Anda di halaman 1dari 7

HIPERTENSI (I10)

No Dokumen : 441/077.A122/PKM.SO/SOP/IV/2017

No Revisi : 00
SPO
Tanggalterbit : 29 April 2017

Halaman : 1/2

Puskesmas
SombaOpu drg. Is PoedjiHarijati
Nip.19611114 198711 2 002

1. Pengertian Bells’palsy adalah paralisis fasialis idiopatik, merupakan penyebab tersering


dari paralisis fasialis unilateral. Bells’ palsy merupakan kejadian a k u t ,
unilateral, paralisis saraf fasial type LMN (perifer), yang
s e c a r a gradual mengalami perbaikan pada 80-90% kasus.
2. Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas untuk menegakkan diagnosis bell’s palsy dan
melakukan penanganan bell’s palsy dengan baik dan benar.
3. Kebijakan SK kepala Puskesmas Somba Opu Nomor: 441/38A/PKM.SO/SK/IV/2017 tentang
Pelayanan Klinis
4. Referensi Perawatan Dasar DEPKES RI Tahun 2014
5. Prosedur/ 1. Persiapan Alat & Bahan :
Langkah- a. Rekam Medik
langkah b. Tensimeter
c. Stetoskop
d. Termometer
e. Timbangan
f. Pengukur Tinggi Badan
2. Petugas yang melaksanakan :
a. Dokter
b. Perawat
3. Langkah-langkah :
a. Petugas memanggil pasien sesuai antrian
b. Petugas menulis identitas pasien di buku register
c. Petugas melakukan anamnesis pada pasien (keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat alergi, dan riwayat
penyakit keluarga).
d. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
e. Petugas melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan / yang sesuai.
f. Jika ada indikasi petugas melakukan pemeriksaan penunjang.
g. Petugas menegakkan diagnosa berdasarkan hasil anamnesa,
pemeriksaan vital sign, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
(jika diperlukan).
h. Petugas menentukan klasifikasi Bell’s Palsy menurut House and
Brackmann
1. Grade I adalah fungsi fasialis normal
2. Grade II disfungsi ringan. Karakteristiknya adalah sebagai berikut :
 Kelemahan ringan saat dilakukan inspeksi secara detil
 Sinkinesis ringan dapat terjadi
 Simetris normal saat istirahat
 Gerakan dahi sedikit sampai baik

 Menutup mata sempurna dapat dilakukan dengan sedikit usaha


 Sedikit asimetris mulut dapat ditemukan
3. Grade III adalah disfungsi moderat, dengan karakteristik :
 Asimetris kedua sisi terlihat jelas, kelemahan minimal
 Adanya sinkinesis, kontraktur atau spasme hemifisial dapat
ditemukan
 Simetris normal saat istirahat
 Gerakan dahi sedikit sampai moderat
 Menutup mata sempurna dapat dilakukan dengan usaha
 Sedikit lemah gerakan mulut dengan usaha maksimal
4. Grade IV adalah disfungsi moderat sampai berat, dengan tanda :
 Kelemahan dan asimetris jelas terlihat
 Simetris normal saat istirahat
 Tidak terdapat gerakan dahi
 Mata tidak menutup sempurna
 Asimetris mulut dilakukan dengan usaha maksimal
5. Grade V adalah disfungsi berat. Karakteristiknya adalah sebagai
berikut :
 Hanya sedikit gerakan yang dapat dilakukan
 Asimetris juga terdapat pada saat istirahat
 Tidak terdapat gerakan pada dahi
 Mata menutup tidak sempurna
 Gerakan mulut hanya sedikit
6. Grade IV adalah paralisis total. Kondisinya yaitu :
 Asimetris luas
 Tidak ada gerakan otot-otot wajah
i. Petugas memberikan terapi sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan.
- Tujuan pengobatan adalah memperbaiki fungsi saraf N.VII (saraf
fasialis) dan menurunkan kerusakan saraf.
- Pengobatan dipertimbangkan untuk pasien dalam 1-4 hari onset.
- Hal penting yang harus diperhatikan :
 Pengobatan inisial
1. Steroid dan asiklovir (dengan prednison) mungkin efektif untuk
pengobatan Bell’s Palsy (American Academy Neurologi / AAN,
2011).
2. Steroid kemungkinan kuat efektif dan meningkatkan perbaikan
fungsi saraf cranial, jika diberikan pada onset awal (AAN,
2012).
3. Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1mg/kgBB atau 60 mg/hr
selama 6 hari, diikuti penurunan bertahap total selama 10 hari.
4. Antiviral : asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali
sehari selama 10 hari. Jika virus varicella zoster dicurigai, dosis
tinggi 800mg oral 5 kali/hari
 Lindungi mata
Perawatan mata : lubrikasi ocular topical (artificial air mata pada
siang hari) dapat mencegah corneal exposure.
 Fisioterapi atau akupuntur : dapat mempercepat perbaikan dan
menurunkan sequele
j. Rencana Tindak Lanjut
Pemeriksaan kembali fungsi nervus facialis untuk memantau perbaikan
setelah pengobatan
k. Memberikan edukasi kepada pasien
l. Jika ada indikasi, petugas melakukan rujukan ke sub unit lain.
m. Kriteria Rujukan :
1. Bila dicurigai kelainan lain
2. Tidak menunjukan perbaikan
3. Terjadi kekambuhan atau komplikasi
n. Petugas memberikan resep dan mempersilahkan kepada pasien
mengambil obat ke sub unit farmasi/kamar obat.
o. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesis, pemeriksaan,
diagnosa, terapi, dan rujukan yang telah dilakukan dalam rekam medik
pasien.
p. Petugas meregister hasil diagnosa pasien dan terapi di buku register

6. Bagan Alur Memanggil pasien sesuai Mencatat Anamnesis


antrian identitas
pasien

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


Penunjang fisik yang Vital Sign
(jikadiperluka diperlukan

Menegakkan diagnosa
Memberikan terapi
sesuai diagnosa
yang ditegakkan

Memberikan edukasi Memberikan terapi


kepada pasien sesuai penyakit
penyerta/indikasi
khusus

Memberikan resep dan


Jika ada indikasi,petugas mempersilahkan pasien
merujuk pasien ke sub unit mengambil obat dikamar
lain obat

Mendokumentasikan semua hasil


Menulis hasil diagnose dan anamnesis, pemeriksaan,
terapi di buku register diagnosa, terapi, dan rujukan
yang telah dilakukan dalam rekam
medic pasien

7. Hal-hal yang Keadaan umum pasien


perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait 1. Poli Umum
2. Prolanis
3. Rawat Inap
4. UGD
5. Poli KIA/KB
9. DokumenTerkai 1. Rekam Medis
t 2. Buku Register
3. Blangko Resep

10. Rekaman Tanggal mulai


No Yang diubah Isi Perubahan
historis diberlakukan
perubahan
HIPERTENSI
No. Dokumen : 441/077.A122/PKM.SO/SOP/IV/2017

DAFTAR No. Revisi : 00


TILIK TanggalTerbit : 29 April 2017
Halaman : 1/2

PUSKESMAS
SOMBA OPU drg. Is PoedjiHarijati
Nip. 19611114 198711 2 002

No Langkah Kegiatan (Apakah?) Ya Tidak Tidak Berlaku


1 Memanggilpasiensesuaiantrian.
2 Mencatatidentitaspasienpadabuku register
3 Melakukan anamnesis (keluhanutama,
riwayatpenyakitsekarang,
riwayatpenyakitdahulu, riwayatalergi,
danriwayatpenyakitkeluarga) padapasien.

4 Melakukanpemeriksaan vital sign yang


diperlukan
5 Melakukanpemeriksaanfisik yang diperlukan /
yang sesuai.

6 Menegakkandiagnosaberdasarkanhasilanamnes
is, pemeriksaan vital sign, pemeriksaanfisik.
7 Menegakkan diagnose
berdasarkanhasilanamnesa, pemeriksaan vital
sign, pemeriksaanfisik,
danpemeriksaanpenunjang (jikadiperlukan).
8 Memberikanterapisesuaidengandiagnosa yang
ditegakkan.
- Pengaturan diet/ modifikasi gaya hidup (
penurunanberatbadan,diet kaya
buahdansayuran, pembatasan intake
natrium/garam, guladanlemak,
aktivitasfisik/olahragateratur, stop
merokok, stop/membatasikonsumsi
alcohol (bagi yang mengkonsumsi
alcohol)
- Obat anti hipertensi dimulai dengan dosis
kecil dan ditingkatkan secara bertahap
sesuai respons penurunan tekanan
darah, dapat diberikan sampai dosis
hampir maksimal.
- Pemberian obat anti hipertensi bila
diperlukan dapat dilakukan pemberian
obat tunggal atau kombinasi.
 ACE Inhibitor (Captopril 12,5 mg ; 25 mg
; 50 mg)
 Calcium Channel Blocker (Amlodipin 5
mg ; 10 mg )
Diuretik (HCT 25 mg ; Furosemid 40 mg
9 Bilaadaindikasihipertensidenganpenyakitpenyert
a /
indikasikhususpetugasmemberikanterapisesuaii
ndikasikhusustersebut,
ditambahobatantihipertensisesuaidengankebutu
han.

10 Memberikanedukasikepadapasiendanataukeluar
ganyatentangmodifikasigayahidup.
11 Jikaadaindikasi, petugasmelakukanrujukanke
sub unit lain
12 Memberikanresepdanmempersilahkankepadapa
sienmengambilobatke sub unit
farmasi/kamarobat.

13 Mendokumentasikansemuahasil anamnesis,
pemeriksaan, diagnosa, terapi, danrujukan
yang telahdilakukandalamrekammedikpasien
14 Menulishasildiagnosa, terapi di buku register

CR :………………%.
Sungguminasa,……………………
Pelaksana/ Auditor

(………………………………)

Anda mungkin juga menyukai