Anda di halaman 1dari 5

7

VERTIGO (BENIGN PAROXYSMAL


POSITIONAL VERTIGO)
Nomor :
Terbit ke : 01

Dinkes Kab
SOP No.Revisi : 00
Tgl.Diberlaku : 2-01-2018
Defgh kan Puskesmas
Halaman :1/5 Abcde

Ditetapkan Kepala Kapus


Puskesmas Abcde NIP. nipkapus

A. Pengertian Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau
lingkungan sekitarnya. Persepsi gerakan bisa berupa:
1. Vertigo vestibular adalah rasa berputar yang timbul pada gangguan
vestibular.
2. Vertigo non vestibular adalah rasa goyang, melayang, mengambang
yang timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual.
B. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
penatalaksanaanvertigo (benign paroxysmal positional vertigo)
C. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Abcde Nomor ... tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Abcde
D. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07 /
MENKES / 1186 / 2022 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
E. Prosedur a. Petugas memanggil pasien yang telah dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital oleh perawat,
b. Petugas melakukan anamnesa pada pasien,
c. Petugas menanyakan pada pasien: apakah ada rasa pusing yang
dikeluhkan dapat berupa sakit kepala, rasa goyang, pusing
berputar, rasa tidak stabil atau melayang. Menanyakan:
1. Bentuk serangan vertigo:
a. Pusing berputar
b. Rasa goyang atau melayang
2. Sifat serangan vertigo:
a. Periodik
b. Kontinu
c. Ringan atau berat
3. Faktor pencetus atau situasi pencetus dapat berupa:
a. Perubahan gerakan kepala atau posisi
b. Situasi: keramaian dan emosional
c. Suara
4. Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo:
a. Mual, muntah, keringat dingin
b. Gejala otonom berat atau ringan
5. Ada atau tidaknya gejala gangguan pendegaran seperti : tinitus
atau tuli
6. Obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti:
streptomisin, gentamisin, kemoterapi
7.Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal
treatment
8. Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan
jantung
9. Defisit neurologis: hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral
numbness, disfagia, hemiparesis, penglihatan ganda, ataksia
serebelaris
d. Petugas melakukan pemeriksaan:
1. Kesadaran: kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan
vertigo non vestibuler, namun dapat menurun pada vertigo
vestibuler sentral.
2. Nervus kranialis: pada vertigo vestibularis sentral dapat
mengalami gangguan pada nervus kranialis III, IV, VI, V
sensorik, VII, VIII, IX, X, XI, XII.
3. Motorik: apakah ada kelumpuhan satu sisi (hemiparesis).
4. Sensorik: apakah ada gangguan sensorik pada satu sisi
(hemihipestesi).
Keseimbangan (pemeriksaan khusus neurologi):
 Tes nistagmus:
Nistagmus disebutkan berdasarkan komponen cepat,
sedangkan komponen lambat menunjukkan lokasi lesi:
unilateral, perifer, bidireksional, sentral.
 Tes Romberg:
Jika pada keadaan berdiri dengan kedua kaki rapat dan mata
terbuka pasien jatuh, kemungkinan
kelainan pada serebelum. Jika saat mata terbuka pasien tidak
jatuh, tapi saat mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu
sisi, kemungkinan kelainan pada sistem vestibuler atau
proprioseptif (Tes Romberg positif).
 Tes Romberg dipertajam (sharpen Romberg/tandem
Romberg):
Jika pada keadaan berdiri tandem dengan mata terbuka
pasien jatuh, kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika
pada mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi,
kemungkinan kelainan pada system vestibuler atau
proprioseptif.
 Tes jalan tandem: pada kelainan serebelar, pasien tidak
dapat melakukan jalan tandem dan jatuh ke satu sisi. Pada
kelaianan vestibuler, pasien akan mengalami deviasi.
 Tes Fukuda(Fukuda stepping test), dianggap abnormal jika
saat berjalan ditempat selama 1 menit dengan mata tertutup
terjadi deviasi ke satu sisi lebih dari 30 derajat atau maju
mundur lebih dari satu meter.
Tes past pointing, pada kelainan vestibuler ketika mata
tertutup maka jari pasien akan deviasi ke arah lesi. Pada
kelainan serebelar akan terjadi hipermetri atau hipometri.
e. Petugas merencanakan pemeriksaan penunjang sesuai dengan
etiologi jika diperlukan.
f. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik umum dan neurologis.
g. Petugas memberi penatalaksanaan:
1. Pasien dilakukan latihan vestibular (vestibular exercise) dengan
metode BrandDaroff.
2. Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua
tungkai tergantung, dengan kedua mata tertutup baringkan
tubuh dengan cepat ke salah satu sisi, pertahankan selama 30
detik. Setelah itu duduk kembali. Setelah 30 detik, baringkan
dengan cepat ke
sisi lain. Pertahankan selama 30 detik, lalu duduk kembali.
Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan malam hari
masing-masing diulang 5 kali serta dilakukan selama 2 minggu
atau 3 minggu dengan latihan pagi dan sore hari.
3. Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita sering
kali merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut,
seringkali menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya
pengobatan bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat
dihentikan setelah beberapa minggu. Beberapa golongan yang
sering digunakan:
a. Antihistamin
 Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Obat dapat
diberi per oral dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali
sehari.
 Senyawa Betahistin (suatu analog histamin):
- Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari
per oral.
h. Petugas melakukan edukasi kepada pasien bahwa diperlukan
pemantauan untuk mencari penyebabnya kemudian dilakukan
tatalaksana sesuai penyebab serta mendorong pasien untuk teratur
melakukan latihan vestibular.
i. Petugas mempertimbangkan kriteria rujukan:
1. Vertigo vestibular tipe sentral harus segera dirujuk.
2. Tidak terdapat perbaikan pada vertigo vestibular setelah diterapi
farmakologik dan non farmakologik.
 Petugas mencatat semua yang dilakukan pada RM.
F. Diagram
Alir Petugas memanggil Petugas melakukan anamnesa dan
pasien yang telah pemeriksaan pada pasien
dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital oleh

Petugas memberi tatalaksana Petugas menegakkan diagnosis


farmakologi maupun non farmakologi berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik

Petugas memberikan konseling dan Petugas mempertimbangkan kriteria


edukasi rujukan
G. Hal-hal Kaji Ulang Untuk Ketepatan Diagnosia
yang perlu
diperhatikan
H. Unit terkait Ruang Pemeriksaan Umum.
I. Dokumen Rekam Medis
terkait Catatan tindakan
J. Rekaman N Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai
historis o diberlakukan
perubahan

G. Rekaman Historis:
No Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan Tanggal

Anda mungkin juga menyukai