Anda di halaman 1dari 39

Pemeriksaan Serologis

pada Penyakit Sifilis


Agnes R. Indrati
Divisi Imunoserologi
Dept. Patologi Klinik
RS Hasan Sadikin/
FK Universitas Padjadjaran
Bandung
Pendahuluan
 10 besar penyakit yang mematikan
di negara berkembang
 157,000 kematian di Asia tenggara, Afrika sub
sahara dan Amerika Latin
 3,5 juta kasus baru/ tahun,
 12,2 juta kasus seluruh dunia
 500.000 bayi kongenital sifilis
 Tidak menyadari transmisi penyakit
 Penting: diagnosis dini dan akurat
Peta distribusi sifilis
Apa itu sifilis?
 Penyakit menular seksual
 the bacterium Treponema pallidum
 "the great imitator”
Treponema pallidum
 Bakteri berbentuk spiral dgn 2-3 flagella di
ujungnya
 Panjang 6 to 20 μm & lebar 0.10 to 0.18 μm
 Identik struktur, serologis dan morfologis:
T. endemicum, T. pertenue, and T. carateum  analisis
genetik
 Tidak terwarnai pada pewarnaan Gram
Perjalanan penyakit
 Tahap primer
chancre, single atau multiple
infeksi- simptom :10 - 90 hari ( 21 hari)
chancre hilang 3-6 minggu tanpan th/ 2nd
 Tahap sekunder
kulit kemerahan , lesi tdk gatal, limfadenopati, dll
hilang tanpa pengobatan tahap berikut
 Tahap laten dan akhir
mulai sesudah gejala tahap sekunder hilang
10-20 tahun sesudah infeksi
kerusakan otak, saraf, mata, jantung, pembuluh darah,
hati, tulang dan sendi kematian
Mekanisme Imun
Tujuan skrining Sifilis
 Mengontrol penyebaran penyakit
 Mencegah transmisi sifilis kongenital
 Mencegah kerusakan permanen pada
individu yang terinfeksi
 Menurunkan transmisi HIV
Siapa yang harus diskrining Sifilis?
• Donor darah
• Wanita hamil
• Pasien di klinik penyakit menular seksual
Diagnosis?
 Treponema pallidum tidak dapat
dikultur in vitro
 Metode diagnostik direk dan indirek
 Metode direk:
pem. mikroskopik pada apus cairan
atau lesi, pem. histologis jaringan dan
PCR
 Metode Indirek:
Pem. serologis utk deteksi antibodi
 FTA-Abs untuk konfirmasi
Pemeriksaan Serologis
Klasifikasi 2 grup:
1. Non-treponemal tests:
non-specific antibodies, memakai antigen lipoidal
 the Venereal Disease Research Laboratory (VDRL)
 rapid plasma reagin (RPR)
 the unheated serum reagin (USR)
 the toluidine red unheated serum test (TRUST)

2. Treponemal tests:
specific treponemal antibody
 Treponema pallidum hemagglutination assay (TPHA)
 the fluorescent treponemal antibody-
absorbed (FTA-abs)
 Pemeriksaan Enzyme Immunoassay
Antibodi pada tahapan Sifilis
Spesimen pada pem. serologis sifilis

plasma serum LCS

hemolyzed
bakteri (+) Blood (+)
chylous
turbid
Congenital
Kongenital: Sifilis tersier
vena ibu & anak Neurologis (+)
Pemeriksaan non Treponemal
 Antibodi IgG & IgM antiphospholipid  respons thd materi
lipoidal yang keluar dari sel yang rusak pada infeksi awal dan
lipid dari permukaan sel Treponema
 Cepat, sederhana, murah
 Memonitor perjalanan penyakit dan mendeteksi reinfeksi
 Limitasi:
sensitivitas rendah pada sifilis primer dan laten/akhir
positif palsu karena reaksi silang
negatif palsu karena reaksi prozone dan HIV (+)
Pemeriksaan non-Treponemal
VDRL USR RPR TRUST
antigen
=RPR
suspensi Antigen stabil Antigen stabil
Toluidine red
segar/hari
Simplifikasi
Dapat CSF
VDRL

Mikroflokulasi Makroskopis flokulasi


mikroskop tanpa mikroskop

Semikuantitatif  titrasi
Prinsip RPR
Prosedur titrasi

1 2 3 4 5 6 7

Lingkaran 1 2 3 4 5 6 7

Pengenceran 1/2 1/4 1/8 1/16 1/32 1/64

NaCl 0,9% 50 50 50 50 50 50
(μL)
Serum (μL) 50 50

Pindahkan 50 50 50 50 50 50

Antigen (tetes) 1 1 1 1 1 1 1
Interpretasi
 Tidak ada efek prozone sampai 1/128
 Positif palsu seringkali titer < 1:4.
 Eksklusi hasil positif palsu:
sampel hasil reaktif dengan pemeriksaan non-treponemal
konfirmasi dengan pem. treponemal
Pemeriksaan Treponemal
 Antigen T. pallidum atau komponennya
 Reaktif bertahun-tahun, dengan/ tanpa terapi
 Tidak dapat dipakai mengevaluasi respon terapi atau relaps
atau reinfeksi
 Tidak bisa membedakan sifilis venereal dengan sifilis endemik
 treponemal nonpatologis dan komensal
 Pemeriksaan konfirmasi
 Prevalensi rendah skrining (rapid test atau EIA)
 Sensitivitas dan spesifisitas lebih baik dari pem. non-
treponemal
 Lebih sulit dan mahal drpd non-treponemal
Penyebab reaksi silang

Treponema pallidum lain Trepanemal


nonpatologis/ komensal
yaws (T. pallidum pertenue T. denticola
bejel (T. pallidum endemicum) T. phagedenis
pinta (T. carateum) T. Refringens
T. vincentii
Prinsip TPHA
Interpretasi
 Eksudat dari lesi atau jaringan tersedia pemeriksaan langsung
 Diikuti pem non-treponemal
 Hasil reaktif  konfirmasi pem treponemal
 Hasil konfirmasiindikasi adanya antibodi treponema tetapi
tidak mengindikasikan:
tahap penyakit
infeksi lampau atau saat ini
 Sampai titer 1/164000 tidak ditemukan efek prozone
 Hasil positif atau positif lemah (+/- sampai +4) harus diperiksa
secara kuantitatif
Interpretasi hasil TPHA
Hasil TPHA
Rapid test
 point of care
 Aglutinasi lateks, antigen treponemal
 immunochromatographic
 Darah lengkap, serum atau plasma
 Suhu kamar, sederhana, pelatihan sederhana, tanpa alat dan
cepat (<30 mnt)
 Tidak ada kontrol interna  kualiti kontrol eksternal secara
periodik
Enzyme Immunoassay (EIA)
 Terstandarisasi
 Otomasi
 Relatif cepat (2 jam) pada sampel jumlah besar
 Campuran antigen rekombinan utk deteksi antibodi spesifik
IgG, IgM dan IgA T. pallidum
 Sampel serum atau plasma
 Seluruh tahapan infeksi kecuali sifilis dini
 Pemeriksaan treponemal  positif seumur hidup
Perbandingan pemeriksaan serologis
pada berbagai tahap sifilis

Test Primary Secondary Latent Late Specificity


VDRL 78 (74–87)* 100 96 (88–100) 71 (34–94) 98 (96–99)
RPR card 86 (77–99) 100 98 (95–100) 73 98 (93–99)
USR 80 (72–88) 100 95 (88–100) 99
TRUST 85 (77–86) 100 98 (95–100) 99 (98–99)
FTA-ABS 84 (70–100) 100 100 96 97 (84–100)
FTA-ABS DS 80 (70–100) 100 100 98 (97–100)
TP-PA† 88 (86–100) 100 100 96 (95–100)
Interpretasi hasil pemeriksaan
serologis

Non- Treponemal Interpretasi


treponemal tests
tests
+ + Sifilis, yaws atau pinta
+ – Positif palsu – bukan
sifilis
– + Sifilis primer atau laten,
sifilis tanpa terapi atau
baru diterapi, yaws atau
pinta
– – Bukan sifilis, sifilis
inkubasi
Positif palsu & Negatif palsu
Reaksi serologis:
positif palsu & negatif palsu

Positif palsu Negatif palsu


Antibodi antifosfolipid bukan sifilis Fenomena prozone
1-2% 1-2%
Tinggi pada ibu hamil & IDU Tinggi pada ibu hamil &HIV
Titer <1:8
>6 bulan: peny otoimun & kronik
Pem. Treponemal lebih jarang
Fenomena prozone
Positif palsu pada pem. Serologis Sifilis
Nontreponemal tests Treponemal tests
Advancing age Advancing age
Bacterial endocarditis Brucellosis
Brucellosis Cirrhosis
Chancroid Drug addiction
Chickenpox Genital herpes
Drug addiction Hyperglobulinemia
Hepatitis Immunizations
Idiopathic thrombocytopenic purpura Infectious mononucleosis
Immunizations Leptospirosis
Immunoglobulin abnormalities Leprosy
Infectious mononucleosis Lyme disease
Intravenous drug use Malaria
Leprosy Pinta
Lymphogranuloma venereum Pregnancy
Malignancy Relapsing fever
Measles Scleroderma
Mumps Systemic lupus erythematosus
Pinta Thyroiditis
Pneumococcal pneumonia Yaws
Polyarteritis nodosa
Pregnancy
Rheumatoid arthritis
Rheumatic heart disease
Rickettsial disease
Systemic lupus erythematosus
Thyroiditis
Tuberculosis
Ulcerative colitis
Vasculitis
Viral pneumonia
Yaws
Pemeriksaan berdasarkan tahapan
penyakit

Stadium Pemeriksaan yang disarankan


Sifilis primer Pemeriksaan langsung, non-treponemal, treponemal
Sifilis sekunder Pemeriksaan langsung, non-treponemal, treponemal
Sifilis laten Pemeriksaan non-treponemal, treponemal
Sifilis tersier Pemeriksaan non-treponemal, treponemal
neurosifilis Pemeriksaan non-treponemal, treponemal
Sifilis kongenital Pemeriksaan langsung, non-treponemal
Kontrol kualitas

 Reliabilitas: pem. reprodusibilitas intra- & interlaboratorium


 Kontrol kualitas:
1. praktek laboratorium yang baik
2. reagen, kontrol dan tenik yang terstandarisasi
3. mengikuti profisiensi test
 Program kontrol kualitas diawasi untuk mengenali
permasalahan dan dilakukan tindakan koreksi
Algoritme Diagnosis Sifilis
RPR Hasil negatif (-)

Hasil positif (+) Hasil negatif (-) Anggap negatif

Ulangi RPR &TPHA


TPHA 1 mg kemudian

Hasil Positiif (+) RPR (+) RPR (+) RPR (-)


TPHA (+) TPHA (-) TPHA (-)

RPR titer
Positif palsu negatif
Kesimpulan
 EIA/ rapid test atau VDRL/TPHA dapat digunakan untuk
skrining (RPR menggantikan VDRL, TPPA menggantikan
TPPA)
 Laboratorium dengan workload besar dapat menggunakan
EIA
 TPHA/TPPA paling cocok untuk konfirmatori
 FTA-abs dapat digunakan bila ada hasil yang diskrepan
 Follow-up untuk pasien yang seronegatif pada pasien dengan
risiko baru PMS harus dilakukan untuk menghindari periode
jendela pada sifilis primer
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai