Anda di halaman 1dari 79

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

KELOMPOK STAF MEDIS


(KSM) BEDAH VASKULAR
DAN ENDOVASKULAR

Halaman 1 / 79
RUMAH SAKIT AWAL BROS PEKANBARU
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AWAL BROS PEKANBARU ............................. 3
AKSES VASKULAR UNTUK HEMODIALISIS ......................................................................... 6
ISKEMIA TUNGKAI AKUT....................................................................................................... 10
ANEURISMA AORTA ABDOMINALIS ................................................................................... 13
ANEURISMA AORTA THORAKOABDOMINAL ................................................................. 177
TUMOR CAROTID BODY ......................................................................................................... 211
KAKI DIABETIK ...................................................................................................................... 244
ARTERI VENOUS MALFORMASI ......................................................................................... 266
PSEUDOANEURISMA ............................................................................................................. 288
INSUFISIENSI VENA KRONIK............................................................................................... 299
ISKEMI TUNGKAI KRONIS /PENYAKIT ARTERI PERIFER ............................................. 344
ISKEMIK EKSTREMITAS ATAS ............................................................................................ 377
LIMFEDEM VASKULAR ......................................................................................................... 433
SYMPTOMATIC CAROTID ARTERY STENOSIS ................................................................ 477
THROMBOSIS VENA DALAM ............................................................................................... 499
TRAUMA VASKULAR BRAKHIOSEFALIK ......................................................................... 522
TRAUMA VASKULAR ABDOMEN ....................................................................................... 544
TRAUMA VASKULAR EKSTREMITAS ................................................................................ 555
VARISES .................................................................................................................................... 577
BUDD-CHIARI SYNDROME ..................................................................................................... 60
VASKULITIS (SYNDROMA RAYNAUD, PENYAKIT BUERGER, ARTERITIS
TAKAYASU) ............................................................................................................................... 63
PROSEDUR PEMASANGAN CDL (Catheter Double Lumen)................................................ 677
PROSEDUR ARTERIOVENOUS SHUNT ............................................................................... 699
PROSEDUR PEMASANGAN IMPLANTABLE CHEMOPORT ................................................ 70
PROSEDUR PEMASANGAN STENT GRAFT PADA ANEURISMA AORTA ABDOMINALIS
(AAA) SECARA ENDOVASCULAR DENGA STENT GRAFT (EVAR) .................................... 72
PROSEDUR PEMASANGAN STENT GRAFT PADA ANEURISMA AORTA TORAKALIS
(TAA) SECARA ENDOVASCULAR (TEVAR) ........................................................................ 74
PROSEDUR EMBOLECTOMY DAN THROMBECTOMY ..................................................... 76
PROSEDUR RESEKSI DAN PENGGANTIAN AORTA ABDOMINALIS ............................. 78

Halaman 2 / 79
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AWAL BROS PEKANBARU
NOMOR 084/RSAB – SK/DIR/IV/2021

TENTANG
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KELOMPOK STAF MEDIS FUNGSIONAL (KSM)
BEDAH VASKULAR DAN ENDOVASKULAR
RUMAH SAKIT AWAL BROS PEKANBARU

DIREKTUR RUMAH SAKIT AWAL BROS PEKANBARU

Menimbang : a. bahwa dalam melaksanakan tugasnya dokter


berkewajiban memenuhi standar profesi:
b. bahwa perlu dibuat panduan praktik klinis yang disusun
Kelompok Staf Medis Fungsional (KSM) untuk
pelayanan pasien agar sesuai standar;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b, di
atas maka perlu Penetapan Panduan Praktik Klinis di
Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru yang ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Awal Bros
Pekanbaru;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun


2004 tentang Praktik Kedokteran.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/ Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien
Rumah Sakit.
6. Keputusan Direktur PT. Awal Bros Putra Medika Nomor
001/ABPM/01/2011 tentang Penetapan Visi, Misi,
Falsafah, Tujuan dan Motto Rumah Sakit Awal Bros
Pekanbaru.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AWAL BROS
PEKANBARU TENTANG PANDUAN PRAKTIK KLINIS
KELOMPOK STAF MEDIS (KSM) BEDAH VASKULAR
DAN ENDOVASKULAR DI RUMAH SAKIT AWAL
BROS PEKANBARU.

Kedua : Panduan Praktik Klinis Tatalaksana Kasus KSM Bedah


Vaskular Dan Endovaskular di Rumah Sakit Awal Bros
Pekanbaru adalah sebagai berikut :
1. Akses vaskular untuk hemodialisis
2. Iskemia Tungkai Akut
3. Aneurisma Aorta Abdominalis
Halaman 3 / 79
4. Aneurisma Aorta Thorakoabdominalis
5. Tumor Carotid Body
6. Kaki Diabetik
7. Arteri Venous Malformasi
8. Pseudoaneurisma
9. Insufiesiensi Vena Kronik
10. Iskemi Tungkai Kronis
11. Iskemi Ekstremitas Atas
12. Limfedem
13. Symptomatic Carotid Artery Stenosis
14. Trombosis Vena Dalam
15. Trauma Vaskular Brakiosefalik
16. Trauma Vaskular Abdomen
17. Trauma Vaskular Ekstremitas
18. Varises
19. Budd-Chiari Syndrome
20. Vaskulitis
21. Prosedur Pemasangan CDL (Catheter Double Lumen)
22. Prosedur Arteriovenous Shunt
23. Prosedur Pemasangan Implantable Chemoport
24. Prosedur Pemasangan Stent Graft Pada Aneurisma Aorta
Abdominalis (Aaa) Secara Endovascular Denga Stent
Graft (Evar)
25. Prosedur Pemasangan Stent Graft Pada Aneurisma Aorta
Torakalis (Taa) Secara Endovascular (Tevar)
26. Prosedur Embolectomy Dan Thrombectomy
27. Prosedur Reseksi Dan Penggantian Aorta Abdominalis

Seperti yang tercantum pada lampiran keputusan ini

Ketiga : Tujuan dari Panduan Praktik Kinis ini adalah :


a. Standarisasi proses asuhan klinis
b. Mengurangi risiko proses asuhan klinis
c. Memberikan asuhan klinis tepat waktu, efektif dan
efisien
d. Secara konsisten menghasilkan mutu pelayanan tinggi
melalui cara-cara evidence based.
Keempat : Semua tindakan pelayanan yang dilakukan di Rumah Sakit
Awal Bros Pekanbaru berpedoman kepada Panduan Praktik
Klinis pada Diktum Kedua.
Kelima : Jenis pelayanan yang belum tercantum dalam hal ini akan
diatur kemudian oleh KSM yang terkait.

Keenam : Panduan Praktik Klinis ini akan dievaluasi untuk perbaikan ke


depan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

Ketujuh : Agar ketetapan ini dapat dilaksanakan oleh oleh staf rumah sakit
terkait asuhan pelayanan pasien.

Kedelapan : Dengan diberlakukannya Surat Keputusan ini maka SK


Nomor 007/RSAB – SK/DIR/III/2021 dinyatakan dicabut
tidak berlaku lagi.
Halaman 4 / 79
Kesembilan : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan
dievaluasi dalam waktu 3 (tiga) tahun atau apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan
ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Pekanbaru
Tanggal : 30 April 2021
Direktur RS Awal Bros Pekanbaru,

dr. Jimmy Kurniawan, MKK

Halaman 5 / 79
Lampiran
Keputusan Direktur RS Awal Bros Pekanbaru
Nomor : 084/RSAB-SK/DIR/IV/2021
Tanggal : 30 April 2021

PANDUAN PRAKTIK KLINIS


TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
AKSES VASKULAR UNTUK HEMODIALISIS
MEDIS/001/PPK-TK-BVDE/2019/Rev.02
1 Pengertian Akses vaskular untuk hemodialisis adalah akses buatan
pada pembuluh darah, sementara atau permanen, berupa
fistula arteri-vena autogenous, fistula arteri-vena dengan
graft sintesis, atau pemasangan kateter vena sentral double
lumen, sehingga tercipta laju aliran yang cukup dari akses
tersebut dan hemodialisis dapat berjalan secara efektif.
Pembuatan akses ini sebaiknya dilakukan ketika pasien
sudah diprediksi akan membutuhkan hemodialisis rutin,
sebelum pasien jatuh ke dalam keadaan gagal ginjal
terminal.
2 Anamnesis Anamnesis pada pasien gagal ginjal yang akan dilakukan
tindakan ini meliputi:
- Penggunaan lengan yang dominan, dimana operasi
diutamakan pada lengan yang kurang dominan
- Jadwal hemodialisis (bila pasien telah menjalani
hemodialisis rutin),karena operasi dilakukan sekurang-
kurangnya 24 jam setelahnya, dengan harapan efek
heparin telah hilang
- Keluhan sesak pada posisi terbaring, sehubungan
dengan posisi pasien saat operasi berlangsung
3 Pemeriksaan Fisik Status Generalis:
Penting untuk menilai ada tidaknya kelainan jantung dan
paru-paru.
Status Lokalis:
Pada lengan yang akan dilakukan pembuatan akses
vaskular dilakukan inspeksi untuk menilai edema, bekas
tusukan, atau hematom; serta palpasi untuk meraba pulsasi
arteri radialis, arteri ulnaris, atau arteri brakhialis.
Pada leher yang akan dipasang kateter vena sentral double
lumen dilakukan inspeksi apakah ada bekas pemasangan
kateter sebelumnya dan apakah ada venektasi sebagai salah
satu tanda hipertensi vena sentral. Bila terdapat kecurigaan
hipertensi vena sentral, maka kateter vena sentral double
lumen tidak dipasang di sisi tersebut.
Didapatkan pemetaan vena dan arteri yang merupakan
kandidat terbaik untuk pembuatan fistula arteri-vena, baik
yang autogenous maupun yang membutuhkan graft. Vena
yang baik adalah yang masih dapat terkompresi, tidak ada
stenosis, dan diameternya minimal 2 mm. Sebaiknya yang
digunakan adalah vena superfisial, namun apabila vena
superfisial yang ada tidak memungkinan, dapat digunakan
vena dalam dengan pertimbangan dan tehnik-tehnik
tertentu.
4 PemeriksaanPenunjang USG doppler:
Arteri yang baik adalah yang alirannya cukup, tidak
terdapat sklerotik. (terlampir dalam algoritma)
Halaman 6 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
AKSES VASKULAR UNTUK HEMODIALISIS
Selain itu, USG doppler juga digunakan untuk menilai
kondisi vena sentral yang akan dipasang kateter
hemodialisis.
Pemeriksaan penunjang lain:
Laboratorium (hematokrit, leukosit, trombosit, waktu
perdarahan, waktu pembekuan) untuk menentukan risiko
tindakan operasi
5 Kriteria Diagnosis Pasien membutuhkan akses untuk hemodialisis
6 Diagnosis Kerja Akses vaskular untuk hemodialisis
7 Diagnosis Banding -
8 Tatalaksana Pemasangan dan pembuatan akses vaskular ditentukan
berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan USG
doppler yang telah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu
dikembangkanlah suatu algoritma (terlampir) pemilihan
akses vaskular yang ideal, berikut tata laksana bila akses
tersebut gagal.
Prinsip pembuatan akses vaskular adalah menyambungkan
arteri dengan vena, baik secara langsung maupun dengan
menggunakan graft protesis sebagai jembatan antara arteri
dan vena tersebut. Penyambungan atau anastomosis ini
akan menimbulkan aliran yang cepat pada vena sehingga
timbul thrill atau bruit. Aliran inilah yang dibutuhkan untuk
menjadi akses vaskular yang dihubungkan dengan mesin
hemodialisis. Aliran ini harus cukup baik untuk
mempertahankan proses hemodialisis tetap berjalan dengan
efektif.
Sedangkan akses vaskular berupa kateter vena sentral
doublelumen dipasang bila pasien membutuhkan akses
segera untuk hemodialisis, baik hemodialisis yang bersifat
sementara maupun hemodialisis rutin. Pemasangan kateter
vena sentral double lumen dianjurkan dilakukan dengan
menggunakan fluoroskopi baik di kamar operasi maupun di
cathlab.
Pre Operasi:
Setelah dilakukan evaluasi dan penentuan akses vaskular
yang akan dilakukan, pasien dan keluarga diberikan
penjelasan, keuntungan dan keruigian dari masing-masing
alternatif prosedur, sehingga didapatkan persetujuan
tindakan. Khusus sisi lengan tempat akan dibuatnya akses
vaskular, tidak boleh digunakan untuk mengukur tekanan
darah dengan tensimeter dan pembuluh darahnya tidak
boleh ditusuk-tusuk.
Intra Operasi:
Tindakan pembuatan fistula arteri-vena atau yang lebih
dikenal dengan AV shunt dilakukan di kamar operasi
dengan anestesi lokal untuk AV shunt autogenous side to
end atau dengan blok regional untuk AV shunt yang
menggunakan graft sintesis. Obat anestesi yang digunakan
Halaman 7 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
AKSES VASKULAR UNTUK HEMODIALISIS
adalah lidocaine 2%. Pada vena atau graft sintesis diberikan
cairan heparin NaCl 0,9% sebelum dilakukan anatomosis.
Tindakan pemasangan kateter vena sentral double lumen
juga dilakukan di kamar operasi dengan anestesi lokal
menggunakan lidocaine 2%. Kateter yang dipasang
disesuaikan dengan kebutuhan pasien; jika pasien
memerlukan hemodialisis sementara, maka dipasang
kateter untuk jangka pendek tanpa cuff, sedangkan jika
pasien membutuhkan hemodialisis rutin, maka yang
dipasang adalah kateter untuk jangka panjang dengan cuff
dan metode tunneling.
Pasien dengan pemasangan kateter vena sentral double
lumen di jugularis kiri atau repair kateter sangat dianjurkan
dikerjakan di kamar operasi dengan fluoroskopi atau di
cathlab.
Pasca Operasi:
1. AV Shunt
Untuk pasien dengan AV Shunt Radiosefalika
diobservasi selama 3 jam dan jika tidak
terjadiperdarahan atau penyumbatan maka pasien
boleh dipulangkan
Untuk pasien dengan AV Shunt selain dari
radiosefalika harus dirawat inap untuk mengawasi
perdarahan dan menghindari iskemik pada bagian
distal dari fistula
2. CDL tunneling dan non tunneling
Pasien dengan post pemasangan kateter dual lumen
harus dirawat untuk pengawasan komplikasi pasca
pemasangan CDL

Perawatan ditujukan untuk menghindari kejadian


hemothoraks dan pneumothorak serta tamponade jantung
9 Edukasi Edukasi pada pasien dan keluarga sebenarnya sudah
dimulai sejak sebelum operasi. Lengan yang akan dibuat
AV shunt jangan digunakan untuk megukur tekanan darah
dengan tensimeter, pembuluh darah tidak boleh ditusuk
untuk pengambilan sample darah atau infus.
Setelah operasi, pasien harus melakukan latihan gerakan
menggenggam dan membuka kepalan tangan secara aktif
guna mempertahankan aliran darah ke draining vein.
Enam minggu setelah operasi, akan dilakukan penilaian
patensi AV shunt secara objektif menggunakan USG
doppler. Bila hasil USG doppler menyatakan bahwa vena
telah matur, maka AV shunt tersebut dapat digunakan
sebagai akses vaskular saat hemodialisis.
Apabila ditemukan AV shunt (sebelum atau setelah AV

Halaman 8 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
AKSES VASKULAR UNTUK HEMODIALISIS
shunt dinyatakan matur) atau kateter vena sentral double
lumen tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka pasien
dianjurkan untuk segera datang ke spesialis bedah vaskular
dan endovaskular untuk dilakukan evaluasi serta, bila perlu,
revisi dari AV shunt atau kateter vena sentral double lumen
tersebut secepat mungkin.
Sangatlah penting untuk mempertahankan patensi dari
akses vaskular bagi seorang pasien dengan gagal ginjal
terminal, karena inilah jalur hidup mereka untuk tetap bisa
menjalani hemodialisis dengan efektif dan efisien, sehingga
kualitas hidupnya pun dapat terjaga dengan baik.
10 Prognosis Ad vitam: ad bonam
Ad fungsionam: ad bonam
Ad sanationam: ad bonam

11 Tingkat Evidens I
12 Tingkat Rekomendasi A
13 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular Dan ENDOVASKULAR RS Awal
Bros Pekanbaru
14 Indikator Outcome Medis Akses vaskular paten
15 Kepustakaan Rutherford’s Vascular Surgery, 7th edition, 2010
Decision Making in Vascular Surgery, 2001

Halaman 9 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ISKEMI TUNGKAI AKUT
MEDIS/002/PPK-TK-BVDE/2021/Rev.03
1 Pengertian Iskemi tungkai akut (Acute Limb Ischemia/ALI) adalah
terjadinya penurunan mendadak perfusi tungkai yang biasa
melibatkan trombus dan emboli. Trombus dapat berasal dari
perkembangan penyakit arteri, diseksi aorta, trombus graft,
aneurisma, hiperkoagulabilitas, iatrogenik dan lannya.

Merupakan kondisi penyakit sumbatan arteri yang emergensi


dan memerlukan penatalaksanaan segera. Penatalaksanaan
dilakukan sebelum “golden period” dari kematian jaringan
distal dari sumbatan tercapai, yaitu 6 jam. Apabila
revaskularisasi tercapai setelah lebih dari 6 jam, akan
meningkatkan risiko terjadinya reperfusion injury , yang
berakhir dengan amputasi bahkan kematian.
2 Anamnesis Gejala akut yang muncul dalam 2 minggu.
Gejala pada iskemi tungkai akut terutama adalah nyeri.
Gejala utama yang lain adalah perasaan mati rasa, dingin dan
seperti ditusuk-tusuk pada distal dari sumbatan, kelemahan
otot sampai kelumpuhan dapat terjadi. Pada onset dan waktu
timbulnya nyeri, lokasinya dan intensitas, serta perubahan
dalam tingkat keparahan dari waktu ke waktu harus semua
dieksplorasi. Durasi dan intensitas rasa sakit dan perubahan
fungsi motor atau sensori sangat penting di klinis
pengambilan keputusan dan urgensi revaskularisasi.

3 Pemeriksaan Fisik Secara menyeluruh (general)


6P (Pain, Pulseless, Pallor, Paraesthesia, Paralysis,
Poikilothermia (gangguan pengaturan suhu tubuh)
Pada anggota gerak;
 perubahan kulit
 ulkus/gangren
 pulsasi arteri
Evaluasi ABI (Ankle Brachial Index)
Pemeriksaan dengan USG

4 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan darah:


- darah perifer lengkap
- kimia lengkap
- khusus sesuai kasus : PT,APTT , INR , D- Dimer
- Non Invasif:
- USG Doppler
- Laser Fluxemeter (bila ada fasilitas)
- Invasif :
- CT Angiografi (Multislice)
- MRA
- Arteriografi
5 Kriteria Diagnosis Berdasarkan :
- Anamnesis/Keluhan
Halaman 10 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ISKEMI TUNGKAI AKUT
- Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan Penunjang

Kategori klinis Iskemia Tungkai Akut :


I. Viable : nyeri pucat, tidak ada pulsasi nadi, tidak
mengancam segera
II. Marginally threatened : nyeri pucat, tidak ada pulsasi
nadi, dapat diselamatkan bila diterapi dengan
cepat
III. Immediately threatened : nyeri pucat, tidak ada
pulsasi nadi, dapat diselamatkan dengan
revaskularisasi secepatnya
IV. Irreversible : nyeri pucat, tidak ada pulsasi nadi,
kerusakan jaringan berat, atau kerusakan saraf
permanen
6 Diagnosis Kerja Iskemi tungkai akut
7 Diagnosis Banding Thrombophlebitis
8 Tatalaksana Terapi :
Antikoagulan
Operasi trombektomi cito

Kategori I, II, dan II : arteriografi dengan revaskularisasi


endovascular atau operasi
Kategori IV : amputasi
9 Edukasi Menjelaskan tentang sifat penyakit, tujuan dan rencana
pengobatan dan
faktor resiko
dianjurkan untuk :
1. Mengurangi/menghilangkan/mengobati
faktor resiko
2. Latihan untuk membentuk pembuluh
darah (kolateral)
3. Evaluasi/kontrol berkala
4. Higiene dan perlindungan untuk anggota gerak

10 Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam (<6 jam)/dubia ad malam (>6


jam)
Ad fungsionam: dubia ad bonam (<6 jam)/dubia ad malam
(>6 jam)
Ad sanationam: dubia ad bonam

11 Tingkat Evidens I
12 Tingkat Rekomendasi A
13 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular Dan ENDOVASKULAR RS Awal
Bros Pekanbaru
14 Indikator Outcome Klinis dan penunjang (dopler/USG)
Medis

Halaman 11 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ISKEMI TUNGKAI AKUT
15 Kepustakaan Rutherford’s Vascular Surgery, 7th edition, 2010
Decision making in vascular surgery, 2001
Heri G, Rahmad I, Zainal S, Refli H. Iskemia Tungkai Akut
(2017). Indonesian Journal Chest & Critical Care Medicine
Vol 4 No. 2

Halaman 12 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ANEURISMA AORTA ABDOMINALIS
MEDIS/003/PPK-TK-BVDE/2021/Rev.03
1 Pengertian Aneurisma aorta abdominalis (AAA) adalah dilatasi aorta
abdominal berbentuk sakular atau fusiform yang menetap 1,5
kali atau lebih dari diameter normal.
Faktor risiko:
- Laki-laki
- Usia > 60 tahun
- Merokok
- Hipertensi
- Penyakit kardiovaskular
- Penyakit paru-paru kronis
- DM Tipe 2
Riwayat keluarga dengan aneurisma aorta abdominalis
2 Anamnesis Sebagian besar AAA tidak menimbulkan tanda dan gejala
sampai dengan ukurannya sangat besar atau terjadi diseksi
atau ruptur.
Pasien merasa ada suatu benjolan di perut yang berdenyut
sesuai irama nadinya, tanpa ada rasa nyeri. Bila pasien
datang dengan aneurisma yang diseksi atau ruptur maka
pasien akan merasa nyeri akut pada abdomen. Bila telah
terjadi syok perdarahan, maka pasien akan merasa lemas atau
bahkan ada penurunan kesadaran.
3 Pemeriksaan Fisik Status Generalis:
Tanda vital normal bila tidak ada komplikasi. Bila telah
terjadi diseksi atau ruptur akan ditemukan gangguan
hemodinamik, hipotensi, kenaikan nadi, konjugtiva tampak
anemis, atau akral yang dingin.
Status Lokalis:
Pada abdomen terlihat dan atau teraba massa yang berdenyut
sesuai irama nadi, tanpa atau dengan disertai nyeri. Pada
auskultasi di daerah benjolan akan terdengar bising sistolik
setinggi vertebra lumbal II.
4 PemeriksaanPenunjang Laboratorium:
Secara garis besar akan ditemukan angka laboratorium yang
normal. Bila terjadi diseksi atau ruptur akan terjadi
penurunan kadar hemoglobin. Bila terdapat trombus pada
arteri renalis akan didapatkan peningkatan angka ureum dan
kretinin
USG Abdomen:
Digunakan untuk menegakkan diagnosis awal, sekaligus
sebagai pemeriksaan penapis pada pasien dengan risiko
menderita AAA.
CT Angiografi / MRA:
Merupakan pemeriksaan penunjang yang memberikan
informasi anatomi akurat sekaligus rekonstruksi berkenaan
dengan AAA, pemeriksaan ini juga digunakan sebagai
pertimbangan terapi pada AAA.

Halaman 13 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ANEURISMA AORTA ABDOMINALIS

5 PemeriksaanPenunjang Angiografi / DSA:


Dianjurkan bila pada pemeriksaan klinis didapatkan kelainan
pada pembuluh darah nadi perifer dengan membandingkan
pulsasi nadi ekstrimitas sisi kiri dan kanan
Pemeriksaan penunjang lain:
Foto toraks, EKG, Ekhokardiografi, Tes fungsi paru, dan
Laboratorium lainnya (hematokrit, leukosit, trombosit, PT,
INR, APTT, SGOT, SGPT, elektrolit darah, urine rutin)
yang berhubungan dengan toleransi operasi.
6 Kriteria Diagnosis - Massa abdomen yang berdenyut sesuai dengan irama nadi
- USG Abdomen
- CT Angiografi
7 Diagnosis Kerja Aneurisma Aorta Abdominalis (AAA)
8 Diagnosis Banding Tumor intra abdomen
Tumor retroperitoneal
9 Tatalaksana Terapi AAA ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya
gejala, penilaian risiko ruptur, penilaian angka harapan
hidup, dan penilaian risiko tindakan operasi. Dari hal-hal
tersebut dikembangkan suatu algoritma penanganan AAA
(terlampir), mulai dari terapi non-operatif, operasi terbuka,
sampai dengan terapi endovaskular.

Bila pasien datang dalam keadaan AAA yang asimptomatik,


maka dilakukan tahapan-tahapan pemeriksaan seperti
disebutkan dalam algoritma. Namun, bila telah timbul
gangguan hemodinamik atau nyeri abdomen, maka ini
adalah indikasi untuk melakukan operasi emergensi atau
sesegera mungkin.

Prinsip tindakan untuk AAA adalah merekonstruksi segmen


pembuluh darah yang mengalami aneurisma dengan
menggunakan protesa berupa graft buatan untuk pembuluh
darah (PTFE/Dacron atau endograf). Rekonstruksi pembuluh
darah mengunakan tehnik endovaskular merupakan pilihan
utama untuk menangani AAA simptomatik.
Pre Operasi:
Pasien dijelaskan mengenai prosedur tindakan (baik
endovascular aortic aneurism repair (EVAR) maupun operasi
rekonstruksi AAA terbuka), termasuk keuntungan dan
kerugian tindakan, sehingga didapatkan persetujuan pasien
atau keluarga untuk pelaksaan tindakan tersebut. Kemudian
dilakukan penilaian terhadap kondisi umum dan toleransi
operasi pasien. Untuk EVAR perlu disediakan darah PRC
500cc. Untuk operasi rekonstruksi AAA terbuka PRC
1000cc dan FFP 500cc. Antibiotik profilaksis spektrum luas
diberikan 1 jam sebelum operasi. Ruang perawatan ICU
pasca operasi perlu disiapkan.
Halaman 14 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ANEURISMA AORTA ABDOMINALIS
Intra Operasi:
Untuk EVAR, pada pasien dipasang akses vena perifer,
dilakukan anestesi infiltrasi pada daerah tusukan ke
pembuluh darah, dan pasien diberikan sedasi ringan
secukupnya oleh dokter anestesi agar merasa nyaman selama
tindakan berlangsung. Heparin sebanyak 5000IU diberikan
secara intravena.
Untuk operasi rekonstruksi AAA terbuka, pada pasien
dipasang akses vena perifer, akses vena sentral, akses arteri,
dan pasien dibius umum. Heparin sebanyak 5000IU
diberikan secara intravena.
Pasca Operasi:
Pasca EVAR, pasien dirawat di ruang perawatan biasa,
diberikan antibiotik per oral, analgetik per oral bila perlu,
antikoagulan per oral. Bila kondisi baik, pasien dapat pulang
sehari setelah tindakan.
Pasca operasi rekonstruksi AAA terbuka, pasien dirawat di
ICU sampai dengan hemodinamiknya stabil, kemudian
pindah ke ruang perawatan biasa. Pasien diberikan antibiotik
intravena, analgetik intravena, heparin dosis profilaksis. Diet
dan mobilisasi bertahap. Pasien dapat rawat jalan setelah
perawatan selama 7 – 14 hari. Pasien pulang dengan obat
antibiotik, analgetik, dan antikoagulan oral.
10 Edukasi Pasien yang diketahui memiliki faktor risiko menderita
AAA, sebaiknya berkonsultasi dan menjalani pemeriksaaan
penapis (pemeriksaan fisik dan USG abdomen) untuk
mendeteksi adanya AAA secara dini. Edukasi kepada
masyarakat tentang pentingnya deteksi dini ini dan
kompklikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan AAA
sangatlah penting, agar kualitas kesehatan terus membaik.
Pasien AAA yang telah ditentukan menjalani terapi non-
operatif, maka harus dilakukan observasi terhadap gejala
klinis AAA dan USG abdomen setiap 3 – 6 bulan. Dilakukan
pula pengendalian dari faktor risiko, seperti berhenti
merokok dan pengendalian tekanan darah.
Pasien AAA yang telah menjalani terapi EVAR atau operasi
terbuka rekonstruksi AAA, maka penting untuk melakukan
evaluasi rutin berupa pemeriksaan fisik, USG abdomen, dan
CT angiografi.
Selain itu, faktor risiko yang ada pada pasien tersebut pun
harus selalu dikendalikan, mulai dari kebiasaan hidup, diet,
tekanan darah, dan sebagianya. Keluarga dari pasien ini pun
sebaiknya diperiksakan untuk mendeteksi secara dini ada
atau tidaknya AAA.

10 Prognosis Bila ditemukan dalam keadaan baik, tidak ada diseksi atau
ruptur:
Ad vitam: dubia ad bonam
Halaman 15 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ANEURISMA AORTA ABDOMINALIS
Ad fungsionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam
Bila ditemukan dalam keadaan diseksi atau ruptur:
Ad vitam: dubia ad malam
Ad fungsionam: dubia ad malam
Ad sanationam: dubia ad malam
11 Tingkat Evidens I
12 Tingkat Rekomendasi A
13 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular Dan ENDOVASKULAR RS Awal
Bros Pekanbaru
14 Indikator Outcome Gejala Klinis, USG abdomen, dan CT angiografi
Medis
15 Kepustakaan Rutherford’s Vascular Surgery, 7th edition, 2010
Decision Making in Vascular Surgery, 2001
European Society for Vascular Surgery (ESVS) 2019
Clinical Practice Guidelines on the Management of
Abdominal Aorto-iliac Artery Aneurysms

Halaman 16 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ANEURISMA AORTA THORAKOABDOMINAL
MEDIS/004/PPK-TK-BVDE/2019/Rev.02
1 Pengertian Aneurisma aorta torakoabdominal (TAAA) adalah aneurisma
yang melibatkan keseluruhan segmen aorta torakalis sampai
dengan abdominalis. Sekitar 20% TAAA adalah sekuele dari
diseksi aorta kronis. Sebagian besar TAAA bersifat degeneratif,
ditandai dengan penipisan lapisan tunika media, kerusakan sel-
sel otot polos dan elastin, infiltrasi sel-sel inflamatori, dan
neovaskularisasi. Hanya sebgaian kecil TAAA yang disebabkan
olehinfeksi atau trauma.
Faktor risiko:
- Laki-laki
- Merokok
- Hipertensi
- Penyakit kardiovaskular
- Riwayat keluarga dengan aneurisma aorta
- Sindroma Marfan
2 Anamnesis Sebagian besar TAAA tidak menimbulkan keluhan apapun.
Bila ukurannya sudah cukup besar dan menekan struktur
disekitarnya, maka akan ada keluhan rasa tidak nyaman atau
nyeri pada punggung, dada, pinggang, atau dauerah
epigratrium. Nyeri yang timbul mendadak, merupakan salah
satu tanda terjadinya pelebaran ukuran mendadak atau ancaman
ruptur. Penekanan aneurisma ke nervus laringeus rekuren
menimbulkan keluhan suara serak, sedangkan penekanan ke
traktus trakheobronkhial menimbulkan keluhan sesak napas.
Paraplegia atau paraparesis dapat timbul karena adanya oklusi
akut arteri spinalis atau interkostalis. Bila telah terjadi ruptur,
maka pasien akan datang dalam keadaan lemas, bahkan tidak
sadarkan diri.

3 Pemeriksaan Fisik Status Generalis:


Tanda vital normal bila tidak ada komplikasi. Bila telah terjadi
ruptur akan ditemukan gangguan hemodinamik, hipotensi,
kenaikan nadi, konjugtiva tampak anemis, atau akral yang
dingin.
Status Lokalis:
Pada toraks tidak ditemukan pemeriksaan fisik yang berarti,
pada abdomen dapat terlihat dan atau teraba massa yang
berdenyut sesuai irama nadi, tanpa atau dengan disertai nyeri.
4 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium:
Secara garis besar akan ditemukan angka laboratorium yang
normal. Bila terjadi diseksi atau ruptur akan terjadi penurunan
kadar hemoglobin. Bila terdapat trombus pada arteri renalis
akan didapatkan peningkatan angka ureum dan kretinin
4 Pemeriksaan Penunjang CT angiografi/MRA:
Halaman 17 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ANEURISMA AORTA THORAKOABDOMINAL
Merupakan pemeriksaan penunjang yang memberikan
informasi anatomi akurat sekaligus rekonstruksi berkenaan
dengan TAAA, pemeriksaan ini juga digunakan sebagai
pertimbangan terapi pada TAAA.

Pemeriksaan penunjang lain:


Foto toraks, EKG, Ekhokardiografi (mungkin ditemukan efusi
perikardial), Tes fungsi paru, dan Laboratorium lainnya
(hematokrit, leukosit, trombosit, PT, INR, APTT, SGOT,
SGPT, elektrolit darah, urine rutin) yang berhubungan dengan
toleransi operasi.
5 Kriteria Diagnosis Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang
6 Diagnosis Kerja Aneurisma Aorta Torakoabdominal (TAAA)
Diagnosis Banding -
8 Tatalaksana Terapi TAAA ditentukan berdasarkan ukuran aneurisma
penilaian risiko tindakan operasi (fungsi jantung, fungsi paru-
paru, fungsi ginjal). Ukuran aneurisma lebih dari 6 cm menjadi
indikasi untuk dilakukan intervensi/operasi pada kasus TAAA.
Dari hal-hal tersebut dikembangkan suatu algoritma
penanganan TAAA (terlampir), mulai dari terapi non-operatif,
operasi terbuka, sampai dengan terapi endovaskular.

Bila pasien datang dalam keadaan TAAA yang asimptomatik,


maka dilakukan tahapan-tahapan pemeriksaan seperti
disebutkan dalam algoritma. Bila telah timbul gangguan
hemodinamik atau nyeri abdomen, maka ini adalah indikasi
untuk melakukan operasi emergensi atau sesegera mungkin.
Operasi yang dilakukan dalam keadaan emergensi, memiliki
prognosis yang jauh lebih buruk dibandingkan operasi elektif
yang terencana dengan baik.

Prinsip tindakan untuk TAAA adalah merekonstruksi segmen


pembuluh darah yang mengalami aneurisma dengan
menggunakan protesa berupa graft buatan untuk pembuluh
darah (PTFE/Dacron atau endograft). Rekonstruksi pembuluh
darah mengunakan tehnik endovaskular merupakan pilihan
utama untuk menangani TAAA, kecuali pada kasus-kasus
TAAA yang tidak memungkinkan dilaksanakannya intervensi
secara endovaskular.
Pre Operasi:
Pasien dijelaskan mengenai prosedur tindakan (baik thoracic
endovascular aortic aneurism repair (TEVAR) maupun operasi
rekonstruksi TAAA terbuka, termasuk keuntungan dan
kerugian tindakan, sehingga didapatkan persetujuan pasien atau
keluarga untuk pelaksaan tindakan tersebut.

8 Tatalaksana Kemudian dilakukan penilaian terhadap kondisi umum dan


Halaman 18 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ANEURISMA AORTA THORAKOABDOMINAL
toleransi operasi pasien. Antibiotik profilaksis spektrum luas
diberikan 1 jam sebelum operasi. Ruang perawatan ICU pasca
operasi perlu disiapkan.

Intra Operasi:
Untuk TEVAR, pada pasien dipasang akses vena perifer,
dilakukan anestesi infiltrasi pada daerah tusukan ke pembuluh
darah, dan pasien diberikan sedasi ringan
secukupnya oleh dokter anestesi agar merasa nyaman
selamatindakan berlangsung. Heparin sebanyak 5000IU
diberikan secara intravena.
Untuk operasi rekonstruksi TAAA terbuka, pada pasien
dipasang akses vena perifer, akses vena sentral, akses arteri,
dan pasien dibius umum. Heparin sebanyak 5000IU diberikan
secara intravena. Perencanaan operasi yang matang sangat
berperan terhadap prognosis pasien. Beberapa tindakan seperti
bypass atrial-femoral, shunt mesenterial, perlindungan terhadap
medula spinalis, epidural cooling, atau bahkan kardioplegi
mungkin dibutuhkan.

Pasca Operasi:
Pasca TEVAR, pasien dirawat di ruang perawatan biasa,
diberikan antibiotik per oral, analgetik per oral bila perlu,
antikoagulan per oral. Bila kondisi baik, pasien dapat pulang1 –
2 hari setelah tindakan.
Pasca operasi rekonstruksi TAAA terbuka, pasien dirawat di
ICU sampai dengan hemodinamiknya stabil, kemudian pindah
ke ruang perawatan biasa. Pasien diberikan antibiotik intravena,
analgetik intravena, heparin dosis profilaksis. Diet dan
mobilisasi bertahap. Pasien dapat rawat jalan setelah perawatan
selama 7 – 14 hari. Pasien pulang dengan obat antibiotik,
analgetik, dan antikoagulan oral.
9 Edukasi Pasien yang diketahui memiliki faktor risiko menderita TAAA,
sebaiknya berkonsultasi dan menjalani pemeriksaaan penapis
untuk mendeteksi adanya TAAA secara dini. Edukasi kepada
masyarakat tentang pentingnya deteksi dini ini dan kompklikasi
yang dapat terjadi pada pasien dengan TAAA sangatlah
penting, agar kualitas kesehatan terus membaik.

Pasien TAAA yang telah ditentukan menjalani terapi non-


operatif, maka harus dilakukan observasi terhadap diameter
TAAA setiap 3 – 6 bulan. Dilakukan pula pengendalian dari
faktor risiko, seperti berhenti merokok dan pengendalian
tekanan darah.
Pasien TAAA yang telah menjalani terapi TEVAR atau operasi
terbuka rekonstruksi TAAA, maka penting untuk melakukan
evaluasi rutin berupa pemeriksaan fisik dan CT angiografi.
Selain itu, faktor risiko yang ada pada pasien tersebut pun harus
Halaman 19 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ANEURISMA AORTA THORAKOABDOMINAL
selalu dikendalikan, mulai dari kebiasaan hidup, diet, tekanan
darah, dan sebagianya. Keluarga dari pasien ini pun sebaiknya
diperiksakan untuk mendeteksi secara dini ada atau tidaknya
TAAA.

10 Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam


Ad fungsionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam

Bila ditemukan dalam keadaan diseksi atau ruptur:


Ad vitam: dubia ad malam
Ad fungsionam: dubia ad malam
Ad sanationam: dubia ad malam

11 Tingkat Evidens I
12 Tingkat Rekomendasi A
13 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular Dan ENDOVASKULAR RS Awal Bros
Pekanbaru
14 Indikator Outcome Perbaikan gejala
Medis
15 Kepustakaan Rutherford’s Vascular Surgery, 7th edition, 2010
Decision Making in Vascular Surgery, 2001

Halaman 20 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
TUMOR CAROTID BODY
MEDIS/005/PPK-TK-BVDE/2019/Rev.02
1 Pengertian Tumor yang berkembang dari dalam tunika adventitia sisi
medial dari bifurcasi carotis. Carotid body berasal dari neural
crest, berperan dalam adaptasi keadaan kandungan oksigen
dan karbondioksia serta ph dalam darah. Carotid body
melindungi organ dari kerusakan akibat hipoksik, yang
terjadi karena peningkatan ventilasi dengan melepaskan
neurotransmitter. Ada 3 tipe yaitu, familial (10%-50%),
sporadic (85%) dan hiperplastik.
Faktor risiko:
- Usia pertengahan, rata-rata 45 tahun
- Tinggal pada Ketinggian 3000-4000. Rasio lk:pr (1:8,3)
pada ketinggian diatas 2000 mdpl. 1:1,0-1,4 pada
ketimggian permukaan laut.
Penderita paraganglioma (10-50%)
2 Anamnesis Sebagian besar tumor ini tidak menimbulkan tanda dan
gejala.
Pasien merasa ada suatu benjolan diangulus mandibula yang
kadang mis diagnosis dengan pembesaran limfonodi.
Bisa didapatkan gejala nonspesifik seperti dizines, headache,
rasa tidak nyaman pada daerah lokal.
3 Pemeriksaan Fisik Status Generalis:
Tanda vital normal bila tidak ada komplikasi.
Status Lokalis :
Teraba massa pada yang terlokalisir pada angulus
mandibula, kadang-kadang disertiai dengan bruit, bisa
berdenyut sesuai irama nadi tetapi tidak meluas, ini yang
membedakannya dengan aneurisma arteri carotis. Bisa juga
tanpa atau tidak berdenyut. Benjolan ini bila dimanipuasi,
akan menyebabkan peningkatan heart rate dan akan timbul
pening. Pada perabaan, benjolan ini relative terfixir pada
aksis vertical, tetap bisa digerakkan ke anterior dan posterior.
Bila sisi medial tumor yang membesar, dapat dilihat pada
saat pemeriksaan intra oral. Tetapi tumor ini tetap bisa
mengenai kedua sisi tumor, baik lateral ataupun medial.
4 PemeriksaanPenunjang Laboratorium:
Secara garis besar akan ditemukan angka laboratorium yang
normal.USG Abdomen:
Digunakan untuk menegakkan diagnosis awal, sekaligus
sebagai pemeriksaan penapis pada pasien dengan risiko
menderita diagnosis yang lain.
CT angiografi/MRA:
Merupakan pemeriksaan penunjang yang memberikan
informasi anatomi akurat.
Pemeriksaan penunjang lain:
Foto toraks, EKG, Ekhokardiografi, Tes fungsi paru, dan
Laboratorium lainnya (hematokrit, leukosit, trombosit, PT,

Halaman 21 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
TUMOR CAROTID BODY
INR, APTT, SGOT, SGPT, elektrolit darah, urine rutin)
yang berhubungan dengan toleransi operasi.
5 Kriteria Diagnosis - Massa pada angulus mandibula
- USG Abdomen
- CT Angiografi
6 Diagnosis Kerja Tumor carotid body
7 Diagnosis Banding - Limfadenitis leher
- Aneurisma arteri carotis
- Tumor metastasis leher
- Glomus tumor
- Kista brachiogenik
- Tumor parotis rendah
8 Tatalaksana Terapi ditentukan berdasarkan ada atau tidaknya gejala,
penilaian risiko ruptur, penilaian angka harapan hidup, dan
penilaian risiko tindakan operasi. Dari hal-hal tersebut
dikembangkan suatu algoritma penanganan tumor carotid
body (terlampir), mulai dari terapi non-operatif, sampai
operasi terbuka,
Bila pasien datang dalam keadaan tumor yang
asimptomatik, maka dilakukan tahapan-tahapan pemeriksaan
seperti disebutkan dalam algoritma. Atau bila tidak, segera di
evaluasi tumor marker telinga hidung tenggorokan,
kemudian bisa dengan biopsy.
Prinsip tindakan adalah untuk mengangkat seluruh masa
tumor.

Pre Operasi:
Pasien dijelaskan mengenai prosedur tindakan, termasuk
keuntungan dan kerugian tindakan, sehingga didapatkan
persetujuan pasien atau keluarga untuk pelaksaan tindakan
tersebut. Kemudian dilakukan penilaian terhadap kondisi
umum dan toleransi operasi pasien. Perlu disediakan darah
PRC 500cc. Antibiotik profilaksis spektrum luas diberikan 1
jam sebelum operasi. Ruang perawatan ICU pasca operasi
perlu disiapkan.

Intra Operasi:
pasien dipasang akses vena perifer, dilakukan anestesi
infiltrasi pada daerah tusukan ke pembuluh darah, dan pasien
diberikan sedasi ringan secukupnya oleh dokter anestesi agar
merasa nyaman selama tindakan berlangsung.
Insisi oblik standar seperti irisan pada endarterektomi.
Bisa insisi modifikasi Y bila tumor besar.
Artery carotis eksterna didiseksi untuk memudahkan ekspos
arteri carotis interna medial dan posterior. Serta
memudahkan ekspos sisi posterior dari bifucartio arteri .

Halaman 22 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
TUMOR CAROTID BODY
Tatalaksana Sebelum diseksi tumor harus selalu dilakukan control
pembuluh darah proksimal dan distal. Secara hati-hati
dilakukan diseksi pada daerah periadventitial untuk
menghindari cedera pada dinding arteri. Perdarahan pada
arteri bisa ditangani dengan penjahitan ataupun patching.
Bila diseksi meluas ke cranial dan posterior, harus
diperhatikan struktur seperti, nervus hipoglosus, nervus
laryngeus superior, nervus vagus, atau cabang mandibular
dari nervus facialis. Bila nervus cranial sudah menempel erat
pada tumor dan sudah masuk ke dalam kapsul tumor, maka
perlu dilakukan identifikasi dan membebaskan nervus dekat
tumor. Tetapi apabila secara preoperatif sudah dilakukan
penilaian bahwa nervus tersebut sudah tidak berfungsi, maka
tidak ada bukti bahwa tindakan membebaskan nervus dari
tumor akan memperbaiki fungsi sarafnya.

Pasca Operasi:
Pasca operasi eksisi tumor carotid body, pasien dirawat di
ICU sampai dengan hemodinamiknya stabil, kemudian
pindah ke ruang perawatan biasa. Pasien diberikan antibiotik
intravena, analgetik intravena, heparin dosis profilaksis. Diet
dan mobilisasi bertahap. Pasien dapat rawat jalan setelah
kondisinya membaik, bisa perawatan selama 7 – 14 hari.
Pasien pulang dengan obat antibiotik, analgetik, dan
antikoagulan oral.
9 Edukasi Penjelasan tentang diagnosis dan tatalaksana
10 Prognosis Bila ditemukan dalam keadaan baik:
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam
11 Tingkat Evidens I
12 Tingkat Rekomendasi A
13 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular Dan ENDOVASKULAR RS Awal
Bros Pekanbaru
14 Indikator Outcome Gejala Klinis, USG abdomen, dan CT angiografi
Medis
15 Kepustakaan Rutherford’s Vascular Surgery, 7th edition, 2010
Decision Making in Vascular Surgery, 2001

Halaman 23 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
KAKI DIABETIK
MEDIS/006/PPK-TK-BVDE/2019/Rev.02
1 Pengertian Kelainan pada tungkai bawah dengan kondisi patologis
berupa infeksi, ulserasi dan/atau dektruksi jaringan dalam
yang berkaitan dengan gangguan neurologis, penyakit
vaskular dan/atau komplikasi metabolik dari penderita
Diabetes Mellitus.
2 Anamnesis Adanya riwayat diabetes, jadwal berobat yang tidak teratur
Gejala kaki kesemutan, sampai nyeri saat istirahat, adanya
kerusakan jaringan (nekrosis)progresif seperti
inflamasi/infeksi,ulkus hingga dektruksi jaringan dalamS di
tungkai / kaki.
3 Pemeriksaan Fisik - Parameter pemeriksaan berupa : infeksi/ulkus
grade/kedalaman dan deskripsi luka dan neurologis,
- Parameter pemeriksaan vascular berupa
palpasi,dependent rubor, venous filling time, capillary
refill,ABI,dan TBI dan TcPO2
- Tanda tanda iskemik sepert sianotik.dependent
rubor,eritema.skin dan nail atropi
- Neurolois status berupa sensasi, vibrasi persepsi, dan
deep tendon reflex
4 PemeriksaanPenunjang Darah Rutin, Pletismograf, USG Doopler, CT Angio
5 Kriteria Diagnosis - Adanya tanda maupun ulkus neuropatik maupun neuro
iskemik
- Adanya Etiologi
- Adanya Neuropati
- pulseless/ABI<1/Toe P less(Pletysmograf)/TcPO2
menurun
- Kultur infeksi(+),lekosit >12.000/mm3. RO,Probe,ct
angio scans,MRI
- Adanya deformitas callus, hammertoes, bunion, charcot,
amputasi
- Kaki sepsis dengan septic dengan shok pada kgd
emergency yang tidak terkontrol
6 Diagnosis Kerja Kaki Diabetik
7 Diagnosis Banding Ulkus post trauma, gout arthritis,Buerger disease
8 Tatalaksana Kontrol kadar gula darah secara teratur.
Debridement, perawatan luka dengan modern dressing
Endovaskular : Balooning dan stenting
Konservatif dengan obat obatan, Amputasi
9 Edukasi Konseling check KGD Rutin, segera konsul ke dokter bila
gejala dan tanda kaki diabetic ditemukan
10 Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam
11 Tingkat Evidens I
12 Tingkat Rekomendasi A
13 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular Dan ENDOVASKULAR RS Awal
Halaman 24 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
KAKI DIABETIK
Bros Pekanbaru
14 Indikator Outcome Perbaikan gejala
Medis
15 Kepustakaan Rutherford Ed VII

Halaman 25 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ARTERI VENOUS MALFORMASI
MEDIS/007/PPK-TK-BVDE/2021/Rev.03
1 Pengertian Suatu kelainan bawaan vaskuler dimana terdapat hubungan
yang menetap antara arteri dan vena sejak pembentukannya.
Hubungan ini biasanya berbentuk fistula
2 Anamnesis Kelainan ini dapat memberikan gejala segera setelah lahir,
beberapa waktu setelah lahir atau sama sekali tidak
menimbulkan keluhan. Faktor yang dapat mempercepat
timbulnya gejala klinik adalah trauma, pubertas, kehamilan.
Darah dalam arteri mengalir ke vena melalui fistula dan
hanya sebagian kecil mengalir ke distal. Volume darah yang
mengalir melalui fistula tergantung dari besarnya fistula dan
arteri mana yang terlibat. Fistula ini sering multiple, tapi
biasanya dilengan atas dan bawah
3 Pemeriksaan Fisik Penderita datang dengan keluhan deformitas pelebaran vena,
perubahan warna dan suhu dari anggota yang terlibat
kadang-kadang disertai palpitasi, takikardi, kelainan jantung
yang ringan tergantung lokasi yang terlibat
daerah fistula terdengar bising atau teraba getaran, edema
dan hipertrofi, sampai ulserasi pada ekstremitas yang terlibat
Gambaran klinik berbeda-beda dari nervus cutaneus sampai
deformitas yang luas dan dapat merusak seluruh muka,
skapula, ekstremiats, paru, ginjal, otak, kadang-kadang
memberi gambaran seperti ganas
- Darah vena di daerah fistula lebih merah didarah di vena
yang sehat karena saturasi asam lebih tinggi.
4 PemeriksaanPenunjang Non infasif dengan pemeriksaan klinis , doppler USG
melihat feeding arteri , draining vein dan phlebolit dan CT
scan.
Invasif dengan angiografi (DSA angiografi untuk melihat
feedding arteri/fistula
Non invasif angiografi seperti MRA , CT angiografi
kemungkinan bisa melihat ekstensi dari deformitas.
5 Kriteria Diagnosis Deformitas, pelebar vena, perubahan warna dan suhu
anggota yang terlibat dan teraba phlebolit .
Deformitas umumnya setelah lahir dan cenderung bertambah
besar.
Pada daerah fistula terduga bising dan teraba getaran (thrill).
Pemeriksaan dengan Doppler USG dan
Pemeriksaan DSA Angiografi/MRA/CT Angiografi untuk
melihat feeding arteri deformitas.

6 Diagnosis Kerja Arteri Venous Malformasi


7 Diagnosis Banding Hemangioma
Linfedema

8 Tatalaksana Indikasi :
Absolut :
Perdarahan (mayor atau minor berulang)
Halaman 26 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ARTERI VENOUS MALFORMASI
Gangren atau ulkus arteri, vena dan kombinasi
Komplikasi iskemik akut dan / atau kronik
Komplikasi insufisiensi vena kronik progresif dengan
hipertensi vena
Gagal jantung
Lesi pada area mengancam jiwa seperti mata, pendengaran,
dan pernafasan

Relatif :
Nyeri dan / atau gangguan fungsi
Lokasi dengan resiko komplikasi tinggi seperti hemartrosis
dan / atau lokasi limb-threatening
Vascular bone syndrome dengan limb length discrepancy
Deformitas berat secara kosmetik dengan atau tanpa
gangguan fungsi

Reseksi total dari fistula AV (reseksi dan ligasi) bila tidak


mungkin embolisasi
Embolisasi preoperatif dan reseksi/operasi
Embolisasi dengan memakai gel foam atau butyl
cyanoacrylat coil yang didorong dengan kateter sampai ke
dekat ujung arteri yang bocor (fistula/feeding arteri) dengan
bantuan angiografi. Dilanjutkan dengan operasi/reseksi
Embolisasi saja pada aneurisma di otak, perdarahan
disaluran percernaan atau dipanggul kecil.

9 Edukasi Kita harus berhati-hati memilih bahan sklerotik bila akan


melakukan skleroterapi/embolisasi.
Ada zat-zat yang jelas akan menimbulkan reaksi perubahan
koagulasi, yang akan menambah resiko perdarahan,
trombosis atau hematom. Dalam melakukan embolisasi
harus secara selektif dengan angiografi guna mencegah
terjadi nekrosis bagian distal dan fistula yang tidak kita
harapkan.

10 Prognosis Ad fungsionam: dubia ad bonam


11 Tingkat Evidens I
12 Tingkat Rekomendasi A
13 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular RS Awal Bros Pekanbaru
14 Indikator Outcome Perbaikan gejala
Medis
15 Kepustakaan Rutherford’s Vascular Surgery, 7th Edition
Lee BB, Yakes W, Mattassi R, Hyon WS. Management Of
Arteriovenous Malformations : A Multidisciplinary
Approach. Journal Of Vascular Surgery. Volume 39, Issue 3,
P590-600, Marcg 01, 2004

Halaman 27 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
PSEUDOANEURISMA
MEDIS/008/PPK-TK-BVDE/2019/Rev.02
1 Pengertian Suatu pembesaran diameter pembuluh darah arteri.

2 Anamnesis Perlu ditanyakan mengenai tujuan dari penatalaksanaan yang


diharapkan pada pasien. Pasien rata-rata datang dengan
limfedema grade III sehingga tatalaksana konservatif dengan
kompresi eksterna sulit atau mustahil untuk dilakukan.

3 Pemeriksaan Fisik Perlu ditanyakan mengenai tujuan dari penatalaksanaan yang


diharapkan pada pasien. Pasien rata-rata datang dengan
limfedema grade III sehingga tatalaksana konservatif dengan
kompresi eksterna sulit atau mustahil untuk dilakukan.

4 PemeriksaanPenunjang Laboratorium lengkap (Darah lengkap , aPTT , PT , D –


dimer , fibrinolitik dll ).
USG Doppler untuk menetukan stasis vena.
CT – scan , CT – angiografi , MRA

5 Kriteria Diagnosis Ditemukan adanya benjolan yg berdenyut


6 Diagnosis Kerja Pseudoaneurisma
7 Diagnosis Banding Kista , ganglion
8 Tatalaksana Eksisi dan ligasi
9 Edukasi Mencegah terjadinya benturan dan luka pada daerah
pseudoaneurisam
Jika telah tipis dan mengkilat harus segera di operasi
Perdarahan yg terjadi bisa membahayakan pasien
Perawatan kulit dari luar mesti dilakukan dengan baik ,
dengan menjaga kulit tetap lembab , tidak luka dan menjaga
kebersihan kulit.

10 Prognosis Ad vitam: dubia at bonam


11 Tingkat Evidens I
12 Tingkat Rekomendasi A
13 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular RS Awal Bros Pekanbaru
14 IndikatorOutcome Perbaikan gejala
Medis
15 Kepustakaan Rutherford’s Vascular Surgery, 7th edition

Halaman 28 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
INSUFISIENSI VENA KRONIK
MEDIS/009/PPK-TK-BVDE/2019/Rev.02
1 Pengertian Insufisiensi vena kronis di definisikan sebagai Kelainan dengan
Hipertensi Vena, yang di sebabkan oleh perubahan abnormal
pada struktur dan fungsi vena; baik itu vena-tepi dan atau
sistem-vena-dalam termasuk varises yang sudah terjadi
komplikasi.

Faktor risiko:
1. Genetik
2. Usia : insiden CVI meningkat dengan bertambahnya usia.
Puncak insiden CVI adalah pada wanita berusia 40-49
tahun dan laki-laki 70-79 tahun
3. Kelamin, perempuan (pada usia dekade ke 3 dan 4:
dijumpai 5-6 x lebih sering dari laki-laki)
4. Obesitas, terutama pada perempuan.
5. Kehamilan lebih dari 2 kali
6. Pengguna pil atau suntikan hormon dalam program KB
7. Sering berdiri lama > 6 jam sehari
8. Ukuran tinggi badan (tinggi badan seseorang menjadi
faktor resiko penyakit vena kronis sebab berhubungan
dengan tinggi kolom darah vena dan tekanan hidrostatik
yang ditimbulkan)
9. Riwayat keluarga
Gaya hidup: gaya hidup yang kurang bergerak, lebih banyak
duduk meminimalisasi aksi pompa otot pada aliran balik vena,
mengakibatkan tingginya tekanan vena mengakibatkan tingginya
vena.
2 Anamnesis Pasien mengeluh pegal, rasa berat dan capek pada kaki, gatal,
panas seperti terbakar, bengkak pada tungkai, pelebaran vena tepi
yang mencolok dan perubahan dikulit, rasa nyeri yg lebih
dirasakan saat duduk dan berdiri lama.
Varises vena : merupakan indikator adanya hipertensi vena,
merupakan alasan utama pasien datang karena nilai kosmetiknya
yang rendah
Tidak nyaman pada tungkai akibat hipertensi vena pada otot dan
kompartemen tungkai bawah saat berolahraga dan berdiri lama
Ulkus yang tidak sembuh-sembuh: umumnya terjadi disekitar
maleolus medial, dimana tekanan vena maksimal oleh adanya
vena perforantes besar
Edema tungkai : kerusakan membran basal kapiler oleh sel darah
putih mengakibatkan edema tungkai
Lipodermatosklerosis : perubahan kulit yang khas pada
ekstremitas bawah termasuk proliferasi kapiler, nekrosis lemak,
dan fibrosis kulit dan jaringan subkutan. Kulit menjadi merah
atau coklat akibat deposisi hemosiderin dari sel darah merah.

Halaman 29 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
INSUFISIENSI VENA KRONIK
3 Pemeriksaan Fisik Status Generalis:
Tanda vital
Status Lokalis:
Penyakit vena kronik mencakup spektrum presentasi klinis mulai
dari teleangiektasis tanpa komplikasi varises vena sehingga
ulserasi vena.
- Lower extremity telangiectases
- Reticular veins
- Varicose veins
- Edema
- Perubahan kulit: brawny induration, stasis dermatitis,
hemosiderin deposition
- Tanda-tanda penyembuhan luka
- Adanya luka yang aktif

Klasifikasi penyakit vena menahun di ekstremitas bawah


dengan CEAP system
Klasifikasi CEAP
 C untuk tanda-tanda klinik (grade 0-6) ditambahkan dengan A
untuk asimtomatik dan S untuk adanya simtom
 E untuk klasifikasi etiologi (kongenital, primer, sekunder)
 A untuk pembagian anatomi (perifer, dalam atau perforantes
sendiri-sendiri atau sebagai kombinasi)
 P untuk disfungsi patofisiologi (refluks atau obstruksi atau
keduanya)

Klasifikasi Klinis :
Grade 0 = tidak terlihat atau teraba tanda penyakit vena
Grade 1 = teleangiektasi atau vena retikuler
Grade 2 = varises vena
Grade 3 = edema tanpa perubahan kulit
Grade 4 = perubahan kulit karena penyakit vena (pigmentasi,
eksim, lipodermatosklerosis)
Grade 5 = perubahan kulit seperti diatas dengan ulserasi yang
sembuh
Grade 6 = perubahan kulit seperti diatas dengan ulserasi aktif
Teleangiektasi adalah venul yang melebar sampai kira-kira 1 mm
sedangkan vena retikuler bila vena subdermal mempunyai
diameter sampai 4 mm dan tidak teraba. Varises vena akan teraba
jelas dan melebar lebih dari 4 mm.
Klasifikasi Etiologi
EC : kongenital
EP : primer tetapi tidak diketahui penyebabnya
ES : dengan penyebab yang jelas, seperti pasca trombolitik,
pasca traumatik dan lain-lain

Halaman 30 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
INSUFISIENSI VENA KRONIK
Pemeriksaan Fisik Klasifikasi Anatomi :
Segmen No Vena Superfisial
1 Teleangiektasi/retikuler
2 VSM-diatas lutut
3 VSM-dibawah lutut
4 VSP
5 Non-safena (vena dalam)
6 Vena kava inferior
7 Iliaka komunis
8 Internal
9 Eksternal
10 Pelerik, gonadal, ligamen lebar dan
lain-lain
11 Femoral komunis
12 Femoral dalam
13 Femoral superfisial
14 Poplitea
15 Krural-tibia
anterior/posterior,paroneal
16 Muskuler, gastroknemial, soleal
17 Paha
18 Betis

Klasifikasi Patofisiologi
Refluks : PR
Obstruksi : PO
Obstruksi Refluk (PRO )

4 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium:


Lekositosis dijumpai pada ulkus terinfeksi.
Venous duplex scanning
Photoplethysmography
Air plethymography
Venography

Pemeriksaan penunjang lain:


Foto toraks, EKG, Ekhokardiografi, dan Laboratorium lainnya
(hematokrit, leukosit, trombosit, PT, INR, APTT, SGOT, SGPT,
elektrolit darah, urine rutin) yang berhubungan dengan toleransi
operasi
5 Kriteria Diagnosis - Pemeriksaan fisik
- USG doppler

6 Diagnosis Kerja Insufisiensi vena kronik

7 Diagnosis Banding Lymphedema

Halaman 31 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
INSUFISIENSI VENA KRONIK
8 Tatalaksana Konservatif
- Topical steroids pada lokasi dermatitis
- Compression therapy

Operasi
- Debridement
- Subfascial endoscopic approach
- Surgical ablation
- Perforator ligation
- Superficial venous procedure
- Venous reconstruction
Komplikasi Operasi
- memar dan rasa tidak nyaman
- hematome
- perdarahan
- infeksi

Perawatan Pasca Bedah


Dipasang elastik bandage dari ujung jari-jari kaki sempai
pelipatan paha 24 jam pertama, pasien tidak boleh jalan, kaki
dalam kedudukan elevasi 28 jam setelah bebat dibuka dan luka
baik, bebat dipasang dan pasien boleh jalan perlahan, pasien
pulang dengan elastik bandage sampai 2 minggu

9 Edukasi Pasien yang diketahui memiliki faktor risiko menderita


insufisiensi vena kronis, sebaiknya berkonsultasi dan menjalani
pemeriksaaan penapis (pemeriksaan fisik dan USG) untuk
mendeteksi adanya insufisiensi vena kronik secara dini. Edukasi
kepada masyarakat tentang pentingnya deteksi dini ini dan
kompklikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan insufisiensi
vena kronik sangatlah penting, agar kualitas kesehatan terus
membaik.
Pasien insufisiensi vena kronik yang telah ditentukan menjalani
terapi non-operatif, maka harus dilakukan observasi terhadap
gejala klinis. Dilakukan pula pengendalian dari faktor risiko,
seperti pengendalian berat badan dan gaya hidup.

10 Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam


Ad fungsionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam

11 Tingkat Evidens I

12 Tingkat Rekomendasi A

13 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular RS Awal Bros Pekanbaru

Halaman 32 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
INSUFISIENSI VENA KRONIK
13 Indikator Outcome Perbaikan gejala
Medis

15 Kepustakaan Rutherford’s Vascular Surgery, 7th edition, 2010


Decision Making in Vascular Surgery, 2001

Halaman 33 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ISKEMI TUNGKAI KRONIS /PENYAKIT ARTERI PERIFER
MEDIS/010/PPK-TK-BVDE/2021/Rev.03
1 Pengertian Penurunan perfusi perifer yang tidak mencukupi untuk kebutuhan
metabolik dasar jaringan.
merupakan penyakit kronis yang mengenai sistem arteri yang
mengalami pengapuran (aterosklerotik) pada anggota gerak bawah
dan atas.
Insiden PAP (penyakit arteri perifer) akan meningkat dengan
bertambah umur. Kelainan ini akan dipercepat bila ada faktor
pemicu (prediposisi) seperti DM, Hipertensi, Perokok,
Hiperkolesterol, Hiperlipidemia; riwayat keluarga, hiperkoagulasi,
angka kematian dapat terjadi 50 – 70 %, biasanya bersamaan
dengan penyakit jantung.

2 Anamnesis Adanya “rest pain”, ulkus jari atau kaki, gangren iskemi, ulkus
diabetes, luka pada area tungkai bawah atau ulkus yang tidak
sembuh dalam waktu lebih dari 2 minggu

3 Pemeriksaan Fisik PAP kronis anggota gerak (Chronic Limb Ischemic) dapat dikenali
(sesuai Konsensus TASC).

(PAD dalam perjalanan penyakitnya) berupa :


“Ischemic rest pain”
Lokasi kaki depan disertai perubahan hemodinamik : ABI <0,4,
ankle pressure <50, toe pressure <30, TcPO2 < 30

”Critical Limb Ischemia”


- Nyeri waktu istirahat (rest pain)
- Ulkus/gangren pada kaki /jari
- ABI <0,9
- Toe Systalic pressure  30 mmHg

Pemeriksaan Fisik :
Secara menyeluruh (general)
Pada anggota gerak;
 perubahan kulit
 ulkus/gangren
 pulsasi arteri
Evaluasi ABI (Ankle Brachial Index)
Laboratorium Vaskuler :
Pemeriksaan darah:
- dasar
- kimia lengkap
- khusus sesuai kasus
- Non Invasif:
- USG Doppler
- Laser Fluxemeter (bila ada fasilitas)
- Invasif :
- CT Angiografi (Multislice)
- MRA
- Arteriografi
4 Pemeriksaan ABI, toe pressure
Penunjang USG, CT angiography, arteriography, MRA
Halaman 34 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ISKEMI TUNGKAI KRONIS /PENYAKIT ARTERI PERIFER
Laboratorium : gula darah puasa, kolesterol, darah rutin,
trombosit, PTT-APTT, ureum-kreatinin, kadar homosistein
pada pasien usia muda, EKG, USG arteri karotis.
5 Kriteria Diagnosis Berdasarkan :
- Anamnesis/Keluhan
- Pemeriksaan Fisik (klinis dan ABI)
- Pemeriksaan Penunjang
6 Diagnosis Kerja Penyakit arteri perifer / iskemi tungkai kronis
7 Diagnosis Banding Diabetic neuropathy
Nerve root compression
Reflex sympathetic dystrophy
Venous disease
Collagen vascular disease
8 Tatalaksana

Keterangan : EVT : endovascular therapy, GSV : Great


Saphenous Vein

A. Obat-obatan (medikamentosa / non operasi)


B. Tindakan operasi:
- operasi terbuka/konvensional
- minimal invasif/ENDOVASKULAR
Evaluasi secara menyeluruh :
Halaman 35 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ISKEMI TUNGKAI KRONIS /PENYAKIT ARTERI PERIFER
- Fungsi ;  jantung
 paru
 Ginjal
 Hati

Obat-obatan/medikamentosa
- Antibiotika: gram(+) atau gram(-) dan
anaerob
- Analgetik
- Anti trombolitik
- Anti koagulant

Tindakan Operasi
- Operasi Terbuka/Konventional
 rekonstruksi vaskuler dapat berupa;
- endarterektomi
- tambal (patching) dengan memakai autograft atau sintetik
- reseksi
- anastomosis (pemotongan-penyambungan) dengan
memakai autograft atau sintetik
- pintasan (by-pass) dengan memakai autograft atau sintetik
- Debridement
- Endovaskular : Balooning dan stenting
- Amputasi
9 Edukasi Menjelaskan tentang sifat penyakit, tujuan dan rencana
pengobatan
Karena PAD merupakan proses degeneratif dan sangat
dipengaruhi oleh faktor resiko, maka dianjurkan untuk :
1. Mengurangi/menghilangkan
faktor resiko
2. Latihan untuk membentuk pembuluh
darah (kolateral)
3. Evaluasi/kontrol berkala
4. Higiene untuk anggota gerak
10 Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam
11 Tingkat Evidens I

12 Tingkat Rekomendasi A
13 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular RS Awal Bros Pekanbaru
14 IndikatorOutcome Perbaikan gejala
Medis
15 Kepustakaan Rutherford’s Vascular Surgery, 7th edition, 2010
Decision making in vascular surgery, 2001
ESC Guidelines on the Diagnosis and Treatment of
Peripheral Arterial Diseases, in collaboration with the
European Society for Vascular Surgery (ESVS). 2017
Halaman 36 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ISKEMIK EKSTREMITAS ATAS
MEDIS/011/PPK-BEDAH-VAKULAR/2019/Rev.02
1 Pengertian Iskemik ekstremitas atas adalah menurunnya perfusi
periferal ekstremitas atas sehingga menimbulkan kegagalan
memenuhi metabolisme basal dari jaringan.
Faktor risiko:
- Atherosclerosis
- Trauma, karena pekerjaan (sindrome hipotenar hammer,
peralatan yang bergetar yang di pegang dengan tangan)
trauma karena iatrogenic, traumna rekreasi (baseball
palmar artery injuries
- Penyakit jaringan ikat (Scleroderma; chondrocalcinosis,
Raynaud phenomenon, esophageal motility disorder,
sclerodactyly, and telangiectasia (CREST); and mixed
connective-tissue disease.
- Buerger disease
- Hypersensitivity angitis
- Kelainan Hematologis (keadaan hiperkoagulabilitas,
hiperviskositas dan malignancy)
- Infeksi karena suntikan, atau infeksi karena akses pada
arteri.
- Fenoma Aliran darah, pada steal syndrome pada
pembuatan av shunt.
- Riwayat radiasi
- Merokok
- Diabetes melitus.
2 Anamnesis Anamnesis yang teliti untuk menggali penyebab dari
iskemik, paling tidak harus meliputi hal hal dibawah ini :
Riwayat pekerjaan dan olahraga riwayat merokok (multiple
oklusi pada arteri tangan pada perokok berat pada buerger
dessease), riwayat nyeri pada jari tangan pada saat istirahat
(rest pain), adanya gangren jari, adanya raynaud syndrome
(perubahan warna kulit), riwayat prosedur sebelumnya,
misalnya pada kelainan jantung yang dilakukan kateterisasi
jantung (oklusi arteri brachialis terjadi 0,9-4% post cardiac
kateterisasi)
Riwayat pengobatan ergot (terjadinya vasokonstriksi perifer
pada pemberian dopamin dan adrenalin pada pasien syok)
3 Pemeriksaan Fisik Status Generalis:
Demam bila disebabkan karena sebab vaskulitis,.
Status Lokalis:
 Tekanan darah yang berbeda antara sisi iskemik dengan
yang tidak. (perbedaan tekanan lebih dari 20 mm hg).
 Bruit yang ditemukan Supraclavicular atau infraclavicular
 Adson maneuver (hilangnya pulsasi dari artery radialis
apabila dilakukan abduksi dan eksternal rotasi dari lengan
atas)
 Adanya masa yang pulsatile pada lokasi supraklavikula
berkaitan dengan kemugkinan adanya aneurisma arteri
Halaman 37 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ISKEMI TUNGKAI KRONIS /PENYAKIT ARTERI PERIFER
subklavia.
 Digital gangren
 Perubahan warna kulit dan kuku ekstremitas atas pada
pemerikasaan capillary refill.

3 Pemeriksaan Fisik  Allen test yang positifmenunjukkan adanya arkus palmaris


yang tidak sempurna. (kedua arteri (ulnaris dan radialis)
dilakukan oklusi dengan penekanan pada arteri dalam
keadaan tangan menggenggam. Tangan dibuka salah satu
arteri dilepaskan dari penekanan, dinilai cappilari refil
testnya, prosedur yang sama pada arteri yang berbeda
untuk menentukan sisi (radialis atau ulnaris) yang
terkena).Cara lain dengan menggunakan doppler untuk
menggambarkan pola aliran colateral
4 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium:
Secara garis besar akan ditemukan angka laboratorium yang
normal.
USG
Digunakan untuk menegakkan diagnnosis awal.
CT angiografi/MRA
Angiografi/DSA:
Dianjurkanbilapadapemeriksaanklinisdidapatkankelainanpad
apembuluhdarahnadiperiferdenganmembandingkanpulsasina
diekstrimitas sisi kiridankanan
Pemeriksaanpenunjang lain:
Foto toraks, EKG, Ekhokardiografi, Tes fungsi paru, dan
Laboratorium lainnya (hematokrit, leukosit, trombosit, PT,
INR, APTT, SGOT, SGPT, elektrolit darah, urine rutin)
yang berhubungandengantoleransioperasi.

5 Kriteria Diagnosis - USG


- CT Angiografi
- Kriteria umum dari Acute Limb Iskemia (ALI) dari
SVS/ISCVS (Society for Vascular Surgery/Interational
Society for Cardiovascular Surgery) adalah :
Class I : limb masih viabel
Class IIa : Limb marginally threatened
Class Iib : Limb immediately thretened
Class III : Irreversible changes in limb.
Kriteria lain :
Class I : Tidak adanya nyeri, tidak ada defisit motorik dan
sensoris, pemeriksaan dopler pada arteri distal jelas
terdengar (clearly audible)

Class Iia : Pemeriksaan diatas ditambah dengan adanya


numbness dan parastesia, atau hilangnya sensori terbatas

Halaman 38 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ISKEMI TUNGKAI KRONIS /PENYAKIT ARTERI PERIFER
pada jari, dan tidak terdengarnya dopler (no audible)

Class Iib : pemeriksaan diatas ditambang dengan adanya


nyeri iskemik yang menetap, disertai dengan kehilangan
sensori yang luas, dan adanya defisit motorik

Class III : adanya anestesia dan paralisis.


- Early, segera setelah onsen dari iskemia terjadi.
- Late, sudah terjadi kaku pada otot (muscle rigor), kulit
yang sudah menjadi putih seperti marmer dan atau tidak
ditemukannya aliran vena meskipun dengan manuver
kompresi
6 Diagnosis Kerja Iskemik ekstremitas atas
7 Diagnosis Banding - Raynaud’s Syndrome (spasme arteri digitalis dan arteriole,
perubahan klasik 3 warna kulit, yaitu normal, sianotik,
kemudian kemerehan )
- Buerger Dissease (tromboangitis obliterans, non
atherosclerotik, inflamasi vascular segmental, keterlibatan
arteri sedang dan kecil, serta keterlibatan vena)
- Takayasus’s dissease (keterlibatan cabang utama aorta,
khususnya arteri subklavia dan arteri carotis)
- Kelainan hematologis
- Trauma
8 Tatalaksana Terapi Iskemik Ekstremitas atas ditentukan berdasarkan
penyebabnya ada atau tidaknya gejala, penilaian angka
harapan hidup, dan penilaian risiko tindakan operasi. Dari
hal-hal tersebut dikembangkan suatu algoritma penanganan
(terlampir), mulai dari terapi non-operatif, operasi terbuka,
sampai dengan terapi endovaskular.

Terapi Non Operatif


 Pengobatan jangka panjang antikoagulant
warfarindirekomendasikan pada pasien dengan
periferal emboli dengan kausa jantung. Target terapi
INR 2-3x.
 Aspirin atau clopidogrel pada kasus emboli dari
aorta ascenden. Pada kasus yang jarang pemberian
low dose aspirin bersama dengan pemberian
warfarin.
 Nifedipine (10 mg PO tid) digunakan untuk pasien
dengan penyakit vasospastic pada tangan. Jika tidak
menunjukkan hasil bisa diberikan prazosin dosis
rendah. Atau diberikan hidralazin
 Perubahan gaya hidup, menggunakan sarung tangan
hangat, kulit dilindungi dari suasana kering dan
pecah-pecah. Suhu dingin dihindari, perlu tinggal di
daerah beriklim hangat, menghindari ruangan ber ac
dan temperatur dingin.
Halaman 39 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ISKEMI TUNGKAI KRONIS /PENYAKIT ARTERI PERIFER
 Menghindari trauma akibat getaran, akibat hobi.
 Pada pasien takayasu Prednison adalah first line
therapy, kemudian methotreaxe dan
cyclophosphamide (cytoxa)
 Modifikasi faktor resiko dan pemberian aspirin
penting pada kasus iskemik akibat atherosklerotik.
Berhenti merokok adalah suatu keharusan terutama
untuk kasus buerger dessease. Total cholesterol
sebaiknya dibawawah 200 mg/dl dan LDL
seharusnya dibawah 100 mg/dl.
Terapi Pembedahan
Tergantung kausanya
- Vein or prosthetic bypass[3]
- Percutaneous balloon angioplasty and stenting[4]
- Resection of aneurysm
- Removal of first rib or cervical rib
- Cervical sympathectomy

Prinsip tindakan untuk iskemik ekstremitas atas ini adalah


untuk menghilangkan hambatan aliran daerah ke bagian
distal.

Pre Operasi:
Pasien dijelaskan mengenai prosedur tindakantermasuk
keuntungan dan kerugian tindakan, sehingga didapatkan
persetujuan pasien atau keluarga untuk pelaksaan tindakan
tersebut. Kemudian dilakukan penilaian terhadap kondisi
umum dan toleransi operasi pasien. Perlu disediakan darah
PRC 500cc. Antibiotik profilaksis spektrum luas diberikan 1
jam sebelum operasi.
Selama Operasi
 Kalau penyebabnya pada Arteri Carotis atau arteri
subklavia dilakukan Carotid subclavianatau carotid
transposisi : Insisi transversal rendah pada servikal,
mungkin diperlukan bypas prostetic. Komplikasi
yang mungkin terjadi lymphocele, Horner syndrome,
and phrenic nerve injury.
 Balloon angioplasty and stenting: Bisa dilakukan
dengan pendekataran antegrade atau retrograde
 Kalau penyebabnya aneurisma arteri subklavia
dilakukan reseksi aneurisma arteri Subclaviandan
pengangkatan kosta untuk membebaskan thoracic
outlet: Incisions supraclavicula dan infraclavicula,
hindari pleksus brachialis, kosta di reseksi,
management untuk distal emboli adalah sulit.
Complications include lymphocele, Horner
syndrome, and phrenic nerve injury.
 Apabila penyebabnya arteri yang lebih perifer seperti
Halaman 40 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ISKEMI TUNGKAI KRONIS /PENYAKIT ARTERI PERIFER
arteri axillary, ekspose dilakukan dengan insisi
longitudinal. Nervus Ulnar, median, and
musculocutaneousjangan sampai cedera akibat
tindakan operasi.
 Arteri Brachial diekspose dengan insisi S. Nervus
Medianus jangan sampai cedera.
 Embolectomy: Embolectomy should be avoided over
distension of balloon catheter. Patch brachial and
small axillary arteries.

Pasca Operasi:
Pasca operasi pasien dirawat di ruang biasa. Pasien
diberikan antibiotik intravena, analgetik intravena, heparin
dosis profilaksis. Diet dan mobilisasi bertahap. Pasien dapat
rawat jalan setelah perawatan selama 7 – 14 hari. Pasien
pulang dengan obat antibiotik, analgetik, dan antikoagulan
oral.

9 Edukasi Berhenti merokok dan evaluasi ulang kondisi pembuluh


darah setiap 2 bulan.
10 Prognosis Tergantung kausa dan kelainan sistemik yg lain.
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam

Bila ditemukan dalam keadaan diseksi atau ruptur

Ad vitam: dubia ad malam


Ad fungsionam: dubia ad malam
Ad sanationam: dubia ad malam

11 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular RS Awal Bros Pekanbaru

11 Tingkat Evidens I
12 Tingkat Rekomendasi A
12 IndikatorOutcome Perbaikan gejala
Medis
13 Kepustakaan Rutherford’s Vascular Surgery, 7th edition, 2010
Decision Making in Vascular Surgery, 2001
Upper Extremity Occlusive Dissease, Mark K Eskandari,
MD; Chief Editor: Vincent Lopez Rowe, MD.Mark K.
Eskandari Chief Division of Surgery (Vascular), Associate
Professor, Division of Surgery (Vascular) and Medicine
(Cardiology), Northwestern University, The Feinberg School
of Medicine; Attending Surgeon, Division of Vascular
Surgery, Northwestern Memorial Hospital; Consulting Staff,
Division of Vascular Surgery, Northwestern Medical Faculty
Foundation; Consulting Staff, Department of Surgery, Lake
Halaman 41 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
ISKEMI TUNGKAI KRONIS /PENYAKIT ARTERI PERIFER
Forest Hospital.

Halaman 42 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
LIMFEDEM VASKULAR
MEDIS/012/PPK-TK-BVDE/2019/Rev.02
1 Pengertian Limfedema merupakan penyakit sumbatan pada sistem
limfe, seringkali unilateral dan berkembang ke arah
proksimal, berawal dari dorsum pedis dan ibu jari kaki. Pada
awalnya limfedema bersifat spongious dan pitting, namun
segera mengeras sebagai hasil dari fibrosis subkutan,
hiperkeratosis, dan berkembangnya vesikel-vesikel kecil
yang mengganggu drainase limfe.

Limfedema berdasarkan onset usianya, dapat terbagi


menjadi limfedema primer dan sekunder. Limfedema
primer biasanya terjadi saat lahir atau saat pubertas,
meskipun limfedema dapat terjadi pada pasien berusia
lebih dari 35 tahun. Limfedema sekunder bisa terjadi
akibat infeksi, keganasan dan trauma. Infeksi sebagai
penyebab limfedema primer dan sekunder yang sering
adalah bakteri dan jamur, sedangkan limfedema sekunder
seringkali diakibatkan oleh infeksi parasit. Parasit yang
sering menyebabkan limfedema adalah Filaria.

Fungsi normal limfatik adalah untuk mengembalikan protein,


lipid dan air dari interstisial ke intravaskuler; 40-50% protein
serum melalui jalur ini. 90% fluida masuk kembali ke
sirkulasi melalui kapiler vena, dan 10% dikarenakan
mengandung high molecular weight protein dan ini terlalu
besar melewati kapiler vena, maka fluida jenis ini akan
masuk ke sistem vena melalui kapiler limfe. Apabila
transport limfatik ini telah berkurang adekuasinya, maka
akan terjadi stagnasi dari high molecular weight protein di
jaringan interstitium, dan terbentuklah limfedema yang
mengandung protein 1.0-5.5 g/mL.

Akumulasi cairan interstisial menyebabkan dilatasi besar


arus perpindahan yang tersisa traktat-traktat dan
inkompetensi katup yang menyebabkan pembalikan aliran
dari jaringan subkutan ke pleksus dermal. Dinding limfatik
mengalami fibrosis, dan terakumulasi dalam fibrinoid
thrombi lumen, menghancurkan sebagian besar saluran getah
bening yang tersisa. Spontan lymphovenous shunts dapat
terbentuk. Kelenjar getah bening mengeras dan mengecil,
kehilangan arsitektur normal mereka.

Dalam interstitium, protein dan akumulasi cairan memulai


reaksi inflamasi ditandai, aktivitas makrofag meningkat,
mengakibatkan penghancuran serat elastis dan produksi
fibrosclerotic jaringan. Fibroblasts bermigrasi ke interstitium
dan deposit kolagen. Hasil reaksi peradangan ini adalah
perubahan dari awal pitting edema ke edema nonpitting
Halaman 43 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
LIMFEDEM VASKULAR
berotot karakteristik lymphedema. Akibatnya, surveilans
kekebalan lokal ditekan, dan infeksi kronis, serta degenerasi
ganas untuk lymphangiosarcoma, dapat terjadi. Kulit di
atasnya menjadi menebal dan menampilkan khas peau
d'orange (kulit jeruk) penampilan dermal sesak limfatik.

Bentuk epidermis bersisik tebal endapan keratin puing dan


dapat menampilkan verrucosis berkutil. Retakan dan alur
sering mengembangkan dan menampung puing-puing dan
bakteri, yang menyebabkan lymphorrhea, kebocoran kelenjar
getah ke permukaan kulit.
2 Anamnesis Perlu ditanyakan mengenai tujuan dari penatalaksanaan yang
diharapkan pada pasien. Pasien rata-rata datang dengan
limfedema grade III sehingga tatalaksana konservatif dengan
kompresi eksterna sulit atau mustahil untuk dilakukan.

3 Pemeriksaan Fisik yang penting adalah kondisi sklerosis kulit dan sumbatan
vena, serta ada tidaknya ulserasi. Grading dari limfedema
juga sangat menentukan terapi.

4 PemeriksaanPenunjang Laboratorium lengkap (Darah lengkap, Filaria, aPTT,PT,D–


dimer, fibrinolitik dll ).
USG Doppler untuk menetukan stasis vena.
CT – scan, CT – angiografi, MRA
Lifoskintigrafi tidak mutlak diperlukan dalam kasus lanjut.

5 Kriteria Diagnosis Penemuan fragmen Filarial dalam pemeriksaan darah serta


antigen Filaria dapat dipertimbangkan.

6 Diagnosis Kerja Limfedem

7 Diagnosis Banding DVT

8 Tatalaksana Bandaging / Garments Mengurangi Tingkat Ultrafiltrasi.


Limfe berasal sebagai cairan jernih, cairan kaya protein
dalam ruang jaringan seluruh tubuh. Cairan ini (1-2 liter /
hari) biasanya dibawa oleh pembuluh getah bening, melewati
kelenjar getah bening regional, dan bergabung dengan darah
vena, sebelum memasuki jantung. Sirkulasi getah bening
yang penting dalam mempertahankan homeostasis jaringan
normal di seluruh tubuh. Keseimbangan antara fluida
meninggalkan sisi arteri kapiler (ultrafiltrasi) di satu pihak
dan penyerapan yang terjadi di kapiler vena ditambah
dengan drainase melalui limfatik di sisi lain, dikenal sebagai
Starling's Equilibriumnormal di seluruh tubuh.
Keseimbangan antara fluida meninggalkan sisi arteri kapiler
(ultrafiltrasi) di satu pihak dan penyerapan yang terjadi di
kapiler vena ditambah dengan drainase melalui limfatik di
Halaman 44 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
LIMFEDEM VASKULAR
sisi lain, dikenal sebagai Starling's Equilibrium.
Karena drainase limfe terganggu di lymphedema,
keseimbangan ini inadekuat, cairan kaya protein
berakumulasi dalam jaringan spasi, maka tekanan osmotik
koloid-naik, dan semua peristiwa ini mendukung ultrafiltrasi.
Dengan meningkatkan tekanan jaringan (interstisial) melalui
kekuatan eksternal (perban kompresi), tekanan ultrafiltrasi
efektif dikurangi, penumpukan cairan berkurang, dan lebih
sedikit cairan yang dikeluarkan dari ruang jaringan, dengan
demikian lymphedema mengalami perbaikan.
8 Tatalaksana Bandaging / Garments Meningkatkan Efisiensi Muscle dan
Joint Pumps
Kelenjar limfe didorong melalui pembuluh getah bening oleh
berbagai aktivitas otot, oleh kontraksi dari pembuluh getah
bening sendiri, oleh gerakan diafragma (pernafasan), dan
oleh tekanan negatif di dalam dada selama siklus pernapasan.
Pada ekstremitas, aktivitas otot rangka adalah faktor penting
dalam kelenjar getah transportasi. Selama kontraksi lengan
atau kaki otot, vena dan menggerakkan sistem limfatik
(cairan) menuju jantung. Hal ini menghasilkan aliran yang
lebih cepat dan dekompresi dari kedua sistem. Dalam rangka
untuk mempertahankan proses ini, jaringan normal (kulit dan
otot) dan sendi sangat penting. Dalam lymphedema elemen
ini rusak. Penggunaan perban kompresi eksternal
mengkompensasi tekanan jaringan dan dengan demikian
meningkatkan efisiensi pompa otot dan sendi.

Bentuk Dua Kompresi: Garmen dan Perban


Sifat sangat bervariasi, kompresi perbandingan antara
peregangan pendek kompresi elastis perban dan garmen.
Keduanya diperlukan untuk melengkapi program Terapi
Decongestive Lengkap tetapi hanya dapat dilakukan oleh
orang yang kompeten dan terapis yang terlatih. Perbedaan
terletak pada kekuatan saat aktivitas dan saat istirahat yang
dihasilkan oleh kedua bentuk kompresi.
Terapi pada grade III limfedema diperlukan untuk tujuan
fungsional, untuk memungkinkan pergerakan sendi yang
maksimal, dan efek lanjut dari terapi ini adalah estetika,
namun hal ini bukan merupakan indikasi utama terapi
operatif pada limfedema
Terapi bisa dilakukan dengan eksisi dan penutupan dengan
tandur kulit.

Tindakan operasi di perlukan untuk limfedema yang telah


mengganggu aktifitas fungsional sehari-hari . Tindakan
berupa eksisi massa dan rekonstruksi sehingga massa
mengecil.

Halaman 45 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
LIMFEDEM VASKULAR
9 Edukasi Ketaatan pasien dalam menggunakan terapi kompresi sangat
membantu mengembalikan fungsi aliran limfe dan mencegah
terjadinya sklerosis kulit.
Imobilisasi setelah tandur kulit mutlak diperlukan agar
tandur kulit dapat tertanam denagn baik (take).
Perawatan kulit dari luar mesti dilakukan dengan baik ,
dengan menjaga kulit tetap lembab , tidak luka dan menjaga
kebersihan kulit.
10 Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam
11 Tingkat Evidens I
12 Tingkat Rekomendasi A
13 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular RS Awal Bros Pekanbaru
14 IndikatorOutcome Perbaikan gejala
Medis
15 Kepustakaan Rutherford’s Vascular Surgery, 7th edition

Halaman 46 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
SYMPTOMATIC CAROTID ARTERY STENOSIS
MEDIS/013/PPK-TK-BVDE/2019/Rev.02
1 Pengertian Penyempitan arteri karotis yang menimbulkan gejala
penyakit serebrovaskular yg dapat disebabkan oleh
hemorhagis, trombosis, emboli, penurunan aliran darah
regional atau difus atau berhubungan dengan obstruksi arteri
daerah leher.
2 Anamnesis Gejala yang mungkin muncul, ataxia/disequilibrium,
orthostatic dizziness, drop attacks, vertigo, blurred vission,
diplopia, cortical blindness, dysarthria, distal paresthesias.
Hemiparesis, hemiparalysis, hemiparesthesia, monocular
blindness.
3 Pemeriksaan Fisik Assessment of pulses for diminution
Auscultation of neck for bruit
Retinal evaluation and visual field check
A directed neurologic examination
A cardiac evaluation.
4 PemeriksaanPenunjang USG
CT Scan
MRI/ MRA
EKG & Echocardiography
Laboratorium lengkap

5 Kriteria Diagnosis Gejala klinis : amaurosis fugax, focal TIA, stroke, drop
attacks.
USG ( 70 % stenosis art carotis interna)

6 Diagnosis Kerja Stenosis Arteri carotis symptomatic


7 Diagnosis Banding Syncope / near syncope
Focal serebrovascular occlusive disease
Brain tumor
AVM otak
Lacunar stroke

8 Tatalaksana Carotid endarterectomy

9 Edukasi Hindari faktor resiko utk aterosklerosis dan hipertensi (diet)


Tidak boleh merokok (aktif dan pasif )

10 Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam


Ad fungsionam: dubia ad malam
Ad sanationam: dubia ad bonam

11 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular RS Awal Bros Pekanbaru

12 Indikator Outcome Perbaikan gejala


Medis

Halaman 47 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
SYMPTOMATIC CAROTID ARTERY STENOSIS
13 Tingkat Evidens I
14 Tingkat Rekomendasi A
15 Kepustakaan Rutherford’s Vascular Surgery, 7th edition, 2010
Decision making in vascular surgery, 2001

Halaman 48 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
THROMBOSIS VENA DALAM
MEDIS/014/PPK-TK-BVDE/2019/Rev.02
1 Pengertian Adalah suatu kondisi dimana terbentuknya trombus di vena
dalam,trombus dapat berbentuk partial/total memblok aliran
darah di vena.
2 Anamnesis Pasien mengeluh bengkak, nyeri pada tungkai
Faktor risiko :
1. Umur : bertambah umur resiko bertambah
2. Immobilisasi
3. Perjalanan Travelling
- perjalanan jauh : - bus/pesawat
“economy class syndrome”  posisi kaki
4. Riwayat Trombosis
(Venous thromboembolism)
5. Keganasan (Malignancy)
- 19 % - 30 % : - paru
- trakt digestifus
- trakt genita urinarius
- 3 % - 23 % : trombosis idiopatik
- teori mekanisme terjadi trombosis akibat
lepasnya substansi langsung/tidak langsung
aktivitas koagulan (tissue factor/cancer pro
coagulant):
 a cysteine protease activator of factor x
 macrophages  inflammatory cytokines
6. Tindakan operasi
Tipe operasi :
- bedah umum : ± 19 %
- bedah syaraf : 24 %
- bedah tulang : 48 % - 60 %
(terutama operasi tulang panggul)
7. Trauma:
- Trauma pelvis
- Trauma pada major vena (femoral)
8. Primary Hypercoagulable state
9. Kehamilan :
terutama: trisemester ke III  karenatekanan
uteruskepada aliran vena (81 % - 97 %)
10. Hormonal terapi :
- KB (Keluarga Berencana)
 oral
 injeksi
11. Golongan darah
12. Ras – etnis
13. Central Venous Catheter (CVP)
14. Systemic Lupus Erytheneatosis (SLE)
15. Kelainan Vena perifer :
- Varises
- Tromboflebitis
Halaman 49 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
THROMBOSIS VENA DALAM
3 Pemeriksaan Fisik Status Generalis:
Penting untuk menilai ada tidaknya kelainan jantung dan
paru-paru.
Status Lokalis:
 nyeri
 edema
 panas
 Homan’s sign (+)
 pulsasi arterial (+)

Jika terjadi Compartment Syndrome


 Edema
 Pain
 Pulse

Komplikasi :
- Emboli paru  kematian
- Chronic Venous Insufficiency (CVI)
- Kompartemen sindrom

4 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan darah rutin


- D-Dimer
- APTT
2. USG Doppler
3. CT.Angiografi
4. Venografi
Pemeriksaan penunjang lain:
Laboratorium (hematokrit, leukosit, trombosit, waktu
perdarahan, waktu pembekuan) utnuk menentukan risiko
tindakan operasi.
5 Kriteria Diagnosis Pemeriksaan fisik, USG Doppler
6 Diagnosis Kerja Thrombosis vena dalam
7 Diagnosis Banding -
8 Tatalaksana Konservatif
1. Injeksi : - Heparin (Unfractionated Heparin)
- Low Molecular Weight Heparin (LMWH)
- Thrombolytic agents :
 Urokinase
 Streptokinase
2. Oral :Antikoagulan:
- warfarin (derivat coumarin)
- “ new antithrombotic agent”
Mikrosirkulasi, Micronized Perifed Flavonoid
Fraction (MPFF)
 phlebotropic drug
3. Kompresi eksterna

Halaman 50 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
THROMBOSIS VENA DALAM
Operasi :
1. Trombektomi
2. Fasiotomy
3. By-pass/cross over
4. Percutaneous filter devices
9 Edukasi Edukasi pada pasien yang diketahui memiliki faktor risiko
menderita thrombosis vena dalam, sebaiknya berkonsultasi
dan menjalani pemeriksaaan penapis (pemeriksaan fisik dan
USG ) untuk mendeteksi adanya thrombosis vena dalam
secara dini. Edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya
deteksi dini dan kompllikasi yang dapat terjadi pada pasien
dengan thrombosis vena dalam sangatlah penting, agar
kualitas kesehatan terus membaik.
Pasien thrombosis vena dalam yang telah ditentukan
menjalani terapi non-operatif, maka harus dilakukan
observasi terhadap gejala klinis. Dilakukan pula
pengendalian dari faktor risiko.
10 Prognosis Bila ditemukan dalam keadaan baik, tidak ada komplikasi:
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam

Bila ada komplikasi:


Ad vitam: dubia ad malam
Ad fungsionam: dubia ad malam
Ad sanationam: dubia ad malam
11 Tingkat Evidens I
12 Tingkat Rekomendasi A
13 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular RS Awal Bros Pekanbaru
14 Indikator Outcome Perbaikan gejala
Medis
15 Kepustakaan Rutherford’s Vascular Surgery, 7th edition, 2010
Decision Making in Vascular Surgery, 2001

Halaman 51 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
TRAUMA VASKULAR BRAKHIOSEFALIK
MEDIS/015/PPK-TK-BVDE/2019/Rev.02
1 Pengertian Trauma vascularbrakhiosefalik adalah trauma yang
mengenai pembuluh darah brakhiosefalik dapat berupa luka
tembus, trauma tumpul, iatrogenik ataupun radiasi.
2 Anamnesis Jika pasien sadar keluhan yang menyertai riwayat trauma
perlu diketahui mekanisme trauma dan trauma penyerta.
Perlu pula diketahui riwayat penyakit dan pemakaian obat
antikoagulan sebelumnya. Jika pasien tidak sadar maka
gejala klinik yang nampak serta anamnesis mengenai
mekanisme trauma dari pembawa pasien merupakan data
yang penting.
3 Pemeriksaan Fisik Initial assessment mengenai survey primer, ABC, merupakan
tindakan awal. Airway (A) dipastikan harus paten, Breathing
(B) harus adekuat dan simetris. Circulation (C) dipastikan
tidak dalam kondisi syok. Pada pasien dengan trauma
vaskular brakhiosefalik sering didapatkan hematoma pada
leher, perdarahan aktif, sampai hemothoraks. Kadang pula
disertai dengan defisit neurologik, kesulitan bernafas dan
berbicara, muntah ataupun batuk darah.
Trauma vascular brakhiosefalik dapatdibagi atas 3 zone ;
- Zone 1 : berada dibawah klavikula
- Zone 2 : mulai atas klavikula sampai dengan angulus
mandibula
- Zone 3 : mulai dari angulus mandibula sampai basis
crania.
4 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium : Pada pemeriksaan DPL, terjadi penurunan
kadar hemoglobin.
Fotothoraks Dilakukan untuk memastikan adanya
hemothoraks/pneumothoraks.

Angiografi dan CT angiografi :


Dianjurkan bila kondisi pasien stabil. Merupakan
pemeriksaan penunjang yang memberikan informasi anatomi
akurat sekaligus rekonstriksi berkenaan cedera vaskular yang
dialami.
5 Kriteria Diagnosis - Anamnesis
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan penunjang
6 Diagnosis Kerja Trauma vascular brakhiosefalik
7 Diagnosis Banding -
8 Tatalaksana Pembedahan terbuka, bertujuan untuk mencari,
menghentikan ataupun merepair sumber perdarahan.
Endovaskular prosedur dapat dilakukan bila kondisi
memungkinkan dan alat endovaskular tersedia.
9 Edukasi Diagnosis, tatalaksana dan prognosis
10 Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam

Halaman 52 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
TRAUMA VASKULAR BRAKHIOSEFALIK
Ad sanationam: dubia ad bonam
11 Tingkat Evidens I
12 Tingkat Rekomendasi A
13 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular RS Awal Bros Pekanbaru
14 Indikator Outcome Perbaikan gejala
Medis
15 Kepustakaan Rutherford’s Vascular Surgery, 7th edition

Halaman 53 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
TRAUMA VASKULAR ABDOMEN
MEDIS/016/PPK-TK-BVDE/2019/Rev.02
1 Pengertian Trauma vascular abdomen adalah trauma yang mengenai
pembuluh darah pada rongga abdomen dapat berupa luka
tembus, trauma tumpul ataupun iatrogenik.
2 Anamnesis Jika pasien sadar keluhan yang menyertai riwayat trauma
perlu diketahui mekanisme trauma dan trauma penyerta.
Perlu pula diketahui riwayat penyakit dan pemakaian obat
antikoagulan sebelumnya. Jika pasien tidak sadar maka
gejala klinik yang nampak serta anamnesis mengenai
mekanisme trauma dari pembawa pasien merupakan data
yang penting.
3 Pemeriksaan Fisik Sesuai dengan kaidah trauma, A (Airway), B (Breathing), C
(Circulation). Gangguan sirkulasi sering menyertai pada
trauma vaskular di rongga abdomen. Beberapa gejala klinis
yang lain yang dapat dijumpai seperti ileus, nyeri perut,
peritonitis ataupun peritonisme. Pada trauma tembus jejas
dapat terlihat pada dinding perut.

4 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium : Pada pemeriksaan darah lengkap, dapat


ditemukan adanya leukositosis, dan penurunan kadar
hemoglobin.
Pada pemeriksaan foto thorax : dilihat adanya hemothorax
jika ada trauma lain yang menyertainya.
CT–angiografi/Angiografi :dapat dilakukan jika kondisi
memungkinkan.
5 Kriteria Diagnosis - Anamnesis
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan penunjang
6 Diagnosis Kerja Trauma vaskular abdomen
7 Diagnosis Banding -
8 Tatalaksana Pembedahan terbuka, bertujuan untuk mencari,
menghentikan ataupun merepair sumber perdarahan.
Endovaskular prosedur dapat dilakukan bila kondisi
memungkinkan dan alat endovaskular tersedia.

9 Edukasi Diagnosis, tatalaksana dan prognosis


10 Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam

11 Tingkat Evidens I
12 Tingkat Rekomendasi A
13 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular RS Awal Bros Pekanbaru
14 Indikator Outcome Perbaikan gejala
Medis
15 Kepustakaan Rutherford’s Vascular Surgery, 7th edition

Halaman 54 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
TRAUMA VASKULAR EKSTREMITAS
MEDIS/017/PPK-TK-BVDE/2019/Rev.02
1 Pengertian Trauma vascular ekstremitas adalah trauma yang mengenai
pembuluh darah pada ekstremitas dapat berupa trauma tajam
ataupun trauma tumpul.

2 Anamnesis Jika pasien sadar keluhan yang menyertai riwayat trauma


perlu diketahui mekanisme trauma dan trauma penyerta.
Perlu pula diketahui riwayat penyakit dan pemakaian obat
antikoagulan sebelumnya. Jika pasien tidak sadar maka
gejala klinik yang nampak serta anamnesis mengenai
mekanisme trauma dari pembawa pasien merupakan data
yang penting.

3 Pemeriksaan Fisik Sesuai dengan kaidah trauma, A (Airway), B (Breathing), C


(Circulation). Gangguan sirkulasi sering menyertai pada
trauma vaskular pada ekstemitas.
Adanya hard sign (hematoma yang ekspanding, pulsasi distal
yang tidak teraba, terdengar ‘bruit’ di daerah jejas, teraba
‘thrill’ pada jejas, dan terdapat perdarahan yang aktif )
merupakan indikasi mutlak dilakukannya eksplorasi. Adanya
soft sign (adanya riwayat perdarahan aktif, terdapat defisit
neurologis pada daerah ekstremitas yang terluka, dan
terdapat penurunan pulsasi distal dibandingkan dengan sisi
ekstremitas kontralateral) memerlukan adanya suatu
pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan
diagnosis dan penanganannya.
4 PemeriksaanPenunjang - Pulse oksimetri, dilakukan dengan membandingkan pada
eksteremitas kontralateralnya.
- Doppler USGdapat membantu melihat adanya penurunan
ataupun ketidakhadiran flow/aliran pada daerah distal
dari jejas
- CT-angiografi, dapat membantu menentukan letak dan
kelainan anatomis dari pembuluh darah yang terkena
trauma.
- Angiografi, dapat dilakukan intraoperatif, sehingga
evaluasi pasca tindakan/repair dapat diketahui segera.

5 Kriteria Diagnosis - Anamnesis


- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan penunjang
6 Diagnosis Kerja Trauma Vaskular Ekstremitas
7 Diagnosis Banding -
8 Tatalaksana Pembedahan terbuka, bertujuan untuk mencari,
menghentikan ataupun merepair sumber perdarahan.
Endovaskular prosedur dapat dilakukan bila kondisi
memungkinkan dan alat endovaskular tersedia.
Halaman 55 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
TRAUMA VASKULAR EKSTREMITAS
9 Edukasi Diagnosis, tatalaksana dan prognosis
10 Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam

11 Tingkat Evidens I
12 Tingkat Rekomendasi A
13 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular RS Awal Bros Pekanbaru
14 Indikator Outcome PemeriksaanfisikdanPemeriksaanPenunjang
Medis
15 Kepustakaan Rutherford’s Vascular Surgery, 7th edition.

Halaman 56 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
VARISES
MEDIS/018/PPK-TK-BVDE/2021/Rev.03
1 Pengertian Adalah kelainan pembuluh darah vena, sehingga vena
berkelok-kelok dan melebar Dikarenakan kerusakan katup
vena, sumbatan vena, atau campuran keduanya

Talengiektasis : mengenai pembuluh darah kecil, ditemukan


di tubuh bagian atas, termasuk wajah

Spider Veins : talengiektasis yang lebih ringan, mengenai


pembuluh darah kapiler, muncul di kaki dan wajah

Varikokel : varises vena di area skrotum (kulit diatas testis),


dapat menyebabkan infertilitas pada laki-laki.

Penyebab: primer (muncul sendiri), keturunan, kehamilan,


hormon, tumor, dll.

Faktor risiko:
Usia merupakan suatu faktor yang mempengaruhi, usia
antara 30 sampai 70 tahun sering memiliki keluhan varises.
Saat kehamilan, 50 hingga 55% perempuan Amerika
mengeluh varises. Pada sebagian besar kasus, pembuluh
vena kembali normal dalam setahun setelah melahirkan.
Perempuan dengan kehamilan yang sering, dapat mengalami
varises yang menetap.
Faktor-faktor resiko timbulnya varises pada laki-laki dan
perempuan:
 Riwayat keluarga dengan varises
 Berat badan yang berlebih
 Berdiri atau duduk dalam jangka waktu yang lama
 Menderita trombosis vena dalam

2 Anamnesis Kaki dan tungkai terasa pegal, nyeri, berat, tidak nyaman,
gatal terutama di ekstremitas bawah, berdenyut dan keram
Mulai muncul guratan pembuluh darah di tungkai
Bengkak ringan pada area kaki dan pergelangan kaki
Warna kulit berubah pada area varises
3 Pemeriksaan Fisik Status Generalis:
Tanda vital normal bila tidak ada komplikasi.
Status Lokalis:
Gambaran pembuluh darah telangiektasis, berkelok-kelok

4 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium:


Secara garis besar akan ditemukan angka laboratorium yang
normal. Kecuali ada tanda-tanda infeksi, leukositosis dapat
dijumpai.

Halaman 57 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
VARISES
USG Doppler:
Merupakan pemeriksaan penunjang yang memberikan
informasi anatomi akurat sekaligus rekonstruksi berkenaan
dengan varises, pemeriksaan ini juga digunakan sebagai
pertimbangan terapi pada varises.

Pemeriksaan penunjang lain:


Foto toraks, EKG, Ekhokardiografi (mungkin ditemukan
efusi perikardial) dan Laboratorium lainnya (hemoglobin,
hematokrit, leukosit, trombosit, PT, INR, APTT, SGOT,
SGPT, elektrolit darah, urine rutin) yang berhubungan
dengan toleransi operasi.
5 Kriteria Diagnosis Pemeriksaa fisik, USG Doppler
6 Diagnosis Kerja Varises
7 Diagnosis Banding -
8 Tatalaksana Terapi varises perubahan gaya hidup
Dapat mencegah varises bertambah berat, mengurangi nyeri,
dan menghambat terbentuknya varises
- Hindari duduk atau berdiri dalam waktu yang lama
tanpa beristirahat. Mengangkat kaki saat duduk,
istirahat, atau tidur. Kaki dapat diangkat lebih tinggi
dari pada level jantung
- Lakukak aktivitas fisik untuk mendapatkan
pergerakan kaki dan meningkatkan tonus otot.
Membantu aliran pembuluh darah vena
- Turunkan BB jika overweight / obesitas
- Hindari penggunaan pakaian ketat
- Hindari penggunaan heels dalam waktu yang lama
- Menggunakan stoking kompresi yang memberikan
tekanan ringan pada kaki

Terapi varises medis


Skleroterapi adalah upaya untuk menutup pembuluh vena
dengan suntikan obat. Prosedur ini biasanya digunakan untuk
pembuluh vena yang lebih kecil dan halus (spider veins).
Dilakukan di ruang tindakan dengan cara menyuntikkan
bahan kimia ke dalam varises untuk menutup varises dari
pengisian aliran darah.

Stripping vena dilakukan pada varises yang lebih besar.


Dibuat dua buah insisi kecil, satu pada daerah lipat paha dan
satu lagi di bawah lutut. Kemudian, varises dibuang melalui
insisi tersebut.

Prosedur lain yang menyerupai dikenal sebagai


Transilluminated Powered Phlebectomy atau TIPP; dokter
menyinari tungkai untuk melihat pembuluh-pembuluh vena.
Saat dokter menemukan varises tersebut, pembuluh vena
Halaman 58 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
VARISES
tersebut akan ditarik keluar dengan mesin (suction device)
melalui luka insisi kecil. Prosedur ini relatif bebas nyeri.

Ablasi atau terapi laser dilakukan untuk varises yang berat.


Prosedur ablasi memasukkan sebuah kateter yang halus dan
fleksibel ke dalam pembuluh vena tungkai. Ujung kateter
dilengkapi dengan elektroda kecil yang dapat mengeluarkan
panas dan merekatkan dinding-dinding pembuluh vena.
Sama halnya, laser juga menggunakan sebuah fiber halus
yang dimasukkan dalam pembuluh vena melalui kateter.
Melalui fiber tersebut, energi laser dihantarkan untuk
menutup bagian pembuluh vena yang mengalami varises.

Deep venous recontruction


9 Edukasi Edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya deteksi dini
ini dan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan
varises sangatlah penting, agar kualitas kesehatan terus
membaik.
Pasien varises yang telah ditentukan menjalani terapi non-
operatif, maka harus dilakukan observasi. Dilakukan pula
pengendalian dari faktor risiko, seperti berhenti merokok dan
pengendalian tekanan darah.
Pasien varises yang telah menjalani terapi atau operasi
varises, maka penting untuk melakukan evaluasi rutin berupa
pemeriksaan fisik dan venography. Selain itu, faktor risiko
yang ada pada pasien tersebut pun harus selalu dikendalikan,
mulai dari kebiasaan hidup, diet, tekanan darah, dan
sebagainya. Keluarga dari pasien ini pun sebaiknya
diperiksakan untuk mendeteksi secara dini ada atau tidaknya
varises.

10 Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam


Ad fungsionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam

11 Tingkat Evidens I
12 Tingkat Rekomendasi A
13 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular RS Awal Bros Pekanbaru
14 Indikator Outcome Pemeriksaan fisik
Medis USG Doppler

15 Kepustakaan Rutherford’s Vascular Surgery, 7th edition, 2010


Decision Making in Vascular Surgery, 2001
Varicose Veins. Vascular and Endovascular Surgery (UCSF)
2021.

Halaman 59 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
BUDD-CHIARI SYNDROME
MEDIS/020/PPK-TK-BVDE/2021/Rev.01
1 Pengertian Adalah penyakit yang timbul akibat gangguan aliran keluar
vena hati dari titik vena asinar eferen sampai ke ujung vena
inferior.
2 Anamnesis Asimtomatik
Hipertensi porta akibat penyakit hati akut atau kronik
(perdarahan varises, ensefalopati, asites, lemas)
Nyeri perut
Pembesaran perut akibat hepatomegaly
Pembengkakan kaki
Kuning

Faktor Resiko :
Neoplasma myeloproliferatif
Faktor V Leiden trombofilia
Defisiensi Antitrombin
Riwayat penggunaan kontrasepsi oral kombinasi
Sindrom Antifosfolipid
Hiperhomosisteinemia
Paroksismal nocturnal Hemoglubinuria
Penyakit Behcet, Celiac, ulcerative
3 Pemeriksaan Fisik Asites
Hepatomegali
Pembesaran perut
Nyeri perut
Ikterus
Edema tungkai
4 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium:
Pemeriksaan laboratorium standar : elektrolit, protein, fungsi
hati dan ginjal, darah lengkap, faktor koagulasi. Pemeriksaan
penunjang lain : Mutasi factor V leiden dan factor II
(protombin), antibody antifosfolipid positif, perubahan level
plasma dari homosistein, protein C, protein S, dan
antitrombin III.

USG
Mendeteksi perubahan struktur parenkim hepar (sirosis
makronodular, lesi hepar fokal), hipertrofi lobus kaudatud,
asites, aliran darah kolateral, kompresi vena kava inferior
oleh massa

CT Scan + Kontras
Mendeteksi sumbatan pada aliran darah vena hepar

Gastroskopi
Melihat hipertensi portal
Halaman 60 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
BUDD-CHIARI SYNDROME

Pemeriksaan penunjang lain:


Biopsi hepar, biopsi sum-sum tulang (penyakit
mieloproliferatif)
5 Kriteria Diagnosis Asites onset mendadak disertai nyeri perut dan hepatomegaly
Asites massif dengan fungsi hati yang relaitf terjaga
Dilatasi sinusoidal pada biopsy hati jika tidak ada penyakit
jantung
Gagal hati fulminant yang berhubungan dengan
hepatomegaly dan asites
Penyakit hati kronik yang tidak dapat dijelaskan
Penyakit hati disertai dengan penyakit trombogenik yang
diketahui
6 Diagnosis Kerja Budd-Chiari Syndrome
7 Diagnosis Banding Gagal jantung kanan
Perikarditis konstriktif
Kanker metastasis (termasuk hepar)
Penyakit hati alkohol, sirosis hati
Penyakit liver granulomatosa
Hepatitis
Fitz-Hugh Curtis Syndrome
Sindrom Neftrotik
Congestif Heart Failure
Toxoplasmosis, Sifilis, Parvovirus
8 Tatalaksana Medikamentosa
Pemberian antikoagulan untuk mencegah perburukan dari
thrombosis. Pilihan terapi : LMWH. Sebelum memberikan
antikoagulan, kontraindikasi pemberian harus dipikirkan
seperti (sirosis hepar, hipertensi porta, varises esophagus)
Pada pasien dengan hipertensi portal : terapi diuretic
(spironolakton, furosemide), PPI dan beta bloker dapat
mengurangi resiko perdarahan varises esofagus

Parasentesis
Pasien dengan asites

Ligasi dengan endoskopi


Pasien dengan varises esofagus

Tatalaksana Endovaskular untuk mengembalikan


patensi pembuluh darah
Angioplasti, Stent, dan trombolisis lokal

Pemasangan Transjugular portosistemik shunt

Transplantasi hati ortotopik


9 Edukasi Penyakit ini merupakan penyakit dengan angka harapan

Halaman 61 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
BUDD-CHIARI SYNDROME
hidup dalam lima tahun antara 42-100% berdasarkan
penyebab dan adanya faktor resiko lain. Terapi
medikamentosa disertai dengan terapi invasive memberikan
hasil yang lebih baik dibandingkan hanya salah satunya.
10 Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam

11 Tingkat Evidens I
12 Tingkat Rekomendasi A
13 Penelaah Kritis KSM Bedah Vaskular RS Awal Bros Pekanbaru
14 Indikator Outcome Perbaikan gejala
Medis USG
CT Scan

15 Kepustakaan Prague Medical Report / Vol. 118 (2017) No. 2–3, p. 69–80
Simón CG , Ana CR, Yeinis PEH, Juan CRG. A Review of
Budd Chiari Syndrome. 2016. Asociaciones Colombianas de
Gastroenterología, Endoscopia digestiva, Coloproctología y
Hepatología. Rev Col Gastroenterol / 31 (3)

Halaman 62 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
VASKULITIS (SYNDROMA RAYNAUD, PENYAKIT BUERGER, ARTERITIS
TAKAYASU)
MEDIS/019/PPK-TK-BVDE/2019/Rev.02
1 Pengertian Adalahinflamasi pembuluh darah. Inflamasi ini disebabkan
karena sistem imun yang dimiliki tubuh menyerang secara
tidak benar pembuluh darah. Hal ini terjadi bisa disebabkan
karena banyak faktor misalnya infeksi, obat-obatan ataupun
sebab lainnya. Sering juga sebab dari kelainan ini tidak
diketahui.
Bila pembuluh darah mengalami inflamasi akan terjadi :
• Penyempitan lumen pembuluh darah, membuat darah lebih
sulit untuk melewati pembuluh darah yang menyempit.
• Lumen pembuluh darah menjadi tertutup sehingga darah
tidak bisa lewat.
• Dinding pembuluh darah Mengkerut dan lemah sehingga
timbul benjolan. Benjolan ini disebut dengan aneurisma.
Apabila benjolan ini pecah akan menimbulkan perdarahan.
Faktor risiko:
- Infeksi virus
- Reaksi alergi
- Obat-obatan
- Buerger disease
- Hypersensitivity angitis
- Kelainan Hematologis (keadaan hiperkoagulabilitas,
hiperviskositas dan malignancy)
- Infeksi karena suntikan, atau infeksi karena akses pada
arteri.
- Fenoma Aliran darah, pada steal syndrome pada
pembuatan av shunt.
- Riwayat radiasi
- Merokok
- Diabetes melitus.

2 Anamnesis Anamnesis yang teliti untuk menggali penyebab dari


inflamasi, meliputi hal hal dibawah ini :
Riwayat pekerjaan dan olahraga riwayat merokok (multiple
oklusi pada arteri tangan pada perokok berat pada buerger
dessease), riwayat nyeri pada jari tangan pada saat istirahat
(rest pain), adanya gangren jari, adanya raynaud syndrome
(perubahan warna kulit),
Riwayat pengobatan ergot (terjadinya vasokonstriksi perifer
pada pemberian dopamin dan adrenalin pada pasien syok)

3 Pemeriksaan Fisik Status Generalis:


Demam bila disebabkan karena sebab vaskulitis
Status Lokalis:
 Tekanan darah yang berbeda antara sisi iskemik dengan
Halaman 63 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
VASKULITIS (SYNDROMA RAYNAUD, PENYAKIT BUERGER, ARTERITIS
TAKAYASU)
yang tidak. (perbedaan tekanan lebih dari 20 mm hg).

3 Pemeriksaan Fisik  Bruit yang ditemukan Supraclavicular atau infraclavicular


 Adson maneuver (hilangnya pulsasi dari artery radialis
apabila dilakukan abduksi dan eksternal rotasi dari lengan
atas)
 Adanya masa yang pulsatile pada lokasi supraklavikula
berkaitan dengan kemugkinan adanya aneurisma arteri
subklavia.
 Digital gangrene
 Perubahan warna kulit dan kuku ekstremitas atas pada
pemerikasaan capillary refill.
 Allen test yang positifmenunjukkan adanya arkus
palmaris yang tidak sempurna. (kedua arteri (ulnaris dan
radialis) dilakukan oklusi dengan penekanan pada arteri
dalam keadaan tangan menggenggam. Tangan dibuka
salah satu arteri dilepaskan dari penekanan, dinilai
cappilari refil testnya, prosedur yang sama pada arteri
yang berbeda untuk menentukan sisi (radialis atau ulnaris)
yang terkena).Cara lain dengan menggunakan doppler
untuk menggambarkan pola aliran colateral.

4 PemeriksaanPenunjang 1. Laboratorium : Secara garis besar akan ditemukan angka


laboratorium yang normal.
2. USG
3. Digunakan untuk menegakkan diagnnosis awal.
4. CT angiografi/MRA
5. Angiografi/DSA: Dianjurkan bila pada pemeriksaan
klinis didapatkan kelainan pada pembuluh darah nadi
perifer dengan membandingkan pulsasi nadi ekstrimitas
sisi kiri dan kanan
6. Pemeriksaan penunjang lain: Foto toraks, EKG,
Ekhokardiografi, Tes fungsi paru, dan Laboratorium
lainnya (hematokrit, leukosit, trombosit, PT, INR, APTT,
SGOT, SGPT, elektrolit darah, urine rutin) yang
berhubungan dengan toleransi operasi.

5 Kriteria Diagnosis - USG


- CT Angiografi
6 Diagnosis Kerja Iskemik ekstremitas atas

7 Diagnosis Banding - Raynaud’s Syndrome (spasme arteri digitalis dan arteriole,


perubahan klasik 3 warna kulit, yaitu normal, sianotik,
kemudian kemerahan )
- Buerger Dissease (tromboangitis obliterans, non
atherosclerotik, inflamasi vascular segmental, keterlibatan

Halaman 64 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
VASKULITIS (SYNDROMA RAYNAUD, PENYAKIT BUERGER, ARTERITIS
TAKAYASU)
arteri sedang dan kecil, serta keterlibatan vena)
- Takayasus’s dissease (keterlibatan cabang utama aorta,
khususnya arteri subklavia dan arteri carotis)
- Kelainan hematologis
- Trauma
8 Tatalaksana Terapi Iskemik Ekstremitas atas ditentukan berdasarkan
penyebabnya ada atau tidaknya gejala, penilaian angka
harapan hidup, dan penilaian risiko tindakan operasi. Dari
hal-hal tersebut dikembangkan suatu algoritma penanganan
(terlampir), mulai dari terapi non-operatif, operasi terbuka,
sampai dengan terapi endovaskular.
Terapi Non Operatif
 Pengobatan jangka panjang antikoagulant warfarin
direkomendasikan pada pasien dengan periferal
emboli dengan kausa jantung. Target terapi INR 2-
3x.
 Aspirin atau clopidogrel pada kasus emboli dari
aorta ascenden. Pada kasus yang jarang pemberian
low dose aspirin bersama dengan pemberian
warfarin.
 Nifedipine (10 mg PO tid) digunakan untuk pasien
dengan penyakit vasospastic pada tangan. Jika tidak
menunjukkan hasil bisa diberikan prazosin dosis
rendah. Atau diberikan hidralazin
 Perubahan gaya hidup, menggunakan sarung tangan
hangat, kulit dilindungi dari suasana kering dan
pecah-pecah. Suhu dingin dihindari, perlu tinggal di
daerah beriklim hangat, menghindari ruangan ber ac
dan temperatur dingin.
 Menghindari trauma akibat getaran, akibat hobi.
 Pada pasien takayasu Prednison adalah first line
therapy, kemudian methotreaxe dan
cyclophosphamide (cytoxa)
 Modifikasi faktor resiko dan pemberian aspirin
penting pada kasus iskemik akibat atherosklerotik.
Berhenti merokok adalah suatu keharusan terutama
untuk kasus buerger dessease. Total cholesterol
sebaiknya dibawawah 200 mg/dl dan LDL
seharusnya dibawah 100 mg/dl.
Terapi Pembedahan
Tergantung kausanya
- Vein or prosthetic bypass[3]
- Removal of first rib or cervical rib
- Cervical sympathectomy
- Apabila sudah terjadi ulkus dilakukan dicuci dengan
air dan sabun sampai dengan selective minimal
debridement
Halaman 65 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
TATALAKSANA KASUS
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
VASKULITIS (SYNDROMA RAYNAUD, PENYAKIT BUERGER, ARTERITIS
TAKAYASU)
- Tidak ada bukti yang mendukung tindakan ekstensive
pembedahan akan memberikan hasil yang lebih baik.
9 Edukasi Berhenti merokok dan evaluasi ulang kondisi pembuluh
darah setiap 2 bulan.
10 Prognosis Tergantung kausa dan kelainan sistemik yg lain.
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam

Bila ditemukan dalam keadaan diseksi atau ruptur:


Ad vitam: dubia ad malam
Ad fungsionam: dubia ad malam
Ad sanationam: dubia ad malam
11 Tingkat Evidens I
12 Tingkat Rekomendasi A
13 Penelaah Kritis RS Awal Bros Pekanbaru
14 IndikatorOutcome Gejala Klinis, USG vaskular dan arteriograpi.
Medis
15 Kepustakaan Rutherford’s Vascular Surgery, 7th edition, 2010
Decision Making in Vascular Surgery, 2001
Upper Extremity Occlusive Dissease, Mark K Eskandari,
MD; Chief Editor: Vincent Lopez Rowe, MD.Mark K.
Eskandari Chief Division of Surgery (Vascular), Associate
Professor, Division of Surgery (Vascular) and Medicine
(Cardiology), Northwestern University, The Feinberg School
of Medicine; Attending Surgeon, Division of Vascular
Surgery, Northwestern Memorial Hospital; Consulting Staff,
Division of Vascular Surgery, Northwestern Medical Faculty
Foundation; Consulting Staff, Department of Surgery, Lake
Forest Hospital

Halaman 66 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
PROSEDUR TINDAKAN
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
PROSEDUR PEMASANGAN CDL (Catheter Double Lumen)
MEDIS/001/PPK-PT-BVDE/2019/Rev.01
1 Pengertian CDL (Catheter Double Lumen) adalah akses vaskuler untuk
kebutuhan Hemodialisis yang bersifat sementara. Bersifat
sementara karena hanyaberlaku sebulan hingga 2 bulan.
Biasanya akses ini digunakan sebelum akses permanen
dipergunakan (AV Fistula/CIMINO)
2 Indikasi Tindakan segera/temporer pada pasien hemodialisis akut
maupun kronis
3 Kontra Indikasi 1. Inflamasi pada kulit tempat penusukan
2. Trombositopenia berat atau gangguan koagulasi, misalnya
dalam terapi antikoagulan
3. Kelainan anatomis, misalnya struma, tumor di leher,
emfisema paru berat dan bekas operasi pada luka penusukan
4 Persiapan 1. Informed concent
2. Pemeriksaan laboratorium : darah perifer lengkap (Hb,
leukosit, hematokrit, trombosit, hitung jenis),GDS, HbsAg
penyaring dan anti HIV penyaring (bila belum diperiksa atau
pemeriksaan terakhir ≥ 3 bulan)
3. Persiapan alat dan bahan : Sarung tangan steril, Apron,
Masker, dressing steril, heparin,gentamisin 80mg,lidokain,
cairan desinfektan, alkohol 70%, NaCl 0,9% spuit 10cc,
hecting set, USG, monitor, CDL dilator 10-12 Fr
5 Prosedur Tindakan 1. Prosedur a dan antiseptik.
2. Insersi kateter dilakukan pada kondisi aseptik dimana
operator memakai masker, baju operasi dan sarung tangan
3. Untuk insersi pada vena jugularis atau subklavia, pasien
berada dalam posisi tredelenburg, dengan kepala menoleh ke
arah yg berlawanan dari lokasi insersi
4. Lokasi insersi dan area sekitar dibersihkan dangan larutan
iodine dan alkohol
5. Tentukan lokasi insersi kateter. Lokasi yg optimal di vena
jugularis interna kanan. Pilihan lainnya vena subklavia lalu
vena femoral secara berurutan
6. Insersi dilakukan dg guiding USG
7. Anestesi lokal pada lokasi insersi
8. Isiintroducer needle dg NaCl sehingga tidak ada udara
didalamnya
9. Syringe disambungkan dg introducer needle sehingga
guidewire dapat masuk
10. Penusukan dilakukan dengan jarum 18-21 G. Dengan
melihat langsung pada monitor USG, vena akan tampak
tertekan sebelum jarum masuk ke dinding anterior vena.
Lakukan aspirasi untuk memastikan jarum sudah berada
dalam vena. Kemudian masukan guidewire melalui lobang
jarum.

Halaman 67 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
PROSEDUR TINDAKAN
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
PROSEDUR PEMASANGAN CDL (Catheter Double Lumen)
Prosedur Tindakan 11. Tahan guidewire pada posisinya, tarik jarum
12. Lakukan insisi kecil pada kulit diatas exite site. Masukan
dilator melalui ujung guidewire untuk melebarkan subkutan,
lalu tarik dilator meninggalkan guidewire
13. Secara bertahap masukan dilator dg diameter lebih besar
14. Sebelum insersi CDL, isi setiap lumen dg larutan heparin
dan normal salin, lalu klem lumen arteri (merah). Lumen
untuk vewna (biru) tidak diklem sampai guidewire ditarik
15. Masukan guidewire ke dalam lumen vena dari kateter
sebelum insersi. Klem vena harus berada dalam posisi
terbuka agar kateter dapat melewati guidewire sampai ke
dalam vena
16. Insersi CDL dilakukan melalui ujung guidewire
17. Tarik guidewire dan tutup klem vena
18. Pastikan lumen vena berada diarah kranial. Hal ini untuk
mencegah terjadinya insufisiensi arterial dari katheter
selama dialisisis.
19. Tes fungsi kateter dengan melakukan aspirasi pada lumen
arteri dan vena. Berikan bolus cairan NaCl pada setiap
lumen 3-5cc agar tidak tersisa darah dalam lumen.
Kemudian berikan heparin lock, bila perlu berikan antibiotik
lock
20. Tutup ujung lumen dg cap yg telah ada
21. Lakukan penjahitan pada kateter dan tutup dg dressing steril.
22. Rontgen Thoraks untuk memastikan posisi dan ujung
kateter. Ujung kateter sebaiknya di pertemuan vena kava
superior dan atrium kanan.

6 Pasca Prosedur 1. Monitor tanda vital serta perdarahan


Tindakan 2. tindakan hemodialisis dapat dilakukan setelah CDL
terpasang
7 Prognosis 1. Ad vitam : dubia ad bonam
2. Ad sanationam : dubia ad bonam
3. Ad fungsionam : dubia ad bonam
8 Penelaah Kritis SMF Penyakit DalamRS Awal Bros Pekanbaru
9 Indikator Out come Keluhan : akses lancar pada hemodialisis
Prosedur Tindakan Pemeriksaan : Luka operasi baik, tidak infeksi
10 Kepustakaan 1 National kidney Foundation K/DOQI Guidline,2006

2 Allon M, Work J. Venous Catheter acceses for hemodialysis.


In : Daugirdas JT, Blake PG, Ing TS, eds. Handbook of
Dialysis, 4th Ed. Lippincott Williams and Wilkins.2007

Halaman 68 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
PROSEDUR TINDAKAN
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
PROSEDUR ARTERIOVENOUS SHUNT
MEDIS/002/PPK-PROSEDUR-TINDAKAN/2019/Rev.01
1 Pengertian AV shunt adalah akses vaskuler untuk kebutuhan hemodialisis
yang bersifat permanen.
2 Indikasi Tindakan lanjutan pada pasien hemodialisis
3 Kontra Indikasi 1 Inflamasi pada kulit tempat penusukan
2 Trombositopenia berat atau gangguan koagulasi, misalnya
dalam terapi antikoagulan
3 Kelainan anatomis
4 Persiapan 1 Informed concent dan Surat Izin Operasi
2 Pemeriksaan laboratorium : darah perifer lengkap (Hb,
leukosit, hematokrit, trombosit, hitung jenis), jika ada
indikasi
3 Persiapan alat dan bahan : Sarung tangan steril, Apron,
Masker, dressing steril, heparin,
5 Prosedur Tindakan 1 Pasien terlentang dalam anestesi lokal
2 Prosedur a dan antiseptik.
3 Insisi transverse pada kubiti kiri panjang 3 cm
4 Identifikasi vena cephalica kiri bebaskan dan dipotong
pasang NGT no. 5
5 Identifikasi arteri brachialis kiri tegel insisi
6 Dilakukan anastomose end to side dengan benang nilon 6/0
7 Tes thrill kuat dan kontrol perdarahan dan luka operasi
ditutup subkurtikular
8 Operasi selesai
6 Pasca Prosedur 1 Monitor tanda vital serta perdarahan
Tindakan 2 tindakan hemodialisis dapat dilakukan setelah CDL
terpasang
7 Prognosis 1 Ad vitam : dubia ad bonam
2 Ad sanationam : dubia ad bonam
3 Ad fungsionam : dubia ad bonam
8 Penelaah Kritis SMF Bedah RS Awal Bros Pekanbaru
9 Indikator Out come Keluhan : akses lancar pada hemodialisis
Prosedur Tindakan Pemeriksaan : Luka operasi baik, tidak infeksi
10 Kepustakaan  National kidney Foundation K/DOQI Guidline,2006

 Allon M, Work J. Venous Catheter acceses for hemodialysis.


In : Daugirdas JT, Blake PG, Ing TS, eds. Handbook of
Dialysis, 4th Ed. Lippincott Williams and Wilkins.2007

Halaman 69 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
PROSEDUR TINDAKAN
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
PROSEDUR PEMASANGAN IMPLANTABLE CHEMOPORT
MEDIS/003/PPK-PT-BVDE/2020/Rev.00
1 Pengertian Pemasangan port pada vena untuk kemoterapi
2 Indikasi Pasien yang akan mendapatkan tatalaksana kemoterapi.

3 Kontra Indikasi 1. Infeksi lokal


2. Post radiasi pada daerah ipsilateral
3. Curiga cedera vascular sebelumnya
4. Alergi dengan set alat chemoport
4 Persiapan Persiapan Pasien
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah Perifer Lengkap,
PT, APTT , GDS, Skrining pertindakan
2. Rontgen Foto thoraks AP
3. EKG untuk usia > 45 tahun
4. Konsultasi Dokter Spesialis Anastesiologi
5. USG Doppler vascular
Persiapan alat dan bahan
1. Surat persetujuan tindakan
2. Chemoport set
3. Set bedah minor
4. Heparin
5. Obat anestesi lokal
6. Duk steril
7. Spuit

8. Benang non-absorbable (Prolene 3.0)
9. Benang absorbable ( PGA / Vycril 4.0)
5 Prosedur Tidakan 1. Pasien posisi supine / trendelenburg
2. A-Antisepsis di daerah operasi
3. Anastesi Lokal / General
4. Drapping
5. Pungsi vena perkutan dengan USG Dopler vascular
guiding.
6. Insersi wire , dilator
7. Pembuatan kantong untuk implan chemoport dan
tunneling
8. Insersi kateter chemoport
9. Menghubungkan ke chemoport
10. Tes fungsi kateter dan flushing / lock heparin
11. Fiksasi
12. Tutup luka operasi
13. Dressing
6 Pasca Prosedur 1. Pasien dirawat 1 – 2 hari
Tindakan 2. Foto Thorax AP
3. Evaluasi komplikasi tindakan sesuai kebutuhan.
4. Pemberian medika mentosa

Halaman 70 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
PROSEDUR TINDAKAN
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RS AWAL BROS PEKANBARU
2021
PROSEDUR PEMASANGAN IMPLANTABLE CHEMOPORT
7 Komplikasi - Perdarahan
- Infeksi
- Pneumothorak/Hemothoraks
- Dehiscen luka operasi
- Reaksi penolakan terhadap set chemoport
8 Prognosis - Baik

9 Penelaah Kritis SMF Bedah Vaskular RS Awal Bros Pekanbaru

10 Indikator Out come 90% prosedur dilakukan tanpa komplikasi vaskular


Prosedur Tindakan

11 Kepustakaan Rutherford textbook 9th edition

Halaman 71 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
PROSEDUR TINDAKAN
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RUMAH SAKIT AWAL BROS PEKANBARU
2021
PROSEDUR PEMASANGAN STENT GRAFT PADA ANEURISMA AORTA
ABDOMINALIS (AAA) SECARA ENDOVASCULAR DENGA STENT GRAFT
(EVAR)
MEDIS/004/PPK-PROSEDUR-TINDAKAN/2020/Rev.00
1 Pengertian Tindakan pemasangan stent graft pada aorta abdominalis yang
mengalami aneurisma
2 Indikasi 1. AAA dengan diameter maksimal > 5.5 cm
2. AAAdenganpertumbuhandiameter>0.5cm/tahun
3. AAAdengandiametermaksimal>2xdiametersegmen aorta
normal
3 Kontra Indikasi 1. Akses inadekuat
2. Landing zone inadekuat
3. Angulasi terlalu tajam
4. Tortous
5. Gagal Ginjal (Kontraindikasi relatif)
4 Persiapan Persiapan Pasien
1. Pemeriksaan Laboratorium Internal Dasar
2. Rontgen Foto thoraks AP
3. EKG untuk usia > 45 tahun
4. Konsultasi Dokter Spesialis Penyakit
5. Konsultasi Dokter Spesialis Anastesiologi
6. USG Doppler vascular dan mapping vena

Persiapan Alat dan Bahan


1. Surat persetujuan tindakan
2. Spuit
3. Bisturi
4. Introducer sheath 6F/7F
5. Introducer sheath 14
6. Wire Terumo J 0.035”/ 145 cm atau j. 035 180cm
7. Super-stiff wire
8. Kateter pigtail marker 5 F
9. Kateter Pigtail 6 F
10. Kateter JR 3.5-6f /cobra/MP 5F
11. Stent-graft yang terdiri dari: main body (1 atau 2), limb
extension (1 atau 2)
12. Renal Stent bila dilakukan renal Chimney
13. Balon perifer dan balon CODA
14. Benang Non-absorbable dan Absorbable

5 Prosedur Tindakan 1. Pasien posisi Supine


2. A-Antisepsis di daerah operasi
3. Anastesi Lokal di Inguinalis kanan dan kiri
4. Insisi kulit
5. Pungsi arteri Femoralis kanan dan kiri , pasang sheath 6F/
7F
6. Masukkan kateter pigtail marker, dengan bantuan wire
0.035 hingga aorta abdominalis di atas arteri renalis
7. Keluarkan guide wire dengan tetap mempertahankan
Halaman 72 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
PROSEDUR TINDAKAN
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RUMAH SAKIT AWAL BROS PEKANBARU
2021
PROSEDUR PEMASANGAN STENT GRAFT PADA ANEURISMA AORTA
ABDOMINALIS (AAA) SECARA ENDOVASCULAR DENGA STENT GRAFT
(EVAR)
kateter penuntun kemudian dilakukan aortografi
8. DIlakukan konfirmasi ukurang aneurisma dan jaraknya
dari arteri renalis
9. Dengan bantuan kateter penuntun, superstiff wire
dimajukan sampai aorta desceden
10. Akses arteri femoralis dilebarkan dengan bisturi dan
dilator 14-16 F , setelah sebelumnya diberikan anestesi
local tambahan
11. Main body di majukan melalui stiff wire dan di posisikan
tepat di bawah arteri renalis (dikonfirmasi dengan
aortografi)
12. Dilakukan aortografi untuk memastikan stent berada di
posisi yang tepat
13. Delivery dari main body di keluarkan kemudian extension
limb di majukan dan di kembangkan
14. Kateter pigtail dari kontra-lateral dikeluarkan dengan
bantuan wire
15. Dilakukan kanulasi extension limb dari main body dengan
kateter JR/MP/Cobra , kemudian di majukan hingga aorta
ascenden, kemudian wire diganti dengan stiff wire
16. Melalui stiff wire extension limb dimajukan dan
dikembangkan dengan ujung distal tidak menutupi arteri
iliaka interna
17. Lakukan evaluasi aortografi dan pastikan tidak ada
Endoleak
18. Cabut introducer sheath
19. Arteri femoral di tutup secara bedah
6 Pasca Prosedur 1. Rawat inap 3-5 hari
Tindakan 2. Observasi tanda – tanda skemik pada kedua ekstremitas
bawah
3. Monitor fungsi ginjal
7 Komplikasi - Perdarahan
- Infeksi
8 Prognosis Baik
9 Penelaah kritis SMF Bedah Vaskular RS Awal Bros Pekanbaru
10 Indikator Outcome 80% prosedur dilakukan tanpa komplikasi vaskular

11 Kepustakaan Rutherford textbook 9th edition

Halaman 73 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
PROSEDUR TINDAKAN
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RUMAH SAKIT AWAL BROS PEKANBARU
2021
PROSEDUR PEMASANGAN STENT GRAFT PADA ANEURISMA AORTA
TORAKALIS (TAA) SECARA ENDOVASCULAR (TEVAR)
MEDIS/005/PPK-PROSEDUR-TINDAKAN/2020/Rev.00
1 Pengertian Tindakan pemasangan stent graft pada Aorta Torakalis yang
mengalami aneurisma atau diseksi

2 Indikasi 1. TAA dengan diameter maksimal > 5.5 cm


2. TAA dengan pertumbuhan diameter >0.5cm/tahun

3. TAA dengan diameter maksimal >2x diameter segmen
aorta normal
4. DiseksiAortaTorakalis
5. RupturAortaTorakalisTraumatik
3 Kontra Indikasi 1. Akses inadekuat
2. Landing zone inadekuat
3. Angulasi terlalu tajam
4. Tortous
5. Gagal Ginjal (Kontraindikasi relatif)
4 Persiapan Persiapan Pasien
1. Pemeriksaan Laboratorium Internal Dasar
2. Rontgen Foto thoraks AP
3. EKG untuk usia > 45 tahun
4. Konsultasi Dokter Spesialis Penyakit
5. Konsultasi Dokter Spesialis Anastesiologi
6. USG Doppler vascular dan mapping vena

Persiapan Alat dan Bahan


1. Surat persetujuan tindakan
2. Spuit
3. Bisturi
4. Introducer sheath 6F/7F
5. Introducer sheath 14
6. Wire Terumo J 0.035”/ 145 cm atau j. 035 180cm
7. Super-stiff wire
8. Kateter pigtail marker 5 F
9. Kateter Pigtail 6 F
10. Kateter JR 3.5-6f /cobra/MP 5F
11. Stent-graft yang terdiri dari: main body (1 atau 2),
limb 
extension (1 atau 2)
12. Renal Stent bila dilakukan renal Chimney
13. Balon perifer dan balon CODA
14. Benang Non-absorbable dan Absorbable
5 Prosedur Tidakan 1. Pasien posisi Supine
2. A-Antisepsis di daerah operasi
3. Anastesi Lokal di Inguinalis kanan dan kiri
4. Insisi kulit
5. Pungsi arteri Femoralis kanan dan kiri , pasang sheath
6F/ 7F
6. Masukkan kateter pigtail marker, dengan bantuan wire
Halaman 74 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
PROSEDUR TINDAKAN
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RUMAH SAKIT AWAL BROS PEKANBARU
2021
PROSEDUR PEMASANGAN STENT GRAFT PADA ANEURISMA AORTA
TORAKALIS (TAA) SECARA ENDOVASCULAR (TEVAR)
0.035 hingga aorta ascenden
7. Keluarkan guide wire dengan tetap mempertahankan
kateter penuntun kemudian dilakukan aortografi
8. DIlakukan konfirmasi ukurang aneurisma dan
jaraknya dari arteri subclavia kiri
9. Dengan bantuan kateter penuntun, superstiff wire
dimajukan sampai aorta ascenden
10. Akses arteri femoralis dilebarkan dengan bisturi dan
dilator 16-18 F , setelah sebelumnya diberikan
anestesi local tambahan
11. Main body di majukan melalui stiff wire dan di
posisikan tepat di bawah arteri subklavia kiri
(dikonfirmasi dengan aortografi)
12. DIlakukan aortografi untuk memastikan stent berada
di posisi yang tepat
13. Delivery stent graft
14. Lakukan evaluasi aortografi dan pastikan tidak ada
Endoleak
15. Cabut introducer sheath
16. Arteri femoralis di tutup secara bedah
6 Pasca Prosedur 1. Rawat inap 3-5 hari
Tindakan 2. Observasi tanda-tanda iskemik pada kedua ekstremitas
bawah
3. Monitor fungsi ginjal
4. Monitor fungsi ekstremitas bawah
5. Monitor fungsi pencernaan
7 Komplikasi - Perdarahan
- Infeksi
8 Prognosis Baik

9 Penelaah Kritis SMF Bedah Vaskular RS Awal Bros Pekanbaru

10 Indikator Out come 80% prosedur dilakukan tanpa komplikasi vaskular


Prosedur Tindakan

11 Kepustakaan Rutherford textbook 9th edition

Halaman 75 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
PROSEDUR TINDAKAN
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RUMAH SAKIT AWAL BROS PEKANBARU
2021
PROSEDUR EMBOLECTOMY DAN THROMBECTOMY
MEDIS/006/PPK-PROSEDUR-TINDAKAN/2020/Rev.00
1 Pengertian Tindakan mengeluarkan trombus/emboli dalam pembuluh darah
untuk mengembalikan perfusi jaringan

2 Indikasi Iskemik Tungkai Akut

3 Kontra Indikasi Iskemik yang sudah irreversible

4 Persiapan Persiapan Pasien


1. Pemeriksaan Laboratorium Internal Dasar , PT, APTT ,
INR
2. Rontgen Foto thoraks AP
3. EKG untuk usia > 45 tahun
4. Konsultasi Dokter Spesialis Anastesiologi
Persiapan Alat dan Bahan
1. Surat persetujuan tindakan
2. Set Vascular
3. Spuit
4. Bisturi
5. Kateter Fogarty
6. Nacl 0.9% + Heparin
7. Benang polipropilen
8. Benang Absorbable
5 Prosedur Tindakan 1. Pasien posisi Supine
2. A-Antisepsis di daerah operasi
3. Anastesi Lokal/Regional / General
4. Drapping daerah operasi
5. Insisi kulit
6. Identifikasi Arteri untuk aksesk Kateter
7. Masukkan Heparin 5000 IU Intra Vena
8. Arteriotomi
9. Insersi Kateter Forgarty kearah proksimal dan distal
10. Ekstraksi Trombus/Embolus
11. Flushing Heparin Intra Luminar distal dan proksimal
12. Arteriotomi di jahit kembali
13. Luka operasi di tutup lapis demi lapis
14. Operasi selesai
6 Pasca Prosedur 1. Rawat inap
Tindakan 2. Pemberin Ganjal kaki / Bantal pasir
3. Observasi perfusi jaringan dan hemodinamik
4. Heparinisasi dengan targer APTT 1.5-2x nilai control
APTT atau pemberian LMWH
5. Pemberian anti agregasi platelet
7 Komplikasi - Perdarahan
- Reperfusi injury
- Re-Thrombosis
8 Prognosis - Baik
9 Penelaah kritis SMF Bedah Vaskular RS Awal Bros Pekanbaru
Halaman 76 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
PROSEDUR TINDAKAN
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RUMAH SAKIT AWAL BROS PEKANBARU
2021
PROSEDUR EMBOLECTOMY DAN THROMBECTOMY
10 Indikator Outcome 80% prosedur dilakukan tanpa komplikasi vaskular

11 Kepustakaan Rutherford textbook 9th edition

Halaman 77 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
PROSEDUR TINDAKAN
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RUMAH SAKIT AWAL BROS PEKANBARU
2021
PROSEDUR RESEKSI DAN PENGGANTIAN AORTA ABDOMINALIS
MEDIS/007/PPK-PROSEDUR-TINDAKAN/2020/Rev.00
1 Pengertian Operasi Penggantian Aorta Abdominalis

2 Indikasi Aneurisma / Diseksi/Ruptur Aorta Abdominalis

3 Kontra Indikasi 1. Tidak ada kontra indikasi absolut


2. Kontra indikasi didasarkan pada kondisi klinis pasien
untuk 
menjalani prosedur operasi invasif (risk-to-
benefit ratio). Kondisi pasien yang memiliki resiko tinggi
untuk terjadinya morbiditas atau mortalitas pasca operasi
diantaranya: usia lanjut, end-stage renal disease, gagal
napas, cirrhosis, stroke, dan komorbid lain.
3. Komorbid yang berat
4 Persiapan Persiapan Pasien
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah Perifer Lengkap, PT,
APTT , GDS, Skrining pertindakan , Cross match
2. Standby Darah untuk transfusi
3. Rontgen Foto thoraks AP
4. EKG untuk usia > 45 tahun
5. Konsultasi dokter spesialis Penyakit Dalam
6. Konsultasi Dokter Spesialis Anastesiologi
7. USG Doppler vascular
Persiapan alat dan bahan
1. Surat persetujuan tindakan
2. Set Vascular Mayor
3. Set Laparotomy
5 Prosedur Tidakan 1. Pasien posisi supine / trendelenburg
2. A-Antisepsis di daerah operasi
3. Anastesi General
4. Insisi kulit
5. Laparotomy / Extra peritoneal approach
6. Heparinisasi
7. Pasang Klema Aorta pada proksimal dan distal
aneurisma
8. Buka aneurisma, Evakuasi thrombus, jahit ostium
arteri lumbalis
9. Anastomosis proksimal
10. Klem proksimal di pindah ke graft
11. Anastomosis distal
14. Lepas klem
15. Kontrol perdarahan
16. Pemasangan Drain abdomen bila perlu
17. Penutupan Abdomen lapis per lapis
18. Perawatan luka / dressing
6 Pasca Prosedur 1. Rawat inap
Tindakan 2. Observasi hemodinamik
3. Observasi perfusi ekstremitas inferior
Halaman 78 / 79
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
PROSEDUR TINDAKAN
KSM BEDAH VASKULAR DAN
ENDOVASKULAR
RUMAH SAKIT AWAL BROS PEKANBARU
2021
PROSEDUR RESEKSI DAN PENGGANTIAN AORTA ABDOMINALIS
4. Observasi tanda-tanda perdarahan dan fungsi
koagulopati
7 Komplikasi - Perdarahan
- Infeksi
8 Prognosis - Baik

9 Penelaah Kritis SMF Bedah Vaskular RS Awal Bros Pekanbaru

10 Indikator Outcome 80% prosedur dilakukan tanpa komplikasi vaskular


Prosedur Tindakan
11 Kepustakaan Rutherford textbook 9th edition

Halaman 79 / 79

Anda mungkin juga menyukai