Anda di halaman 1dari 4

F/006/012/R/02

PANDUAN PRAKTEK KLINIS Disahkan oleh


(PPK) Direktur Utama
PROSEDUR TINDAKAN
SMF OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI

Nomor dokumen : HK.03.05/II.I/2413/2015 Tanggal : 01/11/2015


Revisi ke : Nomor revisi : Tanggal :
TUBEKTOMI (ICD 9 CM : )
1. Pengertian
Operasi pemotongan tuba fallopii

Klasifikasi:
1. Tubektomi postpartum
2. Tubektomi interval
3. Tubektomi elektif

Berdasarkan metoda dan rutenya:


1. Tubektomi perlaparotomi (mini lap)
2. Tubektomi perlaparaskopi

2. Indikasi
1. Cukup anak
2. Kesehatan ibu

3. Kontra Indikasi
1. Infertilitas
2. Riwayat obstetri buruk
3. Belum menikah..

4. Persiapan
1. Komunikasi, informasi dan edukasi
2. Informed concent / persetujuan pasangan
3. Melaksanakan prosedur tindakan sesuai PPK yg telah dibuat

5. Prosedur
Tindakan 1. Tubektomi per laparotomi (minilap)
- Pasien terlentang dalam analgesia spinal
- Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada lapangan operasi
- Dilakukan insisi didaerah infraumbilikalis, kurang lebih 3 cm
- Insisi lapis demi lapis hingga menembus peritoneum, kemudian
peritoneum dijepit dengan 2 klem, trasiluminasi utuk identifikasi
dan digunting selebar jari sehingga bisa dimasuki jari telunjuk
dan sebuah tampon tang
- Masukkan retraktor kedalam rongga abdomen, tarik retraktor ke
arah tuba yang akan dicapai
- Jepit tuba dengan pinset atau klem babcock dan tarik pelan-pelan
keluar melalui lubang insisi sampai terlihat fimbriae

- Metode Pomeroy : jepit tuba pada 1/3 proksimal dengan klem


babcock, angkat sampai tuba melengkung, tentukan daerah
mesosalping tanpa pembuluh darah.
- Tusukkan jarum bulat dengan benang catgut nomor 0 pada jarak
2 cm dari puncak lengkungan dan ikat salah satu pangkal
lengkungan tuba.
- Ikat kedua pangkal lengkungan tuba secara bersama-sama
dengan menggunakan benang yang sama
- Potong tuba tepat diatas ikatan benang
- Periksa perdarahan pada tunggul tuba dan periksa lumen tuba
untuk meyakinkan tuba telah terpotong
- Potong benang catgut 1 cm dari tuba dan masukkkan kembali
tuba kedalam rongga perut
- Lakukan tindakan yang sama pada tuba sisi yang lain.
- Dipastikan tidak ada pendarahan, alat dan kassa lengkap
- Peritoneum ditutup lapis demi lapis, fascia dijahit dengan jahitan
simpul memeakai benang chromic catgut nomor 1
- Jahit subkutis dengan jahitan simpul memakai benang plain
catgut nomor 0

2. Tubektomi perlaparoskopi
- pasien dalam posisi kepala kebawah (trendelenburg) dengan
sudut 60
- dengan hati-hati , ambil bagian pinggir umbilikal inferior dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan yang tidak dominan
dan angkat dinding abdomen menjauhi usus.
- Dengan menggunakan ujung mata pisau bedah (skalpel), buat
sayatan kecil sekitar 1 cm pada kulit disepanjang pingiran margin
umbilikal inferior
- Ambil batang jarum verres dan insersikan melalui sayatan
tresebut pada sudut 45 menuju pelvis. Dua bagian merupakan
bagian lepas yang berbeda akan terasa pada saat fascia
terpenetrasi dan peritoneum dengan gas CO2 dialirkan
- Hubungkan selang insuflator pada stop cock jarum verres. Minta
teknisi untuk menyambungkan ujung yang lain ke unit insuflator

- Periksa apakah abdomen telah dimasuki dengan benar dengan


menggunakan alat ukur tekanan pada unit insuflator untuk
memeriksa tekanan negatif intraabdomen
- Gunakan tombol aliran tinggi dari unit insuflator untuk
memasukkan gas CO2 pada kecepatan 1 liter per menit
- Mulailah insuflasi pada abdomen
- Ketuk-ketuk abdomen bagian bawah dan dengarkan apakah
terdapat suara seperti drum yang mengindikasikan terbentuknya
pneumoperitoneum dengan sempurna

- Lepas jarum verres setelah memasukkan 1,5-2,0 liter CO2 atau


setelah abdomen bagian bawah mencapai ukuran seperti hamil
20 minggu
- Minta perawat untuk mengisi cincin fallopii (falope ring)
- Periksa katup terompet (trumpet valve) dan seal karet dari lengan
trokar untuk memastikan bahwa alat tersebut hampaudara
- Perluas sayatan awal hingga mencapai lebar sekitar 2 cm
- Rakit unit trokar dengan memasukkan trokar kedalam lengan
trokar
- Ambil dinding abdomen anterior yang langsung berada dibawah
umbilikus dan angkat
- Tahan trokar yang telah dirakit pada tangan yang dominan ,
RSUP FATMAWATI

pastikan bahwa thenar eminence berada diujung atas trokar.


- Miringkan pegangan trokar menuju kepala dengan sudut 60-70
dengan mengarahkan ujung trokar ke sebuah titik khayal
ditempat kantung dougas berada. Aplikasikan gaya kebawah dan
memelintir untuk membalik fasia dan peritoneum. Hentikan
setelah peritoneum terasa lepas.
- Tarik trokar sedikit dan majukan lengan trokar 1-2 cm kedalam
rongga abdomen. Lepas trokar tanpa melepas lengan trokar
- Hubungkan selang insuflator ke stop cock trokar dan buka.
Masukkan udara sesuai dengan kebutuhan.
- Hubungkan cahaya kabel fiber optic ke laprokator dan minta
teknisi untuk menyalakan sumber cahaya.
- Tahan mekanisme katup terompet (trumpet) trokar diantara jari
tengah dan thenar eminence dari tangan yang tidak dominan
dengan posisi telapak tangan menghadap ke bawah

- Tahan bagian hand grip laprokator dengan menggunakan ibu jari,


jari tengah dan jari anis dari tangan yang dominan. Biarkan jari
telunjuk bebas.

Tutup sayatan dengan jahitan tunggal, sederhana dengan menggunakan


chromic catgut. Beri antiseptik dan balut luka tersebut.

6. Pasca Prosedur
Tindakan 1. Pada pasien diberi petunjuk tentang kelanjutan cara kontrasepsi
yang dipilih.
2. Diberikan informasi kapan waktunya kontrol
3. Pasien boleh kontrol segera bila terjadi efek samping atau
komplikasi yang mengganggu pasien.

7. Tingkat Evidens
IA
8. Tingkat
Rekomendasi IA

9. Penelaah Kritis
1. Dr. .. SpOG (K)
2. Dr. … SpOG (K)
3. Dr. … SpOG (K)
4. Dr. … SpOG
5. Dr. … ,SpOG

10. Indikator
Prosedure 1. Tidak terjadi efek samping atau komplikasi
Tindakan
yang berat
2. Tidak terjadi kehamilan setelah menjalankan metode KB ini

11. Kepustakaan
1. Saifuddin AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta 2006
2. Ali Baziad. Kontrasepsi Hormonal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; Jakarta 2002; 32-33
3. Wilopo SA. Rekomendasi praktek-praktek terpilih untuk penggunaan
kontrasepsi : Pertimbangan Khusus kembalinya kesuburan. BKKBN
2007.

4. BKKBN. Perihal Penggunaan Kontrasepsi pada Ibu PP dan PK;


Nomor 193/PL.201/E5/2009; Jakarta, 27 April 2009

Disetujui oleh :
Ketua Komite Medik Dibuat oleh :
Ketua SMF Obsgyn

Anda mungkin juga menyukai