Anda di halaman 1dari 3

DERMATITIS KONTAK IRITAN

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP TanggalTerbit :
Halaman :
UPT PUSKESMAS Rostini, SKM
BARAS 1 NIP.198302072010012005

1. Pengertian : Reaksi peradangan non-imunologik. Penyebab munculnya dermatitis


jenis ini adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut,
deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu yang biasanya
berhubungan dengan pekerjaan.

2. Tujuan : Sebagai acuan langkah-langkah Penatalaksanaan Dermatitis


Kontak Iritan di Puskesmas Baras 1
3. Kebijakan : Keputusan Kepala UPT Puskesmas Baras 1 No:.........................tentang
penyusunan rencana layanan klinis dan rencana layanan
terpadu Puskesmas Baras 1
4. Referensi : Permenkes RI nomer 5 tahun 2014, panduan praktis klinis bagi
dokter difasilitas pelayanan kesehatan primer, 2014.
5. Prosedur / : 1) Petugas memanggil pasien
langkah – langkah
2) Petugas melakukan anamnesis
Perasaan gatal dan timbulnya bercak kemerahan pada daerah yang
terkena kontak bahan iritan. Kadang-kadang diikuti oleh rasa pedih,
panas dan terbakar.
3) Petugas mencuci tangan terlebih dahulu sebelum melakukan
pemeriksaan.
4) Petugas melakukan pemeriksaan fisik
a) DKI Akut: lesi berupa eritema, edema, bula, kadang disertai
nekrosis
b) DKI akut lambat: gejala muncul 8-24 jam atau lebih setelah
kontak
c) DKI Kronik:kelainan baru muncul setelah kontak berminggu-
minggu atau bulan bahkan bisa bertahun- tahun kemudian.
Keluhan berupa kulit retak seperti luka iris, misalnya pada kulit
tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus-menerus
dengan detergen. Ada kalanya
berupa kulit kering atau skuama tanpa eritema, sehingga
diabaikan oleh penderita.

5) Petugas mencuci tangan setelah melakukan pemeriksaan


6) Apabila ada indikasi pemeriksaan laboratorium, petugas
menjelaskan ke pasien bahwa perlu dilakukan pemeriksaan lab.
7) Petugas menegakan diagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan fisik.
8) Petugas memberikan terapi sesuai diagnosis
a) Keluhan diberikan farmakoterapi berupa:
Topikal (2x sehari)
(1) Pelembab krim hidrofilik urea 10%.
(2) Kortikosteroid
Desonid krim 0.05% (catatan: bila tidak tersedia dapat
digunakan fluosinolon asetonid krim 0.025%).
(3) Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason
valerat krim 0.1% atau mometason
(a) furoat krim 0.1%).
(b) Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan
pemberian antibiotik topikal.
Oral sistemik
(1) Antihistamin hidroksisin (2 x 1 tablet) selama maksimal 2
minggu, atau Loratadine 1x10 mg/ hari selama maksimal 2
minggu.
b) Pasien perlu mengidentifikasi faktor risiko, menghindari bahan-
bahan yang bersifat alergen, baik yang bersifat kimia, mekanis,
dan fisis, memakai sabun dengan pH netral dan mengandung
pelembab serta memakai alat pelindung diri untuk menghindari
kontak alergen saat bekerja.

9) Petugas menyarankan pasien untuk kembali kontrol apabila masih


ada keluhan
10) Petugas mempersilahkan pasien untuk pulang.
6. Diagram Alir :
Memanggil Pemeriksaan
pasien Anamnesis fisik

KIE Penatalaksanaan diagnosis

SELESAI

7. Unit Terkait : 1) Poli Umum


8. Dokumen terkait :
9. Rekaman Historis :
Perubahan
Tanggal
No Yang dirubah Isi Perubahan Mulai
Diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai