Anda di halaman 1dari 3

ABORSI SPONTAN KOMPLIT

Nomor Dokumen :

No.Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :

Halaman :

UPT Puskesmas dr. Herlina Elisabeth Hutapea


Pangkalan Susu NIP. 19790504 201001 2 023

1. Pengertian Aborsi adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum


janin dapat hidup di luar kandungan. WHO IMPAC menetapkan
batas usia kehamilan kurang dari 22 minggu, namun beberapa
acuan terbaru menetapkan batas usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurangdari 500 gram.
Pada aborsi spontan komplit ditandai dengan telah keluar
seluruh hasil konsepsi dari kavum uteri
2. Tujuan 1. Dokter mampu mendiagnosis Aborsi Spontan Komplit
2. Memberikan terapi yang tepat sehingga mampu
mencegah terjadinya komplikasi.
3. Kebijakan Disahkan sebagai tindakan pelayanan yang disesuaikan indikasi
pasien yang dirawat sesuai dengan tingkat kebutuhan.
4. Referensi KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.02.02/MENKES/514/2015
5. Alat dan bahan Alat :

1. Leanec
2. Doppler/ spekulum corong
3. Meteran kain pengukur tinggi fundus uteri
4. Meteran pengukur LILA
5. Selimut
6. Reflex Hammer
7. Jarum suntik disposibel 2,5 ml
8. Air hangat
9. Timbangan Berat Badan dewasa
10. Tensimeter Air Raksa
11. Stetoscope
12. Bed Obstetric
13. Spekulum gynec
14. Lampu halogen/ senter
15. Kalender kehamilan

Bahan :

1. Sarung Tangan
2. Kapas steril
3. Kassa steril
4. Alkohol 70%
5. Jelly
6. Sabun antiseptik
7. Wastafel dengan air mengalir
8. Vaksin TT

6. Langkah–langkah 1. Anamnesis dan pemeriksaan fisis pasien terhadap tanda dan


gejala yang ada Keluhan yang terdapat pada pasien aborsi
antara lain:
- Perdarahan pervagina sedikit
- Perut nyeri ringan
- Pengeluaran seluruh hasil konsepsi.
Faktor Resiko : (-)
Faktor Predisposisi : (-)

Pemeriksaan Fisik:
- Penilaian tanda vital ( tekanan darah, Nadi, Respirasi,Suhu)
- Periksa konjuntiva: adakah tanda anemia
- Pemeriksaanginekologi, ditemukan :
1) Osteum uteri telah menutup
2) Ukuran uterus lebih kecil dari seharusnya

2. Melakukan pemeriksaan Penunjang jika diperlukan


Pemeriksaan Penunjang :
- Pemeriksaan USG, tidak perlu dilakukkan bila pemeriksaan
secara klinis sudah memadai.
- Pemeriksaan tes kehamilan : biasanya masih positif sampai 7-
10 hari setelah aborsi.

3. Menegakkan diagnosis
Diagnosis Klinis :
Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan penunjang.
Diagnosis Banding :
- Abotus imminens, insipiens, inkomplet
- Kehamilan ektopik
- Mola hidatidosa
4. Penatalaksanaan berupa :
- Makan makanan yang bergizi(sayuran ,susu,ikan, daging,telur)
- Menjaga kebersihan diri, terutama daerah kewanitaan dengan
tujuan mencegah infeksi yang bisa mengganggu proses
implantasi janin.
- Hindari rokok, karena nikotin mempunyai efek vasoaktif
sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta.
- Tidak perlu dilakukan evakuasi lagi.
- Observasi keadaan ibu
Apabila terdapat sedang berikan tablet sulfas ferosus 600 mg
perhari selama 2 minggu,bila anemia berat berikan transfuse
darah

Rencana Follow up :
- Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional
- Mengajurkan penggunaan kontrasepsi pasca keguguran
Karena Kesuburan dapat kembali kira-kira 14 hari setelah
keguguran. Untuk mencegah kehamilan, AKDR umumnya
dapat dipasang secara aman setelah aborsi spontan atau
diinduksi. Kontraindikasi pemasangan AKDR pasca keguguran
antara lain infeksi pelvik, abortus septik, atau komplikasi serius
lain dari abortus.
Follow up dilakukan setelah 2 minggu.

5. Melakukan pendokumentasian.

6. Bagan Alir

7. Unit terkait Dokter, Bidan

8. Dokumen -
terkait
9. Rekaman
Historis
Perubahan No. Yang Isi Tanggal mulai
diubah perubahan diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai