Anda di halaman 1dari 4

Penanganan Abortus

Inkomplit
No. Dokumen :
SOP No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :

1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi PMK NOMOR HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer.
5. Prosedur / 1. Petugas melakukan anamnesis.
Langkah a. Keluhan yang dirasakan pasien adalah:
langkah - Perdarahan aktif
- Nyeri perut hebat seperti kontraksi saat persalinan
- Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
- Mulut rahim terbuka dengan sebagian sisa
konsepsi tertinggal
- Terkadang pasien datang dalam keadaan syok
akibat perdarahan
b. Faktor Risiko:
- Faktor ibu/maternal
- Faktor janin/fetal
- Faktor ayah

2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik.


a. Ostium uteri terbuka, terdapat sebagian sisa
konsepsi
b. Perdarahan aktif
c. Ukuran uterus sesuai usia kehamilan.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan USG.
b. Pemeriksaan tes kehamilan (BHCG): biasanya masih
positif sampai 7-10 hari setelah abortus.
c. Pemeriksaan darah perifer lengkap
4. Petugas menegakkan diagnosis.
a. Diagnosis Klinis
Penegakan diagnosis melalui hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
b. Diagnosis Banding
Kehamilan ektopik, Mola hidatidosa, Missed
abortion.
c. Komplikasi:
Perdarahan, infeksi, perforasi, syok.

5. Petugas memberikan terapi


a. Penatalaksanaan Umum
Hal pertama yang harus dilakukan adalah penilaian
cepat terhadap tanda vital (nada, tekanan darah,
pernasapan dan suhu). Pada kondisi di jumpai tanda
sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikan antibiotika dengan kombinasi:
- Ampicilin 2 gr IV /IM kemudian 1 gr setiap 6 jam
- Gentamicin 5 mg/KgBB setiap 24 jam
- Metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam
- Segera melakukan rujukan ke pelayanan
kesehatan Sekunder / RS

b. Penatalaksanaan khusus abortus inkomplit


- Lakukan konseling
- Observasi tanda vital (tensi, nadi, suhu, respirasi)
- Evaluasi tanda-tanda syok, bila terjadi syok karena
perdarahan, pasang IV line (bila perlu 2 jalur)
segera berikan infus cairan NaCl fisiologis atau
cairan ringer laktat disusul dengan darah.
- Jika perdarahan ringan atau sedang dan
kehamilan <16 minggu, gunakan jari atau forcep
cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
mencuat dari serviks. Jika perdarahan berat dan
usia kehamilan < 16 minggu, lakukan evakuasi isi
uterus. Aspirasi vakum manual (AVM) merupakan
metode yang dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya
hanya dilakukan apabila AVM tidak tersedia. Jika
evakuasi tidak dapat dilakukan segera: berikan
ergometrin 0.2 mg IM (dapat diulang 15 menit
kemudian bila perlu)
- Jika usia kehamilan > 16 minggu berikan infus
oksitosin 40 IU dalam 1 L NaCl 0,9% atau RL
dengan kecepatan 40 tetes per menit
- Lakukan pemantauan paska tindakan setiap 30
menit selama 2 jam, Bila kondisi baik dapat
dipindahkan ke ruang rawat.
- Lakukan pemeriksaan jaringan secara
makroskopik dan kirimkan untuk pemeriksaan
patologi ke laboratorium
- Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan
pervaginam, tanda akut abdomen, dan produksi
urin tiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar Hb
setelah 24 jam. Bila kadar Hb > 8gr/dl dan
keaadaan umum baik, ibu diperbolehkan pulang

6. Petugas memberikan edukasi dan konseling


a. Melakukan konseling untuk memberikan dukungan
emosional
b. Menganjurkan penggunaan kontrasepsi pasca
keguguran karena kesuburan dapat kembali kira-kira
14 hari setelah keguguran. Untuk mencegah
kehamilan, Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
umumnya dapat dipasang secara aman setelah aborsi
spontan atau diinduksi.
c. Follow up dilakukan setelah 2 minggu.

7. Petugas menuliskan ke dalam status rekam medis


semua hasil pemeriksaan dan terapi.

8. Petugas menulis ke dalam buku register


6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang Kriteria Rujukan :
perlu Abortus Insipiens, Abortus Inkomplit, perdarahan yang
diperhatikan banyak, nyeri perut, ada pembukaan serviks, demam, darah
cairan berbau dan kotor.
8. Unit terkait
9. Dokumen
terkait
10. Rekaman
historis Tanggal

perubahan No Yang Diubah Isi Perubahan Mulai


Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai