Anda di halaman 1dari 3

TINEA FASIALIS

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tgl. Terbit :
Halaman :

UPT Drg. EdhiSutjipto


Puskesmas Kepala UPT Puskesmas Kemiri NIP.19610306 198801 1 003
Kemiri

1. Pengertian Tinea fasialis adalah bentuk infeksi jamur dermatofita pada daerah wajah yang
menyerang kulit dan folikel rambut
2. Tujuan Sebagai pedoman petugas dalam menegakkan diagnosis dan tatalaksanan
pasien tinea fasialis.
3. Kebijakan SK Kepala UPT Puskesmas Kemiri
4. Referensi PERMENKES No. 5 tahun 2014 tentang PANDUAN PRAKTIK KLINIS BAGI
DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urut antrian.
2. Petugas melakukan anamnesa :
a. Menanyakan keluhan pasien
b. Menanyakan penyakit dahulu
c. Menanyakan penyakit keluarga. Apakah ada riwayat kontak
dengan orang yang mengalami keluhan yang sama.
3. Petugas melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan, yang
sesuai dengan keluhan pasien. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas, dengan
bagian tepi yang lebih aktif daripada bagian tengah, dan
konfigurasi polisiklik.
5. Petugas dapat merujuk pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang
bila diperlukan, yaitu pemeriksaan mikroskopis dengan KOH, dan akan
ditemukan hifa panjang dan artrospora
6. Petugas menegakkan diagnosa berdasarkan hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (jika ada).
7. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosis yang
ditegakkan.
8. Petugas memberikan konseling dan edukasi kepada pasien
mengenai penyebab dan cara penularan penyakit. Edukasi pasien
dan keluarga juga untuk menjaga hygiene tubuh, namun penyakit
ini bukan merupakan penyakit yang berbahaya.
a. Hygiene diri harus terjaga, dan pemakaian handuk/pakaian
secara bersamaan harus dihindari.
b. Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu
dengan : Antifungal topikal seperti krim ketokonazole yang
diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1-2 minggu
kemudian untuk mencegah rekurensi.
c. Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap
terapi topikal, dilakukan pengobatan sistemik dengan:
o Griseofulvin dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g untuk
orang dewasa dan 0,25-0,5 g untuk anak-anak sehari atau
10-25 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 2 dosis.
o Golongan azol, seperti Ketokonazol: 200 mg/hari.
Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada pagi hari
setelah makan.
9. Jika ada indikasi petugas melakukan rujukan ke pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi. Adapun indikasi rujukan untuk tinea
fasialis apabila :
a. Penyakit tidak sembuh dalam 10-14 hari setelah terapi.
b. Terdapat imunodefisiensi.
c. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan multifarmaka.
10. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke
farmasi.
11. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis,
pemeriksaan diagnosis, terapi, rujukan yang telah dilakukan dalam
rekam medis pasien.
12. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan
terapi yang sudah tercatat dalam rekam medis ke data simpus.
6. Unit Terkait 1. Poli Umum
2. IGD
3. Farmasi
TINEA FASIALIS

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tgl. Terbit :
Halaman :
1. Diagram Alir

Petugas Petugas melakukan


memanggil Petugas melakukan
anamnesa pada pasien pemeriksaan TTV
pasien sesuai
nomor urut

Dokter melakukan
Dokter memberi resep pemeriksaan pada Petugas menyerahkan
pasien dan Rekam Medik ke dokter
sesuai dengan keluhan
dan diagnosa menegakkan diagnosa

Dokter menulis hasil Petugas mendokumentasikan


anamnesa, hasil pemeriksaan, diagnosa dan
pemeriksaan dan terapi yang sudah tercatat dalam
diagnosa ke rekam rekam medis ke data simpus
medik

2. Unit Terkait 1. Poli Umum


2. IGD
3. Farmasi

Anda mungkin juga menyukai