Anda di halaman 1dari 29

PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA

RUMAH SAKIT UMUM WONOLANGAN


Jl. Raya Dringu no 118 Telp. (0335) 424007 Fax (0335) 431937
PROBOLINGGO

PANDUAN PRAKTIK KLINIK : KEHAMILAN EKTOPIK


1. Pengertian (Definisi) Kehamilan ekstra uterine dimana hasil konsepsi
berimplantasi di tempat lain selain endometrium cavum uteri
disertai gejala- gejala akut abdomen, akibat pecahnya
kehamilan ektopik, dan gangguan hemodinamik berupa
hipovolemik akibat perdarahan.

2. Klasifikasi

3.Anamnesis 1. Terlambat menstruasi


2. Nyeri perut
3. Mual dan muntah
4. Perdarahan per vaginam

5. Pemeriksaan Fisik 1. Tanda- tanda syok (takikardia, hipotensi, oliguria)


2. Conjunctiva anemia
3. Nyeri tekan atau nyeri lepas abdomen (defans
muscular)
4. Pada pemeriksaan bimanual didapatkan:
 Nyeri goyang porsio (slinger pain)
 Nyeri adnexa (unilateral atau bilateral)
 Teraba massa adnexa (pada < 30% kasus)
 Pembesaran uterus lebih kecil dibanding usia
kehamilan
 Cavum douglas menonjol
5. Tanda kehamilan yang lain seperti Tanda Chadwick
dan Tanda Hegar

6. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesa


2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang

7. Diagnosis Kerja Kehamilan Ektopik Terganggu

1
8. Diagnosa Banding 1. Kehamilan muda dengan Infeksi pelvik
2. Kehamilan muda dengan torsi atau ruptur
kistoma ovarii
3. Kehamilan muda dengan appendisitis akut
perforata

9. Pemeriksaan Penunjang 1. DL
2. Plano test
3. Pemeriksaan USG
4. Kuldosentesis

10. Terapi 1. Tujuan :


Memperbaiki kondisi hemodinamik pasien dengan
resusitasi adekuat serta mencari sumber perdarahan
yang terjadi.
2. Penatalaksaan KET meliputi :
 Resusitasi (pemasangan Infus, pemberian
oksigenasi)
 Ekplorasi Laparotomi (kehamilan abdominal)
 Salpingostomi (kehamilan tuba)
 Salpingektomi partial (kehamilan tuba)
 Cornuektomi (kehamilan interstitial)

11. Edukasi 1. Kondisi penyakit pasien


2. Tujuan dan tatacara tindakan medis
3. Alternatif tindakan medis dan resikonya
4. Rencana perawatan, pemberian obat-obatan
dan tindakan yang dilakukan
5. Kemungkinan resiko dan komplikasi yang
bisa terjadi
6. Prognosa penyakit dan prognosa terhadap
tindakan yang dilakukan

12. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam


Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
13. Tingkat Evidens I/II/III/IV
14. Tingkat Rekomendasi A/B/C
15. Penelaah Kritis a. ………………………………………………………
……………………………
b. ………………………………………………………
……………………………
16. Kepustakaan 1. Cunningham, F.G., MD, Mac Donald
P.C., MD, Garet N.F., MD, Ectopic Pretgnancy,
Williams Obstetrics 20; 1998 : 607-634.
2. Stenchever, Droegemueller, Herbst,
Mishell : Comprehensive Gynecology 4th edition :
Ectopic Pregnancy; 2001 : 443-478.
3. Saifuddin A.B : Ilmu Kebidanan edisi
ketiga; Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; Jakarta 1997 : 323-361.
PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA
RUMAH SAKIT UMUM WONOLANGAN
Jl. Raya Dringu no 118 Telp. (0335) 424007 Fax (0335) 431937
PROBOLINGGO

PANDUAN PRAKTIK KLINIK : HEMORAGIA


POSTPARTUM (HPP)/PERDARAHAN PASKA SALIN (PPS)
1. Pengertian (Definisi) Perdarahan pervaginam abnormal yang mencapai ≥ 500 cc
setelah anak lahir yang bisa diakibatkan oleh atoni uteri,
perlukaan/ laserasi jalan lahir, retensio/ sisa jaringan plasenta
atau kelaianan/ gangguan faktor pembekuan darah.

2. Klasifikasi Secara klasik WHO mengklasifikasikan HPP sebagai berikut:


• HPP Primer / Dini yaitu: pedarahan pervaginam abnormal
≥ 500 cc dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir.
• HPP Sekunder / Lanjut yaitu: perdarahan pervaginam
abnormal ≥ 500 cc setelah 24 jam pertama setelah persalinan
sampai 12 minggu paska salin..

Berdasarkan jumlah perdarahannya, HPP dibagi menjadi 2


yaitu:
• HPP minor: jumlah perdarahan antara 500-1000 cc tanpa
tanda-tanda klinis syok.
• HPP mayor: jumlah perdarahan >1000 cc atau <1000 cc
tetapi terdapat tanda-tanda klinis syok.

3.Anamnesis 1. Riwayat persalinan


2. Jumlah perdarahan
3. Pemberian obat-obatan

4.Pemeriksaan Fisik 1. Didapatkan perdarahan pervaginam > 500 cc dengan atau


tanpa tanda-tanda syok hipovolemik.
2. Adanya atoni uteri, perlukaan/ laserasi jalan lahir, retensio/
sisa jaringan plasenta, dan kelaianan/ gangguan faktor
pembekuan darah.
5.Kriteria Diagnosis Jumlah perdarahan pervaginam >500 cc post partum
disertai adanya atoni uteri, perlukaan/ laserasi jalan lahir,
retensio/ sisa jaringan plasenta atau kelaianan/ gangguan
faktor pembekuan darah.

6.Diagnosis Kerja Hemoragia Post Partum (HPP) /Perdarahan Paska Salin


(PPS)
7.Diagnosis Banding -

8.Pemeriksaan Penunjang 1. DL
2. Faal hemostasis
3. Fungsi ginjal
4. Fungsi hati
9.Terapi PENGELOLAAN UMUM
1. Memeriksa keadaan umum penderita
2. Memeriksa tanda vital
3. Bila terjadi pre shock / shock maka :
- Posisi penderita trendelenburg.
- Oxigenasi
4. IVFD
5. Mengambil contoh darah
6. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
7. Observasi sesudah tindakan

PENGELOLAAN KHUSUS
A. Bila sebabnya oleh atonia uterus :
1. Memeriksa tinggi fundus uteri, Kontraksi uterus
2. Melakukan massage uterus
3. Uterotonika
B. Bila penyebabnya oleh karena robekan jalan lahir :
1. Inspeksi dan Inspeculo
2. Menjahit luka yang robek
C. Bila penyebabnya oleh karena sisa plasenta :
1. Inspeculo
2. Explorasi cavum uteri dengan tujuan :
- Mengeluarkan adanya sisa placenta ( manual atau
kuretase )
- Mencari adanya robekan uterus.
D. Bila penyebabnya Ruptura uteri : Laparatomi

10.Edukasi 1. Kondisi penyakit


2. Tujuan dan tatacara tindakan medis
3. Alternatif tindakan medis dan resikonya
4. Rencana perawatan, pemberian obat-obatan
dan tindakan yang dilakukan
5. Kemungkinan resiko dan komplikasi yang
bisa terjadi kepada ibu dan janinnya
6. Prognosa penyakit dan prognosa terhadap
tindakan yang dilakukan

11.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam


Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
12.Tingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaah Kritis a. ………………………………………………………
……………………………
b. ………………………………………………………
……………………………

15.Kepustakaan 1. Williams Gynecology 23rd edition


2. Ilmu Kebidanan, Sarwono

PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA


RUMAH SAKIT UMUM WONOLANGAN
Jl. Raya Dringu no 118 Telp. (0335) 424007 Fax (0335) 431937
PROBOLINGGO
PANDUAN PRAKTIK KLINIK : PREMATURE RUPTURE OF THE
MEMBRANE (PROM) ATERM

1.Pengertian (Definisi) Pecahnya selaput ketuban tanpa diikuti persalinan pada


kehamilan aterm (≥ 37 minggu)

2.Klasifikasi -

3.Anamnesis 1. HPHT
2. Keluar cairan /rembesan dari jalan lahir

4.Pemeriksaan Fisik 1. Genetalia Eksterna : aliran ketuban (+) positif, bau


cairan ketuban yang khas
2. Inspekulo : pengeluaran cairan ketuban dari ostium
uteri externum, genangan cairan ketuban di forniks
posterior
3. Pemeriksaan dalam (VT) : adanya cairan ketuban di
dalam vagina, selaput ketuban (-) negatif

5.Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis


2. Pemeriksaan Fisi
3. Pemeriksaan penunjang : Nitrazine test (+) positif, USG
6.Diagnosis Kerja Premature Rupture of the Membrane (PROM)
7.Diagnosis Banding -
8.Pemeriksaan Penunjang 1. Darah Lengkap
2. Nitrazine test
3. Ultrasonografi
4. Kardiotokografi

9.Terapi Pada kehamilan dengan letak kepala :


a. Menentukan Pelvic
Score (PS)
b. Menunggu timbulnya
persalinan spontan sampai dengan 12 jam
c. Pemberian Antibiotika
d. Dilakukan induksi
persalinan dengan Oksitosin Drip apabila :
1) 12 jam setelah ketuban pecah tidak inpartu
2) Fetal Well Being (FWB) baik
 Terdapat tanda-tanda Infeksi Intra
Uterin : temperatur rectal > 37,6ºC
3) Apabila Pelvic Score ≥ 5 dilakukan induksi
persalinan dengan Oksitosin Drip
4) Apabila PS < 5 dilakukan ripening dengan
Misoprostol 25-50 mcg setiap 6 jam sampai
dengan PS ≥ 5 dilanjutkan dengan Oksitosin
Drip
Dilakukan SC Cito apabila terdapat (salah satu dari
yang tersebut dibawah ini) :
1) Terdapat kelainan letak
2) Riwayat SC sebelumnya
3) Macrosomia
4) Panggul Sempit
5) Plasenta previa
6) Prolaps tali pusat
7) Tanda-tanda maternal distress
8) Tanda-tanda Fetal distress
9) Terdapat kontra indikasi dilakukan
Oksitosin Drip
10) Oksitosin Drip Gagal

10.Edukasi 1. Kondisi penyakit ibu dan kondisi janin


2. Tujuan dan tatacara tindakan medis
3. Alternatif tindakan medis dan resikonya
4. Rencana perawatan, pemberian obat-obatan
dan tindakan yang dilakukan
5. Kemungkinan resiko dan komplikasi yang
bisa terjadi kepada ibu dan janinnya
6. Prognosa penyakit dan prognosa terhadap
tindakan yang dilakukan

11.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam


Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
12.Tingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaah Kritis a. ………………………………………………………
……………………………
b. ………………………………………………………
……………………………
15.Kepustakaan 1. Cunningham FG, Leveno KJ, Alexander JM, Bloom SL.
Williams Obstetrics 23rd edition. Mc GrawHill. New
York. 2010
2.Cohen WR, Cherry and Merkatz’s Complication of
Pregnancy 5th ed. Lippincott Williams and Wilkins.
Philadelphia. 2000.
3. Creasy RK, Resnik R., Maternal Fetal Medicine
Principles and Practice 5th ed. Saunders. Philadelphia.
2004
4. Burrow GN, Duffy TP and Copel JA. Medical
Complications During Pregnancy 6th ed. Elsevier
Saunders. Philadelphia. 2004
5. Reece EA dan Hobbins JC. Cilinical Obstetrics The
Fetus and Mother. 3rd ed. Blackwell Publishing.
Massachusetts. 2007.
PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA
RUMAH SAKIT UMUM WONOLANGAN
Jl. Raya Dringu no 118 Telp. (0335) 424007 Fax (0335) 431937
PROBOLINGGO

PANDUAN PRAKTIK KLINIK : BEKAS SC Aterm

1.Pengertian (Definisi) Hamil > 37 minggu dengan riwayat bekas SC pada


persalinan sebelumnya.

2.Klasifikasi -

3.Anamnesis 1. Riwayat persalinan lalu dengan SC


2. Saat ini umur kehamilan ≥ 37 minggu

4.Pemeriksaan Fisik 1. Abdomen : scar operasi


2. Pemeriksaan obstetri : sesuai dengan
kehamilan usia ≥ 37 minggu (Inspeksi, Palpasi,
Auskultasi)
5.Kriteria Diagnosis Hamil usia ≥ 37 minggu dengan riwayat persalinan
sebelumnya seksio sesarea

6.Diagnosis Kerja Bekas SC Aterm


7.Diagnosis Banding -
8.Pemeriksaan Penunjang 1. Darah Lengkap
2. Faal Hemostasis
3. USG
4. NST

9.Terapi SC dilakukan bila didapatkan satu atau lebih di bawah ini:


a. Bekas SC < 2 tahun
b. Bekas SC > 2 kali
c. Bekas SC corporal
d. Bekas SC dengan indikasi menetap (panggul sempit,
degenerasi retina perifer)
e. Kelainan letak
f. Makrosomia
g. Gemelli
h. Plasenta Previa
i. Luka SC sebelumnya penyembuhan buruk
j. Didapatkan parut uterus lain : bekas rupture uterus,
miomektomi
k. Gawat janin
l. Maternal distress
10.Edukasi 1. Kondisi penyakit ibu dan kondisi janin
2. Tujuan dan tatacara tindakan medis
3. Alternatif tindakan medis dan resikonya
4. Rencana perawatan, pemberian obat-obatan
dan tindakan yang dilakukan
5. Kemungkinan resiko dan komplikasi yang
bisa terjadi kepada ibu dan janinnya
6. Prognosa penyakit dan prognosa terhadap
tindakan yang dilakukan
11.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
12.Tingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaah Kritis a. ………………………………………………………
……………………………
b. ………………………………………………………
……………………………

15.Kepustakaan 1. Cunningham FG, Leveno KJ, Alexander JM, Bloom


SL. Williams Obstetrics 23rd edition. Mc GrawHill.
New York. 2010
2. Lindheimer MD, Roberts JM, Cunningham FG.
Chesley’s Hypertensive Disoreders in Pregnancy 3rd
ed. Elsevier. New York. 2009.
3. Cohen WR, Cherry and Merkatz’s Complication of
Pregnancy 5th ed. Lippincott Williams and Wilkins.
Philadelphia. 2000.
4. Creasy RK, Resnik R., Maternal Fetal Medicine
Principles and Practice 5th ed. Saunders.
Philadelphia. 2004
PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA
RUMAH SAKIT UMUM WONOLANGAN
Jl. Raya Dringu no 118 Telp. (0335) 424007 Fax (0335) 431937
PROBOLINGGO

PANDUAN PRAKTIK KLINIK : PRE EKLAMSIA BERAT

1. P Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya


engertian (Definisi) hipetensi > 160/110 mmHg disertai protein urine dan atau
edema, pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

2. Klasifikasi -

3. Anamnesis 1. Menentukan usia kehamilan.


2. Riwayat hipertensi.
3. Faktor resiko.
4. Pemeriksaan antenatal sebelumnya.
4.Pemeriksaan Fisik 1. Tekanan darah sistolik lebih/sama dengan
160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih/ sama
dengan 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun
meskipun ibu hamil sudah dirawat di Rumah Sakit dan
sudah mejalani tirah baring.
2. Proteinura lebih 5 g / 24 jam atau 4 + dalam
pemeriksaan Kualitatif.
3. Oliguria yaitu produksi urine kurang dari
500 cc/ 24 jam yang disertai kenaikan kadar kreatinin
plasma.
4. Gangguan visus dan serebral
5. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran
kanan atas abdomen.
6. Edema paru-paru dan sianosis.
7. Pertumbuhan janin intra uterin yang
terlambat
5.Kriteria Diagnosis 1. Kehamilan > 20 minggu.
2. Didapatkan satu atau lebih gejala klinis pre
eklamsia berat.
6.Diagnosis Kerja Pre eklamsia berat
7.Diagnosis Banding 1. Hipertensi kronis
2. Transient hypertension
3. Kehamilan dengan sindroma nefrotik
8.Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium lengkap
2. Konsultasi dengan kardiolog, optalmolog

9.Terapi 1. Aktif:
Indikasi satu/ lebih keadaan dibawah ini :
1. Ibu : - Kehamilan > 37 minggu
- Adanya tanda-tanda / gejala-gejala impending
eklampsia
- Kegagalan tindakan / terapi konservatif :
Setelah 6 jam pengobatan medikamentosa
terjadi kenaikan tekanan darah . Setelah 24
jam terapi medikamentosa keadaan status Quo
(tidak ada perbaikan).
2. Janin : - Adanya tanda-tanda fetal distress
- Adanya tanda-tanda IUGR
3. Laboratorik : HELLP Syndrome

Pengobatan Medikamentosa
1. Segera masuk Rumah Sakit
2. Tirah Baring
3. Infus Dekstrose 5% yang tiap liternya diselingi dengan
larutan ringer lactate 500 cc (60-125 cc / jam)
4. Antasida
5. Diet : Cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan
garam
6. Pemberian obat anti kejang : MgSO4
Cara pemberian:
- Dosis awal : 4 gr 20% i.v. pelan-pelan selama 3-4
menit.Disusul 8 gr 40 % i.m. terbagi pada bokong
kanan dan kiri
- Dosis ulangan : Tiap 6 jam diberikan 4 gr 404 i.m.
sampai dengan 6 jam pasca persalinan.
Syarat-syarat pemberian MgSO4 :
1. Harus tersedia antidotum MgSO4 yaitu Kalsium
glukonas 10 % ( 1 gram dalam 10cc) diberikan i.v.
3 menit.
2. Refleks Patella (+) kuat
3.Frekfensi Pernapasan > 16 kali permenit
4.Produksi Urine > 100cc dalam 4 jam sebelumnya
(0,5 cc / kg bb/ jam) .
Sulfas Magnesikus di hentikan bila :
1. Ada tanda-tanda intoxikasi
2. Setelah 6 jam pasca persalinan
3. Dalam 6 jam pasca
persalinan sudah terjadi perbaikan (Normotensif).
7. Diuretikum diberika bila ada :
- Edema paru-paru
- Payah jantung kongestif
- Edema Anasarka
8. Anti Hipertensi di berikan bila :
- Tekanan darah : - Sistolik > 180 mmHg, Diastolik >
110 mmHg
- Obat-obatan Anti hipertensi yang diberikan:
- Nifedipin 3x10 mg
- Metildopa 3 x 250 mg
9. Kardiotonika diberikan bila ada tanda menjurus payah
Jantung. Perawatan dilakukan bersama dengan bagian
penyakit dalam / jantung.
10.Lain-lain
- Obat-obatan Antipiretika
Diberikan bila suhu rektal diatas 38.5 c. Dapat
dibantu dengan pemberian kompres dingin atau
alkohol.
- Antibiotika, diberikan atas indikasi

Tindakan Obstetrik
Terminasi sesudah 30 menit terapi medisinalis
1. Terminasi kehamilan belum Inpartu
- Induksi persalinan : Amniotomi + Oksitosin drip
dengan syarat skor Bishop > 5.
- Seksio sesarea bila : Syarat Oksitosin drip tidak
dipenuhi atau adanya kontraindikasi oksitosin drip,
12 jam sejak dimulainya Oksitosin drip belum
masuk fase aktif.
- Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan
terminasi dengan Seksio Sesariea.
2. Terminasi kehamilan sudah Inpartu :
- Kala I :
Fase Latent : Seksio Sesarea
Fase aktif : Amiotomi saja, bila 6 jam setelah
amniotomi tidak terjadi pembukaan
lengkap, dilakukan seksio
sesarea.
- Kala II : Pers
alina
n
perv
agin
am
disel
esaik
an
deng
an
partu
s
buat
an.

2
.

K
o
n
s
e
r
v
a
t
i
f

:
B
e
r
a
r
t
i m
kehamilan e
tetap di d
pertahank i
an s
bersamaa i
n dengan n
pemberia a
n l
pengobata
n p
medikame a
ntosa. d
a. Indikasi : a
kehamilan
Preterm (< 37
minggu) p
Tanpa e
disertai n
tanda- g
tanda e
impend l
ing o
Eklam l
psia a
dengan a
keadaa n
n janin
baik. s
b.Tindakan e
Medika
c
Mentosa :
a
Sama
r
dengan
a
perawa
tan
c t
.
e
P r
e
m
n
g i
o
n
b
a a
t
s
a
n i
.
O
b S
s
u
t
e l
t
f
r
i a
k
s
:
Selama M
perawa a
tan g
Konser n
vatip, e
observ s
asi dan i
evaluas k
i sama u
seperti s
perawa
tan d
aktif i
hanya h
disini e
tidak n
ada t
ikan p
bila e
ibu n
sudah g
menca o
pai b
tanda- a
tanda t
pre- a
eklamp n
sia m
e
ringan.
d
Selamb i
k
at-
a
lambat m
e
nya n
dalam t
o
waktu s
24 jam. a
Bila d
setelah a
n
24 jam
tidak h
a
ada r
perbaik u
s
an
maka d
i
keadaa t
e
n ini
r
diangg m
i
ap
n
sebagai a
s
kegaga i
lan .
10.Edukasi 1. Perke
2. Pengaruh pe
3. Tat
11.Prognosis Ad vitam : dub
Ad sanationam
: dubia ad
bonam/malam
Ad fungsionam
: dubia ad
bonam/malam
12.Tingkat Evidens
I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi
A/B/C
14. Penelaah Kritis 1. ………………………………………………
……………………………………
2. ………………………………………………
……………………………………

15.Kepustakaan 1. Angsar M. Dikman. “Hipertensi dalam kehamilan”


Simposium era barupengobatan gagal jantung dan
hipertensi Surabaya, 4 Agustus 1984.
2. Angsar M. Dikman “ Panduan Pengelolaan Hipertensi
dalam kehamilan di Indonesia”. Satgas Gestosis POGI
Edisi I, 1985.
3. Cunningham MD, Mac Donald PC, Gamt NF.
Hypertensive Disorder in Pregnancy. William Obstetrics
20th Ed 718-723, 1997.

PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA


RUMAH SAKIT UMUM WONOLANGAN
Jl. Raya Dringu no 118 Telp. (0335) 424007 Fax (0335) 431937
PROBOLINGGO

PANDUAN PRAKTIK KLINIK : LETAK SUNGSANG

1. P Suatu letak bujur dimana bokong janin berada di pelvis


engertian (Definisi) sedangkan kepala janin berada di fundus.

2. K -
lasifikasi
3. Anamnesis 1. HPHT
2. ANC sebelumnya

4.Pemeriksaan Fisik 1. Leopold I : bagian melenting/ kepala di


fundus
2. Leopold II : pungung kanan/ kiri
3. Leopold III dan IV : teraba bokong di bawah
rahim
4. Periksa dalam : teraba bokong dan atau kaki
5.Kriteria Diagnosis 1. Pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan penunjang

6.Diagnosis Kerja Letak sungsang

7.Diagnosis Banding -

8.Pemeriksaan Penunjang 1. USG


2. Rontgent

9.Terapi 1. SC dilakukan bila didapatkan satu atau lebih di bawah ini:


a. Bekas SC
b. Didapatkan parut uterus lain : bekas rupture uterus,
miomektomi
c. Makrosomia
d. Gemelli
e. Plasenta Previa
f. Presentasi kaki
g. Tali pusat menumbung
h. Panggul sempit atau panggul picak
i. IUGR
j. Prematur
k. Gawat janin
l. HSVB

Persalinan pervaginam dilakukan bila syarat terpenuhi dan


tidak ada kontraindikasi. Bila inpartu, maka dilakukan
peghitungan Zatuchini Andross (ZA) skor untuk melihat
prognosis persalinan sungsang
-bila skor ≤ 3 : SC
-bila skor =4 , evaluasi 2 jam lagi
-bila skor > 5 : pervaginam

10.Edukasi 1. Kondisi penyakit ibu dan kondisi janin


2. Tujuan dan tatacara tindakan medis
3. Alternatif tindakan medis dan resikonya
4. Rencana perawatan, pemberian obat-obatan dan
tindakan yang dilakukan
5. Kemungkinan resiko dan komplikasi yang bisa terjadi
kepada ibu dan janinnya
6. Prognosa penyakit dan prognosa terhadap tindakan
yang dilakukan

11.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam


Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
12.Tingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaah Kritis a. ………………………………………………
……………………………………
b. ………………………………………………
……………………………………

15.Kepustakaan
1. Cunningham FG, Leveno KJ, Alexander JM, Bloom SL.
Williams Obstetrics 23rd edition. Mc GrawHill. New
York. 2010
2. Lindheimer MD, Roberts JM, Cunningham FG. Chesley’s
Hypertensive Disoreders in Pregnancy 3rd ed. Elsevier.
New York. 2009.
3. Cohen WR, Cherry and Merkatz’s Complication of
Pregnancy 5th ed. Lippincott Williams and
Wilkins. Philadelphia. 2000.
4. Creasy RK, Resnik R., Maternal Fetal Medicine Principles
and Practice 5th ed. Saunders. Philadelphia. 2004
5. Burrow GN, Duffy TP and Copel JA. Medical
Complications During Pregnancy 6th ed. Elsevier
Saunders. Philadelphia. 2004
6. Reece EA dan Hobbins JC. Cilinical Obstetrics The Fetus
and Mother. 3rd ed. Blackwell Publishing. Massachusetts.
2007.

PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA


RUMAH SAKIT UMUM WONOLANGAN
Jl. Raya Dringu no 118 Telp. (0335) 424007 Fax (0335) 431937
PROBOLINGGO

PANDUAN PRAKTIK KLINIK : EKLAMSIA

1. P Kelainan akut pada ibu hamil, sat hamil tua, persalinan atau
engertian (Definisi) masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma,
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsia
( hipertensi, edema, proteinuria ).
4. Klasifikasi -

5. Anamnesis 1. Menentukan usia kehamilan, atau saat


persalinan atau masa nifas.
2. Riwayat hipertensi.
3. Faktor resiko.
4. Pemeriksaan antenatal sebelumnya.
4.Pemeriksaan Fisik 1. Tanda-tanda pre eklamsia ( hipertensi, edema,
proteinuria ).
2. Kejang dan atau koma.
3. Kadang disertai gangguan fungsi organ-organ.
5.Kriteria Diagnosis 1. Kehamilan > 20 minggu, atau saat persalinan atau masa
nifas.
2. Berdasarkan gejala klinis di atas.

6.Diagnosis Kerja Eklamsia


7.Diagnosis Banding 1. Kehamilan dengan epilepsi
2. Kehamilan dengan meningitis/ ensefalitis
8.Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium lengkap
2. Konsultasi dengan kardiolog, optalmolog, neurolog

9.Terapi a. Obat anti kejang :


MgSO4 :
* Dosis awal : 4 gr 20% i.v. pelan-pelan ( 3-4 ) menit,
disusul 8 gr 40% i.m. terbagi pada bokong kanan dan
kiri.
* Dosis Ulangan : Tiap 6 jam diberikan 4 gr 40% i.m.
sampai 6 jam pasca persalinan atau 6 jam bebas kejang.
* Dosis Tambahan : Bila timbul kejang-kejang lagi maka
dapat : diberikan MgSO4 2 g 20% I.v. pelan-pelan.
Sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian
terakhir.
Dosis tambahan 2 gr hanya dapat diberikan sekali saja.
Bila
setelah diberi dosis tambahan masih tetap kejang maka
diberikan Penthotal 3-5 mg/kg bb/ i.v. pelan-pelan.
* Monitoring Tanda-tanda keracunan MgSO4

b. Obat-obatan Suportif : lihat pengobatan Supotif pre


eklampsia berat.

c. Perawatan pada serangan kejang :


* Dirawat di kamar Isolasi
* Masukkan spatula lidah ke dalam mulut penderita
* Kepala direndahkan : daerah orofaring di hisap
* Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor guna
menghindari fraktur.

d. Perawatan Penderita dengan Koma :


* Monitoring kesadaran dan dalamnya koma memakai
“Glasgow-Pittsburg-Coma Scale”.
* Pada Perawatan koma perlu di perhatikan pencegahan
dekubitus dan makanan penderita.
* Pada koma yang lama, bila nutrisi tidak meungkin cukup
diberikan dalam bentuk NGT (Naso Gastric Tube).

e. Pengobatan Obstetrik : Sikap terhadap kehamilan :


* Sikap Dasar : Semua Kehamilan dengan eklampsia harus
di akhiri tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan
janin.
* Bilamana di akhiri : Sikap dasar : Bila sudah terjadi
stabilisasi (pemulihan) Hemodinamika dan metabolisme ibu
yaitu 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan dibawah
ini :
Setelah pemberian obat anti kejang terakhir, setelah kejang
terakhir, Setelah pemberian obat-obat antihipertensi terakhir,
penderita mulai sadar (responsif dan orientasi ).
* Cara terminasi kehamilan sesuai pre-eklampsia berat.

10.Edukasi 1. Perkembangan penyakit.


2. Pengaruh penyakit terhadap ibu dan janin.
3. Tatalaksana

11.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam


Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
12.Tingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaah Kritis 1. ………………………………………………
……………………………………
2. ………………………………………………
……………………………………

15.Kepustakaan 1. Angsar M. Dikman. “Hipertensi dalam kehamilan”


Simposium era barupengobatan gagal jantung dan
hipertensi Surabaya, 4 Agustus 1984.
2. Angsar M. Dikman “ Panduan Pengelolaan Hipertensi
dalam kehamilan di Indonesia”. Satgas Gestosis POGI
Edisi I, 1985.
3. Cunningham MD, Mac Donald PC, Gamt NF.
Hypertensive Disorder in Pregnancy. William
Obstetrics 20th Ed 718-723, 1997.
PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA
RUMAH SAKIT UMUM WONOLANGAN
Jl. Raya Dringu no 118 Telp. (0335) 424007 Fax (0335) 431937
PROBOLINGGO

PANDUAN PRAKTIK KLINIK : ABORTUS INKOMPLET


1. P Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
engertian (Definisi) sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, dan sebagai
batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat anak kurang dari 500 gram.
6. Klasifikasi -

7. Anamnesis 1. Adanya terlambat haid kurang dari 20 minggu


2. Perdarahan pervaginam disertai keluarnya jaringan
hasil konsepsi
3. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis
pubis.
4.Pemeriksaan Fisik  Keadaan umum tampak baik atau shock akibat
perdarahan
 Tekanan darah normal atau menurun
 Denyut nadi bisa normal atau cepat dan kecil
 Pemeriksaan ginekologi:
1. Inspeksi vulva
Perdarahan pervagina
2. Inspekulum
Ostium uteri eksterna terbuka, tampak sisa hasil
konsepsi.
3. Pemeriksaan bimanual
Portio terbuka, tinggi fundus uteri lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak didapatkan nyeri goyang
porsio, teraba sisa jaringan.
5.Kriteria Diagnosis 1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
6.Diagnosis Kerja Abortus Inkomplit
7.Diagnosis Banding Abortus insipiens

8.Pemeriksaan Penunjang 1. DL
2. Plano Test
9.Terapi 1. Pemberian antibiotik profilaksis
2. Bila didapatkan hemodinamik tidak stabil, dilakukan
resusitasi, dilanjutkan dengan:
3. Pada usia kehamilan <12 minggu:
4. Kuretase
5. Pada usia kehamilan >12 minggu:
6. Oxytocin drip 20 IU dalam cairan Ringer Lactat 500cc,
diberikan 28 tetes/menit, dilanjutkan kuretase, drip
dilanjutkan sampai dengan 12 jam pasca kuretase
10.Edukasi 1. Kondisi penyakit pasien
2. Tujuan dan tatacara tindakan medis
3. Alternatif tindakan medis dan resikonya
4. Rencana perawatan, pemberian obat-obatan dan
tindakan yang dilakukan
5. Kemungkinan resiko dan komplikasi yang bisa terjadi
6. Prognosa penyakit dan prognosa terhadap tindakan
yang dilakukan
11.Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam
12.Tingkat Evidens I/II/III/IV
13. Tingkat Rekomendasi A/B/C
14. Penelaah Kritis 1. ………………………………………………
……………………………………
2. ………………………………………………
……………………………………
15.Kepustakaan 1. Williams Gynecology 23rd edition
2. Ilmu Kandungan, Sarwono

Anda mungkin juga menyukai