Anda di halaman 1dari 3

1.

Nama Penyakit/ Kematian Mudigah (Missed Abortion)


Kondisi
2. Wewanti
3. Pengertian Missed abortion adalah kematian mudigah/janin sebelum berusia 20
minggu, tetapi mudigah/janin yang mati tertahan di dalam kavum
uteri tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Missed abortion
umumnya didahului oleh tanda-tanda keguguran iminens yang
kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan.
Gejala subjektif kehamilan menghilang, uterus tidak membesar lagi
dan cenderung mengecil, serta tes kehamilan menjadi negatif.
Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah mudigah/janin
sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan.
4. Anamnesis 1. Riwayat hamil: diketahui atau tidak diketahui
2. Usia Kehamilan berdasarkan HPHT
3. Perdarahan: tidak ada
4. Nyeri perut: tidak ada
5. Tidak ada ekspulsi sisa hasil konsepsi

5. Pemeriksaan Bimanual dan Inspekulo:


fisik - Uterus: lebih kecil dari usia kehamilan
- Serviks: tertutup
- Tidak ada ekspulsi sisa hasil konsepsi

6. Kriteria Memenuhi kriteria anamnesis dan pemeriksaan fisik


diagnosis
7. Diagnosis (ICD O03. Spontaneous abortion
10)
8. Diagnosis Keguguran iminens
banding
9. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan ultrasonografi: tampak tanda-tanda kehamilan
penunjang intrauterin, sel-sel pembentuk jantung mudigah/janin tidak
tampak berdenyut, ukuran mudigah/janin lebih kecil dari usia
kehamilan
2. Pemeriksaan laboratorium: pengukuran beta hCG negatif,
pengukuran kadar Hb jika dicurigai anemia, pemeriksaan
golongan darah dan Rh, pemeriksaan HIV, skrining IMS bila
ditemukan tanda infeksi genitalia, skrining kanker serviks,
serta pemeriksaan lain yang sesuai dengan riwayat dan
pemeriksaan medis.

10. Tatalaksana 1. Berikan informasi dan konseling kepada pasien.


2. Lakukan penanganan proses berduka (grieving) awal yaitu
“denial” (pasien belum bisa menerima hasil diagnosis),
dengan menawarkan pilihan-pilihan sebagai berikut antara
lain:
a. pasien dapat mengkonfirmasi diagnosis kematian
mudigah ke 1-2 faskes lainnya (mencari second
opinion)
b. tawarkan USG ulang 7-14 hari berikutnya
Selalu berikan ruang dan kesempatan kepada pasien untuk
mengekspresikan rasa dukanya.
3. Tatalaksana ekspektatif (menunggu pengeluaran hasil
konsepsi secara spontan) hanya dilakukan untuk keguguran
pada trimester pertama yang tidak disertai tanda infeksi
maupun komplikasi lain, dan dapat ditunggu selama 7-14
hari.
4. Bila kondisi pasien memerlukan evakuasi hasil konsepsi
secara aktif, tawarkan evakuasi hasil konsepsi dengan
tatalaksana medikamentosa/farmakologis atau operatif.
5. Tatalaksana medikamentosa/farmakologis:
a. Bila ukuran uterus ≤12 minggu, berikan misoprostol
600 ug per oral dosis tunggal atau 400 ug sublingual
dosis tunggal atau 400-800 ug pervaginam dosis
tunggal
b. Bila ukuran uterus >12 minggu, berikan misoprostol
200 ug pervaginam atau sublingual atau bukal tiap 6
jam
6. Tatalaksana operatif:
a. Bila ukuran uterus ≤12 minggu, lakukan aspirasi
vakum manual (AVM)
b. Bila ukuran uterus >12 minggu, lakukan dilatasi dan
evakuasi (D&E), yaitu prosedur AVM yang didahului
pematangan serviks dengan misoprostol 400 ug
pervaginam 3-4 jam sebelum prosedur
7. Berikan tatalaksana nyeri yang adekuat untuk evakuasi hasil
konsepsi, baik itu metode non-farmakologis maupun
farmakologis (lihat PPK Prosedur Tatalaksana Nyeri pada
APK)
8. Berikan antibiotika profilaksis sebelum prosedur evakuasi
hasil konsepsi dengan tatalaksana operatif, berupa satu dosis
doksisiklin (200 mg per oral), azitromisin (500 mg per oral),
atau metronidazol (500 mg per oral) atau cefazolin 1 gram
(iv)
9. Setelah prosedur, lakukan pemantauan tanda vital dan kondisi
pasien
10. Pasien dapat dipulangkan setelah sadar dan mampu berjalan
tanpa bantuan, memiliki tanda vital normal, menunjukkan
perdarahan dan nyeri yang semakin berkurang, serta merasa
siap untuk pulang.
11. Berikan layanan KB atau kontrasepsi sesuai kebutuhan
pasien, dan sarankan kunjungan ulang 7-14 hari bila perlu
dilakukan konseling kontrasepsi lanjutan, dukungan
emosional, atau membahas masalah medis lainnya.

Sumber: Kepmenkes No.514/2015 tentang Panduan Pelayanan


Klinis bagi Dokter umum di Fasilitas Kesehatan Primer
11. Edukasi Bila perdarahan dan/atau nyeri dan/atau demam muncul, kembali ke
faskes segera

12. Prognosis Ad vitam: bonam


Ad sanationam: bonam
Ad fungsionam: bonam

13. Penelaah kritis (tim APK faskes)


14. Indikator medis USG tidak ada sisa konsepsi
Perdarahan dan Nyeri teratasi
15. Syarat pulang Pasien dapat dipulangkan setelah sadar dan mampu berjalan tanpa
pasien rawat bantuan, memiliki tanda vital normal, menunjukkan perdarahan dan
inap nyeri yang semakin berkurang.

16. Daftar pustaka 1. Kepmenkes No.514/2015 tentang Panduan Pelayanan Klinis


bagi Dokter umum di Fasilitas Kesehatan Primer.
2. POGI (2018), Panduan Nasional Pelayanan Kedokteran
Diagnosis & Tatalaksana Keguguran.

Anda mungkin juga menyukai