanjutan
Pemeriksaan Diagnostik

 Anoscopy : pemerikasan anal


 Protoscopy : pemeriksaan rektum
 Pritosigmoidcopy : pemeriksaan rektum
dan colon, sigmoid
 Colonoscopy : Pemeriksaan usus besar.
Pengambilan Specimen
Feses yang diambil adalah 2,5 cm atau 15
-30 ml cairan specimen.
Diagnosa Keperawatan
Perubahan dalam eliminasi urine berhubungan
dengan retensi urine, inkontinensi dan enuresis
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan
adanya inkontinensi urine
Perubahan dalam rasa nyaman berhubungan
dengan dysuria, nyeri saat mengejan
Resiko infeksi berhubungan dengan retensi urine,
pemasangan kateter
lanjutan
Perubahan konsep diri berhubungan dengan
inkontinensi
Self care defisit: toileting jika klien inkontinensi
Potensial defisit volume cairan berhubungan
dengan gangguan fungsi saluran urinary akibat
proses penyakit
Perencanaan
Tujuan
 Memahami eliminasi urine normal
 Meningkatkan pengeluaran urine yang normal
 Mencapai pengosongan kandung kemih yang
lengkap
 Mencegah infeksi
 Mempertahankan integritas kulit
 Mendapatkan rasa aman
Intervensi
Peningkatan kesehatan untuk memelihara serta
melindungi fungsi sistem kemih
Penyuluhan klien
Meningkatkan perkemihan normal
Menstimulasi reflek berkemih
Mempertahankan kebiasaan eliminasi
Mempertahankan asupan cairan yg adekuat
Meningkatkan pengosongan kandung kemih
secara lengkap
Pencegahan infeksi
Perawatan akut
Kateterisasi
 Memasukkan selang plastik atau karet melalui
uretra ke kandung kemih
 Meredakan rasa tidak nyaman akibat distensi
kandung kemih
 Mengambil spesimen urine steril
 Mengkaji residu urine setelah pengosongan
kandung kemih
 Penatalaksanaan jangka panjang klien yg
mengalami cidera medula spinalis
Perawatan Restorasi
Menguatkan otot panggul
Meningkatkan kontraksi otot dasar panggul
Mempertahankan integritas kulit
Cuci kulit yg teriritasi urine dg sabun dan air
hangat
Pakai pelembab
Bladder training
Melatih kembali kandung kemih untuk
mengembalikan pola normal perkemihan
Evaluasi
Klien mampu berkemih secara normal tanpa
mengalami gejala2 G3 perkemihan
Karakteristik urine: kekuningan, jernih, tidak
mengandung unsur yg abnormal
Mampu mengidentifikasi faktor2 yg
mempengaruhi eliminasi
Tidak terjadi komplikasi akibat perubahan pola
eliminasi
Sekian
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai