Anda di halaman 1dari 3

DERMATITIS ALERGIKA Ditetapkan Oleh

Pemimpin BLUD UPTD


SOP No. Dokumen :
Puskesmas Ranomeeto
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Tanggal diberlakukan :
Halaman : dr. Endang Sriwati
Nip. 19760514 200903 2 002

Dermatisis kontak alergik (DKA) adalah reaksi peradangan


kulit imunologik karena reaksi hipersensitivitas. Kerusakan
1. Pengertian
kulit terjadi didahului oleh proses sensitisasi berupa alergen
(fase sensitisasi) yang umumnya berlangsung 2-3 minggu.

Sebagai pedoman petugas dalam menegakkan diagnosis dan


2. Tujuan
tatalaksanan pasien dermatitis kontak alergik.

3. Kebijakkan

PERMENKES No. 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik


4. Referensi
Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

5. Prosedur a. Petugas menangani pasien sesuai dengan nomor urut


antrian.
b. Petugas mempersilahkan pasien masuk ke ruang
pemeriksaan.
c. Petugas melakukan anamnesis yang tersusun :
 Menanyakan keluhan pasien
 Menanyakan riwayat penyakit sekarang
 Menanyakan penyakit dahulu
 Menanyakan penyakit keluarga
Pada anamnesa ditemukan :
Keluhan kelainan kulit berupa gatal. Kelainan kulit
bergantung pada keparahan dermatitis. Keluhan dapat
disertai timbulnya bercak kemerahan. Hal yang penting
ditanyakan adalah riwayat kontak dengan bahan-bahan
yang berhubungan dengan riwayat pekerjaan, hobi, obat
topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetik,
bahan-bahan yang dapat menimbulkan alergi, serta
riwayat alergi di keluarga
d. Petugas melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital.
e. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan/
yang sesuai dengan keluhan pasien.
Hasil pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan :
Tanda yang dapat diobservasi sama seperti dermatitis pada
umumnya, tergantung pada kondisi akut atau kronis.
Lokasi dan pola kelainan kulit penting diketahui untuk
mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya, seperti di
ketiak oleh deodorant, di pergelangan tangan oleh jam
tangan, dan seterusnya.
f. Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan.
g. Petugas menegakkan diagnosa dan atau differential
diagnosis berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang (jika ada).
h. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosis yang
ditegakkan.
a. farmakoterapi berupa:
- Topikal (2x sehari) Kortikosteroid, betametason
valerat krim 0.1%, Hidrokortison Krim
- Pada kasus infeksi sekunder, perlu
dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal.
- Oral sistemik, Antihistamin CTM (2 x 1 tablet)
selama maksimal 2 minggu.
b. Pasien perlu mengidentifikasi faktor risiko,
menghindari bahan-bahan yang bersifat alergen, baik
yang bersifat kimia, mekanis, dan fisis, memakai
sabun dengan pH netral dan mengandung pelembab
serta memakai alat pelindung diri untuk menghindari
kontak alergen saat bekerja.
i. Petugas memberikan konseling dan edukasi kepada pasien
mengenai :
- Konseling untuk menghindari bahan alergendi rumah
saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
- Edukasi menggunakan alat pelindung diri seperti
sarung tangan dan sepatu boot.
- Memodifikasi lingkungan tempat bekerja.
j. Jika ada indikasi petugas melakukan rujukan ke pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi. Adapun indikasi rujukan
untuk dermatitis kontak alergika adalah :
- Apabila dibutuhkan melakukan patch test.
- Apabila kelainan tidak membaik dalam 4 minggu
pengobatan standar dan sudah menghindari kontak.
k. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk
diserahkan ke sub unit farmasi.
l. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis,
pemeriksaan diagnosis, terapi, rujukan yang telah
dilakukan dalam rekam medis pasien.
m. Petugas rekam medis mengambil rekam medis kembali
setelah pelayanan di tiap-tiap ruangan.
n. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa
dan terapi yang sudah tercatat dalam rekam medis ke data
simpus.

a. Sub Unit BP Umum


6. Unit Terkait
b. Sub unit Farmasi

Anda mungkin juga menyukai