Anda di halaman 1dari 6

TATALAKSANA VERTIGO (BENIGN

PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO)


No. Dokumen : SOP/7/029/044
No. Revisi : 05
SOP
Tanggal Terbit : 11 Januari 2022
Halaman : 1-6

UPTD Puskesmas dr. Nofiyanti Dwi Prihantini


Tawangrejo NIP. 19841114 201101 2 010

1. Pengertian Tatalaksana vertigo adalah sekumpulan proses yang dilakukan untuk


menangani penyakit vertigo yaitu persepsi yang salah dari gerakan
seseorang atau lingkungan sekitarnya. Persepsi gerakan bisa berupa :
rasa berputar yang timbul pada gangguan vestibular atau rasa goyang,
melayang, mengambang yang timbul pada gangguan sistem
proprioseptif atau sistem visual.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan


pasien dengan penyakit vertigo.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No. 445-401.103.7/7.106.034/01/2018
tentang Pelayanan Klinis Di UPTD Puskesmas Tawangrejo.
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Paduan Praktek Klinis bagi Dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
5. Prosedur
1. Petugas menanyakan pada pasien:
a. Bentuk serangan vertigo: Pusing berputar atau rasa goyang
atau melayang
b. Sifat serangan vertigo: Periodik atau kontinu, ringan atau
berat
c. Faktor pencetus atau situasi pencetus dapat berupa:
Perubahan Gerakan kepala atau posisi
Situasi: keramaian dan emosional, suara
d. Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo: Mual,
muntah, keringat dingin
e. Ada atau tidaknya gejala gangguan pendengaran seperti :
tinnitus atau tuli
f. Obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti:
streptomisin, gentamisin, kemoterapi
g. Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal
treatment
h. Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan
jantung
i. Defisit neurologis: hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral
numbnerss, disfagia, hemiparesis, penglihatan ganda, ataksia
serebelaris

2. Petugas melakukan pemeriksaan :


a. Kesadaran: kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan
vertigo non vestibuler, namun dapat menurun pada vertigo

halaman1dari6
vestibuler sentral
b. Nervus kranialis: pada vertigo vestibularis sentral dapat
mengalami gangguan pada nervus kranialis III, IV, V, VI sensorik
VII, VIII, IX, X, XI, XII.
c. Motorik: apakah ada kelumpuhan satu sisi (hemiparesis)
d. Sensorik: apakah ada gangguan sensorik pada satu sisi
(hemihipestesi)

3. Petugas melakukan pemeriksaan khusus neurologi :


a. Tes Nistagmus:
Nistagmus disebutkan berdasarkan komponen cepat sedangkan
komponen lambat menunjukkan lokasi lesi: unilateral, perifer,
bidireksional, sentral.
b. Tes Romberg:
Jika pada keadaan berdiri dengan kedua kaki rapat dan mata
terbuka pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika
saat mata terbuka pasien tidak jatuh tapi saat mata tertutup
pasien cenderung jatuh ke sisi, kemungkinan kelainan pada
system vestibuler atau proprioseptif (Tes Romberg Positif).
c. Tes Romberg dipertajam (Sharpen Romberg/Tandem Romberg) :
Jika pada keadaan berdiri tandem dengan mata terbuka pasien
jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika pada mata
tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan
kelainan pada system vestibuler atau proprioseptif.
d. Tes Jalan Tandem
Pada kelainan serebelar, pasien tidak dapat melakukan jalan
tandem dan jatuh ke satu sisi. Pada kelainan vestibuler, pasien
akan mengalami deviasi.
e. Tes Fukuda (Fukuda stepping test), dianggap abnormal jika saat
berjalan di temnpat selama 1 menit dengan mata tertutup terjadi
deviasike satu sisi lebih dari 30 derajat atu maju mundur lebih dari
satu meter.
Test past pointing, pada kelainan vestibuler Ketika mata tertutup
maka jari pasien akan deviasi ke arah lesi. Pada kelainan serebelar
akan terjadi hipermetri atau hipometri.

4. Petugas merencanakan pemeriksaan penunjang sesuai dengan


etiologi jika diperlukan.
5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik umum dan neurologis.
6. Petugas memberi penatalaksanaan:
a. Pasien dilakukan Latihan vestibular (vestibular exercise) dengan
metode BrandDaroff
b. Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai
tergantung, dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan
cepat ke salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik. Setelah itu
duduk Kembali. Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke sisi
lain. Pertahankan selama 30 detik, lalu duduk Kembali. Lakukan
Latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan malam hari masing-masing
diulang 5 kali serta dilakukan selama 2 minggu atau 3 minggu
dengan Latihan pagi dan sore hari.
c. Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita sering
kali merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut,
seringkali menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya
pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat
dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongaan yang

halaman2dari6
sering digunakan adalah Antihistamin:
 Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4-6 jam. Obat dapat
diberi peroral dengan dosis 25 mg-50 mg (1 tablet), 4 kali
sehari.
 Senyawa Betahistin (suatu analog histamin): Betahistin
Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral.

7. Petugas melakukan edukasi kepada pasien bahwa diperlukan


pemantauan untuk mencari penyebabnya kemudian dilakukan
tatalaksana sesuai penyebab serta mendorong pasien untuk teratur
melakukan Latihan vestibular.
8. Petugas mempertimbangkan kriteria rujukan:
a. Vertigo vestibular tipe sentral harus segera dirujuk.
b. Tidak terdapat perbaikan pada vertigo vestibular setelah diterapi
farmakologik dan non farmakologik.
9. Petugas mencatat semua yang dilakukukan pada RM
6. Diagram
alir Melakukan Melakukan vital Menegakkan
anamnesis sign dan diagnose
pada pasien pemeriksaan fisik berdasarkan hasil
pemeriksaan

Memberikan edukasi Memberikan tata


Mencatat SOAP dan rujukan sesuai laksana pada
ke rekam medik indikasi pasien sesuai
hasil pemeriksaan

7. Unit terkait 1. Ruangan Pemeriksaan Umum


2.
3. Ruangan Gawat Darurat
4. PUSTU Rejomulyo, PUSTU Pilangbango, PUSTU Kelun

8. Rekaman historis

No Halaman Yang Perubahan


dirubah
1. 1 No. Dokumen SOP/7/029/092
2. 1 No. Revisi 02
Tanggal
3. 1 03 Maret 2017
Terbit
4. 1 Kop Surat UPTD Puskesmas Tawangrejo
Kepala
5. 1 dr. Ana Rochdiarti
Puskesmas
6. 1 Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas No. 445-

halaman3dari6
401.103.7/7.106.443/1/2017 tentang
Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas
Tawangrejo
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 55
Tahun 2013 Tentang Penyelengaraan
Pekerjaan Rekam Medis
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 514
7. 1 Referensi Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama
3. Pedoman Layanan Klinis Puskesmas
Tawangrejo
8. 1 No. Dokumen SOP/7/029/044
9. 1 No. Revisi 03
Tanggal
10. 1 03 Maret 2018
Terbit
Kepala
11. 1 dr. Kesi Wahyu Widarti
Puskesmas
Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Tawangrejo Kota Madiun Nomor 445-
12. 1 Kebijakan 401.103.7/7.106.034/01/2018 tentang
Kebijakan Pelayanan Klinis di UPTD
Puskesmas Tawangrejo.
13. 1 No. Dokumen
14. 1 No. Revisi 04
Tanggal
15. 1 09 Juni 2020
Terbit
Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Tawangrejo Kota Madiun Nomor 445-
16. 1 Kebijakan 401.103.7/3.001.010.1/01/2020 tentang
Kebijakan Pelayanan Klinis Di Masa Pandemi
Covid-19 di UPTD Puskesmas Tawangrejo.
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 55
Tahun 2013 Tentang Penyelengaraan
Pekerjaan Rekam Medis;
17. 1 Referensi
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 514
Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik
Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan

halaman4dari6
Kesehatan Tingkat Pertama;
3. Pedoman Pelayanan Klinis di Masa
Pandemi Covid-19 Puskesmas Tawangrejo.
18. 1 Prosedur
1. Petugas Menggunakan APD
2. Petugas menanyakan keluhan :
1. Nyeri sendi
2. Hambatan gerakan sendi
3. Kaku pagi
4. Krepitasi
5. Pembesaran sendi
6. Perubahan gaya berjalan

3. Petugas menanyakan factor resiko :


1. Usia > 60 tahun
2. Wanita, usia >50 tahun atau
menopouse
3. Kegemukan/ obesitas
4. Pekerja berat dengen penggunaan
satu sendi terus menerus
4. Petugas melakukan Pemeriksaan Fisik
dan dan penunjang sederhana
(Objective)
1. Pemeriksaan Fisik Tanda
Patognomonis
2. Hambatan gerak
3. Krepitasi
4. Pembengkakan sendi yang
seringkali asimetris
5. Tanda-tanda peradangan sendi
6. Deformitas sendi yang permanen
7. Perubahan gaya berjalan
5. Petugas melakukan penatalaksanaan
penyakit :
1. Pengelolaan OA berdasarkan atas
distribusinya (sendi mana yang
terkena) dan berat ringannya sendi
yang terkena.
2. Pengobatan bertujuan untuk
mencegah progresifitas dan
meringankan gejala yang dikeluhkan.
3. Modifikasi gaya hidup, dengan cara:
a. Menurunkan berat badan
b. Melatih pasien untuk tetap
menggunakan sendinya dan
melindungi sendi yang sakit
4. Pengobatan Non Medikamentosa :
Rehabilitasi Medik /Fisioterapi
5. Pengobatan Medikamentosa
a. Analgesik topikal
b. NSAID (oral):
6. non selective: COX1 (Diklofenak,
Ibuprofen, Piroksikam, Mefenamat,
Metampiron)
7. selective: COX2 (Meloksikam)

halaman5dari6
Kriteria Rujukan
1. Bila ada komplikasi, termasuk komplikasi
terapi COX 1
2. Bila ada komorbiditas
3. Bila nyeri tidak dapat diatasi dengan obat-
obatan
4. Bila curiga terdapat efusi sendi

1. Ruang Pemeriksaan Umum


2. Ruang Gawat Darurat
19. 2 Unit Terkait
3. PUSTU Rejomulyo, PUSTU Pilangbango,
PUSTU Kelun
20. 1 No. Dokumen
21. 1 No. Revisi 05
Tanggal
22. 1 11 Januari 2022
Terbit
Kepala
23. 1 dr. Nofiyanti Dwi Prihantini
Puskesmas
Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Tawangrejo Kota Madiun Nomor 445-
401.103.7/3.001.020/01/2022 tentang
24. 1 Kebijakan
Kebijakan Pelayanan Klinis Di Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru di UPTD Puskesmas
Tawangrejo.
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 55
Tahun 2013 Tentang Penyelengaraan
Pekerjaan Rekam Medis;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 514
Tahun 2015 Tentang Panduan Praktik
25. 1 Referensi
Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama;
3. Pedoman Pelayanan Klinis di Masa
Adaptasi Kebiasaan Baru Puskesmas
Tawangrejo.

halaman6dari6

Anda mungkin juga menyukai