Anda di halaman 1dari 3

TINEA BARBAE

No. Dokumen

No. Revisi

SOP
Tanggal Terbit

Halaman 1/2

PEMERINTAH UPT.
KABUPATEN PUSKESMAS
CIREBON dr. H. SUTARA, MH. Kes. MUNDU
NIP. 19700915 200604 1 004

1. Pengertian Tinea barbae adalah bentuk infeksi jamur dermatofita pada daerah
dagu/ jenggot yang menyerang kulit dan folikel rambut.
2. Tujuan Sebagai pedoman petugas dalam menegakkan diagnosis dan
tatalaksanan pasien tinea barbae.
3. Kebijakan
4. Referensi a. PERMENKES No. 5 tahun 2014 tentang PANDUAN PRAKTIK
KLINIS BAGI DOKTER DI FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN PRIMER.
b. Prof. Dr. R.S. Siregar,SpKK(K), Atlas Berwarna SARIPATI
PENYAKIT KULIT Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran 2003.
5. Prosedur 1. Petugas menangani pasien sesuai dengan nomor urut antrian.
2. Petugas mempersilahkan pasien masuk ke ruang pemeriksaan.
3. Petugas melakukan anamnesis yang tersusun :
a. Menanyakan keluhan pasien
b. Menanyakan riwayat penyakit sekarang
c. Menanyakan penyakit dahulu
d. Menanyakan penyakit keluarga
Pada Anamnesa pasien datang dengan keluhan bercak merah
bersisik yang gatal. Adanya riwayat kontak dengan orang yang
mengalami dermatofitosis..
4. Petugas melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital yang
diperlukan.
5. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan/ yang
sesuai dengan keluhan pasien. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan Lesi berbentuk infiltrat eritematosa, berbatas tegas,
dengan bagian tepi yang lebih aktif dari pada bagian tengah,
dan konfigurasi polisiklik.
TINEA BARBAE
UPT
No. Dokumen
PUSKESMAS dr. H. SUTARA,
MH.Kes
MUNDU No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit

Halaman 2/2

Gambar 1 : Tinea Barbae


6. Petugas dapat merujuk pasien untuk melakukan pemeriksaan
penunjang bila diperlukan, yaitu pemeriksaan mikroskopis
dengan KOH, dan akan ditemukan hifa panjang dan artrospora.
7. Petugas menegakkan diagnosa dan atau differential diagnosis
berdasarkan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang (jika ada).
8. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosis yang
ditegakkan.
a. Hygiene diri harus terjaga, dan pemakaian handuk/pakaian
secara bersamaan harus dihindari.
b. Untuk lesi terbatas, diberikan pengobatan topikal, yaitu
dengan: Antifungal topikal seperti krim ketokonazole yang
diberikan hingga lesi hilang dan dilanjutkan 1-2 minggu
kemudian untuk mencegah rekurensi.
c. Untuk penyakit yang tersebar luas atau resisten terhadap
terapi topikal, dilakukan pengobatan sistemik dengan:
- Griseofulvin dapat diberikan dengan dosis 0,5-1 g untuk
orang dewasa dan 0,25 – 0,5 g untuk anak-anak sehari
atau 10-25 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 2 dosis.
- Golongan azol, seperti Ketokonazol: 200 mg/hari.
Pengobatan diberikan selama 10-14 hari pada pagi hari
setelah makan.
9. Petugas memberikan konseling dan edukasi kepada pasien
mengenai penyebab dan cara penularan penyakit. Edukasi
pasien dan keluarga juga untuk menjaga hygiene tubuh, namun
penyakit ini bukan merupakan penyakit yang berbahaya.
10. Jika ada indikasi petugas melakukan rujukan ke pelayanan
kesehatan yang lebih tinggi. Adapun indikasi rujukan untuk
tinea barbae adalah apabila :
a. Penyakit tidak sembuh dalam 10-14 hari setelah terapi.
b. Terdapat imunodefisiensi.
DERMATITIS SEBOROIK
UPT
No. Dokumen
PUSKESMAS dr. H. SUTARA,
MH.Kes
MUNDU No. Revisi
SOP
Tanggal Terbit

Halaman 3/3

c. Terdapat penyakit penyerta yang menggunakan


multifarmaka.
11. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan ke
sub unit farmasi.
12. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis,
pemeriksaan diagnosis, terapi, rujukan yang telah dilakukan
dalam rekam medis pasien.
13. Petugas rekam medis mengambil rekam medis kembali setelah
pelayanan di tiap-tiap ruangan.
14. Petugas mendokumentasikan hasil pemeriksaan, diagnosa dan
terapi yang sudah tercatat dalam rekam medis ke data simpus.
6. Diagram Alir
7. Unit Terkait a. Sub Unit BP Umum
b. Sub unit Farmasi

8. Rekaman Histori Perubahan


NO Yang dirubah Isi Perubahan Tanggal mulai
diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai